Pengembangan Kawasan Komersial Kampung Hamdan dengan Pendekatan Arsitektur Hijau

(1)

PENGEMBANGAN KAWASAN KOMERSIAL KAMPUNG HAMDAN

DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU

SKRIPSI

OLEH

RADITA AYU UTAMI

100406002

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGEMBANGAN KAWASAN KOMERSIAL KAMPUNG HAMDAN

DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

RADITA AYU UTAMI

100406002

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PERNYATAAN

PENGEMBANGAN KAWASAN KOMERSIAL KAMPUNG HAMDAN

DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU

SKRIPSI

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi, dan sepenjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014

Penulis


(4)

Judul Skripsi

: Pengembangan Kawasan Komersial Kampung

Hamdan dengan Pendekatan Arsitektur Hijau

Nama Mahasiswa

: Radita Ayu Utami

Nomor Pokok

: 100406002

Departemen

: Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dwira N Aulia, M.Sc

Koordinator Skripsi,

Ir. Bauni Hamid, M.DesS, Ph.D

Ketua Program Studi,

Ir. N. Vinky Rahman, MT


(5)

Telah diuji pada

Tanggal: 14 Juli 2014

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji

: Dr. Ir. Dwira N Aulia, M.Sc

Anggota Komisi Penguji

: 1. Ars. Boy Brahmawanta, IAI


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

DAFTAR ISI ... v

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

PROLOGUE ... 1

BAB I PROYEK PERANCANGAN DALAM KERANGKA ACUAN KERJA 1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Maksud dan Tujuan ... 4

BAB II EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek ... 5

2.2 Topografi Lahan ... 6

2.3 Aspek Fisik Kawasan ... 7

BAB III ARSITEKTUR HIJAU 3.1 Arsitektur Hijau ... 15

3.2 Aspek Berkelanjutan ... 18

3.3 Penerapan Pendekatan Desain Terhadap Desain ... 20

3.4 Bangunan Ramah Lingkungan ... 23

BAB IV KONSEP RANCANGAN DESAIN KAWASAN KAMPUNG HAMDAN 4.1 Green Commercial Community ... 26

4.2 Penerapan Tema pada Kawasan Perancangan ... 28

4.3 Konsep Perancangan “Green Commercial Community” ... 29


(7)

4.5 Skenario Ganti Untung ... 51 BAB V KONSEP STRUKTUR PADA RUMAH SUSUN

5.1 Bangunan Ramah Lingkungan ... 55 5.2 Material Bangunan ... 56 5.3 Struktur Bangunan ... 57 BAB VI SISTEM UTILITAS PADA RUMAH SUSUN

6.1 Mekanikal... 61 6.2 Elektrikal ... 65 BAB VII ARSITEKTUR TEPI SUNGAI,

ARSITEKTUR KEMANUSIAAN ... 68 EPILOGUE ... 71 DAFTAR PUSTAKA ... 73


(8)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu penulis ingin memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT bahwa berkat rahmat dan karuniaNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini sebagai Tugas Akhir yang harus penulis selesaikan sebagai mahasiswi di Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia sebagaimana halnya kota-kota besar lainnya juga mengalami permasalahan lingkungan terlantar, ilegal, tidak tertata dan kumuh di kawasan aliran sungai. Skripsi ini merupakan proposal bagi pengembangan salah satu kawasan di kota Medan yang terpilih untuk ditata dan direvitalisasi.

Dengan tema sosial-ekonomi dan mengangkat sub- tema Green Commercial Community pada Skripsi ini penulis membahas permasalahan yang ada di kawasan tersebut dan mengajukan usulan perencanaan pengambangannya sebagai alternatif solusi atas permasalahan yang dihadapi. Pembangunan rumah susun sederhana yang sehat dan nyaman untuk ditinggali serta penyediaan area komersil pada kawasan tersebut sebagai sarana pendukung kegiatan ekonomi warganya, dengan penataan kawasan yang sedemikian rupa adalah inti dari Skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan, bantuan dan menyertai penulis dengan doa, sehingga penulis mendapatkan kemudahan dan kelancaran dalam menuntut ilmu.

2. Adik-adikku Alfira Maya Jelita dan Indah Reina Shalma yang senantiasa selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Dwira N Aulia, M.Sc dan Konsultan Lapangan Ars. Boy Brahmawanta, IAI selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dorongan dan bantuan kepada penulis.

4. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT, selaku Ketua Program Studi Departemen Arsitektur.

5. Seluruh staf pengajar dan seluruh karyawan Departemen Arsitektur yang telah memberikan pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama melaksanakan kuliah.


(9)

6. Muhammad Iqrom yang telah memberikan kasih sayangnya, selalu memotivasi serta mendoakan penulis. Thanks for everything.

7. Dwi Octavianty T., Novi Istigfarini, Fanny D. Ningrum dan Adinda Dara A. Lubis yang selalu menghibur, menyemangati dan mendorong penulis dalam pegerjaan skripsi ini.

8. Sahabat terbaik Liswi Febriarti yang selalu mendorong penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

9. Teman seperjuangan perancangan arsitektur enam Rina, Meta, Anggi, dan Utik. Akhirnya, tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna, penulis mengakui bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, dan masih banyak terdapat kesalahan di sana-sini. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar penulsian Skripsi ini dapat dibuat lebih sempurna lagi.

Mudah-mudahan apa yang penulis sajikan pada Skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi Pemko Medan yang membutuhkan masukan dalam pengembangan dan revitaslisai kawasan pinggiran aliran sungai khususnya kawasan Kampung Hamdan, dan semoga bermanfaat pula bagi siapa saja yang memerlukannya sebagai referensi. Terima kasih.

Medan, Juli 2014 Hormat penulis Penulis,

Radita Ayu Utami 100406002


(10)

Abstrak

Sungai adalah tempat lahirnya peradaban dan merupakan fitur yang tidak terpisahkan dari sejarah suatu kota. Muka sungai tidak hanya merupakan ruang yang unik, tetapi juga mencerminkan karakter lokal kota tersebut. Sejak revolusi industri, penduduk perkotaan dengan kebutuhan tempat tinggal mereka yang meningkat pesat, banyak di antaranya bermukim di area tepi sungai dan mengakibatkan penurunan kualitas air sungai. Seiring waktu, muka sungai perkotaan dijadikan area belakang. Dalam transformasi perkotaan, peningkatan teknologi dan penyesuaian struktur industri telah memberikan banyak peluang atas pembangunan kembali area tepi sungai. Sementara itu masalah sosial–ekonomi dan nilai-nilai estetika muka sungai mulai bermunculan.

Untuk mewujudkan kesejahteraan kehidupan masyarakat muka sungai tersebut dengan pertimbangan isu sosial-ekonomi di atas maka sub-tema yang akan di angkat adalah Green Commercial Community, yang merupakan komunitas komersial yang bertujuan untuk dapat mendongkrak perekonomian kawasan khususnya bagi masyarakat itu sendiri dengan menggunakan pendekatan Green Architecture. Konsep utama dalam tema ini adalah untuk mengembangkan kawasan kumuh muka sungai Kampung Hamdan menjadi kawasan komersial. Terdapat 4 elemen yang mengisi kawasan Kampung Hamdan ini yaitu, Sistem Greenway komprehensif yang akan menjadi elemen utama kawasan, mengatur dan menentukan besarnya lingkup kawasan proyek perancangan,

Hunian Rumah Susun yang nyaman untuk masyarakat, Area Komersil yang dirancang untuk mengakomodasi kegiatan ekonomi kawasan, dan yang keempat adalah Taman Parkiryang merupakan penunjang area komersil.

Penulis mengharapkan rancangan desain tersebut dapat meningkatkan fungsi kawasan, mengembangkan lebih banyak potensi area tepian sungai untuk digunakan oleh penghuni maupun pengunjung kawasan serta dapat mempromosikan kehidupan yang harmonis dan lingkugan yang sehat bagi masyarakat kawasan muka sungai.

Kata Kunci : sungai, muka sungai, area tepi sungai, rumah susun, kawasan komersil, komunitas komersial.

Abstract

River is the place where the civilization start to grow and develop and it is an integral feature of the history of a city. River front is not only a unique space, but also reflects the local character of the city itself. Since the industrial revolution, urban residents with their housing needs which increasing rapidly, many of them live in the riverside area and cause a decrease in water quality. As time goes on, the urban river front is being used as a rear area. In urban transformation, technological improvement and adjustment of industrial structure has provided many opportunities over the redevelopment of the riverside area. Meanwhile the social - economic and aesthetic values of the river front began to appear.

To embody the welfare of the riverfront community, considering the above issue of social-economy, then the sub-theme to be raised in this thesis is Green Commercial Community which is a commercial community that aims to boost the region's economy, especially for the community itself by using the approach of Green Architecture .The main concept in this theme is to develop the slum of riverfront Kampung Hamdan into a commercial area. There will be four elements that populate this region, namely Comprehensive Greenway System which will be a major element of the region,


(11)

organizing and determining the scope of the design project area, the second is a convenience Residential Flats for the community to stay in, the third is Commercial Area which is designed to accommodate the economy activities of the region, and finally the fourth is Parking Garden which is intended to support the Commercial Area.

The author expects that such design can improve the function of the area, develops more potential at riparian areas which can be used by residents and visitors, and to promote harmonious life and healthy environmental for riverfront area.

Keyword : river, riverfront, river side, flat house, commercial area, commercial community


(12)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu penulis ingin memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT bahwa berkat rahmat dan karuniaNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini sebagai Tugas Akhir yang harus penulis selesaikan sebagai mahasiswi di Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia sebagaimana halnya kota-kota besar lainnya juga mengalami permasalahan lingkungan terlantar, ilegal, tidak tertata dan kumuh di kawasan aliran sungai. Skripsi ini merupakan proposal bagi pengembangan salah satu kawasan di kota Medan yang terpilih untuk ditata dan direvitalisasi.

Dengan tema sosial-ekonomi dan mengangkat sub- tema Green Commercial Community pada Skripsi ini penulis membahas permasalahan yang ada di kawasan tersebut dan mengajukan usulan perencanaan pengambangannya sebagai alternatif solusi atas permasalahan yang dihadapi. Pembangunan rumah susun sederhana yang sehat dan nyaman untuk ditinggali serta penyediaan area komersil pada kawasan tersebut sebagai sarana pendukung kegiatan ekonomi warganya, dengan penataan kawasan yang sedemikian rupa adalah inti dari Skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan, bantuan dan menyertai penulis dengan doa, sehingga penulis mendapatkan kemudahan dan kelancaran dalam menuntut ilmu.

2. Adik-adikku Alfira Maya Jelita dan Indah Reina Shalma yang senantiasa selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Dwira N Aulia, M.Sc dan Konsultan Lapangan Ars. Boy Brahmawanta, IAI selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dorongan dan bantuan kepada penulis.

4. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT, selaku Ketua Program Studi Departemen Arsitektur.

5. Seluruh staf pengajar dan seluruh karyawan Departemen Arsitektur yang telah memberikan pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama melaksanakan kuliah.


(13)

6. Muhammad Iqrom yang telah memberikan kasih sayangnya, selalu memotivasi serta mendoakan penulis. Thanks for everything.

7. Dwi Octavianty T., Novi Istigfarini, Fanny D. Ningrum dan Adinda Dara A. Lubis yang selalu menghibur, menyemangati dan mendorong penulis dalam pegerjaan skripsi ini.

8. Sahabat terbaik Liswi Febriarti yang selalu mendorong penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

9. Teman seperjuangan perancangan arsitektur enam Rina, Meta, Anggi, dan Utik. Akhirnya, tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna, penulis mengakui bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, dan masih banyak terdapat kesalahan di sana-sini. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar penulsian Skripsi ini dapat dibuat lebih sempurna lagi.

Mudah-mudahan apa yang penulis sajikan pada Skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi Pemko Medan yang membutuhkan masukan dalam pengembangan dan revitaslisai kawasan pinggiran aliran sungai khususnya kawasan Kampung Hamdan, dan semoga bermanfaat pula bagi siapa saja yang memerlukannya sebagai referensi. Terima kasih.

Medan, Juli 2014 Hormat penulis Penulis,

Radita Ayu Utami 100406002


(14)

Abstrak

PENGEMBANGAN KAWASAN KOMERSIAL KAMPUNG HAMDAN

DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU

Sungai adalah tempat lahirnya peradaban dan merupakan fitur yang tidak terpisahkan dari sejarah suatu kota. Muka sungai tidak hanya merupakan ruang yang unik, tetapi juga mencerminkan karakter lokal kota tersebut. Sejak revolusi industri, penduduk perkotaan dengan kebutuhan tempat tinggal mereka yang meningkat pesat, banyak di antaranya bermukim di area tepi sungai dan mengakibatkan penurunan kualitas air sungai. Seiring waktu, muka sungai perkotaan dijadikan area belakang. Dalam transformasi perkotaan, peningkatan teknologi dan penyesuaian struktur industri telah memberikan banyak peluang atas pembangunan kembali area tepi sungai. Sementara itu masalah sosial–ekonomi dan nilai-nilai estetika muka sungai mulai bermunculan.

Untuk mewujudkan kesejahteraan kehidupan masyarakat muka sungai tersebut dengan pertimbangan isu sosial-ekonomi di atas maka sub-tema yang akan di angkat adalah Green Commercial Community, yang merupakan komunitas komersial yang bertujuan untuk dapat mendongkrak perekonomian kawasan khususnya bagi masyarakat itu sendiri dengan menggunakan pendekatan Green Architecture. Konsep utama dalam tema ini adalah untuk mengembangkan kawasan kumuh muka sungai Kampung Hamdan menjadi kawasan komersial. Terdapat 4 elemen yang mengisi kawasan Kampung Hamdan ini yaitu, Sistem Greenway komprehensif yang akan menjadi elemen utama kawasan, mengatur dan menentukan besarnya lingkup kawasan proyek perancangan,

Hunian Rumah Susun yang nyaman untuk masyarakat, Area Komersil yang dirancang untuk mengakomodasi kegiatan ekonomi kawasan, dan yang keempat adalah Taman Parkiryang merupakan penunjang area komersil.

Penulis mengharapkan rancangan desain tersebut dapat meningkatkan fungsi kawasan, mengembangkan lebih banyak potensi area tepian sungai untuk digunakan oleh penghuni maupun pengunjung kawasan serta dapat mempromosikan kehidupan yang harmonis dan lingkugan yang sehat bagi masyarakat kawasan muka sungai.

Kata Kunci : sungai, muka sungai, area tepi sungai, rumah susun, kawasan komersil, komunitas komersial.

Abstract

River is the place where the civilization start to grow and develop and it is an integral feature of the history of a city. River front is not only a unique space, but also reflects the local character of the city itself. Since the industrial revolution, urban residents with their housing needs which increasing rapidly, many of them live in the riverside area and cause a decrease in water quality. As time goes on, the urban river front is being used as a rear area. In urban transformation, technological improvement and adjustment of industrial structure has provided many opportunities over the redevelopment of the riverside area. Meanwhile the social - economic and aesthetic values of the river front began to appear.

To embody the welfare of the riverfront community, considering the above issue of social-economy, then the sub-theme to be raised in this thesis is Green Commercial Community which is a commercial community that aims to boost the region's economy,


(15)

especially for the community itself by using the approach of Green Architecture .The main concept in this theme is to develop the slum of riverfront Kampung Hamdan into a commercial area. There will be four elements that populate this region, namely Comprehensive Greenway System which will be a major element of the region, organizing and determining the scope of the design project area, the second is a convenience Residential Flats for the community to stay in, the third is Commercial Area which is designed to accommodate the economy activities of the region, and finally the fourth is Parking Garden which is intended to support the Commercial Area.

The author expects that such design can improve the function of the area, develops more potential at riparian areas which can be used by residents and visitors, and to promote harmonious life and healthy environmental for riverfront area.

Keyword : river, riverfront, river side, flat house, commercial area, commercial community


(16)

Sebuah kawasan yang berlokasi di salah satu kecamatan di Kota Medan, tepatnya yang bernama Kampung Hamdan di Kecamatan Medan Maimun sudah sangat lama berada dalam kondisi tidak tertata, terlantar dan kumuh. Kawasan ini yang merupakan daerah sempadan Sungai Deli disesaki oleh stuktur fisik yang kumuh dengan kualitas lingkungan yang memperihatinkan.

Pemerintah Kota Medan yang dalam hal ini bekerja sama dengan pihak swasta berupaya melakukan antisipasi agar kondisi kawasan ini tidak semakin parah akibat kurangnya perhatian terhadap kondisi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat setempat yang semakin lama semakin melemah.

Sebagai salah satu anggota tim perencana, penulis menyajikan usulan alternatif rencana penataan dan revitalisasi kawasan ini. Dengan mengangkat sub-tema Green Commercial Community, penulis mencoba membuat rancangan penataan dan pengembangan kawasan ini dengan mengimplementasikan perencanaannya melalui pendekatan green architecture atau arsitektur hijau, yaitu perencanaan arsitektur yang berusaha meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.

Dengan konsep utama pengembangan kawasan kumuh muka sungai Kampung Hamdan menjadi kawasan komersial, maka akan terdapat empat elemen yang mengisi kawasan Kampung Hamdan ini, yaitu sistem greenway komprehensif yang akan menjadi elemen utama kawasan, hunian rumah susun yang nyaman untuk masyarakat, area komersial yang dirancang untuk mengakomodasi kegiatan ekonomi kawasan, dan taman parkir yang merupakan penunjang area komersial kawasan.


(17)

Abstrak

PENGEMBANGAN KAWASAN KOMERSIAL KAMPUNG HAMDAN

DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU

Sungai adalah tempat lahirnya peradaban dan merupakan fitur yang tidak terpisahkan dari sejarah suatu kota. Muka sungai tidak hanya merupakan ruang yang unik, tetapi juga mencerminkan karakter lokal kota tersebut. Sejak revolusi industri, penduduk perkotaan dengan kebutuhan tempat tinggal mereka yang meningkat pesat, banyak di antaranya bermukim di area tepi sungai dan mengakibatkan penurunan kualitas air sungai. Seiring waktu, muka sungai perkotaan dijadikan area belakang. Dalam transformasi perkotaan, peningkatan teknologi dan penyesuaian struktur industri telah memberikan banyak peluang atas pembangunan kembali area tepi sungai. Sementara itu masalah sosial–ekonomi dan nilai-nilai estetika muka sungai mulai bermunculan.

Untuk mewujudkan kesejahteraan kehidupan masyarakat muka sungai tersebut dengan pertimbangan isu sosial-ekonomi di atas maka sub-tema yang akan di angkat adalah Green Commercial Community, yang merupakan komunitas komersial yang bertujuan untuk dapat mendongkrak perekonomian kawasan khususnya bagi masyarakat itu sendiri dengan menggunakan pendekatan Green Architecture. Konsep utama dalam tema ini adalah untuk mengembangkan kawasan kumuh muka sungai Kampung Hamdan menjadi kawasan komersial. Terdapat 4 elemen yang mengisi kawasan Kampung Hamdan ini yaitu, Sistem Greenway komprehensif yang akan menjadi elemen utama kawasan, mengatur dan menentukan besarnya lingkup kawasan proyek perancangan,

Hunian Rumah Susun yang nyaman untuk masyarakat, Area Komersil yang dirancang untuk mengakomodasi kegiatan ekonomi kawasan, dan yang keempat adalah Taman Parkiryang merupakan penunjang area komersil.

Penulis mengharapkan rancangan desain tersebut dapat meningkatkan fungsi kawasan, mengembangkan lebih banyak potensi area tepian sungai untuk digunakan oleh penghuni maupun pengunjung kawasan serta dapat mempromosikan kehidupan yang harmonis dan lingkugan yang sehat bagi masyarakat kawasan muka sungai.

Kata Kunci : sungai, muka sungai, area tepi sungai, rumah susun, kawasan komersil, komunitas komersial.

Abstract

River is the place where the civilization start to grow and develop and it is an integral feature of the history of a city. River front is not only a unique space, but also reflects the local character of the city itself. Since the industrial revolution, urban residents with their housing needs which increasing rapidly, many of them live in the riverside area and cause a decrease in water quality. As time goes on, the urban river front is being used as a rear area. In urban transformation, technological improvement and adjustment of industrial structure has provided many opportunities over the redevelopment of the riverside area. Meanwhile the social - economic and aesthetic values of the river front began to appear.

To embody the welfare of the riverfront community, considering the above issue of social-economy, then the sub-theme to be raised in this thesis is Green Commercial Community which is a commercial community that aims to boost the region's economy,


(18)

especially for the community itself by using the approach of Green Architecture .The main concept in this theme is to develop the slum of riverfront Kampung Hamdan into a commercial area. There will be four elements that populate this region, namely Comprehensive Greenway System which will be a major element of the region, organizing and determining the scope of the design project area, the second is a convenience Residential Flats for the community to stay in, the third is Commercial Area which is designed to accommodate the economy activities of the region, and finally the fourth is Parking Garden which is intended to support the Commercial Area.

The author expects that such design can improve the function of the area, develops more potential at riparian areas which can be used by residents and visitors, and to promote harmonious life and healthy environmental for riverfront area.

Keyword : river, riverfront, river side, flat house, commercial area, commercial community


(19)

DALAM KERANGKA ACUAN KERJA

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, transformasi industri perkotaan telah memberikan banyak kesempatan untuk pembangunan kembali daerah tepian sungai. Pada saat yang sama, kasus yang berhasil dikembangkan dengan baik berada di Benua Eropa dan Amerika, dengan demikian orang-orang menyadari bahwa pengembangan tepian sungai ini dapat menaikkan nilai sosial dan ekonomi yang sangat besar. Sementara itu, tepian muka sungai banyak menjadi hal utama dalam perencanaan kota dan mempunyai nilai bersejarah, yang membuatnya menjadi suatu bagian dari ekologi lingkungan dan lansekap kawasan yang kuat.

Karena keterbatasan pemahaman dan biaya dalam departemen pemerintah, sebagian langkah transformasi atau revitalisasi daerah tepian sugai saat ini telah ditangani oleh departemen yang berbeda, misalnya seperti departemen yang mengurusi masalah pemeliharaan air yang hanya menekankan pengendalian banjir dan irigasi, lalu sektor tranportasi yang menekankan fungsi transportasi air, serta dalam sektor pariwisata yang seringkali hanya mempertimbangkan nilai-nilai wisata. Departemen-departemen tersebut menganggap bahwa sungai hanya sebagai entitas rekayasa daripada ruang publik perkotaan. Maka, pemerintah akhirnya mempertimbangkan kebutuhan psikologis dan fisiologis rakyat dengan merencanakan proyek ini sebagai gerakan revitalisasi pada kawasan-kawasan tepian sungai yang berada di Kota Medan.

Dalam konteks kota-kota di Indonesia kawasan muka sungai (riverfront) merupakan kawasan yang paling identik dengan lokasi terlantar, tidak tertata dan kumuh.


(20)

Daerah sempadan sungai yang seharusnya bebas struktur fisik kerap diisi oleh bangunan atau fungsi yang tidak legal. Kenyataan ini diperburuk dengan kecenderungan masyarakat yang menjadikan sungai sebagai daerah belakang, yang berfungsi sebagai sasaran akhir sebegai tempat pembuangan sampah.

Berbagai upaya mengembalikan fungsi sungai sebagai daerah muka, dan memperbaiki kondisi fisiknya sampai saat ini masih jauh dari yang diharapkan. Penggunaan dan pembangunan yang tidak terkendali di daerah sempadan sungai merupakan kondisi nyata di lapangan yang mengindikasikan kompleksitas permasalahanyang harus diatasi.

Pada daerah tepian sungai, eksistensi kehidupan air pada nilai-nilai sosial - ekonomi masyarakat diimplementasikan dalam wujud pola ruang perkotaan yang dibentuknya. Dalam dinamika pertumbuhan dan perkembangan yang dibentuk dalam waktu panjang dan terakumulasi dari setiap tahapan perkembangannya, muncul pola ruang perkotaan yang tidak terkendali dan terlepas dari nilai kehidupan sungai.

Tercatat pada tahun 2008 Kota Medan memiliki kawasan kumuh yang menyebar di 7 kecamatan dan 18 kelurahan dengan luas sekitar 403 hektar. Luas daerah kumuh di Medan mencapai 1,5% per tahun dari total keseluruhan luas daerah tersebut. Daerah ini meliputi tujuh kecamatan antara lain Medan Area dengan luas daerah kumuh 24,55 hektar dengan 1.625 penduduk miskin, Medan Denai 207.4 hektar dengan 6.849 penduduk miskin, Medan Perjuangan 14.30 hektar dengan 1.067 penduduk miskin, Medan Belawan 61.35 hektar dengan penduduk miskin 17.716 warga, Medan Deli 112.2 hektar dengan penduduk miskin 25.280 orang, Medan Labuhan 56,5 hektar dengan penduduk miskin 20.599 dan Medan Marelan 27 hektar dengan 11.931 penduduk miskin.

Kondisi ini menimbulkan tekanan yang sangat kuat terhadap kualitas lingkungan, serta penyediaan sarana dan prasarana perkotaan. Permasalahan menjadi lebih kompleks


(21)

mengingat cepatnya perubahan lahan produktif menjadi berbagai keperluan seperti permukiman, prasarana umum, serta area komersial yang dapat menciptakan suasana sosial dan ekonomi antar manusia dapat terjalin.

Dalam upaya mengatasi permukiman kumuh di kota Medan, khususnya pada daerah bantaran sungai, perlu dilakukan penataan dan revitalisasi yang tepat sehingga dapat meningkatkan mutu lingkungan tata ruang dan mempertegas struktur ruang kota serta memberikan pemecahan masalah terhadap semakin sempitnya lahan permukiman di Kota Medan khususnya untuk tepian muka sungai.

1.2 Maksud dan Tujuan

Pengembangan kawasan muka Sungai Deli ini dimaksudkan untuk mewujudkan satu model penataan, pengembangan dan revitalisai kawasan muka sungai dalam satu perencanaan terpadu yang diharapkan dapat menjadi referensi bagi upaya dan langkah sejenis, baik dalam konteks Kota Medan maupun yang lebih luas lagi.


(22)

2.1 Lokasi Proyek

Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul “Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana”. Tema besar yang mengikuti judul proyek tersebut adalah isu mengenai sosial – ekonomi. Proyek ini dilaksanakan oleh pihak Pemerintah Kota Medan dan bekerjasama dengan pihak swata yang dianggap memiliki kemampuan lebih untuk mengembangkan proyek revitalisasi kawasan muka Sunga Deli. Dalam hal ini pihak swasta yang dimaksud adalah PT Twin River Development, yang merupakan konsorsium pengembang ternama di Kota Medan.

Pengembangan kawasan muka Sungai Deli ini dimaksudkan untuk mewujudkan satu model penataan, pengembangan dan revitalisasi kawasan muka sungai dalam satu perencanaan terpadu yang diharapkan dapat menjadi referensi bagi upaya dan langkah sejenis, baik dalam konteks Kota Medan yang lebih luas lagi.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Proyek Sumber : Google Maps (2014)


(23)

Proyek perancangan sendiri berlokasi di permukiman Kampung Hamdan, yang berbatasan dengan tepi Sungai Deli, Jalan Multatuli dan Jalan Ir. H. Juanda, Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun dan terdiri dari Linkungan I, Lingkungan II, Lingkungan III dan Lingkungan IV. Kawasan Kampung Hamdan ini merupakan kawasan padat penduduk. Secara demografi penduduk Kampung Hamdan terdiri dari seratus kepala keluarga dengan total jumlah penduduk lebih kurang tiga ratus lima puluh jiwa.

Lebar Sungai Deli pada area Kawasan Kampung Hamdan mencapai 15 – 27 meter, serta mempunyai kedalaman sungai mencapai 3 – 6 meter. Lebar jalan Ir. H. Juanda mencapai 12,8 meter, kandungan material badan jalan merupkan aspal dengan kondisi baik, lebar parit pada jalan Ir. H. Juanda mencapai 1,2 meter. Pada jalan Multatuli, lebar badan jalan sebesar 4,2 meter dengan kandungan material aspal dan dengan kondisi yang cukup baik, lebar parit pada jalan multatuli sebesar 0,8 meter. Serta pada jalan Samanhudi, lebar badan jalan 6,5 meter dengan kandungan material aspal dalam kondisi yang cukup baik serta lebar parit yang mencapai 1,7 meter.

2.2 Topografi Lahan

Permukaan tertinggi pada lokasi perancangan terdapat pada ketinggian lebih dari dua puluh enam meter, sedangkan daerah permukaan yang paling rendah berada di area pinggiran sungai yaitu berada pada ketinggian lebih dari dua puluh tiga meter pada lokasi perancangan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kawasan Kampung Hamdan ini memiliki tanah yang cukup berkontur sehingga bisa dimanfaatkan untuk pengolahan air limbah termasuk dreinase. Selain itu tanah yang berkontur ini bisa dimanfaatkan untuk pemanfaatan angin sebagai penghawaan alami dalam bangunan yang akan dibangun.


(24)

Gambar 2.2 Topografi Lokasi Proyek Sumber : Penulis (2014)

Walaupun kawasan ini memiliki tanah yang berkontur, pada saat musim hujan air sungai pasti akan meluap sehingga menggenangi pemukiman warga. Hal ini dapat terjadi karena sistem aliran dreinase dari kawasan yang kurang baik, serta kurangnya area hijau sebagai area resapan air juga menjadi permasalahan yang cukup rumit di kawasan pemukiman padat penduduk ini.

2.3 Aspek Fisik Kawasan 2.3.1 Tipologi Rumah

Kelurahan Hamdan ini merupakan permukiman padat penduduk. Dari hasil survei lapangan, jarak rumah ke rumah yang lain sangat berdekatan tanpa adanya pagar pembatas, rumah berdempetan sering ditemui di dalam kawasan ini. Tipologi rumah pada kawasan ini dapat disimpulkan adalah berupa rumah deret, rumah tunggal dan rumah kopel.


(25)

Gambar 2.3 Rumah Kopel pada Kampung Hamdan Sumber: Penulis (2014)

Gambar 2.4 Rumah Deret pada Kampung Hamdan Sumber : Penulis (2014)

Pada gambar di atas bisa dilihat kondisi satu rumah yang berada dalam lokasi proyek perancangan.


(26)

Berikut tabel mengenai data garis sempadan kawasan :

Tabel 2.1. Data Garis Sempadan dan Ketentuan KDB

Garis Sempadan Sungai : 15 meter

KDH (koefisien dasar hijau) : Berdasarkan RDTR Kec. Medan Maimun, untuk kawasan perumahan minimal 25%

Klasifikasi KDB Berdasarkan RDTR Kec. Medan Maimun :

1. Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan sangat tinggi (> 75%)

2. Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan tinggi (50%-75%)

3. Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan menengah (20%-50%)

4. Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan rendah (5%-20%)

5. Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan sangat rendah (< 5%)

Ketentuan KDB untuk perumahan adalah KDB menengah - tinggi, tergantung besar luas kapling dan lokasinya terhadap jalan.

A.

KDB untuk perumahan di tepi jalan fungsi Primer Petak besar : maksimal 40%

Petak sedang : maksimal 50% Petak kecil : maksimal 60%

B.

KDB untuk perumahan di tepi jalan fungsi Sekunder dan jalan Lingkungan Petak besar : maksimal 50%

Petak sedang : maksimal 60% Petak kecil : 60% - 70%

Sumber : Penulis (2014)

Melihat data di atas, tertulis bahwa bangunan di sekitar kawasan perancangan tidak memperhatikan KDB, KLB dan GSS. Koefisien dasar hijau di sekitar kawasan perancangan tidak terlihat karena lahan kosong yang ada seharusnya digunakan sebagai ruang terbuka hijau dan tidak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kawasan perancangan.


(27)

2.3.2 Material Bangunan

Material yang digunakan setiap bangunan bervariasi, untuk konstruksi rumah banyak menggunakan beton dan kayu, dinding bangunan menggunakan batu bata dan kayu, untuk bahan atap menggunakan seng sebagai penutup bangunan. Pada kawasan proyek terlihat kondisi rumah berdasarkan kenyamanan termal tidak memenuhi standar rumah yang seharusnya. Akibat rumah-rumah yang menempel satu sama lain, sirkulasi udara dan cahaya pada rumah tidak baik.

Gambar 2.5 Material Beton Sumber : Penulis (2014)

Gambar 2.6 Material Kayu Sumber : Penulis (2014)


(28)

2.3.2 Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Gambar 2.7 Area Ruang Terbuka Hijau pada Lokasi Proyek Perancangan Sumber : Penulis (2014)

Dilihat pada gambar di atas, kebanyakan ruang terbuka yang tersedia dijadikan tempat untuk menumpuk barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi dan dijadikan tempat sampah. Terdapat beberapa ruang terbuka lainnya, namun kesemuanya ditutup dengan perkerasan sehingga tanaman apapun tak bisa menumbuhi ruang terbuka tersebut.

Lapangan sekolah terutama sangat tidak aman untuk anak-anak bermain karena merupakan perkerasan dan juga tidak ada terdapat satupun pohon sehingga terasa gersang dan panas.

Pinggiran sungai yang terdapat banyak pohon seharusnya dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang bisa digunakan sebagai aktivitas sosial, namun pada site kebanyakan pinggiran sungai dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah rumah


(29)

tangga warga kampung Hamdan. Sirkulasi udara di sekitar sitepun kurang nyaman dan terasa panas ketika berjalan karena tidak ada pohon disekitar perumahan warga.

2.3.3 Sistem Utilitas Kawasan

Kondisi utilitas pada lokasi perancangan belum memadai. Kondisi saluran dreinase yang berupa selokan tidak memiliki penutup, sehingga menjadi tempat menumpuknya sampah. Hal ini menyebabkan pemandangan pada lokasi perancangan tidak menyenangkan dan dapat berdampak negatif bagi kesehatan warga setempat. Kondisi yang mengkhawatirkan juga terlihat dari kebiasaan warga yang menggunakan kabel listrik sebagai tempat menjemur pakaian. Beberapa penerangan jalan dibuat sendiri oleh warga dengan menggantung lampu pada kabel listrik.

Gambar 2.8 Gambar Lampu Jalan Pada Lokasi Perancangan Sumber : Pemulis (2014)

Kondisi yang sama mengkhawatirkannya juga terlihat pada lokasi perancangan yang tidak memiliki tempat pembuangan sementara (TPS) sehingga di beberapa titik pada lokasi perancangan menjadi tempat menumpuknya sampah warga termasuk di pinggiran


(30)

Sungai Deli, bahkan ironisnya tidak hanya di pinggiran tetapi badan sungai juga menjadi tepat pembuangan sampah warga sekitar.

Masalah dreinase pada kawasan juga merupakan masalah yang cukup rumit untuk diselesaikan. Kurangnya kesadaran warga akan pentinganya kesehatan menjadi sorotan utama pada kawasan ini. Dimulai dari kesadaran warga mengenai membuang sampah pada tempatnya. Malah kebanyakan warga meletakkan sampah begitu saja di samping rumah atau di tepi jalan pedestrian, di selokan-selokan yang berada di sekitar rumah warga.

Gambar 2.9 Gambar keadaan saluran dreinase pada tapak Sumber : Penulis (2014)

Selokan warga baik yang besar maupun kecil dipenuhi oleh sampah rumah tangga maupun sampah-sampah organik dan non organik. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.


(31)

Gambar 2.10 Gambar keadaan pinggiran sungai sebagai Tempat Pembuangan Sampah Sumber. Penulis (2014)

Pinggiran sungai juga dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah rumah tangga dan industri, dapat dilihat pada Gambar 2.5. Kondisi ini membuat Sungai Deli di kawasan ini tercemar dan mengurangi kedalaman sungai karena sampah yang masuk ke dalam sungai, yang mengakibatkan sampah mengendap di dasar sungai.

2.3.4 Akses Kendaraan

Akses menuju lokasi perancangan hanya bisa melalui jalan Multatuli dan Ir. H. Juanda. Sirkulasi pada lokasi perancangan yang tidak beraturan dan memiliki banyak gang-gang kecil menjadi karakteristik lokasi perancangan. Sirkulasi pada lokasi perancangan umumnya hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki, kendaraan roda dua dan kendaraan roda tiga. Kondisi koridor jalan cukup memprihatinkan karena lebar jalan yang terlalu kecil dan tidak adanya pemisah antara jalur pejalan kaki dengan kendaraan bermotor. Trotoar yang terdapat di pinggiran lokasi perancangan berubah fungsi menjadi


(32)

tempat usaha. Sehingga tidak jarang pejalan kaki mengambil badan jalan untuk jalur sirkulasi yang tentunya hal ini sangat membahayakan keselamatan.

Gambar 2.11 Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan Kaki Sumber : Penulis (2014)

Di kawasan Kampung Hamdan ini terdapat banyak jalan-jalan kecil yang hanya bisa dilewati pejalan kaki, sepeda motor dan becak karena padatnya perumahan penduduk. Jalan primer pada kawasan ini terletak pada jalan sekitar site yaitu, Jalan Juanda, Jalan Samanhudi, dan Jalan Multatuli. Jalan sekundernya merupakan gang-gang kecil yang terdapat di dalam site yang tidak dapat dilalui kendaraan beroda empat.

2.3.5 Sosial - Ekonomi

Pengamatan langsung terhadap perilaku sosial masyarakat juga dilakukan dalam studi lapangan. Hal ini dilakukan karena masalah sosial yang muncul pada kawasan tidak dapat dipahami dari sudut pandang perancang dari luar masyarakat.


(33)

Kehidupan sosial merupakan bagian kebudayaan, di mana kehidupan sosial meliputi interaksi sosial yakni kelakuan manusia dengan manusia lain di sekelilingnya yang akan menghasilkan tingkatan-tingkatan sosial tertentu dan stratifikasi sosial. Kegiatan sosial pada lokasi perancangan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan ekonomi, karena kebanyakan interaksi sosial yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan ekonomi. Hal ini terlihat di beberapa warung kopi dan warung-warung jajanan yang tersebar pada lokasi perancangan kebanyakan menjadi tempat berkumpul warga.

Gambar 2.12 Tempat Interaksi Sosial Sumber : Penulis (2014)

Terlihat suasana lokasi perancangan yang tidak begitu ramai. Interaksi sosial banyak dilakukan di teras rumah yang saling berhadapan. Warga saling berkomunikasi dari teras rumah masing-masing tanpa meninggalkan pekerjaan rumah tangganya. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya pagar pembatas antar rumah dan jarak rumah-rumah yang saling berdekatan. Sungai juga menjadi tempat interaksi sosial warga, mulai dari pinggiran sampai badan sungai. Warga melakukan aktivitas mencuci, memancing bersama-sama di pinggiran sungai, sedangkan anak-anak bermain di daerah badan sungai yang dangkal. Untuk kegiatan olahraga, warga menggunakan lahan kosong pada malam hari karena menghindari panas sinar matahari.


(34)

Gambar 2.13 Gambar Kegiatan Olahraga Di Malam Hari Sumber: Penulis (2014)

2.3.6 Kepatuhan Hukum dan Peraturan

Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 38 tahun 2011 tentang sungai, terlihat bahwa tidak adanya kepatuhan hukum dan peraturan yang ada di sekitar Kelurahan Kampung Hamdan seperti ruang sungai yang berupa garis sempadan sungai dan perlindungan pada sungai. Ini terlihat dari keadaan bangunan di tepi sugai dan keadaan sungai yang terdapat banyak tumpukan sampah, menyebabkan air sungai meluap.

Untuk perlindungan dasar sungai bisa menggunakan batu-batu lepas. Hal ini dilakukan pada daerah sungai yang tererosi secara intensif. Cara penanganannnya yaitu dengan menyusun batu pada dasar sungai dengan konstruksi menyerupai ripple dan pool.

2.3.7 Anggaran dan Biaya & Analisis Investasi

Sebagian besar warga kampung Hamdan merupakan masyarakat menengah ke bawah dengan pendapatan sekitar 1,2 juta-1,5juta rupiah per orang. Harga lahan di kampung Hamdan yaitu sekitar 2,5juta-13juta rupiah per m 2.


(35)

Dengan pendapatan tersebut, warga tidak mampu untuk membeli satu unit di rumah susun. Bentuk Rumah Susun yang aneh/unik dan berlebihan akan membuat biaya pembangunan dan biaya pemeliharaan bangunan menjadi tinggi sehingga warga tidak mampu menanganinya.

Rumah susun akan didesain semurah mungkin yaitu dengan menggunakan material bangunan yang terjangkau dan ada dijual di sekitar site (Medan). Karena warga kampung Hamdan merupakan masyarakat menengah ke bawah, maka pada rumah susun yang di bangun nanti akan menggunakan sistem sewa bagi yang tidak mampu membelinya. Desain rumah susun akan dibuat sederhana untuk menghindari tingginya biaya pemeliharaan.


(36)

3.1 Arsitektur Hijau

Pendekatan arsitektur yang akan dipakai pada kawasan adalah Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau. Arsitektur Hijau atau „arsitektur berkelanjutan‟ adalah arsitektur yang didesain dengan keramahan lingkungan. Kemudian tujuan dari „berkelanjutan‟ atau „arsitektur hijau‟ adalah untuk menciptakan struktur yang indah dan fungsional, akan tetapi juga memberikan kontribusi untuk keberlanjutan budaya dan kehidupan. Perhatian di dalam arsitektur keberlanjutan tumbuh secara radikal di awal abad ke-21, hal ini terjadi akibat dari respon perkembangan lingkungan, tetapi pada kenyataannya masyarakat telah membangun keberlanjutan selama ribuan tahun. Di sini „hijau‟ atau „berkelanjutan‟ berhubungan dengan efisiensi penggunaan bahan-bahan seperti air, energi, material, habitat alami yang disumbangkan pada lingkungan dan kesehatan manusia yang ‘well being’. Banyak praktik yang dilakukan pada saat sekarang ini cenderung buta arah karena tidak diikuti dengan teori atau tidak bersandar pada teori yang tidak mampu bertahan (viable). Penggabungan teori dengan praktik secara khusus mencolok di dalam arsitektur (Skolimowski 2004:122).

Perkembangan desain inilah yang membuat kesalahan dalam memahami lingkungan dan alam serta kehidupan masyarakat urban dan tradisional. Lokasi menjadi sangat penting dalam mengungkapkan proses desainnya, sehingga pengalaman teori dari pendidikan formal yang didapat para arsitek harus dapat diterjemahkan ke dalam pemikiran praksis lingkungan alamnya. Ditambahkan oleh Skolimowski (2004:122) bahwa arsitektur membangun suatu jembatan di antara logos dengan praksis; ia adalah suatu titik di mana kedua hal itu bertemu. Karena alasan ini arsitektur memperlihatkan


(37)

secara nyata kebesaran visi-visi kita dan juga kegagalan konsep yang lebih besar. Singkatnya, di dalam arsitektur banyak ide yang didiskusikan di dalam bab-bab sebelumnya sehingga menemukan suatu perwujudan yang dapat dilihat.

Pendapat Wines (2008) menjadi sangat jelas bahwa bangunan-bangunan telah mengkonsumsi seperenam sumber air bersih dunia, seperempat produksi kayu dunia, dan duaperlima bahan bakar dari fosil. Oleh karena itu arsitektur merupakan salah satu target utama dari reformasi ekologi. Meskipun beberapa arsitek telah melakukan rancangan bangunannya yang katanya „environmental friendly’, namun kenyataanya masih banyak yang belum sadar akan hal itu. Mereka tetap melakukan rancangannya baik dengan spirit teknologi maupun mengkopi masa lalu yang dikombinasikan dengan industrialisasi. Sebenarnya pemikiran ke depan adalah bagaimana arsitek sebagai manusia tidak akan membiarkan sebuah bangunan yang secara estetika buruk meskipun bangunan itu dibalut dengan nama arsitektur „hemat energi‟ atau arsitektur „ramah lingkungan‟.

Radikalisme arsitektur mulai berkembang dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian alam dijadikan tempat sebagai pelampiasan inspirasi untuk merepresentasikan model karya arsitekturnya, yang dikatakan arsitektur yang tanggap terhadap kondisi alam dan bumi saat ini.

Apakah arsitektur yang berkelanjutan itu merupakan spirit atau style yang dapat terintegrasi dalam sutuasi dan kondisi lingkungan sekitarnya. “Hijau merupakan istilah yang menjadi konsep sustainable development atau pembangunan berkelanjutan sebagaimana yang diterapkan pada bangunan industri. Arsitektur „hijau‟ ialah arsitektur yang memepertimbangkan konsep pembangunan berkelanjutan” (Saraswati 2011:4).

Jawaban itu harus dimulai sejak awal rancangan bangunan itu, kemudian proses pembangunannya dan terakhir sesudah bangunan itu berdiri. Sebenarnya pengertian bangunan „hijau‟ dalam konteks arsitektur bangunan gedung tidak terlepas denga


(38)

pengertian arsitektur bioklimatik, arsitektur ramah lingkungan maupun arsitektur hemat energi (Saraswati 2011:11). Arsitektur hijau atau desain hijau adalah sebuah pendekatan pada bangunan yang meminimalkan efek kerusakan terkait dengan kesehatan manusia dan lingkungannya. Arsitek hijau atau perancang berusaha untuk melindungi udara, air dan tanah dengan memilih material bangunan ramah lingkungan dan praktek konstruksi. Bangunan hijau menggunakan konstruksi nyata dan material yang bertanggung-jawab pada lingkungan, dan efisiensi bahan dan fase desain melalui perawatan dan idealnya untuk merenovasi maupun dekonstruksi.

Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi, ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur hijau akan memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasi arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan terhadap kawasan Kampung Hamdan ini.

Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau yang berkelanjutan, meliputi di antaranya lansekap, interior, dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan. Dalam contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan kita. Misalnya, dalam perhitungan kasar, jika luas rumah adalah seratus meter persegi, dengan pemakaian lahan untuk bangunan adalah enam puluh meter persegi, maka sisa empat puluh meter persegi lahan hijau, Jadi komposisinya adalah enam puluh banding empat puluh. Selain itu membuat atap dan dinding menjadi konsep roof garden dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman merambat. Selain itu, tujuan pokok arsitektur hijau adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan.


(39)

Selain itu, arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan.

3.2 Aspek Berkelanjutan

Terdapat tiga aspek utama yang harus diperhatikan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, yaitu aspek ekologi, sosial, dan ekonomi, dan masing-masing aspek tersebut mempunyai persyaratan agar pembangunan suatu wilayah atau suatu sektor dapat berlangsung secara berkelanjutan. Antara spek tersebut sebaiknya terintegrasi sehingga pembangunan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Terdapat beberapa syarat dalam aspek ekologi ini, yaitu : Pertama, keharmonisan ruang diperlukan dalam kehidupan manusia dan kegiatan pembangunan. Kedua, tingkat pemanfaatan sumberdaya dapat pulih tidak boleh melebihi kemampuan pulih dari sumberdaya tersebut dalam kurun waktu tertentu. Ketiga, eksploitasi sumberdaya tidak pulih harus dilakukan dengan cara yang tidak merusak lingkungan agar tidak mematikan kelayakan usaha sektor pembangunan lainnya. Keempat, pembuangan limbah yang memenuhi kapasitas asimilasi lingkungan. Dan kelima, pembangunan kawasan harus sesuai dengan kaidah alam yang tidak merusak secara ekologis.

Memandang pentingnya penekanan demokratisasi, pemberdayaan, peran serta, transparansi, dan keutuhan budaya sebagai kunci untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Proses pemberdayaan, peran serta dan transparansi saat ini masih menggunakan pola konvensional yang belum dilaksanakan dengan seutuhnya. Intervensi


(40)

pemerintah dan keengganan mitra kerja dalam membangun sistem yang proporsional dan sistematis merupakan penghambat dalam pembangunan yang berkelanjutan. Keterbukaan dan memberikan ruang bagi pihak-pihak yang berperan serta sangat diperlukan dalam pembangunan yang berkelanjutan, sehingga setiap komponen saling mengenali dan berperan aktif.

Kebiasaan masyarakat yang suka berkumpul menjadi sorotan utama di kampung Hamdan ini. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa suka berkumpul untuk melakukan interaksi dengan tetangga ataupun warga sekitar. Area berkumpul warga pun tersebar di banyak tempat, mulai dari area tepi sungai, warung-warung makan, area ruang terbuka, bahkan bantaran jalan di dalam lokasi perancangan. Kegiatan yang mereka lakukan juga cukup beragam, misalkan apabila berkumpul di sungai mereka melakukan beberapa kegiatan seperti mandi, mencuci baju, memancing, bahkan melakukan pembuangan akhir seperti buang air bahkan buang sampah. Kondisi ini sangat ironi sekali, mengingat mereka juga menggunakan air untuk memasak nasi, mencuci, bahkan melakukan aktivitas mandi di sungai. Bisa dibayangkan bagaimana tercemarnya air sungai apabila pembuangan itu tetap berlangsung walaupun kegiatan pokok masyarakat di sungai lebih mengutamakan air yang bersih dan sehat karena akan digunakan untuk konsumsi langsung seperti mandi bahkan minum.

Perlunya memfokuskan perhatian pada upaya peningkatan kemakmuran semaksimal mungkin dalam batasan ketersediaan modal dan kemampuan teknologi. Sumberdaya alam merupakan modal yang akan menjadi langka dan menjadi kendala bagi upaya kemakmuran, sedangkan sumberdaya manusia dengan kemampuan teknologinya akan menjadi tumpuan harapan untuk melonggarkan batas dan mengubah kendala yang ada sehingga perkembangan kemakmuran terus berlanjut.


(41)

Masyarakat Kampung Hamdan terkenal dengan industri baksonya, dapat dilihat dari terdapatnya warung bakso yang cukup terkenal di kota Medan yaitu bakso Amat yang terletak di pinggiran lokasi perancangan Kampung Hamdan ini. Keadaan ini menjadi poin penting dari kawasan, walaupun tidak sebahagian besar warga bermata pencaharian sebagai tukang bakso, tapi setidaknya ada contoh kasus yang berhasil dalam usaha bakso yang bisa dijadikan sebagai ciri khas kampung tersebut. Namun selain usaha bakso, dikampung ini juga banyak terdapat usaha-usaha warga yang lain seperti warung nasi, toko jajanan, warkop, salon, penjahit, bengkel, dan lain-lain. Usaha-usaha itu sebahagian besar terdapat di pinggiran lokasi perancangan yang berorientasi ke jalan sehingga dengan keadaan ini memicu terjadinya kemacetan. Bantaran jalan yang digunakan sebagai tempat parkir mengakibatkan kemacetan yang cukup parah, ditambah lagi ruas jalan yang cukup kecil. Penjabaran ini merupakan poin-poin besar bagaimana keadaan sosial ekonomi warga di kampung tersebut, mulai dari kebiasaan hingga mata pencaharian warga yang dominan.

3.3 Penerapan Pendekatan Desain Terhadap Desain

Pendekatan arsitektur hijau dalam tema ini terdapat didalam tiga dari empat elemen pada desain. Tiga elemen tersebut yaitu sistem greenway komprehensif yang akan mmengatur dan menentukan besarnya lingkup kawasan proyek perancangan, hunian rumah susun yang nyaman untuk masyarakat, dan area komersial yang dirancang untuk mengakomodasi kegiatan sosial - ekonomi kawasan.


(42)

3.3.1Sistem Greenway

Greenway System merupakan penggabungan linear dari ruang terbuka. Sistem ini akan menyediakan jaringan rute off-road atau akses bagi pejalan kaki yang menghubungkan daerah di dalam wilayah perencanaan dengan satusama lain.

Greenway System akan menyoroti unsur daerah perencanaan yang alami dengan fitur topografi kawasan yang beberapa tetap dipertahankan. Sistem ini juga berfungsi sebagai penentu lingkungan atau sebagai garis-garis kawasan. Sistem ini akan menjadi bagian integral dari area komersial kawasan, lalu mengontribusikan karakter serta kemudahan dalam sirkulasi kawasan yang menghubungkan seluruh wilayah perencanaan dan menjadi sumber daya utama bagi penduduk dan pengunjung kawasan.

Elemen ini juga menggunakan konsep hijau yaitu jaringan sirkulasi pejalan kaki maupun kendaraan bermotor yang aksesnya dapat menggunakan sistem penampung air hujan yang kemudian air hujan tersebut ditampung dan diarahkan ke tangki air dalam tanah yang kemudian di-filter atau disaring sehingga air hujan dapat digunakan untuk penghuni rumah susun baik pada bangunan rumah susun itu sendiri maupun area komersialnya.

3.3.2 Hunian Rumah Susun

Rumah susun sendiri didesain agar setiap unit hunian mendapatkan akses langsung dari matahari sehingga pada siang hari penggunaan cahaya buatan seperti lampu tidak diperlukan yang dampaknya akan dapat menghemat pengeluaran energi listrik. Penggunaan solar panel juga diharapkan dapat membantu pengurangan pengeluaran energi listrik pada bangunan.


(43)

Setiap area sirkulasi pada bangunan juga merupakan dinding hijau yang didesain terbuka sehingga aliran udara masuk secara alami ke dalam bangunan yang kemudian tidak diperlukan pengudaraan buatan didalam sirkulasi bangunan.

Dalam rangka penghijauan, setiap atap pada bangunan dijadikan taman atap atau roof garden yang selain berfungsi sebagai ruang komunal bagi penghuni rumah susun juga diharapkan dapat mengurangi panas matahari terhadap bangunan. Roof garden juga dapat menampung air hujan yang kemudian di alirkan langsung ke dalam tangki bawah tanah untuk kemudian disaring lalu digunakan sebagai langkah hemat air.

3.3.3 Area Komersial

Konsep hijau unytuk area komersial ini berupa bentuk yang di sebut "pohon" kanopi, dengan batang tebal terletak di masing-masing "kolom pohon" yang dirancang sebagai pengumpul air hujan. Daerah percabangan dari kolom-kolom tersebut mengumpulkan air hujan hampir sama dengan seluruh area kawasan dan mengarahkannya melalui pipa-pipa yang lalu disimpan di dalam tangki penyimpanan air bawah tanah. Air yang terkumpul digunakan untuk mengisi cekungan air di trotoar area kulinaer. Lalu air diuapkan sehingga penguapan air dari cekungan air dapat mendinginkan aliran udara yang mengalir di bawah kanopi, dan bekerjasama dengan lapisan smart-glass untuk mengontrol suhu selama hari-hari panas.


(44)

Gambar 3.1 Konsep Pohon Kanopi area kuliner kawasan Sumber : Penulis (2014)

3.4 Bangunan Ramah Lingkungan

Arsitektur hijau yang dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan adalah proses struktur yang bertanggung jawab tehadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh bangunan, mulai dari lokasi perancangan, konstruksi, pelaksanaan, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. Arsitektur hijau didefenisikan sebagai sebuah istilah yang menggambarkan mengenai ekonomi, hemat energi, ramah lingkungan, dan dapat dikembangkan menjadi pembangunan berkesinambungan. Rumah susun Kampung Hamdan ini didesain selain untuk menunjang kehidupan sosial-ekonomi yang lebih baik untuk penduduknya juga bertujuan untuk melestarikan lingkunganya dengan pendekatan arsitektur hijau. Rumah susun ini dibangun dengan pendekatan tersebut agar rumah susun tersebut menjadi bangunan hijau yang dirancang untuk mengurangi dampak keseluruhan dari lingkungan yang dibangun bagi kesehatan manusia


(45)

dan lingkungan alam oleh efisiensi menggunakan energi, air, dan sumber daya lain, kesehatan penghuni, dan mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan.

Dalam pemilihan material untuk rumah susun Kampung Hamdan ini sendiri dapat dijabarkan menjadi dua yakni dari sisi teknologi dan penggunaannya. Dari sisi teknologi, pemilihan bahannya dimaksimalkan agar menghindari adanya toksin atau racun dan diproduksi tidak bertentangan dengan alam. Contohnya, meminimalkan penggunaan material kayu, batu alam maupun bahan bangunan yang mengandung asbeston. Sedangkan dari sisi penggunaan, pemilihan material yang ramah lingkungan seperti menggunakan lampu hemat energi seperti lampu LED yang rendah konsumsi listrik.

3.4.1 Material Bangunan

Rumah rusun Kampung Hamdan ini dibangun dengan pendekatan arsitektur hijau ataupun merupakan bangunan yang berkelanjutan. Pemilihan materialnya dipilih selain hemat biaya juga hemat energi. Dengan memilih bahan baku yang sesuai, efisien dan ramah lingkungan, Rumah susun ini dapat meminimalkan terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam serta dapat menghemat penggunaan energi secara keseluruhan. Bahan baku yang ramah lingkungan berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan bumi.


(46)

KAMPUNG HAMDAN

Sebelum memutuskan untuk menggunakan tema green commercial community, penulis memiliki beberapa tema yang dijadikan alternatif dalam membangun kawasan muka sungai ini. Beberapa diantaranya adalah “Hamdan community development” yang

berarti pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di Kampung Hamdan. Maksudnya yaitu membuat kawasan Kampung Hamdan menjadi kawasan ideal dalam pengembangan kualitas hidup dan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Community development merupakan tema yang menggambarkan konsep pengembangan suatu kawasan kumuh menjadi kawasan yang memiliki kualitas hidup ideal bagi penghuni kawasan tersebut. Kampung Hamdan akan dikembangkan melalui aspek sosial dan ekonominya. Tujuannya untuk membuat komunitas sosial-ekonomi yang seimbang dari berbagai aktivitas yang ada pada kawasan. Dengan konsep greenway system yang akan menjadi penghubung segala kawasan, lalu the core area yang merupakan pusat kegiatan sosial kawasan, serta business park yang merupakan fokus kegiatan ekonomi di kawasan tersebut dengan industri rumah tangganya yang menjadi nilai plus dalam pengembangan kawasan ini.

Namun setelah penulis menelaah kembali tema tersebut disimpulkan bahwa tema tidak cukup untuk menangani isu perekonomian kawasan. Maka dari itu tema “Hamdan community development” kemudian dikembangkan menjadi tema baru namun tetap

mempertahankan beberapa konsep yang ada di dalamnya dan menambahkan beberapa usulan konsep baru yang lebih fokus pada sasaran dari tujuan sebenarnya proyek ini


(47)

dengan lebih mempertimbangkan isu yang diangkat ke dalam proyek ini yaitu isu mengenai sosial – ekonomi, maka lahirlah tema “green commercial community”.

4.1 Green Commercial Community

Sosial-ekonomi merupakan tema besar untuk proyek perancangan arsitektur enam ini. Isu tersebut diangkat menjadi tema mengingat lingkungan yang merupakan kawasan muka sungai dan paling identik dengan lokasi terlantar, tidak tertata serta kumuh. Masyarakat kawasan muka sungai ini juga rata-rata pedagang kaki lima, buruh, tukang becak, dan lain-lain.

Untuk mewujudkan kesejahteraan kehidupan masyarakat muka sungai tersebut dengan pertimbangan isu sosial-ekonomi di atas maka sub-tema yang akan di angkat adalah green commercial community, yang merupakan komunitas komersial yang dapat membantu dalam mendongkrak perekonomian kawasan khususnya bagi masyarakat itu sendiri dengan menggunakan pendekatan green architecture.

Kawasan komersial sendiri adalah area yang mempunyai fungsi dominan untuk kegiatan komersial atau disebut sebagai kawasan pusat perniagaan/usaha kota, letaknya tidak selalu di tengah-tengah kota dan mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan ekonomi kota.

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa1. Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat

diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. (Wenger, 2002:4).


(48)

Menurut Crow dan Allan, Komunitas dapat terbagi menjadi tiga komponen, yaitu berdasarkan lokasi atau tempat (wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat di mana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis), berdasarkan minat (sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, maupun berdasarkan kelainan seksual), dan berdasarkan komuni (komuni dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri).

Dari penjabaran di atas, maka commercial community merupakan suatu kawasan komersial yang mempunyai fungsi dominan untuk kegiatan perekonomian yang diisi oleh sebuah kelompok sosial yang umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama sehingga menjadikannya sebagai identitas kawasan mereka bersama yang membentuk komunitas itu sendiri.

Dalam bentuk pendekatan desainnya sendiri tema di atas menggunakan pendekatan green architecture.Green Architecture atau Arsitektur Hijau adalah perencanaan arsitektur yang berusaha meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Konsep green architecture memberi konstribusi pada masalah lingkungan.

Kawasan muka sungai ini akan dikembangkan melalui aspek sosial dan ekonominya. Tujuannya untuk membuat komunitas sosial-ekonomi yang seimbang dari berbagai aktivitas yang ada pada kawasan. Penjabaran mengenai konsep arsitektur hijau ini telah dijelaskan penulis pada Bab III.


(49)

4.2 Penerapan Tema pada Kawasan Perancangan

Konsep utama dalam tema ini adalah untuk mengembangkan kawasan kumuh muka sungai Kampung Hamdan menjadi kawasan komersial. Terdapat empat elemen yang mengisi kawasan Kampung Hamdan ini, yaitu sistem greenway komprehensif yang akan menjadi elemen utama kawasan, mengatur dan menentukan besarnya lingkup kawasan proyek perancangan, hunian rumah susun yang nyaman untuk masyarakat, taman parkir yang merupakan penunjang area komersial kawasan, dan area komersial yang dirancang untuk mengakomodasi kegiatan ekonomi kawasan.

Sistem Greenway

Sistem greenway merupakan penggabungan linear dari ruang terbuka, fitur alam dan layanan masyarakat. Sistem ini akan menyediakan jaringan rute off-road pejalan kaki yang menghubungkan daerah di dalam wilayah perencanaan dengan satusama lain.

Greenway System akan menyoroti unsur daerah perencanaan yang alami dengan fitur topografi kawasan yang beberapa tetap dipertahankan. Sistem ini juga berfungsi sebagai penentu lingkungan atau sebagai garis-garis kawasan. Sistem ini akan menjadi bagian integral dari area komersial, lalu mengontribusikan karakter serta kemudahan dalam sirkulasi kawasan yang menghubungkan seluruh wilayah perencanaan dan menjadi sumber daya utama bagi penduduk dan pengunjung kawasan.

Hunian Rumah Susun

Daerah perencanaan akan sebagian besar menjadi wilayah hunian yang merupakan flat house atau rumah susun yang dirancang sedemikian rupa agar memiliki karakter unik yang menggambarkan identitas masyarakat sendiri yang dapat mempromosikan kualitas hidup yang baik bagi masyarakat kawasan muka sungai.


(50)

Area Komersial

Elemen ini merupakan elemen yang terinspirasi dari kegiatan ekonomi masyarakat kawasan muka sungai yang akan dituangkan ke dalam area komersial yang diberi nama taman komersial, yang diharapkan dapat mengembangkan dan membentuk pola perekonomian pada kawasan. Taman komersial merupakan lokasi yang tepat bagi masyarakat untuk berdagang dan membuat rumah produksi sendiri.

Taman Parkir

Elemen yang satu ini akan menjadi perencanaan daerah sebagai area penunjang dari area komersial kawasan yang berfungsi sebagai area parkir bagi pengunjung kawasan Kampung Hamdan. Taman Parkir akan ikut aktif dan hidup dalam membantu membangun identitas unik kawasan.

4.3 Konsep Perancangan “Green Commercial Community”

4.3.1 Konsep Penggunaan Tanah

Struktur penggunaan lahan yang diuraikan sebelumnya akan mendorong pola unik pembangunan yang memberikan kesempatan bagi warga untuk hidup, bekerja dan menciptakan area perencanaan mereka sendiri. Pembangunan seluruh perencanaan kawasan Kampung Hamdan harus berkualitas tinggi. Desain yang terinspirasi dari elemen-elemen masyarakat. Efisiensi ini akan mendongkrak seluruh wilayah perencanaan dalam pola permukiman dan melalui penggunaan standar pembangunan alternatif untuk infrastruktur baru dan layanan masyarakat. Hal ini akan menjadikan daerah perencanaan yang lebih sustainable dan lingkungan yang kompatibel.

Dalam merancang rencana tapak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu melakukan pendekatan secara holistik agar pengembangan lahan dapat dirancang dan


(51)

diimplementasikan pada skala besar di ligkungan pusat kota yang padat, membangun pola pemukiman yang membuat masyarakat nyaman berdasarkan pada aktivitas yang beragam, Garis Sempadan Sungai (GSS) yang akan dijadikan ruang terbuka hijau, dan proyek yang menunjukkan ciri khas daerah pinggiran sungai yang mencakup kinerja berkelanjutan yang disesuaikan dengan pendekatan perencanaan kawasan.

Gambar 4.1 Konsep Perancangan Lokasi perancangan Kawasan Sumber : Penulis (2014)

Gambar tersebut merupakan rancangan lokasi perancangan dari Kawasan Kampung Hamdan yang telah selesai. Dengan tema green commercial community, tampak area parkir yang cukup luas karena konsep desainnya sendiri adalah taman parkir yang dapat mengundang pengunjung masuk dan menikmati kawasan komersial Kampung Hamdan ini.


(52)

Gambar 4.2 Pembagian Area Kawasan Sumber : Penulis (2014)

Gambar 4.3 Potongan A-A Sumber : Penulis (2014)

Gambar 4.4 Potongan B-B Sumber : Penulis (2014)

Kedua potongan lokasi perancangan di atas memperlihatkan profil topografi lokasi perancangan dengan kondisi lingkungan sekitarnya juga. Potongan A-A (gambar 4.3) memperlihatkan profil lokasi perancangan dengan profil sungai. Sedangkan potongan


(53)

B-B (gambar 4.4) memperlihatkan permainan kontur untuk area komersial kuliner dengan area rumah susunnya sendiri.

Gambar 4.5. Area kawasan yang baru Sumber : Penulis (2014)

4.3.2 Sistem Sirkulasi dan Parkir

Konsep ini merupakan peggabungan antara elemen greenway system dengan taman parkir pada kawasan. Dengan greenway system yang merupakan adalah sistem akses sirkulasi kawasan yang mengintegrasi elemen „taman parkir‟ kemudian menciptakan suasana yang komersial sehingga konsep ini juga merupakn bagian yang dapat mendongkrak perekonomian penghuni rusun.

Area parkir diletakkan di tengah-tengah kawasan sebagai tujuan dari konsep taman parkir yang terintergrasi dengan area komersial kawasan secara langsung. Pembangunan kawasan akan memperhatikan livability dan mengurangi ketergantungan kendaraan roda empat berhubungan dengan tidak adanya masyarakat yang memiliki kendaraan tersebut.


(54)

Gambar 4.6. Suasana Taman Parkir Sumber : Penulis (2014)

Konsep desainnya menyediakan akses khusus bagi lansia maupun orang yang berkemampuan terbatas disekitar kawasan. Lalu membuat fitur khusus dalam desain rumah susun yang mendukung lansia dan orang yang berkemampuan terbatas.

4.3.3 Ruang Terbuka dan Vegetasi

Beberapa konsep ruang terbuka pada kawasan yaitu dengan cara menghubungkan semua titik kawasan dengan greenway system, membuat open space yang dapat mengakomodasi segala kegiatan masyarakat termasuk area komersial yang merupakan area terbuka berupa alun-alun kuliner, membuat green space berupa taman maupun pepohonan yang dapat menahan suhu matahari, dan tepi sungai akan menjadi fokus open space/area komersial di kawasan ini.

4.3.4 Aktivitas Pendukung

Area komersial merupakan elemen yang berupa penampung kegiatan ekonomi masyarakat Kampung Hamdan yang akan dituangkan ke dalam konsep area komersial sehingga diharapkan dapat mengembangkan dan membentuk pola perekonomian pada kawasan. Area komersial merupakan lokasi yang tepat bagi masyarakat untuk berdagang dan mengembangkan industri rumah tangga yang merupakan produk olahan sendiri.


(55)

4.3.5 Sistem Utilitas

1. Jaringan Air Bersih

Jaringan air bersih bangunan berasal dari PDAM. Pendistribusiannya menggunakan sistem pipa bawah tanah, dan menara air kota dan pumping station.

2. Jaringan Air Kotor

Pendistribusian seperti biasa yang di alirkan melalui pipa limbah cair yang kemudian langsung di arahkan pada riol kota.

3. Listrik

Aliran listrik diperoleh dari PLN dan Solar Panel 4. Komunikasi

Menggunakan jaringan TELKOM

4.3.6 Sistem Dreinase

Menggunakan sistem manajemen stormwater yang meminimalkan dampak pembangunan perkotaan pada lingkungan yang mengintegrasikannya ke dalam sistem

Greenway dan mampu memenuhi kualitas air yang bermutu.

4.3.7 Pasokan Energi

Untuk konsep utilitasnya desain menggunakan teknologi yang disebut siphonic.

Teknologi ini merupakan sejenis pemanfaatan air hujan menjadi sumber air utama disamping pasokan utama. Tidak hanya itu teknologi ini juga mampu mengubah limbah air untuk menyiram tanaman. Lalu menggunakan sistem solar panel dalam pemasokan


(56)

energi listrik. Solar panel digunakan untuk menyimpan energi yang terdapat dari sinar matahari.

4.3.8 Aspek Keberlanjutan

Struktur penggunaan lahan yang diuraikan sebelumnya akan mendorong pola unik pembangunan yang memberikan kesempatan bagi warga untuk hidup, bekerja dan menciptakan area perencanaan mereka sendiri. Pembangunan seluruh perencanaan kawasan Kampung Hamdan harus berkualitas tinggi. Desainnya terinspirasi dari elemen-elemen penting yang ada dalam masyarakat. Efisiensi ini akan mendongkrak seluruh wilayah perencanaan dalam pola permukiman dan melalui penggunaan standar pembangunan alternatif untuk infrastruktur baru dan layanan masyarakat. Hal ini akan menjadikan daerah perencanaan yang lebih sustainable dan lingkungan yang kompatibel.

Aspek keberlanjutan yang diterapkan diseluruh kawasan baik pada rumah susun, area kuliner, ruang terbuka hijau dan ruang serbaguna.

Gambar 4.7. Area kuliner : sustainability Sumber : Penulis (2014)


(57)

Gambar 4.8. Gedung Serbaguna : konsep sustainable Sumber : Penulis (2014)

Gedung serbaguna di atas merupakan bangunan yang mampu menampung air hujan kemudian diolah bersama dengan sistem stormwater kawasan Kampung Hamdan. Konsepnya terinspirasi dari pegunungan yang dapat menyimpan air di dalamnya.

Gambar 4.9. Konsep Ruang Serbaguna Sumber : Penulis (2014)

4.3.9Cost/Budgets & Investment Relevance Factors On Proposed

Kawasan yang akan dibangun ini sudah sewajarnya mendapatkan penanganan yang sedemikian rupa mengingat kondisi fisik lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakatnyapada saat ini yang memprihatinkan.


(58)

Segala upaya akan dikerahkan dalam bentuk investasi pada proyek ini akan disesuaikan dengan anggaran dan sumber daya yang tersedia dengan menitik beratkan pembangunannya kepada poin-poin yang tertuang dalam konsep perancangan.

4.4 Penyusunan Konsep Rancangan

Konsep rancangan untuk proyek ini dikembangkan melalui isu sosial-ekonomi, yang mengubah kampung hamdan yang tadinya berfungsi sebagai permukiman menjadi suatu kawasan komersial yang dapat menunjang perekonomian warga yang bermukim di area perancangan.

Seperti sebelumnya yang telah penulis uraikan, terdapat empat elemen utama yang akan mewujudkan konsep rancangan proyek ini, yaitu area sirkulasi kawasan (Greenway Sistem), area hunian (The Residential), area komersial, dan taman parkir.

Green Commercial Community merupakan sub-tema untuk proyek ini. Green Commercial Community atau komunitas komersial yang hijau adalah suatu kawasan komersial yang di isi oleh komunitas pedagang yang sebenarnya adalah penduduk asli yang tinggal di area lokasi proyek yaitu Kampung Hamdan. Kemudian diberikan tempat tinggal yaitu rumah susun dan di berikan fasilitas untuk mereka tetap menjalankan profesi mereka yang sebelumnya adalah pedagang. Penerapan dari sub-tema sendiri adalah mewujudkan fungsi perekonomian secara langsung dan nyata dengan menyediakan tempat mereka berdagang dan berjualan.

Sistem greenway merupakan penggabungan linear dari ruang terbuka, firur alam dan layanan masyarakat. Sistem ini akan menyediakan jaringan rute off-road pejalan kaki yang menghubungkan daerah di dalam wilayah perencanaan dengan satusama lain.

Sistem greenway akan menyoroti unsur daerah perencanaan yang alami dengan fitur topografi kawasan yang tetap dipertahankan. Sistem ini juga berfungsi sebagai


(59)

penentu lingkungan atau sebagai garis-garis kawasan. Sistem ini akan menjadi bagian integral dari core area, lalu mengontribusikan karakter serta kemudahan dalam sirkulasi kawasan yang menghubungkan seluruh wilayah perencanaan dan menjadi sumber daya utama bagi penduduk dan pengunjung kawasan.

Kampung Hamdan akan memiliki akses sirkulasi yang benar-benar hijau dan sangat ramah terhadap pejalan kaki. Kawasan ini dirancang dengan konsep ini agar dapat mengundang masyarakat maupun pengunjung kawasan untuk hidup lebih sehat dengan berjalan kaki.

Daerah perencanaan akan sebagian besar menjadi wilayah hunian yang merupakan flat house atau rumah susun yang dirancang sedemikian rupa agar memiliki karakter unik yang menggambarkan identitas masyarakat sendiri yang dapat mempromosikan kualitas hidup yang baik bagi masyarakat kawasan muka sungai.

Flat house atau rumah susun akan menjadi smart building atau bangunan pintar karena memakai pendekatan arsitektur hijau. Kulit bangunan akan akan dirancang sedemikian rupa agar dapat menciptakan energi sendiri dan dapat menghemat energi tersebut.

Akan ada sebagian dinding luar bangunan (kulit bangunan) yang di buat miring dan ditanami rumput agar dapat menyerap air hujan dan difilter lalu dapat digunakan oleh penghuni rumah susun untuk mencuci, mandi dan sebagainya.

Rumah susun ini terdiri dari delapan lantai, serta memiliki tipe 36, tipe 45 dan tipe 54. Tipe 54 merupakan tipe yang paling mendominasi rumah susun karena mempunyai 2 kamar tidur. Ini dipertimbangkan mengingat permukiman aslinya rata-rata telah bekeluarga dan memiliki 3 – 4 anggota keluarga di dalam satu rumah. Tipe 45 di urutan kedua lalu tipe 36 di urutan terakhir. Jumlah keseluruhan unit hunian sekitar 243 buah.


(1)

Untuk mewujudkan kawasan muka sungai yang indah, maka proyek dengan tema

Green Commercial Community ini memeberikan solusi dalam masalah-maslah yang sebelumnya sudah ada pada kawasan tepian sungai pada umumnya. Isu-isu atau masalah-masalah yang timbul pada area tepian sungai adalah permukiman kumuh, sosial – ekonomi, tata kota yang buruk, dan sungai menjadi area belakang.

Kesemua masalah tersebut dipecahkan dengan konsep yang dimiliki oleh Green Commercial Community, yaitu pembangunan rumah susun sebagai langkah revitalisasi atas permasalahan permukiman kumuh area tepian sungai, konsep komersial berupa alun-alun kuliner serta kios yang dapat membantu menunjang paerekonomian dan masalah sosial yang terdapat dalam kawasan Kampung Hamdan, penataan kembali kawasan melalui pendekatan arsitektur hijau sehingga menciptakan kualitas hidup bersih dan sehat sera layak huni, dan penataan kembali tepian sungai menjadi muka sungai dengan konsep

riverfront culinary area yaitu, area kuliner yang diletakkan berdampingan dengan sungai sehingga citra sungai sebagai area belakang lambat laun akan berubah menjadi area muka yang dapat mengingatkan masyarakat bahwa sungai merupakan bagian penting dalam kota yang juga patut dilestarikan dan dijaga kebersihannya.

Pemecahan masalah di atas merupakan konsep utama dari tema Green Commercial Community, penulis berharap dengan solusi yang diberikan penulis dalam proyek perancangan arsitektur yang ke-enam ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. Terutama bagi penduduk lokasi proyek sehingga kesadaran mereka atas pentingnya sungai dalam kehidupan yang malah dapat membantu mereka dalam isu sosial-ekonomi mampu membuat kehidupan mereka lebih sehat dan sejahtera.


(2)

75

DAFTAR PUSTAKA

Ayuninggar, D.P., Antariksa & Wardhani, D.K. 2011. Kearifan Lokal Masyarakat

Suku Tengger dalam Pemanfaatan Ruang dan Upaya Pemeliharan

Lingkungan (Studi Kasus Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten

Pasuruan).International Conference in Environmental Talk: Toward A

Better Green Living. Faculty of Civil Engineering and Planning

Mercubuana University, Jakarta 9 March.

Bayu, Chandra. 2007. Perubahan Pola Ruang Perkotaan dalam Transformasi

Sosial Budaya Masyarakat Tepian Sungai di Pontianak

Kalimantan Barat.

(online). (http://eprints.undip.ac.id/16893/1/Chandra_Bayu.pdf). Diakses

pada 29 Maret 2014.

Burhan, I.M., Antariksa & Meidiana, C. 2008. Pola Tata Ruang Permukiman

Tradisional Gampong Lubuk Sukon, Kabupaten Aceh Besar. arsitektur

e-journal. 1 (3): 172-189. http://antariksae-e-journal.blogspot.com. (Diakses 15

Mei 2014)

Chintyatari, Debby. 2012. Teknologi Ramah Lingkungan dalam Bangunan.

(online).

(http://debbychintyatari.wordpress.com/2014/01/04/teknologi-ramah-lingkungan-dalam-bangunan/). Diakses pada 25 Mei 2014.

Ernawi, I.S. 2009. Kearifan Lokal Dalam Perspektif Ruang. “Kearifan Lokal

dalam Perencanaan dan Perancangan Kota; Untuk Mewujudkan Arsitektur

Kota yang Berkelanjutan. Group Konservasi Arsitektur & Kota: Malang.

Lukmantara, A. 2013. Sistem Mekanikal dan Elektrikal (ME) Suatu Bangunan

(Gedung).

(online).

(http://aloekmantara.blogspot.com/2012/09/sistem-mekanikal-dan-elektrikal-me_29.html). Diakses pada 02 Juni 2014.


(3)

Muktining Nur, T. K. H., Antariksa & Sari, N. 2009. Pelestarian Pola

Permukiman

Masyarakat

Using

di

Desa

Kemiren

Kabupaten

Banyuwangi. arsitekture-journal.

2

(3):191-207.

http://antariksae-journal.blogspot.com. (Diakses 2 April 2014).

Pemerintah Kota Medan. 2005. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)

Kecamatan Medan Maimun. Medan: Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan.

Pemerintah Kota Medan. 2008. Statistik Kependudukan Kecamatan Medan

Maimun. Medan : Badan Pusat Statistik.

Presiden Republik Indonesia. 2008. Peraturan RI No 26 Tahun 2008 Pasal 56

Ayat 2 tentang Sempadan Sungai. Jakarta : Dinas Pekerjaan Umum.

Presiden Republik Indonesia. 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

38 Tahun 2011 tentang Sungai. Jakarta: Dinas Pekerjaan Umum.

Saraswati, T. 2011. Tantangan Menuju Arsitektur yang Lebih Tanggap Kondisi

Bumi dan Lingkungan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada

Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana

Yogyakarta. Yogyakarta 12 Maret.

Sekretaris Kementerian Perumahan Rakyat. 2012. Jumlah daerah yang

dikategorikan kumuh di Indonesia. Jakarta: Departemen Kementrian

Perumahan Rakyat.


(4)

77

Suryanto. 2007. Daya Dukung Lingkungan Daerah Aliran Sungai untuk

Pengembangan Kawasan Permukiman - Studi Kasus Das Beringin Kota

Semarang. (online). (http://eprints.undip.ac.id/18725/). Diakses pada 05

Maret 2014.

Wikipedia. 2014. Komunitas. (online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas).

Diakses pada 25 Mei 2014.


(5)

Dalam proses penyusunan konsep perencanaan, Penulis telah mencoba berusaha mengintegrasikan kondisi ideal dengan realitas di lapangan yaitu dengan memperhatikan kepentingan masyarakat setempat, misalnya dengan menata lingkungan menjadi lebih teratur dan sehat, memberikan ruang untuk menjalankan usaha bagi warganya, merancang rumah susun sebagai tempat tinggal yang nyaman dan hemat energi, akses yang lapang dan efisien, serta secara tidak langsung memberikan pengajaran kepada masyarakat bahwa sungai bukanlah tempat pembuangan, melainkan dapat dimanfaatkan sebagai tempat hiburan dan rekreasi yang menyenangkan.

Tema yang diusung pada usulan ini yaitu Green Commercial Community

diterapkan dengan konsep pembangunan rumah susun sebagai langkah revitalisasi atas permasalahan permukiman kumuh area tepian sungai. Lalu konsep komersial berupa alun-alun kuliner serta kios yang dapat membantu menunjang paerekonomian dan masalah sosial yang terdapat dalam kawasan Kampung Hamdan. Penataan Kembali kawasan melalui pendekatan arsitektur hijau sehingga menciptakan kualitas hidup bersih dan sehat sera layak huni.Serta penataan kembali tepian sungai menjadi muka sungai dengan konsep riverfront culinary area yaitu, area kuliner yang diletakkan berdampingan dengan sungai sehingga citra sungai sebagai area belakang lambat laun akan berubah menjadi area muka yang dapat mengingatkan masyarakat bahwa sungai merupakan bagian penting dalam kota yang juga patut dilestarikan dan di jaga kebersihannya.

Harapan Penulis kiranya usulan ini dapat diterima oleh semua pihak sebagai alternatif masukan dalam usaha menata dan mengembangkan Kawasan Muka Sungai Deli, khususnya pada kawasan Kampung Hamdan. Mudah-mudahan pula usulan ini


(6)

74

bermanfaat bagi seluruh warga Kampung Hamdan khususnya, dan masyarakat Kota Medan pada umumnya, serta mampu menghilangkan kesan kumuh dan menciptakan image baru bagi kawasan Kampung Hamdan yaitu sebagai kawasan tepian sungai yang menyenangkan.