PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KEPEMIMPINAN

  KEPEMIMPINAN, KEKUASAAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Friday, 18 March 2011 15:56 | Written by Sugianto | | Menakar Arah dan Gaya Kepemimpinan Catatan awal Mengenai pentingnya kepemimpinan pada sebuah komunitas atau organisasi sudah terang bagi semua. Jangan komunitas manusia, komunitas gajah, babi hutan, kerbau hutan memiliki dan membutuhkan pemimpin. Mengapa komunitas atau organisasi membutuhkan pemimpin? Jawabnya jelas: Supaya ada yang memimpin. Maka kita perlu mengerti apa sebenarnya peran dan fungsi pemimpin yang hakiki bagi komunitas atau organisasi? Dari hasil penelitian para ahli manajemen, organisasi, antropologi- sosiologi, politik ditemukan pemahaman mengenai peran dan fungsi pemimpin yang hakiki ada 3, yakni: Memberi dan menjaga arah.

  Menggerakkan. Mempersatukan. Jika Majelis Jemaat dipahami sebagai pemimpin jemaat, maka anggota jemaat berharap bahwa Majelis Jemaat, baik sebagai entitas institusi maupun dalam entitas individu anggota majelis, agar menghadirkan tiga peran diatas. Jika seorang pendeta dipahami sebagai pemimpin jemaat, maka warga jemaat menaruh harapan bahwa seorang pendeta memerankan tiga hal diatas secara efektif. Jika Majelis Pekerja Klasis, jika Majelis Pekerja Sinode adalah pemimpin klasis atau pemimpin Sinode, maka seluruh warga GKSBS mengharapkan bahwa MPK/MPS mampu berperan dan berfungsi secara efektif dalam memberi dan menjaga arah bergereja, menggerakkan umat dan menjaga kesatuan umat.

  Makna kekuasaan Setiap pemimpin, entah person maupun kolektif, pada dirinya memiliki kekuasaan. Kekuasaan adalah konsep yang rumit. Paling tidak kekuasaan adalah kombinasi antara wewenang dengan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok pemimpin.

  Wewenang seseorang atau sekelompok pemimpin – dari mana pun asalnya – pada akhirnya diberikan oleh orang-orang yang dipimpinnya. Maka wewenang bisa goyah atau berkurang manakala orang-orang yang memberinya mengambil balik wewenang itu.

  Bagi pemimpin, kekuasaan yang dimilikinya – yang diberikan oleh orang- orang yang dipimpinnya – dimaksudkan agar peran dan fungsi kepemimpinan bisa efektif. Tetapi kekuasaan pada hakikatnya selalu seperti pedang bermata dua. Pada satu sisi merupakan berkat. Tapi pada sisi lain merupakan laknat. Padahal tidak pernah ada orang yang tahu dengan pasti mana sisi tajam yang berupa berkat dan mana sisi tajam yang berupa laknat. Tetapi semua orang tahu bahwa pada saat kekuasaan diarahkan untuk memberi dan menjaga arah perjalanan, memberdayakan dan mempersatukan, maka pedang itu akan menjadi berkat. Tetapi manakala pedang itu tidak digunakan untuk mendukung efektivitas peran dan fungsi kepemimpinan, maka pedang itu telah menjadi laknat. Pengambilan keputusan Semua orang tahu – sesuai dengan peran dan fungsinya – pemimpin adalah penentu keputusan bagi sebuah komunitas atau sebuah statusnya untuk memiliki kemampuan yang baik dalam pengambilan keputusan. Kemampuan yang baik dalam pengambilan keputusan harus tercermin pada tiga hal: cara, hasil keputusannya dan kemampuan menyampaikan hasil keputusan.

  Hal mengambil keputusan memang hak prerogatif pemimpin. Tetapi hal keputusan itu dapat diterima oleh orang-orang yang dipimpin sangat dipengaruhi oleh cara atau proses mengenai bagaimana keputusan itu diambil. Karena kewenangan yang dimiliki oleh pemimpin itu merupakan kewenangan yang diberikan oleh orang-orang yang dipimpin, maka proses pengambilan keputusan harus bisa dikontrol dan dipertanggung- jawabkan kepada yang memberi wewenang. Mengapa orang-orang yang dipimpin perlu mengontrol dan meminta pertanggung-jawaban? Karena pada dasarnya semua orang ingin terlibat dan memberikan kontribusi dalam kehidupan bersama. Pemberian wewenang adalah wujud dari keinginan berkontribusi. Pun demikian hal mengontrol dan meminta pertanggung-jawaban. Maka merupakan konsekuensi logis jika harapan dan ruang untuk mengontrol dan meminta pertanggung-jawaban menyempit, akan mengakibatkan orang-orang yang dipimpin juga akan mengurangi kontribusinya dalam memberikan wewenang. Kontribusi yang diberikan kepada pemimpin tujuan akhirnya bukan kepada pemimpin itu sendiri, melainkan kontribusi terhadap usaha mewujudkan nilai-nilai dan cita-cita organisasi atau komunitas. Oleh karena itu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin harus dipastikan selaras dengan nilai-nilai dan cita-cita organisasi atau komunitas. Maka menjadi jelas bahwa proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin harus transparan dan dapat diukur. Proses pengambilan keputusan yang tidak transparan dan tidak terukur secara hakiki menjadi proses pembusukan sebuah organisasi atau sebuah komunitas. Dan secara khusus akan menjadi proses pengeroposan kepemimpinan itu sendiri. Pengeroposan ini akan menjadikan kepemimpinan kehilangan legitimasi. Dan ketika kepemimpinan kehilangan legitimasi, maka kecenderungannya adalah – gaya kepemimpinan – semakin otoriter.

  Untuk menghasilkan proses pengambilan keputusan yang baik, yang transparan dan terukur, pemimpin harus menetapkan mekanisme dan nilai-nilai acuan pengambilan yang dapat diakses oleh orang-orang yang dipimpin. Akses terhadap mekanisme dan nilai-nilai yang menjadi acuan dalam pengambilan keputusan ini akan memungkinkan terjadinya kontribusi dan partisipasi yang lebih intens. Kontribusi dan partisipasi yang lebih intens ini akan semakin memperkokoh legitimasi pemimpin dan kualitas keputusan-keputusan yang dihasilkannya.

  Apakah proses pengambilan keputusan yang baik seperti diatas dijamin menghasilkan keputusan-keputusan yang baik juga? Belum tentu. Hasil keputusan bisa bias oleh dua hal. Pertama, informasi yang tidak akurat. Oleh karena itu seorang atau sekelompok pemimpin harus memiliki kemampuan menghimpun dan menyeleksi informasi/data dengan baik. Kedua, motivasi dan kepentingan. Data yang baik, akurat, lengkap dan up to date bisa menghasilkan keputusan melenceng manakala ada motivasi, kepentingan dan niatan yang salah dari pemimpin. Siapa yang bisa mengontrol motivasi dan naiatan seseorang? Tentu tidak ada. Maka, setelah proses pengambilan keputusan, produk keputusan pemimpin harus juga bisa dikontrol. Alat kontrol produk keputusan pemimpin adalah: Pertama, seberapa sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam keputusan dengan nilai-nilai organisasi atau komunitas. Kedua, seberapa relevan keputusan itu dengan program, tema dan arah organisasi. Ketiga, seberapa keputusan itu memiliki daya terap (dapat dilaksanakan) bagi organisasi atau komunitas. Pada akhirnya, keputusan yang baik adalah keputusan yang dapat dimengerti oleh orang-orang yang dipimpin. Maka kemampuan mengkomunikasikan hasil keputusan menjadi sangat penting. Apakah ini sesuatu yang berat? Tentu saja tidak. Karena, ketika proses pengambilan keputusan bersifat transparan dan terukur, ketika produk keputusan masih terbuka terhadap control mereka yang dipimpin, maka sudah dengan sendirinya produk keputusan pemimpin sudah dipahami oleh mereka yang dipimpin. Tetapi sayangnya banyak pemimpin yang karena sejak proses pengambilan keputusan tidak transparan dan terukur, serta tidak ada ruang partisipasi, maka hal mengkomunikasikan keputusan menjadi pekerjaan yang berat. Dan ketika orang-orang yang dipimpin tidak bisa mengerti produk-produk keputusannya, maka dengan mudah alamat kesalahan diarahkan kepada mereka yang dipimpin. Ketika terjadi situasi demikian, maka peluang berkembangnya gaya kepemimpinan yang otoriter semakin besar.

  Catatan akhir Menjadi jelas bahwa gaya kepemimpinan yang otoriter mendapatkan lahan yang subur, manakala budaya dan sistem pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi atau komunitas semakin tidak transparan dan tidak terukur.

  Mungkin budaya pengambilan keputusan seperti diatas tidak pernah dianggap sebagai masalah, sebab hal mengambil keputusan adalah merupakan hak prerogatif pemimpin. Tetapi ketika hak atau wewenang ini dipahami secara keliru, maka kemungkinan yang akan berkembang adalah produk-produk keputusan pemimpin akan kehilangan legitimasi. Dan ketika hal ini terjadi, maka pada gilirannya krisis kepemimpinan akan mengikutinya. Pada akhirnya keberadaan organisasi atau kemunitas akan terancam. Maka untuk semakin kokohnya kepemimpinan di GKSBS, sangatlah mendesak bagi kita semua untuk memikirkan dan membuat mekanisme pengambilan keputusan yang dapat memberikan jaminan yang kuat bagi lahirnya keputusan-keputusan yang legitim – yang secara pasti selaras dengan nilai-nilai GKSBS, selaras dengan strategi dan program-program GKSBS, serta secara pasti dapat di-implementasikan. Jayalah GKSBS.

   KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan Hidayah-Nya makalah ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “Pengambilan Keputusan Pemerintah dalam Kepemimpinan” ini disajikan berdasarkan pengetahuan dan referensi dari beberapa sumber yang ada. Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada dosen pengajar.dan semua pihak yang telah membantu demi selesainya makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun penulis perlukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan pembuatan makalah dimasa yang akan datang. Penulis berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca dan juga pada penulis sendiri.

  DAFTAR ISI Kata Pengantar………………………………………………………………….….…….. i Daftar Isi……………………………………………………………………….....……… ii

  1.1. Latar Belakang…………………………………………………………….…...…… 1

  1.3. Tujuan Penulisan……………………………………………………….....…............ 3

  BAB II 2.1. Definisi Pemimpin Menurut Para Ahli………………………………….....

  ………….. 5 2.2. Peran Kepemimpinan Dalam Mengendalikan Konfik…………….………... ………. 6

  2.3. Peran Kepemimpinan dalam Membangun Tim……………………………............…7-8 BAB III

  

3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………....… 9

  3.2 Saran………………………………………………………………………….…..... 9

Daftar Pustaka………………………………………………………………..….……... 10

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah organisasi, kita mengenal dua peranan yang masing- masing berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Peran yang pertama kita kenal dengan istilah peranan kepemimpinan mengerjakan hal yang benar, dan yang kedua kita menyebutnya dengan istilah peranan manajemen mengerjakan hal secara benar atau pelaksanaan.

  Perbedaan yang signifikan antara kedua peranan di atas adalah jika dikaitkan dengan otak kanan dan otak kiri. Peranan kepemimpinan umumnya diatur oleh otak kanan, adapun peranan manajemen diatur oleh otak kiri. Sedangkan dalam hubungannya dengan dinamika organisasi, maka peran kepemimpinan tidak terlepas dari pembagiannya serta keterkaitannya dengan aspek mengambil keputusan, mengelola konfik dan membangun tim. Dalam makalah ini kita akan membahas tiga pembagian peran kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Kepemimpinan adalah adalah proses mempengaruhi aktivitas- aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ocial pencapaian tujuan. Dalam pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.

  1.2. Rumusan Masalah

  2. Bagaimana pengertian pemimpin itu menurut para ahli?

  3. Apa saja pengertian kepemimpinan itu?

  4. Apa saja teori kelahiran pemimpinan itu?

  5. Apa saja teori-teori kepemimpinan itu?

  6. Bagaimana tipe dan gaya kepemimpinan?

  7. Peran pemimpin dalam menghadapi konfik? Bagaimana ciri-ciri kepemimpinan yang baik? 8.

1.3. Tujuan Penulisan

  Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang kepemimpinan baik itu pengertian kepemimpinan, teori-teori kepemimpinan, tipe dan gaya kepemimpinan, syarat-syarat kepemimpinan dan ciri-ciri kepemimpinan yang baik itu seperti apa. Di samping itu makalah ini juga bertujuan untuk melatihan dasar kepemimpinan Mahasiswa.

BAB II KEPEMIMPINAN

2.1. Definisi Pemimpin Menurut Para Ahli

  Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999). Menyatakan pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan memimpin subordinat (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan.

  Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi (1983: 255). Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya.

  Kartini Kartono (1994 : 33). Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

  Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.

  Dilain hal, pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh sebab itu, untuk mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinila dari konsekwensi yang ditimbulkannya. Melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga : a. Teori keputusan meupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif

  b. Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer, secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi terutama informasi bisnisnya

  c. Pengambilan keputusan adalah proses memlih di antara tindakan untuk mengatasi masalah. Prosesnya dilakukan melalui beberapa tahapan seperti, Identifikasi masalah, mendefinisikan masalah, memformulasikan dan mengembangkan alternative, implementasi keputusan, serta evaluasi keputusan.

2.2. Peran Kepemimpinan Dalam Mengendalikan Konfik

  Berkaitan dengan dunia organisasi, konfik pun kerap kali terjadi misalnya saja konfik antara pemimpin dengan yang dipimpinnya atau antara kelompok kerja yang satu dengan yang lain. Konfik terjadi disebabkan oleh berbedanya kepribadian, kepentingan, latar belakang, budaya, agama dan sebagainya antara masing-masimg indivdu dalam organisasi tersebut. Konfik tidak dicegah melainkan hanya dikendalikan, dikelola, bahkan disinergikan menjadi sesuatu yang sangat dinamis dan harmonis. Dan ini adalah tugas dari seorang pemimpin.dalam kepemimpinannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa efektifitas kepemimpinan seorang pemimpin adalah dapat dinilai dari bagaimana ia

mampu mengendalikan dan mengelola konfik begitu juga sebaliknya.

  Proses pengendalian konfik Proses ini bermula dari persepsi konfik itu sendiri, apa komponennya dan dari mana sumbernya, kemudian menuju ke tahap realisasi, penghindaran, intervensi, pemilihan strategi dan implementasi, serta evaluasi dampak yang ditimbulkan dari konfik tersebut.

  Cara mengendalikan konfik

Dalam mengendalikan konfik, cara-cara yang dapat dipakai adalah :

Memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk  mengemukakan pendapatnya tentang kondisi-kondisi penting yang diinginkan

  Meminta satu pihak menempatkan diri pada posisi orang lain, dan  memberikan argumentasi yang kuat mengenai posisi tersebut Kewenangan pimpinan sebagai sumber kekuatan kelompok dalam 

pengambilan keputusan atau memecahkan masalah secara efektif.

2.3. Peran Kepemimpinan dalam Membangun Tim

  Tim adalah kelompok kerja yang dibentuk dengan tujuan untuk menyukseskan tujuan bersama sebuah kelompok organisasi atau manajemen. Tujuan dari pembentukan tim di sini adalah membangun unit kerja yang solider yang mempunyai identifikasi keanggotaan maupun kerja sama yang kuat.

  Proses pembentukan Ruang lingkup peran hubungan yang melekat pada pemimpin meliputi peran pemimpin dalam pembentukan dan pembinaan tim-tim kerja, pengelolaan tata kepegawaian yang berguna untuk pencapaian tujuan organisasi. Pedoman umum dalam membentuk atau membangun tim, yaitu:

  a. Menanamkan pada kepentingan bersama

  b. Berusaha mempertahankan komitmen

  

c. Menggunakan simbol-simbol untuk mengembangkan identifikasi dengan

unit kerja d. Mendorong dan memudahkan interaksi yang memuaskan

  e. Mengadakan pertemuan-pertemuan membangun tim f. Menggunakan jasa konsultan bila diperlukan.

   Anggota tim Keberhasilan tugas dalam tim akan tercapai jika setiap orang bersedia untuk bekerja dan memberikan yang terbaik. Anggota tim yang baik harus:

  a. Mengerti tujuan yang baik

  b. Memiliki rasa saling ketergantungan dan saling memiliki

  c. Menerapkan bakat dan pengetahuannya untuk sasaran tim

  d. Dapat bekerja secara terbuka

  e. Dapat mengekspresikan gagasan, opini, dan ketidaksepakatan f. Mengerti sudut pandang satu dengan yang lain.

  g. Mengembangkan keterampilan dan menerapkanya pada pekerjaan.

  h. Mengakui bahwa konfik adalah hal yang normal.

i. Berpartisipasi dalam keputusan tim.

  Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses untuk memberikan pengarahan dan pengaruh pada kegiatan yang berhubungan dengan tugas sekelompok anggotanya. Mereka yakin bahwa tim tidak akan sukses tanpa mengkombinasikan kontribusi setiap anggotanya untuk mencapai tujuan akhir yang sama.

BAB III

  

PENUTUP

  3.1 Kesimpulan Kepemimpinan merupakan sub sistem dari pada manajemen,

karena mengingat peranan vital seorang pemimpin dalam menggerakan

bawahan, maka timbul pemikiran di antara para ahli untuk bisa jauh lebih

mengungkapakan peranan apa saja yang menjadi beban dan tanggung

jawab pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya. Kepemimpinan

merupakan suatu masalah yang kompleks dan sulit, karena sifat

dasar kepemimpinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi,

perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga

pemahaman tentang kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan objektif.

  Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh

seorang pemimpin adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran

ini dapat dijalankan dengan cara memberikan pujian dan dukungan.

Pujian dapat diberikan dalam bentuk penghargaan dan insentif. Sebagai

sumber inspirasi, seorang pemimpin tidak hanya menunjukkan dalam

kata dan ucapan saja, melainkan juga tindakan dan perilaku sehari-hari.

Orang berharap seorang pemimpin yang menunjukkan optimisme, segar,

antusias, energik, dan berpikir positif pada masa depan. Kepemimpinan

seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap

pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil

tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin.

  3.2 Saran Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki oleh penulis, maka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih

mendasar lagi, disarankan kepada pembaca untuk membaca literatur-

literatur yang telah dilampirkan pada makalah ini.

  

DAFTAR PUSTAKA

[1.] Handoko T. Hani , Manajemen Edisi 2, BPFE – Yogyakarta, 1984.

  [2.] James K. Van Fleet, 1973, 22 manajemen kepemimpinan, Jakarta:Mitra

[3.] Purwnto, yadi, 2001, makalah: manajemen PT.Cendekia Informatika,

Jakarta [4.]

  

  [5.] w. Brown steven, 1998, manajemen kepemimpinan, Jakarta: Profesional books [6.] Aynul. 2009. "Leadership: Definisi Pemimpin". (Online). (Http://referensikepemimpinan.blogspot.com/2009/03/definisi- pemimpin.html, diakses 11 November 2011).

  D a n d o R i d w a n t o K a m i s , 1 8 A p r i l 2 0 1 3 MAKALAH

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan, Mengendalikan Konflik dan Membangun Tim

Dosen

  Pembimbing:

Ustadz Ulil Multazam

Oleh:

Muhammad Imam Syafi’i

La Abdul Hamid

Roni

  Siswanto

Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al Hakim

Pondok Pesantren Hidayatullah

Surabaya

  2011/2012 Daftar isi; 1. Pendahuluan

  

2. BAB I PERAN KEPEMIMPINAN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN, MENGENDALIKAN

KONFLIK DAN MEMBANGUN TIM

A. Peran Kepemimpinan dalam Mengambil Keputusan

  

B. Peran Kepemimpinan dalam Mengendalikan Konflik

  

C. Peran Kepemimpinan dalam Membangun Tim

  

D. Proses Pengaruh Timbal Balik didalam Kepemimpinan

3. BAB

II TINJAUAN TEORITIK

  

A. Keberhasilan Kepemimpinan

  

B. Memperbaiki Kepemimpinan

4.

  SIMPULAN Pendahuluan

Dalam kerangka manajemen, kepemimpinan merupakan sub sistem dari pada manajemen. Karena

mengingat peranan vital seorang pemimpin dalam menggerakan bawahan, maka timbul pemikiran di

antara para ahli untuk bisa jauh lebih mengungkapakan peranan apa saja yang menjadi beban dan

tanggung jawab pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya.

Bicara tentang kepemimpinan banyak para ahli memberikan definisi tentangnya. Sehingga, salah

seorang ahli menyimpulkan bahwa “Kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang

paling mudah di observasi tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit dipahami” (Richard

L. Daft,1999). Mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu masalah yang kompleks dan

sulit, karena sifat dasarkepemimpinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi,

perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman tentang

kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan objektif.

Dalam hubungannya dengan dinamika organisasi, maka kepemimpinan tidak bisa lepas dari

pembagiannya serta keterkaitannya dengan aspek pengambilan keputusan, mengelola konflik dan

membangun tim. BAB

  I PERAN KEPEMIMPINAN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN, MENGENDALIKAN KONFLIK DAN MEMBANGUN TIM

  

E. Peran Kepemimpinan dalam Mengambil Keputusan

Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan

keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah

salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan,

seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.

Dilain hal, pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku mencerminkan karakter bagi seorang

pemimpin. Oleh sebab itu, untuk mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinilai

dari konsekuensi yang ditimbulkannya, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya.

Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:

  • • Teori keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis situasi yang tidak

  

pasti atau berisiko, dalam konteks ini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif

  • • Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajermemperoleh dan

    menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan informasi

    yang relevan dan menganalisis data; manajer, secara individual dan dalam tim, mengatur dan

    mengawasi informasi terutama informasi bisnisnya

  • • Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif tindakan untuk

    mengatasi masalah.

  

Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: proses dan

gaya pengambilan keputusan

Proses pengambilan keputusan

Prosesnya dilakukan melalui beberapa tahapan seperti:

a. Identifikasi masalah

  

b. Mendefinisikan masalah

  

c. Memformulasikan dan mengembangkan alternative

  

d. Implementasi keputusan

  

e. Evaluasi keputusan

Gaya pengambilan keputusan

Selain proses pengambilan keputusan, terdapat juga gaya pengambilan keputusan. Gaya adalah lear

habit atau kebiasaan yang dipelajari.

Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh dimensi:

1. Cara berpikir, terdiri dari:

a. Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial b. Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.

2. Toleransi terhadap ambiguitas

  

a. Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara meminimalkan ambiguitas

  

b. Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat memproses banyak pemikiran

pada saat yang sama.

Kombinasi dari kedua dimensi diatas menghasilkan gaya pengambilan keputusan seperti:

  

1. Direktif = toleransi ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas. Efisien, mengambil keputusan

secara cepat dan berorientasi jangka pendek

  

2. Analitik = toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas. Pengambil keputusan yang cermat,

mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru

  

3. Konseptual = toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif. Berorientasi jangka panjang, seringkali menekan

solusi kreatif atas masalah

  

4. Behavioral = toleransi ambiguitas rendah dan intuitif. Mencoba menghindari konflik dan

mengupayakan penerimaan.

  

F. Peran Kepemimpinan dalam Mengendalikan Konflik

Menurut bahasa, konflik dapat diartikan dengan perbedaan , pertentangan dan perselisihan. Konflik

adalah pertentangan dalam hubungan kemanusiaan ( intrapersonal dan interpersonal ) antara satu

pihak dengan pihak yang lain dalm mencapai suatu tujuan, yang timbul akibat adanya perbedaan

kepentingan, emosi/ psikologi, dan nilai.

Komponen

  Konflik Secara umum konflik itu terdiri atas 3 komponen, yaitu :

  • • Interest ( kepentingan ), yakni sesuatu yang memotivasi orang untuk melakukan atau tidak

    melakukan sesuatu.
  • • Emotion ( emosi ), yang sering diwujudkan melalui perasaan yang menyertai sebagian besar

    interaksi manusia seperti marah, kebencian, takut, dan penolakan.

  • • Values ( nilai ), yakni komponen konflik yang paling sulit dipecahkan karena nilsi itu merupakan hal

    yang tidak bisa diraba dan dnyatakan secara nyata. Nilai berada pada kedalaman akar pemikiran dan

    perasaan tentang benar dan salah, baik dan buruk yang mengarahkan dan memelihara perilaku

    manusia. Sumber

  Konflik

Sumber- sumber konflik dapat dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu :

  • • Biososial, para pakar manajemen menempatkan frustasi agresi sebagai sumber konflik.

  • • Kepribadian dan Interaksi, termasuk didalamnya kepribadian yang abrasive ( suka menghasut ),

    gangguan psikologi, kemiskinan, interpersonal, kejengkelan, persaingan ( rivalitas ), perbedaan gaya

    interaksi, ketidaksederajatan hubungan.

  • • Struktural, banyak konflik yang melekat pada struktur organisasi dan masyarakat. Kekuasaan,

    status dan kelas merupakan hal- hal yang berpotensi menjadi konflik, seperti tentang hak asasi

    manusia, gender dan sebagainya.

  • • Budaya dan Ideologi, intensitas konflik dari sumber ini sering dihasilkan sdari perbedaan politik,

    sosial, agama dan budaya. Konflik ini juga timbul dikalangan masyarakat karena perbedaan system

    nilai
  • • Konvergensi ( gabungan ), dalam situasi tertentu sumber- sumber konflik itu menjadi satu, sehingga

    menimbulkan kompleksitas konflik itu sendiri.

    Mengendalikan

  Konflik

Untuk dapat mengatasi konflik-konflik yang ada pemimpin dapat memberikan kesempatan kepada

semua anggota kelompok untuk mengemukakan pendapatnya tentang kondisi - kondisi penting yang

diinginkan, yang menurut persepsi masing - masing harus dipenuhi dengan pemanfaatan berbagai

sumber daya dan dana yang tersedia

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pemimpin untuk dalam kepemimpinannya untuk

mengatasi atau mengendalikan konflik. Disini kami kami menghadirkan beberapa cara yang dikutip dari

Nader and Todd, dalam salah satu bukunya, The Disputing Process Law In Ten Societies, yaitu :

  • • Bersabar ( Lumping ), yaitu suatu tindakan yang merujuk pada sikap yang mengabaikan konflik

    begitu
  • • Penghindaran ( Avoidance ), yaitu suatu tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri hubungannya

    dengan cara meninggalkan konflik.

  • • Kekerasan atau paksaan ( Coercion ), yaitu suatu tindakan yang diambil dalam mengataasi konflik

  • • Negosiasi ( Negotation ) ialah tindakan yang menyangkut pandangan bahwa penyelesaian konflik

    dapat dilakukan oleh orang- orang yang berkonflik secara bersama – sama tanpa melibatkan pihak

    ketiga. Kelompok tidak mencari pencapaian solusi dan term satu aturan, tetapi membuat aturan yang

    dapat mengorganisasikan hubungannya dengan pihak lain.

  • • Konsiliasi ( Conciliation ), yaitu tindakan untuk membawa semua yang berkonflik kemeja

    perundingan.
  • • Mediasi ( Mediation ), hal ini menyangkut pihak ketiga yang menangani/ membantu menyelesaikan

    konflik agar tercapai persetujuan.

  • • Arbritasi ( Arbritation ), kedua belah pihak yang berkonflik setuju pada keterlibatan pihak ketiga yang

    memiliki otoritas hokum dan mereka sebelumnya harus setuju untuk menerima keputusannya.

  • • Peradilan ( Adjudication ), hal ini merujuk pada intervensi pihak ketiga yang berwenang untuk

    campur tangan dalam penyelesaian konflik, apakah pihak- pihak yang berkonfllik itu menginginkan atau

    tidak.

  

G. Peran Kepemimpinan dalam Membangun Tim

Tim adalah kelompok kerja yang dibentuk dengan tujuan untuk menyukseskan tujuan bersama sebuah

kelompok organisasi atau masyarakat. Tujuan dari pembentukan tim di sini adalah membangun unit

kerja yang solider yang mempunyai identifikasi keanggotaan maupun kerja sama yang kuat.

  

1. Proses pembentukan

Ruang lingkup peran hubungan yang melekat pada pemimpin meliputi peran pemimpin dalam

pembentukan dan pembinaan tim-tim kerja; pengelolaan tata kepegawaian yang berguna untuk

pencapaian tujuan organisasi. Pedoman umum dalam membentuk atau membangun tim, yaitu:

a. Menanamkan pada kepentingan bersama

  

b. Menggunakan seremoni dan ritual-ritual

  

c. Menggunakan simbol-simbol untuk mengembangkan identifikasi dengan unit kerja

  

d. Mendorong dan memudahkan interaksi sosial yang memuaskan

  

e. Mengadakan pertemuan-pertemuan membangun tim

f. Menggunakan jasa konsultan bila diperlukan.

  

2. Anggota tim

Keberhasilan tugas dalam tim akan tercapai jika setiap orang bersedia untuk bekerja dan memberikan

yang terbaik. Anggota tim yang baik harus:

  

a. Mengerti tujuan yang baik

  

b. Memiliki rasa saling ketergantungan dan saling memiliki

  

c. Menerapkan bakat dan pengetahuannya untuk sasaran tim

  

d. Dapat bekerja secara terbuka

  

e. Dapat mengekspresikan gagasan, opini, dan ketidaksepakatan

f. Mengerti sudut pandang satu dengan yang lain.

  

g. Mengembangkan keterampilan dan menerapkanya pada pekerjaan.

  

h. Mengakui bahwa konflik adalah hal yang normal.

i. Berpartisipasi dalam keputusan tim.

  

3. Peranan kepemimpinan dalam tim

Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses untuk memberikan pengarahan dan pengaruh pada

kegiatan yang berhubungan dengan tugas sekelompok anggotanya. Mereka yakin bahwa tim tidak

akan sukses tanpa mengkombinasikan kontribusi setiap anggotanya untuk mencapai tujuan akhir yang

sama.

Adapun peranan pemimpin dalam tim adalah sebagai berikut:

  

a. Memperlihatkan gaya pribadi

  

b. Proaktif dalam sebagian hubungan

  

c. Mengilhami kerja tim

  

d. Memberikan dukungan timbal balik

  

e. Membuat orang terlibat dan terikat

  

f. Memudahkan orang lain melihat peluang dan prestasi

  

g. Mencari orang yang ingin unggul dan dapat bekerja secara kontruktif

  

h. Mendorong dan memudahkan anggota untuk bekerja

i. Mengakui prestasi anggota tim

j. Berusaha mempertahankan komitmen

k. Menempatkan nilai tinggi pada kerja tim.

  BAB

II TINJAUAN

  TEORITIK

  

C. Proses Pengaruh Timbal Balik didalam Kepemimpinan

Inti dari sebuah kepemimpinan adalah memengaruhi orang lain atau bawahan, sedangkan tanpa

bawahan pemimpin tidak akan ada. Tetapi proses pengaruh antara pemimpin dan bawahan tidak

searah.

Ada beberapa sumber pengaruh dari beberapa pemimpin dan sumber pengaruh bawahan. Menurut

Frinch dan Rave secara singkat menjelaskan bahwa pengaruh pemimpin terhadap bawahan pada

dasarnya bersumber pada bawahan dan atau keperibadian pemimpin.

Pengaruh bawahan terhadap pemimpin disebut kewibawaan tandinan (counter power). Sebenarnya

sumber utama counter power bawahan adalah ketergantungan pemimpin terhadap bawahan itu sendiri.

Para pemimpin diberikan kesempatan untuk melaksanakan pengaruhnya sesuai keahliannya, daya

tarik dan setatus yang linguistik. Akan tetapi kewibawan pemimpin akan segera lenyap jika pemimpin

gagal dalam memberikan keputusan yang tidak sesuai dengan harapankepuasan dan kebutuhan

bawahan.

Dalam timbal balik sebuah kepemimpinan, James A. Lee, membedakan kewibawaan dan pengaruh

bawahan dalam tiga kategori , yaitu; Kewibawaan Kolektif (collective power), Kewibawaan Legal (legal

  

D. Keberhasilan Kepemimpinan

Konsep keberhasilan kepemimpinan sama halanya dengan. Keberhasial pemimpin pada hakikatnya

berkaitan dengan tingkat kepedulian seorang pemimpin terlibat pada kedua organisasi yaitu apa yang

telah dicapai organisasi organizational achievement) dan pembinaan terhadab organisasi

(0rganizational maintenance).

  

a. Organizational achievement

Dengan pendekatan ini keberhasilan pemimpin dapat di kaji dengan langkah-langkah berikut;

  • • Pengamatan terhadap produk yang dihasilkan oleh proses transformasi kepemimpinan, seperti;

    • penampilan

  kelimpok,

  • -tercapainya tujuan kelompok,

    -kelangsungan hidup kelompok, dll.

    • • Berkaitan dengan hasil transformasi tersebut dapat dilihat pula beberapa hal seperti;

  • pertumbuhan

  keuntungan,

  • -batas minimal keuntungan,

    -peningkatan penjualan, dll.

  

b. Organizational maintenance

Dengan pendekatan ini dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap sikap bawahan dan orientasi

pemimpin terhadap bawahan.

  Sikap bawahan terhadap pemimpin • Ukuran sikap • bawahan pada pemimpin Orientasi pemimpin pada bawahan •

  

E. Memperbaiki Kepemimpinan

Ada tiga macam pendekatan untuk memperbaiki mepemimpinan, yang masing-masing yaitu;

a.

  Seleksi

Seleksi untuk memperbaiki kepemimpinan erat kaitannya dengan pendekatan sifat dan pemanfaatan

hasil-hasil dari studi sifat. Apabila terjadi kepemimpinan yang kosong, perlu dilakukan seleksi orang

untuk mengisi jabatan. Utuk mengisi jabatn yang kosong perlu dilakukan kualifikasi kepemimpinan

dalam jabatan kepemimpinan.

Proses seleksi seharusnya dilakukan oleh unit yang bertanggung jawab di bidang sumber daya

manusia yang mempuyai tugas untuk mengadakan identifikasi orang-orang yang memiliki potensi tinggi

sebagai calon seorang pemimpin.

  b.

  Pelatihan

Pelatihan merupakan metode yang paling banyak dipakai untuk memperbaiki

Kepemimpinan. Ada tiga kategori keterampilan yang paling mudah diperbaiki melalui pelatihan, yaitu;

  • • Keterampilan mengelola