MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

  Edisi No : 147 | Tahun XIII SINERGI

  Maret 2015

  I S S N 1 9 7 8 - 8 0 8 0 ESA HILANG DUA TERBILANG R E F E R E N S I T E B I N G T I N G G I D E L I SINERGI 0 0 1 4 7 771979 8 0 0 8 8 5

9 M E D I A P E M E R I N TA H K O TA T E B I N G T I N G G I

  SINERGI Dari Redaksi

  Pimpinan Redaksi Drs.BAMBANG SUDARYONO Pembaca budiman…

  T

  anpa terasa tiga bu- lan sudah hari-hari di tahun 215 ber- jalan tanpa kom- promi. Hari-hari itu seolah berjalan menggilas siapa saja yang terlena. Seperti pedang yang tajam, waktu akan memeng- gal siapa saja yang terlena. Seperti silet, w a k t u a k a n memotong nadi kehidupan kita tanpa rasa kasihan, sehingga b a g i mereka yang lalai, tanpa sadar dirinya su- dah berada di ujung kehidupan.

  Edisi Sinergi di bulan ketiga 2015 ini, memfokuskan ka- jian utamanya pada persoalan aset Pemko Tebing Tinggi yang selama ini cenderung menjadi pembic- araan tanpa ujung. Telah mencapai empat tahun Ranperda soal pen- gelolaan aset Pemko Tebing Tinggi terpendam di DPRD, tanpa ada niat untuk membahasnya. Parahnya, keengganan untuk membahas Ran- perda itu didasari oleh asumsi poli- tik yang salah dari DPRD sendiri. Ranperda itu tidak dibahas, ka- rena diasumsikan, menjadi upaya Pemko Tebing Tinggi menghapus sejumlah aset yang ada selama ini.

  Selain itu, tidak dibahas dan disahkannya Ranperda aset itu, menjadikan persoalan aset tumbuh seperti duri dalam daging Pemko Tebing Tinggi. Hal itu terbukti, ketika 2011, Pemko Tebing Tinggi harus menerima catatan disclaimer dari BPK RI, karena ketidak jela- san pengelolaan aset dimaksud. Lebih parah dari itu, cacat yang tak disengaja itu pun kemudian, diar- ahkan menjadi senjata bagi public untuk melakukan tekanan terha- dap kinerja Pemko Tebing Tinggi. Hingga kini, dugaaan yang dilansir sebuah LSM Jakarta bahwa Tebing Tinggi kota terkorup, menjadi in- gatan public yang susah untuk dihilangkan. Padahal, dugaan itu terjadi karena kesalahan yang se- benarnya tak ada kaitannya dengan moral para birokrat kota ini. Kami pun mengajukan sejumlah tulisan dalam upaya memahami apa dan bagaimana aset itu sebenarnya, kemudian bagaimana pengelolaan- nya dan apa pula dasar hukumnya.

  Pembaca sekalian…

  Selain itu, dalam edisi ini sejumlah rubric juga ami tampil- kan meski dengan ritme kerja yang terkesan tergesa-gesa. Ada rubric pendidikan, ada pula rubric kes- ehatan, tak lupa pula rubric ling- kungan hidup, wanita, hukum, par- lementaria, agama maupun sosial.

  Untuk rubric pendidikan, ada cerita tentang upaya SMAN 2 membangun masjid megah di kom- plek sekolah mereka. Upaya itu dilakukan dengan gotong royong sebagai wujud kepedulian warga sekolah meningkatkn semangat spiritualitas. Pada rubric ekonomi, kami masih emfokuskan mata pada persoalan mendasar masyarakat kecil, yakni gas 3kg yang terus saja bergejolak dalam penyediaannya di tengah masyarakat kecil. Per- mainan gas itu, telah meningkat- kan ketidak percayaan masyarakat atas p e n g e l o l a a n n e g e r i ini.

  Persoalan gas 3kg ini di- hubungkan dengan kian beratnya tanggung jawab wanita terhadap kehidupan rumah tangga mereka, setelah berbagai bahan pokok naik, akibat fluktuasi dunia. Begitu pula di halaman parlementaria, terjadi proses sulit dalam penempatan pedagang kaki 5 di berbagai loka- si inti kota. Sejak lama,memang persoalan pedagang kaki 5 men- jadi pembahasan di kalangan legislative, karena banyak tarik menarik dalam berbagai kepent- ingan antara satu dengan lain- nya. DPRD memang memfokus- kan pembahasan dalam masalah pedagang ini, karena persoalan- nya memang sudah berlarut-larut.

  Selain itu, pada rubrik lain, kami juga menyuguhkan sejum- lah rubrik yang kami nilai pent- ing, misalnya dalam rubrik hukum yang membahas komitmen Ko- ramil 13 dalam rangka pelestarian Balai Kerapatan Kerajaan Negeri Padang yang kini menjadi mar- kas mereka. Koramil 13 berjanji akan terus melestarikan bangunan itu, karena bangunan itu merupa- kan identitas kota Tebing Tinggi yang masih tersisa hingga kini.

  Akhirnya, dari meja redak- si kami yang menjadi pelaksana dalam kegiatan penerbitan ma- jalah ini berharap apa yang kami lakukan akan mendapat apresiasi positif dari pembaca sekalian. Leb- ih kurang kami mohon maaf dan mengucapkan selamat menikmati suguhan kami ini. Wassalam. @

  SINERGI KETUA PENGARAH Ir.Umar Zunaidi Hasibuan, MM ( WaliKota Tebing Tinggi ) WAKIL KETUA PENGARAH Ir.H.OKI DONI SIREGAR ( Wakil WaliKota Tebing Tinggi ) PENGENDALI

  28.

  INFO NASIONAL

  MOMENTUM SINERGITAS

Mengelola Aset Daerah

UTAMA Mengenal Aset Pemko Tebing Tinggi

Menertibkan Aset Negara

Penertiban Aset-Aset Negara/Daerah Optimalisasi Pengelolaan Aset Daerah PENDIDIKAN SMAN 2 Tebing Tinggi Bangun Masjid Megah EKONOMI Balada BBM Dan GAS 3 Kg Di Tebing Tinggiomi Di Tebing Tinggi Terdapat 12 Jenis Pangan Turun, 7 Naik KESEHATAN Sebagian Besar Jajanan Di SMP T.Tinggi Tak Penuhi Syarat HUKUM Siap Lestarikan Balai Kerapatan Negeri Padang Tebing Tinggi LINGKUNGAN HIDUP WANITA LENSA PEMKO PEMKO KITA PARLEMENTARIA AGAMA SOSIAL OPINI RAGAM CERPEN BUDAYA JURNAL ILMIAH

  59. SALAM REDAKSI

  58.

  57.

  51.

  49.

  48.

  46.

  43.

  42.

  40.

  39.

  22.

  H. Johan Samose Harahap, SH, MSP (Sekdako Tebing Tinggi Deli ) PENANGGUNG JAWAB Ir. H. Zainul Halim (Asisten Administrasi Umum ) PIMPINAN REDAKSI Drs. Bambang Sudaryono (Kabag Adm. Humas PP) WAKIL PIMPINAN REDAKSI Maslina Dalimunthe.SE (Kasubag Adm. Humas PP) BENDAHARA : Zulhadin, SH KOORDINATOR LIPUTAN Drs Abdul Khalik, MAP SEKRETARIS REDAKSI Dian Astuti REDAKSI Rizal Syam, Khairul Hakim, Juanda, Ulfa Andriani,S.Sos LAYOUT DESAIN GRAFIS Aswin Nasution, ST FOTOGRAFER : Sulaiman Tejo, Agung Purnomo KOORDINATOR DISTRIBUSI Edi Suardi, S.Sos Ridwan Tomy Erlangga LIPUTAN DAN REPORTER Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi Redaksi menerima tulis,photo juga surat berisi saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan tanda pengenal (KTP, SIM, Paspor) dan Redaksi berhak mengubah tulisan sepan- jang tidak mengubah isi dan maknanya.

  21.

  20.

  19.

  18.

  15.

  14.

  7.

  6.

  4.

  E D I S I 1 4 7 | M a r e t 2 0 1 5 2.

  J A J A R A N R E D A K S I TA H U N 2 0 1 5 REFERENSI TEBING TINGGI DELI D A F T A R I S I

  SINERGI Redaksi JUANDA Redaksi KHARUL HAKIM Sekretaris Redaksi DIAN ASTUTI Bendahara ZULHADIN, SH Koordinator Liputan Drs.ABDUL KHALIK,MAP Pimpinan Redaksi Drs.BAMBANG SUDARYONO Wakil Pimpinan Redaksi MASLINA DALIMUNTHE,SE ESA HILANG DUA TERBILANG

  TERBIT SEJAK 16 Juli 2002 SK WALIKOTA TEBING TINGGI NO.480.05/ 286 TAHUN 2002

  Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekreariat Daerah Kota Tebing Tinggi Jl,Dr Sutomo No : 14 Kota Tebing Tinggi Eimail : sinergi@tebingtinggikota.go.id Facebook : majalah_sinergi@tebingtinggikota.go.id

  IKLAN OVOP GRATIS TEPIAN Redaksi RIZAL SYAM Distributor RIDWAN Koordinator Distributor EDI SUARDI Layout Desain Grafis ASWIN NAST,ST Foto Grafer Sinergi SULAIMAN Foto Grafer Sinergi AGUNG PURNOMO Distributor TOMY ERLANGGA

  SINERGI M o m e n t u m

ESA HILANG DUA TERBILANG

  SINERGI SINERGI Sinergitas

  B

  arang milik daerah atau aset daerah, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pemerintahan dae- rah. Adanya aset daerah dikare- nakan adanya anggaran belanja daerah atau barang yang talah dihibahkan untuk daerah. Aset daerah adalah kekayaan daerah yang harus dijaga dan dikelola dengan baik.

  Barang Milik Daerah berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2004 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang didapat secara sah. Selanjutnya pengertian Barang Milik Daerah berdasarkan PP Nomor 6 Tahun 2006, adalah sebagai berikut: 1. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD. 2. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, meliputi: a. Barang yang diper- oleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis. b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian /kontrak. c. Barang yang diperoleh berdasarkan ke- tentuan undang-undang, atau d. Barang yang diperoleh berdasar- kan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

  Sedangkan aset dae- rah, sebagaimana dikutip dari Modul Diklat Teknis Manajemen Aset Daerah, LAN-2007, sep- erti berikut ini: Asset atau Aset ( dengan satu ‘s’) yang telah di Indonesiakan secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai: 1. Nilai ekonomi (economic value),

  2. Nilai komersial (commercial value) atau 3. Nilai tukar (ex- change value); yang dimiliki oleh instansi, organisasi, badan usaha ataupun individu perorangan.

  Dengan demikian, aset adalah barang, yang dalam pengertian hukum disebut benda, yang terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak, baik yang ber- wujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (Intangible), yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu instansi, organisasi, badan usaha atau individu perorangan.

  Sedangkan pengertian Aset sebagaimana disebut dalam Buletin Teknis, Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sum- ber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Pengelolaan aset daerah me- jadi kewajiban dari kita semua.

  Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi menjaga keberadaan aset daerah tersebut. Karena itu penelolaan yang diperlukan adalah meliputi: 1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;

  2. Pengadaan; 3. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran; 4. Penggunaan; 5. Penatausahaan;

  6. Pemanfaatan; 7. Pengamanan dan pemeliharaan; 8. Penilaian; 9. Penghapusan 10. Pemindahtanga- nan; 11. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian; 12. Pembi- ayaan; 13. Tuntutan ganti rugi.

  Kendatian demikian, pengelolaan Barang Milik Daerah atau aset daerah sebagai bagian dari Pengelolaan Keuangan Daerah yang dilaksanakan secara terpisah dari Pengelolaan Barang Milik Negara.

  Pelaksanaan pengelolalaan ini harus berdasarkan pada be- berapa asas:

  1. Azas fungsional, yaitu pengam- bilan keputusan dan pemecahan masalah di bidang pengelolaan BMD yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, peng- guna barang, pengelola barang dan Kepala Daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing;2. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan BMD harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang- undangan;3. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelo- laan BMD harus transparan terha- dap hak masyarakat dalam mem- peroleh informasi yang benar;

  4. Azas efisiensi, yaitu pengelo- laan BMD diarahkan agar BMD digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diper- lukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal; 5. Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan BMD harus dapat dipertanggung- jawabkan kepada rakyat; 6. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan BMD harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pe- manfaatan dan pemindahtanganan BMD serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.

   (Khairul Hakim) Mengelola Aset Daerah

  SINERGI Utama

  D

  alam sebuah dialog yang dilakukan wartawan dengan mantan wali kota Tebing Tinggi Drs. H. Amiruddin Lubis, di kediamannya sekira 2013 lalu, terungkap kisah bahwa Drs. H. Amiruddin Lubis kala memimpin (1975-1985) giat melakukan pembangunan fisik di kota Tebing Tinggi. Pembangunan fisik itu terkait dengan program Instruksi Presiden (Inpres) dengan fokus pada sektor pendidikan dan kesehatan, selain sektor ekonomi.

  Diakui mantan wali kota Tebing Tinggi itu, saat memban- gun sekolah maupun pusat kes- ehatan masyarakat (Puskesmas), banyak lahan yang diberikan oleh masyarakat secara cuma-cuma alias tanpa dibayar. Luas lahan yang diberikan untuk pertapakan sekolah dan puskesmas itu, terka- dang bisa mencapai 1 hektar lebih. Lahan pemberian secara gratis itu tersebar di berbagai kampung dan hingga kini lahan dan bangu- nan sekolah dan puskesmas terus digunakan oleh pemerintah kota. Ada belasan komplek sekolah yang kini masih terus beroperasi, demikian pula dengan puskesmas.

  Namun, seiring dengan waktu, lahan yang dihibah- kan masyarakat kepada Pemko Tebing Tinggi di masa wali kota Drs. H. Amiruddin Lubis, mulai dipermasalahkan ahli waris. Dari sejumlah kabar, ada ahli waris yang menyerahkan lahan sekolah kepada Pemko Tebing Tinggi mulai mempertanyakan lahan itu, bahkan ada yang sudah menggu- gatnya. Malangnya, Pemko Tebing Tinggi sendiri tidak memiliki arsip terkait dengan hibah lahan untuk bangunan sekolah dan puskesmas itu. Akhirnya, ada di antara lahan itu, kemudian harus ‘kembali’ kepada ahli waris, karena alas hak atas lahan sekolah itu tak dimiliki Pemko Tebing Tinggi.

  Aset Pemko Tebing Ting- gi, tidak hanya di masa mantan Wali Kota Drs.H Amiruddin Lubis saja, tapi sebelum beliau, banyak aset Pemko Tebing Tinggi yang disumbangkan oleh para wali kota yang pernah memimpin kota Tebing Tinggi. Sebut saja, misalnya Kantor Tarigan, berupa lahan SMAN 1 dan SMAN 3 (eks SPG) kota Tebing Tinggi. Atau lahan GOR Marah Halim di Jalan Thamrin yang merupakan aset Pemko Tebing Tinggi di masa mantan walikota H. Sanggup Ketaren. Sedangkan lahan perlu- asan yang diperoleh mantan wali kota Hj. Rohani Darus Daniel. SH seluas 48 hektar, di Kel. Tanjung

  Mengenal Aset Pemko Tebing Tinggi Photo Sinergi/ist SINERGI Utama

  Marulak, Kec. Rambutan, faktanya kini banyak yang telah beralih kepada berbagai kalangan dengan proses yang juga harus dipertan- yakan.

  Potensi adanya guga- tan terhadap aset Pemko Tebing Tinggi, ke depan akan semakin meninggi, mengingat kebutuhan lahan yang semakin besar, se- hingga godaan untuk mengambi kembali aset yang dihibahkan kepada Pemko Tebing Tinggi akan berlanjut. Apalagi potensi itu sendiri dipicu oleh sikap acuh tak acuh atau paling tidak lamban dari Pemko Tebing Tinggi terhadap pendataan dan pendaya gunaan aset. Salah satu di antara potensi hilangnya aset, adalah terjadinya regrouping terhadap sejumlah SD di kota Tebing Tinggi. Dari banyak regrouping itu, ada lahan yang akhirnya terlantar atau diberikan kepada instansi lain, dengan alas hak hibah yang juga dipertanya- kan.

  Kepala Badan Kesatuan Bang sa Politik dan Perlind- ungan Masyarakat (Kesbangpol Linmas) Amas Muda, SH, dalam perbincangan dengn SINERGI, mengakui adanya potensi akan hilangnya aset Pemko Tebing Tinggi, jika tidak dilakukan penda- taan dan pengesahan aset Pemko Tebing Tinggi, khususnya terhadap lahan sekolah dan puskesmas yang awalnya hibah masyarakat. Meski diakui Pemko Tebing Tinggi mela- lui Bagian Barang Daerah sudah mulai melakukan pendataan dan pengesahan aset. Bahkan, diakui sejumlah aset sudah didirikan plank untuk menyatakan status lahan dan banguna sebagai milik Pemko Tebing Tinggi. “Kita sekarang sedang berlomba dengan waktu, memper- tahankan aset atau malah kehilan- gan aset,” tegas Kaban Kesbang- pol dan Linmas Amas Muda, SH. Alasannya, dari banyak aset Pemko Tebing Tinggi, ada lahan yang kepemilikannya belum jelas, padahal di atas lahan itu terdapat bangunan milik Pemko Tebing Tinggi.

  Tak hanya itu, selain pen- dataan aset yang lamban, banyak pula di antara aset yang terdaftar

justru tak pernah dihapus. Aki-

batnya, aset bergerak yang sudah puluhan tahun, bahkan ‘bangkain-

ya’ pun sudah tak ada, tetap ter-

daftar sebagai aset. Menurut Amas Muda, SH, ada banyak aset berger-

ak mulai dari kenderaan hingga

kepada alata-alat kantor semisal kursi, meja dan lain sebagainya, masih terdaftar dalam buku aset, padahal bangkai dari aset itu saja

pun sudah tak ada lagi. Tidak

mengherankan jika kemudian, aset itu tetap dihargai dalam audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. “Setahu saya inilah pangkal masalah terjadinya

tudingan dari LSM, bahwa ada

korupsi di Pemko Tebing Tinggi, karena data aset ada, tapi fakta aset itu sendiri tak ada,” ungkap Amas

Muda, dalam perbincangan di

ruang kerjanya. Akibat lain, adalah terjadinya disclaimer atas laporang

keuangan Pemko Tebing Tinggi

pada 2012 lalu, karena banyak

di antara aset itu tak terlihat lagi wujudnya.

  Kondisi anomali aset itu, parahnya berbuntut panjang ketika DPRD kota Tebing Tinggi sendiri tak mau mengesahkan penghilan-

gan aset Pemko Tebing Tinggi

yang memang sudah tak ada.

Justru ketidak mauan itu, berlatar belakang pada kecurigaan ke mana larinya aset di maksud. Padahal, aset yang dicurigai itu, adalah aset bergerak yang lazimnya merupa-

kan aset habis pakai, semacam

kenderaan bermotor, alat-alat tulis

dan alat-alat penunjang peker-

jaaan. Anggota DPRD kota Tebing Tinggi Ogamota Hulu, SH, MH,

melansir bahwa Ranperda Aset

yang diajukan Pemko Tebing

Tinggi, telah ‘ngangkrak’ tak diba- has selama empat tahun. Akhirnya,

Ranperda aset itu dikembalikan

kepada Pemko Tebing Tinggi un- tuk diperbaiki, setelah empat tahun tak dibahas Dewan.

  Melihat kondisi demikian, sudah seharusnya ada upaya dari Pemko Tebing Tinggi untuk mn- goptimalkan kinerja dalam rangka menyelamatkan aset Pemko Tebing Tinggi yang awalnya sebagian besar merupakan hibah masyarakat untuk pembangunan kota ke depan. Akan sangat riskan, jika pegorbanan masyarakat yang menghibahkan lahannya untuk pembangunan justru belakangan statusnya menjadi tak jelas, bah- kan bisa hilang. Demikian pula dengan aset bergerak yang banyak diparsoalkan masyarakat yang tidak mendapat informasi ten- tang aset Pemko Tebing Tinggi, sehingga menjad cerita miring yang merusak citra Pemko Tebing Tinggi.

  Ada beberapa hal yang harus segera dilaksanakan oleh Pemko Tebing Tinggi, yakni mey- akinkan DPRD bahwa Ranperda itu penting untuk menjadi dasar hukum dalam menghilangkan aset yang memang sebenarnya sudah tidak ada lagi, karena berba- gai faktor, khususnya pada aset bergerak. Dasar hukum itu, akan menjadi modal bagi Pemko Tebing Tinggi dan DPRD, dalam rangka penataan kembali aset-aset yang ada saat ini, sebelum persoalan yang ada berkepanjangan, se- hingga memakan energi birokrasi yang bersifat percuma. Sedangkan aset tak bergerak, seperti tanah dan bangunan sudah saatnya diperce- pat pendataannya dan pendaftaran- nya ke BPN untuk memperjelas status hukum aset itu.

  Sinergisitas antara Pemko dan DPRD kota Tebing Tinggi sangat diperlukan, dalam bentuk kesepahaman dan saling percaya terhadap keberadaan aset bergarak maupun tak bergerak. Sebab, jika pembahasan Ranperda Aset di mu- lai dari sikap tidak mempercayai mitra kerja, sama saja dengan me- munculkan potensi kegagalan yang besar, sehingga Ranperda aset yang tak dibahas akan menjadi beban sejarah di masa mendatang. Membuang sikap tidak percaya terhadap mitra kerja, adalah salah satu saran terpenting agar kunci masalah aset ini bisa dibuka dan persoalan bisa diurai secara baik. Wallahu a’lamu bi ash shawab.

  • **kh

  SINERGI Utama

  D

  i media cetak dan elektronik diberita- kan, dalam penerti- ban aset sering ter- jadi keributan atau penolakan seperti dalam pengo- songan atau penertiban rumah di- nas, tanah, atau bangunan milik negara. Bahkan, baru-baru ini se- orang mantan petinggi TNI juga mempunyai masalah hukum yang berkaitan dengan aset negara. Ini menandakan ada permasalahan dalam pengelolaan aset negara.

  Peraturan Pemerintah No- mor 6 Tahun 2006 tentang Pengelo- laan Barang Milik Negara/Daerah menegaskan, pengelolaan aset ne- gara ditangani Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara, sedangkan pimpinan kementerian/ lembaga negara merupakan peng- guna barang milik negara. Para- digma dalam pengelolaan aset ini perlu disosialisasikan ke berbagai instansi K e m e n t e r i a n / l e m b a g a ataupun terhadap masyarakat yang mendapat manfaat dalam peng- gunaan barang milik negara. Aset negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara atau yang berasal dari per- olehan lainnya yang sah, seperti hibah/sumbangan, pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, keten- tuan undang-undang, atau putu- san pengadilan yang telah mem- peroleh kekuatan hukum tetap.

  Agar tugas dan fungsi pen- gelolaan aset dapat berjalan den- gan baik perlu ada dukungan bu- kan hanya dari internal pengelola, seperti sikap profesional dalam mengelola aset, prosedur kerja dan kebijakan yang baik, tetapi juga dukungan berbagai lembaga atau instansi pengguna, mulai proses inventarisasi sampai dengan per- tanggungjawabannya. Untuk terca- painya upaya ini perlu kerja keras mengingat problematika pengelo- laan aset negara sangat kompleks Basis data

  Penertiban barang milik negara meliputi kegiatan inven- tarisasi, penilaian, dan sertifikasi seluruh aset negara agar tercapai pengelolaan yang tertib, efektif (berdaya guna), efisien (berhasil guna), dan akuntabel. Tujuannya untuk melakukan pemutakhiran pembukuan barang milik negara pada sistem aplikasi, mewujud- kan penatausahaan di seluruh satuan kerja instansi pemerintah pusat, menyajikan koreksi nilai aset tetap, dan melakukan tindak lanjut penatausahaan dan pengelo- laan yang tertib dan optimal. Apa- bila hal ini telah terlaksana akan diperoleh basis data yang baik.

  Menertibkan Aset Negara Photo SINERGI/ist Photo Sinergi/ist SINERGI Utama

  Dengan basis data yang baik akan dapat diketahui aset apa saja yang (masih) dimiliki/ dikuasai dan di mana keberadaan barang milik negara tersebut. Pen- gelola akan mengetahui siapa yang bertanggung jawab atau yang me- manfaatkannya dan berapa nilai aset yang dimiliki/dikuasai. Selan- jutnya, bagaimana pemanfaatan dari setiap aset yang dimiliki/ dikuasainya, yang kemudian di- lakukan pengamanan administratif yang didukung dengan penga- manan fisik dan yuridis yang baik.

  Apabila basis data baik, pe- manfaatannya harus memberi nilai tambah bagi kepentingan ekonomi nasional dan bagi kemakmuran rakyat. Institusi pengelola aset se- lanjutnya dituntut dapat melakukan prinsip pemanfaatan yang optimal, sehingga aset yang telah didata dan dinilai seperti rumah dinas, tanah, bangunan, stadion, jembat- an, irigasi, mercusuar, atau stasiun pemancar, tidak menjadi modal sia-sia yang tidak bermanfaat.

  Penertiban aset bukan seka- dar tindakan administratif mengin- ventarisasi dan menilai aset, tetapi untuk mengetahui nilai aset ne- gara secara keseluruhan dan jum- lah serta nilai aset yang idle. Hal itu harus dilakukan dengan benar, yaitu inventarisasi dan penilaian dilakukan sesuai dengan standar metodologi, dan lengkap, yaitu menyeluruh terhadap aset negara di semua instansi pemerintah ter- masuk unit vertikal di bawahnya. Kontribusi pengelolaan aset negara yang baik akan diperoleh, penghe- matan belanja modal dan belanja pemeliharaan, memberikan kon- tribusi peningkatan penerimaan negara bukan pajak (apabila aset dapat memberi manfaat ekonomi dan sosial) dan sebagai pendukung pembiayaan anggaran pendapatan dan belanja negara melalui jami- nan aset (underlying asset). Untuk mencapai hal tersebut perlu ren- cana strategis yang jelas, karena perencanaan strategis ini men- yangkut keputusan sekarang un- tuk kepentingan masa mendatang.

  Peran Masyarakat

  Dalam penertiban aset ne- gara, penjelasan kepada peman- gku kepentingan perlu dilakukan terus-menerus agar dapat diper- oleh pemahaman yang baik dan persepsi yang sama mengenai pengelolaan aset negara. Rasa ikut memiliki masyarakat terha- dap aset negara juga perlu ditum- buhkan yang diwujudkan dalam bentuk keterlibatan masyarakat dalam merawat dan mengaman- kan aset negara dengan baik, se- hingga meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengamanan dan pemeliharaan aset negara.

  Selama ini, ada pandan- gan sebagian anggota masyarakat, barang milik negara adalah mi- lik rakyat secara bersama, yang diwujudkan adanya usaha untuk memanfaatkan dan memiliki/ menguasai tanpa memperhati- kan kaidah-kaidah hukum yang berlaku, seperti penguasaan ru- m a h d i n a s , p e n y e r o b o t a n d a n penjarahan tanah-tanah negara.

  Hakikat dari penertiban diharapkan dapat menciptakan keadaan yang lebih baik dalam pengelolaan aset negara dan adan- ya tertib administrasi pengelo- laan aset dapat mencegah asset laundering, yaitu beralihnya aset negara melalui penyelundupan hukum tanpa disadari pengelola aset. Untuk itu, diperlukan kebera- nian dan terobosan dalam men- goptimalkan aset negara sehingga memberi manfaat dari aspek pen- erimaan dan dari sisi pengelolaan administrasi. Tanpa hal itu, kita hanya akan mengulang pola lama yang tidak menghasilkan sesuatu yang baru dalam pengelolaan aset negara, padahal di satu sisi, upaya ini menghabiskan energi, wak- tu, dan biaya yang tidak sedikit. Apabila fungsi pengelolaan aset dapat berjalan dengan baik maka upaya mewujudkan pengelo- laan aset negara yang profesional, sehat, dan modern dapat tercapai. Untuk itu, mari benahi aset ne- gara. Kalau bukan sekarang ka- pan lagi. Tredi Hadiansyah, Opini Pikiran Rakyat, 22 Februari 2010.

  Photo SINERGI/ist

  SINERGI Utama

  Penertiban Aset-Aset Negara/Daerah; Tanggung Jawab Siapa? Sarana dan prasarana fisik tersebut antara lain berupa pen- gadaan tanah, pembangunan jalan, jembatan, gedung, pelabuhan, bandar udara, saluran irigasi, pembangkit tenaga listrik, alat angkut baik angku- tan darat maupun angkutan udara, teknologi informasi dan lain-lain disediakan oleh pemerintah den- gan menggunakan dana yang diper- oleh dari masyarakat dan disalur- kan melalui APBN/APBD. Semua barang-barang yang dibeli dengan menggunakan APBN atau perolehan lainnya yang sah menjadi kekayaan negara atau barang milik negara.

  Barang milik negara yang be- rasal dari APBN atau perolehan lain- nya yang sah berada di bawah pengu- rusan atau penguasaan kementerian/ lembaga negara, lembaga pemerin- tah non kementerian, serta unit-unit dalam lingkungannya yang terdapat baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan jangkauan yang tersebar dan luas serta jumlah yang sangat banyak maka kekayaan negara harus dikelola/ dilaksanakan dengan memperhati- kan asas-asas sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Ba- rang Milik Negara/Daerah (BMN/D) dengan menganut asas fungsion- al, kepastian hukum, transparansi (keterbukaan), efisiensi akunta- bilitas publik, dan kepastian nilai.

  Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, dan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pe- manfaatan, Penghapusan, dan pemin- dahtanganan Barang Milik Negara, dikatakan bahwa proses pengelolaan BMN seperti halnya siklus logistik diawali dari Perencanaan kebutuhan dan penganggaran, Pengadaan, Peng- gunaan, Pemanfaatan, Pengamanan dan Pemeliharaan, Penilaian, Penghapusan, Pemindahtanganan, Penatausahaan, Pengawasan dan pen- gendalian BMN, dimana dalam pen- gelolaannya harus terorganisir dengan baik sejak dari perencanaan kebutu- han sampai pengawasan dan pengen- dalian sehingga dapat terlihat dengan jelas siapa-siapa yang bertanggung jawab atas keberadaan dan peng- gunaan kekayaan negara tersebut.

  

Berdasarkan PP No. 6 Ta-

hun 2006 akan terlihat juga tugas dan tanggungjawab pengelola/pengguna BMN, Pejabat pengelolaan barang milik negara, Penyelenggara kegia- tan, kewenangan dan tanggung jawab pejabat pengelola BMN serta ruang lingkup pengelolaan BMN. Dalam prakteknya, berdasarkan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) masih ditemukan bahwa pengelolaan kekayaan negara belum sesuai den- gan yang diharapkan, banyaknya per- masalahan yang dihadapi karena pen- gelolaannya atau administrasinya yang tidak tertib, yaitu dengan banyaknya kejadian dimana aset/milik negara/ daerah tidak dapat dikuasai negara/ pemerintah daerah dan bisa lepas dari kepemilikan negara/daerah, seperti terjadinya penyerobotan BMN, aset- aset yang tidak memiliki bukti kepe- milikan lengkap sehingga berpotensi menyebabkan sengketa, terungkapnya dugaan korupsi penjualan lahan milik negara oleh pegawai bersangkutan.

  Dengan banyaknya kasus- kasus yang terjadi dalam pengelolaan BMN seperti tersebut di atas mem- buktikan tidak becusnya pengelolaan BMN oleh pejabat/pengguna BMN, sehingga perlu adanya pemahaman tentang penatausahaan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelapo- ran BMN dengan tujuan agar terwujud tertib administrasi dan sekaligus akan mendukung tertib pengelolaan BMN.

  Latar Belakang Setiap t ahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran

  Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) se- lalu ada belanja modalnya. Belanja modal dimaksud adalah belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bu- lan untuk digunakan dalam kegiatan pemer- intahan. Belanja modal tersebut terus ber- tambah dari tahun ke tahun dan menjadi kekayaan negara/daerah atau aset negara/dae- rah. Dengan dana yang tersedia setiap tahun, Pemerintah telah banyak membangun ber- bagai sarana dan prasarana fisik untuk men- ingkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

  Photo Sinergi/ist

  • ** kh
SINERGI Utama

  Optimalisasi Pengelolaan Aset Daerah

Aset atau barang daerah merupakan potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah. Potensi

ekonomi bermakna adanya manfaat finansial dan ekonomi yang bisa diperoleh pada masa

yang akan datang, yang bisa menunjang peran dan fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik kepada masyarakat. Pemahaman akan aset bisa berbeda antara ilmu perencanaan, manajemen keuangan, dan akuntansi.

  Sumber Aset Daerah Aset daerah diperoleh dari dua sumber, yakni dari APBD dan dari luar APBD. Secara singkat, berikut pengertian dan implikasi kedua sumber aset ini:

  1. Aset yang bersumber dari pelaksanaan APBD meru- pakan output/outcome dari terealisasinya belanja modal dalam satu tahun anggaran. Namun, pengakuan besarnya nilai aset tidak sama dengan besaran anggaran belanja modal. Penafsiran atas Per- mendagri No.13/2006memang memungkinkan kita meny- ataan bahwa besaran belanja modal sama dengan besaran penambahan aset di neraca. Hal ini kurang pas jika neraca dipandang dari konsep akun- tansi, karena penilaian suatu aset haruslah sebesar nilai perolehannya (konsep full cost). Artinya, seluruh biaya yang dikeluarkan sampai aset tersebut siap digunakan (ready to use) haruslah dihitung sebagai kos aset bersangku- tan. Dalam konsep anggaran kinerja, biaya yang dikelu- arkan adalam semua biaya yang menjadi masukan (input) dalam pelaksanaan kegiatan yang menghasilkan aset ini. Dengan demikian, termasuk di dalamnya belanja pegawai dan belanja barang & jasa, selain dari belanja modal tentunya. Jadi, kos untuk aset adalah seluruh pengeluaran untuk mencapai outcome.

  2. Aset yang bersumber dari luar pelaksanaan APBD. Dalam hal ini, pemerolehan aset tidak dikarenakan adanya realisasi anggaran daerah, baik angga- ran belanja modal maupun

  Photo Sinergi/ist

  SINERGI Utama

  belanaj pegawai dan belanja ba- rang & jasa. Pemda sering men- erima aset dari pihak lain, seperti lembaga donor dan masyarakat. Saat ini, beberapa daerah me- nerima penambahan aset yang cukup signifikan dari pihak lain, seperti di Aceh, Sumut, dan DIY.

  Di Aceh, ALGAP dan LGSP memberikan sumbangan peralatan kerja seperti komputer jinjing, jar- ingan internet, dan printer. Belum lagi pembangunan gedung untuk perkantoran dari NGO asing.

  Pengelolaan Aset

  Pengelolaan aset daerah diatur dalam PP No.6/2006 ten- tang Pengelolaan Barang Milik Daerah, yang kemudian ditin- daklanjuti dengan Permendagri No.17/2007 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. Lingkup pengelolaan aset di- maksud meliputi (1) perencanaan kebutuhan dan penganggaran, (2) pengadaan, (3) penggunaan, (4) pemanfaatan, (5) pengamanan dan pemeliharaan, (6) penilaian, (7) penghapusan, (8) pemindahtanga- nan, (9) penatausahaan, dan (10) pembinaan, pengawasan, dan pen- gendalian. Sepertinya sudah diatur dengan sangat lengkap, mulai dari hulu sampai hilir. Tapi, mengapa di daerah tetap terjadi masalah? Beberapa Isu Penting terkait Aset Daerah

  1. Perencanaan dan pengang- garan. Pada praktiknya, di daerah sering dianggarkan sesuatu yang tidak dibutuhkan, sedangkan yang dibutuhkan tidak dianggarkan. Hal ini bisa terjadi karena adanya kepentingan-kepentingan tertentu, seperti rente, yang diterima oleh aparatur daerah sebelum pengadaan barang di- laksanakan. Di sebuah daerah, ketika kami diminta menyu- sun APBD-nya, ternyata ada beberapa aset yang sudah diterima dan dipakai, padahal dianggarkan saja belum. Pihak supplier (fihak ketiga) biasan- ya cuma bilang: ambil saja dulu, masalah pembayaran kan bisa diatur dalam APBD.

  2. Pengadaan. Tahapan ini paling sulit. Selain rawan dengan praktik korupsi, “ancaman” menjadi tersangka (lalu men- jadi terpidana) cukup besar. Oleh karena itu, masalaha yang paling sering muncul adalah: mekanisme pen- gadaannya penunjukan lang- sung, pemilihan langsung, atau tender bebas? Yang unik, banyak aparatur daerah yang tidak mau menjadi panitia pengadaan karean takut ter- jerat kasus korupsi. Akibatnya, jikapun ikut ujian sertifikasi (sebagai syarat menjadi panitia pengadaan barang dan jasa sesuai Keppres No.80/2003), umumnya sengaja tidak me- luluskan diri. Artinya, mend- ingan ndak lulus daripada menjadi panitia lelang. Wah!

  3. Pemeliharaan. Setiap pemeli- haraan terkait dengan ang- garan untuk pemeliharaan. Belanja pemeliharaan ternyata salah satu objek belanja yang paling sering difiktifkan pertanggungjawabannya. Jika dicermati dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA), atau dalam Perhitungan APBD, biasanya anggaran be- lanja pemeliharaan terealisasi

  100%. Habis tak bersisa. Yang menarik, berdasarkan peneli- tian di negara-negara berkem- bang, terutama di Afrika dan Amerika Latin (IMF, 2007; World Bank, 2008) fenomena ghost expenditures merupa- kan hal yang biasa. Artinya, alokasi untuk pemeliharaan selalu dianggarkan secara incremental meskipun banyak aset yang sudah tidak berfung- si atau hilang. hal ini terjadi karena tidak adanya transpar- ansi dalam penghapusan dan pemidahtanganan aset-aset pemerintah.

  4. Penghapusan. Penghapusan aset bermakna tidak ada lagi nilai suatu aset yang akan di- cantumkan di neraca. Pengha- pusan dari buku besar dilaku- kan setelah kepemilikan aset tersebut tidak lagi di daerah, tetapi di pihak lain atau dimus- nahkan atau dibuang. Dalam persepktif akuntansi, pengha- pusan dilakukan dengan cara membuat jurnal, misalnya: mendebit rekening Ekuitas Dana-Diinvestasikan dalam Aset Tetap dan mengkredit Aset Tetap. Syukriy Abdullah, www.syukry.wordpress.com, 21/3/2015.

  (Dikutip kh Untuk Sinergi).

  Photo SINERGI/ist SINERGI Pendidikan

  SMAN 2 Tebing Tinggi Ba ngun Masjid Megah, Harapkan Perha tian Alumni SMAN 2

  kota Tebing Tinggi di Jalan Yos Sudarso, Kel. Rantau Laban, Kec. Rambutan, saat ini sedang membangun masjid megah di komplek se- kolah itu. Pembangunan itu dilakukan sebagai upaya peningkatan kegiatan iman dan taqwa di sekolah yang umumnya punya guru dan siswa mayoritas muslim.

  Kepala SMAN 2 kota Tebing Tinggi Drs. Sa- riono didampingi Ketua Panitia Pembangunan Fais- al, ST dan Wakilnya SM Herlambang, SPd, Senin (23/3), mengatakan pembangunan masjid di komplek SMAN 2, sudah sejak lama diupayakan, mengingat saat ini saja rasio siswa dan guru, total mencapai 1.057 orang, sedangkan 690 di antaranya beragama Islam. “Mushalla yang selama ini menampung kegia- tan keagamaan sudah tak memenuhi kebutuhan, jadi kita upayakan bangunan masjid,” terang Drs. Sariono.

  Diharapkan, pembangunan masjid akan mampu meningkatkan semangat beragama di kalangan guru dan siswa, misalnya melalui sho- lat zhuhur berjamaah serta sebagai sarana dakwah bagi pembinaan mental siswa, dalam mendukung program Pemko Tebing Tinggi, sebagai kota re- ligius. “Kita juga berharap masjid nantinya bisa digunakan masyarakat sekitar,” imbuh Sariono.

  Ketua Panitia Faisal, ST, mengatakan pemban- gunan masjid SMAN 2 ini akan menelan dana sekira Rp450 juta. Bangunan masjid nantinya berukuran 10 x 10 meter dengan penambahan teras kiri, kanan dan depan selebar masing-masing 3 meter. “Artinya total keseluruhan bangunan masjid mencapai 16 x 16 meter dengan tinggi bangunan 4 meter,” kata Faisal. Selain itu akan dibangun juga kamar marbot masjid dan gudang.

  Menurut Faisal, ST, pembangunan masjid itu merupakan swadaya guru dan siswa SMAN 2 melalui infak yang bergulir di antara siswa, sebe- lum jam pelajaran. Di mana, infak itu tidak hanya melibatkan siswa, tapi juga seluruh guru yang ada. Namun, diakui mengandalkan infak guru dan siswa saja tidak cukup, sehingga panitia juga mengedar- kan permohonan kepada Pemko Tebing Tinggi, BUMN dan BUMD di sekitar sekolah, perusahaan swasta, juga dari masyarakat muslim umumnya.

  Terkait itu, Wakil Ketua Panitia SM Herlam- bang, SPd, mengatakan potensi terbesar yang dihara- pkan dalam pembangunan masjid SMAN 2 itu, adalah keberadaan alumni SMAN 2 yang tersebar di selu- ruh Indonesia. Selama ini, potensi alumni memang kurang mendapat perhatian, namun dalam pekerjaan besar membangun sarana peribahan untuk siswa SMAN 2 potensi alumni akan dioptimalkan.“Kita mengharapkan sumbangan dari alumni yang um- umnya sudah menjadi orang besar agar mau berpr- estasi dalam pembangunan ini,” harap Herlambang.

  Kepada para dermawan dan alumni SMAN 2 kota Tebing Tinggi, panitia telah mempersiapkan se- jumlah rekening untuk sarana memberikan bantuan, yakni BNI Cabang Tebing Tinggi No. Rek. 037161761 a.n. Panitia Pembangunan Masjid SMAN 2 Tebing Tinggi, juga di Bank Danamon Sudirman Tebing Ting- gi No. Rek. 003585187143 a.n Mustika Putri. Sedan- gkan untuk berinfak barang-barang bangunan, bisa langsung di antar ke SMAN 2 Tebing Tinggi Jalan Yos Sudarso Km 5. Telp. 0621-22223. Sedangkan kon- firmasi via panitia, yakni Faisal 081396641079 atau Mustika Putri, SPd, 085276560780. **.Tim Sinergi

  PEMBANGUNAN masjid SMAN 2 yang tengah berlangsung berharap dari bantuan alumni sekolah. Sinergi/A.Khalik

  SINERGI Ekonomi

  PASCA penurunan har-

  ga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin dan solar beberapa hari lalu, hampir seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di kota Tebing Tinggi diserbu masyarakat. Bahkan, tidak hanya pemilik kenderaan yang antri mengisi kenderaan, puluhan pengecer terlihat mengantri BBM dengan menggunakan jerigen. Pantauan di salah satu SPBU di kawasan Jalan KL. Yos Su- darso Kota Tebing Tinggi, antrian panjang sejumlah kenderaan bersamaan dengan antrian jerigen milik pengecer untuk membeli BBM jenis bensin. Saat dikon- firmasi, pihak Humas SPBU No 14.206.162 Jalan KL Yos Sudarso Kampung Lalang Tebing Tinggi, Panggabean mengaku pihaknya tetap memprioritaskan pemilik kenderaan bermotor dari pada pembeli dengan menggunakan jerigen.

  Terkait langkanya BBM khususnya jenis bensin di sejum- lah SPBU di kota itu, Pangga- bean mengaku kondisi itu akibat tersendatnya angkutan transportasi BBM dari Pertamina ke SPBU. “Sudah dua hari ini pasokan BBM ke SPBU kami tersendat karena masalah angkutan dari Pertamina. Kemarin hanya 16 KL (kiloliter) yang masuk sedangkan hari ini, baru-baru ini, hanya 18 KL yang masuk, kami masih menunggu hingga pukul 24.00 Wib orderan sebanyak 40 KL yang sampai saat ini belum masuk juga, coba tanya- kan saja ke Pertamina ya,” tambah dia.

  Pasca pengumuman penu- runan harga BBM yang disesuai- kan dengan harga minyak dunia serta harga-harga kebutuhan lain- nya oleh Presiden Jokowi, hampir seluruh SPBU mengalami kelang- kaan stock BBM. Banyak pemilik kenderaan bermotor, mengaku ter- paksa membeli BBM ke pengecer dengan harga Rp 7.500 hingga Rp 8.000 per liter. “Sudah dua hari ini mau beli bensin tidak ada di SPBU, terpaksa beli di galon kecil (pengecer) dari pada sepeda motor tidak bisa jalan yah terpaksa beli ketengan lah,” kata Dermawan, warga Kelurahan Lalang Kecama- tan Rambutan Tebing Tinggi.

  Akibatnya turunnya harga minyak dunia tersebut, BBM jenis premium resmi tu- run dari Rp 7.600 menjadi Rp 6.600 per liter dan solar turun dari Rp 7.250 per liter Rp 6.400 per liter mulai Senin, 19 Januari 2015 pukul 00.00 WIB. Penu- runan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan penurunan harga minyak dunia. Menurut Menteri ESDM Sudirman Said, harga baru premium dan solar baru berlaku mulai Senin, 19 Januari 2015 agar para pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tidak mengalami kerugian.

  Antrian Terus Berlangsung Sementara itu, antrian gas 3 kg juga terus berlangsung di kota Tebing Tinggi. Pemandangan itu terus terlihat, terutama di distributor dan pengecer bahan bakar yang banyak di konsumsi masyarakat menengah ke bawah itu. Harganya pun variatif, namun selalu dalam kondisi harga tak sta- bil dari berada di atas harga eceran tertinggi.

  Dari pantauan, satu bulan belakangan, masyarakat harus antri untuk membeli gas 3 kg sejak pagi di berbagai lokasi penjua- lan gas, mulai dari distributor hingga ke pengecer. Seperti di Jalan Sudirman, Kel. Tj. Marulak, Kec. Rambutan, PT Deli Alam Jaya Lestari, setiap hari diserbu masyarakat untuk mendapatkan gas. Mereka datang pagi kemudian antri, dengan menyusun tabung pengganti di depan ruko distribu- tor gas itu.

  Hal sama terlihat pula, misalnya di Jalan Cemara, Kel. Rambung, Kec. T.Tinggi Kota, di mana setiap pagi pengecer yang menjual gas harus bersitegang dengan pembeli. Pasalnya, pengec- er gas, tidak bisa menjual gas kepada masyarakat, karena paso- kan gas yang diperolehnya sudah dipesan lebih dulu oleh pelanggan lain, padahal pasokan terbatas. “Masak pengecer bilang, gas itu sudah ada yang pesan, dia bilang pemesannya orang-orang khusus,” ungkap Dewok, warga Kel. Bage- len, Kec. Padang Hilir.

  Tak hanya antri, masyarakat juga dikeluhkan den- gan harga gas yang variatif dan cenderung suka-suka pengecer. Untuk gas 3 kg harga di pengecer umumnya mencapai Rp20ribu hingga Rp25 ribu. Bahkan, pada wilayah-wilayah pinggiran kota, ditemukan harga gas mencapai Rp28 ribu/tabung. “Cemana lah di rumah mau masak juga, ter- paksalah dibeli,” ujar Sumarni, warga Desa Kuta Pinang, Kec. Tebing Syahbandar, Sergai, Senin (8/12).

  Balada BBM Dan GAS 3 Kg Di Tebing Tinggi

  Walaupun antrian jeregen cukup panjang saat penurunan harga BBM kemarin, tapi kami tetap memprioritaskan pemilik kenderaan, karena tidak mungkin kami mengusir pembeli meskipun mereka menggunakan jerigen”, terang Panggabean. SINERGI Ekonomi

  Namun, pasokan gas 3 kg yang terbatas serta harganya yang berada jauh di atas HET, bukan tanpa pasal. Salah seorang pengecer sempat mengeluh, karena pengguna gas 3 kg bukan hanya rumah tangga, tapi kini sudah digunakan pengusaha- pengusaha, seperti rumah makan dan usaha-usaha lainnya. “Mereka beralih ke gas 3 kg, karena gas 12 kg harganya mahal. Bayangkan kini mencapai Rp145 ribu,” cetus pengecer yang minta namanya tak dimuat.

  Sebelumnya, agen resmi gas elpiji PT Deli Jaya Alam Le- stari Tebing Tinggi, Mincu men- gaku pihaknya tidak bisa menolak pembelian gas yang dilakukan oleh pengecer karena tidak ada peraturan pemerintah yang mela- rangnya. “Setiap hari saat mem- buka toko sudah ratusan warga (pengecer) yang mengantri beli gas, hanya dua jam saja semua gas elpiji 3 Kg ludes terjual, kami tidak bisa larang karena tidak ada peraturan yang melarang mereka beli disini”, tandas dia.

  Gas 3Kg Terus Langka Dan Ma- hal Masyarakat yang menjadi konsumen gas 3kg di kota Tebing

  Tinggi terus menjerit, karena kesulitan mencari bahan bakar untuk warga kurang mampu itu. Tak hanya sulit, gas 3kg yang merupakan konversi dari minyak tanah itu menjadi komoditi mahal, karena satu tabung harganya bisa mencapai Rp30 ribu. Pantauan, di salah satu pangkalan gas 3kg di Jalan Gatot Subroto, kemarin, warga harus rela antri berjam-jam hanya untuk men- dapatkan gas. Namun, karena pasokan terbatas, banyak d antara pengantri yang tidak mendapat- kan gas, sehingga pulang dengan tangan hampa. Tabung gas yang dipasok terbatas, langsung diburu warga, sehingga kurang dari se- jam tabung gas itu amblas.

  Salah seorang warga pen- gantri Yogi, menyatakan kecewa terhadap persediaan gas di kota Tebing Tinggi. “Ampun lah, mo- hon sama pemerintah agar bijak- sana menangani kelangkaan ini,” ujar warga. Menurut Yogi, dulu pemerintah melakukan konversi dari minyak tanah ke gas, mak- sudnya supaya masyarakat tidak susah. Kini, justru sebaliknya masyarakat kian menderita, ka- rena keadaannya lebih parah dari sebelumnya.

  Diterangkan, akibat gas langka, harga gas 3kg di pangka- lan hanya Rp18 ribu. Tapi, begitu sampai di pengecer harga gas bisa melejit hingga Rp30 ribu/ tabung. “Kalau sudah seperti ini, masyarakat kecil yang akan han- cur, harusnya pemerintah bertang- gung jawab,” keluh dia. Sementara pemilik pangkalan Togu Sirait, mengaku tidak bisa melayani permintaan pembelian gas dari warga, karena pasokan yang diterimanya terbatas. Menu- rut Togi, jarah pasokan untuk pangkalannya hanya 80 tabung, sedangkan warga yang antri bisa mencapai 200 orang. “Kalau sudah macam gini siapa yang mau disalahkan,” bilang Togu.

  Selain itu, dari banyak tabung yang dimiliki warga, ban- yak pula di antaranya tabung yang sudah kadaluarsa. Kondisi tabung demikian jelas membahayakan bagi pemiliknya. “Tadi ada ban- yak tabung yang statusnya kada- luarsa, jadi terpaksa ditolak,” ujar pemilik pangkalan. Kelangkaan tabung gas 3kg sudah berlangsung di kota Tebing Tinggi beberapa bulan belakangan, meski pun sejumlah agen pasokannya ditambah. Bahkan, keagenan juga melakukan operasi pasar, namun seolah-olah tak punya arti. “Kalau selisih harga antara gas 3kg dan gas 12 kg seperti sekarang wajar jadi langka, karena gas untuk war- ga miskin itu dioplos,” ujar Les- mana Andika, aktifis masyarakat di Kelurahan Lubuk Baru.

  Asw

  MASYARAKAT Tebing Tinggi yang harus natri mendapatkan GAS 3 Kg di pangkalan. Sinergi/Khalik

  SINERGI Ekonomi