STUDI OPTIMALISASI PENGELOLAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BERBASIS DANA DESA Elvi Afriani

STUDI OPTIMALISASI PENGELOLAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN

  INFRASTRUKTUR BERBASIS DANA DESA 1) 2) 2) Elvi Afriani , Nasfryzal Carlo , Rini Mulyani

  Jurusan Teknik Sipil Program Pasca Sarjana Universitas Bung Hatta

1) Mahasiswa Magister Teknik Universitas Bung Hatta.

  email:

2) Dosen Program Studi Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Bung Hatta.

  email: Abstract

  Based on the findings of the Inspectorate and the results of monitoring by SKPD related in 2016. Realization of fund management activities in the field of village infrastructure has not been in accordance with the existing rules on the regulation of the ACT. To that end, the need for the identification of the root of the problem and repair solution. The methods used for the identification of the root of the problem with fishbone diagrams and repair solution uses the concept of kaizen methods approach with PDCA. The results of this research can be inferred is the lack of knowledge about the management of the village Fund, commitment management/management, not the existence of the information disclosure of the use of funds in the village of transparency and accountability of the Government of the village to the people of his village on its own in accordance with the regulations of the ACT. For it is need for capacity building in the field of training infrastructure for all activities associated with palaku village Fund in the field of infrastructure on an ongoing basis, the existence of clear rules issued by SKPD stated in related Perwako about the management of activities in the field of infrastructure in accordance with the regulation of the existing village ACT, every offender who is involved in activities in the field of infrastructure must be committed to giving priority to the process of regulatory compliance and the Mayor ACT the regulation of the village, further improve the monitoring and evaluation activities to the activities of the infrastructure, the application of strict sanctions for all actors involved with the management of the Fund in the village infrastructure if it does not abide by the rules that exist. Preferably before the activity starts always conduct the training infrastructure of TPK in advance. To make provision for related SKPD clear starting from the auction process, a standard that is used to create the detail engineering design (DED), as well as the form of the reports to be made and the conduct of the

  TPK accountability to society and required all existing villages in Pariaman, and poured in the Mayor's rules. Keywords: Management, solutions, approaches the concept of Methods Improvement

  Abstrak Berdasarkan temuan inspektorat dan hasil monitoring oleh SKPD terkait tahun

  2016. Realisasi pengelolaan dana desa dibidang kegiatan infrastruktur belum sesuai dengan aturan yang ada di regulasi UU desa. Untuk itu, perlu adanya identifikasi akar masalah dan solusi perbaikan. Metode yang digunakan untuk identifikasi akar masalah dengan diagram fishbone dan solusi perbaikan menggunakan pendekatan konsep metode kaizen dengan PDCA. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan adalah minimnya pengetahuan tentang pengelolaan dana desa, komitmen manajemen/pengelolaan, belum adanya keterbukaan informasi penggunaan dana desa secara transparansi dan akuntabilitas dari pemerintah desa kepada masyarakat desanya sendiri sesuai dengan regulasi UU desa. Untuk itu perlu adanya pelatihan peningkatan kapasitas dibidang infrastruktur untuk semua pelaku yang terkait dengan kegiatan dana desa dibidang infrastruktur secara berkelanjutan, adanya aturan yang jelas dikeluarkan oleh SKPD terkait yang tertuang dalam peraturan walikota tentang pengelolaan kegiatan dibidang infrastruktur sesuai dengan regulasi UU desa yang ada, setiap pelaku yang terlibat dalam kegiatan dibidang infrastruktur harus berkomitmen untuk mengutamakan proses yang benar sesuai peraturan walikota dan UU regulasi desa, lebih meningkatkan kegiatan monitoring dan evaluasi untuk kegiatan infrasruktur, penerapan sangsi yang tegas untuk semua pelaku yang terlibat dengan pengelolaan dana desa dibidang infrastruktur jika tidak mematuhi aturan yang ada. Sebaiknya sebelum kegiatan infrastruktur dimulai selalu adakan pelatihan TPK terlebih dahulu. Kepada SKPD terkait untuk membuat ketentuan yang jelas mulai dari proses lelang, standar yang dipakai untuk membuat detail engineering design (DED), serta bentuk laporan yang harus dibuat TPK dan bentuk penyelenggaraan pertanggungjawaban ke pada masyarakat dan wajib dilakukan semua desa yang ada di Kota Pariaman, dan dituangkan dalam peraturan walikota. Kata kunci : Pengelolaan , Solusi Perbaikan, Pendekatan konsep Metede Kaizen dengan PDCA.

1.PENDAHULUAN monitoring BPM dan Inspektorat. Jika ini

  dibiarkan akan membuka peluang Realisasi pelaksanaan pengelolaan terjadinya kecurangan dan memicu dana desa di bidang infrastruktur banyak munculnya penyalahgunaan wewenang yang tidak sesuai dengan aturan yang ada dan penggunaan dana di desa. di regulasi UU desa. Berdasarkan hasil Untuk itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

  1. Mengetahui akar masalah belum optimalnya pengelolaan kegiatan dana desa.

  2. Menentukan solusi perbaikan akar masalah yang paling dominan / sering muncul .

  Pengelolaan kegiatan pembangunan infrastruktur berbasis dana desa perlu peningkatan optimalisasi yang dikelola dengan manajemen yang baik sehingga secara mutu lebih berkualitas, secara administrasi bisa lebih terkontrol dengan baik, tepat sasaran, dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam penerapan regulasi tentang desa. Sesuai dengan undang

  • – undang regulasi desa pengelolaan dana desa harus lebih melibatkan peran aktif masyarakat desa dalam pengawasan kegiatan penggunaan dana desa sehingga menutup peluang terjadinya kecurangan serta memperkecil kemungkinan disalah gunakan .
  • – negara barat lebih cenderung tentang pembaharuan yang berorientasi pada hasil. Menurut Paramita (2014) Kaizen tidak bersifat dramatis dan proses Kaizen ditetapkan berdasarkan akal sehat dan biaya rendah, menjamin kemajuan beransur yang memberikan imbalan hasil dalam jangka panjang. Jadi Kaizen merupakan pendekatan dengan risiko rendah.

  Optimalisasi pengelolaan kegiatan pembangunan insfrastuktur berbasis dana desa harus ditingkatkan dan dikelola secara sistimatis, salah satunya menggunakan pendekatan konsep metode kaizen dengan PDCA. Pola PDCA dipilh karena umum digunakan untuk memperbaiki atau merubah kinerja, proses, sistem yang ada untuk dimasa yang akan datang (Sundana & Hartono, 2014)

  Objek dalam penelitian ini adalah Desa Bato dan Desa Kampung Baru Padusunan di Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat.

  UU No.6 tahun 2014 menyatakan asas penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan : kepastian hukum, tertib penyelengggaraan pemerintahan, tertib kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalisme, profesionalitas, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, kearifan lokal, keberagaman, partisipatif.

  2.2 Pengertian Kaizen

  Menurut Paramita (2014) Kaizen berasal dari bahasa Jepang yang artinya penyempurnaan atau perbaikan berkesinambungan (continous

  improvement) yang melibatkan semua

  orang, baik manajemen puncak dan kariawan dengan menggunakan biaya dalam jumlah tidak seberapa. Konsep Kaizen cara berpikir berorientasi pada proses, sedangkan cara berpikir negara

  2.3 Pola berpikir pendekatan Metode Kaizen

  Menurut Hegasari & Hastuti (2014) pola berpikir Kaizen adalah sebagai berikut : ide perbaikan tidak akan muncul jika tidak ada masalah, bila ada kesalahan

1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asas penyelenggaraan pemerintah .

  Menurut Sundana & Hartono (2014) siklus PDCA umumya digunakan untuk perubahan memperbaiki kinerja, proses Penjelasan dari tahap

  • – tahap dalam siklus PDCA adalah: mengembangkan rencana (

METODE PENELITIAN

  • – kata tertulis dari orang atau informan penelitian. Teknik pengambilan informan dengan

  3.2 Teknik pengumpulan data mengetahui akar masalah & solusi

  informan adalah orang yang terlibat langsung dengan pengelolaan dana desa di Desa Kampung Baru Padusunan dan Desa Bato Kecamatan Pariaman Timur Kota Pariaman. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini ditampilkan dalam bentuk dekskriptif yang menggambarkan apa yang terjadi pada saat melakukan penelitian.

  purposive sampling , sehingga yang jadi

  Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Syafri (2015) metode kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu yang ada dalam kehidupan riil (alamiah) dengan maksud menginvestigasi dan memahami fenomena apa yang terjadi, mengapa terjadi dan bagaimana terjadinya. Metode kualitatif ini digunakan dalam rangka mendapatkan data diskriptif berupa kata

  3.1 Pendekatan Penelitian

  memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (Check), melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (Action) 2.

  Plan ), melakukan rencana ( Do ),

  jawab, dan lain

  2.5 Siklus PDCA (plan, do, check, action)

  scheduling , siapa yang bertanggung

  ,

  budgeting

  Rencana (plan) adalah merencanakan dengan baik sebelum memulai suatu pekerjaan (mendesain,

  Menurut Paramita (2014) konsep PDCA (plan, do, check, action). Dalam kaizen prosedur yang benar untuk mencapai tujuan yang kita harapkan PDCA harus dilakukan secara terus menerus. Hal ini berguna dalam mewujudkan kebijakan untuk memelihara dan memperbaiki atau meningkatkan standar. Siklus PDCA merupakan konsep yang terpenting dari proses Kaizen.

  2.4 Pendekatan konsep Metode Kaizen dengan PDCA.

  segera perbaiki, jangan mengandalkan uang untuk kaizen, segera lakukan dengan sumber daya yang ada, mencari akar masalah langsung ke lapangan, tanyakan terbatas, melibatkan semua elemen untuk membuat perbaikan, kaizen sangat menjaga keselamatan dan kualitas.

  • – lain). Mengerjakan (do) adalah mengerjakan sesuai rencana. Periksa (check) adalah memeriksa pekerjaan apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan dan memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan. Tindakan (action) adalah mengambil tindakan koreksi / penyesuaian atas penyimpangan dan menyusun rencana baru yang lebih baik guna menghindari terjadinya kembali masalah yang sama atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.
Data primer pada penelitian ini berasal dari wawancara sedangkan data skunder dari foto

  • – foto serta dokumen pendukung lainnya yaitu (RKP, DED, sekretaris desa sebanyak dua orang, tim pengelola kegiatan sebanyak dua orang, pendamping lokal desa yang berlokasi di desa sebanyak dua orang dan pendamping desa yang berkedudukan di kecamatan sebanyak dua orang. Jadi total jumlah informan pada penelitian ini sebanyak delapan orang. Data akar masalah diperoleh dari pernyataan
  • – pernyataan yang dikemukakan oleh informan. Data tersebut dimasukkan ke dalam fishbone

  diagram . Dari sekian banyak akar

  masalah yang muncul, yang akan kita bahas solusinya adalah akar masalah yang paling sering muncul dikemukakan oleh informan. Akar masalah ini yang kita utamakan untuk di selesaikan terlebih dahulu dengan siklus PDCA. Hasil PDCA yang sudah dibuat tersebut di validasi oleh para pakar yang ahli dalam bidang pemberdayaaan masyarakat khusus kegiatan pembangunan infratruktur.

  Reduksi data

  adalah merangkum data yang di peroleh dari data primer (wawancara) dan data skunder ( foto, dokumen yang berhubungan dengan kegiatan dana desa). Data display (penyajian data) adalah berbentuk uraian singkat, bagan dan lain

  3. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Hasil wawancara ditemukan ada empat faktor penyebab belum optimalnya pengelolaan infrastruktur berbasis dana manajemen, faktor proses dan prosedur, dan faktor budaya.

  Pendapat yang dikemukakan oleh informan dari faktor manusia dipengaruhi oleh: sumber daya manusia yang rendah dan terbatas merupakan faktor utama penyebab belum optimalnya pengelolaan dana desa dibidang infrastruktur, ini juga dikemukkan oleh Susanto & Hartono (2011), Siahaan (2012), Meliala dkk ( 2014), Prasetya (2014), Junaidi (2015), Abidin (2015), Rahmawatib (2015), Muntahana & Murdjaningsih (2015), Nugroho (2015), Astuti & Yulianto (2016), Ismail (2016), Aziz (2016), Adelia (2016).

  Kedisiplinan sebanyak 62,5% informan menyetujui termasuk yang mempengaruhi belum optimalnya pengelolaan dana desa. Hasil ini sama yang dikemukakan Susanto & Hartono (2011), Winarni (2011), Prasetya (2014), Paramita (2014), Meliala dkk (2014).

3.4 Teknik analisa data

  Selain itu juga ditemukan motivasi kerja yang rendah akan mempengaruhi belum optimalnya pengelolaan dana desa dibidang infrastuktur, ada 37,5% di kemukakan oleh informan, yang sejalan dengan Meliala dkk (2014).

  Faktor kedua yang menjadi penyebab rendahnya pengelolaan dana desa dibidang infrastuktur adalah faktor manajemen terdiri dari komitmen pengelolaan dan perencanaan.

  • – lain. Yang akan paling banyak digunakan berbentuk teks yang bersifat naratif. Conclusion (penarikan kesimpulan) adalah data yang terkumpul dicari hubungan persamaan dan hal
  • – hal yang sering muncul, kemudian di simpulkan.

  Hasil pada komitmen sejalan dengan yang ditemukan oleh Suwondo (2012), Paramita (2014), Prasetya (2014), Meliala dkk (2014), Junaidi (2015), Abidin (2015), Rahmawati (2015), Nugroho (2015), Novianto (2015), Aziz (2016), Ismail (2016). termasuk juga mempengaruhi dari faktor manajemen ini terbukti ada 62,5% informan menyatakannya. Ini sependapat juga dengan Suwondo (2012), Paramita (2014), Prasetya (2014), Nugroho (2015), Abidin (2015), Novianto (2015), Rahmawati (2015), Adelia (2016), Aziz (2016).

  Faktor ketiga adalah proses dan prosedur yang belum mengikuti prinsib

  • – prinsib sesuai dengan regulasi UU desa dan belum adanya informasi yang transparan serta akuntabel kepada masyarakat tentang realisasi laporan pertanggung jawaban penggunaan dana desa dibidang kegiatan infrastuktur.

  Pelaksanaan dana desa belum mengikuti prinsib- prinsib sesuai regulasi UU, sama dengan pendapat Abidin (2015).

  Tapi yang menjadi faktor utama belum optimalnya pengelolaan dana desa dibidang infrastruktur adalah belum adanya transparansi & akuntabilitas kepada masyarakat. Ini sejalan yang ditemukan oleh Rahmawati (2015), Nafida & Suryaningtyas (2015), Astusi & Yulianto (2016), Aziz (2016).

  Faktor ke empat yang dikemukakan oleh informan adalah faktor budaya yang terdiri dari kebiasaan budaya yang terbiasa nerimo (pasrah), tidak adanya pengendalian dari masyarakat karena mereka cendrung percaya saja dengan pemerintah di desa, kemauan untuk berubah.

  Kebiasaan budaya yang terbiasa nerimo (pasrah) ternyata juga berpengaruh terhadap belum optimalnya pengelolaan dana desa dibidang infrastuktur. Ini

  Tidak adanya pengendalian dari masyarakat karena mereka cendrung percaya saja dengan pemerintah di desa, juga sampaikankan oleh informan. Ini sama dengan pendapat Adelia (2016).

  Kemauan untuk berubah juga disetujui informan menjadi salah satu penyebab belum optimalnya pengelolaan dana desa, sama dengan yang disampaikan Paramita (2014).

  Keempat faktor diatas, dimasukkan kedalam fishbone diagram seperti gambar 1 (lampiran1).

  Akar masalah yang paling sering muncul menjadi prioritas utama untuk dicarikan solusi, yaitu : 1.

  Pada faktor manusia adalah minimnya pengetahuan tentang pengelolaan dana desa 2. Pada faktor manajemen adalah komitmen manajemen/pengelolaan.

  3. Pada faktor proses & prosedur adalah belum adanya informasi penggunaan dana desa secara tranparansi dan akuntabilitas dari pemerintah desa ke masyrakat desanya sendiri. Dari hasil PDCA diperoleh solusi sebagai berikut (detail lihat tabel 1, lampiran 2 ) :  Minimnya pengetahuan tentang pengelolaan dana desa.

  Untuk Plan saran perbaikan: 1.

  Pemerintah kota / SKPD terkait mengkaji ulang tentang pola pelaksanaan kegiatan pengelolaan dana desa dan merencanakan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan yang ada

  3. Ukur sejauh mana dampak pelatihan bagi peserta pelatihan dan apakah dapat Tahap Act saran perbaikan : 1.

  • – desa yang ada di Kota Pariaman.

  3. Setiap ada rancang peraturan walikota atau ada peraturan walikota yang baru dikeluarkan oleh pemerintah Kota Pariaman harus disosialisasikan melalui media surat kabar, media sosial, atau melalui brosur – broser dll. Tahap Do saran perbaikan: 1.

  2. Setiap rancangan peraturan walikota yang di buat melibatkan semua SKPD terkait dan perwakilan semua pelaku yang terlibat dalam pengelolaan dana desa.

  Pemerintah Kota Pariaman / SKPD terkait harus berkomitmen denga waktu dalam merencanakan bentuk peraturan walikota yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan Infrsrtuktrur yang ada di desa

  4. Kembangkan modul pelatihan yang ada agar lebih manarik dan mudah dipahami peserta pelatihan.  Komitmen Manajemen /Pengelolaan Tahap Plan saran perbaikan : 1.

  3. Kaji ulang modul pelatihan yang sudah ada.

  2. Perlu diadakan pelatihan lanjutan.

  Setelah pelatihan diadakan tinjau kembali mana yang jadi masalah dilapangan, agar bisa membuat materi pelatihan yang disesuaikan kembali dengan kebutuhan dilapangan.

  2. Evaluasi hasil dari pelatihan materi mana yang tidak di pahami oleh peserta pelatihan dalam pengelola kegiatan dana desa.

  dilapangan agar menambah pengetahuan pelaku yang terlibat dalam pengelolaan dana desa.

  Lakukan pemantaun secara berkala sejauh mana hasil dari pelatihan di terapkan dilapangan.

  4. Pastikan apakah pelatihan tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan bisa mengurangi minimnya pengetahuan tentang pengelolaan dana desa. Tahap Chek saran perbaikan adalah: 1.

  3. Setelah pelatihan selesai dilakukan, monitoring hasil dari pelatihan apakah sesuai dengan yang di harapkan, apakah perlu pelatihan lanjutan, atau apakah materi yang dibuat ternyata kurang dipahami oleh masyarakat desa.

  2. Melaksanakan pelatihan dengan materi yang menarik, mudah dicerna oleh masyarakat di desa dan instruktur yang berpengalaman.

  Pemerintah kota / SKPD terkait membuat modul pelatihan sesuai kebutuhan mendesak dilapangan, yaitu modul pelatihan untuk TPK.

  4. Menetapkan berapa biaya, waktu dan tempat lokasi pelatihan, serta berapa orang peserta pelatihan. Tahap Do saran pemecahan masalah: 1.

  3. Setelah rancangan pelatihan dibuat di sosialisasikan kepada pelaku yang terlibat untuk perperan aktif ikut serta dalam pelatihan .

  2. Untuk membuat suatu pola pelatihan pengelolaan dana desa, SKPD terkait harus saling berkoordinasi sehingga pelatihan tersebut berkualitas dan dengan nara sumber yang kompeten.

  Membuat rancangan peraturan walikota yang sesuai dengan kebutuhan yang ada dilapangan. Tahap Plan saran perbaikan: 1.

  2. Umpan balikkan rancangan peraturan walikota tersebut kepada pelaku yang terlibat dalam pengelolaan dana desa.

  • – tahap pengelolaan dana desa yang mewajibkan pemerintah desa untuk kepada masayarakat desa tentang laporan kemana dana desa digunakan, bisa lewat musyawarah desa, papan informasi dll, sesuai dengan regulasi yang ada.

  4. Lakukan monitoring apakah peraturan walikota yang dibuat tersebut terlaksana dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan dan dapat di pahami dengan mudah oleh pelaku yang terlibat dalam pengelolaan dana desa. Tahap Check saran perbaikan adalah: 1.

  Selalu adakan pemantauan kelapangan oleh SKPD terkait sejauh mana peraturan walikota tersebut dijalankan dilapangan.

  2. Evaluasi peraturan walikota yang sudah ada jika tidak berjalan sesauai dengan yang diharapkan 3. Pastikan dimana letak kelemahan dari peraturan walikota yang sudah ada, dengan mengukur sejauh mana dampak dari peraturan walikota tersebut dalam pengelolaan dana desa. Tahap Act saran perbaikan: 1.

  Jika ditemukan peraturan walikota yang sudah ada tidak efektif , peraturan walikota tersebut perlu di kaji ulang, dimana letak kelemahannya.

  2. Tanyakan kembali pada pelaku pengelolaan dana desa apa yang harus diperbaiki untuk peraturan walikota selanjutnya.

  3. Segera perbaiki peraturan walikota tersebut, sehingga dapat mengurangi kesalahan yang sama untuk tahun berikutnya.  Belum adanya informasi penggunaan dana desa secara transparansi dan akuntabilitas dari pemerintah desa kepada masyarakat desanya sendiri.

  Pemerintah Kota Pariaman / SKPD walikota tahap

3. Pastikan peraturan walikota tersebut terlibat dalam pengelolaan dana desa.

  2. Pemerintah Kota Pariaman di haruskan saling berkoordinasi dengan SKPD dan semua elemen yang terkait dengan dana desa untuk selalu mengawasi pengelolaan dana desa.

  3. Pemerintah Kota Pariaman harus aktif melibatkan semua SKPD dan pendamping untuk mensosialisasikan setiap realisasi penggunaan dana desa harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat desa dan di informasikan secara transparan dan akuntabilitas

  Tahap Do saran perbaikan ; 1.

  Membuat aturan yang jelas tentang bagai mana tahapan pengelolaan dana desa yang sesuai dengan UU regulasi desa yang mewajibkan laporan pertanggung jawaban kepada masyarakat dan di informasikan secara transparan dan akuntabilitas.

  2. Monitoring perkembangan sejauh mana laporan penggunaan dana di publikasikan kepada masyarakat.

  3. Menetapkan sangsi atau penghargan bagi desa yang melakukan proses tahapan sesuai dengan Perwako atau tidak. Tahap Chek saran perbaikan:

  1. Selalu adakan pemantauan secara berkala ke desa sejauh mana penerapan dari transparansi ke pada masyarakat sudah berjalan atau belum. Jika belum berjalan dimana letak kendalanya.

  Disarankan sebelum kegiatan infrastruktur dimulai selalu adakan pelatihan TPK terlebih dahulu, kepada SKPD terkait untuk membuat ketentuan yang jelas mulai dari proses lelang, standar yang dipakai untuk membuat

  Tahap Act saran perbaikan adalah: 1.

  Beri peringatan atau surat teguran bagi pemerintah desa yang tidak melakukan laporan pertanggung jawaban kepada masyarakat umum secara tranparansi dan akuntabilitas.

  2. Kaji ulang apakah pelaku pengelolaan dana desa masih banyak yang kurang pahan dengan tahapan pengelolaan dana desa, apakah perlu diadakan pelatihan lanjutan.

  3. Bahas masalah tersebut dengan SKPD terkait .

  4. Lebih ditingkatkan proses pengawasan yang ditetapkan secara berkala ke desa.

  5. KESIMPULAN & SARAN

  bentuk laporan yang harus di buat TPK dan bentuk penyelenggaraan pertanggungjawaban ke pada masyarakat dan wajib dilakukan semua desa yang ada di Kota Pariaman, dan dituangkan dalam peraturan walikota.

  detail engineering design (DED), serta

  3. Pastikan apa penyebab proses transparansi dan akuntabilitas tidak terlaksana dilapangan.

  5.2 Saran

5.1Kesimpulan

  Dari ke empat faktor tersebut yang sering muncul di kemukakan oleh informan dari hasil wawancara adalah: faktor sumber daya manusia, manajemen, proses dan prosedur.

  Masalah yang ditemukan penyebab belum optimalnya pengelolaan dana desa di bidang kegiatan infrastruktur diperoleh ada empat faktor yaitu, sumber daya manusia, manajemen, proses dan prosedur serta budaya.

  6. DAFTAR PUSTAKA

  Abidin, MZ, 2015. Tinjauan Atas

  Pelaksanaan Keuangan Desa Dalam Mendukung Kebijakan Dana Desa . Jurnal

  Kementrian Keuangan. Jakarta: Adelia, F, 2016. Akuntabilitas Pelaporan

  Keuangan Alokasi Dana Desa ( Studi Kasus Program Alokasi Dana Desa di Desa Karangsoko Kecamatan Kembar Kabupaten Banyumas. Published Student

  Untuk itu perlu adanya pelatihan peningkatan kapasitas dibidang infrastruktur untuk semua palaku yang terkait dengan kegiatan dana desa dibidang infrastruktur secara berkelanjutan, adanya aturan yang jelas di keluarkan oleh SKPD terkait yang tertuang dalam peraturan walikota tentang infrastruktur sesuai dengan regulasi UU desa yang ada, setiap pelaku yang terlibat dalam kegiatan di bidang infrastruktur harus berkomitmen untuk mengutamakan proses yang benar sesuai Perwako dan UU regulasi desa, lebih meningkatkan kegiatan monitoring dan evaluasi untuk kegiatan infrasruktur, penerapan sangsi yang tegas untuk semua pelaku yang terlibat dengan pengelolaan dana desa dibidang infrasruktur jika tidak mematuhi aturan yang ada.

  Membangun . Cetakan Pertama Maret

  2015. Diterbitkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Jakarta Pusat.

  • – Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 2014 Tentang Desa . Jakarta

  Meliala, AS; Matondang, N; Sari, RM, 2014. Strategi Peningkatan Daya Saing

  • Undang No. 6 Tahun 2014. Jurnal

  Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Berbasis Kaizen. Jurnal Optimasi Sistem

  Industri, Volume 13, Nomor 2. Sumatera Utara: Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

  Muntahanah, S & Murdijaningsih, T 2015. Efektifitas Pengelolaan Keuangan

  : Universitas Wijayakusuma Purwokerto. Nafidah & Suryaningtyas, 2015.

  Alokasi Dana Desa di Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas. Purwokerto

  Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan & Pemperdayaan Masyarakat . Jurnal Bisnis, Volume 3,

  No.1. STIE PGRI Dewantara Jombang. Nugroho, RL, 2015. Kaizen Sebagai

  Salah Satu Konsep Penjaminan Mutu Pada Jenjang Pendidikan Tinggi

  . Novianto, 2015. Implementasi TQM Pada Perusahaan Jepang & Di Indonesia.

  Jurnal Teknolagi, Volume 5, No. 3. Yogyakarta: Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

  Paramita, PD, 2014. Penerapan Kaizen

  Kurniawan, B, 2015. Desa Mandiri, Desa

  NeO-Bis, Volume 9, Nomor 1. Madura: Universitas Trunojoyo Madura

  Sektor Publik Desa di Indonesia . Jurnal

  & Bisnis, Volume XIX, No.2. Universitas Sebelas Maret. Junaidi, 2015. Perlakuan Akuntansi

  Pengelolaan Dana Desa . Jurnal Ekonomi

  Ismail, 2016. Sistem Akuntansi

  Diterbitkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia. Jakarta Pusat.

  Universitas Kristen Maranatha Jakarta Ihsan, MM, 2015. Ketahanan Masyarakat Desa . Cetakan Pertama Maret 2015.

  Redesign Sistem Kerja Dengan Metode Kaizen dan Simulasi Hasil Redesign Sistem Kerja ( Studi Kasus di PT.”X” Jababeka Cikarang Bekasi ) . Jakarta:

  Hegarsari, N & Hastuti, LY, 2014.

  13, No.2. Jakarta. Indonesia. Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

  desa . Jurnal Penelitian Politik, Volume

  1. Surakarta: Universitas Setia Budi Surakarta. Aziz ,2016. Otonomi desa dan efektifitas dana

  Akuntasi dan Keuangan Indonesia, Volume 1, Nomor

  Governance Pengelolaan Keuangan Desa Menyongsong Berlakunya Undang

  Astuti, TP & Yulianto,2016. Good

  Thesis. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Anonymius, 2014. Undang

  Dalam Perusahan di Bandung: Dosen Jurusan Manajemen FE Universitas Pandanaran Bandung. Prasetya, B, 2014. Peningkatan Kualitas dengan Doktrin Kaizen . Rahmawati, HI, 2015. Analisis Kesiapan

  Desa Dalam Implementasi Penerapan UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa ( Studi Pada Delapan Desa di Kabupaten Sleman ) . Yogyakarta: Universitas

  Aplikasi Six Sixma DMAIC dan Kaizen Sebagai Metode Pengendalian dan Perbaikan Kualitas Produk . Jurnal

  Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Pulau Punjung Kabupaten Dharmaseraya .

  Syafri, YP (2015).

  1. Yogyakarta: Magister Manajemen IBM ASMI, Universitas Borobudur .

  Jurnal Magister Manajemen, Volume 1, Nomor

  Kerja Unggulan 5S ( Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Dan Shitsuke) di Indonesia.

  Suwendo, C, 2012. Penerapan Budaya

  Teknologi, Volume 4, Nomor 4. Yogyakarta: Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

  Susetyo, J; Winarni; Hartanto, C, 2011.

  Cokroaminoto Yogyakarta. Sundana, S & Hartono, 2014. Penerapan

  Maret 2015. Diterbitkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia. Jakarta Pusat.

  Dan Regulasi Desa. Cetakan Pertama

  Silahudin, M, 2015. Kewenangan Desa

  Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok, Jakarta.

  Dan Peningkatan Kualitas Dengan Menerapkan Pendekatan Metode Kaizen Pada Proses Raw Mill Produk Ordinary Portland Cement Di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Jakarta. Jurnal

  Pancasila Siahan, EI, 2012. Perencanaan Perbaikan

  Konsop Kaizen Dalam Upaya Menurunkan Cacat Appearance Proses Painting di PT. Astra . Universitas

  Universitas Bung Hatta.

  5.KESIMPULAN

  5.1 Kesimpulan 1.

  Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan penyebab tidak optimalnya pengelolaan kegiatan infrastuktur yang di danai dana dipengaruhi oleh 8 faktor yaitu : 1.

  Sumber daya manusia (SDM), variabel yang mempengaruhi yaitu minimnya pengetahuan tentang pengelolaan dana desa dibidang infrastruktur, disiplin ditempat kerja, disiplin pribadi.

  2. Kerja sama tim, variabel yang mempengaruhi yaitu komunikasi yang efektif secara berkala & intensif, maupun personil.

  3. Manajemen puncak, variabel yang mempengaruhi yaitu manajemen puncak, people management, pembentukan struktur management yang efektif, perencanaan yang baik, metoda, proses produksi, selalu memberikan upaya yang konsisten.

  4. Proses & prosedur, variabel yang mempengaruhi yaitu fokus pada pelanggan, kurang keterlibatan semua elemen masyarakat, belum adanya publikasi tentang kegiatan dana desa dari segi progress dan penggunaan dana kepada masyarakat.

  5. Mutu & kualitas, variabel yang mempengaruhi yaitu material, fasilitas, gugus kendali mutu.

  6. Produktifitas, variabel yang mempengaruhi adalah adanya sistem penghargaan/ reward, pelatihan yang terus menerus keseluruh tingkatan kariawan,

  waste ( pemborosan ),

  kemauan untuk berubah, pengukuran analisis dan perbaikan.

  7. Budaya, variabel yang mempengaruhi kebiasan budaya yang selalu nerimo (pasrah).

  8. Pendampingan, variabel yang memepengaruhi adalah disiplinditempat kerja, displin pribadi, kemauan untuk berubah, penghargaan / reword.

  Solusi masalah agar pengelolaan infrastuktur dana desa lebih baik dari yang ada sekarang.

  1. Adanya terjalin koordinasi yang baik antar SKDP terkait yang berhubungan dengan kegiatan dana desa mulai dari BAPEDA, BPM, insfektorat, Pemda Kota Pariaman dll.

  2. Peningkatan pelatihan lanjutan untuk semua pelaku yang terkait dengan kegiatan dana desa.

  3. Pemda Kota Pariaman dan SKPD terkait lebih meningkatkan kegiatan monitoring dan evaluasi kegaitan dana desa, serta sosialisasi tentang regulasi UU desa yang baru dan Perwako terbaru tentang kegiatan dana desa.

  4. Adanya aturan yang jelas di keluarkan oleh Pemko Pariaman mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan pemeliharaan.

  5. Setiap elemen yang terlibat dalam kegiatan dana desa harus berkomitmen untuk mengutamakan tahapan proses yang benar sesuai UU regulasi desa dan Perwako yang ada.

  6. Adanya penghargaan / sangsi yang diterapkan dengan tegas untuk pemerintah desa dan pendamping desa yang tidak mematuhi aturan yang ada.

  5.2 Saran kebutuhan dalam penyelenggaraan kegiatan infrastuktur yang didanai

  1. Walaupun penelitian ini dilakukan dana desa, serta juga membahas dalam lingkup wilayah yang tentang reword dan sangsi bagi sangat kecil secara administrative ( desa Bato dan desa Kampung baru pengelolaan dana desa. padusunan setingkat Kecamatan 5.

  Tesis ini diharapkan bisa di Pariaman Timur dalam wilayah jadikan acuan untuk mengevaluasi Kota Pariaman), untuk riset kegiatan dana desa di tahun 2015 selanjutnya disarankan dan 2016 agar kesalahan dibidang memperluas kawasan yang diteliti infrastuktur yang didanai oleh dengan tetap mempertahankan ke dana desa tidak terulang lagi

  • – 29 (dua puluh Sembilan) faktor ditahun berikutnya.

  faktor tersebut dari awal kajian, jika perlu ditambahkan dengan faktor lain. 2. kegiatan dibidang

  Sebelum infrastruktur tahun 2017 dimulai DAFTAR PUSTAKA kepada Pemko Pariaman untuk pembuat aturan main yang jelas

  Anonymius (2014). Undang

  • – Undang mulai dari proses lelang, standar

  Republik Indonesia No.6 Tahun 2014 yang dipakai untuk membuatan Tentang Desa. Jakarta

  DED, serta bentuk laporan yang harus dibuat TPK, dan bentuk Paramita(2014). Penerapan Kaizen Dalam penyelenggaran pertangung

  Perusahan. Bandung: Dosen Jurusan jawaban ke pada masyarakat dan Manajemen FE Universitas wajib di lakukan semua desa yang Pandanaran Bandung. ada di Kota Pariaman, yang tertuang dalam Perwako.

  Simanjuntak(2014). Penerapan 3. Sebelum kegiatan infrastuktur di

  Manajemen Kaizen di Institusi Publik mulai selalu adakan pelatihan TPK Non Profit. Magister Manajemen baik secara langsung dilapangan Pendidikan Tinggi UGM.Yogyakarta. atau dalam ruangan, dengan materi sesuai kebutuhan .

  Sundana & Hartono(2014). Penerapan 4. Dalam penyusunan Perwako yang

  Konsep Kaizen Dalam Upaya berhubungan dengan dana desa Menurunkan Cacat di PT Astra

  Pemko Pariaman dan SKPD terkait Daihatsu Motor.Jurnal ISSN, Volume harus melibatkan perwakilan dari

  10.Universitas Pancasila. pemerintahan desa, pemerintahan kecamatan, pendamping desa,

  Wisnubroto & Rukmana(2014). insfektorat, BAPEDA, untuk

  Pengendalian kualitas dengan duduk bersama agar Perwako yang pendekatan Six sigma & analisis dihasilkan sesuai dengan Kaizen serta New seven tools sebagai cara mengurangi cacat produksi. Dosen Program Studi Teknik Industri,FTI,AKPRIND.