POLA PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DI INDONESIA, EKPLORASI BAGI UPAYA PENGEMBANGANNYA DI EKONOMI SYARIAH

POLA PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DI

  

INDONESIA, EKPLORASI BAGI UPAYA

PENGEMBANGANNYA DI EKONOMI SYARIAH

F. SETIAWAN SANTOSO

  Dosen FAI-UCY fattah_ss@yahoo.com

  

Abstract

  In the perspective of the Islamic economic law, this article intends to explain the Islamic economic opportunities to be involved in it for the development of entrepreneurship and improvement of the welfare of the Indonesian people. A legal shelter in KHEI for both syirkah and mudarabah had been there so freely sharia economics involved in venture capital in Indonesia.

  Keywords: venture capital, Islamic economic law, Indonesia A.

   Pendahuluan

  Dalam Rahman, Istilah modal ventura merupakan terjemahan dari terminologi bahasa Inggris yaitu Venture Capital. Venture sendiri berarti usaha mengandung resiko, sehingga modal ventura banyak yang mengartikan sebagai penanaman modal yang mengandung resiko pada

  1 suatu usaha atau perusahaan, atau dapat pula diartikan sebagai usaha.

  Martono menyempitkan modal ventura sebagai modal yang ditanamkan pada usaha yang mengandung resiko dengan tujuan memperoleh

  2 pendapatan berupa bunga atau deviden.

  Fuady menegaskan modal ventura sebagai suatu pembiayaan oleh PMV (investor) dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (PPU) untuk jangka waktu tertentu, di mana setelah jangka waktu tersebut lewat, pihak

  3 investor akan melakukan divestasi atas saham-sahamnya itu.

  Menurut Dictionary of Business, dalam Fuady, modal ventura adalah suatu sumber pembiayaan yang penting untuk memulai suatu perusahaan yang melibatkan resiko investasi, tetapi juga menyimpan potensi keuntungan di atas keuntungan rata-rata dari investasi dalam bentuk lain. Karena itu, modal ventura disebut juga sebagai modal yang

  4 beresiko tinggi.

  Cross dalam Simorangkir menjelaskan modal ventura merupakan pembiayaan yang mengandung resiko, biasanya dilakukan dalam bentuk partisipasi modal terhadap perusahaan-perusahaan berpotensi pertumbuhan tinggi. Dan PMV menyediakan beberapa nilai tambah dalam

  POLA PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DI INDONESIA, EKPLORASI BAGI UPAYA PENGEMBANGANNYA DI EKONOMI SYARIAH

  bentuk masukan manajemen dan memberikan kontribusinya terhadap keseluruhan strategi perusahaan yang bersangkutan. Resiko yang relatif tinggi ini akan dikompensasikan dengan kemungkinan hasil yang tinggi pula. kompensasi ini didapatkan melalui keuntungan dari hasil

  5 penjualan dan penanaman modal yang bersifat jangka menengah.

  Pendapat lain disampaikan oleh Dipo dalam Rahman, yang menyatakan bahwa modal ventura adalah suatu dana usaha dalam bentuk saham atau pinjaman yang bisa dialihkan menjadi saham. Sumber dana tersebut adalah perusahaan modal ventura yang mengharapkan

  6 keuntungan dari investasinya tersebut.

  Pendapat ilmiah tentang modal ventura ternyata tidak begitu jauh dengan definisi hukumnya. Dalam Pasal 1 ayat (11) Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dinyatakan bahwa;

  Perusahaan modal ventura adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu. Definisi yang sama diulang kembali dalam Pasal 1 huruf (h) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

  Dalam perspektif hukum ekonomi syariah, tulisan ini bermaksud menjelaskan peluang ekonomi syariah untuk terlibat di dalamnya bagi pengembangan kewirausahaan dan peningkatan kesejahteraan bangsa Indonesia. Untuk itu, perlu penjelasan dan uraian tentang bagaimana mekanisme modal ventura sesuai hukum dan aturan yang berlaku di Indonesia.

B. Dasar Hukum Modal Ventura

  Modal ventura adalah perjanjian karena itu menjadi perbuatan hukum yang harus dilandasi dengan dasar hukum dan yuridis agar dapat berjalan dalam bisnis. Di Indonesia, yang menjadi dasar hukum bagi suatu transaksi modal ventura adalah sebagai berikut :

  1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

  2. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

  3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

  4. Ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan, seperti Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991 serta Undang-undang Nomor 8 Tahun 1991.

  5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1973 tentang Pendirian PT.

  (Persero) Bahana Pembinaan Usaha Indonesia.

  6. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1992 tentang Sektor-

F. Setiawan Santoso sektor Usaha PPU PMV.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1995 tentang Pajak Penghasilan bagi PMV.

  8. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan.

  9. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1251/ KMK.013/ 1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

  10. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 448/ KMK.017/ 2000 tentang Perusahaan Pembiayaan.

C. Tujuan Pendirian Modal Ventura

  Maksud dan tujuan pendirian modal ventura antara lain :

  1. Untuk pengembangan suatu proyek tertentu, misalnya proyek penelitian, dimana proyek ini biasanya tanpa memikirkan keuntungan semata, akan tetapi bersifat pengembangan ilmu pengetahuan.

  2. Pengembangan dan alih teknologi baru atau pengembangan produk baru. Pembiayaan untuk usaha ini baru memperoleh keuntungan dalam jangka panjang.

  3. Pengambilan kepemilikan suatu perusahaan. Tujuan pembiayaan dengan mengambil alih kepemilikan usaha perusahaan lain lebih banyak diarahkan untuk mencari keuntungan.

  4. Kemitraan dalam rangka pengentasan kemiskinan dengan membantu para pengusaha lemah yang kekurangan modal, tanpa kepemilikan jaminan materiil. Mereka itu sulit memperoleh investasi bank. Dengan adanya penyertaan modal dari modal ventura dapat membantu menghadapi kesulitan pemodalannya.

5. Membantu mendirikan perusahaan beresiko tinggi.

D. Sejarah PMV di Indonesia

  Modal ventura di Indonesia diakui sejak peraturan yang berkaitan dengannya telah ditetapkan, yaitu Surat Keputusan Menteri Keuangan RI sejak Desember 1988. Meskipun demikian, prakteknya sudah ditemukan sejak tahun 1973. Di masa itu, kegiatan usaha atau perekonomian Indonesia ditandai kecenderungan adanya beberapa kelemahan sehingga sulit untuk berkembang maju, kecuali yang memiliki modal besar saja. Salah satu kelemahan yang menonjol menurut pengamatan banyak ahli ekonomi adalah kurang kuatnya lapisan pengusaha kecil-menengah.

  Kelemahan usaha kecil menengah itu dibantu pemerintah dengan mendirikan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia pada tahun 1973 yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 18 pada tanggal 13 April 1973 yang bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan

  POLA PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DI INDONESIA, EKPLORASI BAGI UPAYA PENGEMBANGANNYA DI EKONOMI SYARIAH

  kemampuan berusaha dari pengusaha-pengusaha kecil dan menengah dan untuk membantu kelancaran pertumbuhan perusahaan kecil dan menengah dengan jalan penyertaan modal serta untuk membantu menciptakan kondisi berusaha yang lebih baik bagi pengusaha kecil dan menengah.

  Secara yuridis formal modal ventura kemudian dikenalakan melalui Keputusan Presiden nomor 61 tahun 1988 tentang lembaga pembiayaan dan disusul oleh SK Menkeu No. 1251/KMK. 013/1988 mengenai ketentuan dan tata cara pelaksanaan lembaga pembiayaan. Dalam perkembangan selanjutnya modal ventura berkembang sangat pesat.

  Setidaknya sampai akhir tahun 1994, beberapa propinsi sudah

  7

  memilikinya Hingga tahun 1998 ini PMV yang dimiliki oleh BUMN berjumlah 21 perusahaan yaitu: PT Bahana Artha Ventura, PT Sarana Jabar Ventura, PT Sarana Sumut Ventura, PT Sarana Jatim Ventura, PT Sarana Jateng Ventura, PT Sarana Yogya Ventura, PT Sarana Sulsel Ventura, PT Sarana Bali Ventura, PT Sarana Sumbar Ventura, PT Sarana Sumsel Ventura, PT Sarana Lampung Ventura, PT Sarana Surakarta Ventura, PT Sarana Kaltim Ventura, PT Sarana Aceh Ventura, PT Sarana Jambi Ventura, PT Sarana Kalbar Ventura, PT Sarana Sulut Ventura, PT Sarana NTB Ventura, PT Sarana Irian Jaya Ventura, PT Sarana Maluku Ventura dan PT Sarana Riau Ventura. Induk dari seluruh perusahaan ini adalah PT Bahana Artha Ventura sebagai pemilik saham terbesar PMV yang tersebar di berbagai daerah tersebut.

E. Pihak-pihak Dalam Pembiayaan Modal Ventura

  Pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembiayaan modal ventura dibagi menjadi 2 (dua) pihak, yaitu :

  1. Pihak-Pihak Utama Pihak-pihak utama yang terlibat dalam pembiayaan modal ventura, yaitu : a.

  Perusahaan Modal Ventura (PMV) PMV merupakan salah satu pihak dalam suatu perjanjian, yakni pihak yang memberikan dana kepada pihak lainnya, yaitu pihak perusahaan pasangan usaha. Dalam praktek operasionalnya, PMV

  8

  menjalankan 2 (Dua) fungsi, yakni : 1) Investee management, adalah di mana perusahaan modal ventura memberikan bantuan berupa dana modal atau pinjaman kepada

  PPU, di mana dana bersumber dari modal atau dana sendiri atau pinjaman dari pihak ketiga untuk kepentingan operasional PMV; dan

  2) Fund management, adalah di mana PMV memberikan bantuan berupa dana modal atau pinjaman kepada perusahaan pasangan

F. Setiawan Santoso

  usaha, pada saat PMV tersebut hanya berfungsi sebagai penyandang dana pihak ketiga dan berada pada posisi channeling (lanjutan) atas dana bantuan yang diberikan tersebut kepada PPU.

  Secara umum, menurut Pasal 9 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, suatu lembaga pembiayaan di Indonesia hanya dapat dijalankan oleh : (1) Bank; (2) Lembaga Keuangan Bukan Bank; dan (3) Perusahaan Pembiayaan.

  Yang dapat menjalankan PMV adalah hanya perusahaan pembiayaan. Hal ini disebabkan karena : 1)

  Pada prinsipnya, kegiatan modal ventura dikeluarkan dari kegiatan suatu bank. Kecuali dalam hal khusus, yaitu dalam hal untuk menyelamatkan kredit macet (Pasal 7 huruf (b) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dalam

  Pasal 7 huruf (c). Diperkenankannya bank untuk menyertakan modal dalam suatu perusahaan pembiayaan ini bukan dalam arti sebagai modal ventura. Sebab pasal tersebut tidak memaksudkan bahwa penempatan dana tersebut hanya untuk sementara saja seperti layaknya modal ventura. 2)

  Sementara itu, Lembaga Keuangan Bukan Bank dewasa ini tidak eksis lagi, berhubung sudah harus diubah menjadi suatu bank (jika memenuhi syarat untuk itu). Menurut Pasal 9 ayat (2) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang dapat menjadi perusahaan pembiayaan yang bergerak di bidang kegiatan modal ventura adalah suatu Perseroan Terbatas dan Koperasi.

  b. Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) Lembaga PPU harus berbentuk perusahaan. Dengan demikian, pihak perorangan tidak mungkin mendapatkan bantuan modal melalui bisnis modal ventura. PPU dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, Perseroan Komanditer (CV), Firma, bahkan perusahaan perorangan seperti Usaha Dagang (UD).

  c. Notaris Pada setiap kegiatan bisnis pembiayaan, termasuk modal ventura, inisiatif untuk mengadakan hubungan kontraktual berasal dari para pihak terutama PPU. Kehendak para pihak tersebut dituangkan dalam bentuk tertulis berupa rumusan perjanjian yang menetapkan kewajiban dan hak masing-masing pihak dalam hubungan bisnis pembiayaan modal ventura.

  POLA PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DI INDONESIA, EKPLORASI BAGI UPAYA PENGEMBANGANNYA DI EKONOMI SYARIAH

  Notaris merupakan salah satu pihak utama yang terlibat dalam membuatkan akta-akta atau perjanjian-perjanjian antara PMV dengan perusahaan pasangan usaha sebagai alat bukti apa saja yang diperjanjikan antara PMV dengan perusahaaan pasangan usaha. Notaris juga dapat berperan untuk memberikan saran apabila terjadi masalah- masalah hukum yang perlu dijembatani.

  1. Pihak-pihak lain yang terlibat dalam pembiayaan modal ventura.

  a.

  Penyandang Dana.

  PMV memiliki dua sumber dana perusahaan bagi PPU, yakni : 1) Model pendanaan yang berasal dari PMV sendiri, yaitu biasanya diambil dari modal saham dan laba yang ditahan; dan 2) Modal pendanaan yang berasal dari penyandang dana pihak ketiga, yang dananya tidak disetor menjadi modal saham.

  Pendanaan yang dilakukan oleh PMV dari dana pihak ketiga, baik dana tersebut menjadi atau tidak menjadi modal saham dapat dirinci sebagai berikut :

  9

  1) Bank Captive Funds, adalah sebagian dari dana bank disalurkan untuk kegiatan modal ventura dengan terlebih dahulu membentuk perusahaan finansial. Dengan demikian, perusahaan finansial yang bergerak di bidang modal ventura ini merupakan anak perusahaan dari bank tersebut sebagai pemiliknya.

  2) Investment Institution Captive Funds, dalam hal ini dana-dana yang dipakai oleh suatu PMV berasal dari institusi investasi, seperti dana asuransi, dana pensiun, dan sebagainya. 3) Independent Funds, dalam hal ini dana-dananya berasal dari pihak swasta yang tidak berhubungan dengan bank. Bahkan bisa bersumber dari perusahaan-perusahaan besar atau pihak individu yang memiliki dana. Di samping itu, ada pula perusahaan-perusahaan besar yang membentuk suatu Venture Capital Department atau anak perusahaaan berupa PMV atau divisi khusus modal ventura.

  4) Public Sektor Funds, dalam hal ini dana bersumber dari pemerintah.

  Dengan kata lain pemerintah membentuk perusahaan modal ventura yang bertujuan sarat dengan motif-motif sosial dan kemanusiaan, nyatanya untuk membantu pengusaha lemah. Untuk Indonesia dengan pendidirian PT. Bahana Pembinaan Usaha pada tahun 1973.

  5)

International Funds, yaitu dana berasal dari institusi internasional,

  misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa. 6) Dana dari sumber lainnya, perusahaan modal ventura dapat juga memperoleh dana dari sumber-sumber lain, seperti perusahaan finansial lainnya, misalnya lewat penjualan saham di pasar modal, F. Setiawan Santoso pasar uang, obligasi, dan sebagainya.

  b. Akuntan Publik Akuntan publik tidak terlibat langsung dalam suatu pembiayaan modal ventura. Dalam praktek modal ventura, ia diperlukan untuk melihat kondisi keuangan calon PPU atas dasar permintaan pihak PMV. Akuntan dalam proses persetujuan pembiayaan melakukan due

  

diligence mengenai berbagai aspek keuangan dan pembukuan dari

calon PPU.

  c. Perusahaan Jasa Penilai atau Appraisal Perusahaan jasa penilai ini bertugas untuk menilai jaminan dari

  PPU yang meminta pembiayaan dari PMV. Perusahaan jasa penilai dapat dilakukan oleh internal karyawan PMV sendiri dengan kualifikasi lulus ujian teknis appraisial. PPU yang berkeberatan penilaian intrrnal terhadap jaminannya kurang tepat, dapat menggunakan perusahaan jasa penilai luar yang independen dengan biaya sendiri.

  F. Jenis-jenis Pembiayaan Modal Ventura

  Menurut Pasal 1 huruf (11) Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan Pasal 1 huruf (h) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, PMV adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu PPU untuk jangka waktu tertentu.

  Pembiayaan yang dapat diberikan perusahaan modal ventura

  10

  dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

  1. Penyertaan Modal Langsung Penyertaan modal langsung, adalah penyertaan modal PMV pada perusahaan pasangan usaha dengan cara mengambil bagian sejumlah tertentu saham PPU. Pola ini dikenal dengan pembiayaan langsung. Penyertaan modal dalam bentuk saham dapat dilakukan dengan cara : a. Bersama-sama mendirikan suatu perusahaan.

  b.

  Penyertaan modal PMV dalam bentuk pengambilan sejumlah porto folio saham PPU.

  2. Semi Penyertaan Modal Langsung Pembiayaan ini dilakukan dengan membeli obligasi konversi yang diterbitkan oleh perusahaan pasangan usaha. Cara pembiayaan seperti ini banyak disukai baik oleh PMV maupun PPU karena sifatnya lebih fleksibel.

  3. Pembiayaan Bagi Hasil

  POLA PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DI INDONESIA, EKPLORASI BAGI UPAYA PENGEMBANGANNYA DI EKONOMI SYARIAH

  Pembiayaan ini dilakukan dalam hal usaha yang akan dibiayai tidak berbentuk badan hukum atau syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk penyertaan modal langsung belum atau tidak dipenuhi oleh PPU. Bentuk pembiayaan ini menekankan pada aspek bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dibiayai, oleh karena itu hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pembiayaan ini adalah kewenangan bertindak pihak yang mewakili PPU, obyek dana serta jaminan atas pemberian dana. Pembiayaan dengan memilih pola bagi hasil dapat saja dilakukan antara PMV dengan PPU yang telah berbadan hukum, terutama usaha kecil.

  PMV melakukan kegiatan pembiayaan sebagaimana disebutkan oleh Muhammad dan Murniati dalam Rahman, bahwa usaha modal ventura menyediakan pembiayaan dengan cara :

  1. Pembelian saham perusahaan pasangan usaha yang dibiayai (Penyertaan Saham)

  Penyertaan saham adalah penyertaan PMV, pada perusahaan pasangan usaha dalam bentuk pengambilan sejumlah saham tertentu dari PPU. Saham yang diambil oleh PMV tersebut berasal dari saham- saham dalam portepel, artinya saham-saham tersebut masih belum diambil bagian dan disetor oleh pemegang saham lainnya (pemegang

  11 saham lama), namun telah dikeluarkan oleh PPU.

  2. Penyertaan modal langsung ke dalam perusahaan pasangan usaha yang dibiayai (Pola Bagi Hasil) Pembiayaan ini biasa dikenal dengan profit sharing yang merupakan pola pembiayaan kerjasama dimana keuntungan bagi perusahaan modal ventura ditetapkan dengan menentukan pembagian persentase tertentu dari keuntungan setiap periode tertentu yang akan diberikan oleh PPU kepada PMV.

  3. Obligasi konversi yang memiliki hak opsi untuk ditukarkan dengan saham biasa PPU yang dibiayai.

  Pada dasarnya obligasi konversi merupakan bentuk campuran antara hutang dan modal, dimana pemegang surat hutang tersebut mempunyai opsi untuk mengkonversi hutang tersebut menjadi sejumlah saham-saham baru pada perusahaan penerbit obligasi dalam

  12 jangka waktu tertentu.

  Obligasi konversi adalah salah satu bentuk penyertaan modal tidak langsung yang pada awalnya dilakukan dalam bentuk hutang piutang. Obligasi ini nantinya dapat dikonversikan menjadi saham perusahaan modal ventura pada PPU.

  Dalam perkembangannya, jenis pembiayaan oleh perusahaan

  13

  modal ventura terbagi menjadi dua, yaitu : F. Setiawan Santoso

  1. Penyertaan modal (dibukukan dalam pos modal oleh perusahaan penerima dana), dan

  2. Pemberian pinjaman dengan pola bagi hasil (dibukukan dalam pos pinjaman oleh perusahaan penerima dana) seperti halnya pinjaman atau kredit dari bank.

  G. Mekanisme pembiayaan Modal Ventura dengan Pola Bagi Hasil

  Realisasi pembiayaan modal ventura harus selalu didahului dengan suatu perjanjian antara PMV dengan PPU. Menurut Mackulau, perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil merupakan suatu perjanjian dalam hal mana pihak yang satu (pihak pertama) berkewajiban menyerahkan sejumlah uang dan atau barang tertentu kepada dan untuk dipergunakan oleh pihak yang lain (pihak kedua) sebagai modal atau tambahan modal usaha, dengan kewajiban bagi pihak lainnya itu unutk pada waktunya membayar kembali dan memberi imbalan pada pihak pertama menurut bentuk, cara, jumlah, jangka waktu serta syarat yang telah

  14 disepakati.

  1. Proses Penjajakan Proses ini merupakan kegiatan evaluasi pendahuluan, yang meliputi kegiatan diskusi mengenai aspek-aspek, seperti permasalahan yang sudah dan atau akan ada, kewajiban usulan proyek, kebutuhan dana yang riil, prospek bisnis. Tahap ini merupakan proses pendahuluan dari pencairan dana modal ventura, yaitu untuk mengetahui layak tidaknya calon PPU untuk didanai. PPU haruslah berbentuk perusahaan. Dengan demikian, pihak perorangan tidak mungkin mendapatkan bantuan modal melalui bisnis modal ventura. PPU yang memperoleh bantuan dana

  15

  lewat modal ventura, harus memenuhi kriteria :

  a. Mempunyai pangsa pasar dan prospektif

  b. Pemilik menguasai bidang usahanya c.

  Bidang usahanya mempunyai kekhususan, sehingga tidak mudah dimasuki oleh pendatang baru.

  2. Proses Evaluasi Ini merupakan proses penilaian lebih lanjut dan rinci untuk memastikan apakah pendanaan lewat modal ventura itu pantas diberikan atau tidak, dan apakah prospek pemberian dana tersebut nantinya baik atau tidak. Aspek yang akan dievaluasi dalam proses ini, antara lain : aspek hukum, aspek teknis, aspek pemasaran, aspek keuangan serta aspek manajemen.

3. Proses Konfirmasi

  Tahapan keempat merupakan pengambilan keputusan. Dalam

  POLA PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DI INDONESIA, EKPLORASI BAGI UPAYA PENGEMBANGANNYA DI EKONOMI SYARIAH

  proses ini, sudah ada keputusan pendahuluan tentang diterima atau tidaknya proposal calon PPU yang bersangkutan.

  4. Proses Persiapan Kerjasama Proses ini, meliputi kegiatan-kegiatan penentuan besarnya modal yang akan diberikan, pembuataan serta penandatanganan perjanjian pembiayaan modal ventura, verivikasi atas dokumen legal lainnya, dan penyusunan rencana implementasi.

  5. Proses Pendirian Badan Hukum (untuk jenis pembiayaan dengan penyertaan saham) Perusahaan yang merupakan pasangan usaha belum terbentuk, maka terlebih dahulu dibentuk perusahaan yang berbentuk badan hukum, biasanya dalam bentuk Perseroan Terbatas.

  6. Proses Implementasi Dalam tahap ini, rencana yang telah disepakati bersama direalisasi, yang dapat mencakup kegiatan-kegiatan, antara lain : pencairan dana, implementasi sistem keuangan, pembangunan fisik, evaluasi pelaksanaan pembangunan fisik.

  7. Proses Komersial Terhadap proses yang telah ditempuh sebelumnya, dilakukan komersialisasi, yang jika investasinya berhasil akan dilakukan : a. evaluasi perkembangan usaha dan pelaksanaan kerja, berdasarkan laporan keuangan b. supervisi c. penyusunan dan evaluasi rencana kerja

  d. penanganan khusus (di luar rencana kerja)

  e. Rapat Umum Pemegang Saham Jika investasinya tidak berhasil, komersialisasi dapat dilakukan dengan : a. usaha melakukan tindakan pengamanan, dengan cara mengundang pihak ketiga lainnya untuk dapat berpartisipasi ke dalam PPU yang bersangkutan

  b. pembubaran kerjasama 8.

  Proses Divestasi Proses divestasi wajib dilakukan oleh PMV, karena bukanlah tujuan pendanaan lewat modal ventura ini untuk tetap permanen di dalam

  PPUnya. Tahap divestasi terjadi pada saat PMV memutuskan hubungan hukum dengan PPU dengan cara menjual saham atau instrumen lain yang dimilikinya, misal obligasi konversi. Divestasi ini terdiri atas : a.

  Divestasi positif, F. Setiawan Santoso

  Apabila dari penjualan instrument milik PMV memperoleh nilai tambah atau gain. Dalam divestasi positif ini ada 2 (dua) cara, yaitu : 1) Divestasi secara hukum. Dalam divestasi ini, secara otomatis berakhir dengan habisnya jangka waktu yang diperjanjikan, misal : antara PMV dengan PPU telah menjanjikan penyertaan modal selama 1 (satu) tahun. Maka, setelah setahun terhitung dari pengikatan perjanjian, kerjasama berakhir, tentu saja dengan telah terpenuhinya hak dan kewajiban kedua belah pihak. 2) Divestasi atas inisiatif PPU. Hal ini dilakukan oleh PPU, karena PPU sudah merasa mampu dan kondisinya dalam keadaan sehat, misal :

  PMV dan PPU diperjanjikan bekerjasama selama 3 (tiga) tahun, namun baru berlangsung 1 (satu) tahun. PPU menginginkan berakhirnya kerjasama tersebut, karena telah mampu mandiri dan dalam kondisi sehat serta dapat memenuhi kewajiban kedua belah pihak dengan baik.

  b. Divestasi negatif, Apabila dari penjualan instrumen tersebut, PMV mengalami kerugian. Masa kerjasama berakhir atas inisiatif dari PMV menuntut kewajiban PPU. Hal ini dikarenakan :

  1) PPU sulit atau tidak dapat berkembang. Hal ini dilihat dari tanda- tanda yang ada pada PPU yang menunjukkan akan bangkrut dan dapat dilihat dari sikap pengelolanya yang kurang terbuka dengan PMV.

  2) PPU tidak dapat memenuhi kewajiban sehingga tidak dapat membayar kewajiban pokok dan bagi hasil dan dapat dilihat dari tanda-tanda bahwa PPU berusaha menghindar untuk memenuhi kewajiban dan usaha PPU kurang produktif.

  H. Peluang Modal Ventura Dalam Ekonomi Syariah

  Semua kegiatan perdagangan dan investasi pasti mengandung Resiko, namun tingkatannya bervariasi. Bagi investasi yang mempunyai Resiko rendah, hampir semua investor ingin melakukannya. Jika proyek memiliki Resiko tinggi, maka tidak mudah untuk mencari investor yang mau melakukannya. Perbedaan ini berpengaruh terhadap pola investasinya untuk memotivasi investor dan memudahkan pengusaha yang membutuhkannya. Dalam investasi beresiko tinggi adalah pola modal ventura menjadi salah satu alternatif.

  Proses pembiayaan modal ventura dapat digambarkan secara ringkas sebagai berikut :

  1. Pembiayaan modal ventura adalah alternative kepada wirausaha dan perusahaaan baru dengan kemampuan finansial dan manajemen lemah dan belum mendapat kepercayaan dari lembaga perbankan lain.

  POLA PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DI INDONESIA, EKPLORASI BAGI UPAYA PENGEMBANGANNYA DI EKONOMI SYARIAH

  2. Pembiayaan modal ventura beresiko tinggi, tetapi berpotensi keuntungan yang melalui keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan penanaman modal yang bersifat jangka menengah atau jangka panjang.

  3. Pembiayaan modal ventura biasanya dilakukan dalam bentuk penyertaan modal dan atau pinjaman yang bisa dialihkan menjadi saham kepada perusahaan-perusahaan yang berpotensi untuk berkembang disertai dengan penempatan atau pembinaan manajemennya.

  Dengan landasan hukum yang jelas, perkembangan modal ventura telah berkembang di Indonesia. Kondisi ini menjadi peluang bagi ekonmi syariah untuk terlibat secara mendalam mensejahterakan bangsa melalui model ventura. Kegiatan investasi dalam ekonomi syariah bukan hal yang mudah karena harus memperhatikan resiko yang ada dalam kegiatan atau sasaran investasi yang harus diakui berbeda dengan ekonomi konvensional. Meski memiliki kemiripan, pola bagi hasil yang diterapakan dalam ekonomi syariah dan konvensional masih memiliki perbedaan.

  Ekonomi Syariah melalui bentuk syirkah dan mudarabah bisa terlibat dalam kegiatan modal ventura. Dalam KHEI Buku II Tentang Akad Bab I pasal 20 (4) Syirkah merupakan kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak yang berserikat. Sedang mudarabah dalam pasal 20 (5) adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam modal dengan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah. Payung hukum bagi keduanya pun telah ada sehingga ekonomi syariah leluasa terlibat dalam modal ventura di Indonesia dengan ada pertimbangan-pertimbangan syariah terhadapnya yang telah berkembang dewasa ini.

  Catatan Akhir 1 Hasanuddin Rahman, Segi-segi Hukum & Manajemen Modal Ventura, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 27 2 Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, ( Ekonasia Kampus Fakultas Ekonomi UII: Yogyakarta, 2004), h. 127. 3 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global.

  (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005), h. 125. 4 Munir Fuady, Hukum tentang Pembiayaan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), h. 109 5 O. P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, (Bogor: Ghalia: Indonesia, 2004), h. 170. 6 Hasanuddin Rahman, Segi-Segi Hukum dan Manajemen Modal Ventura Serta

Pemikiran Alternatif Ke Arah Model Modal Ventura Yang Sesuai Dengan Kultur Bisnis

Di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 16. 7 KPHN Hoedhiono Kadarisman, Modal Ventura: Alternatif Pembiayaan Usaha Masa Depan, cet. 1 (Jakarta: PT IBEC, 1995), h. 129. 8 Rahman, Segi-segi …, h. 25.

F. Setiawan Santoso

  9 Ibid. 10 Frianto Pandia, Elly Santi Ompusunggu dan Achmad Abror, Lembaga Keuangan. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005) h. 92. 11 Ketentuan Pokok Pembiayaan PMV. (Jakarta: PT. Bahana Artha Ventura, 1996), h. 8. 12 Rahman, Segi-segi …, h. 130. 13 Ibid., h, 23. 14 Andi Maradang Mackulau, “Tinjauan Hukum Pembiayaan Bagi Hasil Modal Ventura” Rapat Executive Committee 4 November 2003, h. 24. 15 Rahman, Segi-segi …, h. 28.

  Daftar Pustaka

  Fuady, Munir. Hukum tentang Pembiayaan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006. Fuady, Munir. Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005. Kadarisman, KPHN Hoedhiono. Modal Ventura: Alternatif Pembiayaan Usaha Masa Depan, cet. 1. Jakarta: PT IBEC, 1995.

  

Ketentuan Pokok Pembiayaan PMV. Jakarta: PT. Bahana Artha Ventura,

  1996 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHEI) Mackulau, Andi Maradang. “Tinjauan Hukum Pembiayaan Bagi Hasil Modal Ventura”. Rapat Executive Committee 4 November 2003.

  Martono. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonasia Kampus Fakultas Ekonomi UII: 2004. Pandia, Frianto, Elly Santi Ompusunggu dan Achmad Abror. Lembaga Keuangan. Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2005. Rahman, Hasanuddin. Segi-Segi Hukum dan Manajemen Modal Ventura

  Serta Pemikiran Alternatif Ke Arah Model Modal Ventura Yang Sesuai Dengan Kultur Bisnis Di Indonesia. Bandung: PT. Citra

  Aditya Bakti, 2003. Simorangkir, O.P. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.