AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA bag dari

AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA
Posted by mit@ on 23.28

A. ORGANISASI NIRLABA
Organisasi nirlaba atau organisasi yang tidak bertujuan memupuk
keuntungan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding
dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan
kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam
arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual,
dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau
pembubaran entitas.
Organisasi nirlaba dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu entitas
pemerintahan dan entitas nirlaba nonpemerintah. Organisasi nirlaba
dipandang amat berbeda dengan organisasi komersial oleh pelanggan,
donatur dan sukarelawan, pemerintah, anggota organisasi dan karyawan
organisasi nirlaba.

Bagi stakeholder, akuntansi dan laporan keuangan bermanfaat sebagai

bentuk alat penyampaian pertanggungjawaban pengurus.

Para karyawan profesional organisasi nirlaba diasumsikan ingin
diperlakukan setara dengan karyawan profesional organisasi komersial
dalam hal imbalan, karier, jabatan, dan masa depan. Bagi mereka akuntansi
berguna untuk menginformasikan kesinambungan hidup organisasi sebagai
tempat berkarier.

Para anggota diasumsikan secara serius ikut serta dalam suatu organisasi
nirlaba untuk mencapai suatu visi dan misi tertentu organisaai
bersangkutan yang sejalan dengan aspirasinya. Maka laporan keuangan
diharapkan memberikan informasi berkala, guna memberikan gambaran,
apakah visi misi tersebut direalisasikan.

Para pelanggan atau pihak yang menjadi sasaran akan diuntungkan serta
berharap untuk memperoleh manfaat yang dijanjikan organisasi, juga perlu
mendapat informasi mengenai sasaran yang berhasil diraih organisasi
tersebut. Maka laporan keuangan perlu menampilkan manfaat atau hasil
yang diraih yang apabila mungkin didenominasikan dalam besaran uang.
Bagi pemerintah, organisasi nirlaba nonpemerintah harus mematuhi

ketentuan undang-undang, serta diharapkan memberi sumbangan positif
bagi kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya nasional serta memberi
citra baik bagi bangsa. Di sini, laporan keuangan berfungsi sebagai umpan
balik kepada pemerintah. Apabila ada berbagai harapan dan kepentingan
yang berbenturan, maka laporan keuangan secara seimbang memberi
informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan itu.
Sebagai kesimpulan, sasaran utama laporan keuangan entitas nirlaba adalah
menyajikan informasi kepada penyedia sumber daya, yang ada pada masa
berjalan dan pada saat yang akan datang dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan untuk mengambil keputusan rasional dalam pengalokasian
sumber daya kepada entitas nirlaba.
B. DASAR PEMIKIRAN AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA
Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board
(FASB) telah menyusun standar untuk laporan keuangan yang ditujukan
bagi para pemilik entitas atau pemegang saham, kreditor, dan pihak lain
yang tidak secara aktif terlibat dalam manajemen entitas bersangkutan
namun memiliki kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun
standar akuntansi bagi entitas nirlaba nonpemerintah, sementara US
Government Accounting Standard Board (GASB) menyusun standar akuntasi
dan pelaporan keuangan untuk pernerintah pusat dan federal AS.

Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi
Pemerintah. Organisasi penyusun standar untuk pemerintah itu dibangun
terpisah dari FASB di AS atau Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan
Akuntan Indonesia di Indonesia karena karakteristik entitasnya berbeda.
Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau semacamnya,
memberi pelayanan masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan mampu
memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan pernerintah tanpa
peduli bahwa imbalan bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak
memadai.
International Federation of Accountant (IFAC) membentuk IFAC Public
Sector Committee (PSC) yang bertugas menyusun International Public Sector
Accounting Standard (IPSAS). Istilah public sector di sini berarti pemerintah
nasional, pemerintah regional (misalnya negara bagian, daerah otonom,
provinsi, daerah istimewa), pemerintah lokal (misalnya kota mandiri) dan
entitas pernerintah terkait (misalnya perusahaan negara, komisi khusus).
Dengan demikian PSC tidak menyusun standar akuntansi sektor publik
nonpemerintah.

1.
2.


1.

2.

Organisasi komersial dan nirlaba sering rancu, karena pembagiannya
didasarkan atas jenis kegiatan atau bentuk legalnya. Sesungguhnya istilah
nonkomersial lebih tepat dari istilah nirlaba. Istilah Not For Profit
Organization (NFPO) telah menggeser istilah nonprofit organization karena
menawarkan resolusi bahwa itikad atau tujuan pendirian organisasi
bersangkutan bukan untuk mencari laba. Seluruh kegiatannya tidak
ditujukan untuk mengumpulkan laba, namun dalam perjalanannya
organisasi nirlaba ternyata secara legal bernasib keuangan yang baik, yakni
dapat mengalami surplus karena aliran kas masuk melebihi aliran kas
keluar. Dengan demikian, walaupun sama-sama memperoleh sisa laba,
surplus yang setara laba neto setelah pajak, baik organisasi komersial
maupun organisasi nirlaba tetap pada jati dirinya.
Surplus diperlukan organisasi nirlaba untuk memperbesar skala
kegiatan pengabdiannya dan memperbaharui sarana yang uzur dan rusak .
Sebaliknya, apabila surplus tersebut dinikmati oleh para pengurus dalam

bentuk tantiern, gratifikasi, gaji, bonus, tunjangan perjalanan dinas,
pinjaman bagi pendiri/ pengurus (setara dividen dalam entitas komersial)
atau kenikmatan (mobil mewah, rumah tinggal, keanggotaan golf dan
sebagainya), maka organisasi nirlaba menjadi berhakikat entitas komersial.
Entitas komersial atau nirlaba sering diidentifikasi melalui bentuk legal
dan bentuk kegiatan. Contoh entitas legal adalah:
Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola pmerintah,
seperti BUMN Persero; entitas komersial swasta, misalnya CV, NV, Firma,
usaha perorangan, UD;
Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, entitas nirlaba
swasta, misalnya yayasan, partai politik, lembaga swadaya masyarakat
Pembagian entitas komersial dan nirlaba berdasarkan bidang bentuk
kegiatan/bidang usaha tidak disarankan . Rumah sakit dan museum
pemerintah pada umumnya nirlaba, namun rumah sakit dan museum
swasta mungkin nirlaha atau komersial
C. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA
Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Financial Accounting Standards Board (FASB, 1980) mengeluarkan
Statements of Financial Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4) mengenai
tujuan laporan keuangan untuk organisasi nonbisnis/nirlaba (objectives of
financial reporting by nonbusiness organizations). Tujuan laporan keuangan

organisasi nirlaba dalam SFAC 4 tersebut adalah:
Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya,
serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang
rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.
Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai
pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya
untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.

3.

Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai
kinerja manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab
pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.

4.

Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, datt

kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dar.
kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber
daya tersebut.

5.

Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode.
Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi
sumher kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta informasi mengenai usaha
dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat
menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai kinerja.

6.

Memherikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran
kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
likuiditas organisasi.

7.


Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam
memahami informasi keuangan yang diberikan.

D.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) Nomor 45
PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba
diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia untuk memfasilitasi seluruh
organisasi nirlaba nonpemerintah. Dalam PSAK karakteristik entitas
nirlaba ditandai dengan perolehan sumbangan untuk sumber daya utama
(aset), penyumbang bukan pemilik entitas dan tak berharap akan hasil,
imbalan, atau keuntungan komersial.
Entitas nirlaba juga dapat berutang dan memungkinkan pendapatan
dari jasa yang diberikan kepada publik, walaupun pendapatannya tidak
dimaksud untuk memperoleh laba. Dengan demikian, entitas nirlaba tidak
pernah membagi laba dalam bentuk apapun kepada pendiri/pemilik entitas
Laporan keuangan entitas nirlaba bertugas mengukur jasa atau manfaat
entitas dan menjadi sarana pertanggungjawaban pengelola entitas dalam
bentuk pertanggungjawaban harta-utang (neraca), pertanggungjawaban kas

(Arus Kas), dan Laporan Aktivitas.
Terikat dengan misi entitas, maka pendapatan utama disajikan bruto,
sedang pendapatan investasi disajikan secara neto setelah dikurangi beban
investasi. Informasi tercapainya program amat penting dalam laporan keuangan, yang menggambarkan efektivitas beban dan manfaat yang
dirasakan penikmat jasa utama entitas. Arus kas amat penting
menggambarkan kualitas prrtanggungjawaban manajemen keuangan di
mata para donatur.
Begitu pentingnya donatur sehingga sumbangan bukan kas perlu
dipaparkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), yang memberi

harkat khusus CALK dalam laporan keuangan nirlaba setara dengan Neraca
dan Laporan Kegiatan.
F. ORGANISASI NIR LABA 1: ORGANISASI ZAKAT
Organisasi Zakat adalah salah satu jenis organisasi nirlaba. Cukup
banyak organisasi zakat yang bermunculan di Indonesia. Persoalan yang
cukup mendasar adalah bagaimana agar organisasi zakat dapat diaudit
dengan benar, sehingga akuntabilitas dan transparansinya terjamin . Apalagi
sampai saat ini belum ada standar akuntansi zakat yang sah dan diakui
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sebagai pihak yang mempunyai keabsahan
untuk meng audit.

Agar pencatatan dan pelaporan keuangan bisa dilakukan dengan baik
dan memudahkan pengauditan, Forum Zakat (FOZ) merancang draf
pedoman akuntansi bagi organisasi pengelola zakat. Penyusunan ini
dilakukan karena semakin besamya tuntutan masyarakat akan akuntabilitas
organisasi pengelola zakat.
Akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dengan laporan
keuangan serta audit terhadap laporan keuangan tersebut. Namun banyak
pemakai laporan keuangan dan auditor tidak mengetahui dasar acuan yang
digunakan untuk membaca, menganalisis atau melakukan pemeriksaan
terhadap laporan keuangan tersebut. Pasalnya, setiap organisasi pengelola
zakat memiliki acuan yang beragam dalam membuat laporan keuangannya.
Adanya pedoman akuntansi diharapkan akan memudahkan para pengguna laporan keuangan bagi pemakai laporan keuangan tersebut. Tak hanya
itu, pedoman akuntansi yang sama akan melahirkan tingginya tingkat
komparasi antarorganisasi pengelola zakat. Dengan demikian bisa
dipastikan kinerja antara organisasi pengelola zakat yang satu dengan yang
lainnya dalam penghimpunan, pengelolaan dan penyaluran dana.
Draft pedoman akuntansi zakat masih dalam rangka sosialiasi untuk
mendapatkan tanggapan dan masukan. Telah ada berbagai masukan seperti
Dewan Syariah Nasional (DSN) maupun Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
baik dari aspek-aspek syariah maupun teknis akuntansi baik berupa namanama akun maupun format penyajiannya. Masukan tersebut akan

diselaraskan dengan susunan draf yang telah ada. Selanjutnya, sebelum draf
ini menjadi pedoman akuntasi zakat yang berlaku umum maka akan ada
dua review yang ditempuh pihaknya, baik melalui DSN maupun IAI.
Seyogianya pedoman akuntansi zakat mengacu pada standar yang ditetapkan oleh IAI yang tertuang daiam Standar Akuntansi Keuangan. Untuk
menyiasati persoalan di atas, organisasi zakat dapat menggunakan standar
akuntansi untuk nirlaba, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 45 tentang Pelaporan Keuangan organisasi Nirlaba.
Berdasarkan PSAK 45 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2000, maka
organisasi zakat harus membuat Laporan Posisi Keuangan, Laporan
Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan Pernyataan atas Laporan keuangan.
Teten Kustiawan dari Institut Manajemen Zakat (IMZ) menambahkan satu
laporan yaitu Laporan Dana Termanfaatkan. Tambahan ini diperlukan,
karena dalam lampiran PSAK 45 disebutkan bahwa dana yang digunakan
organisasi zakat untuk hal yang tidak habis, misalnya untuk komputer, maka

tidak perlu dimasukkan sebagai pengeluaran. Ini sangat riskan untuk
diterapkan organisasi zakat.
G.

ORGANISASI NIRLABA 2: ORGANISASI PENDIDIKAN TINGGI
(UNIVERSITAS)
Pada umumnya suatu universitas berdiri dalam naungan suatu yayasan.
Dalam hal keuangan, seluruh keuangan yang dikelola universitas pada haki katnya adalah milik yayasan. Pengelolaan dana universitas tersebut
dilakukan oleh Rektor, yang selanjutnya diaudit oleh kantor akuntan publik
yang ditunjuk yayasan. Pada akhirnya, pertanggungjawahan rektor kepada
yayasan khususnya dalam hal pengelolaan keuangan harus dilakukan setiap
tahun.
1.

Sistem Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Universitas

Pada bahasan berikut ini, akan dipaparkan suatu sistem pelaporan pengelolaan keuangan dan pertanggungjawaban suatu universitas yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi sistem akuntansi suatu perguruan tinggi. Sistem
ini sudah dicoba diterapkan dalam pengelolaan keuangan suatu universitas
di Indonesia. Dalam hal pembuatan laporan keuangan, pihak universitas
mencoba untuk melakukan standarisasi dengan mengacu pada PSAK Nomor
45.
2.

Karakteristik Pengelolaan Keuangan Universitas

Seluruh keuangan yang dikelola universitas pada hakikatnya adalah milik
yayasan. Keuangan universitas bersumber pada:
a.Uang penyelenggaraan pendidikan dan uang sumbangan pendidikan yang
diperoleh dari mahasiswa;
b. Usaha-usaha lain yang sah terkait dengan tridharma perguruan tinggi
c. Subsidi Pemerintah, sumbangan, dan bantuan lain baik dari dalam
negeri maupun luar negeri yang tidak mengikat
d. Hasil usaha yayasan
Tahun anggaran yang digunakan dimulai dari tanggal 1 September sampai
dengan 31 Agustus tahun berikutnya. Setiap tahun anggaran, rektor dengan
pertimbangan dan persetujuan senat universitas, mengajukan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas kepada yayasan guna
mendapat persetujuan dan pengesahan.
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas yang telah disetujui
yayasan, menjadi panduan dan acuan seluruh subsistem universitas dalam
menjalankan kegiatannya. Pada tiap pertengahan tahun anggaran, rektor
dengan pertimbangan senat universitas dan persetujuan yayasan dapat
melakukan perubahan/revisi Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Universitas yang sedang berjalan. Selambat-lambatnya tiga bulan setelah
berakhirnya setiap tahun anggaran, rektor harus sudah menyampaikan
laporan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas tahun

yang lalu kepada yayasan untuk disahkan, setelah mendapat pertimbangan
senat universitas.
3. Acuan Penyusunan Laporan Keuangan Universitas
Laporan keuangan Universitas mengacu kepada laporan keuangan organisasi nirlaba seperti yang telah distandarkan dalam PSAK 45. Laporan Keuangan terdiri dari:
a.Laporan Posisi Keuangan.
b.Laporan Aktivitas.
c.Laporan Arus Kas.
d.Catatan Atas Laporan Keuangan.
a.Laporan Posisi Keuangan
Sisi sebelah kiri menyajikan kekayaan (aktiva) universitas. Penyajian diurutkan berdasarkan tingkat likuiditas dari yang paling likuid yaitu Kas dan
Setara Kas sampai dengan yang paling tidak likuid yaitu Aktiva Tetap.
Sisi sebelah kanan menyajikan kewajiban (utang) dan aktiva bersih universitas. Kewajiban disajikan sesuai dengan urutan jatuh temponya. Sedangkan aktiva bersih disajikan sesuai dengan urutan tidak terikat, terikat sementara dan terikat permanen.
b.laporan Aktivitas
Sisi pendapatan menyajikan seluruh penerimaan universitas dari sumber
akadcmik dan nonakademik. Sisi pengeluaran menyajikan seluruh pengeluaran universitas dalam satu periode akuntansi yang terdiri dari
pengeluaran akademik dan nonakademik. Perbedaan pendapatan dan
pengeluaran merupakan perubahan aktivita bersih pada periode tersebut.
c.Laporan Arus Kas
Arus Kas operasional universitas menyajikan Kas masuk dan Kas keluar
untuk operasional universitas. Diklasifikasikan sebagai Arus Kas akademik
dan nonakademik.Arus Kas investasi menyajikan Arus Kas keluar untuk
investasi (pembelian dan pembangunan aktiva tetap). Arus Kas pendanaan
menyajikan Arus Kas aktivitas pendanaan (sumbangan dsb.).
4. Kebijakan Akuntansi Universitas
Berikut ini kebijakan-kebijakan akuntansi penting yang dapat digunakan
universitas dalam menyusun laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
a.Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan disusun dengan dasar akrual dan dinilai dengan harga
perolehan. Periode laporan dari tanggal 1 September 20x0 hingga 31 Agustus
20x1 yang juga merupakan tahun Anggaran Universitas. Laporan Keuangan
terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas dan Laporan Arus
Kas bersama dengan Catatan Atas Laporan Keuangan yang tidak terpisahkan
dari Laporan Keuangan.
Laporan aktivitas disusun berdasarkan klasifikasi tidak terikat, terikat
sementara dan terikat permanen.

Laporan arus kas disusun dalam klasifikasi aktivitas akademik,
nonakademik,
investasi,
dan
pendanaan
dengan
menggunakan
metodelangsung.
b.Transaksi dalam Mata Uang Asing
Kebijakan dalam transaksi mata uang asing ditetapkan menganut sistem
kurs tengah Bank Indonesia. Pengakuan transaksi dalam mata uang asing
dikonversikan ke dalam nilai Rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku
pada saat transaksi terjadi.
Aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dikonversikan ke
dalam Rupiah berdasarkan nilai tukar dari kurs tengah Bank Indonesia pada
tanggal laporan Posisi Keuangan.
Selisih lebih atau kurang yang timbul dari transaksi sepanjang tahun atas
penjabaran aktiva dan kewajiban moneter pada akhir tahun diakui sehagai
pendapatan atau pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.
c. Investasi Jangka Pendek
Merupakan bentuk deposito pada Bank, dicatat berdasarkan nilai uang
yang didepositokan. Bunga yang diperoleh dari deposito diakui sebagai
pendapatan nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.
d. Piutang Akademik dan Nonakademik.
Piutang akademik dan nonakademik disajikan dalam jumlah yang dapai
direalisasikan Penghapusan piutang yang tak tertagih dilakukan setelah
memperoleh kepastian bahwa piutang tersebut tidak akan dapat ditagih lagi
dan diakui sebagai pengeluaran akademik dan nonakademik lainnya dalam
laporan aktivitas.
e. Perlengkapan
Perlengkapan merupakan barang habis pakai yang dipergunakan dalam
kegiatan akademik dan nonakademik. Perlengkapan yang dipergunakan
sebagai bagian dari layanan akademik, terdiri atas alat tulis kantor dan bahan
praktikum dinilai dengan harga perolehan. Perlengkapan yang dipergunakan
untuk kegiatan nonakademik diakui sebagai pengeluaran administrasi dan
umum pada laporan aktivitas. Sedangkan pemakaian perlengkapan untuk kegiatan akademik dihitung dengan diakui sebagai pengeluaran administrasi
akademik pada laporan aktivitas.
Penilaian perlengkapan menggunakan metode rata-rata yang merupakan
penyesusaian pada akhir tahun. Penyisihan atas perlengkapan usang dan
rusak ditentukan berdasarkan estimasi per jenis perlengkapan dari
pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya dan diakui sebagai pengeluaran
administrasi akademik pada laporan aktivitas.
f. Aktiva Terikat untuk Investasi
Aktiva terikat untuk investasi adalah alokasi Kas dan setara Kas untuk
akuisisi aktiva (cash restriced for assets acquisition).
g. Aktiva Tetap
Aktiva tetap diakui dan dicatat berdasarkan harga perolehan dan disajikan berdasarkan harga perolehan aktiva tersebut dikurangi akumulasi
penyusutan.

Pengeluaran setelah perolehan awal aktiva tetap yang memperpanjang
masa manfaat ekonomis dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu layanan
atau peningkatan standar kerja dikapitalisasi pada aktiva yang bersangkutan.
Aktiva tetap yang diperoleh dari hibah atau sumbangan dinilai sebesar
harga pasar wajar pada saat tanggal transaksi.
Koleksi kepustakaan sesuai dengan pemanfaatannya secara ekonomis disusutkan sepanjang masa manfaat ekonomis selama 2 tahun dengan metode
saldo menurun berganda. Kecuali untuk tanah seluruh aktiva tetap
disusutkan sepanjang masa manfaat ekomis dengan metode garis lurus
dengan tarif sebagai berikut:
Masa Manfaat
Bangunan
Taman
Instalasi
Kendaraan
Peralatan
Perabot

20 tahun
10 tahun
5 tahun
5 tahun
4 tahun
4 tahun

- per

Tarif per Tahun
5%
10%
20%
20%
25%
25%

Alokasi penyusutan aktiva tetap sebagai pengeluaran administrasi akademik dan pengeluaran administrasi dan umum (nonakademik) didasarkan
pada analisis manfaat.
Aktiva tetap yang dilepas karena rusak, hilang, keusangan teknologi, atau
sebab-schab lainnya sebelum masa manfaat ekonomisnya berakhir dikeluarkan dari laporan keuangan sebesar buku. Selisih kurang yang timbul dari
pelepasan ini dicatat dalam pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan
aktivitas.
h. Aktiva dalam Penyelesaian
Mcrupakan penambahan bangunan beserta taman instalasi yang masih
dalam tahap pembangunan. Pembangunan tersebut bisa didanai dari pihak
intemal atau pihak ketiga, melalui Uang Sumbangan Pendidikan (USP) yang
diperoleh dari mahasiswa baru.
Pembangunan aktiva tetap yang didanai dari pihak internal atau pihak
ketiga yang sudah selesai dibangun dan diserah-terimakan dari Panitia Pembangunan kepada Universitas, dipindahkan sebagai aktiva tetap dan mulai
diperhitungkan penyusutannya.
i. Hak Kekayaan Intelektual (HaKI)
HaKI merupakan perlindungan hukum yang diberikan secara eksklusif
oleh pemerintah atas pruduk-pruduk yang dihasilkan dan aktivitas penelitian
dan pengembangan kelembagaan universitas yang diatasnamakan
Universitas. HaKI diakui berdasarkan harga perolehannya dan
diamortasikan secara periodik selama jangka waktu berlakunya HaKI
atau selama-lamanya 20 tahun (5%) dengan metode garis lurus.
HaKi disajikan sebesar harga perolehannya dikurangi amortasi umur
aktiva tersebut. Amortasi aktiva diakui sebagai pengeluaran administrasi

akademik atau pengeluaran administrasi dan umum (nonakademik) pada
lapor-an aktivitas.
j.

Jaminan Kepada Pihak Ketiga
Merupakan surat jaminan (Bank garansi) yang diberikan kepada Dirjen
Dikti untuk pendirian program studi baru dan akan dinetralisir apabila
jaminan diterima kembali.
Aktiva dicatat sebesar nilai jaminan yang diberikan dan dihapuskan dari
laporan keuangan saat berakhirnya masa jaminan tersebut.
k. Jaminan yang Diterima
Merupakan jaminan yang diterima dari mahasiswa yang mengikuti
wisuda dan akan dikembalikan kepada mahasiswa yang bersangkutan setelah
memenuhi kewajiban pengembalian toga. Kewajiban dicatat sebesar jaminan
yang diterima pada tanggal transaksi.
l. Perpajakan
Kebijakan perpajakan yang terkait dengan penghasilan mengacu pada
Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-87/PJ/1995 tanggal 10 Oktober 1995 tentang Pengakuan Penghasilan dan Biaya Atas Dana Pembangunan Gedung dal ,
Prasarana Pendidikan Bagi Yayasan atau Organisasi yang Sejenis yang Bergerak di Bidang Pendidikan.
Sedang kewajiban yang terkait dengan pemotongan pajak penghasilan
(PPh) pasal 21 atas gaji karyawan tetap dan honorarium tetap dilakukan
sebagaimana yang diatur dalam undang-undang dan dilakukan penyetoran ke
Kas Negara. Jumlah pajak kini yang belum dibayar diakui sebagai kewajiban
dan dikompensasikan dengan jumlah pajak yang telah dibayar pada periode
kini dan sebelumnya.
m. Utang kepada Lembaga Keuangan
Merupakan utang kepada Bank yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan Universitas. Pembayaran bunga atas kewajiban tersebut
diakui sebagai pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.
n. Tunjangan Hari Tua.
Merupakan kewajiban yang berasal dari pemotongan gaji karyawan
untuk tunjangan hari tua yang belum direalisasikan selama karyawan yang
bersangkutan masih aktif di universitas. Kewajiban dicatat pada setiap akhir
bulan saat pembayaran gaji karyawan. Realisasi dari pembayaran tunjangan
hari tua bagi karyawan yang telah pensiun diakui sebagai pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan Arus Kas.
o. Aktiva Bersih
Merupakan selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang
mencerminkan seluruh sumber daya yang tersedia dan dimiliki secara
independen pada suatu saat tertentu oleh organisasi tanpa terikat atau
terikat sementara maupun permanen.
Aktiva bersih tidak terikat adalah selisih dari aktiva terhadap kewajiban
yang pemanfaatannya tidak dibatasi oleh syarat atau kewajiban tertentu dari
pihak donor.

Aktiva bersih terikat sementara adalah selisih dari aktiva terhabap kewajiban yang pemanfaatannya dibatasi oleh syarat atau kewajiban dalam
jangka waktu tertentu dari pihak donor.
Aktiva bersih terikat permanen adalah selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang pemanfatannya dibatasi secara permanen oleh syarat atau kewajiban dari pihak donor.
p. Pendapatan
Merupakan kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan
dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban yang telah
terjadi dan dapat diukur dengan andal. Pendapatan diklasifikasikan
sebagai pendapatan akademik dan nonakademik. Pendapatan akademik
adalah pendapatan yang diterima dari aktivitas tridharma perguman tinggi.
Pendapatan nonakademik adalah pendapatan yang diterima di luar dari
aktivitas akademik.
Pendapatan akademik yang diperoleh dari mahasiswa diakui secara proporsional pada saat realisasi jasa. Sedangkan pendapatan yang berasal dari
sumbangan dan hibah diakui pada saat penerimaan sumbangan dan hibah.
Pendapatan nonakademik yang berasal dari jasa pelatihan dan konsultasi
diakui pada saat realisasi jasa telah terpenuhi sesuai nilai kontrak atau
perjanjian dengan pihak ketiga.
q. Pengeluaran
Merupakan penurunan ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan
penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban yang telah terjadi dan dapat
diukur dengan andal. Pengeluaran diklasifikasikan sebagai pengeluaran akademik dan nonakademik. Pengeluaran akademik adalah pengeluaran yang
timbul dari aktivitas di luar aktivitas akademik. Pengeluaran nonakademik
adalah pengeluaran yang aktivitas di luar aktivitas akademik.