KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP (1)

KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
Luly Riananda*
email: Lulyria@yahoo.com

A. Kependudukan
1. Pengertian Penduduk
Penduduk suatu Negara atau daerah bisa didefinisikan
menjadi dua, yaitu orang yang tinggal di daerah tersebut dan
orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang
menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.1
Dalam UU RI No 52 Tahun 2009 pasal 1 dijelaskan,
penduduk adalah warga Negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat

tinggal

di

Indonesia.2


bertempat

tinggal

di

wilayah

Jadi,

orang-orang

Indonesia

disebut

yang

dengan


penduduk.
2. Transfer Penduduk
Transfer penduduk adalah istilah untuk Negara yang
mewajibkan perpindahan sekelompok penduduk dari kawasan
tertentu,

terutama

dengan

alasan

etnisitas

atau

agama.

Kebijakan transmigrasi oleh pemerintah Indonesia selama orde
baru


bisa

dikategorikan

transfer

penduduk.

Perpindahan

penduduk lainnya dapat pula karena imigrasi, seperti imigrasi
dari Eropa ke Koloni-Koloni Eropa di Amerika, Afrika, Australia,
dan tempat-tempat lainnya.
Berdasarkan estimasi yang diterbitkan oleh Biro Sensus
Amerika Serikat, penduduk dunia mencapai 6,5 milyar jiwa
pada tanggal 26 Februari 2006 pukul 07.16 WIB. Dari sekitar
6,5 milyar penduduk dunia, 4 milyar diantaranya tinggal di
Asia. Pada tanggal 19 Oktober 2012 pukul 03.36 WIB, jumlah
1


Ramdani Wahyu, ISD (Ilmu Sosial Dasar), (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 267.
http://www.hsph.harvard.edu/population/policies/indonesia.population09.pdf, diakses pada tanggal
16 Oktober 2015, pkl 13.05.
2

penduduk dunia akan mencapai 7 milyar jiwa, sekitar 12 tahun
setelah penduduk dunia mencapai 5 milyar.
Berikut

adalah

peringkat

Negara-negara

di

dunia


berdasarkan jumlah penduduk tahun 20053:
a. Republik Rakyat Tiongkok (1.306.313.812 jiwa)
b. India (1.103.600.000 jiwa)
c. Amerika Serikat (298.186.698 jiwa)
d. Indonesia (241.973.879 jiwa)
e. Brasil (186.112.794 jiwa)
f. Pakistan (162.419.946 jiwa)
g. Bangladesh (114.319.628 jiwa)
h. Rusia (143.420.309 jiwa)
i. Nigeria (128.771.988 jiwa)
j. Jepang (127.417.244 jiwa)
3. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan

penduduk

adalah

perubahan


jumlah

penduduk disuatu wilayah tertentu pada waktu tertentu
dibandingkan

waktu

sebelumnya.

Indikator

tingkat

pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi
jumlah penduduk disuatu wilayah pada masa yang akan
datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan
datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, tidak
hanya dibidang sosial

dan ekonomi, tetapi juga dibidang


politik. Akan tetapi, prediksi jumlah penduduk dengan cara
seperti ini belum dapat menunjukkan karakteristik penduduk
di masa yang akan datang. Untuk itu, diperlukan proyeksi
penduduk

menurut

umur

dan

jenis

kelamin

yang

membutuhkan data yang lebih rinci.
kelahiran dan perpindahan penduduk disuatu wilayah

menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk diwilayah yang

3

Ramdani Wahyu, ISD (Ilmu Sosial Dasar), 269.

bersangkutan,

sedangkan

kematian

menyebabkan

berkurangnya jumlah penduduk diwilayah tersebut.4
Pertumbuhan penduduk mempengaruhi secara langsung
upaya peningkatan mutu pemanfaatan sumberdaya manusia.
Pertumbuhan penduduk merupakan sumber utama peningkatan
jumlah sumber daya manusia yang memerlukan pembinaan,
pengembangan serta pemanfaatan.5 Dalam hubungan ini, adanya

pertumbuhan penduduk relatif masih tinggi memperberat tekanan
terhadap

sumberdaya

alam

dan

lingkungan

hidup

serta

mempersempit usaha-usaha menciptakan keserasian sosial.
4. Kebijaksanaan Kependudukan di Indonesia
a. Pengendalian Pertumbuhan Penduduk
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dikemukakan
bahwa


kebijaksanaan

kependudukan

diarahkan

pada

pengembangan penduduk sebagai sumber daya manusia
agar menjadi kekuatan pembangunan bangsa yang efektif
dan bermutu dalam rangka mewujudkan mutu kehidupan
masyarakat

yang

senantiasa

meningkat.


Sehubungan

dengan itu perlu menyebarkan penduduk, di samping
pendidikan,

kesehatan,

pertumbuhan

ekonomi,

pembangunan daerah, dan penciptaan lapangan kerja.6
Jelaslah bahwa salah satu unsur pokok kebijaksanaan
kependudukan sebagai upaya pengembangan sumber daya
adalah upaya pengendalian pertumbuhan penduduk. Oleh
karena itu pengendalian pertumbuhan penduduk akan

4

ditingkatkan

dan

diintensifkan

Pengendalian

pertumbuhan

dalam

penduduk

Repelita

terutama

V.
akan

Ibid., 270.
Tukiran Kasto, Kebijakan dan Perencanaan Kependudukan di Indonesia, (Yogyakarta: Pusat Antar
Universitas Stusi Sosial UGM, 1990), 41.
6
Muh Soerjani, Lingkungan Sumber Daya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan, (Jakarta: UI
Press, 1987), 108-109.

5

dilaksanakan melalui penurunan tingkat kelahiran dan
penurunan tingkat kematian.7
b. Penurunan Tingkat Kelahiran
Penurunan
diusahakan

tingkat

secara

kelahiran

langsung

terutama

melalui

akan

pemantapan

pelaksanaan program keluarga berencana yang diarahkan
pada keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat dan potensi
yang ada. Kebijaksanaan penurunan tingkat kelahiran perlu
pula

dibarengi

dengan

kebijaksanaan

yang

diarahkan

kepada usaha meningkatkan umur persalinan pertama dan
dengan upaya meningkatkan kesadaran penduduk akan
kegunaan dan keuntungan mempunyai anak sedikit.
Kebijaksanaan

ini

selanjutnya

akan

mendorong

pelembagaan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) akan mempercepat penurunan tingkat
kelahiran. Sesuai dengan amanat GBHN usaha langsung
untuk

menurunkan

tingkat

kelahiran

adalah

melalui

kebijaksanaan pelaksanaan keluarga berencana.8 Dengan
makin banyaknya peserta keluarga berencana, maka akan
dapat diusahakan secara lebih efektif penurunan tingkat
kematian

dan

peningkatan

peranan

wanita

pembangunan yang akhirnya akan menurunkan

dalam
tingkat

kelahiran.
c. Penurunan Tingkat Kematian
Dalam Repelita V secara nasional tingkat kematian
diharapkan dapat diturunkan dari 58 per 1.000 kelahiran
pada akhir Repelita IV menjadi sekitar 50 per 1.000
kelahiran pada akhir Repelita V. Sasaran penurunan tingkat
kematian bayi ini akan dibarengi dengan penurunan tingkat
kematian kasar dari 7,9 per 1.000 penduduk pada tahun
1993. Sementara itu, angka harapan hidup pada waktu lahir
7
8

Tukiran Kasto, Kebijakan dan Perencanaan Kependudukan di Indonesia, 45.
Masri Singarimbun, Penduduk dan Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 45.

diharapkan meningkat dari 63 tahun pada tahun 1988
menjadi sekitar 65 tahun pada tahun 1993.9
Dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran di atas,
dalam Repelita V dilaksanakan usaha-usaha peningkatan
pelayanan. Hal tersebut dilakukan dengan mengusahakan
agar pelayanan kesehatan tidak saja dekat, tetapi juga
terjangkau rakyat banyak. Dalam hubungan ini maka
jumlah Puskesmas dan fungsinya terus ditingkatkan dan
dikembangkan

sehingga

menjadi

pusat

pembangunan

kesehatan diwilayah kerjanya.
Sementara itu untuk lebih mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada rakyat dilakukan juga Pelayanan Terpadu
yang memberikan pelayanan kesejahteraan ibu dan anak
seperti

dalam

mengatasi

masalah-masalah

gizi,

diare,

imunisasi, dan keluarga berencana. Disamping itu untuk
meningkatkan produktivitas kerja, sekaligus sebagai usaha
untuk mencapai sasaran pembangunan kependudukan,
dilakukan pula upaya peningkatan kesehatan kerja.
d. Peningkatan Mutu Penduduk
Peningkatan

status

gizi

berperan

penting

dalam

pencapaian sasaran-sasaran kependudukan. Kebijaksanaan
di bidang pangan dan gizi secara umum ditujukan bagi
peningkatan

upaya

penyediaan

pangan

dan

penganekaragaman pola konsumsi pangan dalam rangka
terpenuhinya

kebutuhan

gizi

penduduk

yang

semakin

bermutu secara merata.
Selain di bidang gizi, bidang pendidikan juga berperan
penting

dalam

usaha

mencapai

sasaran-sasaran

kependudukan terutama melalui perubahan sikap dan
perilaku terhadap suatu tatanan kehidupan yang baru.
Kesadarn dan kemampuan yang dibutuhkan dalam rangka
melaksanakan cara hidup sehat, pengendalian kelahiran,
9

Tukiran Kasto, Kebijakan dan Perencanaan Kependudukan di Indonesia, 47.

peningkatannya melalui pendidikan. Sejalan dengan ini
maka

usaha-usaha

di

bidang

pendidikan

terus

ditingkatkan.10
e. Persebaran dan Mobilitas Penduduk
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan akan sangat
membantu

di

dalam

penduduk

dan

pemecahan

tenaga

kerja

masalah

yang

persebaran

lebih

seimbang.

Ketimpangan persebaran penduduk mengakibatkan bahwa
di daerah padat penduduk sumberdaya alam menderita
tekanan eksploitasi berlebihan, sedang di daerah jarang
penduduk sumber daya alam tidak dikelola secara efektif.
Oleh karena itu kebijaksanaan persebaran penduduk dan
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pembangunan daerah
tertuju pada tercapainya keseimbangan antara jumlah
penduduk dengan sumber daya alam yang tersedia.
Dalam

rangka

memperbaiki

pola

persebaran

penduduk dan angkatan kerja, maka perlu diupayakan
pembagian lapangan kerja antar daerah yang seimbang.
kegiatan yang dilakukan adalah melalui program Antar Kerja
Antar

Daerah

(AKAD)

yang

dimaksudkan

untuk

mempertemukan permintaan dengan penawaran tenaga
kerja. Dengan demikian diharapkan penyebaran tenaga
kerja akan dapat terlaksana dengan lebih lancar.

11

5. Masalah Kependudukan
Pada dasarnya masalah kependudukan merupakan suatu
sumber masalah sosial yang penting, oleh karena pertambahan
penduduk

dapat

menghambat

penduduk

dapat

menjadi

penghambat dalam pelaksanaan pembangunan, terutama jika
pertambahannya tersebut tidak dapat terkontrol secara efektif.
Masalah sosial sebagai akibat pertambahan penduduk tidak
hanya dirasakan oleh masyarakat-masyarakat pada daerah
10
11

Tukiran Kasto, Kebijakan dan Perencanaan Kependudukan di Indonesia, 48.
Ibid., 116.

tertentu saja, melainkan dirasakan pula oleh masyarakat
secara menyeluruh dalam suatu Negara.
Akibat pertambahan penduduk biasanya ditandai oleh
kondisi yang serba tidak merata, terutama mengenai sumbersumber penghidupan masyarakat yang semakin terbatas. Di
Indonesia telah melakukan berbagai usaha dalam rangka
pengaturan pertambahan jumlah penduduk melalui program
Keluarga Berencana. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan

dan

kemakmuran

masyarakat

secara

menyeluruh. Kecuali itu juga dilakukan program Transmigrasi,
yang dimaksudkan sebagai usaha pemerataan atau keserasian
jumlah penduduk di seluruh wilayah tertentu.12
a. Ledakan penduduk


pertambahan jumlah penduduk disebabkan oleh jumlah
kelahiran (natalitas) yang lebih besar dari pada jumlah
kematian

(mortalitas).

Di

Indonesia

sekarang

laju

kelahiran 49 dan jumlah ini menunjukkan laju kelahiran
yang tinggi. Laju kelahiran yang sedang antara 20 – 30,


sedangkan laju kelahiran rendah di bawah 20.
Pertambahan penduduk yang pesat juga disebabkan oleh
penurunan angka kematian. Di dunia Barat kematian
bayi telah turun sampai 0,5% dan bagi dokter hal ini
merupakan

tantangan.

Malthus

sendiri

sudah

membayangkan bahwa penurunan angka kematian akan
memunculkan gejala kelebihan penduduk yang serius.
Menurut perhitungan, jika dalam waktu yang relatif
singkat

di

dunia

kita

nantinya

akan

terjadi

sistem

pembatasan kelahiran yang optimal, maka kesimpulannya:
masih dibutuhkan 40 tahun lebih untuk menghentikan
pertumbuhan penduduk. Ini disebabkan dengan adanya
program KB yang intensif saja penduduk dunia masih akan
mampu melipat dua kali, sehingga dalam tahun 2020
12

Abdulsyani, Sosiologi Skematika Teori, dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), 190.

jumlah umat manusia di planet kita mencapai 7 milyar
jiwa.13
Penduduk di Indonesia menghadapi masalah dalam 4
aspek yaitu14:




Jumlah

penduduk

di

Indonesia

besar,

yaitu

merupakan urutan kelima di dunia;
Tingkat
penduduk
penduduk

pertambahan
tahun

cepat.

1980,

Indonesia

Menurut

tingkat

setahun

2,32%.

sensus

pertambahan
Ini

berarti

sebagian besar penduduk terdiri atas anak-anak yang


masih memerlukan berbagai kebutuhan;
Penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata.
Sekitar 65% penduduk Indonesia berada di pulau
Jawa, sedangkan penduduk-penduduk luar Jawa



seluruhnya hanya 35%;
Pertumbuhan penduduk dan hubungannya dengan
pendidikan serta lapangan kerja.

B. Lingkungan Hidup
Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya
bersifat sirkular, manusia mempengaruhi lingkungan dan begitu
juga hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan hidupnya. Menurut Gunawan suratmo lingkungan
hidup adalah segala sesuatu di sekitar suatu obyek yang saling
mempengaruhi. Yang termasuk dalam lingkungan hidup tersebut
dibagi menjadi dua yaitu sumber daya alam dan sistem hubungan
antara sumber daya alam tersebut. Lingkungan alam dibagi
menjadi lingkungan fisik dan kimia, lingkungan biologi, dan
lingkungan manusia meliputi bentuk sosio ekonomi dan sosial
kebudayaan.

13
14

Hariwijaya Soewandi, dkk., Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), 146.
Ibid., 148.

Munajat Danusaputra, lingkungan hidup adalah semua
benda dan daya serta kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan
tingkah laku yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada
dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan
manusia dan jasad-jasad hidup.15
Sedangkan UU RI No 32 Tahun 2009 pasal 1 menjelaskan,
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain.
Dari berbagai macam definisi tentang lingkungan hidup
tersebut, bisa dipahami bahwa lingkungan hidup manusia adalah
segala sesuatu yang selain diri kita baik yang berupa lingkungan
abiotik, lingkungan biotik, dan juga lingkungan sosial serta
budaya yang berada di sekitar manusia yang mempengaruhi hidup
manusia.
1. Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dalam

Undang-Undang

tentang

perlindungan

dan

pengelolaan lingkungan hidup pada BAB I pasal 1 di jelaskan
bahwa16:
a. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah
upaya

sistematis

melestarikan

dan

fungsi

terpadu

lingkungan

yang

dilakukan

hidup

dan

untuk

mencegah

terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan
hidup

yang

meliputi

perencanaan,

pemanfaatan,

pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum;
b. Rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yang selanjutnya disingkat RPPLH adalah perencanaan
15

Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Bandung: Djambatan,1999), 51.
http://prokum.esdm.go.id/uu/2009/UU%2032%20Tahun%202009%20(PPLH).pdf, diakses pada
tanggal 16 Oktober 2015, pkl 12.49
16

tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup,
serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam waktu
kurun waktu tertentu;
c. Upaya

pengelolaan

lingkungan

hidup

dan

upaya

pemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut
UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap
usaha dan atau kegiatan yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
atau kegiatan.
2. Masalah dan Pengendalian Lingkungan Hidup
a. Pencemaran Lingkungan
Umumnya

ahli

lingkungan

membagi

kriteria

lingkungan hidup dalam tiga golongan besar, yakni:
1) Lingkungan fisik: segala sesuatu di sekitar kita sebagai
benda mati;
2) Lingkungan biologis: segala sesuatu di sekitar kita sebagi
benda hidup;
3) Lingkungan sosial, adalah manusia yang hidup secara
bermasyarakat.
Keberadaan lingkungan tersebut pada hakekatnya
selalu dijaga dari kerusakan yang parah. Suatu kehidupan
lingkungan akan sangat tergantung pada ekosistemnya.
Oleh karena itu, masyarakat secara terus-menerus harus
didorong untuk mencintai, memelihara, dan bertanggung
jawab

terhadap

kerusakan

lingkungan.

Sebab

untuk

menjaga semuanya itu tidak ada lagi yang bisa dimintai
pertanggung jawaban kecuali manusia sebagai pemakai atau
pengguna itu sendiri. Kerusakan suatu lingkungan akan
berakibat pada manusia itu sendiri, dan demikian pula
sebaliknya.
Salah satu produk dari kerusakan lingkungan adalah
pencemaran, baik air, tanah maupun udara. Pencemaran air

misalnya, bisa dikategorikan melalui ukuran zat pencemar
yang diizinkan dibuang pada suatu jangka waktu tertentu.
Misalnya suatu berat unsur atau senyawa kimia setiap hari.
Pencemaran itu lebih banyak terjadi karena limbah pabrik
yang masih murni, mereka belum melalui proses waste
water

treatment

lingkungan

secara

atau

pengolahan.

umum,

jelas

Dampaknya

sangat

merusak

pada
dan

berakibat fatal bagi lingkungan secara keseluruhan.17
Di samping adanya sumber daya alam, alam air dan
tanah, udara adalah sumber daya alam yang mengalami
pencemaran

sebagai

akibat

sampingan

dari

aktivitas

manusia itu. Selain dari aktivitas manusia, proses alami,
seperti kegiatan gunung berapi, tiupan angin terhadap lahan
gundul berdebu dan lain sebagainya juga merupakan
sumber dari pencemaran udara.
Menurut sifat penyebaran bahan pencemarannya,
sumber pencemar udara dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu sumber titik, sumber area, dan
sumber bergerak. Sumber titik dan area dapat dijadikan
satu kelompok, sehingga pengelompokannya menjadi dua,
yakni sumber stationer dan sumber bergerak. Termasuk
kedalam sumber stationer adalah kegiatan rumah tangga,
industri, pembakaran sampah, letusan gunung berapi.
Adapun sumber bergerak adalah kendaraan angkutan.
b. Pengendalian Pencemaran
Salah satu akibat yang paling pasti dari adanya
pencemaran adalah perubahan tatanan lingkungan alam
atau ekosistem yang sebelumnya secara alami telah terjadi.
Akibat lainnya adalah tidak atau kurang berfungsi satu atau
beberapa elemen lingkungan dikarenakan kegiatan manusia
yang mengakibatkan pencemaran tersebut. Akibat lain, dan

17

Rusmin Tumanggor, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2010), 182 – 183.

ini mungkin yang paling fatal adalah menurunnya kualitas
sumber daya dan kemudian tidak bisa dimanfaatkan lagi.
Dengan akibat-akibat seperti itu, maka sudah tidak
bisa ditunda lagi bahwa pencemaran haruslah dilakukan,
tidak

sekedar

dihindari,

akan

tetapi

diperlukan

juga

tindakan-tindakan preventif atau pencegahan. Pencegahan
terhadap pencemaran merupakan upaya yang sangat besar
bagi penyelamatan masa depan bumi, air, dan udara di
dunia ini.
Dengan

menyadari

bahwa

setiap

kegiatan

pada

dasarnya menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup,
maka perlu dengan perkiraan pada perencanaan awal,
sehingga dengan cara demikian dapat dipersiapkan langkah
pencegahan maupun penanggulangan dampak negatifnya
dan mengupayakan pengembangan dampak positif dari
kegiatan tersebut. Sehubungan dengan itu, maka diperlukan
analisis mengenai dampak lingkungan sebagai proses dalam
pengambilan

keputusan

tentang

pelaksanaan

rencana

kegiatan.
Mengenai

pencegahan

dan

penanggulangan

pencemaran, dalam pasal 17 UULH dinyatakan bahwa:
ketentuan

tentang

pencegahan

dan

penanggulangan

perusakan dan pencemaran lingkungan hidup beserta
pengawasannya yang dilakukan secara menyeluruh dan
atau

secara

sektoral

ditetapkan

dengan

peraturan

perundangan.18 Dengan melihat kepedulian pemerintah
dalam

hal

penyelamatan

lingkungan

hidup,

maka

masyarakat pun harus mendukung sekaligus mengontrol
dari pelaksanaan berbagai kebijakan itu. Sebab yang
demikian inilah disebut sebagai partisipasi dari kesadaran
masyarakat.

18

Rusmin Tumanggor, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, 186.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta:Bumi
Aksara, 2002.
Kasto,

Tukiran.

Kebijakan dan Perencanaan Kependudukan di

Indonesia. Yogyakarta:Pusat Antar Universitas Stusi Sosial
UGM, 1990.
http://prokum.esdm.go.id/uu/2009/UU%2032%20Tahun%202009%
20(PPLH).pdf
http://www.hsph.harvard.edu/population/policies/indonesia.populat
ion09.pdf
Singarimbun, Masri. Penduduk dan Perubahan. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 1996.
Soemarwoto, Otto. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
Bandung:Djambatan, 1999.
Soerjani, Muh. Lingkungan Sumber Daya Alam dan Kependudukan
Dalam Pembangunan. Jakarta:UI Press, 1987.
Soewandi, Hariwijaya, dkk. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta:Ghalia
Indonesia, 1999.
Tumanggor, Rusmin. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta:Kencana,
2010.
Wahyu, Ramdani. ISD (Ilmu Sosial Dasar). Bandung:Pustaka Setia,
2013.