EFEKTIVITAS PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA

EFEKTIVITAS PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA BANDUNG
SEBAGAI PERWUJUDAN SMART CITY
Evi Putri Yuliani, Nur Andini
Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi No. 229, (022) 2013163-2013164 / (022) 2013651
Email : info@upi.edu
Abstrak
Bandung merupakan kawasan yang dapat disebut sebagai region perkotaan. Kota
Bandung dahulu terkenal dengan suhu yang dingin dan air yang bersih. Namun
untuk saat ini semakin banyak penduduk yang bermukim di Kota Bandung,
menimbulkan berbagai masalah. Hasil sensus tahun 2013 menyebutkan kota
Bandung memiliki penduduk sejumlah 2.483.977 orang dengan angka kepadatan
penduduk yang mencapai 14.847orang/km2. Hal tersebut memengaruhi kualitas
Kota Bandung terutama dalam hal lingkungan. Dapat dilihat dari kondisi kota
Bandung yang memiki beban sampah dari pemukiman sebanyak 909,15 ton dan
dari pasar sebanyak 143,4 ton. Sampah yang berada di pasar dan tempat-tempat
sampah yang berada di pemukiman akhirnya menggunung dan membusuk.
Puncak dari permasalah lingkungan tersbut terjadi pada tahun 2005, kota
Bandung pernah mengalami bencana sampah. Hal ini tidak seiring dengan
program Kota Bandung sebagai Smart City. Dalam hal ini, salah satu upaya
peningkatan kualitas lingkungan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung

adalah tempat pembuangan akhir. Namun sejauh ini efektivitas program bank
sampah belum tersaji, sehingga belum dapat diketahui prospektivitas program
bank sampah sebagai sarana Bandung sebagai Smart City. Maka penelitian ini
dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui efektivitas program bank sampah di
Kota Bandung sebagai perwujudan Smart City. Dalam penelitian ini kami
menggunakan metode wawancara, dokumentasi dan studi literature.
Kata Kunci : Efektivitas, Smart City, Program Bank Sampah

A. Pendahuluan
Kota
Bandung
dahulu
terkenal sebagai kota yang dingin
dengan air yang bersih. Namun,
banyaknya
penduduk
yang
bermigrasi ke kota Bandung
menjadikan kota Bandung padat
dan tak terkendali. Hasil sensus

tahun 2013 menyebutkan kota
Bandung memiliki penduduk
sejumlah 2.483.977 orang dengan
angka kepadatan penduduk yang
mencapai
14.847orang/km2.
Kondisi Bandung diperparah
dengan perilaku penduduknya
yang tidak paham akan kebersihan
sehingga kota Bandung tidak lagi
menjadi kota yang indah. Dapat
dilihat dari kondisi
kota
Bandung yang memiki beban
sampah dari pemukiman sebanyak
909,15 ton dan dari pasar
sebanyak 143,4 ton. Sampah yang
berada di pasar dan tempat-tempat
sampah
yang

berada
di
pemukiman
akhirnya
menggunung dan membusuk.
Kurangnya penanganan yang
cepat oleh pemerintah kota
Bandung menjadikan sampah
sampah menjadi teronggok dan
tidak dimanfaatkan dengan baik.
Dalam menangani hal ini
pemerintah kota Bandung sudah
sering
mengeluarkan
dan
menjalankan
programprogramnya untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan
di
kota Bandung termasuk program

kebersihan. Salah satu konsep
pemerintah yang terkenal adalah
Smart City. Smart City ini dapat

menunjang kota Bandung menjadi
kota yang tidak bermasalah lagi.
Bahkan bisa menjadi acuan
kepada kota-kota lain yang belum
menerapkan Smart City dan
menjadikan
kota
Bandung
menjadi kota maju dan dikenal
oleh ASEAN sebagai kota yang
indah. Dalam programnya, Smart
City mempunyai enam unsur:
1. Ekonomi
Pintar
(Smart
Economy)

2. Lingkungan Pintar (Smart
Envrionment)
3. Mobilitas
Pintar
(Smart
Mobility)
4. Masyarakat Pintar (Smart
People)
5. Kehidupan Pintar (Smart
Living)
6. Pemerintah Pintar (Smart
Goverrnance)
Dari beberapa unsur ini
kami mengambil konsentrasi pada
unsur lingkungan pintar (Smart
Envrionment) untuk menangani
masalah-masalah lingkungan di
kota Bandung terutama dalam hal
sampah. Smart City menjadikan
kota Bandung berbasis IT.

Termasuk
dalam
menangani
sampah pun harus berbasis IT
agar dapat terkendali dengan
benar.
Didalam lingkungan pintar
sudah pasti banyak lagi programprogram
untuk
mewujudkan
lingkungan pintar tersebut. Dalam
hal ini kami melihat program
Bank Sampah adalah salah satu
upaya program pemerintah dalam
menangani masalah sampah. Bank

sampah sebenarnya sudah ada
sudah ada di berbagai kelurahan
di seluruh tanah air. Di sinilah
sampah rumah tangga dipilah ke

dua kelompok: sampah organik
dan sampah non-organik. Sampah
organik diolah menjadi kompos,
sementara sampah non-organik
kemudian dipilah lebih lanjut ke
tiga sub-kelompok: plastik, kertas,
serta botol dan logam. Di setiap
rumah-rumah
mempunyai
beberapa tong sampah yang
sampahnya
dikumpulkan
ke
dalam tong tersebut. Jika tong
tersebut sudah penuh, maka
sampah-sampah yang ada di
dalam tong dipindahkan ke bank
sampah
untuk
dipilah-pilih

sebagaimana penjelasan di atas.
Konsep ini sudah kami ketahui
dan untuk saat ini kami ingin
melihat bagaiman efektivitas dari
bank sampah tersebut untuk
mewujudkan lingkungan pintar
dalam Smart City.
Berdasarkan latar belakang
yang telah dideskripsikan, maka
permasalahan mengenai bank
sampah dalam Smart City adalah
efektivitas program bank sampah
di
Kota
Bandung
sabagai
perwujudan Smart City
B. Metode
1. Sumber data penelitian
Sumber

data
yang
digunakan dalam penelitian ini
ada dua macam, yaitu :
a. Data primer
Dalam pennelitin ini data
yang
dipeoleh
dari
wawancara langsung dengan

pengurus Bank sampah RW
14 Tamansari Atas dan RW
05 Muarageulis Kelurahan
Cihaurgeulis dan beberapa
nasabah sampah tersebut.
b. Data sekunder
Dalam penelitian ini peneliti
melakukan
studi

kepustakaan
serta
dokumentasi yang berkaitan
dengan pembahasan ini.
2. Teknik pengumpulan data
a. Teknik Observasi
Observasi membantu
peneliti dalam mencari data
dan menjawab pertanyaan
akan
keefektivitasan
program bank sampah.
b. Teknik Interview
Wawancara kepada para
pelaku
atau
yang
mengetahui perkembangan
pengelolaan sampah di
Bank Sampah

RW 14
Tamnasari Atasa dan RW
05
Muarageulis
Kel.Cihaurgeulis
yaitu
pengurus dan warga sekitar.
c. Teknik Dokumentasi
Peneliti melakukan studi
kepustakaan
serta
dokumentasi yang berkaitan
dengan pembahasan ini
yaitu melalui jurnal dan
pnelitian sebelumnya.
3. Teknik
Pengolahan
dan
Analisis Data
Adapun teknik pengolahan
dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. SubjekObjek Penelitian

a. Subjek penelitian ini adalah
narasumber yang diberikan
kewenangan
untuk
menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh pewawancara
(peneliti)
b. Objek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
Bank Sampah RW 14
Tamansari Atas dan Bank
Sampah
RW
05
Muarageulis
Kel.
Cihaurgeulis.

Kerangka Penelitian
Sumber : Dokumen Penulis
C. Hasil Simulasi/riset dan Analisis
1. Gambaran Umum
Kota Bandung merupakan
Ibu kota Propinsi Jawa Barat
yang diantara 1070 36’ Bujur
Timur, 60 55’ Lintang Selatan.
Ketinggian tanah ±791m di
atas permukaan laut, titik
terendah ±675 m berada di

sebelah
selatan
dengan
permukaan relatif datar dan
titik tertinggi ±1.050 m berada
di sebelah utara dengan kontur
yang berbukit-bukit.
Wilayah Kota Bandung
dilewati oleh 15 sungai
sepanjang 265,05 Km, dimana
sungai utamanya yaitu Sungai
Cikapundung beserta anakanak sungainya pada umumnya
mengalir ke arah selatan dan
bermuara ke Sungai Citarum.
Iklim
Kota
Bandung
dipengaruhi
oleh
iklim
pegunungan yang sejuk tetapi
beberapa tahun belakangan
mengalami peningkatan suhu
yang disebabkan polusi dan
pemanasan global.
Luas
wilayah
Kota
Bandung
Berdasarkan
Peraturan DaerahKotamadya
Tingkat II Bandung Nomor 10
Tahun 1989 tentang Perubahan
Batas Wilayah Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandung,
luas wilayah Kota Bandung
adalah 16.729,65.
Secara administratif Kota
Bandung berbatasan dengan
daerah kabupaten/kota lainnya
yaitu :
a. Sebelah Utara berbatasan
dengan Kabupaten Bandung
dan Kabupaten Bandung
Barat.
b. Sebelah Barat berbatasan
dengan Kota Cimahi dan
Kabupaten Bandung Barat.

c. Sebelah Timur dan Selatan
berbatasan
dengan
Kabupaten Bandung dan
d. Sebelah Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Bandung
Kualitas air yang buruk
sudah tampak jelas di sungai
sungai yang melintas di Kota
Bandung.Kepala
SubDinas
Operasi dan Pemeliharaan
Dinas Pengairan Kota Bandung
Mulyono Heryanto mengakui,
pemerintah terlambat dalam
menata penduduk di bantaran
sungai. Karena itu, kualitas dan
kuantitas air menurun akibat
limbah rumah tangga dan
sampah industri dibuang ke
sungai.
Sampah di sungai adalah
masalah lama yang tak pernah
dituntaskan. Berdasarkan data
Dinas
Pengairan,
saat
penjaringan sampah di depan
PLN Cikapundung, pada bulan
April lalu, sampah menumpuk
sampai dengan 50 meter kubik
dalam sehari.
Berdasarkan
data
PD.Kebersihan,
sebelum
Tempat Pembuangan Akhir
Sampah Leuwigajah longsor,
timbunan sampah di Kota
Bandung mencapai
6.586
meter kubik per hari. Namun,
setiap hari ada sekitar 1.942
meter kubik yang tidak
terangkut
dari
tempat
pembuangan
sementara.
Sampai dengan saat ini
Pemerintah Kota Bandung
masih belum menemukan

konsep
dalam
menjawab
persoalan
sampah.
Yang
terakhir
pembuatan
Pembangkit Listrik Bertenaga
Sampah (Waste To Energi)
yang akan dibangun di wilayah
Gede Bage, juga mengalami
penolakan oleh masyarakat
yang berada disekitar wilayah
lokasi pembangunan.
2. Gambaran
Umum
Bank
Sampah
Indonesia
adalah
negara
dengan
jumlah
penduduk
terbanyak keempat di dunia,
dengan total penduduk sejumlah
237 juta jiwa. Pada tahun 2025,
jumlah penduduk ini diperkirakan
akan bertambah menjadi 270 juta.
Dengan
jumlah
penduduk
sebanyak itu, diperkirakan akan
dihasilkan sampah sebanyak
130.000 ton/hari. Ini merupakan
potensi yang besar sebagai
sumberdaya (bahan yang dapat di
daur ulang, sumber energi, dll),
tetapi saat ini sebagian besar
masih menjadi sumber penyebab
polusi.
Meningkatnya
timbulan
sampah
dikarenakan
meningkatnya populasi dan rasio
timbulan
sampah
menjadi
tantangan
bagi
Pemerintah
Indonesia
untuk
menyusun
pengelolaan sampah padat yang
tepat (Chaerul et. al., 2007). Oleh
karena itu, maka pengurangan
sampah untuk membatasi volume
sampah yang dihasilkan harus
segera dilakukan.
Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2008 mengisyaratkan
pentingnya perubahan paradigma
pengelolaan sampah, dimana

penanganan sampah di perkotaan
dengan paradigma lama yaitu
dilakukan dengan cara kumpul,
angkut,
buang,
menjadi
paradigma
baru
melalui
penerapan
program
Reduce,
Reuse, dan Recycle dengan
maksud
untuk
mengurangi
timbulan
sampah
sehingga
seyogyanya dilakukan pengolahan
sampah mulai dari sumber
timbulnya sampah hingga di
Tempat
Pembuangan
Akhir.
Undang-Undang
tersebut
kemudian ditindaklanjuti dengan
penerbitan Peraturan Pemerintah
Nomor 81 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tang Salah satu
usaha yang diterapkan Pemerintah
untuk meningkatkan kepedulian
pemerintah
daerah
dalam
pengelolaan sampah, yaitu dengan
mewajibkan
Kota/Kabupaten
untuk mengadopsi konsep Bank
Sampah sebagai salah satu
persyaratan
dalam
penilaian
penghargaan lingkungan bagi
Kota/ Kabupaten yaitu Piala
Adipura. Hal ini didukung dengan
terbitnya
Peraturan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Republik Indonesia nomor 13
tahun 2012 tentang Pedoman
Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan
Recycle melalui Bank Sampah.
Pengelolaan sampah yang
dilaksanakan melalui konsep bank
sampah ini dapat membangun
kepedulian masyarakat dalam
mengelola sampahnya dengan
baik dan dapat menghasilkan
manfaat ekonomi dari sampahnya.
Dengan demikian, secara tidak
langsung
akan
didapatkan

lingkungan yang lebih bersih dan
nyaman. Pengelolaan sampah
langsung dari sumbernya akan
turut
membantu
pemerintah
daerah untuk mengurangi dan
mengendalikan jumlah sampah
yang
masuk
ke
tempat
pembuangan akhir sehingga pada
akhirnya
turut
membantu
mewujudkan lingkungan yang
bersih, sejuk dan juga sehat
(Imansyah S., 2014).

Untuk syarat – syarat
(indicator) berdirinya bank
sampah adalah:
a. Ketepatan sasaran program
b. Sosialisasi program
c. Tujuan Program
d. Pemantauan
3. Peran Bank Sampah dalam
Perwujudan Smart City
a. Lingkungan
1) RW 14 Taman Sari Atas
Bank sampah di RW
14 sendiri berdiri pada
tahun
2009
untuk
keaktifannya sendiri pada
tahun 2011. Adanya bank
sampah
diakui
oleh
sebagian warga telah
memberikan perbaikan
kebersihan lingkungan
dan juga memberikan
manfaat langsung dengan
berkurangnya tumpukan
sampah di lingkungan.
Dengan adanya bank
sampah,
keberadaan
sampah lebih berarti
karena
lebih
baik
ditabungkan
daripada
terbuang secara sia-sia

atau dibakar. Oleh karena
itu, keberadaan bank
sampah
juga
dapat
meningkatkan kenyaman
lingkungan. Sejak adanya
bank
sampah
tidak
terlihat lagi masyarakat
yang membuang sampah
sembarangan
karena
setiap rumah difasilitasi
oleh
tempat-tempat
sampah dimulai dari
yang kecil hingga besar.
2) RW 05 Muara Geulis
Keluarahan
Cihaur
Geulis
Bank sampah di RW
05 Muara Geulis mulai
aktif pada tahun 2011.
Adanya bank sampah di
daerah ini, menjadikan
warga
sadar
akan
kebersihan lingkungan.
Untuk keadaan bank
sampah di sini untuk
beberapa bulan terakhir
tidak
aktif
kembali.
Sehingga
keadaan
lingkungan mulai tidak
terkondisikan kembali.
Tidak dapat dipungkiri
warga masih saja ada
yang membuang sampah
sembarangan di daerah
RW 05 ini. Namun untuk
solusinya,
walaupun
bank sampah tidak aktif
masih ada gotong royong
bersama-sama
untuk
membersihkan
jalanjalan di daerah ini.
Pengelolaan untuk bank

sampah sendiri tidak
efektif lagi sehingga di
bank
sampah
ini
seringkali
terjadi
penimbunan sampah dan
dikhawatirkan
akan
menjadi sumber bibit
penyakit
sehingga
pengangkutan
sampah
menjadi dipercepat agar
mencegah bibit penyakit
tersebut.
b. Sosial
1) RW 14 Taman Sari Atas
Dampak yang dirasakan
dengan adanya Bank
Sampah
dengan
perwujudan Smart City
adalah adanya beberapa
warga yang terserap
menjadi tenaga kerja di
bank sampah tersebut
sebagai pengurus bank
sampah.
Tidak
hanya
itu,
perubahan sikap warga
juga diakui mulai terasa
perubahan dari yang
awalnya tidak sadar akan
lingkungan menjadi sadar
akan
pentingnya
kebersihan lingkungan.
Namun yang menjadi
kendala dalam teknisnya
adalah dari 500 KK
dalam satu RW hanya 80
KK saja yang menjadi
nasabah.
Karena
kendalanya
untuk
mengajak satu orang
dalam satu bulan saja
sulit
maka memang

dibutuhkan kerja sama
antar masyarakat.
Dampak
sosial
keberadaan
Bank
Sampah salah satunya
dapat dilihat dari ada
tidaknya pengaruh dan
dorongan terhadap warga
sekitar (pada tingkat
rumah tangga) untuk
melakukan
pemilahan
sampah.
Walaupun
perubahan pola perilaku
tersebut tidaklah mudah
karena berkaitan dengan
cara perubahan kultur
dan
cara
pandang.
Dengan adanya bank
sampah ini pun juga
dapat
meberikan
tambahan link dengan
para pengepul-pengepul
yang memang sudah
bekerja sama denga bank
sampah ini.
Namun, di saat ini
bank
sampah
yang
memang bertempat di
kantor
RW
sedang
direnovasi
sehingga
dalam
2-3
minggu
kedepan
akan
diberhentikan.
Untuk
sampah yang memang
mau disetorkan ke bank
sampah, akan disimpan
terlebih dahulu di rumah
masing-masing.
Jika
renovasinya
sudah
selesai, sampah-tersebut
baru bisa dioperasikan
kembali.

2) RW 05 Muara Geulis
Kelurahan Cihaur Geulis
Di awal awal tahun
berdirinya bank sampah
di RW ini, partisipasi
masyarakat pun ada dan
meningkat hingga 30%
dari
jumlah
seluruh
masyarakat
RW
05
namun setelah tahuntahun
berikutnya,
partisipasi
masyarakat
makin menurun dan
berkurang sehingga bank
sampah ini terpaksa
ditidak aktifkan. Selain
itu
tidak
ajegnya
kepengurusan
bank
sampah ini, sehingga
pengelolaan bank sampah
tidak terjalin dengan
baik. Padahal ketua RW
sendiri
ataupun
masyarakat yang peduli
terus
mengingatkan
bahkan sampai membuat
poster dan slogan-slogan
untuk
mengajak
masyarakat aktif kembali
dalam mengelola bank
sampah. Sehingga setelah
bank sampah ini tidak
aktif, yang mengurusi
sampah di RW 05 ini
adalah petugas sampah
yang memang disediakan
oleh pemerintah dan
pemilahan bank sampah
pun diberikan haknya
oleh petugas sampah
tersebut. Padahal RWRW
lain
sangat

mencontohi bank sampah
di RW ini. Namun,
masyarakatnya
kurang
sadar akan pentingnya
bank sampah. Bahkan
masyarakat melakukan
perbuatan yang tidak
wajar
seperti
menggantungkan sampah
ke pagar bank sampah
sehingga
menjadikan
bank sampah seperti TPS
(Tempat
Pembuangan
Sampah).
c. Ekonomi
1) RW 14 Taman Sari Atas
Menurut
Sugiyono
selaku ketua RW 14
Tamansari
Atas
mengatakan jika dengan
adanya program Bank
Sampah
membawa
dampak ekonomi secara
tidak langsung karena
masyarakat dilatih untuk
menabung
dan
mendorong untuk hidup
hemat dan juga dalam
pemilahan
pun
masyarakat
harus
mengetahui bagian mana
yang harus dijual dengan
mahal dalam satu jenis
sampah. Seperti halnya
alumunium botol maka
alumuniumnya
harus
dipisahkan
karena
alumunium
tersebut
dapat
dijual
dengan
mahal.
Tidak hanya itu dari
limbah sampah yang

diolah dengan kreatif
akan
menghasilkan
barang yang bernilai
ekonomis yanng akan
menambah pendapatan.
Untuk pengumpulan
bank sampah sendiri di
RW 14 ini setiap hari
selasa. Namun jika ada
penimbunan di rumah
masing-masing,
maka
ketika dikumpulkan akan
terjadi
pembludakkan
sampah di bank sampah
tersebut. Jika terjadi
seperti itu maka untuk
pendapatan sendiri bisa
mencapai Rp 800.000,00
sekali pengumpulan dan
hasil
tersebut
akan
ditabung untuk para
nasabah(masyarakat)
tersebut.
2) RW 05 Muara Geulis
Kelurahan Cihaur Geulis
Menurut narasumber,
keadaan ekonomi RW 05
ini mulai meningkat
dikarenakan sudah ada
pembukuan,
tabungan
untuk para nasabah yang
berpartisipasi di bank
sampah ini. Bahkan
sudah ada produk-produk
yang dihasilkan oleh ibuibu warga RW 05 untuk
lebih
meningkatkan
ekonomi warga tersebut.
Namun dikarenakan
tidak
aktifnya
bank
sampah,
menjadikan
keadaan
ekonomi

berubah seperti sebelum
adanya bank sampah dan
pembuatan produk produk pun dihentikan
karena sampah sudah
dialih tangankan kepada
petugas
sampah.
sehingga tak ada lagi
kenaikan tarif ekonomi
dari
bank
sampah
tersebut.
Secara
umum
adanya
program bank sampah turut andil
dalam perwujudan kota Bandung
sebagai Smart City bahkan dikatakan
sangat
efektif
jika
seluruh
masyarakatnya aktif bersama dalam
mengelola bank sampah.

Bagan Peran Bank Sampah dalam
Smart City
Sumber : Dokumen Penulis
D. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa:
1) Terdapat hubungan yang
sangat
efektif
antara

keberadaan bank sampah
dengan terwujudnya kota
Bandung sebagai Smart City.
2) Kesadaran masyarakat akan
pentingnya
kebersihan
lingkungan dan pentingnya
bank sampah
3) Partisipasi masyarakat yang
baik
akan
menunjang
keberhasilan bank sampah
dalam Smart City kota
Bandung
4) Terdapat hubungan positif
antara
pemerintah,
masyarakat
dan
pekerja
kebersihan atau pekerja sosial
seperti
tukang
sampah,
pengepul barang bekas dan
pekerja sosial lainnya
5) Adanya peningkatan ekonomi
yang
signifikan
dengan
adanya bank sampah.
E. Daftar Pustaka
Rozak, Abdul. 2014. Peran Bank
Sampah
Warga
Peduli
Lingkungan (WPL) Dalam
Pemberdayaan
Perekonomian
Nasabah.
(Skripsi Studi S1 Program
Muamalat (Ekonomi Islam).
UIN Syari Hidayatullah.
Jakarta)
Permanasari, Devita dan Enri
Damanhuri. 2012. ”Studi
Efektifitas Bank Sampah
Sebagai
Salah
Satu
Pendekatan
Dalam
Pengelolaan Sampah Yang
Berbasis
Masyarakat”,
Program
Studi
Teknik

Lingkungan. ITB. dalam
http:www.ftsl.tb.ac.id
Ahmad, Irdam. Hubungan Antara
Pengetahuan dan Sikap
dengan Perilaku Kepala
Keluaraga
Terhadap
Keberadaan Bank Sampah
(Studi Kasus Pada Bank
Sampah
Kel.
Cibinong
Bandung)
Iman, Haliwatul dan Kustiwan,
Iwan.
Keberlanjutan
Pengelolaan
Sampah
Berbasis Masyarakat di
Kelurahan Tamansari Kota
Bandung.
Program
Perencanaan
dan
Penembangan
Kebijakan,
ITB

Buku

Panduan Sistem Bank
Sampah dan 10 Kisah
Sukses
Novianty, Mita. Dampak Program
Bank Sampah Terhadap
Sosial Ekonomi Masyarakat
di
Kelurahan Binjai,
Kecamatan Medan Denai,
Kota Medan.
Hasil wawancara pribadi dengan
Ketua RW 14 Tamansari
Atas. Tanggal 16 Oktober
2015.
Hasil wawancara pribadi dengan
pengurus Bank Sampah RW
05 Muarageulis Kelurahan
Cihaurgeulis. Tanggal 17
Oktober 2015.

Lampiran 1 Peta Persebaran Bank Sampah di Kota Bandung

Lampiran 2 Dokumentasi Kegiatan