ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT HIV AID (1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PENYAKIT HIV/AIDS

KELOMPOK 4
 SULKIFARMAN
 SARMILA SYARIF
 NUR RAHMAYANTI S

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN { STIKES}
ST.FATIMAH MAMUJU TAHUN AJARAN
2016/2017

BAB I
KONSEP DASAR MEDIK
A. PENGERTIAN HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang
dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang
sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan
infeksi Yang menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun.
Aids adalah singkatan dari Acquired imune deficiency syndrome yaitu
menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya infeksi

virus HIV (human Immunodeficiency virus). Antibodi HIV positif tidak diidentik
dengan AIDS, karena AIDS harus menunjukan adanya satu atau lebih gejala
penyakit skibat defisiensi sistem imun selular.
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency
Virus). (Aziz Alimul Hidayat, 2006)
AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang ) dan
memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)
AIDS adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat
yang menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan
kelainan imunolegik. (Price, 2000 : 241)
B. ETIOLOGI
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency
virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan
disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi
nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan
HIV Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan
AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada

gejala.

2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1.

Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

2.

Orang yang ketagian obat intravena

3.


Partner seks dari penderita AIDS

4.

Penerima darah atau produk darah (transfusi).

C. PATOFISIOLOGI
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan
antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi
HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70%
dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang
menyerang sel target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam
jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam
hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke
dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada
akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel
virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.

Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut

CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda
yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Selsel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong.
Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada
sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang
kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi
HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan
sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui
3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit
CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah
terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini
penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang
terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak
mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam
darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan
sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel
virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam
menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum
terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya
mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.

Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang
menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang
berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang
dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan
berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran
limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan
tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan
sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut “periode jendela” (window
period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20

bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini
disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS
yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi
HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada
yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)

D. GEJALA
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada
penderita HIV/ AIDS :

1. Panas lebih dari 1 bulan,
2. Batuk-batuk,
3. Sariawan dan nyeri menelan,
4. Badan menjadi kurus sekali,
5. Diare ,
6. Sesak napas,
7. Pembesaran kelenjar getah bening,
8. Kesadaran menurun,
9. Penurunan ketajaman penglihatan,
10. Bercak ungu kehitaman di kulit.
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat
merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala
panas dapat disebabkan penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat
beberapa gejala bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau
riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah HIV.
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu
pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik
(3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat
badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan

kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS
(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala
infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC),

Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk
menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
1.

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti
demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher,

2.

radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam

3.


darah akan diperoleh hasil positif.
Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala
pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium untuk HIV/AIDS dibagi atas tiga kelompok :
1. Pembuktian adanya antibodi (Ab) atau antigen (Ag) HIV.
HIV terdiri dari selubung , kapsid dan inti.Masing- masing terdiri dari protein
yang bersifat sebagai antigen dan menimbulkan pembentukan antibodi dalam
tubuh yang terinfeksi. Jenis antibody yang penting untuk diagnostik diantaranya
adalah antibody gp41, gp140, dan p24.
Teknik pemeriksaan adalah sebagai berikut.
a. Tes untuk menguji Ab HIV. terdapat berbagai macam cara yaitu ELISA,
Western Blot, RIPA dan IFA
b. Tes untuk menguji antigen HIV dapat dengan cara pembiakan virus, antigen
P24 dan PCR
2. Pemeriksaan status imunitas
Pada pasien AIDS dapat ditemui anemia leukopenia/limfopenia,
trombositopenia dan displasia sumsum tulang normo atau hiperselular. Test kulit

DHT (Delayed Type Hypersensitiviti) untuk tuberkulin dan kandida yang hasilnya
negatif atau energi menunjukan kegagalan imunitas selular. Dapat terjadi
poliklonal hypergamma globulinemiayang menunjukan adanya rangsangan
nonspesifik terhadap sel B untuk membentuk imunitas humoral.
3. Pemeriksaan terhadap infeksi oportunistik dan keganasan

Infeksi oportunistik atau kanker sekunder yang ada pada pasien AIDS diperiksa
sesuai dengan metoda diagnostik penyakitnya masing-masing. Misalnya
pemeriksaan makroskopik untuk kandidiasis, PCP,TBC Paru dll. Adapun
pemeriksaan peunjang lain seperti aboraturium rutin, serologis, radiologis, USG,
CTScan, bronkoskopi, pembiakan, histopatologis dll.

F. PENATALAKSANAAN HIV/AIDS
Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan / rehabilitasi dan
edukasi.
1.

Pengobatan
Pengobatan pada pengidapan HIV/AIDS ditujukan terhadap :
a. Virus HIV

b. Infeksi oportunistik
c. Kanker sekunder
d. Status kekebalan tubuh
e. Simtomatis dan suportif

2. Obat Retrovirus
Yang biasa dipakai secara luas adalah :
a. Zidovudine (AZT) berfungsi sebagai terapi pertama anti retrovirus.
Pemakaian obat ini dapat menguntungkan diantaranya yaitu Dapat
memperpanjang masa hidup (1-2 tahun), mengurangi frekuensi dan berat
infeksi oportunistik, menunda progresivitas penyakit, memperbaiki kualitas
hidup pasien, mengurangi resiko penularan perinatal, mengurangi kadar Ag
p24 dalam serum dan cairan spinal. Efek samping zidovudine adalah: sakit
kepala, nausea, anemia, neutropenia, malaise, fatique, agitasi, insomnia,

muntah dan rasa tidak enak diperut. Setelah pemakaian jangka panjang
dapat timbul miopati. Dosis yang sekarang dipakai 200mg po tid, dan dosis
diturunkan menjadi 100mg po tid bila ada tanda-tanda toksik.
b. Didanosine ( ddl ), Videx.
Merupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi terhadap AZT, atau

bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata ada kemungkinan respon
terhadap AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik respon terhadap
AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik pada ARC dan
asimtomatik hasilnya lebih baik daripada AZT. Efek samping: neuropati
perifer, pankreatitis (7%), nausea, diare.
Dosis: 200mg po bid ( untuk BB >60kg), 125mg po bid (untuk BB < 60kg)
Mulanya hanya dipakai untuk kombinasi denganAZT. Secara invitro
merupakan obat yang paling kuat, tapi efek samping terjadinya neuropati ( 1731%) dan pankreatitis. Dosis : 0,75mg po tid.

3. Obat-obat untuk infeksi oportunistik
a. Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai bila cCD4 , 250 mm/mm 3. Dengan
kotrimokzasol dua kali/minggu. Dosis 2 tablet, atau dengan aerosol
pentamidine 300mg, dan dapsone atau fansidar.
b. Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan pasien anergik. Dipakai
INH 300mg po qd dengan vit.b6, atau rifampisin 600mg po qd bila intolerans
INH.
c. Profilaksis untuk MAI (mycobacterium avium intracelulare), bila CD4 ,
200/mm3, dengan frukanazol po q minggu, bila pernah menderita oral
kandidiasis, sebelumnya.
d. Belum direkomendasikan untuk profilaksis kandidiasis, karena cepat timbul
resistensi obat disamping biaya juga mahal.

4 Obat untuk kanker sekunder
Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV. Untuk
Sakorma Kaposi, KS soliter:radiasi, dan untuk KS multipel:kemoterapi. Untuk
limfoma maligna: sesuai dengan penanganan limfoma paa pasien non HIV.
5 Immune restoring agents
Obat-obat ini diharapkan dapat memperbaiki fungsi sel limfosit, menambah
jumlah limfosit, sehingga dapat memperbaiki status kekebalan pasien. Bisa
dengan memakai:
a. Interferon alpha
b. ekstrak kelenjar thymus
c. Interferron gamma
d. Loprinosin
e. Interleukin 2
f. Levamisol
g. Mengganti sel limfosit dengan cara: transfusi limfosit, transplantasi timus dan
transplantasi sumsum tulang.
6. Pengobatan simtomatik supportif
Obat-obatan simtomatis dan terapi suportif sring harus diberikan pada
seseorang yang telah menderita ADIS, antara lain yang sering yaitu: analgetik,
tranquiller minor, vitamin, dan transfusi darah.
7.

Rehabilitasi
Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga atau
orang terdekat, dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk :
a. Memberikan dukungan mental-psikologis
b. Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko tinggi
menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.
c. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
d. Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang berkaitan
dengan penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan masalah-masalah
pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang terdekat.

8. Edukasi
Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan
keluarganya tentang bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS, kemungkinan
diskriminasi masyaratak sekitar, bagaimana tanggung jawab keluarga, teman
dekat atau masyarakat lain. Pendidikan juga diberikan tentang hidup sehat,
mengatur diet, menghindari kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan, antara
lain: rokok, minuman keras. Narkotik, dsb.

BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.

Pengkajian data dasar

2.

Riwayat atau adanya perilaku risiko tinggi
a. Pasangan seksual multiple ( berganti-ganti pasangan )
b. Laki-laki dengan homoseksual atau biseksual
c. Penyalahgunaan obat terlarang
d. Hemophilia ( penerima factor pembekuan sebelum 1985 )

3. Penimpangan KDM
HIV masuk ke dalam
tubuh manusia

Menginfeksi sel yang
mempunyai molekul CD4

Mengikat molekul
CD4

Imunitas tubuh menurun

Sel limfosit T hancur

Memiliki sel target dan
memproduksi virus

Infeksi opurtinistik

Sistem pernafasan
Peradangan
pada jaringan
paru
Infeksi opurtinistik

Sesak,
demam
Batuk tidak
Efektif
Gangguan
pertukaran
gas

Sistem pencernaan
Infeksi jamur
Peradangan
mulut

Sistem intagumen

paristaltik
Diare kronis
Cairan output

Sulit menelan,
mual, bibir kering,
intake kurang
Mk: gangguan
pemenuhan
nutrisi

Sistem neurologis

Timbul lesi /
bercak putih
Gatal, nyeri
bersisik
Turgor kulit

Mk:
kekurangan
vol. cairan

Mk: gangguan
rasa nyaman

Gangguan eliminasi
BAB, diare

Peningkatan
suhu,
kehilangan
kesadaran
Kejang,nyeri
kepala
Mk:
perubahan
proses pikir

4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisik dasar pada survey umum (Apendiks F) dan pemeriksaan
laboratorium dapat menunjukan :
a. ARC ( ditandai tig agejala di bawah ini )
1) Limpadenopati
2) Candidiasis mulut
3) Jumlah sel CD, 500/mm3 ataukurang
4) Demam intermiten dengan banyak keringat pada malam hari ( sering
merupakan gejala awal )
5) Diare menetap ( terus menerus )
6) Anoreksia ( tidak nafsu makan )
7) Kelelahan terusmenerus
8) Mudah memar dan berdarah ( indikasi idiopatik trombositopenia purpura )
9) Penurunan berat badan
10)Ruam pada kulit
11)AIDS disebabkan tumor, misal penyakit Hodgkin’s atau kanker pada mulut

12)Komplikasi neurologis seperti psikosa( hilang ingatan, pelupa, dimensia,
kejang, lumpuh sebagian , nyeri perifer pada neuropati dan kehilangan
koordinasi.
b. AIDS
1) Infeksi oportunistik seperti tuberculosis , pneumocytiscarinii pneumonia
(PCP ) yang di tunjukan oleh batuk terus-menerus, demam dan sesak
nafas
2) Sarcoma Kaposi’s ( jenis kanker kulit ) yang ditujukan oleh banyaknya
bisul-bisul keungu-unguan dan benjolan pada kulit
3) Jumlah sel c, 200/mm 3 atau kurang
c. Tes diagnostic
1) Infeksi HIV diperkuat oleh tesserologi positif :
2) Tes ELISA ( Enzim – linked immunosorbent assay )
3) Western blot dianggap tes yang lebih spesifik untuk infeksi HIV , dilakukan
sama pada specimen darah jika tes ELISA positif ( 2 kali )
d. Kaji pengertian kondisi dan respon emosi terhadap diagnose dan rencana
pengobatan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan
keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan
gelisah.
2. perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan
gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu
makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan,
peradangan rongga bukal.
3. resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat
4. resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan
ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)
5. Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme
ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan,
ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan
ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diagnosis Keperawatan : nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan
jaringan ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot,
ataksia, lemah otot dan gelisah. Hasil yang diharapkan : keluhan hilang,
menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat tidur atau beristirahat secara adekuat.
INTERVENSI
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi,
intensitas, frekuensi dan waktu. Tandai
gejala nonverbal misalnya gelisah,
takikardia, meringis.

IMPLEMENTASI
Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi
dan juga tanda-tanda
perkembangan komplikasi.

Instruksikan pasien untuk
menggunakan visualisasi atau imajinasi, Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat.
relaksasi progresif, teknik nafas dalam.
Dorong pengungkapan perasaan

Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit,
sehingga persepsi akan intensitas rasa sakit.
M,emberikan penurunan nyeri/tidak nyaman,

Berikan analgesik atau antipiretik

mengurangi demam. Obat yang dikontrol

narkotik. Gunakan ADP (analgesic yang

pasien berdasar waktu 24 jam dapat

dikontrol pasien) untuk memberikan

mempertahankan kadar analgesia darah

analgesia 24 jam.

tetap stabil, mencegah kekurangan atau
kelebihan obat-obatan.

Lakukan tindakan paliatif misal
pengubahan posisi, masase, rentang
gerak pada sendi yang sakit.

Meningkatkan relaksasi atau menurunkan
tegangan otot.

2. Diagnosis keperawatan: perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh
dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat
badan, penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif,
keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.
Hasil yang harapkan: mempertahankan berat badan atau memperlihatkan
peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan,
mendemostrasikan keseimbangan nitrogen positif, bebas dari tanda-tanda
malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energy.

INTERIVENSI

IMPLEMENTASAI

Kaji kemampuan untuk

Lesi mulut, tenggorok dan esophagus dapat

mengunyah, perasakan dan

menyebabkan disfagia, penurunan kemampuan

menelan.

pasien untuk mengolah makanan dan
mengurangi keinginan untuk makan.

Auskultasi bising usus

Hopermotilitas saluran intestinal umum terjadi
dan dihubungkan dengan muntah dan diare,
yang dapat mempengaruhi pilihan diet atau cara
makan.

Rencanakan diet dengan orang
terdekat, jika memungkinakan
sarankan makanan dari rumah.
Sediakan makanan yang sedikit
tapi sering berupa makanan padat
nutrisi, tidak bersifat asam dan

Melibatkan orang terdekat dalam rencana
member perasaan control lingkungan dan
mungkin meningkatkan pemasukan. Memenuhi
kebutuhan akan makanan nonistitusional
mungkin juga meningkatkan pemasukan.

juga minuman dengan pilihan yang
disukai pasien. Dorong konsumsi
makanan berkalori tinggi yang
dapat merangsang nafsu makan
Batasi makanan yang

Rasa sakit pada mulut atau ketakutan akan

menyebabkan mual atau muntah.

mengiritasi lesi pada mulut mungkin akan

Hindari menghidangkan makanan

menyebabakan pasien enggan untuk makan.

yang panas dan yang susah untuk

Tindakan ini akan berguna untuk meningkatakan

ditelan

pemasukan makanan.

Tinjau ulang pemerikasaan

Mengindikasikan status nutrisi dan fungsi organ,

laboratorium, misal BUN, Glukosa,

dan mengidentifikasi kebutuhan pengganti.

fungsi hepar, elektrolit, protein, dan
albumin.
Berikan obat anti emetic misalnya

Mengurangi insiden muntah dan meningkatkan

metoklopramid.

fungsi gaster

3. Diagnosa keperawatan : resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan diare berat
Hasil yang diharapkan : mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membrane
mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik, keluaran urine adekuat
secara pribadi.
INTERVESI

IMPLEMENTASAI

Pantau pemasukan oral dan

Mempertahankan keseimbangan

pemasukan cairan sedikitnya 2.500

cairan, mengurangi rasa haus dan

ml/hari.

melembabkan membrane mukosa.

Buat cairan mudah diberikan pada

Meningkatkan pemasukan cairan

pasien; gunakan cairan yang mudah

tertentu mungkin terlalu

ditoleransi oleh pasien dan yang

menimbulkan nyeri untuk

menggantikan elektrolit yang

dikomsumsi karena lesi pada mulut.

dibutuhkan, misalnya Gatorade.
Kaji turgor kulit, membrane mukosa

Indicator tidak langsung dari status

dan rasa haus.

cairan.

Hilangakan makanan yang potensial

Mungkin dapat mengurangi diare

menyebabkan diare, yakni yang
pedas, berkadar lemak tinggi, kacang,
kubis, susu. Mengatur kecepatan atau
konsentrasi makanan yang diberikan
berselang jika dibutuhkan

Nerikan obat-obatan anti diare

Menurunkan jumlah dan keenceran

misalnya ddifenoksilat (lomotil),

feses, mungkin mengurangi kejang

loperamid Imodium, paregoric.

usus dan peristaltis.

4. Diagnosa keperawatan : resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan proses infeksi dan ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot
pernafasan)
Hasil yang diharapkan : mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami
sesak nafas.
INTERVENSI

IMPLEMENTASAI

Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah

Memperkirakan adanya

paru yang mengalami penurunan,

perkembangan komplikasi atau

atau kehilangan ventilasi, dan

infeksi pernafasan, misalnya

munculnya bunyi adventisius.

pneumoni,

Misalnya krekels, mengi, ronki.
Catat kecepatan pernafasan,

Takipnea, sianosis, tidak dapat

sianosis, peningkatan kerja

beristirahat, dan peningkatan

pernafasan dan munculnya dispnea,

nafas, menuncukkan kesulitan

ansietas

pernafasan dan adanya kebutuhan
untuk meningkatkan pengawasan
atau intervensi medis

Tinggikan kepala tempat tidur.

Meningkatkan fungsi pernafasan

Usahakan pasien untuk berbalik,

yang optimal dan mengurangi

batuk, menarik nafas sesuai

aspirasi atau infeksi yang

kebutuhan.

ditimbulkan karena atelektasis.

Berikan tambahan O2 Yng

Mempertahankan oksigenasi

dilembabkan melalui cara yang

efektif untuk mencegah atau

sesuai misalnya kanula, masker,

memperbaiki krisis pernafasan

inkubasi atau ventilasi mekanis

5. Diagnose keperawatan : Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan
produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah
atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari,
kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
Hasil yang diharapkan : melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan dalam tingkat kemampuannya.
INTERVENSI

IMPLEMENTASAI

Kaji pola tidur dan catat perunahan

Berbagai factor dapat meningkatkan

dalam proses berpikir atau

kelelahan, termasuk kurang tidur,

berperilaku

tekanan emosi, dan efeksamping
obat-obatan

Rencanakan perawatan untuk

Periode istirahat yang sering sangat

menyediakan fase istirahat. Atur

yang dibutuhkan dalam memperbaiki

aktifitas pada waktu pasien sangat

atau menghemat energi.

berenergi

Perencanaan akan membuat pasien
menjadi aktif saat energy lebih
tinggi, sehingga dapat memperbaiki
perasaan sehat dan control diri.

Dorong pasien untuk melakukan

Memungkinkan penghematan

apapun yang mungkin, misalnya

energy, peningkatan stamina, dan

perawatan diri, duduk dikursi,

mengijinkan pasien untuk lebih aktif

berjalan, pergi makan

tanpa menyebabkan kepenatan dan
rasa frustasi.

Pantau respon psikologis terhadap

Toleransi bervariasi tergantung pada

aktifitas, misal perubahan TD,

status proses penyakit, status nutrisi,

frekuensi pernafasan atau jantung

keseimbangan cairan, dan tipe
penyakit.

Rujuk pada terapi fisik atau okupasi

Latihan setiap hari terprogram dan
aktifitas yang membantu pasien
mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan dan tonus
otot

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124