PENTINGNYA PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENT

PENDIDIKAN KELUARGA
“PENTINGNYA PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK
KARAKTER ANAK”

Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Ulangan Akhir Semester Mata Kuliah
Bahasa sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah
Dosen : Dr. Fahrurrozi, M.Pd

Disusun Oleh :
Nurul Apriliyani

(1815151869)

KELAS E 2015 / SEMESTER 6
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JULI 2018

A. Pendahuluan
Pendidikan bagi anak sangatlah penting. Apabila tidak ada

pendidikan mungkin negara serta bangsa Indonesia akan hancur dan
akan kalah dengan perkembangan zaman. Anak harus sudah diberi
pendidikan sejak dia lahir, yaitu pendidikan dari dalam keluarga. Keluarga
adalah pendidikan pertama yang akan dilewati anak, karena keseharian
mereka adalah didalam rumah, bertemu ayah dan ibunya, serta kakak dan
adiknya. Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam
pembentukkan karakter anak, karena anak adalah sosok yang mudah
meniru dan mengingat apa yang dilakukan dan dikatakan oleh kedua
orangtuanya dan apapun yang ada di dalam rumahnya.
Anak yang nakal dan tidak patuh bukan berarti salah guru ataupun
sekolah. Namun hal tersebut juga bisa terjadi dari faktor keluarganya.
Apabila orangtuanya suka bertengkar, suka marah-marah, berbicara dan
melakukan sesuatu yang tidak baik, maka dampaknya akan buruk kepada
sang anak. Begitupun apabila orangtuanya saling menyayangi, penuh
kasih sayang, mendidik anak dengan benar, maka dampaknya pun akan
baik kepada sang anak.

B. Pentingnya Pendidikan Keluarga
Di semua masyarakat yang pernah dikenal, hampir semua orang
hidup terikat dalam jaringan kewajiban dan hak keluarga yang disebut

hubungan peran (role relation). Seorang disadarkan akan adanya
hubungan

peran

tersebut

karena

proses

sosialisai

yang

sudah

berlangsung sejak masa kanak-kanak, yaitu suatu proses dimana ia
belajar mengetahui apa yang dikehendaki oleh anggota keluarga lain dari
padanya, yang akhirnya menimbulkan kesadaran tentang kebenaran yang

dikehendaki.
Anak-anak memiliki dunianya sendiri. Hal itu ditandai dengan
banyaknya gerak, penuh semangat, suka bermain pada setiap tempat dan
waktu, tidak mudah letih, dan cepat bosan. Anak-anak memiliki rasa ingin
tahu yang besar dan selalu ingin mencoba segala hal yang dianggapnya
1

baru, Anak-anak hidup dan berfikir untuk saat ini, sehingga ia tidak
memikirkan masa lalu yang jauh dan tidak pula masa depan yang tidak
diketahuinya. Oleh sebab itu, seharusnya orang tua dapat menjadikan
realitas masa sekarang sebagai titik tolak dan metode pembelajaran bagi
anak.
Perkembangan karakter anak dipengaruhi oleh perlakuan keluarga
terhadapnya. Karakter seorang terbentuk sejak dini, dalm hal ini peran
keluarga tentu sangat berpengaruh. “keluraga merupakan kelompok sosial
terkecil dalam masyarakat. Bagi setiap orang keluarga (suami, istri, dan
anak-anak) mempunyai proses sosialisasinya untuk dapat memahami,
menghayati budaya yang berlaku dalam masyarakatnya”.
Pendidikan dalam keluarga sangatlah penting dan merupakan pilar
pokok pembangunan karakter seorang anak. Pendidikan wajib dimiliki

tidak hanya oleh masyarakat kota, tetapi juga masyarakat pedesaan.
Seorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih dihormati
karena dianggap berada distrata sosial yang tinggi. Kualitas seseoarang
dilihat dari bagaimana dia dapat menempatkan dirinya dalam berbagai
situasi.
Manusia Indonesia yang berkualitas hanya akan lahir dari remaja
yang berkualitas, remaja yang berkualitas hanya akan tumbuh dari anak
yang berkualitas. Keluarga sebagai lembaga sosial terkecil memiliki peran
penting dalam hal pembentukan karakter individu. Keluarga menjadi
begitu penting karena melalui keluarga inilah kehidupan seseorang
terbentuk.
Sebagai lembaga sosial terkecil, keluarga merupakan miniatur
masyarakat yang kompleks, karena dimulai dari keluarga seorang anak
mengalami proses sosialisasi. Abdullah dan Berns juga memperkuat
agrumen, bahwa keluarga adalah suatu kelompok sosial yang ditandai
oleh tempat tinggal bersama kerja sama ekonomi, dan reproduksi . 1 Dalam
keluarga seoarang anak belajar bersosialisasi, memahami menghayati
dan merasakan segala aspek kehidupan jyang tercermin dalam
kebudayaan. Di sisi lain, dalam konteks pengertian psikologis, keluarga
dimaknai sebagai kumpulan orang yang hidup bersama dengan tempat

1 M. Imron Abdullah, Pendidikan Keluarga Bagi Anak, (Cirebon: Lektur, 2003), p. 225.

2

tinggal bersama dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya
merasakan

adanya

pertautan

batin

sehingga

terjadi

saling

memperhatikan, saling membantu, bersosial dan menyerahkan diri . 2 Hal

tersebut dapat dijadikan sebagai kerangka seiring dengan perkembangan
zaman, pendidikan moral dalam keluarga mulai luntur.
Arus globalisasi menyerang di segala aspek

kehidupan

bermasyarakat, tidak hanya masyarakat kota tetapi juga masyarakat
pedesaan. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa peran keluarga
sangat besar sebagai penentu terbentuknya moral manusia-manusia yang
dilahirkan.
C. Karakteristik Hubungan Anak Usia Sekolah dengan Keluarga
Masa usia sekolah dipandang sebagai masa untuk pertama
memulai kehidupan sosial mereka yang sesungguhnya. Bersama dengan
masuknya anak ke sekolah dasar, maka terjadilah perubahan hubungan
anak dengan orang tua. Perubahan tersebut diantaranya disebabkan
adanya peningkatan penggunaan waktu yang dilewati anak anak bersama
teman-teman sebayanya.
Hubungan orangtua dan anak akan berkembang dengan baik
apabila kedua pihak saling memupuk keterbukaan. Berbicara dan
mendengarkan merupakan hal yang sangat penting. Perkembangan yang

dialami anak sama sekali bukan alasan untuk menghentikan kebiasaan
kebiasaan di masa kecilnya. Hal ini justru akan membantu orangtua dalam
menjaga terbukanya jalur komunikasi.
Sesuai dengan perkembangan kognitifnya yang semakin matang,
maka pada usia sekolah, anak secara berangsur-angsur lebih banyak
mempelajari mengenai sikap-sikap dan motivasi orangtuanya, serta
mampu untuk memahami aturan-aturan keluarga, sehingga mereka
menjadi lebih mampu untuk mengendalikan tingkah lakunya. Perubahan
mempunyai dampak yang besar terhadap kualitas hubungan antara anak
usia sekolah dan orangtua mereka (dalam Seifert & Hoffnung 1994).
Dalam hal ini, orangtua merasa pengontrolan dirinya terhadap tingkah
laku anaknya berkurang dari waktu ke waktu dibandingkan pada tahun2 Robert M. Berns, Child, Family, School, Community Socilization and Support, (United State:
Thomson Corporation, 2007), p. 87.

3

tahun awal kehidupan mereka. Beberapa kendala dialihkan dari orangtua
kepada anaknya, walaupun prosesnya secara bertahap.
Dengan demikian, meskipun terjadinya pengurangan pengawasan
dari orangtua terhadap anaknya selama usia sekolah dasar, bukan berarti

orangtua sama sekali melepaskan mereka. Sebaliknya, orangtua masih
terus memonitor usaha- usaha yang dilakukan anak dalam memelihara
diri mereka, sekalipun secara tdak langsung.
D. Peran Keluarga, Terutama Orang Tua dalam Membentuk Karakter
Anak
Kepedulian tentang perkembangan manusia di dalam kehidupan
keluarga Indonesia, dengan konsep yang bersifat komprehensif telah
dimulai beberapa dekade yang lalu, melalui berbagai usaha peningkatan
pengetahuan, kesadaran, kererampilan, dan sikap anggota keluarga
secara menyeluruh dan terpadu dengan memperhatikan semua aspek
fisik, mental, spiritual, dan sosial.
Perkembangan manusia dalam interaksi dengan lingkungan
keluarga melalui berbagai media dan sarana fisik dan non-fisik menuntut
suatu

konsep

sumberdaya

yang


yang

strategis
paling

oleh

esensial

karena
bagi

manusia

merupakan

pembangunan

bangsa.


Pembangunan bangsa ita seyogyanya bersumber dari dan dimulai dari
rumah, di dalam kehidupan keluarga, karena di rumahlah seyogyanya
secara umbal balik ditumbuhkan kepedulian, kesadaran, dan pengertian
dasar tentang totalitas lingkungan.
Manusia belajar, tumbuh dan berkembang dari pengalaman yang
diperolehnya melalui kehidupan keluarga, untuk sampai pada penemuan
bagaimana ia menempatkan dirinya ke dalam keseluruhan kehidupan di
mana ia berada. Namun perkembangan manusia tidak dimulai dari suatu
tabula rasa, melainkan mengandung sumber daya yang memiliki kondisi
sosial, kultural, fisik dan biologis yang berbeda-beda, yang juga tidak
dapat dilihat terlepas dari kondisi sosial, kultural, fisik, dan biologis dalam
lingkungannya.
Pada hakikatnya setiap organisme hidup adalah suatu organisme
biologis yang ciri aktivitasnya adalah kelangsungan hidup. Pada binatang
bersel jamak aktivitas ini adalah fungsi organ atau struktur yang secara
4

esensial mewujudkan suatu organisasi. Organisasi struktural ditentukan
secara genetik, tetapi cara berfungsinya ditentukan melalui interaksi

dengan lingkungannya
Salah satu cara berfungsinya organisasi biologis itu adalah
inteligensi. Anak yang normal secara biologis merupakan organisasi yang
belajar terus. la tidak memiliki ide yang dibawa sejak namun konstitusinya
adalah demikian, sehingga bereaksi terhadap lingkungan melalui "saluran
pengalaman"

yang

dibawa

yang

tidak

disadarinya

(unconscious

awareness), yang nanti berkembang menjadi organisasi mental yang luas.
Proses perkembangan yang pada permulaan merupakan reaksi refleks,
menjadi respon terhadap lingkungan yang sifanya terkontrol (cerebral
cortex). Perluasan pola respon bergantung pengalaman stimulus dini
secara langsung dan urutan perkembangan proses mental yang
terkoordanisasikan, sehingga merupakan dasar untuk fase berikutnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses mental secara
terus-menerus berupaya mengusahakan diri (self-generating), namun di
balik itu juga terus-menerus mempertahankan diri (self-sustaining), dan
melepaskan diri dari dunia konkrit, serta beranjak dari pengalamanpengalaman diri yang diperolehnya dari lingkungan keluarga.
Belajar yang terjadi dalam interaksi dengan keluarga adalah
penyesuaian diri pada lingkungan, dalam hal in terutama lingkungan
keluarga,

dan

adaptasi

pada

situasi

baru

dengan

kemungkinan

memodifikasinya. Pada manusia yang menimbulkan tingkah laku baru,
yang mungkin juga jadikan lingkungan berubah.
E. Cara Orang Tua Mendidik Anak agar Membentuk Karakter yang Baik
Seperti yang kita ketahui bahwa proses pendidikan yang diberikan
kepada anak memiliki gerak berkesinambungan dengan bentuk alur
klimaks.3 Dengan demikian, masalah-masalah yang muncul yang harus
bisa ditangkap, diikuti, dan dihadapi oleh orang tua semakin bertambah
pula. Jadi, sebagai orang tua semakin bertambah saja perbendaharaan
dan wawasan tentang perilaku yang harus kita bawakan dalam mendidik
anak. Juga tidak mustahil, bahwa sebagai orang tua akan semakin bijak.
3 Syafei, Sahlan. Bagaimana Anda Mendidik Anak. (Jakarta: Ghalia Indonesia,2002), p.74

5

Semakin luas cakrawala pandang kita, semakin bertambah pengalaman
kita, dan akan semakin mampu menempatkan diri secara tepat sebagai
orang tua yang arif dan berwibawa di hadapan anak kita.
Dengan memperhatikan tujuan pendidikan yang hendak dicapai
dan keberadaan anak itu sendiri yang kini berusia SD, berikut adalah
beberapa tindakan pendidikan sendiri, yang dapat dilakukan:
1. Anak diminta untuk semakin membiasakan diri:
a) Memelihara, menyimpan, menggunakan sarana belajarnya dengan
tertib;
b) Mematuhi kapan ia harus belajar, bermain, tidur siang, tidur malam,
dan bangun pagi.
2. Terhadap tugas atau kewajiban di rumah, orang tua sebaiknya mulai
memberi tugas secara wajar, seperti:
a) M enyapu halaman, menyiram bunga/tanaman, memberi makan
peliharaan;
b) Membeli keperluan dapur di warung yang dekat dengan rumah.
3. Kepada anak mulai diberikan pengertian agar jika akan memasuki
kamar orang tua harus memberi isyarat atau meminta izin terlebih
dahulu
4. Orang tua tidak memperlihatkan "adegan romantis di hadapan anak,
karena hal ini kemungkinan besar akan ditiru oleh anak. Kita harus
ingat betul bahwa anak sangat mudah meniru perbuatan orang
dewasa yang pernah dilihatnya.
5. Dalam hal yang berkaitan dengan keyakinan beragama hendaknya kita
sebagai orang tua:
a) Menyuruh dan mengajak anak untuk melaksanakan perintah
agama dan menjauhi larangan-larangan agama;
b) Menjelaskan akan pentingnya dan manfaat beragama.
6. Jangan mengajari anak untuk berdusta. Sebagai contoh, kita
menyuruh anak untuk mengatakan kita tak ada di rumah ketika ada
seorang tamu yang perlu bertemu. Sementara kita sendiri ada di dalam
atau sedang tidur. Yang perlu diingat disini bahwa itu satu hal yang

6

sangat tidak baik, bahkan dilarang oleh agama.
7. Kebiasaaan membaca kitab suci, beribadah, makan bersama-sama
anak merupakan sesuatu yang sangat baik. Ini perlu diupayakan dapat
dilakukan setiap saat
8. Dalam hal memberikan kesempatan anak untuk menonton TV atau
mengajak anak untuk menonton film hendaknya memilih jenis film
yang sesuai dengan keberadaan anak dan yang memiliki nilai
pendidikan bagi anak. Hindarkan anak kita menonton film-film dewasa.
Apabila hal ini tidak bisa kita kendalikan sangat membahayakan bagi
pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak beserta pendidikannya
9. Menyangkut kamar atau tempat tidur, anak bisa dididik untuk
bertanggung jawab atas kebersihan, keindahan dan ketertiban kamar
atau tempat tidurnya.
10. Mengajak anak untuk bersilaturahmi atau berkunjung ke rumah
keluarga, teman,adalah satu kebiasaan yang haik. Hal ini akan
memberikan didikan kepada anak dalam hal:
a) Membina rasa kekeluanan, keakraban, kasih sayang;
b) Membiasakan hidup bermasyarakat, mengenal sesame.
11. Dalam hal menumbuhkan cinta kepada tanah air, bangsa dan negara
pada diri anak, ada baiknya jika sekali-kali mengajak anak berkunjung
ke tempat-tempat bersejarah dan memiliki nilal perjuangan sambil
menjelaskan objek yang didatangi.
12. Mengajak anak untuk berekreasi juga bagian dari kegiatan yang baik.
Dalam rekreasi, anak akan memperoleh kesegaran jiwa, kepuasan
bermain, bertambah pengalaman, dan membaur dengan keluarga
lainnya.
13. Bertanya kepada anak tentang sesuatu, seperti:
a) Bagaimana keadaan di sekolah;
b) Apa yang dilihat di tempat rekreasi;
c) Pelajaran yang diterima anak pada hari itu, dan lain-lain.
14. Mengajak anak untuk menjenguk orang yang sedang sakit, juga
bagian dari perilaku yang positif. Karena dapat mendidik anak tentang:

7

a) Bagaimana cara menjaga kesehatan;
b) Pentingnya arti kesehatan;
c) Menumbuhkan rasa setia kawan.
15. Dalam hal menanamkan rasa tanggung jawab hidup bermasyarakat
dan berlingkungan, ada baiknya jika anak diajak untuk turut serta
bekerja bakti membersihkan lingkungan dan yang lainnya.

F. Kesimpulan
Keluarga merupakan suatu sistem sosial terkecil yang didalamnya
dapat terdiri dari Ayah, Ibu, dan anak yang masing-maing memiliki peran.
Anak merupakan buah dari keluarga bahagia. Anak-anak memiliki
pemikiran kritis akan banyak hal dimulai ketika ia mulai mengenal bahasa.
Pertanyaan-pertanyaan

yang

terlontar

dari

mulut

seoarang

anak

sebaiknya dijawab dengan jawaban yang jujur dan dapat memuaskan hati
anak. Pendidikan moral dan kejujuran bagi seoarang anak berawal dari
keluarga, melalui orang tua. Hal ini dapat membentuk karakter anak di
masa depan.
Keluarga juga sebagai lembaga yang utama dan pertama bagi
proses awal pendidikan anak-anak untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki seorang anak ke arah pengembangan kepribadian diri yang positif
dan baik. Orang tua (ayah dan ibu) memiliki tanggung jawab yang besar
dalam mendidik anak-anak dalam keluarga. Fungsi-fungsi dan peran
orang tua tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan fisik anak berupa
kebutuhan makan dan minum, pakaian, tempat tinggal tapi juga tanggung
jawab orang tua jauh lebih penting dari itu adalah memberi perhatian,
bimbingan, arahan, motivasi, dan pendidikan, serta penanaman nilai.
Orang tua merupakan panutan bagi anak-anaknya, untuk itu
sebaiknya orang tua dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya.
Orang tua juga harus membuka diri terhadap perkembangan zaman dan
teknologi saat ini. Anak-anak memiliki pemikiran yang kritis terhadap
sesuatu yang baru. Bila orang tua tidak membuka diri terhadap
perkembangan yang ada, kelak akan menuai kesulitan dalam menjawab

8

pertanyaan dari anak. Pada akhirnya berubah kebohongan dan secara
tidak langsung menanamkannya pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

Semiawan, Conny. (2002). Pendidikan Keluarga dalam Era Globalisasi.
Jakarta: Prehallindo
Syafei, Sahlan. (2002). Bagaimana Anda Mendidik Anak. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Syah, Muhibbin. (2014). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Armstrong, Thomas. (2005). Setiap anak Cerdas. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama
Mudjiono, Hermawan, Hisbaron, Noor Sulistyo, dan Sudarmo Ali. (1996).
Fungsi Keluarga Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
9

Helmawati. (2014). Pendidikan Keluarga: Teoretis dan Praktis. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Shochib, Moh. (1998). Pola Asuh Orang Tua: dalam Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta
Aziz, Safrudin. (2015). Pendidikan Keluarga: Konsep dan Strategi.
Yogyakarta: Gava Media
Berns, Roberta M. (2007). Child, Family, School, Community Socialization
and Support. United State: Thomson Corporation
Satya, Dyah dkk. (2015). Peran Keluarga Sangat Penting dalam
Pendidikan Moral Karakter Anak serta Budi Pekerti Anak. Jurnal
Sosial Humaniora. Vol.8, No.1
Wahy, Hasbi. (2012). Keluarga Sebagai Basis Pendidikan Pertama Dan
Utama. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA. Vol. XII, NO. 2
Lars Bonell Garcia. (2014). Participation and Family Education in School:
Successful Educational Action. Studies in the Education of Adults
Vol. 46, No. 2
Endah, Darosy. (2011). Peran Keluarga dalam Membangun Karakter
Anak. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol 10, No 2
Lazarusli,

Budi

dkk.

(2014).

Penguatan

Pembentukan

Kepribadian

Pendampingan

Masalah

Anak

Peran
Melalui

Keluarga
Seminar

dalam
dan

Keluarga. FPIPS Universitas PGRI

Semarang
Jailani, M. Syahran. (2014). Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung
Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal
Pendidikan Islam Vol. 8, No. 2

10