FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA AGRESIVITAS SAAT BERTANDING PADA ATLET SEPAKBOLA PEKAN OLAHRAGA PELAJAR DAERAH (POPDA) KAB SUMENEP | Whinata Kardiyanto | Jurnal Phederal Penjas 6279 13371 1 SM

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA AGRESIVITAS SAAT BERTANDING
PADA ATLET SEPAKBOLA PEKAN OLAHRAGA PELAJAR DAERAH
(POPDA) KAB SUMENEP
Deddy Whinata Kardiyanto
Universitas Sebelas maret
Abstract
This study aimed to determine the occurrence Causes Aggressiveness
At Football Athletes Compete In Regional Sports Week (POPDA) Kab
Sumenep. This study used a qualitative methodology with a phenomenological
approach. The data collected by using observation and semi-structured interviews.
Determination of research subjects by using purposive sampling with a reference
from your observation. Researchers took four of the 17 athletes that competed
POPDA football as a primary Subject and two as secondary subjects, which
includes the coach and one player. Data analyzed using an interactive model data
reduction, the data display, and verification of conclusions by Miles andHuberman.
The results indicate that the factors that caused the aggressiveness of the athletes
POPDA Kab Sumenep is the referee's leadership, endangering any bodily
contact that makes the aggressiveness of football athletes POPDA uncontrolled Kab
Sumenep, any negative utterances spoken by the opponent, and the presence of
other aggressive that wish to injure an opponent.
Keywords: Aggressiveness At Compete, Athletes Football, Aggressiveness In Athlete

200 negara di hampir setiap

PENDAHULUAN

Sepakbola merupakan cabang
olahraga paling populer dan paling
digemari di seluruh
tersebut

dapat

beberapa

survey

dunia.Pernyataan

dibuktikan

dengan


yang dilakukan di

beberapa negara di dunia.Berdasarkan
hasil

survei

yang

dilakukan

oleh

bagian dari dunia. Tidak hanya sampai
disitu saja, pada tahun 2008 diajang
olimpiade yang diadakan di London,
penonton

(FIFA)


pada

tahun

2001(situs most- popular.net, 2006),
menyatakan bahwa sepakbola adalah
olahraga paling populer dimainkan.
Survey ini menunjukkan bahwa lebih

menyaksikan

pertandingan sepak bola mencapai 2,13
juta.(www.yahoosportindonesia.com,
2008).

Fédération Internationale de Football
Association

yang


Di Indonesia olahraga sepak bola
merupakan olahraga paling populer
dimasyarakat.Hal

ini

terlihat

dari

penuhnya tribun penonton saat ada
pertandingan

resmi(situs

www.yahoosportindonesia.com

dari 240 juta orang memainkan olahraga
sepak


bola

penggemarnya
olahraga

yang

lebih

dibandingkan

dari
dengan

Sebelum para atlet berkompetisi

yang lainnya. Indonesia

pada Divisi 2, Divisi 1, Divisi Utama,


mempunyai induk organisasi sepakbola
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014

dan

Super

Liga,mereka

biasanya
Page 1

resmi yang sudah terkenal di semua

mengikuti kompetisi atau turnamen

kalangan, yaitu Persatuan Sepak bola

antar Sekolah Sepak Bola (SSB). SSB


Seluruh Indonesia (PSSI) yang memiliki

ini biasanya dimulai pada usia 7

wewenang untuk menyelenggarakan liga

tahun,

atau kompetisi, kompetisi ini dibagi

berprestasi

akan

menjadi beberapa tahap, mulai dari

mengikuti

seleksi


Divisi 2, Divisi 1, Divisi Utama, dan

kompetisi yang lebih luas, yaitu Pekan

Super Liga.

Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) pada

2, Divisi 1, Divisi Utama, dan Super

usia dibawah 17 tahun, dan Pekan

Liga. Divisi 2 adalah kompetisi yang

Olahraga Provinsi (PORPROV) pada

levelnya lebih rendah daripada Divisi 1,

usia dibawah 21 tahun. Pada turnamen


Divisi Utama dan Super Liga. Setelah

dengan

Divisi 2, 2 klub yang menempati

dinaungi

peringkat pertama dan kedua akan naik

(Pengcab) PSSI pada daerahnya sendiri-

ke Divisi 1, menggantikan 2 klub Divisi

sendiri dan dicatat pada situs resmi

1 yang berada pada posisi paling bawah,

Pengcab PSSI daerah setempat.


dan untuk 2 klub divisi 1 akan naik

setelah

itu

pemain

yang

terpantau

dan

untuk

tingkatan

pengelompokkan


Para

oleh

usia

Pengurus

atlet

muda

Cabang

dari

SSB

menggantikan posisi 2 klub terbawah

berprestasi

yang ada pada Divisi Utama. Pada

bakatnya pada beberapa even yang

Divisi Utama ini sama halnya dengan

diselenggarakan

klub

tingkatan-tingkatan

yang

ada

pada

divisi-divisi

mampu

ini

oleh

menunjukkan

PSSI
yang

dengan
berbeda.

sebelumnya, yaitu 2 klub terbawah

Tingkat Daerah, yaitu tirta dharma,

akan turun ke Divisi 1 dan 2 klub naik

POPDA

tingkat ke level Super Liga. Pada Super

Daerah), PORPROV (Pekan Olahraga

Liga ini ada yang berbeda pada 2 klub

Provinsi).

Untuk

yang berada pada klub yang teratas, 2

(negara),

PON

klub ini akan mewaliki Indonesia pada

Nasional), liga remaja U-17.Sedangkan

kompetisi

tingkat internasional adalah Danone

di

benua

Asia.

(www.pssi.org.id).

(Pekan

Olahraga

tingkat
(Pekan

Pelajar

nasional
Olahraga

Nation Cup, AFF Cup, dan Piala Dunia.

Tindakan agresif para pemain sepak

Ketiga tindakan tersebut sudah

bola dikejuaraan saat bertanding juga

menjurus

bukan hal yang asing lagi. Menurut

untukmencelakai

Sudibyo(Risna.2009)

yang

Berdasarkan hasil wawancara oleh

sangat diperlukan untuk dapat

peneliti (Grange dan Kerr, 2010), para

agresif

memenangkan

pemain

pertandingan

seperti

dalam sepak bola, tinju dan sebagainya,

Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014

pemain

pada

tindakan
orang

tersebutmengaku

lain.

pernah

melakukan semua jenis tindakan agresif

Page 2

tetapi sifat dan sikap agresif apabila tidak

dalam

terkendali dapat menjurus pada tindakan

tindakan

berbahaya, melukai lawan, melanggar

mengakibatkan kerugian untuk dirinya

peraturan dan mengabaikan sportivitas.

sendiri dan lawan tandingnya yang

Grange & Kerr (2010) melakukan kajian

menjadi objek dari tindakan agresif

kualitatif

tersebut.

Sudah

tentang

agresivitas

secara

mendalam

terhadapdelapan orang
Sepakbola Australia
label
agresif.

pemain

yang mendapat

sebagaipemain
Melalui

Liga

yang paling

metode

pertandingan.

Lebih

lanjut,

agresivitas

dapat

banyakpenelitian
dalam

dunia

olahraga yang sudah dilakukan, baik
didalam maupun diluar negeri.

wawancara

Penelitian yang dilakukan oleh

dengan para pemaintersebut terungkap

Lemieux,

bahwa tindakan agresif dilakukan dengan

(2002)membandingkan

tingkatan-tingkatan tertentu.

mahasiswa atlet dan mahasiswa bukan

Menurut
(2010),

Grange

tindakan

dan

agresif

Kerr

tersebut

McKelvie

&

Stout
antara

atlet dalam hal kecenderungan tindakan
agresif.Penelitian

itu

menunjukkan

digolongkan menjadi empattingkatan,

bahwa

yaitu play, power, anger dan thrill.Play

mempunyai

aggression adalah jenis agresifyang

perilakuagresif

bertujuan untuk sesuatu

yang ada

dibandingkan dengan mahasiswa bukan

hubungannya

permainan

atlet.Halini juga menjadi indikasi bahwa

dengan

mahasiswa

kecenderungan
yang

danmerupakan tindakan yang masih

aktivitas

diperbolehkan

munculnyatindakan

oleh

peraturan

atlet ternyata

olahraga

lebih

rentan

besar

terhadap

agresif.Terutama

pertandingan.Power, anger dan thrill

untuk

merupakan tindakan agresif yang sudah

yangmemperbolehkan

tidak lagidiperbolehkan oleh peraturan.

secara langsung dengan lawan serta

Guilbert

(2008)

melakukan

penelitian terhadap 420 orang atlet
yangmelibatkan

sembilan

cabang

jenis

olahraga
kontak

tubuh

olahragayang bersifat beregu.
stereotip karena remaja tidak
selalu dalam kondisi “badai dan stres”.

olahraga yang terbagi menjadi olahraga

Meskipun

beregu

disangkal bahwa masa remaja awal

danolahraga

penelitiannya

individu.Hasil

menunjukkan

bahwa

merupakan

demikian

suatu

tidak

masa

olahraga beregu dipersepsikan oleh para

fluktuasi emosi

atletnya mempunyai tingkat kekerasan

berlangsung lebih sering.

(naik

dapat

dimana

dan turun)

yang lebih tinggi.Lebih jauh,olahraga

Gejolak emosi pada atlet remaja

beregu yang membolehkan kontak fisik

akan berdampak pada tindakan mereka

menempati

saat bertanding. Gejolak emosi tersebut

urutan

Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014

teratastingkat

Page 3

kekerasan yang dipersepsikan oleh para

terjadi karena adanya tekanan pada diri

atlet.

atlet,

Bentuk

kekerasan

dari

sehingga

mereka

bisa

saja

cabangolahraga beregu dan kontak fisik,

meluapkannya pada saat bertanding.

seperti sepakbola dan bola

basket,

Seperti tindakan agresivitas pada atlet

menghasilkan bentuk kekerasan yang

lain. Hal serupa diungkapkan oleh

juga

Dodge dan Coie (Hurlock,

dipersepsikan

jauhlebih

berat

dibandingkan dengan cabang yang lain.
Tindakan agresivitas bisa muncul

2000) ketika individu mendapat
stimulus

yang

dari diri para atlet baik atlet dewasa

dirinya,

Individu.

maupun atlet

terancam

tersebutakan

Mokhtari dan Tajik (2013) melakukan

melakukan

tindakan

penelitian tentang perbedaan agresivitas

sebagai cara untuk mengurangi atau

antara

melepaskan diri dari ancaman tersebut.

atlet

remaja.

remaja

Mashhoodi,

dengan

atlet

dewasa. Hasil dari penelitian Mashoodi
dan

kawan-kawan

bahwa

atlet

menunjukkan
lebih

mengancam

yang

merasa
cenderung

agresi

reaktif

Oleh karena itu, peneliti ingin
meneliti atlet

sepak bola POPDA

agresif

yang diperuntukkan pada siswa-siswi

dibandingkan dengan atlet dewasa. Hall

yang usianya masih dibawah 17 tahun.

(Santrock, 2007) menyebutkan bahwa

Pada akhirnya peneiliti mengambil judul

masa remaja dianggap sebagai masa

“Faktor

badai emosional. Dalam bentuknya yang

Agresivitas Saat Bertanding Pada Atlet

ekstrem, pandangan ini terlalu bersikap

Sepak Bola Pekan Olahraga Daerah

KAJIAN PUSTAKA

(POPDA) Kab Sumenep.“

A. Definisi Agresivitas

ancaman terhadap harga diri seseorang

Menurut

remaja

dirasa

Berkowirz

Penyebab

Terjadinya

(Sukadiyanto.

bisa jelas dipahami dalam kerangka

2005) pengertian agresifitas sebagai

ini.Orang seperti ini sangat sensitif

segala

terhadap

bentuk

perilaku

yang

kemungkinan

dimaksudkan untuk menyakiti seseorang

penghinaan.Lebih lanjut mereka bisa

baik secara fisik maupun psikis.

menjadi sangat murka jika beranggapan

Baron dalam Gill (Sukadiyanto.

bahwa pandangan mereka terhadap diri

2005) mendefinisikan agresifitas adalah

sendiri

bentuk perilaku yang diarahkanuntuk

ancaman terhadap citra diri seseorang

tujuan

menciderai

menyakiti

sangat

orang

lain

karena terdoronguntuk

agresif

atau

menghindari perlakuan tertentu.

terancam.Tantangan

dan

mungkin mendorong reaksi
oleh

individu

yang

bersangkutan karena mereka jelas tidak

Agresi, menurut Baron adalah

senang. Tetapi sebenarnya perasaan

tingkah laku individu yang ditujukan

tidak senang tersebut bukan murni

Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014

Page 4

untuk

melukai

mencelakakan

sebagai hasil dari terusiknya harga diri

individu lain yang tidak menginginkan

itu sendiri yang menghasilkan dorongan

datangnya

untuk menyerang pengganggu atau

Definisi

atau

tingkah
agresi

laku

dari

tersebut.
Baron

ini

pihak yang mengancam, melainkan sifat

mencakup empat faktor: tingkah laku,

negatif dari luka psikologis yang

tujuan untuk melukai atau mencelakakan

ditimbulkan

(termasuk mematikan atau membunuh),

gangguan terhadap harga diri.

individu yang menjadi pelaku dan
individu

menjadi

ketidakinginan

korban,

Agresif

diartikan

si korban menerima

perilaku

yang

Bagi Berkowitz(Sobur, 2003),
perasaan negatif yang ditimbulkan oleh
tekanan

atau

menyakiti
lain

sebagai

“semua

diarahkan

atau

untuk

mencederai

yang

dimotivasi

orang
untuk

menghindari perlakuaan semacam itu”.

menghasilkan

Perbedaan dari denifisi agresi,

kecenderungan amarah dan perilaku

agresif dan agresivitas adalah agresi

agresi.Pengaruh rasa tersinggung atau

adalah sebuah tingkah laku individu

manusia untuk menyakiti orang lain,

untuk mencelakakn orang lain atau

sedangkan untuk agresivitas adalah

benda, agresif adalahsebuah sifat

segala

b. faktor Belajar Sosial

bentuk

individu

yang

menyelakai

dapat

ancaman

Menurut Baron (Gunarsa, 2009).

dan

tingkah laku si pelaku (Sobur, 2003).

suatu

dari

dari

tingkah

berusaha

laku
untuk

atau meciderai orang lain

atau benda.
B. Faktor

Dengan

perkelahian dan pembunuhan meskipun
sedikit

Penyebab

Terjadinya

pasti

akan

menimbulkan

rangsangan dan memungkinkan untuk
meniru model kekerasan tersebut.

Agresivitas
Menurut

menyaksikan

Davidoff

(Mu’tadin, c. Faktor lingkungan

2002) terdapat beberapa faktor yang

Perilaku agresi disebabkan oleh

dapat menyebabkan perilaku agresi, yakni

beberapa

: a. Faktor Biologis Ada beberapa faktor

singkat mengenai faktor-faktor tersebut :

biologis yang mempengaruhi perilaku

1) Kemiskinan. Bila

agresi, yaitu faktor gen, faktor sistem

dibesarkan

otak dan faktor kimia berdarah. Berikut

kemiskinan,

ini uraian singkat dari faktor-faktor

mereka

tersebut :

peningkatan. 2) Anonimitas. Kota besar

faktor.

Berikut

seorang

uraian

anak

dalam

lingkungan

maka

perilakuagresi

secara

alami

mengalami

pada

seperti Jakarta, bandung, surabaya, dan

pembentukan sistem neural otak yang

kota besar lainnya menyajikan berbagai

mengatur penelitian yang dilakukan

suara, cahaya, dan bermacam informasi

1)

Gen

berpengaruh

Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014

Page 5

terhadap binatang, mulai dari yang

yang sangat luar biasa besarnya. Orang

sulit

secara otomatis cenderung berusaha

sampai yang paling mudah

amarahnya,

keturunan

untuk beradaptasi dengan melakukan

tampaknya membuat hewan jantan

penyesuaian diri terhadap rangsangan

mudah marah dibandingkan dengan

yang berlebihan tersebut. Terlalu banyak

betinanya.

rangsangan indera kongnitif membuat

2) Sistem otak yang terlibat dalam

dunia menjadi sangat impersonal, artinya

agresi ternyata dapat memperkuat

antara satu orang dengan orang lain tidak

atau mengendalikan agresi.

lagi saling mengenal atau mengetahui

3)

Kimia

faktor

darah.

Kimia

darah

secara baik. Lebih jauh lagi, setiap

khususnya hormon seks yang sebagian

individu cenderung menjadi anonim

ditentukan

(tidak mempunyai identitas diri). Bila

faktor

keturunan

mempengaruhi prilaku agresi.

seseorang merasa anonim, ia cenderung

berprilaku semaunya sendiri, karena

kekuatan dalam mempersiapkan diri

ia merasa tidak lagi terikat dengan

jauh-jauh hari sebelum pertandingan

norma

dimulai.

masyarakat

dan

kurang

bersimpati pada orang lain. 3) Suhu

D. Terjadinya Agresivitas Pada Atlet

udara yang panas dan kesesakan. Suhu

Menurut Sukadiyanto (2005) Perilaku

suatu

agresif dalam pertandingan olahraga

lingkungan

yang

tinggi

memiliki dampak terhadap tingkah

dapat

laku

maupun para penonton. Munculnya

sosial

berupa

peningkatan

agresivitas.

dilakukan

olehpara

pemain

agresifitas lain di antaranya karena :
1. Kepemimpinan Wasit

d. Faktor amarah
Marah merupakan emosi yang

Wasit yang berlaku tidak adil dan

memiliki ciri-ciri aktivitas sistem

lebih memihak kepada salah satu tim,

saraf parasimpatik yang tinggi dan

dapat menimbulkan agresivitas dari tim

adanya perasaan tidak suka yang

yang dirugikan, hal ini dapat berupa

sangat kuat yang biasanya disebabkan

ejekan, mengumpat kepada wasit, dan

adanya kesalahan, yang mungkin

bersikap tidak menghiraukan perkataan

myata-nyata atau salah atau juga

wasit.

tidak.

2. Kontak Badan

C. Difinisi Atlet

Kontak badan adalah segala bentuk

Menurut

Badudu–Zain

gerakan

dan

gesekan

(Firmansyah, 2007), atlet merupakan

menggunakan anggota badan.

olahragawan

3. Ucapan

yang

Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014

memerlukan

yang

Page 6

ketangkasan

dan

kecepatan

serta

kekuatan.

ditujukan kepada pemain lawan untuk

Menurut
adalah

Ucapan adalah suatu kata-kata yang

Sondakh(2009),

pelaku

berprestasi

olahraga

baik

nasional

tingakt

maupun

atlet

memprovokasi

yang

kemarahan pemain lawan. Hal ini

daerah,

dicontohkan

atau

seperti,

memancing

mencemooh,

internasional.

membentak, mengejek, mencaci lawan,

Sehingga bisa dikatakan atlet adalah

dan mengeluarkan kata-kata kotor atau

orang yang melakukan latihan agar

mengumpat kepada lawan atau wasit.

mendapatkan kekuatan badan , daya

4.

tahan,

mempengaruhi lawan

kecepatan,

kelincahan,

keseimbangan, kelenturan dan

Prilaku

terutama

lain

secara

yang

disengaja

seksual,

sosial,

Perilaku atau tindakan lain yang dapat

psikologis yang diikuti dengan adanya

menimbulkan

dapat

proses peralihan dari masa anak-anak ke

dilakukan oleh pemain lawan untuk

masa dewasa untuk berintegrasi dengan

memancing agresivitas pemain lawan

masyarakat dewasa. Berkaitan dengan

dengan

batas

agresivitas

tujuan

untuk

merusak

usia

diatas,

penelitian

konsentrasi dalam pertadningan,. Hal ini

menggunakan rentang usia 19-24 tahun

dapat bermacam- macam, yaitu berupa

sesuai dengan batasan usia remaja

menarik baju lawan, mengangkat kaki

menurut Sarwono (2006).

terlalu tinggi dan menyuruh teman satu

METODE PENELITIAN

tim untuk mencederai pemain lawan.

Responden dan Desain Penelitian

E. Difinisi Remaja

Dalam proses penentuan subjek

Remaja dalam bahasa Inggris disebut

dalam

adolescance dan dalam bahasa latin

pendekatan purposive sampling yaitu

disebut

adolescere,

tumbuh

ke

arah

memiliki

arti

kematangan.

penelitian

pengambilan
pertimbangan

ini

menggunakan

sampel
tertentu

dengan
menggunakan

Kematangan yang dimaksudkan tidak

teknik guide obsevation yang merupakan

hanya berarti kematangan secara fisik,

pengambilan sampel sebagai sumber data,

tapi terutama kematangan sosial dan

yang pada awalnya banyak diperkecil

psikologis (Sarwono, 2006).

menjadi 4 subjek yang kriterianya adalah

Menurut
masyarakat

Sarwono

(2006)

dalam

Indonesia, batasan usia

atlet sepak bola POPDA Kab Sumenep
yang

bertanding.

Penelitian

ini

remaja yaitu 11-24 tahun dan belum

menggunakan metode penelitian kualitatif

menikah. Pada proses penyesuaian diri

dengan

menuju kedewasaan ada tiga tahap

Metode penelitian kualitatif

perkembangan remaja, yaitu :

pendekatang fenomenologi merupakan

Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014

pendekatan

fenomenologi.
dengan

Page 7

a. Remaja awal 10 – 13 tahun

penelitian

yang

bermaksud untuk

b. Remaja tengah 13 – 17 tahun

memahami fenomena tentang apa yang

c. Remaja Akhir 18 – 21 tahun

dialami oleh subjek

penelitian dan

definisi

berusaha memahami arti peristiwa dan

yang ada di atas, dapat disimpulkan

kaitan-kaitannya terhadap subjek yang

bahwa remaja adalah individu yang

berada

telah mencapai kematangan fisik

(Iskandar,

Berdasarkan

2009).

Teknik

berbagai

analisa

data

ini

dalam

situasi-situasi

menggunakan model interaktif Mils and

menggunakan model interaktif Miles and

Huberman.

Huberman,

HASIL PENELITIAN

dimana

terdapat tiga

pada

teknik

ini

tertentu

macam tahapan dalam

1. AN sudah mengenal sepak

analisis, yaitu reduksi data, display data,

bola sejak usianya lima

dan verifikasi kesimpulan.

tahun.

Teknik

Pengumpulan

Datadan

Prosedur Penelitian

sepakbola
yang

Teknik pengumpulan data yang

AN

dikenalkan

oleh

juga

sepakbola.

ayahnya,
penggemar

Ayah

AN

dilakukan oleh peneliti dengan cara

menginginkan

observasi non-partisipan dan wawancara

kelak

semi terstruktur. Dengan demikian dalam

sepakbola profesional dan

penelitian ini menggunakan dua jenis data

bisa mengharumkan kota

primer dan data sekunder. Data primer

serta orang tuanya. Pada

pada penelitian adalah atlet sepak bola

tahun 2000 AN dikenalkan

POPDA Kab Sumenep

yang sedang

dengan Sekolah Sepak Bola

bertanding, sedangkan data sekunder pada

(SSB) yang ada di Surabaya

penelitian ini adalah teman satu tim

dan mulai dari situlah AN

bersama subjek dan pelatih POPDA Kab

berprestasi. AN berasal dari

Sumenep.

Surabaya, dan sekarang AN

Pada
penelitian
guide

penelitian
bermula

ini

dari

line interview

penyusunan

menjadi

atlet

tinggal di Kab Sumenep
bersama saudaranya.

kemudian

2. RS berusia 17 tahun dan

guide line tersebut Menjadi acuan untuk

bersekolah di salah satu

melakukan wawancara kepada subjek

SMAN

dengan

SUMENEP.

purposive

yang

prosedur

anaknya

menggunakan
sampling.

pendekatan

kota

KAB

RS

sudah

cara

mengenal dunia sepak bola

pengambilan data dengan menggunakan

sejak RS berusia 7 tahun,

guide observation yang telah disusun

RS

Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014

Adapun

di

mengikuti

jejak
Page 8

sebelumnya dengan cara menggunakan

kakaknya

observasi

seorang

non-partisipan.

Kemudian

keseluruhan data yang telah didapat dari

juga

pemain

sepak

bola. Akhirnya orang

hasil wawancara di analisa
tua

yang

bola saat IL berusia enam

RS memasukkannya di

tahun.

Setelah

melihat

Sekolah Sepak Bola (SSB)

kakaknya yang dulunya juga

dengan tujuan agar RS bisa

seorang pemain sepak bola.

mengembangkan bakat yang

IL

sudah dimilikinya sejak kecil.

menjadi pemain sepakbola

Setelah beberapa tahun RS

profesional.

bermain sepak bola akhirnya

setelah selesai ajang POPDA,

RS bisa berprestasi diberbagai

IL dapat bermain di klub

ajang yang diadakan di Kab

profesioanal sebagai awal IL

Sumenep.

memulai kariernya sebagai

17

tahun,

RM

IL

berharap

DISKUSI

SMKN di Kab. Sumenep. RM
berusia

cita-cita

pemain sepak bola.

1. RM adalah seorang siswa
yang bersekolah di salah satu

mempunyai

Berdasarkan
faktor-faktor

hasil

penelitian,

menyebab

terjadinya

mengenal sepak bola sejak

agresivitas yang dialami oleh subjek AN,

RM

RM, RS dan IL saat bertanding adalah

berusia enam

tahun,

kemudian oleh sang ayah RM

masalah

diikutkan sekolah sepakbola

yang lebih memihak pada tim lawan,

di salah satu klub anggota

masalah

Persema. Karena bakat RM

membuat agresivitas keempat subjek tidak

sudah mulai terlihat, orang tua

dapat terkontrol, ucapan dari pemain

RM mendukung sepenuhnya

lawan yang memancing kemarahan oleh

agar anaknya bisa menjadi

keempat subjek, dan perilaku agresivitas

pemain

lain yang bertujuan untuk melukai pemain

sepak

bola

profesional. Cita-cita orang
tua

RM disambut dengan

dengan kepemimpinan

dengan

kontak badan yang

lawan.
A. Kepemimpinan Wasit

gembira oleh RM,karena RM

Menurut

sendiri

kepemimpinan

juga

menyukai

sepakbola sejak kecil.
IL bersekolah di salah satu

wasit

Sukadiyanto
wasit

(2005)
adalah

sebagai orang mengawasi jalannya
pertandingan dan

menjalankan

SMAN yang ada di Kab Sumenep. IL

aturan-aturan yang berlaku dalam

menyukai sepak haruslah adil, tidak

sebuah

Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014

pertandingan,
Page 9

haruslah adil, tidak memihak salah satu

kepemimpian wasit menjalankan

tim. Wasit yang berlaku tidak adil dan

tugasnya.

lebih memihak kepada salah satu tim,

B. Kontak Badan

dapat menimbulkan agresivitas dari tim

Sukadiyanto

(2005)

yang dirugikan, hal ini dapat berupa

mengungkapkan bahwa kontak

ejekan, mengumpat kepada wasit, dan

badan

bersikap tidak menghiraukan perkataan

gerakan

wasit.

menggunakan anggota badan.

adalah

segala

dan

bentuk

gesekan

yang

Faktor kepemimpinan wasit

Dalam sepak bola kontak badan

yang memihak pada tim lawan

diperbolehkan,tetapi

tidak

membuat agresivitas AN, RS,

melanggar

yang

RM dan IL tidak terkontrol.

berlaku.

Hal ini ditunjukkan dengan

kaki

beberapa kali keempat subjek
melakukan

peraturan

Seperti, mentackling
dengan

sengaja,

mendorong

lawan

hingga

tersungkur,

menyikut

lawan,

kepada wasit yang memimpin

menarik

tangan

lawan,

pertandingan. Namun hal ini

menendang lawan tanpa adanya

juga disampaikan oleh pelatih,

bola, dan menginjak kaki lawan

akan tetapi tidak sepenuhnya

secara disengaja.

perlawanan

lawan

kesalahan pada kepemimpinan

Faktor kontak badan yang sering

wasit.

terjadi

Pelatih

menjelaskan

dalam

sebuah

bahwa anak asuhnya kurang

pertandingan

mampu

untuk

mengontrol

agresivitas AN, RS, RM dan

emosi

saat

bertanding,

IL semakin tidak terkendali.

sehingga

sering

terjadi

Karena

membuat

keempat

subjek

pelanggaran-pelanggaran

terpancing oleh gaya permainan

yang diperoleh tim lawan,

lawan yang lebih memancing

hal ini sesuai dengan yang

kemarahan dari keempat subjek

diungkapkan oleh Santrock

dan membuat keempat subjek

(Harter, 2007) dalam upaya

memiliki

melindungi

membalas

cenderung

diri,

remaja
cenderung

keinginan
tindakan

untuk
yang

dilakukan oleh lawan mereka.

menyangkal karakteristiknya

Tindakan-tindakan

yang negatif dan cenderung

seperti,

memandang

diri

membentak, mengejek, mencaci

dorongan,

lawan, dan mengeluarkan kata-

yang

berupa

Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014

deskripsi

tersebut
mencemooh,

Page 10

tarikan kepada anggota badan

kata

lawan,

kepada

sikutan

dan

kaki

lawan

mentackling
dengan berupa

atau

mengumpat

lawan

atau

wasit.(Sukadiyanto, 2005).
C. Prilaku Agresivitas lainnya

tarikan kepada anggota badan

Perilakuatau tindakan lain yang

lawan,

sikutan

dan

dapat menimbulkan agresivitas

kaki

lawan

dapat dilakukan oleh pemain

mentackling
dengan

sengaja.Hal

ini

lawan

untuk

memancing

beberapa kali dilakukan oleh

agresivitas pemain lawan dengan

keempat

tujuan

subjek

dalam

untuk

merusak

pertandingan. Hal ini sesuai

konsentrasi dalam pertadningan,.

dengan

Hal ini dapat bermacam-macam,

oleh

yang

menjelaskan
dapat

diungkapkan

Pavlov(2008)

generalisasi

C.

dorongan,

kotor

dan

bahwa

yaitu berupa menarik baju lawan,

transfer

mengangkat kaki terlalu tinggi

bahwa

memberikan

kita
reaksi

dan menyuruh teman satu tim
untuk

mencederai

pemain

yang telah dipelajari untuk

lawan.(Sukadiyanto, 2005)

situasi yang belum pernah kita

Perilaku

jumpai sebelumnya, yaitu kita

untuk mencederai pemain lawan

merespon situasi baru seperti

terlihat

ketika kita merespons situasi

dilakukan oleh AN, RS, RM dan

yang serupa yang sudah kita

IL dalam pertandingan dengan

kenali.

tujuan

UCAPAN

lain

yang

beberapa

ingin

disengaja

kali

yang

memenangkan

perebutan bola dengan lawannya

Ucapan adalah suatu kata-kata

dengan mengangkat kaki terlalu

yang ditujukan kepada pemain

tinggi dan menarik baju dari

lawan untuk memprovokasi atau

lawan.

memancing kemarahan pemain

Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014

Page 11

DAFTAR PUSTAKA
Azaiez, Fairouz,Nasr Chalghaf,Kaïs Ghattassi, Karim Achour, Abdelhakim Cheri.
(2013).Football and Aggressiveness According To the Gender.Jurnal
IJES.Volume 2. No 4 hal 49-52.2013. Higher institute of Sport and the Physical
Education of Sfax (Tunisia)
Cahyo Utomo, Guntur. (2012). Agresivitas Pemain Sepak Bola: Studi Fenomenologi
Tentang Kekerasan Pemain Sepak Bola Tingkat Universitas. Tesis.Universitas
Gadjah Mada Jogjakarta.
Dodge, K.A., & Coie, J.D. (1987). Social information pro-cessing factors in reactive
and proactive aggression in children’s peer groups. Journal of Personality and
Social
Psychology,
53
(6),
1146-1158.
Diakses
http://fulla.augustana.edu:2048/login, 1 September 2013.
Emzir.(2010). Metode Penelitian Kualitaitf. Jakarta: Erlangga
Friman, Margareta, Claes Nyberg, and Torsten Norlander, (2004).Threats and Aggression
Directed at Soccer Referees: An Empirical Phenomenological Psychological Study.
Jurnal Psikologi. Volume 9 Number 4 Karlstad University, Sweden
Firmansyah, M. A. (2007) Kecemasan Atlet renang dalam menghadapi Pertandingan,
Skripsi. Universitas Gunadarma.
Grange, Pippa, John H. Kerr. (2008). Physical aggression in Australian football: A
qualitative study of elite athletes.Jurnal Psikologi Olahraga. Volume 11 (2010)
36–43. Toin University 1614 Kurogane, Aoba, Yokohama 225 8502, Japan.
Gunarsa, D. Singgih, dkk. (2009). Psiokologi Olahraga. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia
Hergenhahn B. R and H. Olson Matthew (2008) the Teori Of Learning Edisi Ketujuh.
Jakarta :k Kencana Prenada Media Group.
Hurlock, E. B (2000).Devplopment Psycology : alife Span Approach. 5th Edition. New
York: Megraw – Hill Kogahuha Ltd.
Husdata, H. J. S. (2010). Psikologi Olahraga . Bandung: ALFABETA
Koeswara, C. (1988). Agresi Manusia. Bandung: PT. Eresco
Maentiningsih, Desiani, (2008). Hubungan antara secure attachment dengan motivasi
berprestasi pada remaja. Jurnal Psikologi. 2008. Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma
Mashhoodi, Samira, Pouneh Mokhtari dan Hamidreza Tajik, (2013).The comparison of
the aggression of young and adult athletes in individual orteam sport.Jurnal
Eksperimen. 2013,3(1):661-663. Department of Physical Education, Islamic Azad
University, Shahre-Rey Branch, Tehran, Iran

Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014

Page 12

Moleong, L.J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mu’tadin,
Zainun.
(2002).
Faktor
Agresi.Http.www.spikologi.com/remaja/100602htm. Diunduh
Desember 2013

Penyebab
tanggal
22

Podungge, Risna .(2012). Dampak Kecemasan dan Agreivitas Terhadap Prestasi
Olahraga Bela Diri.Skripsi. Pendidikan Keolahragaan FIKK UNG
Sarwomo, S. W. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta : Radja Grafindo Persada
Satyobroto, Sudibyo. (2009).Psikologi Olahraga. Jakarta: PT Anem kosong Anem
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung; Pustaka Setia
Sukadiyanto. (2000). Perbedaan reaksi emosional antara Olahragawan Body Contact
dan Non Body Contact.Jurnal Psikologi. Volume 33, No. 1, 50-62. Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
Sukadiyanto, (2005). Olahraga. Majalah Ilmiah. Volume 11 TH.IX, No. 03.Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
Suyanto, Bagong. (2010). Pengantar Psikologi Sosial.Jakarta : Kencana.
Anonimous (2014), http:/Penonton-Sepakbola-DiOlimpiade-PecahkanRekorYahooSportsIndonesia.htm. Diunduh tanggal 29 Januari 2014
Anonimous(2013), http:/www.pssi/liga-Indonesia.org.id. Diunduh tanggal 3 november
2013
Anonimous(2013), http:/ situs most-popular/olahraga-paling-populer-didunia.net.
Diunduh tanggal 25 November 2013

Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014

Page 13

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25