MAKALAH HUKUM PERDATA ISLAM DI INDONESIA

MAKALAH
HUKUM PERDATA ISLAM DI INDONESIA
Tentang
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK X :
1. MERI NELVIA
2. AHMAD RESKI
3. LITRA PUSPITA HSB

DOSEN PEMBIMBING
GETRI ARDENIS, MH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM UMAR BIN KHATTAB
JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
UJUNG GADING PASAMAN BARAT
1439 H/2017 M

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami bisa menyelesaikan Makalah ini. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw
Makalah ini berisikan tentang Hak dan Kewajiban Suami Istri.
Diharapkan

Makalah

ini

dapat

memberikan

informasi

dan

menambah wawasan kepada kita semua
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang

bersifat

membangun

selalu

kami

harapkan

demi

kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.


Ujung Gading, 10 Desember 2017
Penyusun

(

i

)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... iii
BAB II PEMBAHASAN
A. Hak dan Kewajiban Suami Istri ................................................................1
1. Kewajiban Suami ................................................................................3
2. Kewajiban Istri ...................................................................................7

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam memandang hubungan antara suami dan istri bukan hanya sekedar
kebutuhan semata, tetapi lebih dari itu Islam telah telah mengatur dengan
jelas bagaimana sebuah hubungan agar harmonis dan tetap berlandaskan pada
tujuan hubungan tersebut, yakni hubungan yang dibangun atas dasar cinta
kepada Allah Swt.
Oleh karena itu untuk mewujudkan keluarga yang diliputi oleh
ketenangan, diselimuti cinta kasih dan jalinan yang diberkahi, Islam telah
mengajarkan kepada Sang Nabi bagaimana jalinan antara suami dan istri ini
bias sejalan, dapat seia dan sekata.
Maka, melalui makalah ini insyaAllah penulis akan mengupas beberapa
yang berkaitan tentang hak dan kewajiban antara seorang suami dengan istri.

Hak yang didasarkan pada kesadaran bukan sekedar kebutuhan, dan
kewajiban yang didasari pada kasih saying dan bukan hanya menjalankan
tugas belaka. Dan Islam telah menjadikan hubungan antara suami istri ini
begitu indah jika kita mampu mengejawantahkannya dalam biduk rumah
tangga.

iii

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hak dan Kewajiban Suami Istri
Perkawinan adalah perbuatan hukum yang mengikat antara seorang pria
dengan seorang wanita (Suami dan istri) yang mengandung nilai ibadah
kepada Allah di satu pihak dan pihak lainnya mengandung aspek keperdataan
yang menimbulkan hak dan kewajiban antara suami dan istri. Oleh karena itu,
antara hak dan kewajiban merupakan hubungan timbal balik antara suami
dengan istrinya. Hal itu diatur oleh Pasal 30 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 (selanjutnya disebut Undang-Undang Perkawinan) dan Pasal 77 sampai
dengan Pasal 84 Kompilasi Hukum Islam (Selanjutnya disebut KHI). 1
Pasal 30 Undang-Undang Perkawinan menyatakan : Suami istri memikul

kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi
dasar dari susunan masyarakat. Selain itu, Pasal 77 ayat (1) KHI berbunyi :
suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga
yang sakinah, mawaddah, dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari
susunan masyarakat. Ketentuan tersebut berdasarkan Firman Allah dalam
Surah Ar-Ruum (30) ayat 21 sebagai berikut.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda bagi kaum yang berfikir.

1 http://abanfalahyes.blogspot.co.id/2015/06/makalah-hak-kewajiban-suami-istridan.html diakses pada Hari Sabtu 9 Desember 2017

1

2
Masalah hak dan kewajiban suami dan istri seperti yang diatur Pasal 31
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan berbunyi :
1. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan

suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup dalam
masyarakat.
2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum
3. Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.
Ketentuan Pasal 31 diatas diatur juga dalam KHI pada Pasal 79.
Selanjutnya Pasal 32 Undang-Undang Perkawinan menetukan :
1. Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
2. Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
ditentaukan oleh suami istri bersama.
Pasal 33 Undang-Undang Perkawinan menyatakan bahwa suami istri
wajib saling mencintai, hormat-menghormati, setia, dan memberi bantuan
lahir batin yang satu kepada yang lain. Dalam KHI diatur dalam Pasal 77
ayat (2), (3), (4), yang diungkapkan sebagai berikut.2
1. Suami istri wajib saling mencintai, hormat-menghormati, setia, dan
memberi bantuan lahir dan batin yang satu dengan yang lain
2. Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anakanak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani, maupun
kecerdasannya dan pendidikan agamanya.
3. Suami istri wajib memelihara kehormatannya.
Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat
mengajukan gugatan kepada pengadilan Agama. Pasal 34 UU Perkawinan

menegaskan :

2 Ketentuan Pasal 32 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan diatur
dalam Pasal 78 KHI

3
1. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
2. Istri wajib mengatur urusan rumah tanga sebaik-baiknya.
Adapun ayat (3) isi dan bunyinya sama dengan ayat (5) Pasal 77
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.
Pengaturan ketentuan hak dan kewajiban suami istri dalam kompilasi
lebih sistematis dibanding dalam Undang-Undang Perkawinan. Hal ini
tentu dapat dimaklumi, karena kompilasi dirumuskan belakangan, setelah
17 tahun sejak Undang-Undang Perkawinan di keluarkan. Sementara
dalam Undang-Undang Perkawinan pengaturan hak suami dan istri lebih
bersifat umum. Dibawah ini akan dikutip ketentuan-ketentuan yang lebih
rinci dari Kompilasi Hukum Islam. 3
Pasal 79
1. Suami adalah kepala keluarga, dan istri ibu rumah tangga.

2. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
suami dalam kehiduan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama
dalam masyarakat.
3. Masing masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
1. Kewajiban Suami
a. Kewajiban Suami yang Mempunyai Seorang Istri
Kewajiban suami yang mempunyai seorang istri berbeda
dari kewajiban suami yang mempunyai istri lebih dari seorang.
Kewajiban suami yang mempunyai seorang istri diatur oleh Pasal
80 dan 81 KHI yang diungkapkan sebagai berikut.
1. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan ruamh tangganya,
akan tetapi mengenai hal-hal urusan ruamh tangga yang
penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama.

3 Ibid h. 52

4
2. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala
sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan
kemampuannya.

3. Suami wajib memberi pendidikan agama kepada istrinya dan
memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan
bermanfaat bagi agama, nusa, dan bangsa. 4
4. Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung :
a. Nafkah, kiswah, dan tempat kediaman bagi istri
b. Biaya

rumah

tangga,

biaya

perawatan,

dan

biaya

pengobatan bagi istri dan anak.

c. Biaya pendidikan bagi anak.
5. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat
(4) huruf a dan b diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin
sempurna dari istrinya.
6. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap
dirinya sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
7. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur
apabila istri nusyuz.
Pasal 81
1) Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan
anak-anaknya atau bekas istri yang masih dalam iddah
2) Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri
selama dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talaq atau
iddah wafat.
3) Tempat kediaman disediakan untuk melindung istri dan anakanaknya dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa
aman dan tentram. Tempat kediaman juga berfungsi sebagai
tempat menyimpan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan
mengatur alat-alat rumah tangga.

4 Ibid h. 53

5
4) Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan
kemampuan serta disesuaikan dengan keaadaan lingkungan
tempat tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah
tangga maupun sarana penunjang lainnya.
Kewajiban suami tersebut merupakan hak istri yang harus
diperoleh dari suami berdasarkan kemampuannya. Hal itu,
bersumber dari firman allah swt surah at-thalaq (65) ayat 6 sebagai
berikut :











   



































    
   
Tempatkanlah

mereka

(para

isteri)

di

mana

kamu

bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah
kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq)
itu

sedang

hamil,

Maka

berikanlah

kepada

mereka

nafkahnya hingga mereka bersalin, Kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah
kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara
kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu
menemui

kesulitan

Maka

perempuan

lain

menyusukan (anak itu) untuknya.5
b.

Kewajiban Suami yang Beristri Lebih dari Seorang

5 Ibid h. 54

boleh

Pasala 2 KHI menentukan kewajiban suami yang beristri
6
lebih dari seorang adalah sebagai berikut :
1) Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang, berkewajiban
memberi tempat tinggal dan biaya hidup kepada masingmasing istri secara seimbang, menurut besar kecilnya
pendapatan seorang suami.
2) Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang, berkewajiban
memberi tempat tinggal dan biaya hidup kepada masingmasing istri secara seimbang, kecuali jika ada perjanjian
perkawinan.
3) Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan
istrinya dalam satu tempat kediaman.
Berdasarkan ketentuan diatas, dapat dipahmi bahwa
kewajiban suami kepada istri-istrinya adalah berperilaku seimbang,
sepadan, dan selaras atau dalam bahasa alqur-an disebut adil. Hal
ini bersumber dari firman Allah daslam surah an-nisaa’ (4) sebagai
berikut :











    








     
     
    
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil[265], Maka (kawinilah)
seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.6
6 Ibid h. 54

7
2.

Kewajiban Istri
Selain suami yang merupakan hak istri, maka hak suami pun
ada yang merupakan kewajiban istri. Hal itu diatur dalam pasal 34
undang-undang perkawinan secara umum dan secara rinci (khusus)
diatur dalam pasal 83 dan 84 KHI. 7
1) Kewajiban utama bagi seorang istri adalah berbakti lahir batin
kepada suami di dalam batas-batas yang dibernarkan oleh hukuk
islam.
2) Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga
sehari-hari.
Pasall 84 KHI
1. Istri dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan
kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83
ayat (1) kecuali alasan yang sah.
2. Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya
tersebut pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku
kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya.
3. Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku
kembali sesudah istri tidak nusyuz.
4. Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari istri
harus di dasarkan atas bukti yang sah.
Kalau seorang istri nusyuz, maka teknis pelaksanaan
berpedoman kepada firman Allah dalam al-qur’an surah an-nisaa’ (4)
ayat 34 mempunyai garis hukum sebagai berikut :
1. Suami memberi nasihat secara baik kepada istrinya yang
nusyuz . hal itu berarti suami memerluka kearifan dan mawas
diri yang mampu mempengaruhi istrinya untuk tidak nusyuz
2. Suami berpisah tidur dengan istrinya agar sang istri berpikir
untuk mengubah perilakunya yang nusyuz.
3. Suami memukul istrinya yang nusyuz dengan pukulan yang
bersifat mendidik.

7 Ibid h. 55

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Dari uraian penulisan makalah tersebut dapat kami simpulkan bahwa Hak
dan kewajiban Istri yaitu Hak hak istri yang menjadi kewajiban suami dapat
dibagi dua : hak-hak kebendaan, yaitu mahar (mas kawin) dan nafkah, hak
hak bukan kebendaan, misalnya berbuat adil diantara para istri (dalam
perkawinan poligami), tidak berbuat yang merugikan istri dan sebagainya.
Hak dan kewajiban suami yaitu Hak-hak suami dapat disebutkan pada
pokoknya ialah hak ditaati mengenai hal-hal yang menyangkut hidup
perkawinan dan hak memberi pelajaran kepada istri dengan cara yang baik
dan layak dengan kedkan suami istri.

8

DAFTAR PUSTAKA
http://abanfalahyes.blogspot.co.id/2015/06/makalah-hak-kewajibansuami-istri-dan.html
Ketentuan Pasal 32 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan diatur dalam Pasal 78 KHI
Ibid