JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IL
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Tujuan
Percobaan
....................................................................................................................................................
1
1.2
Dasar
teori
....................................................................................................................................................
1
BAB II ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat yang digunakan
....................................................................................................................................................
5
2.2 Bahan
....................................................................................................................................................
5
BAB III METODE KERJA
3.1 Pembuatan larutan baku dan titrasi
....................................................................................................................................................
6
BAB IV HASIL PERCOBAAN
4.1 Hasil Pengamatan
....................................................................................................................................................
7
4.2 Pembahasan
....................................................................................................................................................
8
BAB V KESIMPULAN
....................................................................................................................................................
9
DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................................................................................
10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Membuat larutan baku
Menentukan konsentrasi NaOH dengan HCl 0,1 M
1.2 Dasar Teori
Titrasi adalah penentuan kadar suatu larutan yang belum diketahui konsentrasi dengan
cara mengukur volume pereaksi yang diketahui kadarnya yang tepat bereaksi dengan
sejumlah tertentu larutan tersebut.
Titrasi asam basa terbagi dua, yaitu :
1. Asidimetri
Asidimetri adalah penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku
asam.
2. Alkalimetri
Alkalimetri adalah penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku
basa asam.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat
yang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang
menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, senyawa asam mempunyai rasa asam, sedangkan senyawa basa
mempunyai rasa pahit. Namun begitu, tidak dianjurkan untuk mengenali asam dan basa
dengan cara mencicipinya, sebab banyak diantaranya yang dapat merusak kulit (korosif) atau
bahkan bersifat racun. Asam dan basa dapat dikenali dengan menggunakan zat indikator,
yaitu zat yang memberi warna berbeda dalam lingkungan asam dan lingkungan basa (zat
yang warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau bereaksi dengan senyawa asam maupun
senyawa basa).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di
capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik
pada berbagai perubahan pH.
Dalam laboratorium kimia, indikator asam-basa yang biasa di gunakan adalah indikator
buatan dan indikator alami, Berikut ini penjelasan tentang indikator asam-basa buatan dan
indikator asam-basa alami.
• Indikator Buatan
Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium atau
pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri dari lakmus
merah dan lakmus biru, indikator universal, fenolptalin, dan metal jingga.
Indikator universal, fenolptalin, dan metil jingga selain dapat mengidentifikasi sifat
larutan asam basa juga dapat digunakan untuk menentukan derajat keasaman (pH) larutan.
• Indikator Alam
Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya dalam
larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya dilakukan dalam pengujian asam
basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit
buah, dan dedaunan. Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamannya,
misalnya kembang sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna merah dan di dalam
larutan basa akan berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan berwarna merah
keunguan dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau.
Indikator asam-basa adalah senyawa holokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil
ke dalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan
kondisi [pH] larutan tersebut. Berikut contoh indikator asam-basa yang sering digunakan:
1. Kertas lakmus
2. Jingga metil (Methyl orange)
3. Fenolftalein
Berikut rentang pH indikator dari ke-3 contoh tersebut, agar lebih mudah disediakan
dalam bentuk diagram.
Tabel trayek pH dari beberapa indikator buatan
Kisaran pH yang menyebabkan indikator berubah warna disebut trayek pH.
Bila pH < trayek pH maka indikator akan menunjukkan warna asamnya.
Bila pH > trayek pH maka indikator akan menunjukkan warna basanya.
LARUTAN BAKU PRIMER DAN SEKUNDER
Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya.
Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu:
1. Larutan baku primer adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat
konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan
sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam
volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat
larutan baku primer: – mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan(jika mungkin pada suhu
110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. – tidak bersifat higroskopis dan
tidak berubah berat dalam penimbangan di udara. – zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya
dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu. – sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan
massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan. – zat
tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih. – reaksi yang berlangsung dengan
pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung. kesalahan titrasi harus dapat
diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.
2. Larutan baku sekunder adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan
jalan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2 Syarat-syarat larutan baku sekunder: – derajat
kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer – mempunyai BE yang tinggi untuk
memperkecil kesalahan penimbangan – larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
BAB II
ALAT dan BAHAN
2.1
Alat yang Digunakan
Erlenmeyer
Gelas piala
Labu ukur
Bulb
Buret
2.2
Botol semprot
Akuades
Statif
Pipet gondok
Pipet tetes
Corong
Pengaduk gelas
Bahan yang Digunakan
NaOH 0.1 N: 0,4 gr
HCl 10ml
Akuades
Indikator PP
BAB III
METODE KERJA
3.1 Pembuatan Larutan Baku
Gelas piala ditimbang untuk mengetahui berat awal gelas piala yang nanti akan
ditambahkan dengan NaOH padat sebanyak 0,4 gr.
NaOH padat dilarutkan dengan 100 mL akuades untuk mendapatkan larutan standar yang
akan digunakan kemudian dikocok selama 32 kali.
Kemudian dimasukan kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan akuades sampai
menyinggung garis yang ada dileher labu ukur.
3.2 Titrasi
Cucilah buret dengan larutan pencuci, bilaslah dengan larutan standar yang akan di pakai,
yaitu larutan NaOH 0,1 N.
Isilah buret itu dengan larutan standar sampai skala 0
Pakailah pipet gondok untuk mengambil 10 ml HCl 0,1 N yang sudah di buat dari
pengenceran tadi, masukkan HCl ke dalam erlenmeyer. Tambahkan beberapa tetes PP.
Erlenmeyer ini harus di goyang-goyangkan secara perlahan-lahan.
Titrasi dihentikan ketika penambahan setetes NaOH merubah warna menjadi merah sangat
muda yang tak mau hilang pada penggoyangan.
Pekerjaan di ulang selama tiga kali (triplo)
Catat beberapa ml larutan standar yang digunakan dengan melihat batas cairan dalam buret.
Hitung berapa normalitas larutan yang dititrasi.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Pengamatan
Pembuatan larutan NaOH 0.1 N
0,1 N * 40 * 0,1 L
= 0, 4 gram NaOH
Berat beker gelas
= 62,4805 gram
Berat beker gelas + NaOH = 62,8805 gram
NaOH = 0,4 gram
NaOH dilarutkan dalam 100 ml aquades.
Titrasi HCl
Volume HCl
PP
10 ml
3 tetes
10 ml
5 tetes
Rata-rata
Perhitungan normalitas HCl
NaOH
HCL
V1 * N1 = V2*N2
11,5 * 0.1 = 10 * a
a = 11,5 * 0.1
10
= 0.115 N
Jadi, normalitas HCl adalah 0,115 N
NaOH
11 ml
12 ml
11,5 ml
4.2 Pembahasan
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti. Dapat
dibuat dengan cara penimbangan zatnya lalu dilarutkan dalam sejumlah pelarut(air). Dalam
praktik kali ini akan dibuat larutan baku dengan cara melarutkan NaOH padat sebanyak 0,4
gram ke dalam 100 ml akuades. Setelah NaOH padat itu larut semuanya dalam akuades maka
NaOH itu memiliki nilai normalitas seharga 0,1 N.
Dari hasil percobaan pembuatan larutan baku NaOH 0,1 N dibutuhkan NaOH padat
sebanyak 0,4 gram untuk bisa larut dalam 100 mL akuades.
Titrasi adalah penentuan kadar suatu larutan yang belum diketahui konsentrasi dengan
cara mengukur volume pereaksi yang diketahui kadarnya yang tepat bereaksi dengan
sejumlah tertentu larutan tersebut.
Titrasi asam basa dapat memberikan titik pengamatan dengan indicator akhir yang cukup
tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indicator bila pH pada titik ekivalen
antara 4 – 10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah
jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih
besar dari 104. Selama titrasi asam basa, pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara
drastis bila titrannya mencapai titik ekivalen. (Khopkar: 2003)
Di butuhkan 2 macam larutan pada percobaan titrasi, yaitu titran dan anelit.
Titran(larutan penitrasi) merupakan larutan baku yang sudah di ketahui secara pasti
konsentrasinya, biasanya di letakkan di dalam buret (tabung panjang yang memiliki volume
dan kran penetes). Sedangkan anelit (larutan yang di titrasi) adalah larutan yang akan di cari
konsentrasinya namun volumenya harus sudah di ketahui terlebih dahulu dan biasanya di
letakkan di dalam enlenmeyer.
Syarat suatu senyawa dapat di jadikan sebagai titran dan analit :
Reaksi antara titran dan analit harus stoikiometri. Artinya reaksi keduanya dapat di tulis
dalampersamaan reaksi yang telahdi ketahui dengan pasti. Jadi produk reaksi antara titran dan
analit di ketahui secara pasti, sehingga kita dapat menulis dan menyetarakan reaksinya.
Sebagai contoh reaksi antara HCl dan KOH dapat di tulis secara pasti sebagai berikut : HCl +
KOH → KCl + H2O
Reaksi antara titran dan analit harus berlangsung dengan cepat, hal ini untuk memastikan
proses titrasi cepat berlangsung dan titik equivalen (perubahan warna tertentu yang terjadi
saat asam dan basa telah mencapaiperbandingan yang tepat untuk saling menetralkan) cepat
di ketahui.
Tidak ada reaksi lain yang mengganggu reaksi antara titran dan analit. Bila ada zat-zat yang
mengganggu, maka zat tersebut harus di hilangkan. Sebagai contoh, bila kita melakukan
titrasi asam asetat dengan NaOH maka tidak boleh asam lain seperti H2SO4 yang nantinya
akan mengganggu reaksi asam asetat dan NaOH.
Bila reaksi antara titran dan analit telah berjalan dengan sempurna(titran dan analit samasama habisbereaksi) maka harus ada sesuatu yang dapat dipergunakan untuk penanda
keadaan ini. Perubahan ini bisa berupa berubahnya warna larutan, perubahan arus listrik
ataupun perubahan sifat fisik larutan yang lain. Perubahan ini dalam titrasi asam dan basa
bisa dipergunakan indikator tapi yang perlu di ingat jarak antara titik akhir titrasi dengan titik
equivalen harus berdekatan.
Kesetimbangan reaksi harus mengarah jauh ke pembentukan produk sehingga dapat di ukur
secara kuantitatif. Bila reaksi tidak mengarah jauh ke pembentukan produk maka akan sulit
untuk menentukan titik akhir titrasi.
BAB V
KESIMPULAN
Dengan melakukan titrasi, kita dapat menentukan konsentrasi suatu zat dengan
menggunakan indikator asam basa (hingga mencapai warna tertentu) yang ditambahkan pada
larutan lain yang sudah diketahui konsentrasinya dan volumenya.
Penambahan PP pada indikator menyebabkan perubahan warna merah muda pada zat
yang dititrasi ketika larutan itu mencapai titik akhir titrasi.
Normalitas HCl yang kita dapat dalam praktikum ini adalah 0,115 N
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik ALLAH SWT. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya kami mampu menyelesaikan tugas laporan
ini untuk mata kuliah kimia dasar 1.
Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, ditemukan banyak bahan-bahan kimia dari
alam yang bermanfaat dan sangat penting secara ekonomis dapat dibuat dimulai dari bahanbahan baku yang lebih murah dan demikianlah caranya industry kimia mulai berkembang.
Terutama dalam abad ini,ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengembangkan cara-cara
membuat bahan kimia yang baru yang sebelumnya belum pernah ada di bumi.
Disamping keuntungan-keuntungan yang telah diperoleh dari ilmi kimia, kita ingin
mengetahui lebih banyak tentang masalah-masalah yang disebabkannya. Sangat sering kita
mendengar mengenai sisa sampah atau bahan-bahan kimia dalam makanan yang beracun dan
lingkungan yang berpotensi sebagai penyebab kanker. Oleh sebab itu, diantara masalahmasalah yang disebabkan oleh ilmu kimia dan teknologi adalah menciptakan cara-cara untuk
mengontrol dan mengelola limbah yang menyertai produksi dan penggunaan bahan-bahan
yang baru dan berharga ini.
Penyusunan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama
praktikum serta literature-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
S.M Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Holifah. 2010. Larutan Baku Primer. [terhubung berkala]
http://kimiaanalisa.web.id/bagaimana-membuat-larutan-standar/
http://catatankimia.com/catatan/larutan-baku-primer.html
Prafitryane. 2010. Larutan Baku Sekunder (Kimia Analisis Dasar). [terhubung berkala]
indigomorie, 2009. Titrasi Asam Basa [terhubung berkala]
http://kimiaanalisa.web.id/mencari-trayek-ph-indikator-untuk-titrasi-asam-basa/
http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Tujuan
Percobaan
....................................................................................................................................................
1
1.2
Dasar
teori
....................................................................................................................................................
1
BAB II ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat yang digunakan
....................................................................................................................................................
5
2.2 Bahan
....................................................................................................................................................
5
BAB III METODE KERJA
3.1 Pembuatan larutan baku dan titrasi
....................................................................................................................................................
6
BAB IV HASIL PERCOBAAN
4.1 Hasil Pengamatan
....................................................................................................................................................
7
4.2 Pembahasan
....................................................................................................................................................
8
BAB V KESIMPULAN
....................................................................................................................................................
9
DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................................................................................
10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Membuat larutan baku
Menentukan konsentrasi NaOH dengan HCl 0,1 M
1.2 Dasar Teori
Titrasi adalah penentuan kadar suatu larutan yang belum diketahui konsentrasi dengan
cara mengukur volume pereaksi yang diketahui kadarnya yang tepat bereaksi dengan
sejumlah tertentu larutan tersebut.
Titrasi asam basa terbagi dua, yaitu :
1. Asidimetri
Asidimetri adalah penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku
asam.
2. Alkalimetri
Alkalimetri adalah penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku
basa asam.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat
yang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang
menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, senyawa asam mempunyai rasa asam, sedangkan senyawa basa
mempunyai rasa pahit. Namun begitu, tidak dianjurkan untuk mengenali asam dan basa
dengan cara mencicipinya, sebab banyak diantaranya yang dapat merusak kulit (korosif) atau
bahkan bersifat racun. Asam dan basa dapat dikenali dengan menggunakan zat indikator,
yaitu zat yang memberi warna berbeda dalam lingkungan asam dan lingkungan basa (zat
yang warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau bereaksi dengan senyawa asam maupun
senyawa basa).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di
capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik
pada berbagai perubahan pH.
Dalam laboratorium kimia, indikator asam-basa yang biasa di gunakan adalah indikator
buatan dan indikator alami, Berikut ini penjelasan tentang indikator asam-basa buatan dan
indikator asam-basa alami.
• Indikator Buatan
Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium atau
pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri dari lakmus
merah dan lakmus biru, indikator universal, fenolptalin, dan metal jingga.
Indikator universal, fenolptalin, dan metil jingga selain dapat mengidentifikasi sifat
larutan asam basa juga dapat digunakan untuk menentukan derajat keasaman (pH) larutan.
• Indikator Alam
Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya dalam
larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya dilakukan dalam pengujian asam
basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit
buah, dan dedaunan. Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamannya,
misalnya kembang sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna merah dan di dalam
larutan basa akan berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan berwarna merah
keunguan dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau.
Indikator asam-basa adalah senyawa holokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil
ke dalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan
kondisi [pH] larutan tersebut. Berikut contoh indikator asam-basa yang sering digunakan:
1. Kertas lakmus
2. Jingga metil (Methyl orange)
3. Fenolftalein
Berikut rentang pH indikator dari ke-3 contoh tersebut, agar lebih mudah disediakan
dalam bentuk diagram.
Tabel trayek pH dari beberapa indikator buatan
Kisaran pH yang menyebabkan indikator berubah warna disebut trayek pH.
Bila pH < trayek pH maka indikator akan menunjukkan warna asamnya.
Bila pH > trayek pH maka indikator akan menunjukkan warna basanya.
LARUTAN BAKU PRIMER DAN SEKUNDER
Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya.
Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu:
1. Larutan baku primer adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat
konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan
sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam
volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat
larutan baku primer: – mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan(jika mungkin pada suhu
110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. – tidak bersifat higroskopis dan
tidak berubah berat dalam penimbangan di udara. – zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya
dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu. – sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan
massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan. – zat
tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih. – reaksi yang berlangsung dengan
pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung. kesalahan titrasi harus dapat
diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.
2. Larutan baku sekunder adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan
jalan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2 Syarat-syarat larutan baku sekunder: – derajat
kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer – mempunyai BE yang tinggi untuk
memperkecil kesalahan penimbangan – larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
BAB II
ALAT dan BAHAN
2.1
Alat yang Digunakan
Erlenmeyer
Gelas piala
Labu ukur
Bulb
Buret
2.2
Botol semprot
Akuades
Statif
Pipet gondok
Pipet tetes
Corong
Pengaduk gelas
Bahan yang Digunakan
NaOH 0.1 N: 0,4 gr
HCl 10ml
Akuades
Indikator PP
BAB III
METODE KERJA
3.1 Pembuatan Larutan Baku
Gelas piala ditimbang untuk mengetahui berat awal gelas piala yang nanti akan
ditambahkan dengan NaOH padat sebanyak 0,4 gr.
NaOH padat dilarutkan dengan 100 mL akuades untuk mendapatkan larutan standar yang
akan digunakan kemudian dikocok selama 32 kali.
Kemudian dimasukan kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan akuades sampai
menyinggung garis yang ada dileher labu ukur.
3.2 Titrasi
Cucilah buret dengan larutan pencuci, bilaslah dengan larutan standar yang akan di pakai,
yaitu larutan NaOH 0,1 N.
Isilah buret itu dengan larutan standar sampai skala 0
Pakailah pipet gondok untuk mengambil 10 ml HCl 0,1 N yang sudah di buat dari
pengenceran tadi, masukkan HCl ke dalam erlenmeyer. Tambahkan beberapa tetes PP.
Erlenmeyer ini harus di goyang-goyangkan secara perlahan-lahan.
Titrasi dihentikan ketika penambahan setetes NaOH merubah warna menjadi merah sangat
muda yang tak mau hilang pada penggoyangan.
Pekerjaan di ulang selama tiga kali (triplo)
Catat beberapa ml larutan standar yang digunakan dengan melihat batas cairan dalam buret.
Hitung berapa normalitas larutan yang dititrasi.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Pengamatan
Pembuatan larutan NaOH 0.1 N
0,1 N * 40 * 0,1 L
= 0, 4 gram NaOH
Berat beker gelas
= 62,4805 gram
Berat beker gelas + NaOH = 62,8805 gram
NaOH = 0,4 gram
NaOH dilarutkan dalam 100 ml aquades.
Titrasi HCl
Volume HCl
PP
10 ml
3 tetes
10 ml
5 tetes
Rata-rata
Perhitungan normalitas HCl
NaOH
HCL
V1 * N1 = V2*N2
11,5 * 0.1 = 10 * a
a = 11,5 * 0.1
10
= 0.115 N
Jadi, normalitas HCl adalah 0,115 N
NaOH
11 ml
12 ml
11,5 ml
4.2 Pembahasan
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti. Dapat
dibuat dengan cara penimbangan zatnya lalu dilarutkan dalam sejumlah pelarut(air). Dalam
praktik kali ini akan dibuat larutan baku dengan cara melarutkan NaOH padat sebanyak 0,4
gram ke dalam 100 ml akuades. Setelah NaOH padat itu larut semuanya dalam akuades maka
NaOH itu memiliki nilai normalitas seharga 0,1 N.
Dari hasil percobaan pembuatan larutan baku NaOH 0,1 N dibutuhkan NaOH padat
sebanyak 0,4 gram untuk bisa larut dalam 100 mL akuades.
Titrasi adalah penentuan kadar suatu larutan yang belum diketahui konsentrasi dengan
cara mengukur volume pereaksi yang diketahui kadarnya yang tepat bereaksi dengan
sejumlah tertentu larutan tersebut.
Titrasi asam basa dapat memberikan titik pengamatan dengan indicator akhir yang cukup
tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indicator bila pH pada titik ekivalen
antara 4 – 10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah
jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih
besar dari 104. Selama titrasi asam basa, pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara
drastis bila titrannya mencapai titik ekivalen. (Khopkar: 2003)
Di butuhkan 2 macam larutan pada percobaan titrasi, yaitu titran dan anelit.
Titran(larutan penitrasi) merupakan larutan baku yang sudah di ketahui secara pasti
konsentrasinya, biasanya di letakkan di dalam buret (tabung panjang yang memiliki volume
dan kran penetes). Sedangkan anelit (larutan yang di titrasi) adalah larutan yang akan di cari
konsentrasinya namun volumenya harus sudah di ketahui terlebih dahulu dan biasanya di
letakkan di dalam enlenmeyer.
Syarat suatu senyawa dapat di jadikan sebagai titran dan analit :
Reaksi antara titran dan analit harus stoikiometri. Artinya reaksi keduanya dapat di tulis
dalampersamaan reaksi yang telahdi ketahui dengan pasti. Jadi produk reaksi antara titran dan
analit di ketahui secara pasti, sehingga kita dapat menulis dan menyetarakan reaksinya.
Sebagai contoh reaksi antara HCl dan KOH dapat di tulis secara pasti sebagai berikut : HCl +
KOH → KCl + H2O
Reaksi antara titran dan analit harus berlangsung dengan cepat, hal ini untuk memastikan
proses titrasi cepat berlangsung dan titik equivalen (perubahan warna tertentu yang terjadi
saat asam dan basa telah mencapaiperbandingan yang tepat untuk saling menetralkan) cepat
di ketahui.
Tidak ada reaksi lain yang mengganggu reaksi antara titran dan analit. Bila ada zat-zat yang
mengganggu, maka zat tersebut harus di hilangkan. Sebagai contoh, bila kita melakukan
titrasi asam asetat dengan NaOH maka tidak boleh asam lain seperti H2SO4 yang nantinya
akan mengganggu reaksi asam asetat dan NaOH.
Bila reaksi antara titran dan analit telah berjalan dengan sempurna(titran dan analit samasama habisbereaksi) maka harus ada sesuatu yang dapat dipergunakan untuk penanda
keadaan ini. Perubahan ini bisa berupa berubahnya warna larutan, perubahan arus listrik
ataupun perubahan sifat fisik larutan yang lain. Perubahan ini dalam titrasi asam dan basa
bisa dipergunakan indikator tapi yang perlu di ingat jarak antara titik akhir titrasi dengan titik
equivalen harus berdekatan.
Kesetimbangan reaksi harus mengarah jauh ke pembentukan produk sehingga dapat di ukur
secara kuantitatif. Bila reaksi tidak mengarah jauh ke pembentukan produk maka akan sulit
untuk menentukan titik akhir titrasi.
BAB V
KESIMPULAN
Dengan melakukan titrasi, kita dapat menentukan konsentrasi suatu zat dengan
menggunakan indikator asam basa (hingga mencapai warna tertentu) yang ditambahkan pada
larutan lain yang sudah diketahui konsentrasinya dan volumenya.
Penambahan PP pada indikator menyebabkan perubahan warna merah muda pada zat
yang dititrasi ketika larutan itu mencapai titik akhir titrasi.
Normalitas HCl yang kita dapat dalam praktikum ini adalah 0,115 N
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik ALLAH SWT. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya kami mampu menyelesaikan tugas laporan
ini untuk mata kuliah kimia dasar 1.
Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, ditemukan banyak bahan-bahan kimia dari
alam yang bermanfaat dan sangat penting secara ekonomis dapat dibuat dimulai dari bahanbahan baku yang lebih murah dan demikianlah caranya industry kimia mulai berkembang.
Terutama dalam abad ini,ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengembangkan cara-cara
membuat bahan kimia yang baru yang sebelumnya belum pernah ada di bumi.
Disamping keuntungan-keuntungan yang telah diperoleh dari ilmi kimia, kita ingin
mengetahui lebih banyak tentang masalah-masalah yang disebabkannya. Sangat sering kita
mendengar mengenai sisa sampah atau bahan-bahan kimia dalam makanan yang beracun dan
lingkungan yang berpotensi sebagai penyebab kanker. Oleh sebab itu, diantara masalahmasalah yang disebabkan oleh ilmu kimia dan teknologi adalah menciptakan cara-cara untuk
mengontrol dan mengelola limbah yang menyertai produksi dan penggunaan bahan-bahan
yang baru dan berharga ini.
Penyusunan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama
praktikum serta literature-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
S.M Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Holifah. 2010. Larutan Baku Primer. [terhubung berkala]
http://kimiaanalisa.web.id/bagaimana-membuat-larutan-standar/
http://catatankimia.com/catatan/larutan-baku-primer.html
Prafitryane. 2010. Larutan Baku Sekunder (Kimia Analisis Dasar). [terhubung berkala]
indigomorie, 2009. Titrasi Asam Basa [terhubung berkala]
http://kimiaanalisa.web.id/mencari-trayek-ph-indikator-untuk-titrasi-asam-basa/
http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi