PERAWAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM (1)

PERAWAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM

DISUSUN OLEH :
SERVI PERMAI SELA
1515401074

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN DIII KEBIDANAN
TAHUN 2015

1

bnhhm

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas ridho Allah
SWT kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul BERFIKIR KRITIS . Tak ada
gading yang tak retak, dan kita tahu semua walaupun manusia merupakan makhluk yang
sempurna ciptaan Allah SWT dari makhluk lainnya, tetapi tak ada satupun manusia yang tak
luput dari kesalahan, jadi apabila ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf sebesarbesarnya. Kritik dan saran yang mendukung untuk kebaikan makalah ini sangat kami harapkan,

semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, April 2015

Penulis

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.....................................................................................1
B. Karakteristik Berpikir Kritis...................................................................2
C. Fungsi Berpikir Kritis dalam Kebidanan................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Berfikir ................................................................................3
B. Pengertian Berfikir Kritis........................................................................4

C. Tingkatan Berfikir Kritis.........................................................................5
D. Model Berfikir Kritis..............................................................................5
E. Aspek-Aspek Berfikir Kritis...................................................................8
F. Unsur-Unsur Dasar Berfikir Kritis...........................................................9
G. Pentingnya Berfikir Kritis.....................................................................10
H. Cara Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis..................................11
I. Contoh Keterampilan Berfikir Kritis .....................................................12
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan............................................................................................13
B. Kritik & Saran......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

3

4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu

rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari
konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang
selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya
dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan
keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru
dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ideide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir
dan belajar.
Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual,
evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat
menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam
pemikiran yang disiplin dan mandiri.

B. Karakteristik Berpikir Kritis
Karakteristik berpikir kritis adalah :
1.

Konseptualisasi


Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Sedangkan konsep adalah fenomena
atau pandangan mental tentang realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya.
Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi
simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
2.

Rasional dan beralasan.

Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta
fenomena nyata.
3.

Reflektif

Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam berpikir atau
mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya
berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
1

4.


Bagian dari suatu sikap.

Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu
yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain.
5.

Kemandirian berpikir

Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang
lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
6.

Berpikir adil dan terbuka

Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi benar dan
lebih baik.
7.

Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan.


Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta suatu
pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.
C. Fungsi Berpikir Kritis dalam Kebidanan
Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam kebidanan adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas kebidanan sehari-hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam kebidanan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah kebidanan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat
hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam kebidanan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam kebidanan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data kebidanan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas kebidanan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam kebidanan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan kebidanan.


2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Berpikir
Sebelum kita mengetahui apa itu pengertian berpikir kritis ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu
mengenai pengertian berpikir. Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari idea tau gagasan dengan
menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal. Tri Rusmi dalam Perilaku Manusia (1996),
mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/ ingatan, berpikir mengunakan
lambang (visual atau gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan yang disertai proses pemecahan
masalah.
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat keputusan, menarik
kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995 ). Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan
terkoordinasi ( Chaffe, 1994 ). Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif,
pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan
apa yang harus diyakini dan dilakukan ( Katako-Yahiro dan Saylor, 1994). Jadi yang merupakan
pengertian berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi
dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi.
Teknik Berpikir

Berpikir memiliki berbagai macam teknik, antara lain; berpikir austik, berpikir realistic, berpikir kreatif
dan berpikir evaluative.
1.

Berpikir Austik

Pada saat melamun seseorang menghayal dan sering berfantasi memikirkan sesuatu yang terkadang tidak
sesuai dengan keadaan. Setiap orang pernah terlibat dengan cara ini, namun harus selalu terkendali. Oleh
karena itu, berpikir austik sering diidentikkan dengan melamun. Misalnya, seseorang yang berhayal ingin
mempunyai pesawat terbang.
2.

Berpikir Realistic

Berpikir realistic dilakukan oleh seseorang saat menyesuaikan diri dengan situasi yang nyata. Pada
berpikir realistic, seseorang melihat situasi nyata yang ada, kemudian langsung menarik suatu
kesimpulan, selanjutnya direalisasikan pada penaglaman nyata. Hal ini disebut berpikir realistic induktif.
Misalnya, pada kondisi bangun kesiangan saat masuk kuliah pagi, seseorang akan memikirkan alternative
untuk tidak bangun kesiangan. Selanjutnya, jika seseorang berpikir dengan melihat pengalaman
sebelumnya, kemudian menarik suatu kesimpulan dari situasi yang ada, disebut berpikir realistis deduktif.

3.

Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif memerlukan stimulus
atau rangsangan dari lingkungan yang dapat memicu seseorang berkreativitas. Seseorang baru dikatakan
3

berpikir kreatif jika ada perubahan atau menciptakan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif dilakukan
berdasarkan manfaat atau tujuan yang pasti, menyelesaikan dengan baik suatu masalah, dan menghasilkan
ide yang baru atau menata kembali ide lama dalam bentuk baru.
4.

Berpikir Evaluatif

Pada saat seseorang berpikir evaluative, berarti ia mempelajari dan menilai baik buruknya suatu keadaan,
tepat tidaknya suatu gagasan , serta perlu tidaknya perubahan suatu gagasan. Misalnya, ketika seseorang
merencanakan membeli jas baru, keuntungan dan kerugiannya, serta apakahtepat jika membeli jika
kondisi tidak memungkinkan.


B. Pengertian Berpikir Kritis
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan
mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan
kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. ( Pery & Potter,2005). Menurut Bandman
dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan,
pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992), bepikir kritis
adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir
dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan suatu
kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang profesional. Berpikir
kritis akan membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan klien. Berpikir kritis adalah berpikir
dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang membantu individu membuat penilaian berdasarkan data
bukan perkiraan (Alfaro-LeFevre 1995). Berpikir kritis berdasarkan pada metode penyelidikan ilmiah,
yang juga menjadi akar dalam proses keperawatan. Berpikir kritis dan proses keperawatan adalah krusial
untuk keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan
masalah.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat.
Menjadi pemikir kritis adalah sebuah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam
pemikiran yang disiplin dan mandiri. Pengetahuan didapat, dikaji dan diatur melalui berpikir.
Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas-tinggi memerlukan disiplin intelektual,

evaluasi-diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan, dan dukungan (Paul, 1993). Berpikir kritis
mentransformasikan cara individu memandang dirinya sendiri, memahami dunia. dan membuat keputusan
(Chafee 1994).
Jadi yang dimaksud dengan berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan
dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat-tidaknya ataupun layaktidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa secara rasional tentang semua informasi,
masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu
keputusan.

4

Bahwa untuk mendapatkan suatu hasil berpikir yang kritis, seseorang harus melakukan suatu kegiatan
(proses) berpikir yang mempunyai tujuan (purposeful thinking), bukan “asal” berpikir yang tidak
diketahui apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Artinya, walau dalam kehidupan sehari-hari
seseorang sering melakukan proses berpikir yang terjadi secara “otomatis” (misal; dalam menjawab
pertanyaan “siapa namamu?”). Banyak pula situasi yang memaksa seseorang untuk melakukan kegiatan
berpikir yang memang di “rencanakan” ditinjau dari sudut “apa” (what), “bagaimana” (how), dan
“mengapa” (why). Hal ini dilakukan jika berhadapan dengan situasi (masalah) yang sulit atau baru.

C. Tingkatan Berpikir Kritis
Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) mengidentifikasi tiga tingkatan berpikir kritis dalam keperawatan yaitu
tingkat dasar, kompleks dan komitmen.
Pada tingkat dasar seseorang mempunyai kewenangan untuk menjawab setiap masalah dengan benar.
Pemikiran ini harus berdasarkan pada kenyataan yang terjadi dengan berpegang pada berbagai aturan atau
prinsip yang berlaku. Ini adalah langkah awal dalam kemampuan perkembangan member alasan (kataokaYahiro dan Saylor, 1994). Ketika perawat sebagai orang baru yang belum berpengalaman di pelayanan,
berpikir kritisnya dalam melakukan asuhan keperawatan sangat terbatas. Oleh karena itu, ia harus mau
belajar dari perawat lain dan menerima berbagai pendapat dari orang lain.
Pada tingkat kompleks, seseorang akan lebih mengakui banyaknya perbedaan pandangan dan persepsi.
Pengalaman dapat membantu seseorang menambah kemampuannya untuk melepaskan ego atau
kekuasaanya untuk menerima pendapat orang lain kemudian menganalisis dan menguji alternative secara
mandiri dan sistematis. Untuk melihat bagaimana tindakan kebidanan mempunyai keuntungan bagi klien,
bidan dapat mulai mencoba berbagai alternative yang ada dengan membuat rentang yang lebih luas untuk
pencapaiannya. Hal ini membutuhkan lebih dari satu pemecahan masalah untuk setiap masalah yang
ditemukan. Di sini bidan belajar berbagai pendekatan yang berbeda-beda untuk jenis penyakit yang sama.
Pada tingkat komitmen, bidan sudah memilih tindakan apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil
identifikasi dari berbagai alternative pada tingkat kompleks. Bidan dapat mengantisipasi kebutuhan kelien
untuk membuat pilihan-pilihan kritis sesudah menganalisis berbagai manfaat dari alternative yang ada.
Kematangan seorang perawat akan tampak dalam memberikan pelayanan dengan baik, lebih inovatif dan
lebih tepat guna bagi perawatan klien.

D. Model Berpikir Kritis
Kataoka -Yahiro dan Saylor telah mengembangkan suatu model tentang berpikir kritis untuk penilaian
keperawatan. Model ini mendefinisikan hasil dari perpikir kritis sebagai penilaian kebidanan yang relevan
atau sesuai dengan masalah-masalah kebidanan dalam kondisi yang bervariasi. Model ini dirancang untuk
peniaian kebidanan ditingkat pelayanan, pengelolaan dan pendidikan. Ketika seorang perawat berada di
pelayanan, model ini mengemukakan lima komponen berpikir kritis yang mengarahkan bidan untuk
membuat rencana tindakan agar asuhan kebidanan aman dan efektif.

5

1.

Dasar Pengetahuan Khusus

Komponen pertama berpikir kritis adalah dasar pengetahuan khusus perawat dalam keperawatan. Dasar
pengetahuan ini beragam sesuai dengan program pendidikan dasar keperawatan dari jenjang mana
perawat diluluskan, pendidikan berkelanjutan tambahan, dan setiap gelar tingkat lanjut yang didapatkan
perawat.
Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam, humaniora, dan
keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah keperawatan. Informasi tersebut memberikan
data yang digunakan dalam berbagai proses berpikir kritis. Penting artinya bahwa dasar pengetahuan ini
mencakup pendekatan yang menguatkan kemampuan perawat untuk ber[ikir secara kritis tentang masalah
kebidanan.
2.

Pengalaman

Komponen kedua dari model berpikir kritis adalah pengalaman dalam kebidanan. Kecuali bidan
mempunyai kesempatan untuk berpraktik di dalam lingkungan klinik dan membuat keputusan tentang
perawat klien, berpikir kritis tidak akan pernah terbentuk. Ketika bidan harus menghadapi klien,
informasi tentang kesehatan dapat diketahui dari mengamati, merasakan, berbicara dengan klien, dan
merefleksikan secara aktif pada pengalaman.
Pengalaman bidan dalam peraktik klinik akan mempercepat proses berpikir kritis karena ia akan
berhubungan dengan kliennya, melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat
keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan.
Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya dan stimulus yang berasal dari
beberapa sumber belajar. Menurut Rowntree pada proses belajar ada lima jenis stimulus atau rangsangan
yang berasal dari sumber belajar.
a.
Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara manusia baik verbal maupun
nonverbal.
b.
Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang meliputi benda-benda nyata,
peristiwa nyata, binatang nyata, dan sebagainya.
c.

Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang mewakli suatu objek dan peristiwa

d.

Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai macam media.

e.
Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang membantu mengontrol realitas
mengingat bahwa suara senantiasa berlangsung atau jalan terus.
3.

Kompetensi

Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat penilaian
keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi yaitu berpikir kritis umum yang meliputi pengetahuan tentang
metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan pembuatan keputusan., berpikir kritis spesifik dalam situasi
klinis yang meliputi alasan mengangkat diagnose dan membuat keputusan untuk perencanaan tindakan
6

selanjutnya, dan berpikir kritis spesifik dalam keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan
(pengkajian sampai evaluasi).
4.

Sikap untuk Berpikir Kritis

Paul (1993) telah meringkaskan sikap-sikap yang merupakan aspek sentral dari pemikir kritis. Sikap ini
adalah nili yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus menunjukkan
keterampilan kognitif untuk berpikir secara kritis, tetapi juga penting untuk memastikan bahwa
keterampilan ini digunakan secara adil dan bertanggung jawab. Berikut ini contoh sikap berpikir kritis.
1.

Tanggung gugat

Ketika individu mendekati suatu situasi yang membutuhkan berpikir kritis, adalah tugas individu tersebut
untuk “mudah menjawab” apa pun keputusan yang dibuatnya. Sebagai perawat professional, perawat
harus membuat keputusan dalam berespons terhadap hak, kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus
menerima tanggung gugat untuk apapun penilaian yang dibuatnya atas nama pasien.
2.

Berpikir mandiri

Sejalan dengan seseorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru, mereka belajar
mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentang yang luas dan kemudian membuat penilaian mereka
sendiri. Untuk berpikir secara mandiri, seorang menantang cara tradisional dalam berpikir, dan mencari
rasional serta jawaban logis untuk masalah yang ada
3.

Mengambil risiko

Dalam hal ini perawat perlu dibutuhkan niat dan kemauan mengambil risiko untuk mengenali keyakinan
apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan yang didukung oleh
fakta dan dan bukti yang kuat.
4.

Kerendahan hati

Penting untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis menerima bahwa mereka tidak
mengetahui dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat keputusan
yang tepat. Keselamatan dan kesejahteraan klien mungkin berisiko jika perawat tidak mampu mengenali
ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah praktik.
5.

Integritas

Pemikir kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan pribadinya seteliti mereka
menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain. Integritas pribadi membangun rasa percaya dari sejawat
dan bawahan. Orang yang mempunyai integritas dengan cepat berkeinginan untuk mengakui dan
mengevaluasi segala ketidakkonsistenan dalam ide dan keyakinannya.
6.

Ketekunan

Pemikir kritis terus bertekad untuk menemukan solusi yang efektif untuk masalah perawatan klien. Solusi
yang cepat adalah hal yang tidak dapat diterima. Perawat belajar sebanyak mungkin mengenai masalah,
7

mencoba berbagai pendekatan untuk perawatan, dan terus mencari sumber tambahan sampai pendekatan
yang tepat ditemukan.
7.

Kreativitas

Kreativitas mencakup berpikir original. Hal ini berarti menemukan solusi di luar apa yang dilakukan
secara tradisional. Sering kali klien menghadapi masalah yang membutuhkan pendekatan unik.

Standar untuk Berpikir Kritis
Paul (1993) menemukan bahwa standar intelektual menjadi universal untuk berpikir kritis. Standar
professional untuk berpikir kritis mengacu pada kriteria etik untuk penilaian keperawatan dan kriteria
unuk tanggung jawab dan tanggung gugat professional. Penerapan standar ini mengharuskan perawat
menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu atau kelompok. (Kataoka-Yhiro & Saylor, 1994 ).

E. Aspek-Aspek Berpikir Kritis
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku selama proses
berpikir kritis itu berlangsung. Berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek :
1)

Relevance
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.

2)

Importance

Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
3)

Novelty

Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap
menerima adanya ide-ide baru orang lain.
4)

Outside Material

Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan (refrence).
5)

Ambiguity clarified

Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.
6)

Linking ideas

Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang
berhasil dikumpulkan.

8

7)

Justification

Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya.
Termasuk di dalalmnya senantiasa member penjelasan mengenai keuntungan (kelebihan) dan kerugian
(kekurangan) dari suatu situasi atau solusi
8)

Critical assessment

Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi/ masukan yang dating dari dalam dirinya maupun dari
orang lain.
9)

Practical utility

Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan/ kegunaanya dalam penerapan.
10) Width of understanding
Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan isi atau materi diskusi.
Secara garis besar, perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan:
a.

Berpusat pada pertanyaan (focus on question)

b.

Analisa argument (analysis arguments)

c.
Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer questions of clarification
and/or challenge)
d.

Evaluasi kebenaran dari sumber informasi (evaluating the credibility sources of information)

F. Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis
Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang disingkat menjadi FRISCO :
F (Focus): Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa memperjelas
pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu mengenai apa.
R (Reason): Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-putusan yang dibuat
berdasar situasi dan fakta yang relevan.
I (Inference): Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian penting dari langkah
penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan, pertimbangan dari interpretasi
akan situasi dan bukti.
S (Situation): Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu memperjelas
pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci, bagian-bagian yang relevan sebagai
pendukung.

9

C (Clarity): Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.
O (Overview): Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang diambil.
Untuk menilai kemampuan berpikir kritis Watson dan Glaser (1980) melakukan pengukuran melalui tes
yang mencakup lima buah indikator, yaitu mengenal asumsi, melakukan inferensi, deduksi, interpretasi,
dan mengevaluasi argumen. Joko Sulianto (2011) mengatakan bahwa kemampuan berpikir kritis sebagai
bagian dari keterampilan berpikir perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, sebab banyak sekali
persoalan-persoalan dalam kehidupan yang harus dikerjakan dan diselesaikan.

G. Pentingnya Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan hal penting yang harus lakukan diantaranya karena:
1. Berpikir kritis memungkinkan siswa memanfaatkan potensi seseorang dalam melihat masalah,
memecahkan masalah, menciptakan, dan menyadari diri.
2. Berpikir kritis merupakan keterampilan universal. Kemampuan berpikir jernih dan rasional diperlukan
pada pekerjaan apapun, ketika mempelajari bidang ilmu apapun, untuk memecahkan masalah apapun, jadi
merupakan aset berharga bagi karir seorang.
3. Berpikir kritis sangat penting di era informasi dan teknologi. Seorang harus merespons perubahan
dengan cepat dan efektif, sehingga memerlukan keterampilan intelektual yang fleksibel, kemampuan
menganalisis informasi, dan mengintegrasikan berbagai sumber pengetahuan untuk memecahkan
masalah.
4. Berpikir kritis meningkatkan keterampilan verbal dan analitik. Berpikir jernih dan sistematis dapat
meningkatkan cara mengekspresikan gagasan, berguna dalam mempelajari cara menganalisis struktur
teks dengan logis, meningkatkan kemampuan untuk memahami.
5. Berpikir kritis meningkatkan kreativitas. Untuk menghasilkan solusi kreatif terhadap suatu masalah
tidak hanya perlu gagasan baru, tetapi gagasan baru itu harus berguna dan relevan dengan tugas yang
harus diselesaikan. Berpikir kritis berguna untuk mengevaluasi ide baru, memilih yang terbaik, dan
memodifikasi bisa perlu.
6. Berpikir kritis penting untuk refleksi diri. Untuk memberi struktur kehidupan sehingga hidup menjadi
lebih berarti (meaningful life), maka diperlukan kemampuan untuk mencari kebenaran dan merefleksikan
nilai dan keputusan diri sendiri. Berpikir kritis merupakan meta-thinking skill, ketrampilan untuk
melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap nilai dan keputusan yang diambil, kemudian dalam konteks
membuat hidup lebih berarti yaitu melakukan upaya sadar untuk menginternalisasi hasil refleksi itu ke
dalam kehidupan sehari-hari.

10

H. Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Di dalam kelas atau ketika berinteraksi dengan orang lain, cara-cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan berpikir kritis adalah:
1. Membaca dengan kritis
Untuk berpikir secara kritis seseorang harus membaca dengan kritis pula. Dengan membaca secara kritis,
diterapkan keterampilan-keterampilan berpikir kritis seperti mengamati, menghubungkan teks dengan
konteksnya, mengevaluasi teks dari segi logika dan kredibilitasnya, merefleksikan kandungan teks dengan
pendapat sendiri, membandingkan teks satu dengan teks lain yang sejenis.
2. Meningkatkan daya analisis
Dalam suatu diskusi dicari cara penyelesaian yang baik, untuk suatu permasalahan, kemudian
mendiskusikan akibat terburuk yang mungkin terjadi.
3. Mengembangkan kemampuan observasi atau mengamati
Dengan mengamati akan didapat penyelesaian masalah yang misalnya menghendaki untuk menyebutkan
kelebihan dan kekurangan, pro dan kontra akan suatu masalah, kejadian atau hal-hal yang diamati.
Dengan demikian memudahkan seseorang untuk menggali kemampuan kritisnya.
4. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi
Pengajuan pertanyaan yang bermutu, yaitu pertanyaan yang tidak mempunyai jawaban benar atau salah
atau tidak hanya satu jawaban benar, akan menuntut siswa untuk mencari jawaban sehingga mereka
banyak berpikir.

Dari hasil penelitian, L. M. Sartorelli dan R. Swartz dalam Hassoubah (2004: 96-110), beberapa cara
meningkatkan keterampilan berpikir kritis diantaranya adalah dengan meningkatkan daya analisis dan
mengembangkan kemampuan observasi/mengamati.
Menurut Christensen dan Marthin dalam Redhana (2003: 21) bahwa strategi pemecahan masalah dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan siswa dalam mengadaptasi situasi
pembelajaran yang baru. Tyler dalam Redhana (2003: 21) berpendapat bahwa pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan
masalah akan meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

11

I. Tabel Contoh-Contoh Keterampilan Berpikir Kritis

Tingkatan/Jenis Keterampilan
Berpikir Kritis

Contoh Keterampilan Berpikir Kritis

1. Mengidentifikasi isu sentral atau masalah.

Mendefinisikan dan Mengklarifikasi
Masalah

2. Mengkomparasi persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan.
3. Menentukan manakah informasi yang relevan.
4. Memformulasi pertanyaan-pertanyaan dengan
tepat.

1. Membedakan antara fakta, opini, dan keputusan
logis.
2. Mengecek konsistensi.
Menentukan Informasi-Informasi yang
Relevan dengan Masalah

3. Mengenali stereotip dan klise.
4. Mengenali bias, faktor-faktor emosional,
propaganda, dan istilah semantik.
5. Mengenali nilai sistem dan ideologi yang
berbeda.

1. Mengenali ketepatan data.
Menyelesaikan Masalah /
Menggambarkan Konklusi

2. Memprediksi kemungkinan-kemungkinan
konsekuensi

12

13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berpikir kritis adalah salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam
pembentukan sistem konseptual siswa.
Kemapuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,
pekerjaan dan efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Berpikir secara kritis menantang individu untuk menelaah asumsi tentang informasi terbaru
dan untuk menginterprestasikan serta mengevaluasi uraian dangan tujuan mencapai simpulan
suatu perspektif baru.
B. Saran
Sebaiknya kita sebagai seorang individu atau seorang perawat bisa berpikir secara kritis,
sehingga dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Serta dapat menyelesaikan
masalah dengan baik.

14

DAFTAR PUSAKA

http://ediconnect.blogspot.com/2012/03/teori-belajar-berpikir-kritis.html
http://wonderfulmidwife.blogspot.com/2013/04/definisi-bidan-dan-filosofi-dalam.html
Nur, Indah. 1990. Berfikir Kritis dalam kehidupan Sehari-hari. Bandung. Media Bersama
http://www.academia.edu/6749060/BERFIKIR_KRITIS_DALAM_KEPERAWATAN_BAB_I_PENDAH
ULUAN

15