MANAJEMEN PENERIMAAN BAHAN MAKANAN DI IN

MANAJEMEN PENERIMAAN BAHAN MAKANAN DI INSTALASI GIZI
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN 2014
THE MANAGEMENT OF FOOD RECEIVING AT NUTRITION INSTALLATION
OF GENERAL HOSPITAL IN PROVINCE NUSA TENGGARA BARAT
2014
Yuliana
Program Studi DIII, Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Mataram
Nusa Tenggara Barat
(e-mail : yulianapoltekk@yahoo.co.id)
ABSTRACT
Background : The quality and safety of a food product depend on the quality and safety of raw
materials used (Kemenkes, 2013). Receiving is a process in the foodservice system that control the
delivered items is the same in quality and quantity with what has been previously agreed.
Objective : To know The Management of Receiving Food at Nutrition Installation of Generall Hospital
in Province Nusa Tenggara Barat on 2014
Methods : The design of this research is an observational descriptive with variable The Management
of Receiving Food that decomposed into Input, Process and Output. The component of Input are
Receiver of the food, Facility and Document of receiving food. The component of Process are
Schedule, and Step of Accepted Food. The component of Output is available of food which is type,
quantity, quality and time delivered same as the order and the specification.

Results : Receiving food at Nutrition Installation of General Hospital in Province Nusa Tenggara Barat
carried by an Assistant of Storage in the entrance area of nutrition installation by using scale and cart.
This activity done every day at 06.30 till 11:00 AM with used conventional method. The accuracy
percent of the receiving food in term of type and quality is 93.88%, in term of the quantity is 58.50%
and in term of time is 54.42%.
Conclusion : The Management of Receiving Food at Nutrition Installation of General Hospital in
Province Nusa Tenggara Barat has not worked optimally. Based on the result of observation the
percent accuracy of receiving food has an average 46.26% is still far from the standard of the Guide
Nutrition Care in Hospital (PGRS) on 2013.
Keywords: Management, Receiving, Food, Hospital

PENDAHULUAN
Penyelenggaraan makanan di rumah
sakit merupakan penyelenggaraan makanan
institusi yang sangat penting. Hal ini berkaitan
dengan konsumen yang dilayani adalah orang
sakit (Moehyi, 1992). Instalasi gizi sebagai unit
produksi makanan bertangung jawab untuk
menyediakan makanan bagi pasien untuk
mempercepat proses kesembuhan (Halim

Kusnadi, 2013).
Manajemen dalam penyelenggaraan
makanan adalah prinsip yang harus diterapkan
oleh instalasi gizi. Penyelenggaraan makanan
yang dilaksanakan dengan dasar manajemen
yang baik, diharapkan dapat menghasilkan
produk makanan bermutu dan sesuai dengan

kebutuhan pasien (Rachmat, 2004 dalam Jufri
dkk, 2012).
Mutu dan keamanan suatu produk
makanan sangat bergantung pada mutu dan
keamanan bahan baku yang digunakan
(Kemenkes,
2013).
Kegiatan
dalam
penyelenggaraan makanan yang berfungsi
untuk mengontrol kualitas bahan makanan
adalah penerimaan bahan makanan.

Menurut Maya Riqi Ratna (2009)
penerimaan
bahan
makanan
dapat
digolongkan sebagai salah satu pengawasan
yang
dilakukan
pada
awal
kegiatan
penyelenggaraan makanan.
Berdasarkan hasil penelitian Maya Riqi
Ratna (2009) di Rumah Sakit Ortopedi, dan
Jusniati Jufri, dkk (2012) di Rumah Sakit Lanto

1

Dg. Pasewang diketahui bahwa proses
penerimaan di dua rumah sakit tersebut belum

sesuai dengan buku PGRS (Pedoman
Pelayanan Gizi Rumah Sakit). Ada bahan
makanan yang tidak ditimbang dan diperiksa
spesifikasi.
Berdasarkan hasil observasi selama tiga
hari di RSUP NTB (Rumah Sakit Umum
Provinsi Nusa Tenggara Barat), terdapat
beberapa hal dalam kegiatan penerimaan
bahan makanan yang tidak sesuai dengan
buku PGRS. Ada bahan makanan yang tidak
diperiksa spesifikasi dan ada bahan makanan
yang tidak datang pada jadwal yang telah
disepakati.

4. Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN

5. Instrumen


1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Instalasi
Gizi RSUP NTB pada Bulan Juli Tahun
2014 selama satu siklus menu (5 hari)
yang pengambilan harinya dilakukan
secara acak.
2. Desain dan Variabel Penelitian
Desain yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
deskriptif
observasional dengan variabel penelitian
adalah manajemen penerimaan bahan
makanan
yang
diuraikan
kedalam
masukan, proses dan keluaran.
Masukan

dalam
kegiatan
penerimaan bahan makanan meliputi : 1)
Tenaga ; tim penerimaan bahan makanan,
2) Sarana dan prasarana ; ruang
penerimaan
bahan
makanan
dan
peralatan yang digunakan, 3) Dokumen ;
daftar
pesanan,
spesifikasi
bahan
makanan.
Proses penerimaan bahan makanan
merupakan
meliputi
:
1)

jadwal
penerimaan, 2) metode dan
langkah
penerimaan, 3) daftar jenis dan jumlah
bahan makanan yang diterima
Keluaran dalam kegiatan penerimaan
bahan makanan adalah tersedianya bahan
makanan yang tepat jenis, jumlah dan
kualitas serta dengan waktu penerimaan
yang tepat.

Data Sekunder meliputi :
a. Gambaran umum lokasi penelitian
“Instalasi Gizi RSUP NTB”
b. Siklus menu
c. Daftar pesanan bahan makanan
d. Spesifikasi bahan makanan

Pengumpulan
data

primer
dilakukan dengan metode pengamatan
dan wawancara, sedangkan pengumpulan
data sekunder dilakukan dengan cara
mengutip dari dokumen yang dimiliki oleh
Instalasi Gizi RSUP NTB.

Instrumen dalam penelitian ini
adalah pedoman wawancara, formulir
penerimaan bahan makanan dan alat tulis
berupa buku catatan dan pulpen untuk
mencatat
hasil
pengamatan
dan
wawancara. Selain itu juga diperlukan
kamera
untuk
mendokumentasikan
kegiatan penelitian

6. Cara Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang diperoleh dari hasil
pengamatan,
catatan
lapangan,
wawancara, dan sumber data lainnya di
kumpulkan, kemudian diolah dengan
mengelompokan data, menyusun kedalam
pola yang berstruktur, memilih mana yang
penting dan yang akan dibahas, kemudian
menarik kesimpulan dari hasil penelitian.
Data akan disajikan dalam bentuk
kalimat deskriptif yang terstruktur dan
disusun di Ms. Word, serta dilengkapi
dengan data pendukung yang disajikan
dalam bentuk tabel, grafik dan gambar
agar lebih mudah dipahami oleh pembaca.
HASIL PENELITIAN
Masukan Penerimaan Bahan Makanan
1. Tim Penerimaan Bahan Makanan


3. Data yang Dikumpulkan
Data Primer
Manajemen
penerimaan
bahan
makanan di Instalasi Gizi RSUP NTB yang
meliputi : Masukan, Proses dan Keluaran.

2

Kegiatan
penerimaan
bahan
makanan di RSUP NTB melibatkan Panitia
Penerima Barang/Jasa Non-Medis yang
berjumlah 3 orang serta 1 orang Pembantu
Pejabat Penyimpanan Barang di Instalasi
Gizi yang bekerja berdasarkan Surat
Keputusan Direktur RSUP NTB No.

800.05/11/RSUP dan No. 188/047/RSUP.
Panitia
penerima
melakukan
pengecekkan setelah bahan makanan di
terima oleh petugas penerima. Kegiatan
penerimaan bahan makanan sehari-hari
dilakukan oleh seorang Petugas Pembantu
Pejabat Penyimpanan Barang di Instalasi
Gizi yang berdasarkan Surat Keputusan
No. 188/047/RSUP memiliki tugas :
a. Menerima barang bahan makanan
basah setiap hari
b. Mengeluarkan barang makanan kering
dan basah setiap hari sesuai dengan
bon amprahan gizi
c.

Mencatat barang keluar dan masuk
setiap hari pada buku penerimaan dan
pengeluaran harian

d. Mencatat
pada laporan bulanan
penerimaan dan pengeluaran tiap bulan
bahan makanan basah/kering.
e. Membuat laporan tiap tiga bulan untuk
laporan triwulan
f.

Melakukan pengisian kartu barang
pada masing-masing item barang

g. Menyimpan arsip/dokumen
pengadaan gizi

khusus

h. Menjaga kebersihan dan kerapian
barang-barang yang ada di instalasi gizi
2. Sarana dan Prasarana
Bahan Makanan

Penerimaan

a. Ruang Penerimaan Bahan Makanan
Ruang
penerimaan
bahan
makanan di Instalasi Gizi RSUP NTB
adalah area di depan pintu masuk
instalasi gizi yang memiliki luas ± 3 m 2
dengan P = ± 2,4 m2 dan L = 1,2 m2 .

Gambar 1. Ruang Penerimaan Bahan
Berdasarkan gambar 1, diketahui
bahwa tempat yang digunakan sebagai
ruang penerimaan bahan makanan di
RSUP NTB adalah area di depan pintu
keluar masuk di instalasi gizi. Ruang
tersebut menjadi pintu akses awal untuk
seluruh kegiatan di instalasi gizi, mulai
dari penerimaan bahan makanan, jalur
masuk keluarnya bagi karyawan dan
jalur distribusi makanan.
b. Peralatan di Ruang Penerimaan
Bahan Makanan
Peralatan yang terdapat di ruang
penerimaan bahan makanan di Instalasi
Gizi RSUP NTB adalah 1 buah
timbangan dengan kapasitas 50 kg dan
2 buah troli sebagai alat angkut bahan
makanan.

Gambar 2. Peralatan penerimaan
bahan makanan
Berdasarkan gambar 6, diketahui
bahwa peralatan yang digunakan ada 2
jenis. Hal ini menunjukkan bahwa
peralatan penerimaan bahan makanan
RSUP NTB baru mencapai 20% dari
standar dalam buku PGRS tahun 2013.
3. Dokumen
Dokumen yang diperlukan dalam
kegiatan penerimaan bahan makanan,
meliputi : daftar pesanan bahan makanan
dan spesifikasi bahan makanan.
a. Daftar Pesanan Bahan Makanan
Daftar pesanan bahan makanan di
Instalasi Gizi RSUP NTB dibedakan atas
jenis bahan makan yang dipesan dan
waktu kedatangannya. Daftar pesanan
bahan makanan yang ada digunakan di
Instalasi Gizi RSUP NTB :
1) Daftar Pesanan Bahan Makanan
Basah
2) Daftar Pesanan Bumbu

3

3) Daftar Pesanan Bahan Makanan
Kering
b. Daftar Spesifikasi Bahan Makanan
Spesifikasi bahan makanan adalah
standar
bahan
makanan
yang
ditetapkan oleh instalasi gizi sesuai
dengan ukuran, bentuk, penampilan dan
kualitas (Kemenkes, 2013). Setiap
institusi memiliki standar spesifikasi
bahan makanan yang berbeda satu
dengan lainnya dan telah disesuaikan
dengan kebutuhan dan tujuan institusi.
RSUP NTB juga memiliki spesifikasi
bahan makanan yang disesuaikan
dengan daftar pesanan.
Proses Penerimaan Bahan Makanan
1. Jadwal Penerimaan Bahan Makanan
Secara garis besar penerimaan
bahan makanan di Instalasi Gizi RSUP
NTB dilakukan setiap hari pada pukul
06.30 – 11.00 WITA. Penerimaan untuk
bahan makanan basah dilakukan setiap
hari, bumbu 1 kali per minggu dan bahan
makanan kering 2-3 kali per bulan.

3) Bahan
makanan
yang
telah
ditimbang dan dicatat beratnya
diletakkan pada troli untuk disalurkan
ke ruang penyimpanan.
Proses
penerimaan
bahan
makanan dilakukan 3-5 kali dalam
sehari, hal ini karena bahan makanan
diantarkan menggunakan sepeda motor
yang memiliki kapasitas terbatas,
sehingga memerlukan beberapa kali
proses pengantaran.
Bahan makanan yang sudah
ditimbang, tidak semuanya langsung
diletakkan ditroli dan disalurkan ke
ruang penyimpanan. Bahan makanan
seringkali diletakkan di atas lantai
karena ketidaktersediaan fasilitas (rak
bahan makanan) serta menunggu
petugas untuk menyalurkan ke ruang
penyimpanan.

1 Juli

2 Juli

a. Metode Penerimaan Bahan Makanan
Metode
penerimaan
bahan
makanan di Instalasi Gizi RSUP NTB
adalah metode konvensional. Petugas
membawa daftar pesanan yang akan
diterima, apabila ada bahan makanan
yang tidak sesuai, maka petugas harus
mencatat dan mengembalikan kepada
rekanan. Namun, selama pengamatan
belum ada bahan makanan yang
dikembalilkan meskipun jenis, jumlah
dan kualitas serta jadwal penerimaan
tidak sesuai dengan daftar pesanan dan
spesifikasi yang disepakati.
b. Langkah Penerimaan Bahan Makanan
Langkah
penerimaan
bahan
makanan di Instalasi Gizi RSUP NTB
adalah :
1) Bahan makanan
ditimbang

yang

5 Juli

5 Juli

6 Juli

8 Juli

Gambar 3. Bahan makanan diletakkan
di atas lantai
Berbeda dengan bahan makanan
basah yang ditimbang, bahan makanan
kering
yang
datang
langsung
dimasukkan ke gudang penyimpanan
kering. Pemeriksaan yang dilakukan
adalah pemeriksaan jenis, jumlah dan
tanggal kadaluarsa dari kemasan yang
digunakan. Bahan makanan kering
disalurkan langsung oleh petugas
pengantar ke gudang penyimpanan.

datang

2) Berat dari bahan makanan yang
diterima
dicatat
pada
formulir
penerimaan bahan makanan

4

Gambar 4. Penerimaan Bahan
makanan Kering

spesifikasi,
jumlah,
dan
penerimaan bahan makanan.

1) Ketepatan
Penerimaan
Bahan
Makanan Berdasarkan Jenis dan
Spesifikasi
Penerimaan bahan makanan
dikatakan tepat apabila bahan
makanan yang diterima sesuai
dengan jenis dan spesifikasi yang
telah ditetapkan. Apabila salah
satunya tidak tepat, dikatakan tidak
tepat.

c. Hasil Analisa Ketepatan Penerimaan
Bahan Makanan
Analisa ketepatan dilakukan pada
penerimaan bahan makanan basah
yang diterima setiap hari. Analisa
ketepatan penerimaan bahan makanan
meliputi ketepatan dari segi jenis &

Tabel 1. Ketepatan Penerimaan Berdasarkan
Jenis dan Spesifikasi

Tanggal
pengamatan
1 juli
2 juli
5 juli
6 juli

Jenis

n
35
21
23
29

%
95
95
92
91

Tidak
tepat
n
%
2
5
1
5
2
8
3
9

30

97

1

Tepat

Total
N
37
22
25
32

%
100
100
100
100

31

100

8
j
u
l
i
Total

138

94

9

3

6

147

100

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa
persentase ketepatan penerimaan bahan
makanan dari segi jenis dan spesifikasi bahan
makanan adalah 93.88%, lebih tinggi dari yang
tidak tepat yaitu 6.12 %.

Gambar 5. Bahan Makanan yang Tidak
Sesuai dengan Spesifikasi
2) Ketepatan Penerimaan Bahan Makanan
Berdasarkan Jumlah

waktu

Penerimaan
bahan
makanan
dikatakan tepat apabila bahan makanan
yang diterima sesuai dengan jumlah yang
terdapat dalam daftar pesanan.
Tabel 2. Ketepatan Penerimaan Bahan
Makanan Berdasarkan Jumlah
Tanggal
pengamatan
1 juli
2 juli
5 juli
6 juli

Jenis
Tepat
n
25
12
12
20

%
68
55
48
63

Tidak
tepat
n
%
12 32
10 45
13 52
12 38

Total
n
37
22
25
32

%
100
100
100
100

8
j
u
l
i
17 55 14 45 31 100
Total
86 59 61 42 147 100
Berdasarkan tabel 2, diketahui
bahwa persentase ketepatan penerimaan
bahan makanan dari segi jumlah adalah
58.50%. Artinya, setengah dari semua jenis
bahan makanan basah yang diterima
memiliki jumlah yang tidak sesuai dengan
daftar pesanan.
Ketidaktepatan
jumlah
bahan
makanan yang diterima berupa :
1. Bahan makanan yang diterima lebih
banyak dari jumlah yang dipesan,
seperti kentang, timun, kool dan tomat
pada tanggal 1 dan 6 juli.
2. Bahan makanan yang diterima dalam
jumlah yang lebih sedikit dari jumlah
yang dipesan, seperti melon pada

5

tanggal 6 juli, daging sapi pada tanggal
8 juli.
3. Serta ada bahan makanan yang tidak
diterima sesuai dengan jadwal dalam
daftar pesanan, seperti : semangka
yang seharusnya diterima tanggal 2,
diterima pada tanggal 1.
3) Ketepatan Penerimaan Bahan Makanan
Berdasarkan Waktu
Penerimaan
bahan
makanan
dikatakan tepat apabila bahan makanan
yang diterima pada tanggal yang sesuai
dengan yang terdapat dalam daftar
pesanan.
Tabel 3. Ketepatan Penerimaan Bahan
Makanan Berdasarkan Waktu
Tanggal
pengamatan

Jenis
Tepat

Tidak
tepat

Total

1 juli
2 juli
5 juli
6 juli

n
24
12
10
17

%
65
55
40
53

n
13
10
15
15

%
35
45
60
47

N
37
22
25
32

%
100
100
100
100

17
80

55
54

14
67

45
46

31
147

100
100

8
j
u
l
i
Total

Berdasarkan tabel 3, diketahui
bahwa persentase ketepatan penerimaan
bahan makanan berdasarkan waktu
penerimaan adalah 54.42%. Artinya,
setengah dari semua jenis bahan makanan
basah yang diterima tidak sesuai dengan
jadwal dalam daftar pesanan.

Keluaran Penerimaan Bahan Makanan
Keluaran penerimaan bahan makanan
dilihat dari besarnya pencapaian ketepatan
bahan makanan dari segi jenis, jumlah dan
kualitas serta didatangkan pada waktu yang
tepat.
Penerimaan bahan makanan dikatakan
tepat apabila, dari segi jenis, jumlah, kualitas
dan waktu penerimaan bahan makanan sesuai
dengan daftar pesanan yang telah ditetapkan.
Sedangkan, apabila ada salah satu dari jenis,
jumlah, kualitas dan waktu pesanan tidak
sesuai dengan daftar pesanan, penerimaan
bahan makanan dikatakan tidak tepat.

Berdasarkan grafik 1, diketahui bahwa
selama 5 hari pengamatan, presentase
ketepatan bahan makanan yang diterima
mengalami fluktuasi dengan nilai rata-rata
46.26%. Persentase ketepatan paling tinggi
pada tanggal 1 juli sebesar 59% dan paling
rendah pada tanggal 5 juli yakni 28%.
Hasil di atas menunjukkan bahwa
tingkat pencapaian kegiatan penerimaan
bahan makanan adalah rendah atau belum
mencapai standar yang ditetapkan yakni 100%
(semua bahan makanan yang diterima harus
sesuai dengan daftar pesanan dan spesifikasi
yang telah ditetapkan).
PEMBAHASAN
Masukan Penerimaan Bahan Makanan

Grafik 1. Perkembangan Ketepatan
Penerimaan Bahan Makanan

1. Tim Penerima Bahan Makanan
Kegiatan
penerimaan
bahan
makanan di RSUP NTB melibatkan panitia
penerima barang/jasa non-medis yang
berjumlah 3 orang serta 1 orang pembantu
pejabat penyimpanan barang di Instalasi
Gizi yang bekerja berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Provinsi NTB No. 800.05/11/RSUP dan
No. 188/047/RSUP.

6

Dalam kegiatan penerimaan bahan
makanan, tidak ada ahli gizi yang masuk
sebagai salah satu tim penerima bahan
makanan. Instalasi gizi hanya berperan
sebagai pengguna dan pembuat RAB
serta spesifikasi bahan makanan, namun
tidak turun langsung dalam kegiatan
penerimaan bahan makanan.
Menurut Sjahmien Moehyi (1992),
penerimaan bahan makanan dilakukan
oleh Tim Penerima dengan jumlah anggota
berkisar antara 3 sampai 5 orang. RSUP
NTB memiliki Tim Penerima Bahan
Makanan yang berjumlah 4 orang dengan
rincian 3 orang panitia penerima dan 1
orang petugas penerima.
Dalam
pelaksanaan
kegiatan
penerimaan bahan makanan di RSUP
NTB hanya dilakukan oleh 1 orang yaitu
pembantu pejabat penyimpanan barang di
instalasi gizi. Hal ini kurang sesuai dengan
standar. Idealnya penerimaan bahan
makanan dilakukan oleh minimal 3 orang.
Masing-masing orang memiliki tugas untuk
memeriksa kuantitas dan kualitas dari
setiap bahan makananan yang akan
diterima.
Apabila
kegiatan
penerimaan
bahan makanan dilakukan oleh satu orang
saja, maka kegiatan penerimaan bahan
makanan tidak dapat berjalan optimal. Hal
ini karena, petugas penerima harus
bertanggung jawab untuk memeriksa
kuantitas dan kualitas setiap bahan
makanan yang akan diterima. Lebih lanjut
dijelaskan oleh Baltzer, 1992 dalam H.A.
Rahmy, 2011 bahwa Setiap makanan yang
ditentukan oleh berat harus ditimbang.
Produk segar dan beku harus diperiksa
untuk kualitas. Pengiriman tidak boleh
diterima
tanpa
memverifikasi
atau
menghitung, berat kualitas, dan harga
setiap jenis bahan makanan.
Salah satu hal yang harus
diperhatikan pula adalah keterlibatan ahli
gizi dalam kegiatan penerimaan bahan
makanan. Hal ini diperlukan, karena
instalasi gizi sebagai pengguna dan
pembuat spesifikasi bahan makanan
adalah yang paling tahu bagaimana,
seberapa banyak dan kapan bahan
makanan tersebut disedikan. Ahli gizi juga
dapat berperan sebagai pengontrol dalam
kegiatan penerimaan bahan makanan.
2. Sarana dan Prasarana Penerima Bahan
Makanan

Sarana dan prasarana yang
diperlukan
dalam
penyelenggaraan
makanan meliputi ketersediaan ruangan
dan peralatan untuk masing-masing
kegiatan
dalam
penyelenggaraan
makanan. Salah satu kegiatan dalam
penyelenggaraan
makanan
yang
memerlukan sarana dan prasarana khusus
adalah kegiatan penerimaan bahan
makanan.
a. Ruang Penerimaan Bahan Makanan
Ruang
penerimaan
bahan
makanan idealnya adalah tempat yang
secara
spesifik
digunakan
untuk
menerima dan mengontrol barang yang
telah dipesan oleh bagian pembelian.
Pemeriksaan terhadap barang yang
masuk meliputi : berat, suhu, kuantitas,
ukuran, dan kualitas barang (Depkes
RI, 2009 dalam H.A. Rahmy, 2011).
Tempat yang digunakan sebagai
ruang penerimaan bahan makanan di
RSUP NTB adalah area yang terdapat
di depan pintu keluar masuk di instalasi
gizi.
Apabila dilihat dari segi letak
ruangan, ruang penerimaan di RSUP
NTB memiliki letak yang mudah dicapai
kendaraan dan dekat dengan ruang
penyimpanan. Hal ini sesuai dengan
ketentuan dalam buku PGRS 2013 yang
menyatakan bahwa sebaiknya letak
ruang penerimaan bahan makanan
adalah mudah dicapai kendaraan, dekat
dengan ruang penyimpanan dan
persiapan bahan makanan.
Apabila dilihat dari segi luas
ruangan, ruang penerimaan bahan
makanan di Instalasi Gizi RSUP NTB
memilliki luas ± 3 m2. Luas tersebut
masih jauh dari standar seharusnya,
dimana dalam buku PGRS 2013
disebutkan
bahwa
luas
ruang
penerimaan bahan makanan adalah 16
m2.
Apabila dilihat dari segi fungsi dan
penataan ruangan, ruang penerimaan
tersebut belum sesuai dengan standar.
Fungsi ruang penerimaan bahan
makanan di RSUP NTB tidak hanya
digunakan untuk penerimaan bahan
makanan saja, ruangan ini juga

7

digunakan sebagai jalur keluar masuk
karyawan serta jalur distribusi makanan.
Ketidaksesuaian
ruang
penerimaan bahan makanan yang telah
dapat
mempengaruhi
proses
penerimaan bahan makanan secara
keseluruhan.
Penerimaan
bahan
makanan menjadi kurang optimal dan
dapat terganggu dengan adanya lalu
lalang karyawan dan troli distribusi
disekitar area penerimaan. Selain itu,
kontaminasi dari berbagai bahaya fisik
dan mikrobiologis untuk bahan makanan
semakin
besar.
Hal
ini
dapat
mempengaruhi mutu dan keamanan dari
bahan makanan yang diterima.
b. Peralatan
Makanan

Penerimaan

Bahan

Peralatan peralatan penerimaan
bahan makanan RSUP NTB baru
mencapai 20% dari standar peralatan
berdasarkan PGRS tahun 2013.
Menurut buku PGRS Tahun 2013,
peralatan yang seharusnya terdapat
dalam
ruang
penerimaan
bahan
makanan yaitu : rak bahan makanan,
timbangan kap. 20-300 Kg, kereta
angkut, pembuka botol, penusuk beras,
pisau, kontainer, alat penguji kualitas
telur, lemari arsip, APAR.
Ketidaklengkapan peralatan di
ruang penerimaan disebabkan oleh
belum adaya suatu ruang khusus yang
difungsikan
untuk
melaksanakan
kegiatan penerimaan bahan makanan.
Sehingga, penataan dan penyimpanan
peralatan penerimaan bahan makanan
belum dapat dilaksanakan.
c. Dokumen Penerima Bahan Makanan
Dokumen yang digunakan dalam
kegiatan penerimaan bahan makanan di
RSUP NTB meliputi : daftar pesanan
bahan makanan dan spesifikasi bahan
makanan. serta formulir penerimaan
bahan makanan. Hal ini telah sesuai
dengan prasyarat penerimaan bahan
makanan menurut buku PGRS Tahun
2013.
Prasyarat penerimaan bahan
makanan menurut buku Pedoman
Pelayan Gizi Rumah Sakit Tahun 2013

adalah : tersedianya daftar pesanan
bahan makanan dan spesifikasi bahan
makanan yang telah di tetapkan.
Dalam proses penerimaan bahan
makanan, petugas penerima mengecek
jenis dan jumlah bahan makanan yang
akan diterima berdasarkan daftar
pesanan. Oleh karena itulah, dalam
proses penerimaan bahan makanan,
daftar ini harus senantiasa digunakan.
Pada kegiatan penerimaan bahan
makanan, petugas penerima tetap
membawa
daftar
pesanan
dan
penerimaan bahan makanan yang
diletakkan dalam satu map.Namun,
pada pelaksanaannya, jenis dan jumlah
bahan makanan yang diterima tidak
selalu sesuai dengan yang terdapat
dalam daftar pesanan.
Pihak
rekanan
sering
mendatangkan bahan makanan secara
sekaligus. Bahan makanan seharusnya
datang lebih dari 1 kali dalam satu siklus
didatangkan 1 kali saja dengan jumlah
yang sekaligus banyak. Sebagai contoh
misalnya kentang dalam daftar pesanan
dipesan setiap hari selama 1 siklus (5
hari) masing-masing sebanyak 2 kg,
rekanan akan mendatangkan kentang
langsung 10 kg. Petugas penerima tetap
menerima bahan makanan tersebut,
dengan catatan pada hari berikutnya
bahan makanan yang telah didatangkan
tidak diantarkan kembali.
Selain hal di atas, petugas
penerima sering tidak membawa
spesifikasi ketika kegiatan penerimaan
berlangsung. Hal ini menyebabkan
kualitas bahan makanan yang diterima
seringkali
tidak
sesuai
dengan
spesifikasi. Bahan makanan yang sering
tidak sesuai dengan spesifikasi adalah
besar potongan lauk hewani seperti
daging sapi, ayam dan ikan..
Petugas penerima memang harus
menguasai spesifikasi dari bahan
makanan yang akan diterima. Namun,
tidak berarti bahwa saat pelaksananaan
kegiatan penerimaan, petugas tidak
membawa daftar spesifikasi. Idealnya
daftar spesifikasi tetap digunakan dan
alangkah baiknya jika disatukan dengan
daftar
pesanan.
Hal
ini
untuk
memperkecil peluang terjadi kesalahan
pada saat penerimaan, baik itu
kesalahan jenis, jumlah maupun kualitas
bahan makanan yang diterima.

8

Proses Penerimaan Bahan Makanan

Keluaran Penerimaan Bahan Makanan

Penerimaan bahan makanan di RSUP
NTB menggunakan metode konvensional.
Petugas penerima dapat menolak atau
mengembalikan bahan makanan yang tidak
sesuai dengan daftar pesanan. Namun,
selama pengamatan belum ada bahan
makanan yang ditolak ataupun dikembalikan
ke rekanan, meskipun dari segi jenis, jumlah
dan kualitas serta jadwal tidak sesuai dengan
daftar pesanan. Hal ini dapat menyebabkan
kerugian bagi pihak instalasi gizi sebagai
pengguna bahan makanan, selain itu mutu dan
keamanan produk makanan tidak dapat
dijamin baik.

Hasil analisa perkembangan ketepatan
penerimaan bahan makanan di RSUP NTB
menunjukkan bahwa ketepatan penerimaan
bahan makanan memiliki persentase rata
46.26%. Hasil ini cukup jauh dari standar yang
telah ditetapkan yakni 100% (semua bahan
makanan yang diterima harus sesuai dengan
daftar pesanan dan spesifikasi yang telah
disepakati).
Hasil ini menunjukkan bahwa kegiatan
penerimaan bahan makanan belum berjalan
optimal. Faktor penting yang menyebabkan
rendahnya tingkat ketepatan penerimaan
bahan makanan di RSUP NTB adalah adanya
ketidaksesuaian dari segi masukan dan proses
penerimaan bahan makanan dengan standar
yang telah ditetapkan.
Ketidaktepatan pada saat penerimaan
bahan makanan tersebut akan berdampak
pada beberapa hal berikut ini :
1) Siklus meu tidak berjalan optimal
2) Penurunan kualitas bahan makanan
selama penyimpanan.

Secara garis besar penerimaan bahan
berlangsung setiap hari mulai pada pukul
06.30 s.d 11.00 WITA. Penerimaan bahan
makanan dilakukan setiap hari untuk untuk
bahan makanan basah, 1 kali per minggu
untuk bumbu dan 2-3 kali per bulan untuk
bahan makanan kering.
Bahan
makanan
diantarkan
menggunakan sepeda motor yang memiliki
kapasitas
terbatas.
Oleh
karena
itu,
memerlukan
beberapa
kali
proses
pengantaran. Proses yang demikian dapat
menyebabkan
bertambahnya
bahaya
kontaminasi fisik dan mikrobiologi terhadap
bahan makanan. Hal ini dapat menurunkan
tingkat keamanan dari bahan makanan yang
diterima.
Bahan makanan basah seringkali
diletakkan di atas lantai sebelum disalurkan ke
ruang penyimpanan. Hal ini tidak sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan
Kemenkes RI (2013) yang menyatakan bahwa
“Bahan makanan seharusnya tidak diletakkan
dilantai, jarak bahan makanan dengan lantai
minimal 15 cm.”
Pemeriksaan yang dilakukan pada
penerimaan bahan makanan kering adalah
pemeriksaan jenis, jumlah dan tanggal
kadaluarsa yang dicek dari kemasan bahan
makanan. Pada beberapa bahan makanan
seperti beras, tepung dan gula yang
notabennya
bukan
merupakan
bahan
kemasan
pabrik,
tidak
ada
proses
penimbangan ulang atau verifikasi mengenai
berat untuk setiap kemasan. Hal ini dapat
mempengaruhi jumlah bahan makanan yang
diterima dan akan digunakan untuk produksi
makan pasien.

3)

Ketidakstabilan suhu ruang penyimpanan
basah (cooling).

4)

Pengontrolan di ruang produksi harus
lebih ditingkatkan

5)

Terdapat bahan makanan yang harus
dibuang karena penurunan kualitas dan
tidak layak lagi digunakan untuk produksi
makanan.

6)

Penurunan mutu dan keamanan produk
bahan makanan yang diterima.

Apabila terdapat ketidaksesuaian dari
segi masukan dan proses penerimaan bahan
makanan, maka keluaran yang dihasilkan juga
tidak akan optimal. Artinya mutu dan
keamanan dari bahan makanan yang diterima
belum terjamin. Hal ini akan berdampak pada
menurunnya tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan gizi yang diberikan oleh rumah
sakit,
khususnya
dalam
kegiatan
penyelenggaraan makanan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Manajemen
penerimaan
bahan
makanan di instalasi gizi RSUP NTB adalah
sebagai berikut :

9

1. Masukan : Penerimaan bahan makanan di
RSUP NTB dilaksanakan di area pintu
masuk instalasi gizi dengan menggunakan
timbangan bahan makanan dan troli.
Penerimaan dilakukan oleh seorang
petugas Pembantu Pejabat Penyimpan
Barang di Instalasi gizi dengan membawa
dokumen berupa daftar pesanan bahan
makanan.
2. Proses : Penerimaan bahan makanan di
Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Provinsi
NTB dilakukan setiap hari untuk untuk
bahan makanan basah, 1 kali per minggu
untuk bumbu dan 2-3 kali per bulan untuk
bahan makanan kering. Penerimaan
bahan makanan dilakukan dengan metode
konvensional.
Ketepatan
penerimaan
bahan makanan dari segi jenis sebesar
93.88%, dari segi jumlah sebesar 58.50%
dan dari segi waktu sebesar 54.42%.
3. Keluaran
:
Presentase
ketepatan
penerimaan bahan makanan mengalami
fluktuasi
dengan
rata-rata
sebesar
46,26%. Persentase ketepatan paling
tinggi pada hari pertama pengamatan
yakni pada tanggal 1 juli 2014 sebesar
59% dan paling rendah pada tanggal 5 juli
2014 yakni 28%.

Saran
Institusi diharapkan dapat melengkapi
kebutuhan sarana dan prasana penerimaan
bahan makanan, dan melibatkan salah satu
ahli gizi dalam kegiatan penerimaan bahan
makanan. Petugas penerima bahan makanan
disarankan dapat menerima bahan makanan
sesuai dengan daftar pesanan dan spesifikasi
yang telah ditetapkan agar mutu dan
keamanan bahan makanan dapat terjamin.
Sebab mutu dan keamanan produk makanan
bergantung pada mutu dan keamanan dari
bahan baku yang digunakan untuk membuat
produk tersebut.
RUJUKAN
Alhamidy, Fuad. 2006. Analisis Model
Pengadaan Bahan Makanan Kering
Berdasarkan Metode EOQ Pada
Instalasi Gizi Rumah Sakit Roemani
Semarang. Universitas Diponegoro,
Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/17448/1/Fuad_
Alhamidy.pdf. Diakses 11 Juli 2013.
Anonim. 2012. Pembelian dan Penerimaan
Bahan
Makanan.
http://psbtik.smkn1cms.net/multi_media/
restoran/modul15/ch2/09/index.html.Dia
kses 27 Desember 2013.
Aritonang, Irianton, dan Endah Priharsiwi.
2009. Manajemen Penyelenggaraan
Makanan dan Asuhan Gizi. Yogyakarta:
CEBIO dan Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Depkes Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2009. Seri Perencanaan Pedoman
Teknis Sarana dan Prasarana Rumah
Sakit Kelas. Jakarta : Direktorat
Jenderal Bina Pelayanan Medik.
Grossbauer,
Sue.
2001.
Managing
Foodservice Operations: A Systems
Approach
for
Healthcare
and
Institutions. Kendall Hunt.
Jusniati Jufri, Asiah Hamzah, Burhanuddin
Bahar. 2012. Manajemen Pengelolaan
Makanan Di Rumah Sakit Umum Lanto
Dg. Pasewang Kabupaten Jeneponto.
Online.
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/24ac
9c23a7982075502dbecb6c3ea538.pdf.
Diakses 11 Juli 2013.
Kusnadi, Halim. 2013. Pengelolaan Sarana
Prasarana dan Rancang Ulang Dapur
Rumah Sakit. Jakarta : Staf Unit
Produksi Makanan RSUPN Dr Cipto
Mangunkusumo.
Kurniawan,
robert.
2005.
Sanitasi
penyimpanan dan penerimaan bahan
pangan di rumah sakit telegorejo
semarang.
Universitas
katolik
soegijapranata,
semarang.
http://eprints.unika.ac.id/12628/1/02.70.
0135_robert_kurniawan.pdf. Diakses 11
Juli 2013.
Triatmaja, M. Ercan Bayu dan Trie Maya Sari.
2011. Sistem Informasi Manajemen
Persediaan Bahan Makanan Instalasi
Gizi Pada Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.
STMIK
GI
MDP,
Palembang. Diakses 11 Juli 2013.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2011. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1096/Menkes/Per/VI/2011
Tentang
Higiene Sanitasi Jasa Boga. Jakarta
__________. 2013. Pedoman Pelayan Gizi
Rumah Sakit. Jakarta.

10

Kushardianti, Tiani, Ervina Silvianingsih N, Sari
Kusuma, Dkk. 2013. Laporan Praktek
Kerja Lapangan ; Manajemen Sistem
penyelenggaraan Makanan RSUP DR.
Soeradji
Tirtonegoro
Klaten.
Yogyakarta : Fakultas Kdoktoran UGM.
Moehyi, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan
Makanan Institusi dan Jasa Boga.
Jakarta : Bharatara Niaga Media.
Nasir, abd., abdul muhith dan M.E. Ideputri.
2011. Buku Ajar Metodelogi Penelitian
Kesehatan : Konsep Pembuatan Karya
Tulis dan Thesis Untuk Mahasiswa
Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.
2013. Pedoman Penulisan Karya Tulis
Ilmiah dan Skripsi Mahasiswa Politeknik
Kesehatan Mataram Edisi 3. Mataram.

Rahmy, Hafifatul Auliya. 2011. Manajemen
Penerimaan dan Penyimpanan Bahan
Makanan di Rumah Sakit Haji Jakarta
Tahun 2011. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah
Ratna, Maya Riqi. 2009. Evaluasi Manajemen
Penyelenggaraan Makanan Institusi Di
Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R.
Soeharso
Surakarta.
Surakarta
:
Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Sugiyono.
2011.
Metode
Penelitian
Kombinasi ; Mixed Methods. Bandung :
Alfabeta.
Wahyuni, Yuyun. 2009. Metodelogi Penelitian
Bisnis Bidang Kesehatan. Yogyakarta :
Fitramaya.

11