RULE OF LAW DAN PERATURAN PERUNDANG UNDA

RULE OF LAW DAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DI INDONESIA

REYNANTA DWISATYA HANDAYA
8111416282

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017

KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat
kemurahannya saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang saya inginkan.
Dalam makalah ini saya membahas tentang RULE OF LAW DAN PERUNDANG
UNDANGAN DI INDONESIA, suatu pembelajaran yang harus di ketahui oleh masyarakat
banyak agar masyarakat bisa tahu cara kerja dari sebuah konstitusi tersebut.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam tentang apa itu rule of law dan perundang
undangan di Indonesia agar dapat dimengerti oleh masyarakat banyak. Terutama untuk
mahasiswa yang sedang belajar dalam pelajaran Hukum Tata Negara sangat penting untuk
mempelajari pembelajaran ini.

Semarang, 16 April 2017


Reynanta Dwisatya H.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

Hukum merupakan sumber dari segala peraturan yang semestinya harus di taati oleh semua
orang di dalam suatu masyarakat, dengan ancaman akan mendapatkan celaan, harus mengganti
kerugian, atau mendapat hukuman bagi pelaku pelanggaran dan kejahatan, sehingga akan
membuat tentram, adil dan makmur dibawah naungan tertib hukum. Dalam prakteknya sendiri,
hukum tidak pernah terlepas dari setiap aspek kehidupan sehari-hari kita, mulai dari nilai, tata
krama, norma hingga hukum perundang-undangan dalam peradilan. Sayangnya hukum di
Indonesia masih kurang dalam hal penegakannya, terutama dikalangan penjabat bila
dibandingkan dengan yang ada pada golongan menengah ke bawah. Fenomena sosial ini terjadi
karena di negara kita segala sesuatu dapat di beli dengan uang, tak terkecuali dengan hukum
sekalipun. Terdapat sebuah selogan bahwa “yang kuat pasti akan menindas yang lemah”, artinya
siapa yang memiliki kekuasaan, harta berlimpah dia yang akan memenangkan peradilan.
Dengan melihat kenyataan seperti itu, pembenahan peradilan dapat di mulai dari diri sendiri
dengan mempelajari norma atau hukum sekaligus memahami dan menegakkannya sesuai dengan

keadilan yang benar. Dalam bahasan ini dibahas supaya keadilan dapat ditegakkan, maka akan
terkait semua aspek yang ada didalamnya yang mempengaruhi dan menjadi penentu apakah
keadilan dapat ditegakkan.
Menurut Dr. Martitah M.Hum kedudukan Mahkamah Konstitusi dalam pengujian undangundang hanya sebatas sebagai negative legislator. Namun dari beberapa putusan yang ada,
Mahkamah Konstitusi terkadang membuat beberapa putusan yang tidak hanya membatalkan
norma, melainkan juga membuat putusan yang bersifat mengatur (positive legislature). Dari
penelitian yang dilakukan, didapatkanlah kesimpulan bahwasanya dibuatnya putusan yang
bersifat mengatur tersebut didasarkan pada pertimbangan hukum, filosofis dan sosiologis yang
tidak terlepas dari penafsiran hukum. Hukum tidak hanya dilihat dari kacamata teks undangundang belaka, melainkan menghidupkan kemaslahatan dalam kontektualitasnya. Dalam kontek

ini penegakan hukum di Mahkamah Konstitusi dapat dikategorikan sebagai bentuk penegakan
hukum yang progresif.

1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang akan dibahas serta menjadi rumusan masalah dalam makalah ini sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Rule OF Law?
2. Apakah undang-undang di Indonesia sudah berjalan sesuai dengan peraturan perundang
undangan yang berlaku?
3. Bagaimana kesadaran hukum yang terjadi pada masyarakat Indonesia?


1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan maksud dari Rule Of Law.
2. Menjelaskan Pengundangan peraturan perundang-undangan.
3. Menjelaskan Jenis dan hierarki peraturan peraturan perundang-undangan.
4. Menjelaskan cara agar rule of law dapat berjalan dengan efektif.
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan kita tentang Rule of Law dan peraturan perundang undangan di
Indonesia.
2. Menambah wawasan kita tentang pengertian Rule Of Law.
3. Kita menjadi tahu bagaimana peraturan perundang undangan di Indonesia.
4. Agar keadilan dapat ditegakkan di Indonesia secara teratur.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Definisi Rule Of Law

Rule of Law merupakan suatu legalisme sehingga mengandung gagasan bahwa

keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang bersifat
objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom. Misalnya gerakan revolusi Perancis
serta gerakan melawan absolutisme di Eropa lainnya, baik dalam melawan kekuasaan raja,
bangsawan maupun golongan teologis. Berdasarkan bentuknya, rule of law adalah kekuasaan
publik yang di atur secara legal. Setiap organisasi atau persekutuan hidup dalam masyarakat
termasuk Negara mendasarkan pada rule of law. Dalam hubungan ini pengertian rule of law
berdasarkan substansi atau isinya sangat berkaitan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dalam suatu negara. Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah
Rechsstaat atau rule of law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan yuridis dari
gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstusi dan negara hukum merupakan dua
lembaga yang tidak terpisahkan.
Negara Indonesia pada hakikatnya menganut prinsip “Rule of Law, and not of Man”, yang
sejalan dengan pengertian nomocratie, yaitu kekuasaan yang dijalankan oleh hukum atau
nomos. Dalam negara hukum yang demikian ini, harus diadakan jaminan bahwa hukum itu
sendiri dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi. Karena prinsip
supremasi hukum dan kedaulatan hukum itu sendiri pada hakikatnya berasal dari kedaulatan
rakyat. Oleh karena itu prinsip negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan
menurut prinsip-prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat atau democratische rechstssaat.

Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan dan ditegakkan dengan tangan besi
berdasarkan kekuasaan belaka atau machtsstaat. Karena itu perlu ditegaskan pula bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilakukan menurut Undang-Undang Dasar atau

constitutional democracy yang diimbangi dengan penegasan bahwa negara Indonesia adalah
negara hukum yang berkedaulatan rakyat atau demokratis.
Berdasarkan definisi diatas, Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua, yaitu
pengertian secara formal dan hakiki/materiil.
a)

Secara formal, rule of law diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi,

misalnya negara
b)

Secara hakiki, rule of law terkait dengan penegakan rule of law karena menyangkut

ukuran hukum yang baik dan buruk

2.2. Pengertian Perundang undangan

Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau
pejabat berwenang dan mengikat secara umum. Peraturan perundang-undangan memuat aturan
dan mekanisme hubungan antarwarga negara, antara warga negara dan negara, serta antara warga
negara dengan pemerintah (pusat dan daerah), dan antarlembaga negara.
Peraturan perundang-undangan nasional adalah suatu peraturan perundang-undangan yang
berlaku di wilayah suatu negara, seperti negara Indonesia. Jadi, peraturan perundang-undangan
nasional adalah aturan-aturan yang dibuat oleh lembaga-lembaga negara yang berwenang untuk
dipatuhi oleh seluruh warga negara dalam lingkup nasional. Oleh karena itu, peraturan
perundang-undangan berlaku bagi semua warga negara Indonesia tanpa terkecuali.

2.3. Jenis Dan Hierarki
Hierarki maksudnya peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Berikut adalah hierarki
Peraturan Perundang-undangan di Indonesia menurut UU No. 12/2011 (yang menggantikan UU
No. 10/2004) tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan:
UUD 1945, merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. UUD 1945
ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
1. Ketetapan MPR
2. Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)


3. Peraturan Pemerintah (PP)
4. Peraturan Presiden (Perpres)
5. Peraturan Daerah (Perda), termasuk pula Qanun yang berlaku di Aceh, serta Perdasus dan
Perdasi yang berlaku di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Dari Peraturan Perundang-undangan tersebut, aturan yang mengenai ketentuan pidana hanya
dapat dimuat dalam Undang-Undang dan Peraturan Daerah.
Sedangkan peraturan perundang-undangan selain yang tercantum di atas, mencakup peraturan
yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan,
Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan
Perwakilan

Rakyat

Daerah

Provinsi,

Gubernur,


Dewan

Perwakilan

Rakyat

Daerah

Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat diakui keberadaannya dan
mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.
A. UNDANG – UNDANG DASAR 1945
UUD 1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. Naskah resmi
UUD 1945 adalah:


Naskah UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan
kembali dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara
aklamasi




Naskah Perubahan Pertama, Perubahan Kedua, Perubahan Ketiga, dan Perubahan
Keempat UUD 1945 (masing-masing hasil Sidang Umum MPR Tahun 1999, 2000, 2001,
2002).



Undang-Undang Dasar 1945 Dalam Satu Naskah dinyatakan dalam Risalah Rapat
Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002 sebagai Naskah Perbantuan dan
Kompilasi Tanpa Ada Opini.

B. KETETAPAN MPR

Perubahan (Amandemen) Undang-Undang Dasar 1945 membawa implikasi terhadap
kedudukan, tugas, dan wewenang MPR. MPR yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga
tertinggi negara, kini berkedudukan sebagai lembaga negara yang setara dengan lembaga negara
lainnya (seperti Kepresidenan, DPR, DPD, BPK, MA, dan MK).
Dengan demikian MPR kini hanya dapat menetapkan ketetapan yang bersifat penetapan,
yaitu menetapkan Wapres menjadi Presiden, memilih Wapres apabila terjadi kekosongan jabatan

Wapres, serta memilih Presiden dan Wapres apabila Presiden dan Wapres mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamasama.

C. UNDANG-UNDANG/PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG UNDANG
Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden. Materi muatan Undang-Undang adalah:
·

Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945 yang meliputi: hak-hak asasi manusia, hak dan
kewajiban warga negara, pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian
kekuasaan negara, wilayah dan pembagian daerah, kewarganegaraan dan kependudukan,
serta keuangan negara.

·

Diperintahkan oleh suatu Undang-Undang Dasar 1945 untuk diatur dengan Undang-Undang.

·

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) adalah Peraturan Perundangundangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa.

Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah sama dengan materi
muatan Undang-Undang.
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan

yang memaksa (negara dalam keadaan darurat), dengan ketentuan sebagai berikut:
·

Perpu dibuat oleh presiden saja, tanpa adanya keterlibatan DPR

·

Perpu harus diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut.

·

DPR dapat menerima atau menolak Perpu dengan tidak mengadakan perubahan.

·

Jika ditolak DPR, Perpu tersebut harus dicabut.

D. PERATURAN PEMERINTAH
Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Materi muatan
Peraturan Pemerintah adalah materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.

E. PERATURAN PRESIDEN
Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh
Presiden. Materi muatan Peraturan Presiden adalah materi yang diperintahkan oleh UndangUndang atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah.

F. PERATURAN DAERAH
Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah (gubernur atau
bupati/walikota).
Materi

muatan

Peraturan

Daerah

adalah

seluruh

materi

muatan

dalam

rangka

penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah
serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
C. PENGUNDANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Perundang-undangan harus diundangkan dengan
menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik
Indonesia, Lembaran Daerah, atau Berita Daerah.
D. BAHASA DALAM PERATURAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Bahasa peraturan perundang-undangan pada dasarnya tunduk kepada kaidah tata Bahasa
Indonesia, baik yang menyangkut pembentukan kata, penyusunan kalimat, teknik penulisan,
maupun pengejaannya. Namun bahasa Peraturan Perundang-undangan mempunyai corak
tersendiri yang bercirikan kejernihan atau kejelasan pengertian, kelugasan, kebakuan, keserasian,
dan ketaatan azas sesuai dengan kebutuhan hukum.
Penyerapan kata atau frasa bahasa asing yang banyak dipakai dan telah disesuaikan ejaannya
dengan kaidah Bahasa Indonesia dapat digunakan, jika kata atau frasa tersebut memiliki konotasi
yang cocok, lebih singkat bila dibandingkan dengan padanannya dalam Bahasa Indonesia,

mempunyai corak internasional, lebih mempermudah tercapainya kesepakatan, atau lebih mudah
dipahami daripada terjemahannya dalam Bahasa Indonesia.

2.4. Prinsip – Prinsip Rule Of Law Di Indonesia
Dalam pembahasannya terdapat dua prinsip-prinsip yang digunakan dalam penegakan rule of
law di Indonesia sebagai berikut.
Dengan demikian inti rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakat terutama
keadilan sosial.
Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat didalam pasal-pasal UUD 1945,
yaitu:
i.

Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)

ii. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (pasal 24 ayat 1)
iii. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, serta
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak terkecuali (pasal 27 ayat 1)
iv. Dalam bab X A mengenai HAM yang memuat 10 pasal, antara lain bahwa setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil, serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal 28 ayat 1)
v. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja (pasal 28 D ayat 2)

1. Prinsip-prinsip rule of law secara hakiki (materiil) sangat erat kaitannya dengan “the
enforcement of the rides of law” (penyelenggaraan menyangkut ketentuan-ketentuan hukum)
dalam penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam hal penegakan hukum dan
implementasi prinsip-prinsip rule of law. Berdasarkan pengalaman berbagai negara dan hasil
kajian, menunjukkan bahwa keberhasilan “the enforcement of the rules of law” bergantung
pada kepribadian nasional setiap bangsa (Sunarjati Hartono: 1982). Hal ini didukung oleh
kenyataan bahwa rule of law merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis
yang khas dan mempunyai akar budayanya yang khas pula.
Karena bersifat legalisme, maka mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani dengan
pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif, tidak memihak,
tidak personal dan otonom. Legalisme itu sendiri dapat diartikan dengan suatu aliran
pemikiran hukum yang didalamnya terkandung wawasan sosial. Rule of law juga merupakan
gagasan tentang hubungan antar manusia, masyarakat, dan negara yang dengan demikian
memuat nilai-nilai tertentu yang memiliki struktur sosiologisnya sendiri. Secara kuantitatif,
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan rule of taw telah banyak dihasilkan di
Indonesia, tetapi implementasinya belum mencapai hasil yang optimal sehingga rasa keadilan
sebagai perwujudan pelaksanaan rule of law belum dirasakan oleh sebagian besar
masyarakat.
Beberapa paparan di atas memperlihatkan bahwa rule of law mengandung beberapa elemen
penting yaitu:
1.

Ditaatinya prinsip berkuasanya hukum (supremacy of law)

2.

Persamaan di depan hukum (equality before the law)

3.

Pertanggungjawaban hukum (accountability to the law)

4.

Keadilan dalam penerapan hukum (fairness in the application of the law)

5.

Adanya pemisahan kekuasaan (separation of power)

6.

Adanya partisipasi dalam pembuatan keputusan (participation in the decision making).

7.

Dihindarinya kesewenang-wenangan (avoidance of arbitrariness)

Keseluruhan elemen ini harus dilihat untuk dapat mengukur sejauh mana rule of law telah
dijalankan. Pertama, yaitu prinsip supremasi hukum yang berarti bahwa hukum harus
menjadi dasar aturan pelaksanaan kekuasaan publik. Masyarakat juga haruslah diatur
berdasarkan hukum, bukan berdasarkan moralitas, keutungan politik atau ideologi.

2.5 PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN MEMUAT HAK HAK DAN KEWAJIBAN
WARGA NEGARA
Setiap undang-undang memuat hak-hak dan kewajiban warga negara. Misalnya UU No. Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 dan 6 memuat hak-hak kewajiban warga
negara.
Menurut Dr. Martitah M.Hum (Mahkamah Konstitusi 2013 Hal 129) “Nilai keadilan yang ingin
dicapai tidak semata-mata keadilan prosedural, yakni keadilan yang dicapai melalui
pembacaan rumusan teks UU semata. Keadilan yang ingin ditegakkan MK adalah sebagai
keadilan yang sesungguhnya, keadilan yang substansial, hakiki, serta diakui, dirasakan, dan
hidup dalam masyarakat.”

BAB III
KESIMPULAN
Pengertian hukum itu sendiri merupakan sumber dari segala peraturan yang
semestinya harus di taati oleh semua orang di dalam suatu masyarakat, dengan ancaman akan
mendapatkan celaan, harus mengganti kerugian, atau mendapat hukuman bagi para pelaku
pelanggaran dan kejahatan, sehingga akan membuat tentram, adil dan makmur dibawah
naungan tertib hukum.
Sedangkan Rule of Law merupakan suatu legalisme sehingga mengandung gagasan
bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang
bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom.
Dan untuk Tata urutan peraturam perundangan Indonesia terdiri atas :
a. Undang Undang Dasar 1945
b. Ketetapan MPR
c. Peraturan Daerah
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden

f. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

DAFTAR PUSAKA
Martitah, 2013. Mahkamah Konstitusi: Dari Negative Legislature Ke Positive Legislature?.
Jakarta: Konstitusi Press.
http://ujangwahid.blogspot.co.id/2015/01/makalah-tentang-peraturan-perundang.html
http://130910202009.blogspot.co.id/2014/12/makalah-rule-of-law.html
http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/mmh/article/view/5760