Uji Cemaran Mikroba Pada Serbuk Obat Tradisional

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Tumbuhan adalah keseragaman hayati yang selalu ada disekitar kita, baik

itu yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman
dahulu,

tumbuhan

sudah

digunakan

sebagai

tanaman


obat,

walaupun

penggunaannya disebarkan secara turun-temurun maupun dari mulut ke mulut.
Dewasa ini, didukung dengan penelitian ilmiah, tumbuhan secara fungsional tidak
lagi dipandang sebagai bahan konsumsi maupun penghias saja, tetapi juga sebagai
tanaman obat yang multifungsi. Mengingat biaya pengobatan yang tidak
terjangkau oleh semua orang, pengobatan alamiah dengan tanaman obat
tradisional. Bahkan untuk fungsinya sebagai tanaman obat sudah dikomersialkan
sebagai lahan income yang sangat menguntungkan (Yuniarti, 2008).
Pemeriksaan lengkap terhadap mutu simplisia antara lain adalah
pemeriksaan organoleptik (meliputi pemeriksaan warna, bau, rasa dari bahan),
pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik (meliputi pemeriksaan ciri-ciri bentuk
luar spesifik dari bahan (morfologi) mapun ciri-ciri spesifik dari bentuk
anatominya, pemeriksaan fisika dan kimiawi (meliputi tetapan fisika yaitu indeks
bias, titik lebur, dan kelarutan serta reaksi-reaksi identifikasi kimiawi seperti
warna dan pengendapan), dan uji biologi (meliputi penetapan angka kuman,
pencemaran, dan percobaan terhadap binatang) (Gunawan, 2010).
Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung organisme

patogen, dan harus bebas dari cemaran mikroorganisme, serangga, dan binatang

1

lain maupun kotoran hewan. Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warna,
tidak boleh mengandung lendir, atau menunjukkan adanya kerusakan. Sebelum
diserbukkan simplisia harus dibebaskan dari pasir, debu, atau pengotoran lain
yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing. Simplisia nabati atau
simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau mikroba
dengan pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak
meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan. Gejala yang paling umum dari
cemaran mikroba pada obat tradisional adalah sakit perut, muntah, dan diare
(Ditjen POM, 2008).
Untuk meningkatkan mutu suatu obat tradisional, maka pembuatan obat
tradisional haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya mengikutkan pengawasan
menyeluruh yang bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang senantiasa
memenuhi persyaratan yang berlaku. Keamanan dan mutu obat tradisional
tergantung dari bahan baku, bangunan, prosedur, dan pelaksanaan pembuatan,
peralatan yang digunakan, pengemasan termasuk bahan serta personalia yang
terlibat dalam pembuatan obat tradisional (Ditjen POM, 1994).

Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk menguji
cemaran mikroba pada sediaan serbuk obat tradisional. Adapun pengujian
dilakukan selama penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan. Analisis penetapan
cemaran mikroba pada sediaan serbuk obat tradisional dilakukan dengan metode
angka lempeng total (ALT) dan angka kapang khamir (AKK), karena antara lain
merupakan parameter uji yang telah ditetapkan oleh Ditjen POM.

2

1.2

Tujuan
Untuk mengetahui apakah cemaran mikroba yang terdapat pada sediaan

serbuk obat tradisional memenuhi persyaratan cemaran mikroba yang telah
ditetapkan dalam SNI 19-2897-1992.

1.3


Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penetapan cemaran mikroba pada sediaan

serbuk obat tradisional adalah agar dapat mengetahui cemaran mikroba yang
terdapat pada sediaan serbuk obat tradisional memenuhi persyaratan SNI 192897-1992 sehingga produk tersebut layak untuk dikonsumsi.

3