Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 5, Nomor 4, Agustus 2017 Mohamad Anas Afandi
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODEL KOOPERATIF STUDENT
TEAMS-ACHIEVEMENT DEVISIONS (STAD) PADA PEMBELAJARAN
BERNEGOSIASI SISWA KELAS XI SMK
Mohamad Anas Afandi
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma
[email protected]
ABSTRAK: Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan
pembelajaran yang mengacu pada Model kooperatif Student TeamsAchievement Divisions (STAD). Adapun bahan ajar yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah berupa buku yang digunakan untuk siswa
pada pembelajaran negosiasi.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
pengembangan tersebut adalah (1) mendeskripsikan pengembangan
bahan ajar model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions (STAD)pada pembelajaran bernegosiasi di kelas XI SMK, (2)
mendeskripsikan ketepatan pengembagan bahan ajar model pembelajaran
kooperatif Student Teams-Achievement Divisions (STAD)pada
pembelajaran bernegosiasi di kelas XI SMK.Model pengembangan ini
diadaptasi dari pengembangan model Dick dan Carey. Adaptasi tersebut
menghasilkan langkah-langkah: (1) tahap awal, (2) tahap perancangan,
(3) tahap pengembangan, (4) tahap validitas, (5) tahap evaluasi.
Berdasarkan hasil pengembangan bahan ajar model pembelajaran
kooperatif Student Teams-Achievement Divisions (STAD) di kelas XI
jurusan Keperawatan SMK Al Khozini Gondanglegi Malang diperoleh
kesimpulan bahwa pengembangan model bahan ajar ini sangat layak
untuk digunakan sebagai model kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) pada pembelajaran bernegoisasi siswa kelas XI SMK.
Kata-kata Kunci: pengembangan, bahan ajar, model kooperatif STAD,
negosiasi
PENDAHULUAN
Pada pelaksanaan pembelajaran
bernegosiasi, seringkali peserta didik
kurang mampu melakukannya dengan
baik. Peserta didik cenderung malu dan
tidak percaya diri ketika melakukan
kegiatan negosiasi, serta kurang kreatif
dalam mengolah kata untuk meyakinkan
kepada mitra bicara, hal tersebut juga
diakibatkan karena tidak ada motivasi
belajar.
Dari permasalahan di atas, diperlukan media maupun model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan negosiasi siswa. Dalam
menentukan
media
dan
model
pembelajaran yang tepat diperlukan
pemahaman mendalam pada materi
pembelajaran. Media maupun model
yang digunakan harus tepat, yaitu
pemilihan media dan model dipilih seuai
dengan tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran juga dipilih berdasarkan
situasi dan kondisi peserta didik. Oleh
karena itu, seorang guru dituntut untuk
dapat memilih dan menerapkan model
pembelajaran serta tersampaikan dengan
optimal.
Salah
satu
faktor
yang
menyebabkan hasil belajar siswa kelas
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
XI
SMK
dalam
pembelajaran
bernegosiasi adalah belum pernah
menggunakan model pembelajaran
kooperatif,
sehingga
pembelajaran
bernegosiasi belum berhasil secara
optimal. Oleh karena itu, peneliti
mencoba mengembangkan bahan ajar
model
kooperatifStudent
TeamsAchievement Divisions (STAD)dalam
pembelajaran bernegosiasi.
Negosiasi itu sendiri adalah
keterampilan yang memang membutuhkan latihan serta keterampilan dalam
mengolah kata untuk menyakinkan
seseorang. Dengan persiapan dan latihan
siswa mampu menguasai lawan tutur
dan dapat mempengaruhi. Dasar
negosiasi yang kreatif adalah tergantung
pada penciptaan suatu iklim kerja sama
dan seterusnya memulai negosiasi
sedemikian rupa yang mengarahkan
kedua belah pihak untuk bekerjasama
secara harmonis dan kreatif. Setelah itu
barulah negosiasinya sendiri mulai. Hal
ini bisa diperoleh dengan mempelajari
berlatih bernegosiasi yang baik dengan
memahami berbagai unsur yang terdapat
pada kegiatan negosiasi. Oleh karena itu,
peserta didik perlu mendapatkan
pengetahuan mengenai pembelajaran
negosiasi di sekolah.
Sebagai pengembangan bahan
ajar,
peneliti
disini
ingin
mengembangkan media pembelajaran
berupa buku negosiasi untuk SMK kelas
XI. Buku tersebutbermanfaat untuk
memudahkan peserta dalam memahami
prosedur pembelajaran dan kegiatan
pembelajaran. Barang produk ini
diharapkan dapat memudahkan peserta
didik dalam kegiatan negosiasi.
Berdasarkan uraian di atas,
peneliti berasumsi bahwa dengan
mengembangkan bahan ajar dapat
meningkatkan kemampuan negosiasi
peserta didik kelas XI SMK dengan
memanfaatkan potensi-potensi yang
dimiliki oleh masing-masing peserta
didik tersebut.
Dalam
pengembangan
ini
peneliti memilih pengembangan produk
dengan model kooperatif Student TeamsAchievement Divisions (STAD) karena
model ini merupakan salah satu model
pembelajaran yang paling sederhana,
dan merupakan model yang paling baik
untuk permulaan bagi guru yang baru
menggunakan pendekatan kooperatif
(Slavin, 2015:143).
Model pembelajaran kooperatif
Student Teams Achievement Divisions
(STAD) mengupayakan siswa mampu
mengajarkan kepada peserta didik
lainnya, siswa menjadi nara sumber bagi
siswa yang lain, memacu siswa berfikir
kritis, dan memotivasi siswa untuk
membuat kata-kata yang tepat agar dapat
menjelaskan kepada teman yang lain
serta memicu terjadinya diskusi yang
tidak didominasi siswa tertentu, tetapi
semua siswa dituntut menjadi aktif.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif
Student TeamsAchievement Divisions (STAD) dapat
mendorong siswa bekerjasama secara
gotong royong. Penggunaan model
pembelajaran kooperatif Student TeamsAchievement
Divisions
(STAD)
menghasilkan prestasi belajar yang lebih
tinggi, hubungan yang lebih positif dan
penyesuaian psikologis yang lebih baik
dari pada suasana belajar yang penuh
persaingan.
Langkah-langkah teknik belajar
mengajar model kooperatif
Student
Teams-Achievement Devisions (STAD)
pada pembelajaran negosiasi sebagai
berikut.
a) Para siswa di dalam kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok atau tim,
masing-masing terdiri atas 4 atau 5
anggota kelompok. Tiap tim memiliki
anggota yang heterogen, baik jenis
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan
(tinggi, sedang, rendah).
b) Tiap anggota tim menggunakan
lembar kerja akademik dan kemudian
saling membantu untuk menguasai
bahan ajar melalui tanya jawab atau
diskusi antar sesama anggota tim.
c) Secara individual atau tim, tiap
minggu atau dua minggu guru mengevaluasi untuk menguasai penguasaan
mereka terhadap bahan akademik yang
telah dipelajari.
d) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor
atas penguasaannya terhadap bahan ajar,
dan kepada siswa secara individu atau
tim yang meraih prestasi tinggi atau
memperoleh skor sempurna diberi
penghargaan. Kadang-kadang beberapa
atau
semua
tim
memperoleh
penghargaan jika mampu meraih suatu
kriteria atau standar tertentu.
METODE
Model pengembangan ini diadaptasi dari pengembangan model Dick
dan
Carey.
Adaptasi
tersebut
menghasilkan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) tahap awal, (2) tahap
perancangan, (3)tahap pengembangan,
(4)
tahap
validasi,
(5)
tahap
evaluasi(Setyosari, 2013: 234).
Dalam penelitian ini dilakukan
pengembangan
pembelajaran
yang
mengacu pada Model kooperatif Student
Teams-Achievement Divisions (STAD).
Adapun bahan ajar yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah berupa buku
yang digunakan untuk siswa pada
pembelajaran nego-siasi.
Pengembangan produk dilakukan dengan menyusun buku ajar yang
akan diuji ahli dan praktisi bahan ajar.
Untuk uji ahli isi materi oleh Dr. H. Nur
Fajar Arif, M.Pd selaku dosen
pendidikan bahasa Indonesia UNISMA,
dan uji ahli bahasa dan penyajian oleh
Dr. Hj. Dyah Werdiningsih, M.Pd selaku
dosen pendidikan bahasa Indonesia
UNISMA.
Dalam penelitian ini, produk
Model Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) berupa buku yang
sudah dirancang oleh peneliti diuji
cobakan pada kelas XI jurusan
Keperawatan
SMK
ALKHOZINI
Gondanglegi Malang, dan diuji coba
melalui dua tahap yaitu pretes dan postes
yang nantinya digunakan sebagai hasil
belajar peserta didik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk yang dihasilkan dalam
penelitian pengembangan ini adalah
bahan ajar cetak (printed) yang berupa
buku. Spesifikasi pembuatan bahan ajar
ini menggunakan kertas yang berukuran
16,5 x 21,5 cm dan ditulisdengantipe
huruf Calibri ukuran 12.
Bahan ajar ini membahas tentang
negosiasi untuk siswa kelas XI SMK
yang berpedoman pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2006. Bahan ajar ini memuat satu
Kompetensi Dasar (KD 2.10) yaitu
bernegosiasi yang menghasilkan dalam
konteks bekerja. Dalam bahan ajar
tersebut berisi pengertian negosiasi,
perlunya bernegosiasi, cara bernegosiasi yang berhasil, mencermati dialog
yang mencerminkan negosiasi, dan
evaluasi dalam pembelajarannya.
Berdasarkan prosedur pengembangan yang sudah dikemukakan, dalam
pengembangan
bahan
ajar
ini
menggunakan model pengembangan
yang diadaptasi dari pengembangan
model Dick dan Carey. Adaptasi
tersebut menghasilkan langkah-langkah
sebagai berikut :
Mula-mula yang dilakukan adalah menganalisis kebutuhan-kebutuhan
sebagai dasar pengembangan model
bahan ajar bahasa Indonesia kelas XI
SMK yang menggunakan model
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) pada pembelajaran
bernegosiasi. Analisis kebutuhan ini
meliputi: guru dan siswa.
Analisis kebutuhan guru tersebut
meliputi pembelajaran bernegoisasi
dengan menggunakan model kooperatif
Student Teams-Achievement Divisions
(STAD)yang
diintegrasikan
dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Analisis
ini dilakukan dengan cara menyebar
angket
kebutuhan
guru
bahasa
Indonesia. Angket ini diberikan kepada
Bapak Agus Supriono, S.Pd selakuguru
mata pelajaran bahasa Indonesia di SMK
AL-KHOZINI Gondanglegi Malang.
Berdasarkan
hasil
analisis
kebutuhan guru tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa masih perlu adanya
buku penunjang sebagai bahan ajar
pembelajaran bernegosiasi di kelas XI
SMK.
Adapun Analisis siswa dilakukan
untuk mengetahui karakteristik siswa
dan
kebutuhan
siswa
terhadap
pengembangan bahan ajar model
pembelajaran kooperatif Student TeamsAchievement Divisions (STAD)pada
pembelajaran bernegosiasi di kelas XI
SMK. Data ini diperoleh dengan cara
pengisian angket oleh siswa.
Berdasarkan
data
hasil
identifikasi kebutuhan siswa tersebut
dapat dianalisis yang ditunjukkan oleh
tabel berikut.
1) Siswa
tertarikdengan
pelajaran
bahasa Indonesia sebesar 92%.
2) Penting
bagi
siswa
terhadappembelajarannegosiasi
sebesar 88%.
3) Cara guru menjelaskan pembelajaran
negosiasi sebesar 66%.
4) Siswa senang dengan cara guru
tersebutdalammenjelaskan
pembelajaran negosiasi sebesar 93%.
5) Menurut
siswa
melaluipembelajaranyang
diajarkanoleh
guru
tersebutdapatmengembangkanketram
pilanberbahasa sebesar 96%.
6) Selamaini, darisumber LKS dan buku
paket siswa belajarnegosiasi sebesar
91%.
7) Siswa tertarikterhadapsumberbelajar
yang
digunakandalampembelajarannegosia
si sebesar 88%.
8) Menggunakanbukupaket/LKS, mempermudahsiswadalammemahamipem
belajarnnegosiasi sebesar 85%.
9) Siswa setujujikadikembangkanbahan
ajar/modul
(bukupegangan)
dalampembelajaranbernegosiasis
ebesar 92%.
10)
Harapan siswa terhadap bahan
ajar negosiasi yang dikemas dalam
bentuk buku sebesar 86%.
Berdasarkan hasil di atas, ratarata persentase hasil identifikasi
kebutuhan siswa sebesar 77,4%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
siswa suka pelajaran bahasa Indonesia.
Mereka menyetujui atau membutuhkan
pengembangan bahan ajar. Mereka
mengharapkan adanya pengembangan
bahan ajar bernegosiasi.
Validitas materi pengembangan
model bahan ajar oleh ahli materi
dilakukan oleh Bapak Dr. H. Nur Fajar
Arief, M.Pd yang merupakan dosen
program pascasarjana bahasa Indonesia
Universitas Islam Malang. Hasil review
ahli materi merupakan proses validasi
dari pengembangan bahan ajar bahasa
Indonesia kelas XI SMK yang
menggunakan model kooperatif Student
Teams-Achievement Divisions (STAD)
pada pembelajaran bernegosiasi. Aspek
yang dinilai adalah aspek materi
pembelajaran.
Penilaian
dilakukan
dengan
mengisi
angket
dengan
memberikan penilaian mulai dari layak
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
sampai dengan tidak layak, dan
memberikan saran perbaikan.
Berdasarkan hasil validitas pada
aspek isi materi memeroleh rata-rata
persentase sebesar 91%. Rata-rata
persentase pada aspek materi tersebut
termasuk dalam kategori sangat valid.
Dengan demikian, materi dalam
pengembangan bahan ajar ini sangat
layak untuk digunakan sebagai bahan
ajar bahasa Indonesia menggunakan
model kooperatif Student TeamsAchievement Divisions (STAD) pada
pembelajaran bernegosiasi.
Validitas kelayakan penyajian
pengembangan model bahan ajar oleh
ahli penyajian dilakukan oleh Ibu Dr. Hj.
Dyah Werdiningsih, M.Pd
yang
merupakan dosen program pascasarjana
bahasa Indonesia Universitas Islam
Malang. Hasil review ahli penyajian dan
bahasa merupakan proses validasi dari
pengembangan bahan ajar bahasa
Indonesia kelas XI SMK yang
menggunakan model kooperatif Student
Teams-Achievement Divisions (STAD)
pada pembelajaran bernegosiasi.
Aspek yang dinilai adalah aspek
kelayakan
penyajian.
Penilaian
dilakukan dengan mengisi angket
dengan memberikan penilaian mulai dari
layak sampai dengan tidak layak, dan
memberikan saran perbaikan. Hasil
validasi
oleh
ahli
penyajian
selengkapnya sebagai berikut.
Berdasarkan hasil tersebut, ratarata persentase pada aspek kelayakan
penyajian dan bahasa sebesar 77,5%.
Rata-rata persentase pada aspek
kelayakan penyajian tersebut adalah
77,5%, masuk dalam kategori cukup
valid.
Dengan demikian, kelayakan
penyajian dalam pengembangan bahan
ajar ini cukup layak dan revisi untuk
digunakan sebagai bahan ajar bahasa
Indonesia menggunakan model koo-
peratif Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) pada pembelajaran
bernegosiasi.
Beberapa saran atau komentar
dari validator untuk perbaikan kelayakan
penyajian dan bahasa disajikan sebagai
berikut.
1) Baiknya tiap topik A, B, C, D
disajikan dengan font lebih besar
supaya tampak menonjol dan menarik
perhatian siswa.
2) Judul buku ditulis lebih besar dan
menarik. Misal: “Sukses Bernegosiasi”
Berdasarkan hasil uji ahli
penyajian dan bahasa tersebut rata-rata
persentase pada aspek kelayakan
penyajian tersebut adalah 77,5%, masuk
dalam kategori valid.
Sebagai uji coba kelayakan dari
penerapan model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions (STAD) terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan pretest.
Kegiatan pretest dilakukan untuk mengetahui kemapuan peserta didik
dan hasil belajar sebelum memperoleh
perlakuan, pada pretest peserta didik
melakukan kegiatan negosiasi tanpa
menggunakan model pembelajaran
kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions (STAD)dalam pemebelajaran
negosiasi.
Padapretest
tersebut
didapatkan hasil pembelejaran sebagai
berikut.
Hasil
dari
kegitan
pretestmenunjukkan banyak peserta
didik yang mengalami ketidaktuntasan
dalam belajar, dan secara klaksikal ratarata 70,40 tersebut belum memenuhi
standart ketuntasan belajar.
Peserta didik yang tuntas belajar
sebanyak 9,09% dihitung dari jumlah
siswa yang mendapatkan nilai < 75
sebanyak 20 peserta didik, sedangkan
yang belum tuntas sebesar 90,9%
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
dihitung dari jumlah peserta didik yang
mendapatkan nilai ≥ 75 sebanyak 2
peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti banyak peserta
didik yang mengalami ketidaktuntasan
dalam pembelajaran negosiasi. Hal
tersebut terdapat banyak faktor yang
memengaruhi diantaranya adalahadanya
peserta yang masih banyak malu untuk
melakukan kegiatan negosiasi di depan
kelas.
Faktor lainya yaitu, walaupun
peserta didik sudah dibantu dengan
adanya teks yang sudah dibuat oleh
peserta didik sebelumnya, akan tetapi
peserta didik masih cenderung melihat
teks negosiasi ketika melakukan
kegiatan negosiasi. Butuh waktu yang
lebih banyak untuk peserta didik
menghafal skrip atau teks yang sudah
dibuat walaupun oleh mereka sendiri,
hal tersebut akan membuat peserta didik
tidak fokus dalam kegiatan negosiasi itu
sendiri, maka kegiatan negosiasipun
tidak bisa tercapai sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Dari hasil pretes diatas langkah
yang dilakukan oleh peneliti selanjutnya
mengimplementasikan bahan ajar model
pembelajarn kooperatif Student TeamsAchievement Divisions (STAD). Pada
kegiatan ini peserta didik secara
berpasangan menyusun teks negosisasi
berdasarkan barang produk yang telah
dipersiapkan
sebelumnya
dibantu
dengan bahan ajar yang lain. Kegiatan
selanjutnya
salah
satu
pasangan
kelompok mempraktikkan negosiasi di
depan kelas dengan bantuan barang
produk yang telah dibawa masingmasing peserta didik. Pada kegiatan
inilah peneliti melakukan postes berupa
kegiatan negosiasi.
Penilaian yang dilakukan oleh
guru dengan peneliana sejawat, hal ini
dilakukan untuk menghemat waktu
sehingga pembelajaran menjadi efektif.
Pertimbangan yang dilakukan oleh
peneliti menggunakan penilaian sejawat
salah satunya sebesar tingkat usia dan
kematengan berpikir peserta didik,
dengan usia berata-rata 17 tahun peserta
didik sudah dapat melakukan penilaian
terhadap teman sejawat mereka.untuk
mempermudah penilaian guru telah
menjelaskan aturan penilain berserta
rubrik penilaiannya. Kegiatan penutup
diakhiri dengan kegiatan refleksi
terhadap pembelajaran dari awal hingga
akhir, serta pemberian hadiah kepada
negosiator terbaik berdahsarkan hasil
penilaian.
Berikut hasil belajar pada kegiatan postes pembelajaran negosiasi.
Peserta didik banyak yang tuntas
dalam belajar. Secara klasikal rata-rata
79,31 telah memenuhi standar ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil pengamatan
pada kegiatan postest dimana peserta
didik melakukan pemblejaran negosiasi
dengan model kooperatif Student TeamsAchievement Divisions (STAD), peserta
didik mengalami kemajuan dalam hasil
belajar, hal tersebut terjadi adanaya
motivasi lebih yang dilakukan oleh guru
sehingga peserta didik bergairah dalam
mengikuti
setiap
langkah-langkah
kegiatan yang sudah diatur oleh guru.
Peserta didik yang tuntas belajar
sebanyak 95,4% dihitung dari jumlah
siswa yang mendapatkan nilai ≥ 75
sebanyak 21 peserta didik, sedangkan
yang belum tuntas sebesar 4,6% dihitung
dari jumlah peserta didik yang
mendapatkan nilai < 75 sebanyak 1
peserta didik.
Berdsarkan hasil persentase
tesebut, maka pengembangan bahan ajar
ini sangat layak untuk digunakan pada
pembelajaran bernegosiasi siswa kelas
XI SMK.
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
SIMPULANDAN SARAN
Produk yang dihasilkan dalam
pengembangan ini berupa bahan ajar
cetak (printed) yang berupa buku.Bahan
ajar ini adalah buku bahasa Indonesia
kelas XI SMK yang membahas tentang
bernegosiasi yang mengasilkan dalam
konteks bekerja.Buku ini mengacu
pada kurikulum KTSP tahun 2006.
Buku ini berukuran 16,5 x 21,5 cm
menggunakan tipe huruf calibri ukuran
font 12.
Bahan ajar ini dikembangkan
dengan mengadaptasi model pengembangan Dick dan Carey. Adaptasi
tersebut menghasilkan langkah-langkah
sebagai berikut: (1) tahap awal, (2) tahap
perancangan, (3)tahap pengembangan,
(4) tahap validasi, (5) tahap evaluasi.
Dalam penelitian pengembangan
ini
dilakukan
pengembangan
pembelajaran yang mengacu pada model
kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions (STAD). Adapun bahan ajar
yang dikembangkan dalam penelitian ini
adalah berupa buku yang digunakan
pada pembelajaran negosiasi untuk
siswa SMK Al Khozini kelas XI putri
jurusan Keperawatan.
Berdasarkan hasil pengembangan
model bahan ajar bahasa Indonesia kelas
XI SMK yang membahas tentang
bernegosiasi yang mengasilkan dalam
konteks bekerja diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1) Penelitian ini menghasilkan model
bahan ajar bahasa Indonesia kelas XI
SMK yang membahas tentang
bernegosiasi
yang mengasilkan
dalam konteks bekerja. Model bahan
ajar ini untuk siswa kelas XI SMK
mengacu kurikulum KTSP tahun
2006.
2) Validititas oleh ahli isi materi mata
pelajaran menghasilkan persentase
sebesar 91%, masuk dalam kategori
sangat valid. Hasil validitas tersebut
dapat disimpulkan bahwa pengembangan model bahan ajar ini sangat
layak untuk digunakan sebagai model
kooperatif
Student
TeamsAchievement Divisions(STAD) pada
pembelajaran bernegoisasi siswa
kelas XI SMK.
3) Validitas oleh ahli penyajian dan
bahasa menghasilkan persentase
sebesar 77,5%, masuk dalam kategori
valid. Hasil validasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengem-bangan
model bahan ajar ini sangat layak
untuk digunakan sebagai model
kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions(STAD)
pada
pembelajaran bernegoisasi siswa
kelas XI SMK.
4) Uji coba kelompok kecil terhadap
siswa SMK AL KHOZINI Gondanglegi Malang kelas XI putri jurusan
Keperawatan menghasilkan persentase sebesar 95,1%, masuk dalam
kategori sangat valid. Hasil validitas
tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengembangan model bahan ajar ini
sangat layak untuk digunakan sebagai
model kooperatif Student TeamsAchievement Divisions (STAD) pada
pembelajaran bernegoisasi siswa
kelas XI SMK.
Pengoptimalan
pemanfaatan
model bahan ajar ini dalam pembelajaran bahasa Indonesia disarankan halhal sebagai berikut.
1) Untuk sekolah
Dengan adanya hasil pengembangan ini akan dapat menambah
kekayaan kepustakaan sekolah dan
variasi bahan ajar, sehingga dapat
meningkatkan mutu pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia
pada materi negosiasi.
2) Untuk guru
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
Guru bahasa Indonesia SMK
dalam proses pembelajaran bernegosiasi,
diharapkan mampu memahami konsep
negosiasi,
serta
mampu
mengimplementasikan
kegiatan
negosiasi tersebut. Dengan disusunnya
perangkat pembelajaran yang kreatif,
inovatif dan ditunjang dengan buku
siswa, pembelajaran bahasa Indonesia
menjadi suatu pembelajaran yang lebih
menarik, memudahkan siswa, lebih
mengembangkan potensi yang dimiliki
siswa, agar tidak bosan dan mempunyai
motivasi untuk belajar.
3) Untuk siswa
Model
bahan
ajar
ini
digunakan sebagai sarana belajar siswa
secara kelompok/mandiri dan sarana
penunjang
bagi
guru.
Kegiatan
pembelajaran di kelas, siswa tetap
memerlukan bimbingan dan pengarahan
dari
guru
untuk
memermudah
memahami materi yang diajarkan.
4) Untuk peneliti/pengembang lain
Produk akhir yang berupa buku
cetak model bahan ajar bahasa Indonesia
ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan
untuk
penelitian-penelitian
pengembangan sejenis.
DAFTAR RUJUKAN
Alwi, Hasan dkk. 2012. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Brodow, Ad. 2008. Negosiasion Boot
Camp:
Latihan
Singkat
BernegosiasiJitu Disegala Situasi.
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
Anggota IKAPI.
Huda, Miftahul. 2014. Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran: Isuisu Metodis dan Pragmatis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lestari, Ika. 2013. Pengembangan
Bahan Ajar Berbasis Kompetensi.
Padang: Akademia.
Lumumba, Pratice. 2013. Negosiasi
dalam Hubungan Internasional.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Majid,
Abdul.
2013.Perencanaam
Pembelajaran
(Mengembangkan
Kompetensi
Guru).
Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul. 2014.Strategi Pembelajaran.. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan.Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mulyatingsih, Endang. 2011. Metode
Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Mistar, Junaidi. 2010. Pedoman
Penulisan Tesis. Malang: Program
Pascasarjana Universitas Islam
Malang.
Prastowo, Andi. 2014. Panduan Kreatif
Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Jogjakarta: Diva Press.
Sanjaya, Wina 2014. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Setyosari, Punaji. 2013. Metode
Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:Kencana Prenada
Media.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative
Learning Teori, Model dan Riset.
Bandung: Nusa Media.
Sudrajat, A.2015. Pengembangan Bahan
Ajar,
(online)(http:/akhmadsudrajat.word
press.com/2014/28/05/konsep-
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
pengembanganbahan-ajar-2/),
diakses tanggal 27 Juli 2015.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara
(sebagai
Suatu
Keterampilan
Berbahasa). Bandung: Angkasa.
Trianto.
2011.
Model-model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Wahyuni &Abd. Syukur Ibrahim. 2012.
Asesmen pembelajaran bahasa.
Bandung: Refika Aditama.
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 10
TEAMS-ACHIEVEMENT DEVISIONS (STAD) PADA PEMBELAJARAN
BERNEGOSIASI SISWA KELAS XI SMK
Mohamad Anas Afandi
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma
[email protected]
ABSTRAK: Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan
pembelajaran yang mengacu pada Model kooperatif Student TeamsAchievement Divisions (STAD). Adapun bahan ajar yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah berupa buku yang digunakan untuk siswa
pada pembelajaran negosiasi.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
pengembangan tersebut adalah (1) mendeskripsikan pengembangan
bahan ajar model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions (STAD)pada pembelajaran bernegosiasi di kelas XI SMK, (2)
mendeskripsikan ketepatan pengembagan bahan ajar model pembelajaran
kooperatif Student Teams-Achievement Divisions (STAD)pada
pembelajaran bernegosiasi di kelas XI SMK.Model pengembangan ini
diadaptasi dari pengembangan model Dick dan Carey. Adaptasi tersebut
menghasilkan langkah-langkah: (1) tahap awal, (2) tahap perancangan,
(3) tahap pengembangan, (4) tahap validitas, (5) tahap evaluasi.
Berdasarkan hasil pengembangan bahan ajar model pembelajaran
kooperatif Student Teams-Achievement Divisions (STAD) di kelas XI
jurusan Keperawatan SMK Al Khozini Gondanglegi Malang diperoleh
kesimpulan bahwa pengembangan model bahan ajar ini sangat layak
untuk digunakan sebagai model kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) pada pembelajaran bernegoisasi siswa kelas XI SMK.
Kata-kata Kunci: pengembangan, bahan ajar, model kooperatif STAD,
negosiasi
PENDAHULUAN
Pada pelaksanaan pembelajaran
bernegosiasi, seringkali peserta didik
kurang mampu melakukannya dengan
baik. Peserta didik cenderung malu dan
tidak percaya diri ketika melakukan
kegiatan negosiasi, serta kurang kreatif
dalam mengolah kata untuk meyakinkan
kepada mitra bicara, hal tersebut juga
diakibatkan karena tidak ada motivasi
belajar.
Dari permasalahan di atas, diperlukan media maupun model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan negosiasi siswa. Dalam
menentukan
media
dan
model
pembelajaran yang tepat diperlukan
pemahaman mendalam pada materi
pembelajaran. Media maupun model
yang digunakan harus tepat, yaitu
pemilihan media dan model dipilih seuai
dengan tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran juga dipilih berdasarkan
situasi dan kondisi peserta didik. Oleh
karena itu, seorang guru dituntut untuk
dapat memilih dan menerapkan model
pembelajaran serta tersampaikan dengan
optimal.
Salah
satu
faktor
yang
menyebabkan hasil belajar siswa kelas
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
XI
SMK
dalam
pembelajaran
bernegosiasi adalah belum pernah
menggunakan model pembelajaran
kooperatif,
sehingga
pembelajaran
bernegosiasi belum berhasil secara
optimal. Oleh karena itu, peneliti
mencoba mengembangkan bahan ajar
model
kooperatifStudent
TeamsAchievement Divisions (STAD)dalam
pembelajaran bernegosiasi.
Negosiasi itu sendiri adalah
keterampilan yang memang membutuhkan latihan serta keterampilan dalam
mengolah kata untuk menyakinkan
seseorang. Dengan persiapan dan latihan
siswa mampu menguasai lawan tutur
dan dapat mempengaruhi. Dasar
negosiasi yang kreatif adalah tergantung
pada penciptaan suatu iklim kerja sama
dan seterusnya memulai negosiasi
sedemikian rupa yang mengarahkan
kedua belah pihak untuk bekerjasama
secara harmonis dan kreatif. Setelah itu
barulah negosiasinya sendiri mulai. Hal
ini bisa diperoleh dengan mempelajari
berlatih bernegosiasi yang baik dengan
memahami berbagai unsur yang terdapat
pada kegiatan negosiasi. Oleh karena itu,
peserta didik perlu mendapatkan
pengetahuan mengenai pembelajaran
negosiasi di sekolah.
Sebagai pengembangan bahan
ajar,
peneliti
disini
ingin
mengembangkan media pembelajaran
berupa buku negosiasi untuk SMK kelas
XI. Buku tersebutbermanfaat untuk
memudahkan peserta dalam memahami
prosedur pembelajaran dan kegiatan
pembelajaran. Barang produk ini
diharapkan dapat memudahkan peserta
didik dalam kegiatan negosiasi.
Berdasarkan uraian di atas,
peneliti berasumsi bahwa dengan
mengembangkan bahan ajar dapat
meningkatkan kemampuan negosiasi
peserta didik kelas XI SMK dengan
memanfaatkan potensi-potensi yang
dimiliki oleh masing-masing peserta
didik tersebut.
Dalam
pengembangan
ini
peneliti memilih pengembangan produk
dengan model kooperatif Student TeamsAchievement Divisions (STAD) karena
model ini merupakan salah satu model
pembelajaran yang paling sederhana,
dan merupakan model yang paling baik
untuk permulaan bagi guru yang baru
menggunakan pendekatan kooperatif
(Slavin, 2015:143).
Model pembelajaran kooperatif
Student Teams Achievement Divisions
(STAD) mengupayakan siswa mampu
mengajarkan kepada peserta didik
lainnya, siswa menjadi nara sumber bagi
siswa yang lain, memacu siswa berfikir
kritis, dan memotivasi siswa untuk
membuat kata-kata yang tepat agar dapat
menjelaskan kepada teman yang lain
serta memicu terjadinya diskusi yang
tidak didominasi siswa tertentu, tetapi
semua siswa dituntut menjadi aktif.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif
Student TeamsAchievement Divisions (STAD) dapat
mendorong siswa bekerjasama secara
gotong royong. Penggunaan model
pembelajaran kooperatif Student TeamsAchievement
Divisions
(STAD)
menghasilkan prestasi belajar yang lebih
tinggi, hubungan yang lebih positif dan
penyesuaian psikologis yang lebih baik
dari pada suasana belajar yang penuh
persaingan.
Langkah-langkah teknik belajar
mengajar model kooperatif
Student
Teams-Achievement Devisions (STAD)
pada pembelajaran negosiasi sebagai
berikut.
a) Para siswa di dalam kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok atau tim,
masing-masing terdiri atas 4 atau 5
anggota kelompok. Tiap tim memiliki
anggota yang heterogen, baik jenis
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan
(tinggi, sedang, rendah).
b) Tiap anggota tim menggunakan
lembar kerja akademik dan kemudian
saling membantu untuk menguasai
bahan ajar melalui tanya jawab atau
diskusi antar sesama anggota tim.
c) Secara individual atau tim, tiap
minggu atau dua minggu guru mengevaluasi untuk menguasai penguasaan
mereka terhadap bahan akademik yang
telah dipelajari.
d) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor
atas penguasaannya terhadap bahan ajar,
dan kepada siswa secara individu atau
tim yang meraih prestasi tinggi atau
memperoleh skor sempurna diberi
penghargaan. Kadang-kadang beberapa
atau
semua
tim
memperoleh
penghargaan jika mampu meraih suatu
kriteria atau standar tertentu.
METODE
Model pengembangan ini diadaptasi dari pengembangan model Dick
dan
Carey.
Adaptasi
tersebut
menghasilkan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) tahap awal, (2) tahap
perancangan, (3)tahap pengembangan,
(4)
tahap
validasi,
(5)
tahap
evaluasi(Setyosari, 2013: 234).
Dalam penelitian ini dilakukan
pengembangan
pembelajaran
yang
mengacu pada Model kooperatif Student
Teams-Achievement Divisions (STAD).
Adapun bahan ajar yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah berupa buku
yang digunakan untuk siswa pada
pembelajaran nego-siasi.
Pengembangan produk dilakukan dengan menyusun buku ajar yang
akan diuji ahli dan praktisi bahan ajar.
Untuk uji ahli isi materi oleh Dr. H. Nur
Fajar Arif, M.Pd selaku dosen
pendidikan bahasa Indonesia UNISMA,
dan uji ahli bahasa dan penyajian oleh
Dr. Hj. Dyah Werdiningsih, M.Pd selaku
dosen pendidikan bahasa Indonesia
UNISMA.
Dalam penelitian ini, produk
Model Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) berupa buku yang
sudah dirancang oleh peneliti diuji
cobakan pada kelas XI jurusan
Keperawatan
SMK
ALKHOZINI
Gondanglegi Malang, dan diuji coba
melalui dua tahap yaitu pretes dan postes
yang nantinya digunakan sebagai hasil
belajar peserta didik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk yang dihasilkan dalam
penelitian pengembangan ini adalah
bahan ajar cetak (printed) yang berupa
buku. Spesifikasi pembuatan bahan ajar
ini menggunakan kertas yang berukuran
16,5 x 21,5 cm dan ditulisdengantipe
huruf Calibri ukuran 12.
Bahan ajar ini membahas tentang
negosiasi untuk siswa kelas XI SMK
yang berpedoman pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2006. Bahan ajar ini memuat satu
Kompetensi Dasar (KD 2.10) yaitu
bernegosiasi yang menghasilkan dalam
konteks bekerja. Dalam bahan ajar
tersebut berisi pengertian negosiasi,
perlunya bernegosiasi, cara bernegosiasi yang berhasil, mencermati dialog
yang mencerminkan negosiasi, dan
evaluasi dalam pembelajarannya.
Berdasarkan prosedur pengembangan yang sudah dikemukakan, dalam
pengembangan
bahan
ajar
ini
menggunakan model pengembangan
yang diadaptasi dari pengembangan
model Dick dan Carey. Adaptasi
tersebut menghasilkan langkah-langkah
sebagai berikut :
Mula-mula yang dilakukan adalah menganalisis kebutuhan-kebutuhan
sebagai dasar pengembangan model
bahan ajar bahasa Indonesia kelas XI
SMK yang menggunakan model
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) pada pembelajaran
bernegosiasi. Analisis kebutuhan ini
meliputi: guru dan siswa.
Analisis kebutuhan guru tersebut
meliputi pembelajaran bernegoisasi
dengan menggunakan model kooperatif
Student Teams-Achievement Divisions
(STAD)yang
diintegrasikan
dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Analisis
ini dilakukan dengan cara menyebar
angket
kebutuhan
guru
bahasa
Indonesia. Angket ini diberikan kepada
Bapak Agus Supriono, S.Pd selakuguru
mata pelajaran bahasa Indonesia di SMK
AL-KHOZINI Gondanglegi Malang.
Berdasarkan
hasil
analisis
kebutuhan guru tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa masih perlu adanya
buku penunjang sebagai bahan ajar
pembelajaran bernegosiasi di kelas XI
SMK.
Adapun Analisis siswa dilakukan
untuk mengetahui karakteristik siswa
dan
kebutuhan
siswa
terhadap
pengembangan bahan ajar model
pembelajaran kooperatif Student TeamsAchievement Divisions (STAD)pada
pembelajaran bernegosiasi di kelas XI
SMK. Data ini diperoleh dengan cara
pengisian angket oleh siswa.
Berdasarkan
data
hasil
identifikasi kebutuhan siswa tersebut
dapat dianalisis yang ditunjukkan oleh
tabel berikut.
1) Siswa
tertarikdengan
pelajaran
bahasa Indonesia sebesar 92%.
2) Penting
bagi
siswa
terhadappembelajarannegosiasi
sebesar 88%.
3) Cara guru menjelaskan pembelajaran
negosiasi sebesar 66%.
4) Siswa senang dengan cara guru
tersebutdalammenjelaskan
pembelajaran negosiasi sebesar 93%.
5) Menurut
siswa
melaluipembelajaranyang
diajarkanoleh
guru
tersebutdapatmengembangkanketram
pilanberbahasa sebesar 96%.
6) Selamaini, darisumber LKS dan buku
paket siswa belajarnegosiasi sebesar
91%.
7) Siswa tertarikterhadapsumberbelajar
yang
digunakandalampembelajarannegosia
si sebesar 88%.
8) Menggunakanbukupaket/LKS, mempermudahsiswadalammemahamipem
belajarnnegosiasi sebesar 85%.
9) Siswa setujujikadikembangkanbahan
ajar/modul
(bukupegangan)
dalampembelajaranbernegosiasis
ebesar 92%.
10)
Harapan siswa terhadap bahan
ajar negosiasi yang dikemas dalam
bentuk buku sebesar 86%.
Berdasarkan hasil di atas, ratarata persentase hasil identifikasi
kebutuhan siswa sebesar 77,4%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
siswa suka pelajaran bahasa Indonesia.
Mereka menyetujui atau membutuhkan
pengembangan bahan ajar. Mereka
mengharapkan adanya pengembangan
bahan ajar bernegosiasi.
Validitas materi pengembangan
model bahan ajar oleh ahli materi
dilakukan oleh Bapak Dr. H. Nur Fajar
Arief, M.Pd yang merupakan dosen
program pascasarjana bahasa Indonesia
Universitas Islam Malang. Hasil review
ahli materi merupakan proses validasi
dari pengembangan bahan ajar bahasa
Indonesia kelas XI SMK yang
menggunakan model kooperatif Student
Teams-Achievement Divisions (STAD)
pada pembelajaran bernegosiasi. Aspek
yang dinilai adalah aspek materi
pembelajaran.
Penilaian
dilakukan
dengan
mengisi
angket
dengan
memberikan penilaian mulai dari layak
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
sampai dengan tidak layak, dan
memberikan saran perbaikan.
Berdasarkan hasil validitas pada
aspek isi materi memeroleh rata-rata
persentase sebesar 91%. Rata-rata
persentase pada aspek materi tersebut
termasuk dalam kategori sangat valid.
Dengan demikian, materi dalam
pengembangan bahan ajar ini sangat
layak untuk digunakan sebagai bahan
ajar bahasa Indonesia menggunakan
model kooperatif Student TeamsAchievement Divisions (STAD) pada
pembelajaran bernegosiasi.
Validitas kelayakan penyajian
pengembangan model bahan ajar oleh
ahli penyajian dilakukan oleh Ibu Dr. Hj.
Dyah Werdiningsih, M.Pd
yang
merupakan dosen program pascasarjana
bahasa Indonesia Universitas Islam
Malang. Hasil review ahli penyajian dan
bahasa merupakan proses validasi dari
pengembangan bahan ajar bahasa
Indonesia kelas XI SMK yang
menggunakan model kooperatif Student
Teams-Achievement Divisions (STAD)
pada pembelajaran bernegosiasi.
Aspek yang dinilai adalah aspek
kelayakan
penyajian.
Penilaian
dilakukan dengan mengisi angket
dengan memberikan penilaian mulai dari
layak sampai dengan tidak layak, dan
memberikan saran perbaikan. Hasil
validasi
oleh
ahli
penyajian
selengkapnya sebagai berikut.
Berdasarkan hasil tersebut, ratarata persentase pada aspek kelayakan
penyajian dan bahasa sebesar 77,5%.
Rata-rata persentase pada aspek
kelayakan penyajian tersebut adalah
77,5%, masuk dalam kategori cukup
valid.
Dengan demikian, kelayakan
penyajian dalam pengembangan bahan
ajar ini cukup layak dan revisi untuk
digunakan sebagai bahan ajar bahasa
Indonesia menggunakan model koo-
peratif Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) pada pembelajaran
bernegosiasi.
Beberapa saran atau komentar
dari validator untuk perbaikan kelayakan
penyajian dan bahasa disajikan sebagai
berikut.
1) Baiknya tiap topik A, B, C, D
disajikan dengan font lebih besar
supaya tampak menonjol dan menarik
perhatian siswa.
2) Judul buku ditulis lebih besar dan
menarik. Misal: “Sukses Bernegosiasi”
Berdasarkan hasil uji ahli
penyajian dan bahasa tersebut rata-rata
persentase pada aspek kelayakan
penyajian tersebut adalah 77,5%, masuk
dalam kategori valid.
Sebagai uji coba kelayakan dari
penerapan model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions (STAD) terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan pretest.
Kegiatan pretest dilakukan untuk mengetahui kemapuan peserta didik
dan hasil belajar sebelum memperoleh
perlakuan, pada pretest peserta didik
melakukan kegiatan negosiasi tanpa
menggunakan model pembelajaran
kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions (STAD)dalam pemebelajaran
negosiasi.
Padapretest
tersebut
didapatkan hasil pembelejaran sebagai
berikut.
Hasil
dari
kegitan
pretestmenunjukkan banyak peserta
didik yang mengalami ketidaktuntasan
dalam belajar, dan secara klaksikal ratarata 70,40 tersebut belum memenuhi
standart ketuntasan belajar.
Peserta didik yang tuntas belajar
sebanyak 9,09% dihitung dari jumlah
siswa yang mendapatkan nilai < 75
sebanyak 20 peserta didik, sedangkan
yang belum tuntas sebesar 90,9%
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
dihitung dari jumlah peserta didik yang
mendapatkan nilai ≥ 75 sebanyak 2
peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti banyak peserta
didik yang mengalami ketidaktuntasan
dalam pembelajaran negosiasi. Hal
tersebut terdapat banyak faktor yang
memengaruhi diantaranya adalahadanya
peserta yang masih banyak malu untuk
melakukan kegiatan negosiasi di depan
kelas.
Faktor lainya yaitu, walaupun
peserta didik sudah dibantu dengan
adanya teks yang sudah dibuat oleh
peserta didik sebelumnya, akan tetapi
peserta didik masih cenderung melihat
teks negosiasi ketika melakukan
kegiatan negosiasi. Butuh waktu yang
lebih banyak untuk peserta didik
menghafal skrip atau teks yang sudah
dibuat walaupun oleh mereka sendiri,
hal tersebut akan membuat peserta didik
tidak fokus dalam kegiatan negosiasi itu
sendiri, maka kegiatan negosiasipun
tidak bisa tercapai sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Dari hasil pretes diatas langkah
yang dilakukan oleh peneliti selanjutnya
mengimplementasikan bahan ajar model
pembelajarn kooperatif Student TeamsAchievement Divisions (STAD). Pada
kegiatan ini peserta didik secara
berpasangan menyusun teks negosisasi
berdasarkan barang produk yang telah
dipersiapkan
sebelumnya
dibantu
dengan bahan ajar yang lain. Kegiatan
selanjutnya
salah
satu
pasangan
kelompok mempraktikkan negosiasi di
depan kelas dengan bantuan barang
produk yang telah dibawa masingmasing peserta didik. Pada kegiatan
inilah peneliti melakukan postes berupa
kegiatan negosiasi.
Penilaian yang dilakukan oleh
guru dengan peneliana sejawat, hal ini
dilakukan untuk menghemat waktu
sehingga pembelajaran menjadi efektif.
Pertimbangan yang dilakukan oleh
peneliti menggunakan penilaian sejawat
salah satunya sebesar tingkat usia dan
kematengan berpikir peserta didik,
dengan usia berata-rata 17 tahun peserta
didik sudah dapat melakukan penilaian
terhadap teman sejawat mereka.untuk
mempermudah penilaian guru telah
menjelaskan aturan penilain berserta
rubrik penilaiannya. Kegiatan penutup
diakhiri dengan kegiatan refleksi
terhadap pembelajaran dari awal hingga
akhir, serta pemberian hadiah kepada
negosiator terbaik berdahsarkan hasil
penilaian.
Berikut hasil belajar pada kegiatan postes pembelajaran negosiasi.
Peserta didik banyak yang tuntas
dalam belajar. Secara klasikal rata-rata
79,31 telah memenuhi standar ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil pengamatan
pada kegiatan postest dimana peserta
didik melakukan pemblejaran negosiasi
dengan model kooperatif Student TeamsAchievement Divisions (STAD), peserta
didik mengalami kemajuan dalam hasil
belajar, hal tersebut terjadi adanaya
motivasi lebih yang dilakukan oleh guru
sehingga peserta didik bergairah dalam
mengikuti
setiap
langkah-langkah
kegiatan yang sudah diatur oleh guru.
Peserta didik yang tuntas belajar
sebanyak 95,4% dihitung dari jumlah
siswa yang mendapatkan nilai ≥ 75
sebanyak 21 peserta didik, sedangkan
yang belum tuntas sebesar 4,6% dihitung
dari jumlah peserta didik yang
mendapatkan nilai < 75 sebanyak 1
peserta didik.
Berdsarkan hasil persentase
tesebut, maka pengembangan bahan ajar
ini sangat layak untuk digunakan pada
pembelajaran bernegosiasi siswa kelas
XI SMK.
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
SIMPULANDAN SARAN
Produk yang dihasilkan dalam
pengembangan ini berupa bahan ajar
cetak (printed) yang berupa buku.Bahan
ajar ini adalah buku bahasa Indonesia
kelas XI SMK yang membahas tentang
bernegosiasi yang mengasilkan dalam
konteks bekerja.Buku ini mengacu
pada kurikulum KTSP tahun 2006.
Buku ini berukuran 16,5 x 21,5 cm
menggunakan tipe huruf calibri ukuran
font 12.
Bahan ajar ini dikembangkan
dengan mengadaptasi model pengembangan Dick dan Carey. Adaptasi
tersebut menghasilkan langkah-langkah
sebagai berikut: (1) tahap awal, (2) tahap
perancangan, (3)tahap pengembangan,
(4) tahap validasi, (5) tahap evaluasi.
Dalam penelitian pengembangan
ini
dilakukan
pengembangan
pembelajaran yang mengacu pada model
kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions (STAD). Adapun bahan ajar
yang dikembangkan dalam penelitian ini
adalah berupa buku yang digunakan
pada pembelajaran negosiasi untuk
siswa SMK Al Khozini kelas XI putri
jurusan Keperawatan.
Berdasarkan hasil pengembangan
model bahan ajar bahasa Indonesia kelas
XI SMK yang membahas tentang
bernegosiasi yang mengasilkan dalam
konteks bekerja diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1) Penelitian ini menghasilkan model
bahan ajar bahasa Indonesia kelas XI
SMK yang membahas tentang
bernegosiasi
yang mengasilkan
dalam konteks bekerja. Model bahan
ajar ini untuk siswa kelas XI SMK
mengacu kurikulum KTSP tahun
2006.
2) Validititas oleh ahli isi materi mata
pelajaran menghasilkan persentase
sebesar 91%, masuk dalam kategori
sangat valid. Hasil validitas tersebut
dapat disimpulkan bahwa pengembangan model bahan ajar ini sangat
layak untuk digunakan sebagai model
kooperatif
Student
TeamsAchievement Divisions(STAD) pada
pembelajaran bernegoisasi siswa
kelas XI SMK.
3) Validitas oleh ahli penyajian dan
bahasa menghasilkan persentase
sebesar 77,5%, masuk dalam kategori
valid. Hasil validasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengem-bangan
model bahan ajar ini sangat layak
untuk digunakan sebagai model
kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions(STAD)
pada
pembelajaran bernegoisasi siswa
kelas XI SMK.
4) Uji coba kelompok kecil terhadap
siswa SMK AL KHOZINI Gondanglegi Malang kelas XI putri jurusan
Keperawatan menghasilkan persentase sebesar 95,1%, masuk dalam
kategori sangat valid. Hasil validitas
tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengembangan model bahan ajar ini
sangat layak untuk digunakan sebagai
model kooperatif Student TeamsAchievement Divisions (STAD) pada
pembelajaran bernegoisasi siswa
kelas XI SMK.
Pengoptimalan
pemanfaatan
model bahan ajar ini dalam pembelajaran bahasa Indonesia disarankan halhal sebagai berikut.
1) Untuk sekolah
Dengan adanya hasil pengembangan ini akan dapat menambah
kekayaan kepustakaan sekolah dan
variasi bahan ajar, sehingga dapat
meningkatkan mutu pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia
pada materi negosiasi.
2) Untuk guru
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
Guru bahasa Indonesia SMK
dalam proses pembelajaran bernegosiasi,
diharapkan mampu memahami konsep
negosiasi,
serta
mampu
mengimplementasikan
kegiatan
negosiasi tersebut. Dengan disusunnya
perangkat pembelajaran yang kreatif,
inovatif dan ditunjang dengan buku
siswa, pembelajaran bahasa Indonesia
menjadi suatu pembelajaran yang lebih
menarik, memudahkan siswa, lebih
mengembangkan potensi yang dimiliki
siswa, agar tidak bosan dan mempunyai
motivasi untuk belajar.
3) Untuk siswa
Model
bahan
ajar
ini
digunakan sebagai sarana belajar siswa
secara kelompok/mandiri dan sarana
penunjang
bagi
guru.
Kegiatan
pembelajaran di kelas, siswa tetap
memerlukan bimbingan dan pengarahan
dari
guru
untuk
memermudah
memahami materi yang diajarkan.
4) Untuk peneliti/pengembang lain
Produk akhir yang berupa buku
cetak model bahan ajar bahasa Indonesia
ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan
untuk
penelitian-penelitian
pengembangan sejenis.
DAFTAR RUJUKAN
Alwi, Hasan dkk. 2012. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Brodow, Ad. 2008. Negosiasion Boot
Camp:
Latihan
Singkat
BernegosiasiJitu Disegala Situasi.
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
Anggota IKAPI.
Huda, Miftahul. 2014. Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran: Isuisu Metodis dan Pragmatis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lestari, Ika. 2013. Pengembangan
Bahan Ajar Berbasis Kompetensi.
Padang: Akademia.
Lumumba, Pratice. 2013. Negosiasi
dalam Hubungan Internasional.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Majid,
Abdul.
2013.Perencanaam
Pembelajaran
(Mengembangkan
Kompetensi
Guru).
Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul. 2014.Strategi Pembelajaran.. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan.Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mulyatingsih, Endang. 2011. Metode
Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Mistar, Junaidi. 2010. Pedoman
Penulisan Tesis. Malang: Program
Pascasarjana Universitas Islam
Malang.
Prastowo, Andi. 2014. Panduan Kreatif
Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Jogjakarta: Diva Press.
Sanjaya, Wina 2014. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Setyosari, Punaji. 2013. Metode
Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:Kencana Prenada
Media.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative
Learning Teori, Model dan Riset.
Bandung: Nusa Media.
Sudrajat, A.2015. Pengembangan Bahan
Ajar,
(online)(http:/akhmadsudrajat.word
press.com/2014/28/05/konsep-
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
pengembanganbahan-ajar-2/),
diakses tanggal 27 Juli 2015.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara
(sebagai
Suatu
Keterampilan
Berbahasa). Bandung: Angkasa.
Trianto.
2011.
Model-model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Wahyuni &Abd. Syukur Ibrahim. 2012.
Asesmen pembelajaran bahasa.
Bandung: Refika Aditama.
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 10