Pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Professionalisme perawat merupakan salah satu hal yang penting untuk
meningkatkan kinerja perawat. Depkes (2005) menjelaskan bahwapada tahun
2000 Direktorat Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan bekerja sama
dengan World Health Organization(WHO)mengembangkan suatu program
peningkatan
professionalisme
perawat
yang
dikenal
dengan
Sistem
Pengembangan Manajemen dan Kinerja Klinis (SPMKK) yang selanjutnya
berdasarkan
Permenkes
No.836/Menkes/SK-VI/2005
berubah
menjadi
Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK), kegiatan Diskusi Refleksi Kasus
(DRK) merupakan salah satu bagian dari PMK.
Menurut Depkes (2005) Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalahsuatu
metode pembelajaran dalam bentuk kelompok diskusi untuk berbagi pengalaman
klinik yang didasarkan atas standar yang telah ditetapkan. Tujuan dari DRK
adalah: 1) mengembangkan professionalisme, 2) meningkatkan aktualisasi diri,
3) membangkitkan motivasi belajar, 4) wahana untuk menyelesaikan masalah
yang mengacu pada standar yang telah ditetapkan, 5) belajar untuk menghargai
kolega agar lebih sabar, lebih banyak mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak
memojokkan, dan meningkatkan keja sama.Langkah-langkah kegiatan DRK
terdiri dari:1) memilih/menetapkan kasus yang akan didiskusikan, 2) menyusun
jadwal kegiatan, 3) waktu pelaksanaan, 4) peran masing-masing personal dalam
DRK, 5) penulisan laporan.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Hennesy D, Hicks, Hilan & Kawonal (2006) menjelaskan DRK
merupakan salah satu bagian dari pengembangan staf berkelanjutan yang dikenal
dengan
istilah
Continous
Professional
Development
(CPD),
kegiatan
inidibutuhkan agar perawat memiliki keterampilan/kompetensi tambahan selain
pelatihan dasar.Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 menjelaskan
bahwa pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat didasarkan pada
pengetahuan dan kompetensi dibidang ilmu keperawatan yang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan klien, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan
globalisasi.
Penelitian terkait kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) dipublikasikan
oleh Dube & Ducharme (2014)yang mengistilahkan kegiatan Diskusi Refleksi
Kasus (DRK) dengan Reflective Practice (RP). Duffy (2007 dalam Dube &
Ducharme 2014) menjelaskan bahwa Reflective Practice (RP) merupakan
kegiatan pembelajaran dan pengembangan lewat pengkajian dari praktek
professional yang meliputi pengalaman, pemikiran, emosi, tindakan dan
pengetahuan.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan
dan sikap perawat terhadap asuhan keperawatan pada pasien lansia setelah
dilakukan kegiatan Reflective Practice (RP). Kegiatan ini dapat dilakukan salah
satunya dengan mendiskusikan tentang situasi klinik dalam suatu kelompok
belajar.
Penelitian Asselin & Fain (2013) menjelaskan efek pelaksanaan program
pengembangan pengetahuan menggunakan praktek refleksi (reflective practice)
dalam program Continuing Education (CE) dengan jenis model refleksi
Universitas Sumatera Utara
3
terstruktur menggunakan isyarat pertanyaan, menulis narasi tentang pengalaman,
dan
diskusi
refleksi
kelompok.
Hasil
dari
penelitian
ini
adalah
peningkatankemampuan befikir reflektif perawat terhadap praktek asuhan
keperawatan dan peningkatan kemampuan refleksi diri perawat. Program ini
disarankan untuk dilakukan oleh perawat pemula (novice).
Penelitian fenomenologi dari Peden-McAlpine, Tomlinson, Forneris,
Gencks & Meiers (2005) mengistilahkan kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
merupakan salah satu dari program Reflective Practice Intervention (RPI).
Penelitian ini menjelaskan tentang
melaksanakan
pembelajaran
lewat
pengalaman perawat anak
Reflective
Practice
dalam
Intervention
(RPI)menghasilkan 3 tema yaitu: 1) pengetahuan tentang sikap perawat terhadap
keluarga dengan pasien anak, 2) mengenal stress pada keluarga, 3) kerjasama
perawat dan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan.
Kegiatan pembelajaran lewat praktek reflektif (reflective practice) dalam
bidang keperawatan memiliki beberapa implikasi yaitu:1) membantu membawa
perubahan dalam praktik individu, dan memberi kontribusi inisiatif terhadap
perubahan kebijakan serta meningkatkan asuhan terhadap pasien, 2)memberikan
pendapat perawat dalam praktek klinis dalam kaitannya dengan hak mereka
sendiri dan juga sebagai respon terhadap kekuatan tim medis lain, 3) suatu
bentuk kontribusi diri dari pengalaman perawat, 4) proses pembelajaran
sepanjang hidup perawat professional,5) bagi para mahasiswa akan membantu
dalam proses belajar sesuatu yang dilakukan setiap saat bukan hanya didapatkan
lewat teori (Edwards, 2014).
Universitas Sumatera Utara
4
Penelitian Walker, Cooke, Henderson & Creedy (2012) menjelaskan
kegiatan pembelajaran lewat diskusi refleksi dengan bentuk pembelajaran
berkelompok (learning circle) memberikan kesempatan pada para perawat, siswa
perawat dengan bantuan fasilitator (supervisor dari rumah sakit) untuk
mendiskusikan pengalaman dan gagasan
dalam melakukan praktik asuhan
keperawatan. Hasilnya adalah adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan
terhadap praktik asuhan keperawatan yang dilakukan setelah dilakukan kegiatan
ini.
Penelitian Oyamada (2012) tentang program refleksi kritis (critical
reflection program) yang dilakukan pada 14 perawat yang ada di 3 rumah sakit di
Jepang. Penelitian ini mengembangkan program pembelajaran lewat diskusi
refleksi kelompok. Hasil yang didapatkan dari 85% perawat klinik yang
mengikuti program pembelajaranlewat diskusi reflektif mengalami perubahan
pada sikap dan kemampuan berfikir kritis.
Penelitian tentang kegiatan reflektif sebagai pembelajaran pada perawat
juga dilakukan oleh Taylor, Holroyd,Edwards,Unwin danRowley (2005) dari
Australia. Penelitian action
researchini menjelaskan bahwa praktek refleksi
(reflective practice)lewat menulis pengalaman secara narasi dan diskusi refleksi
kelompok dapat meningkatkan kemampuan perawat untuk bekerja secara
sistematis lewat proses penyelesaian masalah (problem solving) sehingga dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan menjadi lebih efektif serta
pengembangan sifat asertif perawat dalam bekerja.
Universitas Sumatera Utara
5
Pengetahuan terhadap tindakan keperawatan akan mempengaruhi asuhan
keperawatan yang diberikan perawat kepada pasien.Penelitian Wayurah,
Nurachmah & Mulyono (2011) yang dilakukan pada perawat di RSUD
Indramayu diperoleh hasil 50,8% perawat memiliki pengetahuan kurang baik
terhadap tindakan pemasangan infus menyebabkan kejadian phlebitis sebesar
40%. Penelitian ini menjelaskan adanya hubungan yang signifikan antara
pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian phlebitis yang terjadi
di RSUD Indramayu.
Penelitian Paryanti, Haryati & Hartati (2007) menjelaskan hubungan
antara tingkat pengetahuan perawat dengan tingkat keterampilan melaksanakan
prosedur tetap suction di Ruang ICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Penelitian ini menjelaskan pengetahuan perawat ICU terhadap
tindakan suction 68,2% pada kategori baik sehingga keterampilan perawat 77,3%
berada dalam kategori baik.
Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) telah dilakukan di rumah sakit
yang ada di Indonesia. Penelitian Pamungkas dan Hasanbasri (2011) tentang
pelaksanaan DRK di RSUD Kota Yogyakarta menjelaskan pelaksanaan DRK
memberikan peningkatan pengetahuan perawat terhadap asuhan keperawatan
(73,3%),
pembelajaran
melalui
pengalaman
(73,3%),
peningkatan
profesionalisme (87,7%), peningkatan keterampilan perawat (80%), peningkatan
aktualisasi diri perawat (80%), serta peningkatan mutu dan penerapan terhadap
pasien (93,3%). Penelitian ini juga menjelaskan pentingnya dukungan
stakeholderterhadappelaksanaan DRK.
Universitas Sumatera Utara
6
Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) telah dilaksanakan di RSUP Haji
Adam Malik Medan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu instalasi yang rutin
melaksanakan DRK adalah Instalasi Cardiac Center. Wawancara yang dilakukan
penulis dengan Kapokja Instalasi Cardiac Center RSUP Haji Adam Malik
didapatkan hasil bahwa Penanggung jawab (PJ) kegiatan DRK ini langsung dari
Kapokja keperawatan Instalasi Cardiac Center. PJ menyusun jadwal kegiatan
DRK untuk 1 tahun. Kegiatan DRK yang dilaksanakan dijadwalkan 2 kali dalam
sebulan.
Topik yang didiskusikan pada kegiatan DRK di RSUP Haji Adam Malik
di Instalasi Cardiac Center ini umumnya
tentang perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam dunia medis yang berhubungan dengan
keperawatan serta diskusi tentang askep pada pasien, diskusi kadang bersifat
workshopberupa presentasi dari perawat yang baru mengikuti pelatihan diluar
rumah sakit dan presentasi hasil penelitian perawat yang melanjutkan pendidikan.
Diskusi yang dilakukan belum sepenuhnya membahas tentang kasus pasien,
namun lebih bersifat update pengetahuan (transfer of knowledge). Kegiatan DRK
ini dihadiri oleh beberapa kepala ruangandan para perawat pelaksana yang ada di
Instalasi Cardiac Center. Proses berlangsung lewat presentasi materi dan
dilanjutkan dengan tanya jawab antara penyaji dan peserta diskusi. Hasil diskusi
terdokumentasiberupa absensi, materi diskusi dan proses berjalannya diskusi.
Penelitian Pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK) ini
dilakukan di Ruang Rawat Inap RS Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini
dilakukan lewat pendekatan action research dengan melibatkan partisipasi aktif
Universitas Sumatera Utara
7
dari partisipan untuk bersama-sama merumuskan protokol kegiatan Diskusi
Refleksi Kasus (DRK). Kegiatan action research bertujuan agar peneliti dapat
mengumpulkan informasi dan pengetahuan tentang situasi tertentu serta untuk
membantu memperbaiki situasi yang didapatkan di lapangan (Polit & Beck,
2012).
Penelitian Pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK) ini juga
dilakukan dengan pendekatan lewat teori Jean Watson tentang “Interpersonal
teaching learning (carative factor 7) yang merupakan salah satu komponen dari
ten carrative factor. Kegiatan Interpersonal teaching learning ini merupakan
proses pembelajaran dengan memberikan informasi dan saling berbagi
pengalaman (Watson, 2008).Penelitian ini nantinya akan menghasilkan protokol
kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) yang dapat meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
1.2.Permasalahan
Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 menjelaskan bahwa
pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan
dan kompetensi dibidang ilmu keperawatan yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan klien, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi.
Perawat di Indonesia dituntut untuk profesional dalam memberikan asuhan
keperawatan
Pengembangan
dengan
dan
meningkatkan
Pemberdayaan
kompetensinya.
Sumber
Daya
Data
Manusia
dari
Badan
Kesehatan
(BPPSDMK) rasio perawat di Indonesia tahun 2013 adalah 119,2 per 100.000
penduduk. Namun, para perawat ini belum seluruhnya memiliki kompetensi yang
Universitas Sumatera Utara
8
memenuhi standar.Penelitian Wayurah, Nurachmah & Mulyono (2011) yang
dilakukan pada perawat di RSUD Indramayu diperoleh hasil 50,8% perawat
memiliki pengetahuan kurang baik terhadap tindakan pemasangan infus
menyebabkan kejadian phlebitis sebesar 40%. Penelitian ini menjelaskan adanya
hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan asuhan
keperawatan yang dilakukan.Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan
salah satu metode pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Berdasarkan latar belakang yang
telah dipaparkan, maka penting bagi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
untuk melaksanakan kegiatan DRK agar dapat meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan pada pasien.
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan ProtokolDiskusi Refleksi
Kasus (DRK) diRuang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
1.4.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Rumah Sakit,
perawat administrator, pendidikan keperawatan, dan perkembangan riset
keperawatan.
1.4.1 Bagi Rumah Sakit
Penelitian inidapat menjadi acuan untuk pelaksanaan kegiatan Diskusi
Refleksi Kasus (DRK) yang dilaksanakan secara teratur dan terjadwal sehingga
mampu menumbuhkan profesionalisme perawat untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
9
1.4.2 Bagi perawat administrator
Penelitian
ini
dapat
memberi
kontribusi
untuk
mengembangkan
ProtokolDiskusi Refleksi Kasus (DRK) dan dapat diaplikasikan di Ruang Rawat
InapRumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Pengembangan Diskusi Refleksi
Kasus (DRK) ini selain dapat meng-update pengetahuan perawat pengetahuan dan
teknologi, juga dapat membantu perawat mengevaluasi pelaksanaan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan SPO. Sehingga bisa dilakukan perbaikan sesuai
dengan standar yang ditetapkan di Rumah Sakit.
1.4.3 Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif bagi
Institusi
Pendidikan
Fakultas
Keperawatan
khususnya
Magister
Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara, sebagai bahan referensi kepustakaan
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik terkait konsep Diskusi
Refleksi Kasus (DRK).
1.4.4 Bagi perkembangan riset keperawatan
Penelitian ini akan menjadi data (evidence based) yang dapat
dikembangkan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Professionalisme perawat merupakan salah satu hal yang penting untuk
meningkatkan kinerja perawat. Depkes (2005) menjelaskan bahwapada tahun
2000 Direktorat Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan bekerja sama
dengan World Health Organization(WHO)mengembangkan suatu program
peningkatan
professionalisme
perawat
yang
dikenal
dengan
Sistem
Pengembangan Manajemen dan Kinerja Klinis (SPMKK) yang selanjutnya
berdasarkan
Permenkes
No.836/Menkes/SK-VI/2005
berubah
menjadi
Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK), kegiatan Diskusi Refleksi Kasus
(DRK) merupakan salah satu bagian dari PMK.
Menurut Depkes (2005) Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalahsuatu
metode pembelajaran dalam bentuk kelompok diskusi untuk berbagi pengalaman
klinik yang didasarkan atas standar yang telah ditetapkan. Tujuan dari DRK
adalah: 1) mengembangkan professionalisme, 2) meningkatkan aktualisasi diri,
3) membangkitkan motivasi belajar, 4) wahana untuk menyelesaikan masalah
yang mengacu pada standar yang telah ditetapkan, 5) belajar untuk menghargai
kolega agar lebih sabar, lebih banyak mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak
memojokkan, dan meningkatkan keja sama.Langkah-langkah kegiatan DRK
terdiri dari:1) memilih/menetapkan kasus yang akan didiskusikan, 2) menyusun
jadwal kegiatan, 3) waktu pelaksanaan, 4) peran masing-masing personal dalam
DRK, 5) penulisan laporan.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Hennesy D, Hicks, Hilan & Kawonal (2006) menjelaskan DRK
merupakan salah satu bagian dari pengembangan staf berkelanjutan yang dikenal
dengan
istilah
Continous
Professional
Development
(CPD),
kegiatan
inidibutuhkan agar perawat memiliki keterampilan/kompetensi tambahan selain
pelatihan dasar.Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 menjelaskan
bahwa pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat didasarkan pada
pengetahuan dan kompetensi dibidang ilmu keperawatan yang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan klien, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan
globalisasi.
Penelitian terkait kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) dipublikasikan
oleh Dube & Ducharme (2014)yang mengistilahkan kegiatan Diskusi Refleksi
Kasus (DRK) dengan Reflective Practice (RP). Duffy (2007 dalam Dube &
Ducharme 2014) menjelaskan bahwa Reflective Practice (RP) merupakan
kegiatan pembelajaran dan pengembangan lewat pengkajian dari praktek
professional yang meliputi pengalaman, pemikiran, emosi, tindakan dan
pengetahuan.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan
dan sikap perawat terhadap asuhan keperawatan pada pasien lansia setelah
dilakukan kegiatan Reflective Practice (RP). Kegiatan ini dapat dilakukan salah
satunya dengan mendiskusikan tentang situasi klinik dalam suatu kelompok
belajar.
Penelitian Asselin & Fain (2013) menjelaskan efek pelaksanaan program
pengembangan pengetahuan menggunakan praktek refleksi (reflective practice)
dalam program Continuing Education (CE) dengan jenis model refleksi
Universitas Sumatera Utara
3
terstruktur menggunakan isyarat pertanyaan, menulis narasi tentang pengalaman,
dan
diskusi
refleksi
kelompok.
Hasil
dari
penelitian
ini
adalah
peningkatankemampuan befikir reflektif perawat terhadap praktek asuhan
keperawatan dan peningkatan kemampuan refleksi diri perawat. Program ini
disarankan untuk dilakukan oleh perawat pemula (novice).
Penelitian fenomenologi dari Peden-McAlpine, Tomlinson, Forneris,
Gencks & Meiers (2005) mengistilahkan kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
merupakan salah satu dari program Reflective Practice Intervention (RPI).
Penelitian ini menjelaskan tentang
melaksanakan
pembelajaran
lewat
pengalaman perawat anak
Reflective
Practice
dalam
Intervention
(RPI)menghasilkan 3 tema yaitu: 1) pengetahuan tentang sikap perawat terhadap
keluarga dengan pasien anak, 2) mengenal stress pada keluarga, 3) kerjasama
perawat dan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan.
Kegiatan pembelajaran lewat praktek reflektif (reflective practice) dalam
bidang keperawatan memiliki beberapa implikasi yaitu:1) membantu membawa
perubahan dalam praktik individu, dan memberi kontribusi inisiatif terhadap
perubahan kebijakan serta meningkatkan asuhan terhadap pasien, 2)memberikan
pendapat perawat dalam praktek klinis dalam kaitannya dengan hak mereka
sendiri dan juga sebagai respon terhadap kekuatan tim medis lain, 3) suatu
bentuk kontribusi diri dari pengalaman perawat, 4) proses pembelajaran
sepanjang hidup perawat professional,5) bagi para mahasiswa akan membantu
dalam proses belajar sesuatu yang dilakukan setiap saat bukan hanya didapatkan
lewat teori (Edwards, 2014).
Universitas Sumatera Utara
4
Penelitian Walker, Cooke, Henderson & Creedy (2012) menjelaskan
kegiatan pembelajaran lewat diskusi refleksi dengan bentuk pembelajaran
berkelompok (learning circle) memberikan kesempatan pada para perawat, siswa
perawat dengan bantuan fasilitator (supervisor dari rumah sakit) untuk
mendiskusikan pengalaman dan gagasan
dalam melakukan praktik asuhan
keperawatan. Hasilnya adalah adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan
terhadap praktik asuhan keperawatan yang dilakukan setelah dilakukan kegiatan
ini.
Penelitian Oyamada (2012) tentang program refleksi kritis (critical
reflection program) yang dilakukan pada 14 perawat yang ada di 3 rumah sakit di
Jepang. Penelitian ini mengembangkan program pembelajaran lewat diskusi
refleksi kelompok. Hasil yang didapatkan dari 85% perawat klinik yang
mengikuti program pembelajaranlewat diskusi reflektif mengalami perubahan
pada sikap dan kemampuan berfikir kritis.
Penelitian tentang kegiatan reflektif sebagai pembelajaran pada perawat
juga dilakukan oleh Taylor, Holroyd,Edwards,Unwin danRowley (2005) dari
Australia. Penelitian action
researchini menjelaskan bahwa praktek refleksi
(reflective practice)lewat menulis pengalaman secara narasi dan diskusi refleksi
kelompok dapat meningkatkan kemampuan perawat untuk bekerja secara
sistematis lewat proses penyelesaian masalah (problem solving) sehingga dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan menjadi lebih efektif serta
pengembangan sifat asertif perawat dalam bekerja.
Universitas Sumatera Utara
5
Pengetahuan terhadap tindakan keperawatan akan mempengaruhi asuhan
keperawatan yang diberikan perawat kepada pasien.Penelitian Wayurah,
Nurachmah & Mulyono (2011) yang dilakukan pada perawat di RSUD
Indramayu diperoleh hasil 50,8% perawat memiliki pengetahuan kurang baik
terhadap tindakan pemasangan infus menyebabkan kejadian phlebitis sebesar
40%. Penelitian ini menjelaskan adanya hubungan yang signifikan antara
pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian phlebitis yang terjadi
di RSUD Indramayu.
Penelitian Paryanti, Haryati & Hartati (2007) menjelaskan hubungan
antara tingkat pengetahuan perawat dengan tingkat keterampilan melaksanakan
prosedur tetap suction di Ruang ICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Penelitian ini menjelaskan pengetahuan perawat ICU terhadap
tindakan suction 68,2% pada kategori baik sehingga keterampilan perawat 77,3%
berada dalam kategori baik.
Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) telah dilakukan di rumah sakit
yang ada di Indonesia. Penelitian Pamungkas dan Hasanbasri (2011) tentang
pelaksanaan DRK di RSUD Kota Yogyakarta menjelaskan pelaksanaan DRK
memberikan peningkatan pengetahuan perawat terhadap asuhan keperawatan
(73,3%),
pembelajaran
melalui
pengalaman
(73,3%),
peningkatan
profesionalisme (87,7%), peningkatan keterampilan perawat (80%), peningkatan
aktualisasi diri perawat (80%), serta peningkatan mutu dan penerapan terhadap
pasien (93,3%). Penelitian ini juga menjelaskan pentingnya dukungan
stakeholderterhadappelaksanaan DRK.
Universitas Sumatera Utara
6
Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) telah dilaksanakan di RSUP Haji
Adam Malik Medan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu instalasi yang rutin
melaksanakan DRK adalah Instalasi Cardiac Center. Wawancara yang dilakukan
penulis dengan Kapokja Instalasi Cardiac Center RSUP Haji Adam Malik
didapatkan hasil bahwa Penanggung jawab (PJ) kegiatan DRK ini langsung dari
Kapokja keperawatan Instalasi Cardiac Center. PJ menyusun jadwal kegiatan
DRK untuk 1 tahun. Kegiatan DRK yang dilaksanakan dijadwalkan 2 kali dalam
sebulan.
Topik yang didiskusikan pada kegiatan DRK di RSUP Haji Adam Malik
di Instalasi Cardiac Center ini umumnya
tentang perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam dunia medis yang berhubungan dengan
keperawatan serta diskusi tentang askep pada pasien, diskusi kadang bersifat
workshopberupa presentasi dari perawat yang baru mengikuti pelatihan diluar
rumah sakit dan presentasi hasil penelitian perawat yang melanjutkan pendidikan.
Diskusi yang dilakukan belum sepenuhnya membahas tentang kasus pasien,
namun lebih bersifat update pengetahuan (transfer of knowledge). Kegiatan DRK
ini dihadiri oleh beberapa kepala ruangandan para perawat pelaksana yang ada di
Instalasi Cardiac Center. Proses berlangsung lewat presentasi materi dan
dilanjutkan dengan tanya jawab antara penyaji dan peserta diskusi. Hasil diskusi
terdokumentasiberupa absensi, materi diskusi dan proses berjalannya diskusi.
Penelitian Pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK) ini
dilakukan di Ruang Rawat Inap RS Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini
dilakukan lewat pendekatan action research dengan melibatkan partisipasi aktif
Universitas Sumatera Utara
7
dari partisipan untuk bersama-sama merumuskan protokol kegiatan Diskusi
Refleksi Kasus (DRK). Kegiatan action research bertujuan agar peneliti dapat
mengumpulkan informasi dan pengetahuan tentang situasi tertentu serta untuk
membantu memperbaiki situasi yang didapatkan di lapangan (Polit & Beck,
2012).
Penelitian Pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK) ini juga
dilakukan dengan pendekatan lewat teori Jean Watson tentang “Interpersonal
teaching learning (carative factor 7) yang merupakan salah satu komponen dari
ten carrative factor. Kegiatan Interpersonal teaching learning ini merupakan
proses pembelajaran dengan memberikan informasi dan saling berbagi
pengalaman (Watson, 2008).Penelitian ini nantinya akan menghasilkan protokol
kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) yang dapat meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
1.2.Permasalahan
Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 menjelaskan bahwa
pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan
dan kompetensi dibidang ilmu keperawatan yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan klien, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi.
Perawat di Indonesia dituntut untuk profesional dalam memberikan asuhan
keperawatan
Pengembangan
dengan
dan
meningkatkan
Pemberdayaan
kompetensinya.
Sumber
Daya
Data
Manusia
dari
Badan
Kesehatan
(BPPSDMK) rasio perawat di Indonesia tahun 2013 adalah 119,2 per 100.000
penduduk. Namun, para perawat ini belum seluruhnya memiliki kompetensi yang
Universitas Sumatera Utara
8
memenuhi standar.Penelitian Wayurah, Nurachmah & Mulyono (2011) yang
dilakukan pada perawat di RSUD Indramayu diperoleh hasil 50,8% perawat
memiliki pengetahuan kurang baik terhadap tindakan pemasangan infus
menyebabkan kejadian phlebitis sebesar 40%. Penelitian ini menjelaskan adanya
hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan asuhan
keperawatan yang dilakukan.Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan
salah satu metode pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Berdasarkan latar belakang yang
telah dipaparkan, maka penting bagi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
untuk melaksanakan kegiatan DRK agar dapat meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan pada pasien.
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan ProtokolDiskusi Refleksi
Kasus (DRK) diRuang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
1.4.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Rumah Sakit,
perawat administrator, pendidikan keperawatan, dan perkembangan riset
keperawatan.
1.4.1 Bagi Rumah Sakit
Penelitian inidapat menjadi acuan untuk pelaksanaan kegiatan Diskusi
Refleksi Kasus (DRK) yang dilaksanakan secara teratur dan terjadwal sehingga
mampu menumbuhkan profesionalisme perawat untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
9
1.4.2 Bagi perawat administrator
Penelitian
ini
dapat
memberi
kontribusi
untuk
mengembangkan
ProtokolDiskusi Refleksi Kasus (DRK) dan dapat diaplikasikan di Ruang Rawat
InapRumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Pengembangan Diskusi Refleksi
Kasus (DRK) ini selain dapat meng-update pengetahuan perawat pengetahuan dan
teknologi, juga dapat membantu perawat mengevaluasi pelaksanaan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan SPO. Sehingga bisa dilakukan perbaikan sesuai
dengan standar yang ditetapkan di Rumah Sakit.
1.4.3 Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif bagi
Institusi
Pendidikan
Fakultas
Keperawatan
khususnya
Magister
Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara, sebagai bahan referensi kepustakaan
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik terkait konsep Diskusi
Refleksi Kasus (DRK).
1.4.4 Bagi perkembangan riset keperawatan
Penelitian ini akan menjadi data (evidence based) yang dapat
dikembangkan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara