Efektivitas Penerapan The Support Group Method Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Pada Korban Bullying

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini berita tentang kasus bullying semakin marak ditayangkan di
televisi. Memang terlalu miris ketika melihat generasi bangsa yang selalu penuh
dengan kekerasan. Kisah yang digambarkan dalam setiap tindakan kekerasan
hanya akan menyisakan tekanan psikologis korban. Beberapa waktu lalu terdengar
permasalahan mengenai perilaku penganiayaan sesama murid sekolah. Tentu saja
berbagai tanggapan pun muncul mengenai bullying. Dengan demikian diperlukan
beberapa langkah untuk mengurangi dampak psikologis pada korban bullying.
(Kompas, 2011).
Bullying merupakan permasalahan yang sudah mendunia, tidak hanya

menjadi permasalahan di Indonesia saja tetapi juga di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat dan Jepang. Dari data National Mental Health and Education
Center tahun 2004 di Amerika diperoleh data bahwa bullying merupakan bentuk
kekerasan yang umumnya terjadi dalam lingkungan sosial antara 15% dan 30%
siswa adalah pelaku bullying dan korban bullying (Kompas, 2011). Banyak aksi
anak-anak mengejek, mengolok-olok atau mendorong teman yang lainnya, namun

perilaku tersebut sampai saat ini dianggap hal yang sangat biasa, hanya sebatas
bentuk relasi sosial antar anak saja, padahal hal tersebut sudah pada bentuk
perilaku bullying. Namun, banyak orang tidak menyadari konsekuensi yang terjadi
jika anak mengalami bullying. Hal ini seperti yang dialami oleh Rinto, dalam
kutipan berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

2

“Suatu hari ketika hendak berangkat sekolah, Rinto mengeluh sakit kepala,
mual, dan sakit perut. Ia menolak untuk masuk sekolah karena sakit. Pada saat
Rinto dibawa ke dokter, dokter tidak menemukan gejala penyakit dan setelah
beberapa jam di rumah Rinto tampak baik-baik saja, seperti tidak sakit
sedikitpun. Apakah Rinto berbohong untuk tidak masuk sekolah? Ibu
mengatakan sehari sebelumnya Rinto pulang dengan wajah lesu sambil
mengusap kepalanya dimana menurut penuturannya ia dipukul temannya
karena tidak mau memba ntunya mengerjakan tugas mereka”.
(Kompas, 28 Desember 2011)
Bullying biasanya terjadi berulang-ulang dan di dalamnya terdapat


ketidakseimbangan (ada yang lemah dan ada yang kuat) kekuatan (Coloroso,
2007). Unsur-unsur yang terdapat di dalam bullying di antaranya adalah
ketidakseimbangan kekuatan, niat untuk mencederai, dan ancaman teror lebih
lanjut. Korban bullying biasanya mengalami penderitaan fisik maupun psikologis
(Coloroso,2007). Bullying adalah pengalaman yang biasa dialami oleh banyak
anak-anak dan remaja di sekolah.
Bentuk-bentuk bullying, antara lain; bullying secara fisik, bullying secara
emosional, bullying secara verbal, bullying relasional yang biasa disebut dengan
bullying secara sosial dan yang terakhir adalah electronic bullying atau biasa

disebut cyberbullying (Bernard & Milne, 2008; Craig, Pepler & Blais, 2007).
Mencermati kondisi bullying, perilaku (bullying) memiliki dampak yang serius.
Secara fisik, kekerasan ini dapat mengakibatkan luka dan kerusakan tubuh, secara
psikologis (bullying) mengakibatkan rendahnya harga diri hingga depresi dan
pada jangka panjang bullying dapat mengakibatkan trauma. Penelitian
menunjukkan penderitaan siswa yang ditindas memiliki self-efficacy yang rendah
(Jolliffe and Farrington, 2004).

Universitas Sumatera Utara


3

Self-efficacy adalah penilaian individu terhadap dirinya sendiri mengenai

seberapa besar kemampuannya dalam mengerjakan atau menghadapi suatu
persoalan untuk mencapai hasil tertentu (Bandura, 1997). Penelitian di Italia yang
dilakukan oleh Gini , Albiero, Benelli & Altoe (2007) menemukan bahwa siswa
yang membela korban bullying berhubungan rasa empati dan self-efficacy yang
tinggi akan tetapi siswa yang pasif berhubungan dengan empati yang tinggi
namun self-efficacy rendah. Hal ini menunjukkan bahwa self-efficacy merupakan
ranah dari hubungan interpersonal. Self-Efficacy dapat membantu mengarahkan
dan memberi pengetahuan pada anak-anak mengenai bullying dan penderitaan.
Hal ini mengarah pada spesifikasi perilaku yang berhubungan dengan perilku
bullying atau kekerasan di sekolah, adapun perilku tersebut seperti : memiliki

kepercayaan diri bahwa anak dapat menghindar dari perilaku kekerasan,
mendukung teman yang menjadi korban bullying, mencegah korban bullying
menjadi lebih agresif, dan membuat rendah tingkat perilaku kekerasan (Kim,
Meyers, Varjas & Henrich, 2011).

Adapun karakteristik individu yang memiliki self-efficacy rendah
menunjukkan hal-hal seperti; individu yang merasa tidak berdaya, cepat sedih,
apatis, cemas, menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat
menghadapi permasalahan yang sulit, serta lambat untuk memulihkan kembali
perasaan mampu setelah mengalami kegagalan atau permasalahan (Bandura,
1997). Hal ini terlihat berbanding lurus dengan karakteristik korban bullying
sehingga anak yang mengalami tindakan bullying akan terlihat membutuhkan

Universitas Sumatera Utara

4

bantuan dari orang-orang disekitarnya karena jika penanganannya tidak diberikan
dengan segera akan menimbulkan efek jangka panjang.
Anak memperoleh pendidikan akademik sebaik belajar kemampuan sosial
dan perilaku sosial. Kelompok sebaya dan lingkungan atau iklim sekolah secara
umum juga memiliki efek kuat (Anderson, Kaufman & Simon, 2001).
Membangun kemampuan sosial untuk meningkatkan interaksi interpersonal yang
baik dapat lebih baik dilakukan semenjak dini karena ini merupakan salah satu
kunci terbentuknya karakter siswa yang positif (Greeg, 1998). Kelompok teman

sebaya memberikan pengaruh terhadap tumbuhnya perilaku bullying di sekolah.
Menurut Benitez dan Justicia (2006) kelompok teman sebaya yang memiliki
masalah di sekolah akan memberikan dampak yang negatif bagi sekolah seperti
kekerasan, perilaku membolos, rendahnya sikap menghormati kepada sesama
teman dan guru. Teman di lingkungan sekolah idealnya berperan sebagai
“partner ” siswa dalam proses pencapaian program-program pendidikan. Sehingga
idealnya ketika perilaku bullying terjadi di sekolah, hal tersebut harus dilaporkan
dan segera ditindak oleh pihak sekolah selaku pihak yang berwenang.
Peneliti dan pelayanan sekolah harus memperluas teknik assessment
sosiometri untuk mengidentifikasi dinamika kelompok anak termasuk di
dalamnya bullying. Program intervensi tanpa sketsa jaringan sosial antara pelaku
bullying dan korban sama halnya program tanpa peta dari ekologi sosial.

(Espalage & Swearer, 2004). Melalui sekolah dan kelompok sebaya (group
support) kebanyakan intervensi anti-bullying dicoba untuk diterapkan bekerja

sama dengan guru dan aparatur sekolah. Perlunya membangun kemampuan untuk

Universitas Sumatera Utara


5

menyelesaikan konflik dan berlaku baik terhadap sesama merupakan salah satu
kunci efektifnya program anti-bullying sekolah. Mendeteksi dan menghentikan
perilaku bullying dibutuhkan kebijakan untuk mengatasi bullying. Kebijakan ini
diterapkan pada guru, staf dan pihak sekolah sebagai wujud tanggung jawab untuk
mengurangi dampak pengalaman negatif dari bullying.
Salah satu pendekatan kelompok yang telah diterapkan di sekolah-sekolah
di Eropa adalah The Support Group Method, yang merupakan pendekatan
ekosistem. Metode ini merupakan strategi yang mengarahkan anak dan remaja
menggunakan cara yang sesuai dalam menghadapi situasi bullying (Putter, 2007).
Intervensi ini melibatkan dukungan teman kelompok dalam membantu anak yang
mengalami bullying menjadi lebih berani mengungkapkan peristiwa bullying yang
dialaminya. Kelompok bisa terdiri dari pelaku, korban dan bystander (penonton).
Fokus pada Problem solving (pemecahan masalah), pemberian tanggung jawab
kepada grup untuk menyelesaikan masalah dan feedback setelah pertemuan (Sue
Young, 1998). Tujuan akhirnya ialah ia mampu menemukan solusi atau
kepercayaan dirinya menghadapi ketika menghadapi peristiwa yang sama pada
suatu saat nanti (Robinson & Maine, 2008).
Metode ini dinilai efektif dan berguna dalam konteks respon anti-bullying

dan hal baiknya adalah bagaimana pemecahan dari suatu konflik memberikan
sebuah a win-win solution. Metode ini bekerja dengan dua tujuan yakni; tugas
pertama yang dilakukan adalah dengan membuat korban bullying terlebih dahulu
merasa aman, yang kedua adalah membuat perubahan perilaku menjadi lebih
sesuai bagi pelaku bullying (Robinson & Maines, 2008). Intervensi ini dinilai

Universitas Sumatera Utara

6

sukses diterapkan di sekolah-sekolah di Inggris khususnya dan mulai merambah
di Eropa (Young, 1998). Alasan mengapa the support group dinilai bekerja cukup
baik bukan hanya dinilai dari efektivitasnya namun juga solusi yang berkembang
diluar dari pengaruh guru-guru melainkan dari berkembang dari siswa-siswa itu
sendiri. Hal ini muncul akibat dinamika dalam dukungan kelompok. Penelitian
psikologi kelompok memberikan pemahaman mengenai dukungan kelompok
sebagai sebuah intervensi anti-bullying dinilai efektif (Young, 1998).

1. 2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan pertanyaan penelitian dalam
penelitian ini adalah “ apakah intervensi the support group method efektif untuk
meningkatkan self-efficacy pada korban bullying”.
1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana efektivitas
intervensi the support group dapat meningkatkan self-efficacy siswa SMP yang
mengalami bullying. Selain itu juga intervensi kelompol dapat membantu remaja
menerapkan perilaku pro-sosial yang lebih sesuai dalam menghadapi perilaku
bullying.

Universitas Sumatera Utara

7

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi ilmiah, dan

memberi masukan bagi perkembangan psikologi khususnya psikologi anak.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Anak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi anak yang
mengalami bullying seperti merasa aman dan mengembalikan rasa percaya
mereka terhadap diri sendiri dan meningkatkan kepekaan para penonton
(bystander ) agar bisa memutuskan efek atau perilaku bullying yang ia lihat.

b. Bagi sekolah

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan solusi bagi pihak guru
dan sekolah pada umumnya terutama dalam hal pencegahan anak menghadapi
bullying sehingga terhindar dari efek negatif dari fenomena ini, seperti

membuat kelompok penasehat atau detektif keamanan dengan tujuan
meningkatkan pemahaman dan kepedulian siswa terhadap tindak kekerasan di
sekolah.


Universitas Sumatera Utara

8

1.5. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah:
Bab I. Pendahuluan: Bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang
permasalahan,

perumusan

masalah,

tujuan

penelitian,

manfaat


penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II. Tinjauan pustaka: Bab ini diuraikan beberapa teori yang digunakan dalam
penelitian yaitu bullying dan efektivitas support method group untuk
meningkatkan self efficacy korban bullying.
Bab III. Metode penelitian: Bab ini diuraikan tentang pendekatan yang digunakan
dalam penelitian, metode pengumpulan data, subjek dan lokasi
penelitian, prosedur penelitian, tahap pelaksanaan penelitian dan
metode analisis data.
Bab IV. Hasil dan Pembahasan. Bab ini berisi mengenai uraian hasil yang
ditemukan dalam penelitian dan membuat pembahasannya.
Bab V. Kesimpulan, Diskusi, dan Saran. Bab ini menjelaskan mengenai
kesimpulan dari apa yang diperoleh di lapangan, diskusi yang
merupakan pembahasan, dan perbandingan hasil penelitian dengan
teori-teori atau dari hasil penelitian sebelumnya serta saran untuk
penyempurnaan penelitian berikutnya.

Universitas Sumatera Utara