INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ZAMAN
LEMBAGA MADRASAH PADA ERA ORDE BARU
TINJUAUAN SOSIO-HISTORIS
Taufik Nugroho
FAI UCY
nugrohotaufik123@yahoo.com
abstract
Historical facts of Islamic education shows that madrasah run faster that it
has been expected. It has colored education in Indonesia since the old
order to the New Order. Its integration into the national education system
boosted by the Joint Decree of 3 (three) Ministries, namely; Ministry of
Religious Affairs, Ministry of Interior and the Ministry of Education and
Culture constitutes an important point in its journey. Nevertheless, there
still note in all attending problems, which includes: internal management
governance, adequacy and all-encompassing infrastructure and
competitiveness - the quality of graduates.
Keywords: Islamic education, madrasah, socio-history

A. Pendahuluan
Secara factual, Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim

terbesar di dunia (Kemenag RI, 2012; 5). Dengan segala kualitasnya,
muslim Indonesai telah bergulat dengan zaman dan memberikan
kontribusinya kepada bangsa Indonesia. Terkait dengan pendidikan,
ummat Islam Indonesia memiliki sejumlah lembaga pendidikan Islam
yang berdiri sejak pra-kemerdekaan (Zamahsyari Dhofier, 1996).
Lembaga-lembaga tersebut berupa pesantren maupun madrasah. Karel A.
Steen Brink: 1986, 36-50). Secara factual, lembaga-lembaga tersebut
telah ada sejak pra-kemerdekaan dan berlanjut sampai era kemerdekaan
dan sekarang (Dept. Pendidikan dan Kebudayaan, 1979; 32-36). Seiring
dengan perkembangan zaman, lembaga-lembaga pendidikan Islam telah
mengalami pasang dan surut mengikuti irama perkembangan zaman.
Dinamika lembaga-lembaga pendidikan Islam merupakan proses dialektis
antara stimulus dan respon menghadapi tantangan zaman.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada era pra-kemerdekaan,
madrasah bersanding sejajar dengan pesantren dan sekolah. Pada era ini,
tiga lembaga pendidikan di Indonesia berjalan seiring dengan idealisme
masing-masing.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam
tradisional yang terikat dengan mazhab. Lembaga ini merupakan sistim


TAUFIK NUGROHO

pendidikan yang hidup dalam masyarakat Jawa. Secara keilmuan,
pesantren sangat dekat dengan tradisi mazhab terutama Imam Syafii.
Sementara itu, madrasah lahir menjelang abad ke-20. Madrasah lahir
mewarisi semangat pembaharuan yang bertemakan kembali kepada alQur’an dan Sunnah, menghilangkan taqlid serta khurafat dan bid’ah.
Selain itu, madrasah lahir sebagai respon terhadap lahirnya pendididikan
model persekolahan Barat yang diintrodusir oleh pemerintah colonial
Belanda kepada bangsa Indonesia.
Ketiga lembaga pendidikan tersebut terus berjalan sejak prakemerdekaan sampai post kemerdekaan. Terkait dengan judul di atas,
yang dimaksud dengan madrasah dalam makalah ini adalah pendidikan
Islam persekolahan sejak dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah
Tsanawiyah dan Madarasah Aliyah. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa madrasah dan persekolahan berjalan seiring
menunjukkan
eksistensinya masing-masing. Fakta sejarah menunjukkan bahwa
pendidikan persekolahan berjalan lebih cepat dan leading mewarnai
pendidikan di Indonesia. Sementara itu, madrasah tertinggal dengan
segala probelamatikanya, yang meliputi: tata kelola manajemen internal,
kecukupan dan kecakupan sarana prasarana serta daya saing - mutu

lulusan. Tulisan berikut ini akan memaparkan tentang madrasah era
Orde-Baru.
B. Madrasah di Era Orde Baru: Dari Dualisme menuju
Integralisme
Madrasah berasal dari kata ”darasa” yang artinya belajar. Kata
“madrasah” adalah kata benda dari darasa yang artinya tempat belajar.
Secara istilah, madrasah diartikan sekolah atau bentuk lembaga
pendidikan yang diselenggarakan oleh institusi umat Islam. Sedangkan
dalam bahasa Indonesia, madrasah berarti bangunan atau lembaga untuk
belajar dan memberi pengajaran. Biasanya madrasah merupakan sekolah
atau perguruan yang berdasarkan agama Islam.
Kemenag RI memberikan karakteristik madrasah sebagai berikut: “
teknis pembelajaran, madrasah membangun interaksi belajara mengajar
secara formal, tidak berbeda dengan sekolah. Namun demikian di
Indonesia madrasah tidak dipahami sebagai sekolah, melainkan diberi
konotasi yang lebih spesifik lagi, yakni "sekolah agama", tempat di mana
anak-anak didik memperoleh pembelajaran mengenai agama dan
keagamaan (dalam hal ini agama Islam).
Selain itu, dijelaskan pula bahwa dalam prakteknya, madrasah
disamping memberikan ilmu-ilmu agama Islam juga ilmu-ilmu umum;

biologi, matematika, ekonomi, matematika dll. Selain itu ada madrasah
yang hanya mengkhususkan diri pada pelajaran ilmu-ilmu agama, yang
biasa disebut madrasah diniyyah. Madrasah dalam pengertian ini
34

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA DALAM MENGHADAPI
TANTANGAN ZAMAN, LEMBAGA MADRASAH PADA ERA ORDE BARU
TINJUAUAN SOSIO-HISTORIS

dipahami masyarakat sebagai tempat khusus belajar ilmu-ilmu agama dan
keagamaan Islam (Direktorat Pendidikan Madrasah, Kemenag Republik
Indonesia, 2015).

Madrasah sebagai sebuah intitusi pendidikan memiliki visi dan misi
yang memandu gerakan madrasah ke masa depan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa ideologi madrasah berupaya mengawetkan Aqidah,
Syari’ah dan mu’amalah. Ketiga aspek tersebut ditanamkan pada peserta
didik. Namun, madrasah juga tidak ingin peserta didiknya hanya pandai

secara keilmuan, tetapi Aqidah, syari’ah dan mu’amalah itu aplikatif
diterapkan dalam kehidupan sehar-hari. Inilah yang menjadi pembeda
dengan pendidikan persekolahan yang dikembanngkan oleh pemerintah
colonial. Bagi madrasah, pendidikan nilai memperoleh perhatian yang
serius. Kepandaian tidak ada artinya sama sekali jika tidak dilandasi oleh
moralitas Islami yang baik.
Dengan demikian, ideologi madrasah memiliki tiga unsur.
Pertama, adanya suatu penafsiran atau pemahaman terhadap kenyataan
masa lalu bahwa era Rasulullah dan Khulafurrasyidin menjadi contoh
terbaik tentang pendidikan Islam yang berorienasi nilai. Nilai yang
ditanamkan pada waktu itu adalah nilai qidah atau tauhid, nilai personal:
kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab dan saling perhatian. Etos Kerja
yang ditanamkan adalah semangat pantang menyerah, keihlasan. Nilainilai itulah yang diimajinasikan dan harus dibawa ke masa depan oleh
madrasah. Kedua, ideologi madrasah memuat seperangkat nilai-nilai atau
suatu preskripsi moral Islami yang menolak sistem pendidikan sekular.
Ketiga, ideologi madrasah meminta system ajaran Islam dilaksaakan oleh
peserta didik dengan setia dan penuh dengan komitmen. Sejumlah pakar
menilai bahwa ketiga unsur ideologi inilah yang berfungsi sebagai
pembeda antara madrasah dengan system pendidikan yang lain.
Karenanya, identitas tersebut menjadi cirri khas madsarah dengan yang

lain.
Ideologi madrasah bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadist.
Madrasah membawa idealisme Islam yakni nilai-nilai perennial Islam.
Dalam hal ini ’Athiyah al-Abrâsyi menggambarkan tujuan pendidikan
Islam adalah pendidikan akal, yakni untuk membentuk kepribadian dan
menanamkan kesadaran beragama, berakhlak atau melatih perasaan
percaya diri sendiri. Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam menurut
al-Nahlawi adalah merealisasikan ibadah kepada Allah baik sebagai
individu maupun masyarakat. Hal itu bertolak dari tujuan hidup manusia
yang asasi di dunia ini, yaitu beribadah kepada Allah serta menjadi
khalifah di muka bumi untuk memakmurkannya. Pendapat al-Nahlawi
tersebut sesuai dengan rumusan tujuan akhir pendidikan sebagaimana
yang termuat dalam hadis Nabi saw, yaitu beribadah kepada Allah swt.
Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

35

TAUFIK NUGROHO

C. Madrasah Pada Masa Orde Lama: Warisan sejarah

Pada Tanggal 3 Januari 1946, pemerintah Republik Indonesia resmi
membentuk Departemen Agama. Lembaga ini secara intensif
memperjuangkan pendidikan Islam di Indonesia. Usaha Departemen
Agama dalam bidang pendidikan Islam merupakan kelanjutan dari sistem
pendidikan masa pra-kemerdekaan. Pada tahun 1870 pemerintah kolonial
Belanda mendirikan sekolah diperuntukan bagi sekelompok kecil orang
Indonesia. Namun, pendidikan kolonial ini baru tersebar secara luas awal
abad 20 terkait dengan politik Etis (Ethische Politiek). Pendidikan ini
sangat berbeda dengan pesantren dan madrasah. Tujuan pendidikan ini
untuk mencetak-tenaga terampil pegawai pemerintah Belanda. Adapun
jenis-jenis sekolah ini meliputi: Hollandch Inlandsche School (HIS),
Europeesche Lagere School (ELS), Standaard School, Schakelschool
(sekolah antara). Disamping itu, ada sekolah desa 3 tahun. Lulusan
sekolah ini dapat melanjutkan ke Standaard school (Karel A. Steen Brink,
1986; 50).
Sekolah-sekolah inilah yang berlanjut pada masa-masa postkemerdekaan Indonesia. Sementara itu, pendidikan di pondok pesantren
dan madrasah tetap berjalan sampai masa-masa post-kemerdekaan.
Dengan demikian pada era Orde Lama, di Indonesia terjadi dualisme
sistem pendidikan yakni sistem pendidikan persekolahan model Barat dan
sistem pendidikan madrasah dan pondok pesantren.

Pada masa orde lama ini terjadi perkembangan madrasah yang
cukup signifikan, yaitu didirikannya Pendidikan Guru Agama dan
Pendidikan Hakim Islam Negeri. Dalam hal ini, madrasah dimaksudkan
untuk mencetak tenaga-tenaga professional keagamaan, disamping
mempersiapkan tenaga-tenaga yang siap mengembangkan madrasah.
Namun demikian dalam Undang- undang No. 4 tahun 1950 Jo No.
12 tahun 1954 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah
dalam pasal 2 ditegaskan bahwa Undang-undang ini tidak berlaku untuk
pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah agama (Undang- undang
No. 4 tahun 1950 Jo No. 12 tahun 1954 ). Dan dalam pasal 20 ayat 1
disebutkan bahwa pendidikan agama di sekolah bukan mata pelajaran
wajib dan bergantung pada persetujuan orang tua siswa. Dengan
rekomendasi ini, madrasah tetap berada di luar sistem pendidikan
nasional, tetapi sudah merupakan langkah pengakuan akan eksistensi
madrasah dalam kerangka pendidikan nasional.
Kemudian, ditetapkanlah MPRS no II/MPRS/1960 tentang “garisgaris besar pola pembangunan nasional semesta berencana, tahapan
pertama tahun 1961-1969” pada 3 Desember 1960. Dalam ketetapan ini,
pendidikan agama menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah mulai di
sekolah rakyat sampai universitas-universitas negeri (TAP MPRS no
36


Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA DALAM MENGHADAPI
TANTANGAN ZAMAN, LEMBAGA MADRASAH PADA ERA ORDE BARU
TINJUAUAN SOSIO-HISTORIS

II/MPRS/1960; pada 3 Desember 1960).. Namun dalam hal ini muridmurid berhak tidak ikut serta, apabila wali murid atau murid dewasa
menyatakan keberatannya. Meskipun demikian, ketetapan ini memberi
perhatian terhadap madrasah sebagai pendidikan Islam di Indonesia
meskipun tidak terlalu berarti, dengan merekomondasikan agar madrasah
hendaknya berdiri sendiri sebagai badan otonom di bawah pengawasan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

D. Madrasah Era Orde-Baru : Akomodasi dan integrasi dalam
sistem pendidikan nasional
Ciri utama kebijakan Orde Baru terhadap madrasah adalah integrasi
madrasah dalam pendidikan nasional.
Pada masa Orde-Baru ini,
pemerintah berusaha untuk mengintegrasikan madrasah ke dalam

pendidikan nasional. Melalui SKB (Surat Keputusan Bersama) tiga
kementerian, yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1975, Nomor 037/4 1975 dan
Nomor 36 tahun 1975 tentang peningkatan mutu pendidikan pada
madrasah (SKB
tiga kementerian, yaitu Menteri Agama, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun
1975, Nomor 037/4 1975 dan Nomor 36 tahun 1975). Dalam SK tersebut
ditetapkan :
a. Standar pendidikan madrasah sama dengan sekolah umum,
b. Ijazahnya mempunyai nilai yang sama dengan sekolah umum dan
lulusannya dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas
dan siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat.
c. Lulusan Madrasah Aliyah dapat melanjutkan kuliah ke perguruan
tinggi umum dan agama.
Selain itu, Orde Baru melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989
tentang sistem pendidikan nasional. (Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1989). Dalam UU tersebut ditegaskan karakter pendidikan madrasah
yakni, dimasukkan dalam kategori pendidikan sekolah tanpa
menghilangkan karakter keagamaannya. Melalui upaya ini diharapkan

bahwa Madrasah dapat tumbuh dan berkembang secara terpadu seiring
dengan sekolah lain dalam sistem pendidikan nasional.
E. Pendidikan Madrasah di Indonesia saat ini: Perubahan diri
dan Kontinuitas
Dalam lima tahun terakhir ini, dapat disampaikan bahwa madrasah
di Indonesia berkembang pesat khususnya dari segi kuantitas. Menurut
Firdaus, Mantan Direktur Pendidikan Madrasah Kemenag, hingga akhir
tahun 2009, jumlah seluruh madrasah tingkat MI, MTS, dan MA di
Indonesia mencapai sekitar 40.218 buah. Dari jumlah itu, 8,6 persen
berstatus sebagai madrasah negeri. Sisanya 91,4 persen merupakan
Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

37

TAUFIK NUGROHO

madrasah swasta yang dibiayai secara swadaya oleh masyarakat (Harian
Republika, Senin, 11 Januari 2010).
Lebih sedikitnya jumlah madrasah negeri dibandingkan sekolah
negeri disebabkan keterbatasan alokasi anggaran. Madrasah negeri hanya
mendapatkan alokasi anggaran pengembangan pendidikan dari
pemerintah pusat melalui Kementerian Agama. Sedangkan, sekolah negeri
tidak hanya mendapatkan alokasi anggaran pendidikan dari pemerintah
pusat melalui Kementerian Pendidikan Nasional, tapi juga pemerintah
daerah. Hal itu sehingga pengembangan kuantitas dan kualitas madrasah
negeri tidak secepat sekolah negeri.
Kendati demikian, pendidikan madrasah saat ini dapat dikatakan
semakin menunjukkan eksistensinya di mata masyarakat. Kementerian
Agama RI mengungkapkan lima konsep pemikiran yang mendasar yang
menentukan perkembangan madrasah di Indonesia.
Pertama, perluasan akses komunikasi dan informasi, tahun 2011
misalnya Direktorat Pendidikan Madrasah telah melengkapi lebih dari
2000 madarasah dengan peralatan canggih berupa IT untuk pembelajaran
interaktif. Kedua, pembangunan sistem terpadu, keterpaduan sistem yang
dimaksud tentunya mencakup berbagai aspek pendidikan seperti yang
tercakup dalam 8 komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP) yakni
standar isi, proses, lulusan, tenaga pendidik, sarana dan prasarana,
manajemen, pembiayaan dan evaluasi. (Peraturan Pemerintah . No 19 th
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan).
Ketiga, peningkatan mutu berbasis sumberdaya manusia, ini
artinya segala upaya yang ditujukan untuk pembangunan mutu madrasah
hakikatnya sangat bergantung pada kualitas SDM di Madrasah seperti
guru, siswa, kepala madrasah dan pengawas. Keempat, penguatan ciri
khas keagamaan, sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas Islam
madrasah sesungguhnya memiliki keunggulan tersendiri, betapa tidak,
madrasah yang menggunakan kurikulum 100% umum:100% agama dapat
menjadi sebuah lembaga pendidikan yang ideal dan unggul jika dikelola
dengan baik. Kelima, penguatan status kelembagaan madrasah, salah satu
strategi untuk meningkatkan jumlah anggaran dan pencitraan madrasah
adalah dengan cara mengalihstatuskan sejumlah madrasah swasta
menjadi negeri.
F. Problematika Madrasah
Apakah dengan integrasi Madrasah dalam system pendidikan
nasional, masalah sudah selesai ? Fakta di lapangan menunjukkan hal
yang berbeda. Madrasah masih harus menghadapi sejumlah problematika
yang menghadang di depannya.

38

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA DALAM MENGHADAPI
TANTANGAN ZAMAN, LEMBAGA MADRASAH PADA ERA ORDE BARU
TINJUAUAN SOSIO-HISTORIS

Lembaga pendidikan Islam “Madrasah” mempunyai karakteristik
yang menarik, madrasah didirikan untuk memadukan keunggulan
pesantren dan sekolah di samping untuk menghilangkan kelemahan di
antara keduanya. Bisa dikatakan madrasah adalah sekolah yang plus,
perpaduan antara sekolah yang banyak pelajaran umumnya dengan
pesantren yang menekankan pelajaran agamanya. Namun sayang, saat ini
madrasah masih dianggap masyarakat sebagai lembaga pendidikan
nomor dua setelah Sekolah umum. Mengapa hal ini terjadi ? Karena mutu
lulusannya yang sering kali di bawah mutu standar meskipun banyak
madrasah yang berkualitas.

Para pakar pendidikan Islam menyimpulkan bahwa setidaknya ada
3 (tiga) wilayah sumber masalah dalam madrasah: 1. Kecukupan dan
kecakupan sarana prasarana pendukung pembelajaran serta standar
pengelolannya, belum terpenuhi secara maksimal terutama madrasah
swasta. 2. Tata kelola internal atau manajemen internal madrasah belum
terlaksana dengan baik. 3. Relevansi, mutu dan daya saing madrasah
belum memadai. Dari sekian banyak masalah dapat kerucutkan pada
kualitas sumber daya manusia dan manajemen internal yang belum baik.
Lebih jauh dapat disampaikan bahwa kesadaran mutu pada seluruh
sendiri madrasah baru menjadi jargon dalam tulisan dan pidato-pidato
diberbagi forum. Dengan kata lain, kesadaran mutu
belum
terimplementasi dengan baik dalam kenyataan.
1. Manajemen berorientasi mutu atau sadar mutu
Konsep manajemen pendidikan madrasah yang berorientasi pada
mutu harus dilakukan sesuai dengan perkembangan zaman. Di era
globalisasi sekarang ini, di mana perubahan terus terjadi, menuntut
pemangku kepentingan segera mengakomodasi tuntutan global dan
melalukan perubahan yang cepat pula dalam dunia pendidikan. Apabila
penyelenggaraan pendidikan madrasah tidak cepat tanggap terhadap
tuntutan zaman, maka madrasah akan ditinggalkan oleh masyarakat.
Untuk mengikuti perkembangan zaman, manajemen pendidikan
perlu mengadakan perubahan yang intensif meliputi; visi dan misi yang
realistic dan terukur, strategi pencapaian visi dan misi. Disusun renstra
dan rencana operasional sebagai panduan penyusunan program kerja.
Pencanangan visi dan misi serta strategi pencapaiannya diharapakan
mengakomodasi aspirasi masyarakat yang terus berkembang. Selain itu,
madrasah harus mempertimbangkan kepentingan siswa sendiri yaitu
kepempilikan ilmu, ketrampilan dan kepribadian sebagai bekal hidup di
masa yang akan datang.
2. Dari Manajer menuju leader

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

39

TAUFIK NUGROHO

Dalam pengelolaan manajemen pendidikan madrasah, agar mutu
pendidikan dapat ditingkatkan dan mampu memajukan madrasah, maka
yang dibutuhkan bukan hanya seorang manajer yang baik dalam
manajemen pendidikan, tetapi seorang
leader sebagai pemimpin.
Manajer adalah seorang yang bekerja sesuai prosedur dan hanya
menciptakan keteraturan, ia bekerja menurut aturan-aturan yang berlaku
tanpa visi ke depan, manajer hanya mampu memelihara sistem.
Sementara leader atau pemimpin ialah seorang yang berani mengajak
bawahannya keluar dari belenggu gagasan lama, mampu mengubah
keteraturan itu untuk selangkah lebih maju, mengubah haluan dan
melompat ke tingkat kedua. Ia selalu punya inisiatif dan visi untuk
melangkah ke depan. Leader juga seorang yang mampu melakukan inovasi
yakni berani melakukan pembaharuan, membongkar tradisi lama
mengubah wajah suram menjadi bersinar.
G. Kesimpulan
Sistem pendidikan Madrasah pada era Orde Lama masih
mengalami dualisme. Dualisme tersebut yaitu madrasah diakui sebagai
lembaga pendidikan pemerintah otonom dibawah Kementerian Agama
tetapi masih di luar system pendidian nasional. Sedangkan madrasah
pada era Orde Baru memiliki ciri sebagai berikut:
madrasah
diintegrasikan menjadi bagian system pendidikan nasional. Hal ini
dikuatkan dengan Surat Keputusan Bersama 3 (tiga) Kementerian yaitu;
Kementerian Agama, Kementrian Dalam Negeri dan Kementerian
pendidikan dan Kebudayaan.
Namun demikian, madrasah di masa depan masih harus berjuang
menunjukkan jati dirinya sebagai lembaga pendidikan yang mandiri dan
berkualitas yang memenuhi 8 (delapan) standar pengelolaan pendidikan.
Kata kunci kualitas tersebut yaitu kecakupan dan kecukupan sarana
prasarana, manajemen tata kelola interal dan relevansi, mutu lulusan
serta daya saing. Jika madrasah dapat menampakkan jati dirinya sebagai
lembaga yang unggul secara keilmuan dan pembentukan kepribadian, tak
mustahil, madrasah menghadapi masa depan yang gemilang.
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pendidikan di Indonesia Dari
Jaman Ke Jaman, Jakarta: Dept.Pendidikan dan Kebudayaan, 1979
Direktorat Pendidikan Madrasah. Pengertian dan Karakteristik
Madrasah, Kemenag Republik Indonesia. Jakarta : Kemenag, 2015.
Harian Republika, Senin, 11 Januari 2010.
Karel A. Steenbrink. Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan Islam
Dalam Kurun Moderen. LP3ES: Jakarta, 1986.

40

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA DALAM MENGHADAPI
TANTANGAN ZAMAN, LEMBAGA MADRASAH PADA ERA ORDE BARU
TINJUAUAN SOSIO-HISTORIS

Kementrian Agama RI, Data Madrasah Kementerian Agama Republik
Indonesia Tahun 2012.
Zamahsyari Dhofier. Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai. LP3ES: Jakarta, 1996.
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.

SKB Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1975, Nomor 037/4 1975 dan Nomor
36 tahun 1975 tentang Peningkatan Mutu Pendidikan Pada
Madrasah.
TAP MPRS no II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola
Pembangunan Nasional Semesta Berencana, Tahapan Pertama
Tahun 1961-1969 pada 3 Desember 1960.
Undang- undang No. 4 tahun 1950 Jo No. 12 tahun 1954 tentang DasarDasar Pendidikan Dan Pengajaran Di Sekolah.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

41