Analisis Yuridis Terdahap Pembatalan Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan (StudiPutusan No. 30 B 2012 PT.TUN.Mdn) Chapter III V

66

BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCABUTAN IZIN
MENDIRIKAN BANGUNAN NOMOR 503.648/3790/Bg
OLEH PEMERINTAH KABUPATEN DELI SERDANG

A. Perlindungan Hukum
1. Pengertian Perlindungan Hukum
Istilah perlindungan dalam kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata lindung yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan
membentengi. Sedangkan perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan,
penjagaan, asilun, dan bunker. 123
Perlindungan hukum bagi rakyat berkaitan dengan rumusan yang dalam
kepustakaan berbahasa Belanda berbunyi “Rechtbescherming van de burgers
tegen de overheid” dan dalam kepustakaan berbahasa Ingrris “legal protection of
the individual in relation to acts of administrative authorities”. 124
Hukum banyak diwarnai dan dibahas dengan berbagai topik tak
terkecuali pembahasan mengenai perlindungan hukum. Dalam pembahasan
tersebut secara tidak langsung akan mengait eratkan dengan pembuat hukum itu
sendiri.Berbicara mengenai perlindungan hukum hal tersebut, merupakan salah

satu hal terpenting dari unsur suatu negara hukum, karena dalam pembentukan

123

Seputarpengertian.blogspot.com/2014/01/seputar-perlindungan-hukum-html, diakses
pada tanggal 11 Mei 2015.
124
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, (Surabaya: PT
Bina Ilmu, 1987), Hal. 1.

Universitas Sumatera Utara

67

suatu negara akan dibentuk pula hukum yang mengatur tiap-tiap warga
negaranya. 125
Perlindungan hukum dalam ilmu hukum adalah suatu bentuk pelayanan
yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan
untuk memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada korban dan
sanksi dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun yang

diberikan pada tahap penyelidikan, penuntut dan atas pemeriksaan di sidang
pengadilan. 126Perlindungan hukum bagi rakyat dibedakan menjadi 2 (dua)
macam yaitu perlindungan hukum yang preventif dan perlindungan hukum yang
refresif, pada perlindungan hukum yang preventif kepada rakyat diberikan
kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum
suatu pemerintah mendapat bentuk yang defenitif. Dengan demikian
perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya
sengketa sedangkan perlindungan hukum yang refrensif bertujuan untuk
menyelesaikan sengketa. 127
Perlindungan hukum yang preventif sangat besar artinya bagi tindak
pemerintahan yang didasarkan kepada kebebasan bertindak karena dengan
adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersikap
hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi. Dengan
125

Tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/, diakses pada
tanggal 11 Mei 2015.
126
Seputarpengertian.blogspot.com/2014/01/seputar-perlindungan-hukum-html, diakses
pada tanggal 11 Mei 2015.

127
Ibid,. Hal. 2.

Universitas Sumatera Utara

68

pengertian yang demikian penanganan perlindungan hukum bagi rakyat oleh
Peradilan Umum Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum yang represif
demikian juga halnya dengan Peradilan Administrasi Negara, Peradilan
Administrasi Negara adalah fungsi peradilan (justitiele functie- judicial
function). 128
2.

Pengertian Perlindungan Hukum Adminstrasi Negara
Negara Rebuplik Indonesia seperti tercantum dalam alinea ke 4

pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah:
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.

b. Memajukan kesejahteraan umum.
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. 129
Agar mencapai tujuan negara tersebut diperlukan berbagai sarana
pendukung. Dalam hal ini salah satunya adalah sarana hukum, khususnya
Hukum

Administrasi

Negara.

Tentang

pentingnya

eksistensi

Hukum


Administrasi bagi negara, dapat dipahami dari pendapat Sjachran Basah,
“Hukum Administrasi Negara adalah semua kaedah yang merupakan sarana
hukum untuk mencapai tujuan negara.” 130
Hukum Administrasi Negara atau Hukum Tata Pemerintahan pada
dasarnya dapat dibedakan berdasarkan tujuannya dari Hukum Tata Negara
128

Ibid.
Lihat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
130
SF Marbun Dkk, Dimensi-dimensi pemikiran Hukum Administrasi Negara,
(Yogyakarta: UII Press, 2001), Hal. 19.
129

Universitas Sumatera Utara

69

memuat peraturan-peraturan hukum yang menentukan (tugas-tugas yang
dipercayakan) kepada organ-organ pemerintahan itu menentukan tempatnya

dalam negara, menentukan kedudukan terhadap warga negara, dan peraturanperaturan hukum yang mengatur tindakan-tindakan organ pemerintahan itu,
Hukum Administrasi meliputi peraturan-peraturan yang berkenaan dengan
administrasi oleh karena itu HAN disebut juga tata pemerintahan. 131Hukum
Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan yang memungkinkan
adminstrasi negara menjalankan fungsinya, yang sekaligus juga melindungi
warga terhadap sikap tindak administrasi negara, dan melindungi adminstrasi
negara itu sendiri. 132
Hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemerintah dengan
warga negara adalah hukum administrasi negara atau hukum perdata. Pemerintah
memiliki dua kedudukan hukum yaitu:
a. Sebagai wakil dari badan hukum publik, (tindakannya diatur dan tunduk pada
ketentuan hukum keperdataan).
b. Sebagai pejabat dari jabatan pemerintahan tindakan diatur dan tunduk pada
ketentuan hukum adminstrasi negara.
Baik tindakan hukum keperdataan maupun publik dari pemerintah dapat
menjadi peluang munculnya perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang

131

Ridwan HR, Op.Cit,. Hal.32-34.

Ibid.

132

Universitas Sumatera Utara

70

melanggar hak-hak warga negara. Oleh karena itu hukum harus memberikan
perlindungan hukum bagi warga negara. 133
Perlindungan hukum dalam bidang publik, dalam perlindungan hukum
terhadap rakyat dalam rana publik dimana, tindakan hukum publik yang
dilakukan oleh penguasa dalam menjalankan fungsinya sebagai pemerintahan
tindakan yang dilakukan oleh penguasa dalam bentuk keputusan maupun
ketetapan dalam instrument pemerintah. Keputusan dan Ketetapan sebagai
instrument hukum pemerintah dalam melakukan tindakan hukum sepihak dapat
menjadi penyebab terjadinya pelanggaran hukum terhadap warga negara apalagi
dalam negara hukum modern yang memberikan kewenangan yang luas kepada
pemerintah untuk mencampuri kehidupan warga negara. Oleh karena itu
diperlukan perlindungan hukum bagi warga negara terhadap tindakan hukum

pemerintah. 134
Perlindungan

hukum

dalam

bidang

perdata,

berkenaan

dengan

kedudukan pemerintah sebagai wakil dari badan hukum publik yang dapat
melakukan tindakan-tindakan hukum dalam bidang keperdataan seperti jual-beli,
sewa-menyewa, membuat perjanjian, dan sebagainya. Dalam perlindungan
hukum dalam bentuk perdata, biasanya terkait tentang perizinan yang dilakukan
kepada pihak swasta perorangan yang dilakukan oleh pemerintah dalam

memberikan izin. Dalam hal ini sebagaimana pemerintah melakukan perannya
133

www.academia.edu/9308985/Hukum_Administrasi_Negara, diakses pada tanggal 11

Mei 2015.
134

Ibid, Hal. 289.

Universitas Sumatera Utara

71

sebagaimana mestinya berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. 135
Beberapa

prinsip-prinsip


yang

mendasari

perlindungan

Hukum

Administrasi Negara dalam masyarakat berencana: 136
a. Adanya perlindungan Hukum Administrasi untuk melindungi anggota
masyarakat dari campur tangan yang tidak sah maupun
penyalahgunaan kebebasan bertindak oleh pejabat Tata Usaha Negara
dalam membuat perencanaan. Dalam keadaan demikian per
administrasi sedapat mungkin memberikan perlindungan terhadap
anggota masyarakat dengan cara melakukan penilaian secara bijaksana
setiap tindakan administrasi negara dalam proses peradilan. Hal ini
menghindari perluasan kewenangan semata-mata karena dalil sesuai
dengan rencana, padahal rencana tersebut tidak mengatur hal-hal yang
sifatnya detail.
b. Menetapkan patokan-patokan yang bersifat definitive dan standar

untuk mengatur perluasan campur tangan administrasi negara terhadap
hak-hak individu anggota masyarakat. Hal ini diperlukan untuk
membatasi atau memungkinkankan sejauh manakah kebijaksanaan
dapat dilakukan, namun tidak mengurangi atau mengakibatkan
penindasan hak-hak tertentu yang dimiliki oleh anggota masyarakat.
c. Prinsip ganti rugi yang lebih layak terhadap setiap kerugian yang
diderita oleh anggota masyarakat sebagai akibat tindakan administrasi
negara yang tidak diketahuinya sebelumnya. Tentu ganti rugi yang
diberikan akan berbeda apabila masyarakat telah mengetahui
sebelumnya bakal apa yang terjadi atas pribadi dan harta miliknya.
Prinsip ini dengan maksud agar admnistrasi negara dapat mengambil
tindakan-tindakan yang membawa akibat kehilangan hak-hak tertentu
anggota masyarakat wajib diberitahu terlebih dahulu, hal mana sangat
membantu anggota masyarakat untuk bersiap-siap mengahadapi
kemungkinan yang akan terjadi atas dirinya.
d. Prinsip bahwa perluasan aktivitas administrasi negara harus dimbangi
dengan pengurangan atau penghapusan kekebalan yang dimiliki. Ini
maksudnya agar tanggung jawab hukum atas perbuatan atau tindakan
administrasi negara semuanya tidak kebal terhadap hukuim, tetapi

135

www.academia.edu/9308985/Hukum_Administrasi_Negara, diakses pada tanggal 11

Mei 2015.
136

SF Marbun Dkk, Op, Cit., Hal. 255-257.

Universitas Sumatera Utara

72

dalam kualifikasi tertentu tanggungjawab hukum atas perbuatan
tersebut sama seperti anggota masyarakat pada umumnya.
e. Pengawasan terhadap Pejabat Tata Usaha Negara. Pengawasan
tersebut baik dilakukan secara intern (pengawasan melekat) secara
hirarkis maupun pengawasan yang dilakukan oleh badan-badan
perwakilan rakyat sebagai pemegang kedaulatan rakyat. Hal ini dapat
dilakukan dengan memaksimalkan wewenang parlemen untuk
meminta keterangan, mengadakan penyelidikan, menegur, meminta
pertanggungjawaban dan sebagainya.
Prinsip-prinsip

tersebut

apabila

diperhatikan

maka

akanterjadi

keseimbangan antara kebebasan administrasi negara untuk turut serta dalam
mensejahterakan anggota masyarakat di satu pihak dan perlindungan terhadap
hal-hak individu yang terdapat dalam Hukum Administrasi Negara. 137
B.

Pembatalan Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

1.

Pembatalan IMB
Dasar hukum Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung pada Pasal 8 ayat (4) mengatakan
“Ketentuan Izin Mendirikan Bangunan Gedung, kepemilikan dan pendataan
bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan peraturan daerah.” 138 Pembatalan Izin Mendirikan Bangunan
biasanya dilakukan oleh pemerintah daerah yang berwenang seperti kepala
daerah Bupati atau pun walikota. Dalam aspek hukum dalam ekonomi
pengertian pembatalan ialah mengandung dua macam kemungkinan alasan yaitu,
pembatalan karena tidak memenuhi syarat subyektif dan pembatalan karena

137

Ibid, Hal, 257.
Lihat Pasal 8, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung.

138

Universitas Sumatera Utara

73

adanya wanprestasi dari debitur. Pembatalan dapat dilakukan dengan 3 syarat
yaitu, perjanjian harus bersifat timbal balik (bilateral), harus ada wanprestasi
(breach of contract), harus dengan putusan hakim (verdict). 139
Hukum perdata mengatakan jika suatu perjanjian tidak memenuhi syarat
subyektif maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan, sedangkan jika suatu
perjanjian tidak memenuhi syarat obyektif maka perjanjian tersebut batal demi
hukum, dalam hukum perdata dapat dibatalkan artinya salah satu pihak dapat
memintakan pembatalan itu, perjanjiannya itu sendiri tetap mengikat kedua belah
pihak selama tidak dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak yang berhak
meminta pembatalan. Sedangkan batal demi hukum artinya dari semula dianggap
tidak pernah ada dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu
perikatan. 140
Pembatalan dalam izin mendirikan bangunan biasanya dilakukan oleh
kepala daerah bila melanggar ketentuan-ketentuan mengenai izin mendirikan
bangunan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah. Seperti di daerah Kabupaten
Deli Serdang yang dikepalai oleh Bupati pada Peraturan Daerah Kabupaten Deli
Serdang nomor 14 Tahun 2006 Tentang Izin Mendirikan Bangunan di
Kabupaten Deli Serdang, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dapat dibatalkan
apabila wajib retribusi setelah diberi peringatan secara tertulis 3 (tiga) kali

139

https://vanezintania.wordpress.com/2011/05/13/pembatalan-dan-pelaksanaanperjanjian/ diakses pada tanggal 16 Mei 2015.
140
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4141/pembatalan-perjanjian-yang-bataldemi-hukum, diakses pada tanggal 16 Mei 2015.

Universitas Sumatera Utara

74

berturut-turut dalam jangka waktu 1 (satu) bulan tidak mengambil izin yang
telah diberikan. 141
2.

Pencabutan IMB
Sanksi administratif diatur dalam Pasal 44 dan 45 dari Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Sanksi administratif dapat
berupa: 142
a. Peringatan tertulis.
b. Pembatasan kegiatan pembangunan.
c. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan
pembangunan.
d. Penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan
gedung.
e. Pembekuan izin mendirikan bangunan gedung.
f. Pencabutan izin mendirikan bangunan gedung.
g. Pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan gedung atau.
h. Perintah pembongkaran bangunan gedung.
Izin Mendirikan Bangunan dapat dicabut oleh Kepala Daerah, pada Perda
Nomor 14 Tahun 2006 izin mendirikan bangunan dapat dicabut apabila,
melanggar ketentuan izin yang diberikan atau dikemudian hari diketahui bahwa
salah satu atau beberapa syarat untuk memperoleh izin mendirikan bangunan
dimaksud tidak benar keabsahannya dan atau hal-hal lain menurut Kepala
Daerah patut untuk dipertimbangkan. 143 Tetapi apabila didalam keputusan yang
diberikan Kepala Daerah ada pihak yang merasa dirugikan dan menimbulkan

141

Lihat Pasal 10, Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006,
Tentang Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Deli Serdang.
142
Lihat Pasal 44, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, Tentang Bangunan Gedung.
143
Lihat Pasal 10, Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006,
Tentang Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara

75

akibat hukum baginya dan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan peraturan daerah yang telah ditentukan maka pihak tersebut dapat
memberikan gugatan. Karena dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan Peraturan Perundang-Undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelanggaraan Negara sebagaimana dimaksud penjelasan Pasal 3
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang
bersih dan bebas dari korupsi , kolusi dan nepotisme.
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah memiliki larangan sebagai
berikut: 144
a. Membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi
diri, anggota keluarga, kroni, golongan tertentu, atau kelompok
politiknya yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
merugikan kepentingan umum dan merasahkan sekelompok
masyarakat, atau mendeskriminasikan warga negara dan/atau
golongan masyarakat lain.
b. Turut serta dalam suatu perusahaan, baik milik swasta maupum
Negara/Daerah atau dalam yayasan bidang apapun.
c. Melakukan pekerjaan lain yang memeberikan keuntungan bagi
dirinya, baik secara langsung maupun tidak langsung yang
berhubungan dengan daerah bersangkutan.
d. Melakukan korupsi, kolusi, nepotisme, dan menerimauang, barang
atau jasa dari pihak lain yang mempengaruhi keputusan atau tindakan
yang akan dilakukannya.
e. Menjadi advokat atau kuasa hukum dalam suatu perkara dipengadilan
selain yang untuk mewakili daerahnya didalam dan diluar pengadilan.
f. Menyalahgunakan wewenang dan melanggar sumpah/janji jabatannya.
g. Merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya, sebagai anggogat
DPRD sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Perundangundangan.

144

Siswanto Sunarno, Op. Cit., Hal. 58.

Universitas Sumatera Utara

76

Pemerintahan

yang

baik

(Good

Governance)

sebagai

norma

pemerintahan adalah suatu sasaran yang akan dituju dan diwujudkan dalam
pelaksanaan pemerintahan yang baik dan asas-asas umum pemerintahan yang
layak sebagai norma mengikat yang menuntun pemerintah dalam mewujudkan
good governance. 145 Kepala Daerah dalam keputusannya tidak memperhatikan
asas-asas umum pemerintahan yang baik yaitu asas kepastian hukum dan tidak
melaksanakan pemerintahan yang baik dan asas-asas umum pemerintahan yang
layak maka keputusan Kepala Daerah tersebut dapat dibatalkan oleh hukum
ataupun pengadilan yang dalam hal ini hakim yang berwenang apabila kepala
daerah tersebut terbukti telah melanggar asas-asas umum Pemerintahan yang
baik (Good Governance) melanggar Asas Kecermatan dan Asas Kepastian
Hukum karena telah tidak cermat, tidak konsisten dan tidak profesional dalam
mempertimbangkan hal-hal dan fakta-fakta yang relevan dan juga tidak
memperhatikan kepentingan terkait dan menyalahgunakan wewenangnya.
C.

Perlindungan Hukum Terhadap
Bangunan No. 503.648/3790/Bg.

Pencabutan

Izin

Mendirikan

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang bernomor 503.648/3790/Bg yang
dimohonkan pada Tanggal 5 April 2011 si pemohon telah melaksanakan semua
syarat-syarat dan peraturan-peraturan yang terkait yang ada pada Perda di
Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Izin

145

Ardi Partadinata, Makna Otonomi Daerah dalam presfektif Good Governance, Jurnal
Berdikari Vol. 1 No.6 Juni 2003, 50, Sumber daya aparat negara sangat menentukan terwujudnya
pemerintahan yang bersihuntuk itu dipundak pemerintah diletakkan good governance.

Universitas Sumatera Utara

77

Mendirikan Bangunan, sehingga pada Tanggal 6 Juni 2011 Kepala Daerah
Kabupaten Deli Serdang yang mana dalam hal ini adalah Bupati Deli Serdang
mengeluarkan Keputusan tentang pemberian Izin Mendirikan Bangunan dengan
Nomor 503.648/3790/Bg atas nama Nurbaya Sianipar dan yang mana izin
tersebut sudah berkekuatan hukum. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Izin Mendirikan Bangunan di
Kabupaten Deli Serdang Bab III pasal 4 ayat (1) berbunyi “Setiap orang pribadi
atau badan yang mendirikan bangunan didalam daerah harus memperoleh izin
dari Kepala Daerah dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan”, pada ayat
2 disebutkan “ Bangunan yang didirikan harus sesuai dengan Izin Mendirikan
Bangunan yang diberikan”. 146 Si pemilik izin dalam hal ini Nurbaya Sianipar
mulai melaksanakan pembangunan setelah izin tersebut keluar, dalam tahap
pembangunan pemilik izin melakukan kesalahan dalam proses pembangunan
tersebut ukuran yang telah ditentukan dalam izin tersebut tidak sesuai dengan
pembangunan yang dilaksanakan, setelah diberikan teguran, si pemilik bangunan
mengakui atas kesalahan yang dilakukannya dalam pelaksanaan pembangunan
yang mana disini adalah bangunan rumah hunian berlantai 2 dan atas teguran
dari pihak pemerintah daerah maka pemilik bangunan menghentikan kegiatan
pembangunan dan membongkar sendiri bangunan yang telah melewati batas
ukuran yang tidak sesuai dengan ukuran ketentuan izin yang terdapat dalam izin

146

Lihat Bab III Pasal 4 (1),(2), Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 14
Tahun 2006, Tentang Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara

78

No. 503.648/3790/Bg dan pemilik bangunan mengajak pemerintah dalam hal ini
Satpol PP Kab. Deli Serdang untuk menyaksikan dilapangan bahwa telah
memenuhi perintah dari pemerintah daerah. Tetapi walaupun pemilik izin dan
ataupun pemilik bangunan telah melaksanakan perintah dari pemerintah dengan
cara menghentikan kegiatan pembangunan dan membongkar sendiri bangunan
yang ukurannya tidak sesuai dengan ketentuan izin, namun kenyataanya yang
didapatkan dari si pemilik bangunan surat izin mendirikan bangunan yang
dimilikinya dicabut oleh pemerintah melalui keputusan Bupati Deli Serdang
Nomor 503.648/5456 pada Tanggal 15 Agustus 2011 Tentang Pencabutan Izin
Mendirikan Bangunan. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang
Nomor 14 Tahun 2006 Bab III Pasal 9 menyatakan “Izin Mendirikan Bangunan
dapat dicabut oleh Kepala Daerah apabila melanggar ketentuan izin yang
diberikan atau dikemudian hari diketahui bahwa salah satu atau beberapa syarat
untuk

memperoleh

izin

mendirikan

bangunan

dimaksud

tidak

benar

keabsahannya dan atau hal-hal lain menurut Kepala Daerah patut untuk
dipertimbangkan.” 147
Dikeluarkannya keputusan yang tersengketa si pemilik bangunan merasa
sangat dirugikan karena telah mengeluarkan biaya retribusi izin mendirikan
bangunan dan biaya pembangunan lantai 1 rumah tempat tinggal dan
membutuhkan perlindungan hukum, keadilan dan kepastian hukum, oleh karena

147

Lihat Bab III Pasal 9, Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun
2006, Tentang Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara

79

keputusan tersengketa yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah yang mana
dalam hal ini surat keputusan Bupati Deli Serdang tidak didukung oleh fakta
yang benar dan cukup karena telah tidak memperhatikan Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik yaitu Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam Negara
Hukum yang mengutamakan landasan Peraturan perundang-undangan, kepatutan
dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Negara sebagaimana
dimaksud penjelasan Pasal 3 Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang
penyelengaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi,
Nepotisme. 148 Dengan demikian keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah
dalam hal ini Bupati Deli Serdang telah bertentangan dengan Pasal 53 ayat (2)
huruf b Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara yang berdasarkan atas alasan-alasan tersebut terbukti dalam sengketa
keputusan ini telah memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 53 ayat (2)
huruf b Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, 149 patut dan beralaskan hukum, hukum dapat memberikan perlindungan
dalam hal ini putusan hakim yang berwenang untuk dapat menyatakan tidak sah
nya atau dibatalkannya Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor 503.648/5456
Tanggal 15 Agustus 2011 Tentang Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan.

148

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999, Tentang
Penyelanggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
149
Republik Indonesia, Undang-UndangNomor 9 Tahun 2004, Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara.

Universitas Sumatera Utara

80

Keputusan Bupati Deli Serdang tersebut dalam hal ini terdapat
penyalahgunaan wewenang didalamnya karena tidak sesuai dengan asas-asas
umum pemerintahan yang baik, yang mana dimaksud dengan penyalahgunaan
wewenang adalah menurutJean Rivero dan Waline pengertian penyalahgunaan
kewenangan dalam hukum administrasi dapat diartikan dalam 3 (tiga) wujud
yaitu: 150
a. Penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan
yang bertentangan dengan kepentingan pribadi, kelompok atau
golongan.
b. Penyalahgunaan kewenangan dalam arti bahwa tindakan pejabat
tersebut adalah benar ditujukan untuk kepentingan umum, tetapi
menyimpang dari tujuan apa kewenangan tersebut diberikan oleh
undang-undang atau peraturan-peraturan lain.
c. Penyalahgunaan kewenangan dalam arti menyalahgunakan prosedur
yang seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi
telah menggunakan prosedur lain agar terlaksana.
Atas keputusan batalnya pencabutan izin Nomor 503.648/3790/Bg oleh
pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang dalam hal ini Bupati Deli Serdang,
Hukum telah memberikan perlindungan kepada si pemiliki bangunan dan si
pemilik izin tersebut karena melalui keputusan yang diberikan oleh Bupati Deli
Serdang dengan Nomor 503.648/5456 tentang pencabutan izin mendirikan
bangunan tidak didukung oleh fakta yang benar dan cukup, Dalam hal ini Hakim
Pengadilan Tata Usaha Negara sudah seharusnya membatalkan keputusan Bupati
Deli Serdang tersebut dan mewajibkan Bupati Deli Serdang untuk mencabut

150

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt54fbbf142fc22/arti%E2%80%9Cmenyal
ahgunakan-wewenang%E2%80%9D-dalam-tindak-pidana-korupsi, diakses pada tanggal 17 Mei
2015.

Universitas Sumatera Utara

81

Keputusan Bupati tersebut dan membebankan Bupati tersebut untuk membayar
segala biaya yang timbul akibat keputusan sengketanya tersebut. Dalam
Kaitannya dengan prosedur, yang harus diperhatikan oleh Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara sebelum suatu keputusan dikeluarkan hal yang harus
diperhitungkan dan dipertimbangkan secara cermat semua kepentingan yang
bersengkutan dengan keputusan tersebut. Pemikiran ini sejalan dengan
pandangan Philipus M. Hadjhon tentang asas kecermatan yang mengandung arti
bahwa:
“ Suatu Keputusan Tata Usaha Negara harus dipersiapkan dan diambil
secara cermat. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara sebelum
mengambil suatu keputusan wajib meneliti semua fakta yang relevan dan
memasukkan pula semua kepentingan yang terkait dalam
pertimbangnannya. Bila fakta-fakta yang penting kurang diteliti, hal itu
berarti tidak cermat bahkan dapat keliru. Kalau Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara secara keliru tidak memperhitungkan pihak ketiga, itu pun
berarti tidak cermat. 151
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, Pasal 4, Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaksana
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata
Usaha Negara. 152
Pengadilan Tata Usaha Negara adalah Badan yang berwewenang
memeriksa dan memutuskan semua sengketa Tata Usaha Negara dalam tingkat
pertama, dilanjutkan ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan berpuncak

151

Abdul Latief, Op. Cit., Hal. 288.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara.
152

Universitas Sumatera Utara

82

pada Mahkamah Agung. 153Keputusan yang memiliki unsur Keputusan Tata
Usaha Negara, yaitu: 154
a. Penetapan tertulis.
b. Dibuat oleh Pejabat Tata Usaha Negara.
c. Berisi Tindakan Tun.
d. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Memiliki 3(tiga) sifat tertentu (konkrit, individual dan final).
f. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata.

153

Benjamin Mangkoedilaga, Lembaga Peradilan Tata Usaha Negara, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1983), Hal. 11.
154
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, (Jakarta: Sinar Harapan, 2009), Hal.163.

Universitas Sumatera Utara

83

BAB IV
PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PEMBATALAN
PENCABUTAN SURAT IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN PADA
PUTUSAN
NO. 30/B/2012/PT.TUN.Mdn

A.

Putusan PTUN 72/G/2011/PTUN-Mdn
30/B/2012/PT.TUN.Mdn

1.

Duduk Perkara

dan

Putusan

Banding

Tanggal 5 April 2011 Penggugat yang dalam hal ini bernama Nurbaya
Sianipar mengajukan surat permohonan untuk memohon izin mendirikan
bangunan atas sebidang tanah kepada Tergugat yang dalam hal ini adalah Bupati
Deli Serdang, Tergugat pun telah memberikan izin mendirikan bangunan untuk
dan atas nama penggugat sebagaimana ternyata dalam petikan Keputusan Bupati
Deli Serdang Nomor: 503.648/3790/Bg Mendirikan Bangunan, dengan
keterangan situasi bangunan:
Nama
Fungsi Utama Bangunan
Jenis Bangunan
Jumlah Unit
Jumlah Lantai
Tinggi Bangunan dari Permukaan Tanah
Garis Sempadan Bangunan
(Damija).
Luas Dasar Bangunan (m2)
Keofisien Dasar Bangunan (KDB)
Luas Ruang Terbuka Hijau (m2)/ KDH (%)
Luas Bangunan
Luas Tanah
Alamat Lokasi Bangunan
Pakam Desa Petapahan, kec. Lubuk Pakam.
Permanensi

: Nurbaya Sianipar.
: Hunian.
: Rumah Tempat Tinggal.
: 1 (satu) unit.
: 2 (dua) Lantai.
: 7,65 m.
: 12 m dari tepi jalan
: 80m2.
: 22,7 %.
: 272 m2/72,3%.
: 160 m2.
: 352 m2.
: JL. TJ. Morawa Lubuk
: Permanen.

Universitas Sumatera Utara

84

Penggugat telah menggugat Tergugat dengan surat gugatannya
tertanggal

26 Agustus 2011 yang diterima dan terdaftar di Kepaniteraan

Pengadilan Tata Usaha Negara Medan Nomor: 72/G/2011/PTUN-MDN pada
Tanggal 26 Agustus 2011 dan terhadap gugatan tersebut telah dilakukan
perbaikan formal Tanggal 19 September 2011. Bahwa yang menjadi objek
gugatan dalam sengketa Tata Usaha Negara ini adalah Keputusan Bupati Deli
Serdang Nomor: 503.648/5456 Tanggal 15 Agustus 2011 Tentang Pencabutan
Izin Mendirikan Bangunan selanjutnya disebut keputusan tersengketa, bahwa
objek gugatan yaitu keputusan tersengketa tersebut diterima Penggugat pada
tanggal itu juga, dengan demikian gugatan ini masih diajukan dalam tenggang
waktu 90 (Sembilan puluh) hari sebagimana ditentukan Pasal 55 UndangUndang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2009.
Alasan dan Dasar Gugatan adalah:
a. Bahwa keputusan tersengketa dikeluarkan oleh Tergugat sebagai Bupati Deli
Serdang yang merupakan Pejabat yang melaksanakan urusan Pemerintahan
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, dengan demikian
Tergugat adalah Pejabat Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud Pasal 1
ayat (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004
dan Undang-Undang No. 51 Tahun 2009.

Universitas Sumatera Utara

85

b. Bahwa keputusan tersengketa adalah merupakan penetapan tertulis yang
bersifat konkret, individual dan final karena mengenai pencabutan izin
mendirikan bangunan, ditujukan kepada Penggugat dan menimbulkan akibat
hukum bagi Penggugat, dengan demikian telah memenuhi Pasal 1 ayat (3)
Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 51 Tahun 2009.
c. Bahwa karena keputusan tersengketa telah memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat
(3), maka gugatan Penggugat yang ditujukan terhadap Tergugat sehubungan
dengan keputusan tersengketa telah memenuhi ketentuan Pasal 53 ayat (1)
Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 dan
Undang-Undang No. 51 Tahun 2009.
d. Bahwa Penggugat sangat keberatan serta menolak dengan tegas keputusan
tersengketa yang telah merugikan kepentingan Penggugat tersebut, dengan
penjelasan sebagai berikut:
-

Bahwa ketika tahap pembangunan lantai 1 dari rencana bangunan tempat
tinggal 2 lantai hamper rampung Penggugat kerjakan kerjakan, Tergugat
dalam hal ini Camat Lubuk Pakam melalui surat Nomor: 503/701/2011
Tanggal 4 Agustus 2011 hal perintah stop kegiatan pembangunan dan
membongkar sendiri bangunan memerintahkan kepada Penggugat agar
menghentikan kegiatan pembangunan dan membongkar sendiri bangunan
milik Penggugat karena menurut Tergugat telah melanggar ketentuan
ukuran izin mendirikan bangunan dimana dalam izin mendirikan

Universitas Sumatera Utara

86

bangunan tertulis bahwa dimaksud berukuran 8 x 10 m dan jarak
bangunan dengan jalan 12 m, sedangkan bangunan yang Penggugat
kerjakan 8 x 16 m dengan jarak bangunan dengan jalan 4,8 m.
-

Bahwa akan tetapi walaupun Penggugat telah melaksanakan perintah
Tergugat dengan cara menghentikan kegiatan pembangunan bangunan
dan membongkar sendiri bangunan yang dimaksud, namun kenyataan
yang didapatkan Penggugat surat izin mendirikan bangunan yang
penggugat miliki DICABUT oleh Tergugat melalui Keputusan Bupati
Deli Serdang Nomor: 503.648/5456 Tanggal 15 Agustus 2011 Tentang
Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan.

-

Bahwa dengan dikeluarkannya keputusan tersengketa Penggugat merasa
sangat dirugikan karena Penggugat telah mengeluarkan biaya retribusi
izin

mendirikan

bangunan

sebesar

Rp.

11.834.48,-

dan

biaya

pembangunan lantai 1 rumah tempat tinggal berukuran 8 x 10 meter
sebesar Rp. 200.000.000,- dengan demikian telah memenuhi Pasal 53
ayat (1) Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 51
Tahun 2009.
-

Bahwa oleh karena keputusan tersengketa yang dikeluarkan oleh
Tergugat tidak didukung oleh fakta yang benar dan cukup karena telah
tidak memperhatikan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik yaitu
Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam Negara Hukum yang

Universitas Sumatera Utara

87

mengutamakan landasan Peraturan Perundang-undangan, kepatutan dan
keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggaraan Negara sebagaimana
dimaksud penjelasan Pasal 3 Undang-Undang No 28 Tahun 1999
Tentang Penyelenggaran Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme, dengan demikian keputusan tersengketa yang
dikeluarkan oleh Tergugat telah bertentangan dengan pasal 53 ayat (2)
huruf b Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara.
-

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, dimana sudah terbukti
alasan-alasan gugatan dalam sengketa ini telah memenuhi ketentuan dan
syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b UndangUndang No. 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, oleh
karena itu patut dan beralasan hukum apabila kepada Bapak Ketua
Pengadilan Tata Usaha Negara Medan dimohonkan untuk sudi kiranya
membatalkan atau menyatakan tidak sah Keputusan Bupati Deli Serdang
Nomor: 503.648/5456 Tanggal 15 Agustus 2011 tentang Pencabutan Izin
Mendirikan Bangunan.
Alasan dari Tergugat untuk mencabut Izin Mendirikan Bangunan tersebut

adalah bahwa pemegang surat izin mendirikan bangunan telah melanggar
ketentuan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

88

- Pelaksanaan pembangunan tidak berpedoman kepada gambar teknik telah
disetujui dan disah oleh Kepala Dinas Cipta Karya dan Pertambangan
Kabupaten Deli Serdang.
- Pelaksanaan pembangunan tidak berpedoman kepada ketentuan yang telah
diatur dalam surat keterangan situasi bangunan.
- Izin Mendirikan Bangunan yang diberikan Tergugat kepada Penggugat adalah
dari garis sempadan bangunan 12 meter dari tepi daerah milik jalan (damija)
dan luas dasar bangunan (m2) bangunan penggugat masih melebihi.
Bahwa dasar terbitnya Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor:
503.648/5456 tanggal 15 Agustus 2011 Tentang Pencabutan Izin Mendirikan
Bangunan dikarenakan Penggugat telah melanggar izin yang telah diberikan
Tergugat sesuai permohonan yang diajukan Penggugat sendiri.
B.

Pertimbangan Hakim PTUN No. 72/G/2011/PTUN-Mdn (Putusan
Pengadilan Tingkat I)
Majelis hakim PTUN menimbang, bahwa penggugat didalam gugatannya

telah memohon pembatalan atau dinyatakan tidak sah keputusan Tergugat yaitu:
Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor: 503.648/5456 Tanggal 15 Agustus 2011
Tentang Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan atas Nama Nurbaya Sianipar,
dimana keputusan Tergugat tersebut menurut Penggugat telah merugikan
kepentingan Penggugat karena Penggugat telah mengeluarkan biaya retribusi
izin mendirikan bangunan dan biaya pembangunan lantai 1 rumah tempat tinggal
berukuran 8m x 10m sebesar Rp. 200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah) selain itu

Universitas Sumatera Utara

89

Penggugat merasa telah memenuhi untuk melaksanakan atau memenuhi perintah
Tergugat untuk menghentikan dan membongkar sendiri bangunannya.
Menimbang, bahwa berdasarkan dalil gugatan dan replik Penggugat serta
jawaban dan duplik Tergugat dan juga alat bukti surat yang diajukan oleh
Penggugat dan Tergugat dipersidangan setelah dihubungkan satu dengan
yang lainnya, maka telah ditemukan fakta-fakta hukum. Menimbang,
bahwa setelah mempelajari dengan seksama surat gugatan dan
keseluruhan proses jawab-jinawab antara Penggugat dan Tergugat, maka
pertama-tama Majelis Hakim akan mempertimbangan perihal dasar
kewenangan Tergugat menerbitkan surat keputusan objek sengketa.
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti bertanda T-1 berupa Peraturan
Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Izin
Mendirikan Bangunan di Kabupaten Deli Serdang, Bab III pasal 4 ayat
(1) berbunyi: “setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan bangunan
di dalam daerah harus memperoleh izin dari Kepala Daerah dengan
terlebih dahulu mengajukan permohonan”. Selanjutnya Pasal 9 berbunyi:
“ Izin Mendirikan Bangunan dapat dicabut oleh Kepala Daerah, apabila
melanggar ketentuan izin yang diberikan atau dikemudian hari diketahui
bahwa salah satu atau beberapa syarat untuk memperoleh Izin
Mendirikan Bangunan dimaksud tidak benar keabsahannya dan atau halhal lain menurut Kepala Daerah patut untuk dipertimbangkan”, 155
sehingga berdasarkan ketentuan diatas, maka Tergugat dalam hal ini
Bupati Deli Serdang berwenang untuk melaksanakan Pencabutan Izin
Mendirikan Bangunan melalui Surat Keputusan Bupati Deli Serdang
mendirikan bangunan melalui Surat Keputusan Bupati Deli Serdang
Nomor: 503.648/5456 Tanggal 15 Agustus 2011 Tentang Pencabutan
Izin mendirikan bangunan atas nama Nurbaya Sianipar yang didasarkan
pada Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang. Menimbang, bahwa
lebih lanjut perihal Tergugat dengan berdasarkan kewenangannya dalam
menerbitkan Surat Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor: 503.648/5456
Tanggal 15 Agustus 2011 tentang Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan
atas nama Nurbaya Sianipar apakah telah memenuhi ketentuan peraturan
155

Komentar Penulis: Dalam peraturan daerah kab. Deli Serdang nomor 14 tahun 2006
pada pasal 9 yang berbunyi, Izin Mendirikan Bangunan dapat dicabut oleh kepala
daerah, apabila menlanggar ketentuan izin yang diberikan atau dikemudian hari
diketahui bahwa salah satu atau beberapa syarat untuk memperoleh IMB dimaksud
tidak benar keabsahannya dan atau hal-hal lain menurut Kepala Daerah patut untuk
dipertimbangkan, ada kejanggalan dalam pasal ini yang menurut penulis patut untuk
lebih diperjelas lagi karena dalam kalimat “hal-hal lain menurut kepala daerah yang
patut untuk dipertimbangkan, tidak ada batasan yang menjelaskan hal-hal apa saja yang
dapat dipertimbangkan oleh Kepala Daerah.

Universitas Sumatera Utara

90

perundang-undangan yang berlaku dan/atau asas-asas umum
pemerintahan yang baik, maka Majelis Hakim mempertimbangkan
sebagai berikut:
Menimbang, bahwa untuk member pertimbangan dan penilaian terhadap
prosedur penerbitan surat keputusan obyek sengketa, Majelis Hakim
terlebih dahulu akan mengutip beberapa ketentuan sebagai berikut,
Menimbang bahwa berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Deli
Serdang Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Izin Mendirikan Bangunan di
Kabupaten Deli Serdang, Bab III Pasal 4 ayat (1) berbunyi: “ Setiap
orang pribadi atau badan yang mendirikan bangunan di dalam daerah
harus memperoleh izin dari Kepala Daerah dengan terlebih dahulu
mengajukan permohonan”. Selanjutnya pada ayat (2) disebutkan:
Bangunan yang didirikan harus sesuai dengan Izin Mendirikan Bangunan
yang diberikan “. Lebih lanjut ketentuan Pasal 15 peraturan tersebut
berbunyi: “ Setiap orang pribadi atau badan dilarang:
a. Mendirikan bangunan tanpa izin.
b. Mendirikan bangunan yang tidak sesuai dengan Izin Mendirikan
Bangunan yang telah diberikan. 156
Pasal 18 menyebutkan “ Setiap bangunan dapat dirobohkan atau
dibongkar, dibongkar dengan Surat Perintah Kepala Daerah, apabila:
a. Konstruksi bangunan tersebut seluruhnya atau sebagian rusak,
sehingga membahayakan penghuninya dan atau masyarakat.
b. Pelaksanaan mendirikan bangunan bertentangan, tidak sesuai atau
menyimpang dari izin yang telah diberikan.
c. Pelaksanaan mendirikan bangunan tidak memiliki izin.
Menimbang, bahwa untuk memperoleh kebenaran materil, majelis Hakim
telah melaksanakan Pemeriksaan Setempat dilokasi terbitnya obyek
sengketa terletak dijalan Tanjung Morawa-Lubuk Pakam, kelurahan
Petapahan, kecamatan Lubuk Pakam dan diperoleh fakta di lapangan
bahwa bangunan milik Penggugat terdapat garis merah yang berdasarkan
keterangan para pihak garis tersebut digaris oleh petugas dari Dinas Cipta
Karya dan Pertambangan Kabupaten Deli Serdang. Selanjutnya kondisi
bangunan saat itu sudah dibongkar sesuai garis merah sehingga
ukurannya berdasarkan fakta dilapangan ternyata telah dipotong
sepanjang 6 meter, selain itu diperoleh fakta pula bahwa di sebelah sisi
kiri bangunan milik Penggugat terdapat bangunan apotik berlantai 2
156

Komentar Penulis: Dalam Peraturan Daerah Kab. Deli Serdang nomor 14 tahun
2006, belum sangat jelas dikarenakan penulis belum ada menemukan pasal atau pun poin yang
mengatakan apabila bangunan yang dibangun dan tidak sesuai dengan ketentuan izin mendirikan
bangunan yang telah diberikan dan si pemilik bangunan membongkar sendiri dan memperbaiki
bangunannya sesuai dengan ketentuan izin mendirikan bangunan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan tidak akan dikenakan sanksi yang mana tidak akan merugikan sipemilik bangunan
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

91

(Apotik Mulia Farma) yang jaraknya hanya beberapa meter dari
bangunan Penggugat. Menimbang, bahwa berpedoman pada ketentuan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung pada
Pasal 8 ayat (1) yang menyebutkan:
“Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yang
meliputi:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak
atastanah.
b. Status kepemilikan gedung dan.
c. Izin mendirikan bangunan gedung, sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 14
Tahun 2006 tentang Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Deli
Serdang menentukan “ Bangunan yang wajib mempunyai izin adalah
semua jenis bangunan yang berfungsi sebagai hunian/perumahan, Usaha
Jasa Komersial, Penangkaran Hewan/Walet, Gudang/Barak Kerja,
Bangunan Industri, Sosial dan Budaya, Keagamaan, Perhotelan, Lantai
jemur dan Pagar baik yang bersifat permanent Lux, Permanen maupun
semi permanent”. Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan tersebut
diatas menggariskan bahwa memperoleh Izin Mendirikan Bangunan
merupakan suatu syarat dan kewajiban yang harus diipenuhi setiap orang
dalam hal mendirikan suatu bangunan, sehingga Majelis Hakim
berpendapat bahwa dalam sengketa a quo Penggugat yang telah
bermohon untuk diterbitkan Izin Mendirikan Bangunan, telah
melaksanakan kewajibannya sebagai seorang warga negara yang baik
yang sebagaimana diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Menimbang, bahwa dalam sengketa a quo berdasarkan jawab-jinawab
antara Penggugat dan Tergugat serta berdasarkan bukti surat dan
keterangan saksi di persidangan diperoleh fakta hukum bahwa di
lingkungan Kabupaten Deli Serdang belum semua bangunan memiliki
Izin Mendirikan Bangunan, termasuk bangunan Apotik Mulia Farma
yang berjarak beberapa meter dari lokasi bangunan Penggugat.
Berdasarkan fakta tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa Tergugat
sebagai aparatur pemerintahan harus mengambil suatu tindakan yang
tegas dan sudah seharusnya memerintahkan untuk dilakukan
pembongkaran bangunan terhadap setiap bangunan yang tidak memiliki
Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Deli Serdang sebagaimana
halnya diberlakukan kepada Penggugat, sehingga mekanisme Pencabutan
Izin Mendirikan Bangunan atas nama Penggugat yang dilakukan oleh
Tergugat yang seharusnya diberlakukan secara sama terhadap semua
bangunan yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang yang tidak memilik
izin mendirikan bangunan yang menjadi tugas dan kewajiban sebagimana

Universitas Sumatera Utara

92

diamanatkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 14
Tahun 2006 Tentang Izin Mendirikan Bangunan, menurut Majelis Hakim
telah dilakukan tanpa memperhatikan asas-asas umum pemerintahan
yang baik, khususnya asas persamaan. Menimbang, bahwa selanjutnya
terkait dengan Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan atas nama
Penggugat tanpa mempertimbangkan tindakan Penggugat yang telah
membongkar sendiri bangunannya sebelum Tergugat menerbitkan
Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor: 503.648/5456 Tanggal 15
Agustus 2011 Tentang Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan atas nama
Nurbaya Sianipar, oleh karenanya atas dasar fakta tersebut Majelis
Hakim berpendapat bahwa sesuai dengan asas kecermatan, badan
pemerintahan sebelum mengambil suatu keputusan harus terlebih dahulu
meneliti dan mempertimbangkan semua fakta dan faktor yang relevan
serta memperhatikan kepentingan-kepentingan yang terkait kedalam
pertimbangannya dimana pihak yang berkepentingan terutama pihak
yang berpotensi dirugikan harus didengar, sehingga mereka mempunyai
kesempatan untuk menjelaskan pendapat mereka terhadap keputusan
yang hendak dikeluarkan yang apabila fakta-fakta penting tidak diteliti
dan kepentingan pihak ketiga tidak diperhitungkan sebelum mengambil
Keputusan Tata Usaha Negara, merupakan bentuk ketidakcermatan yang
bertentangan dengan asas kecermatan.
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut maka
Majelis Hakim berpendapat bahwa penggunaan wewenang Tergugat
dalam menerbitkan Keputusan Bupati Deli Serdang nomor 503.648/5456
tentang Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan atas nama Nurbaya
Sianipar telah tidak cermat, tidak konsisten dan tidak profesional dalam
mempertimbangkan hal-hal dan fakta-fakta yang relevan dan sebenarnya
serta tidak mempertimbangkan semua kepentingan terkait berkenaan
dengan pembuatan keputusan yang bersangkutan yang tidak berlandaskan
pada asas-asas umum pemerintahaan yang baik yaitu Asas Persamaan
dan Asas Kecermatan sebagimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2)
huruf b Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara sehingga
merugikan kepentingan umum Penggugat dan mengakibatkan
ketidakpastian hukum bagi Penggugat. Menimbang, bahwa oleh karena
dalam penerbitan surat keputusan obyek sengketa terdapat
tahapan/mekanisme/prosedur yang tidak dilaksanakan sebagimana
mestinya hal mana tidak berlandaskan pada Asas Persamaan dan Asas
Kecermatan, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa penerbitan surat
keputusan obyek sengketa tersebut secara prosedur telah mengandung
suatu kesalahan/cacat/kekurangan dari segi yuridis, sehingga dalil
gugatan Penggugat dalam sengketa a quo telah terbukti dan karenanya
gugatan Penggugat harus dikabulkan.

Universitas Sumatera Utara

93

Menimbang, bahwa oleh karena dalil Penggugat telah terbukti dan
gugatan Penggugat dapat dikabulkan, dengan demikian petitum ke-2 dan
ke-3 gugatan Penggugat yang menyebutkan agar Keputusan Bupati Deli
Serdang tentang pencabutan Izin Mendirikan Bangunan atas nama
Nurbaya Sianipar dinyatakan batal serta mewajibkan kepada Tergugat
untuk mencabut keputusan tersebut patut dan adil untuk dikabulkan dan
oleh karena itu Keputusan Bupati Deli Serdang tentang Pencabutan Izin
Mendirikan Bangunan atas nama Nurbaya Sianipar dinyatakan batal dan
mewajibkan kepada Tergugat untuk mencabut keputusan tersebut yang
selengkapnya sebagimana akan ditetapkan dalam amar putusan ini.
Menimbang, bahwa mengenai permohonan Penggugat perihal penundaan
pelaksanaaan Keputusan Tergugat yang menjadi obyek sengketa, oleh
karena menurut hemat Majelis Hakim tidak terdapat keadaan yang sangat
mendesak yang mengakibatkan kepentingan Penggugat akan sangat
dirugikan jika Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat memenuhi
ketentuan Pasal 67 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana diubah dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009, dengan demikian permohonan penundaan pelaksanaan a quo
dinyatakan ditolak. Menimbang, bahwa oleh karena dalil gugatan
Penggugat telah terbukti dan gugatan Penggugat dapat dikabulkan
seluruhnya sehingga Tergugat berada di pihak yang kalah, maka
berdasarkan ketentuan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan terakhir telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009, biaya perkara yang timbul
dalam perkara ini dibebankan kepada Tergugat, yang besarnya akan
disebutkan dalam amar putusan ini. Menimbang, bahwa dengan
berpedoman pada sistem pembuktian dalam hukum acara Peradilan Tata
Usaha Negara yang mengarah pada pembuktian bebas (vrije bewijs) yang
terbatas sebagimana terkandung di dalam ketentuan Pasal 100 dan Pasal
107 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara yang menggariskan
bahwa Hakim bebas menentukan apa yang harus dibuktikan/luas lingkup
pembuktian, beban pembuktian beserta penilaian pembuktian, maka
dalam memeriksa dan mengadili sengketa ini, Majelis Hakim
mempelajari dan memberikan penilaian hukum terhadap alat-alat bukti
yang diajukan oleh para pihak, namun untuk mempertimbangkan dalildalil para pihak, Majelis Hakim hanya menggunakan alat-alat bukti yang
paling relevan dan paling tepat dengan sengketa ini, sedangkan terhadap
alat-alat bukti selain dan selebihnya tetap dilampirkan dan menjadi suatu
kesatuan dengan berkas perkara. 157
157

Komentar Penulis: Hakim dalam memberikan pertimbangannya dalam putusan ini

Universitas Sumatera Utara

94

C. Putusan Hakim PTUN dan Putusan Hakim PT.TUN.Mdn
a. Putusan PTUN
Mengingat Undang-Undang RI Nomor 51 Tahun 2009 tentangperubahan
atas Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang RI Nomor 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Undang-Undang RI Nomor
28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, Peraturan Daerah Kabupaten Deli
Serdang Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Di
Kabupaten Deli Serdang serta peraturan perundang-undangan lain yang
berkaitan.
Mengadili dalam pokok perkara:
a. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
b. Menyatakan batal Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor: 503.648/5456
Tanggal 15 Agustus 2011 Tentang Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan
atas Nama Nurbaya Sianipar.
c. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Keputusan Bupati Deli Serdang
Nomor: 503.648/5456 Tanggal 15 Agustus 2011 Tentang Pencabutan Izin
Mendirikan Bangunan atas nama Nurbaya Sianiapar.

menurut penulis sudah sesuai dengan undang-undang yang terkait dalam menyelesaikan perkara
ini salah satunya pasal 110,100 dan 107 uu nomor 5 tahun 1986,dan Hakim juga sudah
menerapkan Asas-asas Umum Pemerintahan yang baik dalam memberikan pertimbangan, bagi
Hakim Tata Usaha Negara Good Governance dapat dipergunakan sebagai alat menguji dan
membatalkan keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau pejabat TUN.

Universitas Sumatera Utara

95

d. Membebankan Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 3.704,(Tiga juta tujuh ratus empat ribu rupiah).
b. Putusan Banding No. 30/B/2012/PT.TUN.Mdn
1. Alasan Banding
Tergugat Intervensi menjadi Pembanding melalui kuasa hukumnya
mengajukan Memori Banding, diterima di kepaniteraan PTU