SISTEM DAN PROSEDUR PEMBERIAN PEMBIAYAAN DI BMT BERKAH MAKMUR TAHUN 2010 TUGAS AKHIR - SISTEM DAN PROSEDUR PEMBERIAN PEMBIAYAAN DI BMT BERKAH MAKMUR TAHUN 2010 - Test Repository

  

SISTEM DAN PROSEDUR PEMBERIAN

PEMBIAYAAN

DI BMT BERKAH MAKMUR TAHUN 2010

TUGAS AKHIR

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat

guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

pada Program Studi Diploma III Perbankan Syariah

Oleh

  

FITRI SRI WAHYUNI

NIM 20108017

JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI DIPLOMA 111 PERBANKAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

PERNYATAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Fitri Sri Wahyuni NIM : 20108017 Jurusan : Syariah Program Studi : Diploma III Perbankan Syariah Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tugas akhir ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 22 Agustus 2011 Yang menyatakan, Fitri Sri Wahyuni

  

MOTTO

  Jangan anggap masalah sebagai hambatan yang harus dihindari, Tetapi anggaplah masalah sebagai tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan

  “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya kamu dikembalikan”

  (Surat Al Baqarah : ayat 245) “Tugas utama pemimpin adalah berpikir dan persiapan terbaik untuk memimpin adalah berpikir”

  (David J. Schwartz) Sesungguhnya Allah indah dan senang keindahan

  (Hadits)

  PERSEMBAHAN

  Karya tulis ini penulis persembahkan kepada : 1.

  Bapak dan ibu tercinta yang senantiasa mencurahkan kasih sayang berupa moril serta materi juga doa yang tiada hentinya dipanjatkan bagi penulis.

  2. Seluruh anggota keluarga, yang selalu memberi dorongan semangat, inspirasi, dan motivasi.

  3. Dosen-dosen STAIN yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

  4. Teman-teman yang telah memberikan persahabatan yang begitu erat.

  5. Almamater tercinta.

KATA PENGANTAR

  Assalaamu’alaikum Wr. Wb

  Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat, dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada beliau Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akherat kelak.

  Penulisan Tugas Akhir ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Perbankan Syariah STAIN Salatiga. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu melalui ruang ini penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.

  Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga.

  2. Bapak Abdul Aziz NP,S.Ag.,MM selaku Ketua Program Studi Diploma III Perbankan Syariah sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan penuh selama penyusunan Tugas Akhir ini dan juga telah memberikan motivasi serta dukungan penuh kepada penulis.

  3. Bapak Ahmad Mifdol Muthohar,Lc.,M.Si selaku dosen pembimbing lapangan yang sering mengunjungi penulis saat praktik magang dan memberikan masukan-masukan tentang Tugas Akhir.

  4. Segenap dosen pengajar di Program Studi Diploma III Perbankan Syariah

  5. Segenap staf dan karyawan perpustakaan STAIN Salatiga yang berada di kampus II.

  6. Bapak Muhammad Nafis Kamal,S.Ag selaku pemimpin pengelola BMT Berkah Makmur yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melaksanakan magang.

  7. Seluruh staf karyawan BMT Berkah Makmur; Bu Darsini, Mbak Sri, Mbak Haryati, Pak Tarjo, Pak Rohmani dan juga Mas Andi yang bisa jadi teman baik serta menyayangi penulis seperti keluarga serta telah banyak membantu dan bersedia mengajari segala sesuatu yang belum penulis ketahui.

  8. Ibunda dan Ayahnda penulis yang dengan kasih sayangnya yang tulus ikhlas dan tak putus selalu memberikan do’a, semangat, dan dukungannya.

  9. Kakak-kakakku; Mbak Parti dan Mas Silo yang senantiasa memberikan keceriaan dalam menjalani hidup.

  10. Suami tercinta yang tak henti-hentinya memberikan dorongan, motivasi, dukungan, dan bantuan yang tiada tara.

  11. Seluruh teman-teman STAIN Salatiga Jurusan Syariah Program studi D III Perbankan Syariah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga telah banyak membantu.

  12. Jeng Yani yang selalu menemaniku kemana-mana serta menjadi teman makan sekaligus curhat saat di BMT Berkah Makmur.

  13. Segenap pihak yang telah mendukung dan membantu terlaksananya

  Penulis menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, sehingga masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.

  Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan supaya menjadi lebih baik.

  Akhirnya penulis berharap bahwa hasil penulisan Tugas Akhir ini akan bermanfaat bagi pembaca semua terutama akan dapat membantu meningkatkan kinerja lembaga dimana penulis melakukan magang. Amien. Wassalaamualaikum wr.wb

  Salatiga, Agustus 2011 Penulis

  

ABSTRAK

  Wahyuni, Fitri Sri. 2011. Sistem dan Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT

  Berkah Makmur Tahun 2010 . Tugas Akhir. Jurusan Syariah. Progam

  Studi Diploma III Perbankan Syariah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Abdul Aziz NP, S.Ag.,MM.

  

Kata kunci: Sistem dan Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Berkah

Makmur Tahun 2010.

  Tujuan penelitian ini adalah upaya untuk mengetahui sistem dan prosedur pemberian pembiayaan di BMT Berkah Makmur pada Tahun 2010. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah (1) Bagaimanakah sistem dan prosedur pemberian pembiayaan di BMT Berkah Makmur ? dan (2) Bagaimana perkembangan pembiayaan di BMT Berkah Makmur pada Tahun 2010 ?

  Penelitian ini menunjukkan bahwa nasabah BMT Berkah Makmur menggunakan akad mudharabah dan bai bitsaman ajil dalam melaksanakan pembiayaan. Akad tersebut bisa dilakukan apabila pembiayaan digunakan untuk sektor usaha, bukan untuk keperluan yang bersifat konsumtif. Kondisi ini berdampak pada peningkatan loyalitas para nasabah yang umumnya berprofesi sebagai pedagang dan pengusaha kecil terhadap pembiayaan di BMT Berkah Makmur.

  Pembiayaan di BMT Berkah Makmur telah sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh BMT Berkah Makmur. Kebanyakan nasabah yang melakukan pembiayaan kurang amanah dalam menggunakan pinjaman dana yang diajukan sesuai saat terjadinya akad.

  

DAFTAR ISI

Hal.

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN……………………………... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN …………………… iv MOTTO ……………………………………………………………………. v PERSEMBAHAN ………………………………………………………….. vi KATA PENGANTAR …………………………………………………….. vii ABSTRAK …………………………………………………………………. x DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xi DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………...…………... xiv DAFTAR TABEL …………………………………………………………... xv DAFTAR GAMBAR .…………………………………………………….... xvi

  BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1 A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 5 C. Tujuan dan Kegunaan ………………………………………………… 5 D. Metode Penulisan …………………………………………………….. 6 E. Sistematika Penulisan ………………………………………………… 8

  BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………… ………………. 9 A. Telaah pustaka ………..…………………………………………….. 9 B. Kerangka Teoritik ………………………………………………….. 11 BAB III LAPORAN OBYEK ………………….. ………………………… 30 A. Gambaran Umum ……... …………………………………………. 30 B. Data – Data Deskriptif . …………………………………………... 43 BAB IV ANALISA …………………… ………………………………… 57 A. Sistem dan Prosedur Pemberian Pembiayaan ……………………. 57 B. Kelebihan dan Kekurangan Prosedur Pembiayaan ………………. 62 C. Perhitungan Angsuran BMT Berkah Makmur …………………… 63 D. Perkembangan Angsuran Pembiayaan.……………………………. 64 E. Perkembangan Nasabah Pembiayaan ……………………………… 65 F. Perkembangan Pembiayaan khusus Pengusaha Kecil …………….. 81 G. Mengatasi Kredit Bermasalah ……………………………….…..... 85 H. Manfaat Pembiayaan ……………………………………………… 86 I. Dampak Pembiayaan ……………………………………………… 87 BAB V PENUTUP ………………………………………………………. 88 A. Kesimpulan ………………………………………………………. 88 B. Saran ……………………………………………………………… 89

  DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 90 DAFTAR INFORMAN …………………………………………………… 91 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………………. 93 LAMPIRAN ………………………………………………………………. 94

  

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

  Pembimbing dan asisten pembimbing Tugas akhir .……………………….. 94 Akta pendirian koperasi Berkah Makmur …………………………………. 95 Anggaran Dasar Koperasi Berkah Makmur …....………………………… 97 Produk-produk BMT Berkah Makmur ………..…………………………... 119 Surat permohonan pembiayaan …………………………………………. .. 120 Surat persetujuan permohonan pembiayaan (SPPP) ……………..……….. 122 Form persetujuan pembiayaan …………………………………………….. 123 Lembar check list BPKB………………………………………………...... 124 Formulir permohonan pembukaan simpanan pokok anggota…………..….. 125 Slip angsuran ………………………………………………………………. 126 Slip penyetoran …………………………………………………………….. 127 Slip penarikan ………………………………………………………………. 128 Foto BMT ………………………………………………………………….... 129

  

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 3.1 Jumlah aset di BMT Berkah Makmur ……………………………. 54Tabel 3.2 Angsuran pembiayaan pada Tahun 2009 ………………………… 55Tabel 3.3 Angsuran pembiayaan pada Tahun 2010 ……………………........ 56Tabel 4.1 Data jumlah nasabah yang terealisasi pembiayaan ………………. 65Tabel 4.2 Data jumlah nasabah yang terealisasi pembiayaan Tahun 2010 …. 66Tabel 4.3 Data nasabah Tahun 2010 ………………………………………… 67Tabel 4.4 Jumlah realisasi pembiayaan Tahun 2010 ………………………... 82Tabel 4.5 Penggolongan nasabah pada jumlah realisasi Tahun 2010 …..…… 83Tabel 4.6 Penggolongan nasabah menurut waktu jatuh tempo Tahun 2010 ... 84

  

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 3.1 Skema Pembiayaan Mudharabah ……………………………… 48Gambar 3.2 Skema Pembiayaan Musyarakah ……………………………… 49Gambar 3.3 Skema Pembiayaan Ijarah ……………………………………... 50Gambar 3.4 Skema Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil ………………………… 51Gambar 3.5 Skema Pembiayaan Murabahah ……………………………...... 52Gambar 3.6 Skema Pembiayaan Qord ………………………………………. 53

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang dioperasikan

  dengan prinsip bagi hasil (syari’ah), menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan fakir miskin. Konsep BMT sebenarnya sudah ada sejak zaman Rosulullah SAW yang dikenal dengan nama bait al-maal dan berfungsi sebagai pengelola dana amanah dan harta rampasan perang (ghonimah) pada masa awal islam yang diberikan kepada yang berhak dengan pertimbangan kemaslahatan umat. Secara kongkrit kelembagaan Baitul Maal baru dilakukan pada masa Umar Bin Khatab ketika kebijakan pendistribusian dana yang terkumpul mengalami perubahan. Lembaga Baitul Maal itu berpusat di ibu kota Madinah dan memiliki cabang di propinsi-propinsi wilayah islam.

  Sejarah munculnya BMT di Indonesia sendiri dimulai Tahun 1984 yang dikembangkan mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syari’ah bagi usaha kecil. Kemudian BMT lebih diberdayakan oleh ICMI sebagai sebuah gerakan yang secara operasional ditindak lanjuti oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK).

  BMT secara resmi sebagai lembaga keuangan syari’ah dimulai mencantumkan kebebasan penentuan imbalan dan sistem keuangan bagi hasil, juga dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 1992 yang memberikan batasan tegas bahwa bank diperbolehkan melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip bagi hasil. Maka mulailah bermunculan perbankan yang menggunakan sistem syari’ah, seperti Bank Muamalat Indonesia (BMI), BNI Syari’ah, BPRS, dan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT).

  Munculnya BMT sebagai lembaga mikro keuangan islam yang bergerak pada sektor riil masyarakat bawah dan menengah adalah sejalan dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesia (BMI). BMI sendiri secara operasional tidak dapat menyentuh kalangan masyarakat kecil ini, maka BMT menjadi salah satu Lembaga Mikro Keuangan Islam yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

  Menurut Arsyad dalam bukunya, Lembaga Keuangan Mikro

  Institusi Kinerja dan Sustanabilitas, 2008 menjelaskan bahwa sektor

  ekonomi mikro mempunyai ketahanan yang kuat dalam krisis tetapi diimbangi dengan adanya dukungan dalam hal permodalan, melalui Lembaga Keuangan Mikro yang disingkat LKM baik yang dibentuk pemerintah atau swasta. Tujuan LKM sebagai organisasi pembangunan adalah untuk melayani

  1 kebutuhan finansial dari pasar yang tidak terlayani.

  Lubis, S dalam bukunya, Hukum Ekonomi Islam, 2004 menjelaskan bahwa koperasi merupakan satu bentuk dari LKM yang berasas kekeluargaan. Modal usaha koperasi didapatkan dari uang simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, pinjaman, pengumpulan hasil usaha, dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat gerak koperasi. Setiap tahun tutup buku koperasi harus ada laporan secara tertulis oleh pengurus laporan

  2

  keuangan menyangkut kerugian atau keuntungan. Salah satu koperasi yang berasas kekeluargaan dan berdasarkan syari’ah adalah baitul maal wa tamwil pada umumnya disingkat BMT. Koperasi yang berdasarkan prinsip syari’ah sangat diperlukan masyarakat khususnya kaum muslim.

  Kegiatan utama dari BMT adalah mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Penyaluran dana yang dilakukan BMT adalah dengan pemberian pembiayaan kepada nasabah yang kekurangan modal.

  Aktivitas yang tidak kalah pentingnya dalam manajemen dana BMT adalah pelemparan dana atau pembiayaan yang sering juga disebut dengan

  lending – financing . Istilah ini dalam keuangan konvensional dikenal dengan

  sebutan kredit. Pembiayaan sering digunakan untuk menunjukkan aktivitas

  3 utama BMT, karena berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan.

  Berdasarkan UU No 7 Tahun 1992, yang dimaksud pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan atau 2 pembagian hasil. Sedangkan menurut PP No 9 Tahun 1995 Tentang Suhrawati Lubis, Hukum Ekonomi Islam, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2004 ) hal. 123. pelaksanaan simpan pinjam oleh koperasi, pengertian pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka

  4 waktu tertentu dengan disertai pembayaran sejumlah imbalan.

  Agar pemberian pembiayaan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan, maka dibuatlah prosedur yang mudah dan tidak berbelit-belit.

  Sebelum nasabah mengajukan permohonan pembiayaan, nasabah harus mengetahui sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh BMT.

  Setiap BMT sesekali tentu akan menjumpai pinjaman yang membawa resiko besar daripada yang diperkirakan saat memberikan persetujuan permohonan pembiayaan, misalnya angsuran pembiayaan mengalami kemacetan, sehingga hal itu dapat merugikan pihak BMT. Dalam penerapan pembiayaan berprinsip bagi hasil disuatu BMT itu biasanya masih mengalami berbagai kendala. Kendala tersebut bisa berasal dari nasabah sendiri, misalnya masalah kejujuran. Kejujuran merupakan faktor yang penting dalam melakukan pembiayaan. Untuk itu pihak BMT harus jeli sebelum memberikan realisasi pembiayaan kepada setiap nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan.

  Dengan melihat uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan analisa mengenai sistem dan prosedur pemberian pembiayaan, kelebihan dan kekurangan prosedur pembiayaan, perhitungan angsuran, perkembangan angsuran pembiayaan, perkembangan nasabah pembiayaan, perkembangan pembiayaan khusus untuk pengusaha kecil, mengatasi kredit bermasalah, manfaat pembiayaan, serta dampak pembiayaan. Disini penulis menjadikan BMT Berkah Makmur sebagai obyek dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitiannya pada Tahun 2010. Permasalahan tersebut di atas belum pernah dibahas oleh orang lain dan cukup menarik untuk dianalisa dan diteliti. Penelitian tersebut dilakukan untuk memperlancar dalam penulisan Tugas Akhir.

  Sesuai dengan masalah yang akan dibahas, maka penulis mengambil Judul “Sistem dan Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Berkah Makmur Tahun 2010” B.

   Rumusan Masalah

  Dari latar belakang masalah di atas dapat diajukan beberapa rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem dan prosedur pemberian pembiayaan di BMT Berkah

  Makmur ? 2. Bagaimana perkembangan pembiayaan di BMT Berkah Makmur pada

  Tahun 2010 ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

  Tujuan penulisan ini mencakup beberapa hal sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sistem dan prosedur pemberian pembiayaan di BMT Berkah Makmur.

  2. Untuk mengetahui perkembangan pembiayaan di BMT Berkah Makmur pada Tahun 2010.

  Kegunaan penulisan ini mencakup beberapa hal yang meliputi : 1. Memberikan informasi pada pembaca mengenai sistem dan prosedur pemberian pembiayaan di BMT Berkah Makmur pada Tahun 2010.

  2. Memberikan informasi pada pembaca mengenai perkembangan pembiayaan di BMT Berkah Makmur pada Tahun 2010.

D. Metode Penelitian

  Metode penelitian merupakan proses penemuan kebenaran yang dijabarkan dalam bentuk kegiatan yang sistematis dan berencana dengan dilandasi metode ilmiah. Penjabaran yang sistematis akan menjadikan Tugas Akhir ini memiliki kualitas dan mutu yang berbobot.

  Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menggunakan beberapa metode yaitu :

1. Tepi penelitian

  Penelitian dilakukan secara intensif dan terperinci. Perlu diketahui bahwa idealnya seseorang melakukan penelitian ilmiah adalah untuk menunjang. Dengan penelitian diharapkan bisa diketahui prosedur yang telah diterapkan oleh BMT Berkah Makmur.

2. Jenis-jenis data a.

  Data primer Data primer diperoleh langsung dari perusahaan. Sedangkan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

  Data register nasabah. Data perkembangan pembiayaan dan angsuran. Data laporan keuangan.

  b.

  Data sekunder Data sekunder merupakan data untuk melengkapi data pokok yang diperoleh dari perpustakaan BMT meliputi :

  1. Sejarah dan perkembangan BMT Berkah Makmur.

  2. Jenis-jenis produk.

  3. Struktur organisasi.

  4. Pelayanan pembiayaan.

  3. Interview (wawancara) Wawancara dilakukan secara langsung dengan karyawan dan pimpinan perusahaan. Teknik pengumpulan data ini digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui percakapan.

E. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari 5 BAB yaitu :

  BAB I : PENDAHULUAN Terdiri dari Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan dan kegunaan penulisan, Metode penelitian, serta Sistematika penulisan.

  BAB II :KAJIAN PUSTAKA Terdiri dari Telaah Pustaka dan Kerangka Teoritik. BAB III : LAPORAN OBYEK Terdiri dari Gambaran umum serta Data-data deskriptif. BAB IV : ANALISA Terdiri dari Sistem dan prosedur pembiayaan di BMT Berkah Makmur, Kelebihan dan kekurangan prosedur pembiayaan di BMT Berkah Makmur, Perhitungan angsuran BMT Berkah Makmur, Perkembangan angsuran pembiayaan, Perkembangan nasabah pembiayaan, Perkembangan pembiayaan khusus untuk pengusaha kecil, Mengatasi kredit bermasalah, Manfaat pembiayaan, serta Dampak pembiayaan.

  BAB V : PENUTUP Terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka Penelitian tentang Bank Syariah telah demikian banyak dilakukan. Penelitian tentang Sistem dan Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Berkah Makmur belum pernah dilakukan dan penelitian ini menarik untuk

  dilakukan. Penelitian yang terkait dengan tema tersebut diuraikan dalam teori- teori atau penjelasan di bawah ini.

  Drs Muhammad dalam bukunya, Manajemen Bank Syariah, 2002 secara terperinci membahas tentang pengertian pembiayaan secara luas dan sempit. Secara luas, pembiayaan berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai unuk mendefinisikan pendanaan yang

  5 dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah.

  Menurut Jhonson, pembiayaan adalah kemampuan untuk memperoleh barang-barang atau jasa dengan memberikan janji akan membayarkan sejumlah uang seketika diminta pembayarannya atau pada suatu

  6

  hari tertentu dikemudian hari. Mac Leod menyimpulkan bahwa pembiayaan 5 (kredit) adalah reputasi pribadi seseorang yang menyebabkan ia dapat Muhammad, Manajemen Bank Syariah, ( Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2002 ), hal. 260. membeli uang atau barang atau tenaga kerja dengan memberi pengganti suatu

  7 janji untuk membayarkan pada suatu waktu dikemudian hari.

  Menurut M. Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk

  8

  memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Pembiayaan adalah suatu fasilitasi yang diberikan bank syariah kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh bank

  9 syariah dari masyarakat yang surplus dana.

  Penelitian yang lain menyebutkan peran lembaga keuangan bank dan non bank. Dalam pembiayaan komoditas terpilih UMKM dari tiga sektor penyumbang PDRB terbesar di Jawa Tengah yang dilakukan oleh Bank Indonesia Semarang bekerjasama dengan Center for Micro and Small

  Enterprise Dynamics (CEMSED) Fakultas Ekonomi UKSW Salatiga

  menemukan bahwa lembaga keuangan bank semakin mendapat tempat dihati masyarakat. Lembaga keuangan bank menjadi sumber pembiayaan prioritas yang dipilih oleh 418 (43,36%) dari 964 responden untuk pengajuan pinjaman diwaktu yang akan datang. Hal ini ditemui pada semua sektor baik pertanian, industri, maupun perdagangan. Prioritas selanjutnya adalah lembaga keuangan informal dan sumber dana institusi seperti BUMN. Hal ini dapat dimengerti karena sumber dana informal dinilai mempunyai prosedur yang lebih mudah 7 dan sifatnya tidak mengikat. 8 Ibid.

  

Http: // pandidikan . blogspot . com / 2011 / 03/ pengertian - kredit - dan - pembiayaan . html

  Sementara itu, sebagian besar responden (41%) menginginkan adanya kegiatan pendampingan usaha oleh pihak lembaga keuangan.

  Kebutuhan untuk mendapat pendampingan paling banyak muncul pada sektor industri, disusul sektor pertanian. Sebagian besar responden yang membutuhkan pendampingan berharap konsultasi kewirausahaan merupakan bentuk pendampingan yang dapat mereka peroleh dari pihak pendamping terlebih pada sektor industri dan pada sektor pertanian, konsultasi teknik produksi merupakan bentuk pendampingan yang paling diharapkan.

  Berdasarkan uraian-uraian tersebut nampak bahwa penelitian tentang Sistem dan Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Berkah Makmur belum pernah dilakukan sehingga penting untuk dilakukan.

B. Kerangka Teoretik

  Pembiayaan adalah bentuk kata lain dari kredit. Secara etimologi istilah kredit berasal dari bahasa latin yaitu “credere” yang berarti kepercayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kredit adalah pinjaman sampai batas tertentu, jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. Sistem merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Sedangkan prosedur merupakan serangkaian aksi yang spesifik , tindakan atau operasi yang harus dijalankan dengan baik dan benar sesuai aturan.

  Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, pembiayaan dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

  Menurut Arifin Zainul dalam bukunya, Memahami Bank Syari’ah, 2003 menjelaskan bahwa pemberdayaan dan keberpihakan pemerintah terhadap koperasi, usaha kecil dan menengah masih kecil kepada sumber- sumber pendanaan, sehingga kuantitas dan kualitas penyaluran pembiayaan pada usaha kecil belum dapat dilaksanakan secara optimal. Permasalahan yang mendasar dalam penyaluran pembiayaan kepada usaha kecil selain aspek permodalan adalah kurangnya jiwa kewirausahaan, terbelakang teknis produksi, serta lemahnya kemampuan dan pemasaran. Oleh karena itu pola pembinaan, pengawasan, dan pendampingan secara teknis harus selalu

  10 dilaksanakan dalam setiap aktivitas penyaluran pembiayaan.

1. Macam-Macam Pembiayaan

  Produk-produk pembiayaan dalam penyaluran dana yang berhasil dihimpun dari nasabah atau masyarakat. Lembaga keuangan syariah

  11

  menawarkan beberapa produk perbankan yang meliputi :

1. Prinsip Jual Beli (Ba’i)

  Tiga jenis jual beli yang telah banyak dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syari’ah yaitu :

  a.

   Bai’Al-Murabahah

  Murabahah (al-ba’i bitsaman ajil) lebih dikenal sebagai Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan). Ba’i al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan, Murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bitsaman ajil). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh / cicil. Bai’ al-Murabahah dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha.

  Syarat Bai’al-Murabahah a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

  b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan c. Kontrak harus bebas dari riba.

  d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.

  e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

  Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d) atau (e) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan : a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya

  b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual c. Membatalkan kontrak Skema Bai’ Al-Murabahah

  1. Negosiasi dan Persyaratan

  2. Akad Jual Beli

  3. Beli Barang

  4. Kirim Barang dan dokumen

  5. Terima

  6. Bayar

b. Pembiayaan Salam

  Bai’ As-Salam berarti pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan jangka waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.

  Rukun Bai’ As-Salam: a.

  Muslam (Pembeli) b. Muslam ilai (penjual) d.

  Muslam fiih (barang) e. Sighat atau ucapan

  Syarat Bai’ as-Salam: a.

  Berkaitan dengan modal transaksi bai’ as-salam, maka modal transaksinya harus diketahui dan berbentuk uang tunai serta pembayaran salam harus dilakukan di tempat kontrak.

  b.

  Berkaitan dengan barang, maka barang Harus spesifik dan dapat diakui sebagai utang.

  • Harus bisa diidentifikasi secara jelas.
  • Kebanyakan ulama mensyaratkan penyerahan barang
  • dilakukan dikemudian hari, namun mazhab Syafi’i membolehkan penyerahan barang segera.
  • penyerahan barangnya.

  Dibolehkan menentukan tanggal waktu dimasa datang untuk

  • berakad.

  Tempat penyerahan barang harus disepakati pihak-pihak yang

  • berbeda. Tetapi jika barang tersebut diganti dengan barang lain yang memiliki spesifikasi dan kualitas yang sama, hal tersebut dibolehkan

  Tidak dibolehkan mengganti barang dengan barang lain yang

  Ketentuan umum Salam Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara

  Misalnya jual beli 1 ton cabe merah keriting dengan harga Rp. 10.000-/kg, akan diserahkan pada panen dua bulan mendatang. Apabila hasil produksi yang diterima ternyata tidak sesuai

  • dengan akad maka nasabah (produsen) harus bertanggung jawab, dengan cara antara lain mengembalikan dana yang telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai dengan pesanan.
  • dipesannya sebagai persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salam kepada pihak ketiga (pembeli kedua). Mekanisme seperti ini disebut dengan salam paralel.

  Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau

  c.

   Pembiayaan Istishna

  Transaksi bai’ al-istishna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Lalu pembuat barang berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Menurut jumhur fuqaha, merupakan suatu jenis khusus dari akad bai’ as-salam. Dengan demikian, ketentuan bai’ al-istishna mengikuti ketentuan dan aturan bai’ as-salam. Istishna dalam Bank Syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

  Ketentuan Umum Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlah. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad Istishna dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.

  2. Prinsip Sewa

  1. Al- Ijarah

  adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Transaksi Ijaroh dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip Ijaroh sama saja dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada Ijaroh objek transaksinya adalah jasa.

  2. Al-ijarah Muntahiya Biltamlik/wa Iqtina

  Adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa.

  12 Skema al-Ijarah Pada akhir masa sewa, bank dapat menjual barang yang disewakannya pada nasabah. Karena itu dalam perbankan Syariah dikenal Ijaroh Muntahhiyah Bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.

3. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

  Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu : Produk pembiayaan yang didasarkan prinsip bagi hasil diantaranya adalah

a. Pembiayaan Musyarakah

  Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal atau expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah Musyarakah (Syirkah atau Syarikah atau serikat atau kongsi). Transaksi Musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama.

  Jenis-Jenis Al-Musyarakah: i.

  Musyarakah pemilikan. Tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. ii.

  Musyarakah akad, tercipta dengan adanya kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.

  Syirkah akad dibagi menjadi: Syirkah al-’Inan

  • Syirkah Muwafadhah -

  Syirkah A’maal

  • Syirkah Wujuh -
  • Syirkah al-Mudharabah Ketentuan umum
  • dan dikelola bersama-sama.

  Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek Musyarakah

  • kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.

  Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan

  • tidak boleh melakukan tindakan seperti : • Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.

  Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah

  • Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik modal lainnya.
  • Memberi pinjaman kepada pihak lain.
    • Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh pihak lain.
    • Setiap pemilik modal dapat dianggap mengakhiri kerjasama apabila; Menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia, atau menjadi tidak cakap hukum
    • Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui bersama, keuntungan dibagi sesuai kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.
    • Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.

  b.

   Pembiayaan Mudharabah

  Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Rukun Mudharabah: a.

  Ada shahibul maal (modal/nasabah) b. Adanya mudharib (pengusaha/bank) d.

  Adanya hasil (bagi hasil/keuntungan) dana.

  e.

  Adanya aqad (ijab-qabul) Syarat-syarat mudharabah : a.

  Modal / barang yang diserahkan ini berbentuk uang tunai.

  b.

  Modal harus diketahui dengan jelas.

  c.

  Keuntungannya harus jelas persentasenya.

  d.

  Melafazkan ijab dari pemilik modal. Jenis-jenis Mudharabah: a.

  Mudharabah Muthlaqah yakni kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas tanpa dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

  b.

  Mudharabah Muqayyadah yakni kerja sama antara shahibul maal dan mudharib dimana terdapat pembatasan atas jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Ketentuan umum :

  • Jumlah modal yang diserahkan kepada Mudharib harus diserahkan tunai, dapat berupa uang atau barang.
  • Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan Mudharabah dapat diperhitungkan dengan dua cara : 1.

  Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing).

2. Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing).

  • Hasil usaha dibagi dalam prosentase yang disetujui dalam akad,
  • Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan nasabah namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan / usaha nasabah.

4. Prinsip Jasa

  Pembiayaan ini disebut jasa karena pada prinsipnya dasar akadnya adalah ta’awuni atau tabarru’i yakni akad yang tujuannya tolong menolong dalam hal kebaikan. Berbagai perkembangan dari akad ta’awuni meliputi: Al Wakalah, Al Kafalah, Al Qord, Al Hawalah, Ar Rahn.

  13

  a) Al Wakalah

  Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, maupun pemberian mandat atau amanah. Dalam kontrak BMT, al wakalah berarti BMT menerima amanah dari investor yang akan menanamkan modalnya kepada nasabah.

  b) Al Kafalah