ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang
3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.
Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang mengacu pada rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala nasional maupun skala provinsi dan kabupaten/kota. Dengan memperhatikan kondisi eksisting, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya juga mengacu pada amanat pembangunan nasional dan amanat internasional seperti Agenda Habitat, Amanat RIO +20, amanat Milenium Development Goals, dan amanat pembangunan internasional lain. Pembangunan bidang Cipta Karya juga memperhatikan Isu-isu Strategis yang mempengaruhi pembangunan pada suatu wilayah seperti lokasi rawan bencana alam, dampak terjadinya perubahan iklim, faktor daya beli masyarakat akibat kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk khususnya pada kawasan perkotaan, serta green economy. Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan melibatkan unsur masyarakat dan stakeholder dari dunia usaha (swasta) supaya tercipta Permukiman yang Layak Huni dan Berkelanjutan.
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
Gambar 3.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan infrastrukturBidang Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.
Gambar 3.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta KaryaB. Pelaksanaan Pembangunan Amanat Penataan Ruang/Spasial: - UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang - RTRW Nasional/KSN - RTR Pulau - RTRW Provinsi/ Kota/Kab.
Amanat Pembangunan Bidang PU / CK:
- UU No. 1/2011 ttg Perumahan & Kws. Permukiman- UU No. 20/2011 tentang Rumah Susun
- UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung - UU No. 18/2008 ttg Pengelolaan Persampahan - UU No.7/2004 tetang SDA - PP No. 16/2005 tentang Pengembangan SPAM - PP 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah RT dan Sampah Sejenis - PP36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU BG - Standar Pelayanan Minimal Bidang PU dan PR - RPI2JM Bidang Cipta Karya Amanat Pembangunan Nasional: - RPJPN 2005-2025 - RPJMN 2015-2019* - UU/PP (UU 32/2004, PP 38/2007, dll.) - MP3EI - MP3KI - KEK - Direktif Presiden Amanat Internasional: - Agenda Habitat I + II - RIO + 20 - MDGs & SDGs Isu-isu Strategis - Bencana AlamPeran Stakeholder Daerah (Prov/Kota/Kab) Dunia Usaha Masyarakat
Permukiman yang Layak Huni & Berkelanjutan
A. Rencana dan Program
- Perubahan Iklim - Kemiskinan - Reformasi Birokrasi - Pengarusutamaan Gender - Green Economy Permasalahan dan Potensi Daerah Kondisi Eksisting Pembangunan Bidang Cipta Karya
2 Sumber: Direktorat Bina Program, 2015
Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing- masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.
Penyusunan Program bidang Cipta Karya merupakan rangkaian aktivitas penyiapan usulan kegiatan ke-Cipta Karya-an di tingkat kabupaten/kota sampai
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
dengan provinsi yang selaras dengan pencapaian sasaran kinerja DJCK dan penanganan isu-isu strategis bidang Cipta Karya bersumber pada dokumen RPIJM.
Gambar 3.2 Rencana Aksi Pencapaian Target 2015-2019Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Bidang Cipta Karya
Sumber: Direktorat Bina Program, 2015 3.1.1.1 Rencana Program Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur ”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan ( demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumberdaya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.
b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.
d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu: RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dana kuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
3.1.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “TERWUJUDNYA
INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN
BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG- ROYONG” Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. 2. masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
Mewujudkan berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA.
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik).
Dengan tercapainya pendapatan perkapita Indonesia USD 3.500 pada tahun 2013 yang menempatkan Indonesia pada lapis bawah negara-negara berpenghasilan menengah, maka RPJMN Tahun 2015 – 2019 menetapkan Tujuan Pembangunan Nasional adalah “MENCAPAI KEMAKMURAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT SETARA DENGAN NEGARA MAJU ( HIGH INCOME)”. Maka arah kebijakan umum
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
pembangunan nasional 2015-2019 mengenai infrastruktur adalah Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta.
Agar Indonesia mampu menjadi negara berpendapatan tinggi, tentu memerlukan pertumbuhan yang lebih tinggi dari pertumbuhan global. Namun ketimpangan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menggambarkan masih besarnya kemiskinan dan kerentanan. Hal ini dicerminkan oleh angka kemiskinan yang turun melambat dan angka penyerapan tenaga kerja yang belum dapat mengurangi pekerja rentan secara berarti. Selain itu, ketimpangan atau kesenjangan pembangunan antar-wilayah di Indonesia masih merupakan tantangan yang harus diselesai dalam pembangunan ke depan. Selama 30 tahun (1982-2012) kontribusi PDRB Kawasan Barat Indonesia (KBI), yang mencakup wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali sangat dominan, yaitu sekitar 80% dari PDB, sedangkan peran Kawasan Timur Indonesia (KTI) baru sekitar 20 %. Sebagai negara kepulauan dengan luas wilayah laut yang sangat besar, potensi kemaritiman Indonesia belum benar-benar dimanfaatkan dengan baik, percepatan pembangunan kelautan harus segera dilakukan untuk mencapai pemerataan pembangunan di kawasan timur Indonesia.
Guna mewujudkan mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar maka salah satu strategi pembangunan perkotaan tahun 2015-2019 adalah Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak huni, yaitu dengan cara:
1. Menyediakan sarana dan prasarana dasar perkotaan sesuai dengan tipologi, fungsi dan peran kotanya;
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
2. Menyediakan dan meningkatkan sarana ekonomi, khususnya sektor perdagangan dan jasa termasuk perbaikan pasar rakyat, koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM);
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sosial budaya;
4. Menyediakan sarana permukiman beserta sarana parasananya yang layak dan terjangkau;
5. Mengembangkan sistem transportasi publik yang terintegrasi dan multimoda sesuai dengan tipologi kota dan kondisi;
6. Meningkatkan keamanan kota melalui pencegahan,penyediaan fasilitas dan sistem penanganan kriminalitas dan konflik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). RPJMN 2015-2019 juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur/prasarana dasar yang meliputi air minum, sanitasi dan perumahan pada periode 2015-2019, yaitu:
a) Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah tangga berpenghasilan rendah yakni pembangunan baru untuk 9 juta rumah tangga melalui bantuan stimulan perumahan swadaya untuk 5,5 juta rumah tangga dan pembangunan rusunawa untuk 514.976 rumah tangga, serta peningkatan kualitas hunian sebanyak 9,6 juta rumah tangga dalam pencapaian pengentasan kumuh 0 persen.
b) Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia melalui (1) pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di 3.099 kawasan MBR, 2.144 Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557 kawasan khusus, dan 28 regional; (2) Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) sebanyak 381.740 unit; (3) Fasilitasi optimasi bauran sumber daya air domestik di 27 kota metropolitan dan kota besar; (4) Fasilitasi 38 PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil; (5) Fasilitasi business to business di 315 PDAM; (6) Fasilitasi restrukturisasi utang 394 PDAM; (6) Peningkatan jumlah PDAM Sehat menjadi 253
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
PDAM, penurunan jumlah PDAM kurang sehat menjadi 80 PDAM, dan penurunan jumlah PDAM sakit menjadi 14 PDAM.
c) Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan penambahan infrastruktur air limbah sistem terpusat di 430 kota/kab (melayani 33,9 juta jiwa), penambahan pengolahan air limbah komunal di 227 kota/kab (melayani 2,99 juta jiwa), serta peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan melalui pembangunan IPLT di 409 kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman; serta (iv) kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507 kota/kab seluruh Indonesia.
d) Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan gedung dan fasilitasnya di 9 kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan kualitas sarana dan prasarana di 1.600 lingkungan permukiman, serta peningkatan keswadayaan masyarakat di 55.365 kelurahan. Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai, melalui:
a. Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,
b. Memastikan ketersediaan air baku air minum,
c. Meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman, d. Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan, e. Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi,
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
f. Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,
g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur, i. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta, j. Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.
3.1.2. Arahan Penataan Ruang
3.1.2.1. Strategi / Skenario Pengembangan Wilayah Kota Baubau Berdasarkan Rencana Tata Ruang Nasional Sesuai dengan Pasal 20 ayat I salah satu muatan RTRWN adalah tujuan nasional pemanfaatan ruang. Memperhatikan tata ruang yang ada dan tata ruang akhir PJP II yang diinginkan, tujuan nasional pemanfaatan ruang untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan ditetapkan sebagai berikut :
1. Mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup melalui :
a. peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, keaneka-ragaman hayati,tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa; b. pemeliharaan keanekaragaman hayati ekosistem dan keunikan alam serta kearifan tradisional; c. penetapan pokok-pokok kriteria penentuan kawasan berfungsi lindung serta kebijakan pengelolaannya.
2. Mencapai pemanfaatan sumber daya yang optimal melalui :
a. pemanfaatan sumber daya alam yang seoptimal mungkin dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan; b. pengaturan lokasi pemanfaatan lahan yang menghasilkan sinergi keterkaitan sektor dalam wilayah nasional dan menghindari konflik pemanfaatan ruangdan sumber daya.
c. penetapan pokok-pokok kriteria penentuan kawasan budi daya serta kebijakan pengelolaannya.
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU 3.
Meningkatkan keseimbangan perkembangan antar kawasan melalui pemanfaatanruang kawasan secara serasi selaras dan seimbang serta berkelanjutan dalam rangkameningkatkan pertumbuhan ekonomi, mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal dan meningkatkan daya dukung lingkungan.
4. Meningkatkan kemampuan memelihara pertahanan keamanan negara yang
dinamis dan memperkuat integrasi nasional. Untuk mewujudkan tujuan pemanfaatan tersebut ditempuh strategi pengembangan danpemanfaatan kawasan berfungsi lindung dan budi daya beserta keterkaitannya denganpengembangan permukiman, prasarana pendukung dan dengan pertahanan keamananstrategi pengembangan kawasan tertentu. Dalam tatanan ruang nasional, Kota Baubau diarahkan sebagai PKW pusat pertambangan aspal.
3.1.2.2 Strategi / Skenario Pengembangan Wilayah Kota Baubau Berdasarkan Rencana Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara Tujuan penataan ruang daerah adalah untuk mewujudkan tatanan ruang daerah yang berbasis pada sektor pertanian dalam arti luas, pertambangan serta kelautan dan perikanan terkait pariwisata guna mendukung peningkatan taraf hidup masyarakat dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi yang merata di seluruh wilayah provinsi serta menjaga kelestarian dan daya dukung lingkungan hidup dalam rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Kebijakan penataan ruang daerah terdiri atas :
a. Menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan secara proporsional melalui berbagai pertimbangan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di sektor unggulan pertanian, pertambangan serta kelautan dan perikanan;
b. Peningkatan aksesibilitas dan pengembangan pusat-pusat kegiatan sektor terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal melalui pengembangan struktur ruang secara terpadu;
c. Menetapkan pola ruang secara proporsional untuk mendukung pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, seimbang dan berkesinambungan;
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
d. Menetapkan kawasan strategis dalam rangka pengembangan sektor unggulan dan pengembangan sosial ekonomi secara terintegrasi dengan wilayah sekitar; dan
e. Pengembangan sumberdaya manusia yang mampu mengelola sektor unggulan secara profesional dan berkelanjutan.
Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor pertanian dalam arti luas terdiri atas: a. menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan untuk pengembangan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta pengembangan lahan peternakan secara proporsional;
b. mengembangkan sarana dan prasarana guna mendukung aksesibilitas dan pusat-pusat pertumbuhan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta pengembangan lahan peternakan terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal; c. mengintegrasikan kawasan unggulan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta pengembangan lahan peternakan dengan wilayah sekitar dan kawasan unggulan lain; dan
d. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang mampu mengelola sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta peternakan secara profesional dan berkelanjutan melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor kelautan dan perikanan terdiri atas: Menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan secara proporsional melalui berbagai pertimbangan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di sektor kelautan dan perikanan;
a. Meningkatkan aksesibilitas dan pengembangan pusat-pusat kegiatan sektor kelautan dan perikanan terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal melalui pengembangan struktur ruang secara terpadu;
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
b. Menetapkan pusat kawasan pengembangan sektor perikanan dan kelautan berupa kawasan pengembangan budidaya perairan dan kawasan perikanan tangkap secara terintegrasi dengan usaha-usaha ekonomi wilayah sekitar;
c. Melindungi dan mengelola sumberdaya kelautan untuk kebutuhan perlindungan plasma nutfah, terumbu karang dan sumberdaya hayati untuk kelangsungan produksi dan pengembangan ekowisata; dan
d. Mengembangkan fasilitas pelayanan pendidikan dan latihan secara profesional dan berkelanjutan.
Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor pertambangan terdiri atas :
a. menata dan menetapkan kawasan pertambangan;
b. mengembangkan pusat industri pertambangan nasional sebagai suatu kawasan pertambangan dan pengolahan bahan tambang secara terpadu; c. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung guna menunjang aksesibilitas pusat kawasan industri pertambangan dengan usaha ekonomi pada wilayah sekitar;
d. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung untuk menunjang aksesibilitas perdagangan antar pulau dan ekspor; e. mengintegrasikan usaha-usaha untuk mendukung pengembangan pusat industri pertambangan nasional dengan usaha-usaha ekonomi masyarakat sekitar;
f. mengembangkan sistem pengelolaan lingkungan secara preventif maupun kuratif sebelum dan sesudah eksploitasi bahan tambang dan limbah pabrik pengolahan;
g. pengembangan sumberdaya manusia secara komprehensif untuk mengelola industri pertambangan nasional secara menyeluruh dengan melaksanakan pelatihan teknis dan membangun sekolah kejuruan dan pendidikan keahlian (sarjana dan pascasarjana).
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, Kota Baubau diarahkan sebagai PKNp (Pusat Kegiatan Nasional Promosi) yaitu pusat kegiatan yang dipromosikan dapat ditetapkan sebagai PKN dan merupakan salah satu Kawasan Strategi Provinsi yaitu Kawasan Pusat Perdagangan.
3.1.2.3 Strategi / Skenario Pengembangan Wilayah Kota Baubau Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW).
Arah dan strategi pengembangan Kota Baubau dalam kurun waktu 10-20 tahun mendatang dibagi menjadi 1 PKNp, 1 PKW, 2 Pusat Kota yaitu Kecamatan Wolio dan Kecamatan Betoambari, 7 sub Pusat Kota dan 8 Pusat Lingkungan. Pertimbangan utama dalam penetapan struktur ruang wilayah di Kota Baubau adalah pengembangan struktur ruang yang lebih efisien melalui pembangunan prasarana transportasi ke arah sentra-sentra produksi sebagai penghasil sumberdaya primer.
3.1.2.4 Arahan Pengembangan Struktur Kota Baubau Konsep Pengembangan Kawasan Kota Baubau befungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional Promosi (PKNp), dengan cakupan wilayah pelayanan meliputi wilayah Sulawesi Tenggara Kepulauan dan beberapa daerah di Kawasan Timur Indonesia. Berdasarkan hasil revisi RTRW Kota Baubau 2014-2034 Rencana struktur ruang wilayah Kota Baubau meliputi sistem pusat-pusat pelayanan yang berhierarki dan sistem jaringan prasarana wilayah kota.
Sistem pusat-pusat pelayanan kota yang berhierarki meliputi pusat pelayanan kota, sub pusat pelayanan kota, dan pusat lingkungan. Dengan mengembangkan pusat pelayanan kota, maka struktur pusat pelayanan Kota Baubau akan bergeser dari satu pusat ( monosentrik) menjadi pusat jamak (polysentrik).
Adanya sejumlah pusat kegiatan kota ini dimaksudkan untuk lebih mendorong perkembangan kota ke arah barat agar perkembangan kota antara bagian utara, selatan dan barat dapat lebih merata. Pengembangan pusat kegiatan kota tandingan ini juga merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan yang sangat tinggi terhadap inti pusat kota di Kelurahan Wale Kecamatan Wolio.
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
Sedangkan pengembangan subpusat-pusat kegiatan kota berfungsi sebagai penyangga pusat pelayanan kota, dan meratakan pelayanan pada skala kecamatan. Penyebaran subpusat pelayanan kota juga dimaksudkan untuk mendukung keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar kecamatan.
Secara geografis pusat pelayanan kota akan terletak pada wilayah barat, selatan dan timur kota. Pusat kegiatan kota baru ini diharapkan akan tetap bersinergi/ berkaitan dengan pusat kegiatan kota yang telah ada. Demikian juga subpusat pelayanan kota diharapkan akan tetap bersinergi/berkaitan dengan subpusat pelayanan kota dan primer yang telah ada. Secara bersama-sama, segenap pusat kegiatan ini diharapkan dapat berperan menunjang eksistensi kota yang telah ada/berkembang. Untuk itu dibutuhkan didukung oleh sistem transportasi yang andal untuk mobilitas ulang-alik antara pusat-pusat pelayanan.
Rencana hirarki pusat pelayanan wilayah Kota Baubau dibagi menjadi 3 jenjang yaitu: a. Pusat pelayanan kota (PPK) melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional; b. Subpusat pelayanan kota (SPK) yang melayani subwilayah kota (SWK); dan c. Pusat lingkungan (PL).
Untuk mendukung struktur ruang yang direncanakan, wilayah Kota Baubau dibagi menjadi tujuh Subwilayah Kota (SWK) yang dilayani oleh tujuh Subpusat Pelayanan Kota (SPK) dan dua Pusat Pelayanan Kota (PPK). Untuk lebih jelasnya sistem pelayanan kota di Baubau dapat dilihat pada berikut:
Tabel 3.1.
Rencana Sistem Pelayanan Kota di Kota Baubau
SISTEM No. PELAYANAN LOKASI FUNGSI PELAYANAN
KOTA RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU No.
SISTEM PELAYANAN KOTA LOKASI FUNGSI PELAYANAN
1. Pusat Kota Kecamatan
Betoambari Pusat pemerintahan. Kecamatan Wolio
Pusat kegiatan perhubungan laut dan pusat pelayanan perdagangan dan jasa,
2. Sub Pusat
Kota Kel. Lamangga Kec. Murhum pusat pelayanan pemerintahan Kel. Katobengke Kec.Betoambari pusat pelayanan pemerintahan, pendidikan tinggi, bandar udara, pariwisata, depot BBM dan perumahan
Kel.Waruruma Kec.Kokalukuna pusat pelayanan pemerintahan, industri pariwisata, perikanan, industri pengolahan, perdagangan, pergudangan dan perumahan
Kel. Liabuku Kec.Bungi pusat pelayanan pemerintahan, perumahan, pertanian tanaman pangan dan kehutanan
Kel.Kaisabu Baru Kec.Sorawolio pusat pelayanan pemerintahan, pertanian, perkebunan, kehutanan dan pertambangan
Kel. Lowu-lowu dan Kolese Kec.Lea-lea pusat pelayanan perumahan, perikanan, fasilitas olah raga dan prasarana energi/kelistrikan
Kel.Wameo Keca. Batupoaro pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan dan jasa
3. Pusat Kel. Bataraguru pusat pelayanan perdagangan dan jasa
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
SISTEM No. PELAYANAN LOKASI FUNGSI PELAYANAN
KOTA
Lingkungan Kecamatan Wolio Kel.Nganganau pusat pelayanan perdagangan dan jasa mala Kec. Batupoaro Kel. Lipu pusat pelayanan pemerintahan, Kec.Betoambari pendidikan dan perumahan Kel.Liwuto pusat pelayanan pemerintahan dan Kec.Kokalukuna pariwisata Kel.Waliabuku pusat pelayanan pemerintahan dan Kec.Bungi pertanian Kel. Karya Baru pusat pelayanan pertanian, perdagangan Kec.Sorawolio dan jasa Kel.Kalia-lia pusat pelayanan perdagangan dan jasa Kec.Lea-lea
Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2014-2034
3.1.2.5 Rencana Struktur Kota Baubau Rencana pengembangan struktur ruang merupakan pengembangan fungsi kegiatan pelayanan yang diwujudkan berdasarkan pengembangan fungsi kegiatan dan sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan yang dialokasikan secara terstruktur ke seluruh wilayah. Rencana pengembangan struktur ruang dan sistem kegiatan pelayanan, ditujukan untuk membentuk satu kesatuan struktur ruang dan sistem kegiatan pelayanan agar berfungsi optimal sebagai pusat-pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan pelayanan di wilayah darat dan wilayah laut.Pertimbangan utama dalam penetapan struktur ruang wilayah di Kota Baubau adalah pengembangan struktur ruang yang lebih efisien melalui pembangunan prasarana transportasi ke arah sentra-
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU sentra produksi sebagai penghasil sumberdaya primer.
Di samping itu struktur ruang yang dibentuk memiliki suatu hirarki pusat-pusat kegiatan sesuai dengan kemampuan pelayanan suatu wilayah perkotaan dan jaringan pendukungnya dengan tetap memperhatikan aspek keseimbangan pertumbuhan wilayah dalam satuan ruang. Rencana struktur ruang wilayah kotamerupakan kerangkasistem pusat-pusat kegiatan kegiatan kotayang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota.
Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi:
1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat kegiatan wilayah kota yang memberikan layanan bagi wilayah kota;
2. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan kota; dan
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun.
Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1. Kebijakan dan strategi penataan ruangwilayah kota;
2. Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kota dalam rangka
mendukung kegiatan sosial ekonomi;
3. Daya dukung dan daya tampung wilayah kota; dan 4.
Ketentuan peraturan perundang-undangan. Uraian selanjutnya ini akan menjelaskan arahan untuk rencana struktur ruang wilayah Kota Baubau, sedangkan rencana struktur itu sendiri dapat dilihat pada
Gambar 3.3 berikut.RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BAUBAU
Gambar 3.3 Rencana Struktur Ruang Kota BaubauSumber : RTRW Kota Baubau Tahun 2014-2034
3.1.2.6 Rencana Penggunaan Lahan Secara garis besar penggunaan lahan di Kota Baubau dapat dibedakan atas penggunaan lahan perkotaan (urban) dan penggunaan lahan non urban (rural). Jenis penggunaan lahan yang dikategorikan urban, meliputi; perumahan, industri, pergudangan, sosial dan jasa, perdagangan. Sedangkan untuk lahan non urban meliputi sawah, tambak, kebun campuran, padang rumput, semak, dan hutan. Penggunaan lahan perkotaan (urban) cenderungan berada di kota bawah di sekitar pantai, sedang untuk kota atas kegiataan pertanian masih mendominasi penggunaan lahan pada daerah tersebut.
Gambar 3.4 Peta Penggunaan Lahan Kota BaubauSumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2014-2034 Berdasarkan kondisi eksisting Kota Baubau pada Tahun 2012 secara umum dapat dilihat pola penggunaan lahannya yang terdiri dari kawasan terbangun seluas
6.006,49 Ha atau 20,49% dari luas wilayah Kota Baubau dan kawasan non terbangun berupa ruang terbuka seluas 21.562,22 Ha atau 73,57% dari luas wilayah Kota Baubau. Kawasan terbangun merupakan faktor yang menimbulkan bangkitan lalu lintas, baik dari permukiman menuju perdagangan dan jasa, perkantoran, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kegiatannya lainnya, begitu juga sebaliknya dari kawasan aktivitas kegiatan menuju ke kawasan permukiman.
Kawasan terbangun meliputi permukiman, perkantoran baik pemerintah maupun swasta, pelayanan umum, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan wisata, pelabuhan, peribadatan, dan kesehatan, sedangkan ruang terbuka meliputi taman, hutan kota, kawasan lindung, kuburan, rawa-rawa, sungai dan kawasan mangrove. Adapun lebih jelasnya pola penggunaan lahan ini secara rinci dapat pada Tabel. 3.2.
Berdasarkan data eksisting penggunaan lahan di Kota Baubau sebagian besar adalah berupa hutan dengan luas sebesar 11.930 Ha atau 40.70 % dari total luas kota. Perumahan dan pemukiman menempati posisi kedua terluas dengan 5.904,62 Ha atau 17,38 %.
Tabel 3.2 Penggunaan Lahan di Kota BaubauLUAS NO PENGGUNAAN LAHAN (Ha) (%)
I KAWASAN TERBANGUN 6.006,492 20,49
1. Perumahan dan Permukiman 5.094,62 17,38
2. Kawasan Perdagangan dan Jasa 284,84 0,97
3. Perkantoran 349,61 1,19
Fasilitas 101,12 0,34
7,39 0,03 Kesehatan 4.
80,50 0,27 Pendidikan 13,23 0,05 Peribadatan Transportasi 159,16 0,54 5.
4,38 0,01 Terminal 154,78 0,53 Jalan
6. Industri
17,142 0,06 II RUANG TERBUKA HIJAU 21.562,217 73,57
1. Hutan
13,11 0,04 Rawa 35.248 0,12 Alang-alang 483,3 1,65
Kota menurut jenis penggunaannya, yang dibagi dalam dua kelompok besar, yakni Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya, indikasi program penguang selama periode yang selaras dengan Tahun perencanaan RPJMD ini yakni periode 2010-2015 dan 2016-2020, sedangkan rencana spasial dari pola ruang tersebut ditunjukkan pada
Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2014- 2034 Pada Rencana Pola Ruang Kota Baubau diatur arahan pemanfaatan ruang
9. Lain-lain 1.742,281 5,94
TOTAL 29.310,99 100
8. Mangrove 13,502 0,05
71,065 0,24
7. Sungai
15,01 0,05 Lapangan olahraga
11.930,00 40,70
19,67 0,07 Jalur hijau
Ruang Terbuka Hijau 566,34 1,93 Taman kota
5. Kuburan 62,25 0,21
6.
4. Ladang 3.544,836 12,09
958,887 3,27
3. Sawah
2. Belukar 4.415,339 15,06
gambar 3.4 berikut ini:Gambar 3.5 Peta Rencana Pola Ruang Kota BaubauSumber : Revisi RTRW Kota Baubau, 2014-2034 1.
KAWASAN PERUMAHAN Tujuan pengembangan kawasan perumahan di Kota Baubau adalah menyediakan tanah untuk pengembangan rumah tinggal dengan kepadatanbangunan dan kepadatan penduduk yang bervariasi di seluruh Kota, mengakomodasi bermacam tipe rumah tinggal dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat di Kota Baubau, serta merefleksikan pola-pola pengembangan yang diinginkan masyarakat pada lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang. Pengembangan kawasan perumahan direncanakan tersebar di seluruh wilayah kota.
Dalam kaitannya dengan pendistribusian penduduk serta pengembangan karakter ruang kota serta pertimbangan pertimbangan daya dukung dan daya tampung ruang, maka kawasan perumahan di Kota Baubau diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan sedang dan kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan rendah.
a. Kawasan perumahan kepadatan tinggi.
Sebaran kawasan perumahan eksisting dengan kepadatan tinggi meliputi : 1) Kelurahan Bataraguru, Tomba, Wale, Batulo dan Wangkanapi di
Kecamatan Wolio; 2) Kelurahan Kadolomoko, Lakologou, Kadolo dan Waruruma di
Kecamatan Kokalukuna; 3) Kelurahan Wameo, Kaobula, Bone-Bone, Nganganaumala, Lanto dan
Tarafu di Kecamatan Batupoaro; dan 4) Kelurahan Wajo, Lamangga dan Tanganapada di Kecamatan Murhum.
Rencana pengembangan kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi di Kota Baubau berupa pengembangan perumahan vertikal yakni rumah susun. Pengembangan perumahan vertical yang eksisting saat ini adalah di Kelurahan Kaobula dan Kelurahan Wameo di Kecamatan Batupoaro. Rencana rumah susun pada masa mendatang di Kota Baubau diarahkan di Kelurahan Sulaa dan Katobengke Kecamatan Betoambari dan Kelurahan Lakologou Kecamatan Kokalukuna.
b. Kawasan perumahan kepadatan sedang
Sebaran kawasan perumahan eksisting dengan kepadatan sedang di Kota Baubau meliputi : 1) Kelurahan Bukit Wolio Indah dan Kadolokatapi di Kecamatan Wolio; 2) Kelurahan Baadia dan Melai di Kecamatan Murhum; 3) Kelurahan Waborobo, Katobengke, Lipu, Sulaa dan Labalawa di
Kecamatan Betoambari; dan 4) Kelurahan Waruruma, Liwuto, Lakologou dan Sukanayo di Kecamatan Kokalukuna.
Rencana pengembangan kawasan perumahan dengan kepadatan sedang di Kota Baubau berupa rencana pengembangan kawasan transmigrasi yang diarahkan di Kelurahan Tampuna Kecamatan Bungi.
c. Kawasan Perumahan kepadatan rendah
Sebaran perumahan dengan kepadatan rendah meliputi : 1) Kelurahan Palabusa, Kantalai, Kalialia, Kolese dan Lowulowu di
Kecamatan Lea-lea; 2) Kelurahan Tampuna, Kampeonaho, Waliabuku, Liabuku dan
Ngakringkari di Kecamatan Bungi; 3) Kelurahan Kaisabu Baru, Karya Baru, Gonda Baru dan Bugi di
Kecamatan Sorawolio; dan 4) Kelurahan Sulaa di Kecamatan Betoambari.
Kebutuhan perumahan di Kota Baubau terus meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk. Sejalan dengan penerapan konsep pembangunan Baubau yang berbasis kota perdagangan dan jasa, maka untuk memperoleh kualitas lingkungan kota yang baik dan nyaman, dilakukan penataan guna lahan perumahan. Rencana pengembangan kawasan perumahan di Kota Baubau diupayakan menggunakan konsep neighborhood unit yang dilengkapi dengan fasilitas dan prasarana pelayanan umum yang memadai, sehingga penduduk yang tinggal di lingkungan perumahan tersebut sudah dapat terlayani kebutuhan pokoknya oleh pusat pelayanannya. Sebagai bahan pertimbangan dalam jangka menengah dan jangka panjang, sudah harus diperkenalkan sistem hunian vertikal seperti rumah susun untuk golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah atau apartemen untuk masyarakat menengah ke atas. Hal tersebut bermanfaat bagi optimalisasi pemanfaatan lahan di kemudian hari, khususnya di kawasan padat seperti pusat kota.
Rencana pengembangan kawasan untuk pertumbuhan kawasan permukiman dan atau perumahan perkotaan termasuk real estate, dan perumahan pedesaan harus sesuai dengan peruntukan kawasan dalam RTRW kota dan tidak pada kawasan yang rawan terhadap becana alam dan kawasan dengan kemiringan lereng lebih dari 25% (dua puluh lima persen). Untuk rencana perumahan baru di Kota Baubau di arahkan di setiap kecamatan. Permukiman dan atau perumahan yang telah ada di kawasan hutan lindung, kawasan penyangga, RTH, kawasan resapan air dan kawasan sekitar mata air, kawasan pantai berhutan bakau serta kawasan cagar budaya tidak boleh melakukan pengembangan Untuk itu, strategi, rencana dan lokasi pembangunan perumahan dan permukiman Kota Baubau dirumuskan dengan merujuk kepada hasil dari Kegiatan Penyusunan Naskah Akademis Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D) Kota Baubau yang dapat dilihat pada Tabel 3.3 berupa Rencana Pembangunan Perumahan di Kota Baubau.
Tabel 3.3 Lokasi Rencana Pembangunan Perumahan di Kota BaubauNo. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi
1. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Baru
a. Rencana Perumahan Swadaya Kecamatan Bungi,
Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Wolio,
Kecamatan Betoambari dan Kecamatan Kokalukuna.
b. Rencana Pembangunan Perumahan Baru oleh Developer/Pemerintah
Kecamatan Bungi,
Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Wolio,
Kecamatan Betoambari dan Kecamatan Kokalukuna.
c. Rencana Pembangunan Perumahan Vertikal
Kecamatan Batupoaro di Kelurahan Wameo,
Kecamatan Betoambari No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi
di Kelurahan Sulaa,
Batulo, Kadolokatapi.
Waliabuku,
Liabuku,
Labalawa, Kecamatan Bungi
Waborobo, Katobengke,
Sulaa,
Kaobula, Lanto. Kecamatan Betoambari
Bone-Bone,
Kecamatan Batupoaro
Baadia, Melai
Kecamatan Murhum
Kecamatan Wolio
Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan Sedang
Wameo. Nanganaumala
Kecamatan Batupoaro
Wale.
Tomba,
Bataraguru,
Tinggi Kecamatan Wolio
a. Rencana Penanganan Lingkungan Permukiman Padat dan Kumuh Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan
2. Rencana Peningkatan Kualitas Lingkungan
Kecamatan Betoambari di Kelurahan Katobengke,
Ngkari-Ngkari, No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi
Kecamatan Lea-Lea
Kecamatan Murhum
b. Rencana Penanganan Lingkungan
Lakologou
Kadolo
Kadolomoko
Kecamatan Kokalukuna
Lowu-Lowu Kolese
Kecamatan Lea-Lea
Lipu
Tarafu Kecamatan Betoambari
Tanganapada
Lamangga Kecamatan Batupoaro
Wajo
Bukit Wolio Indah
Kalia-lia,
Bungi. Kecamatan Kokalukuna
Kampeonaho,
Palabusa.
Kecamatan Sorawolio
Kaisabu Baru,
Gonda Baru,
Karya Baru,
Wangkanapi
Waruruma,
Liwuto,
Sukanaeyo.
Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan Rendah
Kecamatan Wolio
Kawasan Pesisir/Nelayan Pusat Kota (Batupoaro dan No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi