ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

BAB III
ARAHAN
KEBIJAKAN
DAN
RENCANA
STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA
KARYA
3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Strategi RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 2
Tahun 2015 menggariskan beberapa hal sebagai berikut.
Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat
secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,
dirumuskan sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA
CITA, yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
Sebagai penjabaran operasional dari Nawa Cita terutama agenda ke-enam sub sub
agenda terkait dengan Bidang Cipta Karya terutama Pembangunan Kawasan
Permukiman, menetapkan Sasaran Pembangunan Kawasan Permukiman :

Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 1


PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen melalui
penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar dan peningkatan
keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.
2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia
yang dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu optimalisasi dan pembangunan baru
(supply side), peningkatan efisiensi layanan air minum (demand side), dan
penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment).
3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum dilakukan melalui (i) fasilitasi SPAM
PDAM

yaitu

bantuan

program

PDAM


menuju

100%

PDAM

Sehat

dan

pengembangan jaringan SPAM MBR di 5.700 kawasan dan (ii) fasilitasi SPAM nonPDAM yaitu bantuan program non-PDAM menuju 100% pengelola non-PDAM sehat
dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 1.400 kawasan. Sedangkan
pembangunan baru dilakukan melalui (i) pembangunan SPAM kawasan khusus
yaitu SPAM kawasan kumuh perkotaan untuk 661.600 sambungan rumah (SR),
SPAM kawasan nelayan untuk 66.200 SR, dan SPAM rawan air untuk 1.705.920
SR; (ii) pembangunan SPAM berbasis masyarakat untuk 9.665.920 SR; (iii)
pembangunan SPAM perkotaan yaitu SPAM IKK untuk 9.991.200 SR dan SPAM
Ibukota

Pemekaran


dan

Perluasan

Perkotaan

untuk

4.268.800

SR;

(iv)

pembangunan SPAM Regional untuk 1.320.000 SR di 31 kawasan.
4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga
air, hemat air dan simpan air secara nasional. Penerapan prinsip tersebut dilakukan
melalui (i) pelaksanaan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) pada komponen
sumber, operator dan konsumen di seluruh kabupaten/kota; (ii) optimalisasi bauran

air domestik di seluruh kabupaten/kota; (iii) penerapan efisiensi konsumsi air minum
pada tingkat rumah tangga sekitar 10 liter/orang/hari setiap tahunnya dan pada
tingkat komersial dan fasilitas umum sekitar 10 persen setiap tahunnya.
5. Penciptaan lingkungan yang mendukung dilakukan melalui (i) penyusunan dokumen
perencanaan air minum sebagai rujukan pembangunan air minum di seluruh
kabupaten/kota yang mencakup Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RISPAM), rencana strategis penyediaan air minum daerah (Jakstrada) dan rencana
tahunan penyediaan air minum; (ii) peningkatan pendataan air minum sebagai
rujukan perencanaan dan penganggaran air minum di seluruh kabupaten/kota; (iii)
fasilitasi pengembangan peraturan di daerah yang menjamin penyediaan layanan
air minum di seluruh kabupaten/kota.
6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik,
sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan
Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 2

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR


dasar yaitu (i) untuk sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan
pembangunan dan peningkatan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala kota,
kawasan, dan komunal di 438 kota/kab (melayani 34 juta jiwa), serta peningkatan
kualitas pengelolaan air limbah sistem setempat melalui peningkatan kualitas
pengelolaan lumpur tinja perkotaan dan pembangunan Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) di 409 kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana pengelolaan
persampahan dengan pembangunan TPA sanitary landfill di 341 kota/kab,
penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R terpusat di 112
kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam pengurangan
genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman termasuk 4.500 Ha di
kawasan kumuh; serta (iv) kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan
kampanye serta advokasi di 507 kota/kab seluruh Indonesia.
7. Meningkatnya

keamanan

dan

keselamatan


bangunan

gedung

termasuk

keserasiannya terhadap lingkungan melalui (i) pembinaan dan pengawasan
khususnya bangunan milik Pemerintah di seluruh kabupaten/kota; (ii) penyusunan
Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) untuk seluruh bangunan gedung
dan penerapan penyelenggaraan bangunan hijau di seluruh kabupaten/kota; dan (iii)
menciptakan building codes yang dapat menjadi rujukan bagi penyelenggaraan dan
penataan bangunan di seluruh kabupaten/kota.
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Permukiman :
1. Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan
perilaku dalam pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi melalui strategi:
a. Jaga Air, yakni strategi yang ditempuh melalui (1) pengarusutamaan
pembangunan air minum yang memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas,
kontinuitas dan keterjangkauan), (2) pengelolaan sanitasi melalui peningkatan
pengelolaan air limbah di perdesaan dengan sistem on-site dan di perkotaan
dengan sistem on-site melalui IPLT dan sistem off-site baik skala kawasan

maupun skala kota, peningkatan kualitas TPA menjadi TPA sanitary landfill
dengan prioritas skema TPA regional, pengelolaan sampah melalui penerapan
prinsip 3R, serta (3) peningkatan kesadaran masyarakat akan hygiene, sanitasi
dan nilai ekonomis air.
b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui
upaya konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan
air hujan, pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air
baku air minum maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan

Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 3

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

penampung air hujan) dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan
drainase berwawasan lingkungan.
c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20 persen,

pemanfaatan idle capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat
penyelenggara dan skala kota.
d. Bauran Air Domestik, yakni upaya untuk mengoptimalkan berbagai alternatif
sumber air domestik yang tersedia sesuai tujuan pemanfaatan air, termasuk di
dalamnya pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang
air yang telah dipergunakan (water reclaiming).
2. Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan melalui penerapan
manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk untuk
pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun melalui
strategi:
a. Optimalisasi infrastruktur air minum dan sanitasi eksisting melalui penurunan
Non-Revenue Water (NRW) dan pemanfaatan idle capacity.
b. Pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi untuk memperluas cakupan
layanan.
c. Rehabilitasi infrastruktur air minum dan sanitasi untuk infrastruktur dengan
pemanfaatan yang sub-optimal, infrastruktur yang menua, dan infrastruktur yang
terkena dampak bencana.
d. Pengembangan inovasi teknologi air minum, air limbah, persampahan dan
drainase untuk memaksimalkan potensi yang ada.
e. Pembentukan dan penyehatan pengelola infrastruktur air minum, air limbah dan

persampahan, baik berbasis institusi maupun berbasis masyarakat.
f. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan
sanitasi terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost
recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP). Pemberian
subsidi dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi juga
dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam rangka
pemenuhan full cost recovery.
g. Pengaturan

kontrak

berbasis

kinerja

baik perancangan,

pembangunan,

pengoperasian, dan pemeliharaan aset infrastruktur.

3. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional,
provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:

Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 4

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

a. Peningkatan kualitas rencana dan implementasi Rencana Induk-Sistem
Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) dan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK)
melalui pengarusutamaan dalam proses perencanaan dan penganggaran
formal. Penyusunan RI-SPAM didasari optimalisasi bauran sumber daya air
domestik kota/kabupaten dan telah mengintegrasikan pengelolaan sanitasi
sebagai upaya pengamanan air minum. Peningkatan kualitas SSK dilakukan
dengan memutakhirkan SSK untuk mengakomodasi perubahan lingkungan dan
mengadopsi target universal access di wilayah kabupaten/kota;
b. Integrasi peningkatan promosi higiene dan sanitasi dalam rangka demand
generation sebagai prasyarat penyediaan infrastruktur air minum dan sanitasi;
c. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di
sektor air minum dan sanitasi.
d. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan sanitasi,
baik eksekutif maupun legislatif serta media untuk menjamin keselarasan serta
konsistensi perencanaan dan implementasinya di tingkat pusat dan daerah.
4. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi
melalui strategi:
a. Sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap
perencanaan sampai implementasi baik secara vertikal maupun horizontal,
termasuk sinergi dengan pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, kegiatankegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya-upaya mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim, penanganan dan pencegahan kawasan kumuh, serta
pembangunan kawasan tertinggal, perbatasan dan kawasan khusus.
b. Pelaksanaan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis regional dalam rangka
mengatasi kendala ketersediaan air baku dan lahan serta dalam rangka
mendukung konektivitas antar wilayah untuk pertumbuhan ekonomi.
c. Sinergi pendanaan air minum dan sanitasi yang dilaksanakan melalui (i)
peningkatan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi dan Kab/Kota, (ii) pemanfaatan alokasi dana terkait pendidikan untuk
penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (iii)
pemanfaatan alokasi dana terkait kesehatan baik untuk upaya preventif penyakit
dan promosi higiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan kesehatan
masyarakat; serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi dengan Dana
Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan (TP), dana hibah
berbasis kinerja/hasil, masyarakat, dan sumber dana lain terkait lingkungan
hidup, pembangunan desa, serta kelautan dan perikanan.
Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 5

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

d. Penguatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) termasuk
pengelolaan data dan informasi melalui sistem terintegrasi (National Water and
Sanitation Information Services/NAWASIS) yang memanfaatkan teknologi serta
melibatkan partisipasi aktif seluruh stakeholder terkait.
Untuk menjabarkan lebih lanjut arah kebijakan pembangunan permukiman
selanjutnya dituangkan dituangkan dalam Rencana Strategis Pembangunan Sebagai
berikut :
1. Rencana Strategis Pengembangan Kawasan Permukiman.
Berdasarkan
menyelenggarakan

arahan
kegiatan

dan

sasaran

Pengaturan,

tersebut,
Pembinaan,

Ditjen

Cipta

Pengawasan

Karya
dan

Penyelenggaraan dalam Pengembangan Kawasan Permukiman yang dilaksanakan
oleh Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman. Adapun indikator kinerja
program Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman adalah meningkatnya
kontribusi penanganan kawasan permukiman di kawasan kumuh perkotaan, kawasan
permukiman perdesaan, dan kawasan permukiman khusus, dengan sasaran kegiatan
dan indikator yaitu:
a. Layanan Perkatoran dengan indikator terselenggaranya pelayanan pendukung
kegiatan
pengaturan,
pembinaan,
pengawasan,
dan
pelaksanaan
pengembangan kawasan permukiman selama 60 bulan;
b. Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman dengan indikator tersusunnya
10 NSPK bidang pengembangan kawasan permukiman;
c. Pembinaan dan pengawasan pengembangan kawasan permukiman dengan
indikator terselenggaranya pembinaan dan pengawasan pengembangan
permukiman di 507 kab/kota;
d. Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perkotaan dengan indikator
meningkatnya kualitas permukiman di 38.431 Ha daerah perkotaan;
e. Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perdesaan dengan indikator
meningkatnya kualitas permukiman di 78.384 Ha daerah perdesaan;
f. Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Khusus dengan indikator
meningkatnya kualitas permukiman di 3.099 Ha kawasan khusus;
g. Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat dengan indikator terselenggaranya
pendampingan masyarakat di 11.607 kelurahan;
h. Fasilitasi kota dan kawasan perkotaan dalam pemenuhan SPP dan
pengembangan Kota Layak Huni dengan indikator terselenggaranya fasilitasi di
18 kota, 12 kawasan perkotaan metropolitan dan 744 kota/kawasan perkotaan.
i. Perintisan inkubasi kota baru dengan indikator terselenggaranya perintisan
inkubasi di 10 kota baru.
2. Rencana Strategis Bina Penataan Bangunan

Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 6

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan,
Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pembinaan Penataan Bangunan yang
dilaksanakan oleh Direktorat Bina Penataan Bangunan. Adapun sasaran kinerja dan
indikatornya yaitu:
a.

b.

c.
d.
e.
f.
g.
h.

Layanan Perkantoran dengan indikator jumlah bulan layanan pendukung kegiatan
pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pelaksanaan bina penataan bangunan
yang terselenggara selama 60 bulan;
Terwujudnya 744 kawasan tematik perkotaan, yang terdiri dari:
• Terwujudnya 537 kawasan Ruang Terbuka Hijau
• Terwujudnya 12 Kebun Raya Prioritas
• Terwujudnya 45 revitalisasi Kota Pusaka
• Terwujudnya 150 penataan Kawasan Strategis
Tersusunnya 250 RTBL sebagai dokumen induk penataan kawasan permukiman;
Terwujudnya 32 Bangunan Gedung Negara yang berstatus Bangunan Gedung
Hijau;
Tersedianya 10 NSPK terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan selama periode
2015- 2019;
Tercapainya seluruh kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki Peraturan
Daerah Bangunan Gedung;
Tercapainya 60% Bangunan Gedung yang telah memiliki IMB;
Terwujudnya fasilitasi ruang terbuka publik di 1200 kecamatan untuk menonton
Film Bertema Revolusi Mental di seluruh Indonesia.

3. Rencana Strategis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 maka Ditjen
Cipta Karya menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan
Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum yang dilaksanakan oleh Direktorat
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Adapun indikator kinerja programnya
adalah meningkatnya kontribusi pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat
yang terdiri dari peningkatan sambungan rumah SPAM jaringan perpipaan dan
peningkatan cakupan SPAM bukan jaringan perpipaan. Sedangkan sasaran kinerja
diukur melalui indikator:
a.
b.

c.
d.

Pembangunan Infrastruktur SPAM Regional dengan indikator terbangunnya SPAM
Regional dengan kapasitas 3.500 L/d;
Pembangunan Infrastruktur SPAM Perkotaan dengan indikator terbangunnya
SPAM IKK dengan kapasitas 10.200 L/d dan terbangunnya SPAM ibukota
pemekaran/perluasan dengan kapasitas 2.070 L/d;
Pembangunan Infrastruktur SPAM Perdesaan dengan indikator terbangunnya
SPAM Perdesaan Berbasis Masyarakat dengan kapasitas 7.274 L/d;
Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Khusus dengan indikator
terbangunnya 770 L/d SPAM di Kawasan Kumuh Perkotaan, 238 L/d SPAM di

Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 7

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

e.
f.
g.

Kawasan Nelayan, dan 492 L/d SPAM di Kawasan Rawan Air/Perbatasan/Pulau
Terluar;
Fasilitasi SPAM PDAM dengan indikator terbantunya Program di 174 PDAM dan
berkembangnya jaringan SPAM MBR di 522 kawasan;
Fasilitasi SPAM Non-PDAM dengan indikator terbantunya Program di 50 UPTD
dan berkembangnya jaringan SPAM MBR di 1.400 kawasan;
Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan Pengembangan Air Minum dengan indikator
terselenggaranya pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pengembangan air
minum di 507 Kabupaten/Kota.

4. Rencana Strategis Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 maka Ditjen
Cipta Karya menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan
Penyelenggaraan Sanitasi Lingkungan (Air Limbah dan Drainase) serta Pengembangan
Persampahan yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman. Adapun indikator kinerja programnya adalah
meningkatnya kontribusi pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat yang terdiri dari
pelayanan air limbah, pelayanan persampahan, dan pelayanan drainase. Sedangkan
sasaran kinerja diukur melalui indikator:
a. Peraturan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dengan indikator
terselenggaranya 15 NSPK peraturan pengembangan penyehatan lingkungan
permukiman;
b. Pembinaan, Fasilitasi, Pengawasan dan Kampanye serta Advokasi dengan indikator
terselenggaranya pembinaan dan pengawasan pengembangan penyehatan
lingkungan permukiman di 507 kabupaten/kota;
c. Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Terpusat Skala Kota, Kawasan dan
Komunal dengan indikator jumlah kabupaten/ kota yang dibangun infrastruktur air
limbah sistem terpusat skala kota sebanyak 12 kabupaten/kota, jumlah
kabupaten/kota yang dibangun infrastruktur air limbah sistem terpusat skala
komunal sebanyak 4.694 kawasan di 438 kabupaten/kota, dan jumlah
kabupaten/kota yang dibangun infrastruktur air limbah sistem terpusat skala
kawasan sebanyak 200 kawasan di 150 kabupaten/kota;
d. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dengan indikator terbangunnya IPLT di
222 kabupaten/kota;
e. Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah dengan indikator terbangunnya
TPA di 163 kabupaten/kota;
f. Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R dengan indikator terbangunnya
TPST/3R di 850 kawasan di 334 kabupaten/kota;
g. Infrastruktur Fasilitas Pengolahan Akhir Sampah dengan indikator terbangunnya
FPAS di 41 kabupaten/kota;
e. Infrastruktur Drainase dengan indikator luas genangan yang tertangani seluas 4.500
Ha di 192 kabupaten/kota.

Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 8

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

Dalam

rangka

menunjang

upaya

keterpaduan

pembangunan

bidang

permukiman yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya, maka diperlukan dukungan
manajemen yang dilakukan melalui tiga kegiatan utama yaitu:
1. Pelayanan Manajemen dengan sasaran kinerja yang diukur melalui indikator:
a. Perencanaan, Pengelolaan, Pembinaan, Penatausahaan, dan jabatan
Fungsional
dengan indikator tersusunnya 114 Dokumen Administrasi dan Pengelolaan
Kepegawaian/Ortala;
b. Tersusunnya dokumen anggaran tahunan, pembinaan perbendaharaan,
pembinaan PNBP, verivikasi dan LHP dengan indikator 76 laporan administrasi
keuangan dan akuntansi;
c. Tersusunnya Peraturan Perundang-undangan, advokasi bantuan hukum,
pengelolaan dokumen dan arsip dengan indikator 104 laporan penyelenggaraan
kegiatan bantuan hukum dalam rangka penanganan perkara;
d. Pengelolaan tata persuratan, pengelolaan prasarana kantor dan gedung, serta
pembinaan aset dan barang milik negara (BMN) dengan indikator 66 dokumen
sistem akuntansi barang milik negara;
e. Penyediaan prasarana dan sarana kantor serta inventaris dengan indikator 40
unit prasarana dan sarana gedung kantor dan peralatannya;
f. Terselenggaranya prasarana air minum/persampahan /pengembangan
permukiman dengan indikator 117 paket infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan
mendesak;
g. Pengelolaan dan peningkatan Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan
Bangunan (PIP2B) dengan indikator 60 bulan layanan publik (PNBP);
h. Pembinaan teknis bidang Cipta Karya di 319 angkatan;
i. Pengelolaan gaji/tunjangan, lembur, dan honorarium serta penyelenggaraan
operasional dan pemeliharaan perkantoran selama 60 bulan;
j. Penyelenggaraan pengembangan informasi permukiman dan perkotaan dengan
indikator 73 laporan.
2. Penyelenggaraan

Keterpaduan

Perencaaan

dan

Kemitraan,

Keterpaduan

Pembiayaan, Keterpaduan Pelaksanaan, Pengolahan Data dan Sistem Informasi,
serta Pemantauan Evaluasi Pembangunan Infrastruktur Bidang Permukiman
dengan sasaran kinerja yang diukur melalui indikator:
a. Penyelenggaraan Keterpaduan Perencanaan dan Fasilitasi Kemitraan Bidang
Permukiman dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 32 laporan;
b. Penyelenggaraan Keterpaduan Pembiayaan Bidang Permukiman dengan
indikator penyusunan laporan sebanyak 35 laporan;
c. Penyelenggaraan Keterpaduan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur
Permukiman dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 35 laporan;
d. Penyelenggaraan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan
Bidang permukiman dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 40 laporan;

Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 9

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

e. Penyelenggaraan Pengolahan Data dan Pengembangan Sistem Informasi
Bidang Permukiman dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 35
laporan;
f. Terselenggaranya Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang
Permukiman sebanyak 320 laporan.
3. Dukungan

Pengembangan

Sistem

Penyediaan

Air

Minum,

Sanitasi,

dan

Persampahan dengan sasaran kinerja yang diukur melalui indikator:
a. Peraturan Pengembangan SPAM, Sanitasi, dan Persampahan dengan indikator
penyusunan 25 konsep standar/pedoman/kriteria;
b. Pemantauan dan Pembinaan Penyelenggaraan SPAM dengan indikator 22
laporan pemantauan dan evaluasi kinerja penyelenggara SPAM dan Sanitasi;
c. Fasilitasi Pengembangan Sumber Pembiayaan, Pola Investasi Penyelenggara
SPAM, Promosi Investasidengan indikator 245 laporan Fasilitasi Opsi
Pembiayaan dan kepengusahaan SPAM dan Sanitasi.
3.1.2 Arahan Penataan Ruang
A. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan
Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN).

Berdasarkan kriteria penetapan kawasan strategis nasional (KSN)

sebagaimana yang telah diatur, maka dalam RTRWN telah ditetapkan kawasan
strategis nasional (KSN) di Provinsi Bali berdasarkan kepentingan pertumbuhan
ekonomi, meliputi kawasan perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan
(Kawasan Perkotaan Sarbagita). Kawasan perkotaan Sarbagita ini disamping
ditetapkan sebagai pusat kegiatan nasional (PKN) juga merupakan kawasan strategis
nasional (KSN) yang diprioritaskan penataan ruangnya karena dalam lingkup nasional
mempunyai pengaruh sangat penting terhadap pertumbuhan ekonomi.
B. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Bali
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali sebagaimana tertuang dalam
Perda Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 pengendalian dan pemanfaatan ruang di
Provinsi Bali disesuaikan dengan pola ruang dan rencana struktur ruang wilayah
Provinsi Bali.
Rencana pola ruang wilayah provinsi, mencakup: kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Rencana pengembangan kawasan lindung mencakup:
a.

kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, meliputi :
• kawasan hutan lindung; dan
• kawasan resapan air.

Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 10

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

b.

c.

d.

e.

f.

kawasan perlindungan setempat, meliputi :
• kawasan suci, mencakup :kawasan suci gunung;kawasan suci danau;kawasan
suci campuhan;kawasan suci pantai; kawasan suci laut; dan kawasan suci mata
air;
• kawasan tempat suci, mencakup :radius kesucian kawasan Pura Sad
Kahyangan; radius kesucian kawasan Pura Dang Kahyangan; dan radius
kesucian kawasan Pura Kahyangan Tiga dan pura lainnya.
• kawasan sempadan pantai;
• kawasan sempadan sungai;
• kawasan sempadan jurang;
• kawasan sekitar danau atau waduk; dan
• ruang terbuka hijau kota.
kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, meliputi :
• kawasan suaka alam;
• kawasan pantai berhutan bakau;
• kawasan taman nasional dan taman nasional laut;
• kawasan taman hutan raya;
• kawasan taman wisata alam dan taman wisata alam laut;
• kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
• Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
kawasan rawan bencana alam, meliputi :
• kawasan rawan tanah longsor;
• kawasan rawan gelombang pasang; dan
• kawasan rawan banjir.
kawasan lindung geologi, meliputi :
• kawasan cagar alam geologi, mencakup:kawasan yang mempunyai keunikan
batuan dan fosil;kawasan yang mempunyai keunikan bentang alam;
dankawasan keunikan proses geologi;
• kawasan rawan bencana alam geologi, mencakup :kawasan rawan letusan
gunung berapi;kawasan rawan gempa bumi;kawasan rawan gerakan
tanah;kawasan rawan yang terletak di zona patahan aktif;kawasan rawan
tsunami;kawasan rawan abrasi;kawasan rawan bahaya gas beracun; dan
kawasan rawan intrusi air laut.
• kawasan yang memberikan perlindunganterhadap air tanah, mencakup:
kawasan imbuhan air tanah; dan sempadan mata air.
kawasan lindung lainnya, meliputi :
• kawasan perlindungan plasma nutfah;
• terumbu karang; dan
• kawasan koridor atau alur migrasi bagi jenis satwa atau biota laut yang
dilindungi.

Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 11

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

Gambar 3.1 Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Bali
Kawasan lindung yang terkait dengan bidang cipta karya adalah kawasan
perlindungan setempat. Pengembangan kawasan perlindungan setempat, meliputi :
kawasan suci, kawasan tempat suci, kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan
sungai, kawasan sempadan jurang, kawasan sekitar danau atau waduk, dan ruang
terbuka hijau kota. Kawasan suci terdiri dari : kawasan suci gunung, kawasan suci
danau, kawasan suci campuhan, kawasan suci pantai, kawasan suci laut, dan kawasan
suci mata air.
Kriteria kawasan suci gunung : merupakan kawasan gunung mencakup
kawasan dengan kemiringan sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) derajat dari
lereng kaki gunung menuju ke puncak gunung. Kriteria kawasan suci danau disetarakan
dengan kawasan resapan air, meliputi Danau Batur, Danau Beratan, Danau Buyan, dan
Danau Tamblingan. Kriteria kawasan suci campuhan disetarakan dengan sempadan
sungai selebar 50 meter yang memiliki potensi banjir sedang, lokasinya pada seluruh
pertemuan aliran dua buah sungai di Bali. Kriteria kawasan suci pantai disetarakan
dengan kawasan sempadan pantai, meliputi tempat-tempat di pantai yang dimanfaatkan
untuk upacara melasti pada seluruh pantai di Provinsi Bali. Kriteria kawasan suci laut
setarakan

dengan

kawasan

perairan

laut

yang

difungsikan

untuk

tempat

melangsungkan upacara keagamaan bagi umat Hindu, lokasinya seluruh perairan laut
Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 12

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

di Bali. Kriteria kawasan suci sekitar mata air disetarakan dengan kawasan sempadan
sekitar mata air, tempat-tempat di sekitar mata air yang difungsikan untuk tempat
melangsungkan upacara keagamaan bagi umat Hindu di Bali.
Kriteria kawasan tempat suci ditetapkan mengacu

Bhisama

PHDIP Tahun

1994,

dengan kriteria dan lokasi :
a. kawasan tempat suci di sekitar Pura Sad Kahyangan dengan radius sekurangkurangnya apeneleng agung setara 5.000 (lima ribu) meter dari sisi luar tembok
penyengker pura; kawasan ini tersebar di Kabupaten Karangasem, Bangli,
Tabanan, Badung, Klungkung dan Gianyar.
b. Kawasan tempat suci di sekitar Pura Dang Kahyangan dengan radius sekurangkurangnya apeneleng alit setara dengan 2.000 (dua ribu) meter dari sisi luar
tembok penyengker pura, kawasan ini lokasinya tersebar di seluruh wilayah
kabupaten/kota.;
c. Kawasan tempat suci di sekitar Pura Kahyangan Tiga dan pura lainnya, dengan
radius sekurang-kurangnya Apenimpug atau Apenyengker; lokasinya mencakup
seluruh Pura Kahyangan Tiga di tiap-tiap desa pakraman beserta pura- pura lainnya
di seluruh Bali.
Sempadan pantai ditetapkan dengan kritria daratan sepanjang tepian laut dengan jarak
paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
pada daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau
terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai. Lokasi
sempadan pantai berdada pada seluruh pantai di Provinsi Bali dengan panjang 610, 4
km.
Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria :
a. pada kawasan perkotaan tanpa bahaya banjir, lebar sempadan sungai: 3 meter
untuk sungai bertanggul; 10 meter untuk sungai berkedalaman 3 sampai 10 meter;
15 meter untuk sungai berkedalaman 10 sampai 20 meter; dan 30 meter untuk
sungai berkedalaman lebih dari 20 meter.
b. pada kawasan perkotaan dengan bahaya banjir, lebar sempadan sungai: 3 meter
untuk sungai bertanggul; 25 meter untuk banjir ringan; 50 meter untuk banjir
sedang; dan 100 meter untuk banjir besar.
c. pada kawasan perdesaan tanpa bahaya banjir, lebar sempadan sungai: 5 meter
untuk sungai bertanggul; 10 meter untuk sungai kedalaman lebih dari 3 meter; 15
meter untuk sungai kedalaman 3 sampai 20 meter; dan 30 meter untuk sungai
kedalaman lebih dari 20 meter.
d. pada kawasan perdesaan dengan bahaya banjir, lebar sempadan sungai: 5 meter
untuk sungai bertanggul; 50 meter untuk banjir ringan; 100 meter untuk banjir
sedang; dan 150 meter untuk banjir besar.
Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 13

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

Sempadan jurang ditetapkan dengan kriteria: daratan di tepian jurang yang memiliki
kemiringan lereng minimal 45% (empat puluh lima persen), kedalaman minimal 5 (lima)
meter; dan daerah datar bagian atas minimal 11 (sebelas) meter; dan harus memiliki
lebar sekurang- kurangnya dua kali kedalaman jurang dan tidak kurang dari 11
(sebelas) meter dihitung dari tepi jurang ke arah bidang datar.
Kawasan sekitar danau atau waduk ditetapkan dengan kriteria dan lokasi :
a. daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari
titik pasang air danau atau waduk tertinggi;
b. daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap
bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk.
c. Sebaran kawasan
sempadan
danau/waduk terletak di Danau Batur,
Danau Beratan, Danau Buyan, Danau Tamblingan, Waduk Gerokgak, Waduk
Palasari, Waduk Telaga Tunjung, Waduk Muara, Waduk Titab, Embung Seraya
serta pada waduk-waduk baru yang akan dikembangkan.
Ruang terbuka hijau kota ditetapkan dengan kriteria, dan lokasi sebagai berikut:
a. ruang-ruang terbuka di kawasan perkotaan yang difungsikan sebagai ruang tanpa
bangunan meliputi : taman kota, hutan kota, lapangan olahraga, pemakaman
umum dan setra, kawasan jalur hijau pertanian, jalur-jalur perlindungan lingkungan,
taman perumahan, dan sejenisnya;
b. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu
hamparan dan jalur; dan
c. didominasi komunitas tumbuhan.
d. ruang terbuka hijau kota tersebar di seluruh bagian kawasan perkotaan dengan
luas minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas kota.
Rencana pengembangan kawasan budidaya mencakup :
a.

kawasan peruntukan hutan produksi;

b.
c.

kawasan peruntukan hutan rakyat;
kawasan peruntukan pertanian, meliputi :
• kawasan budidaya tanaman pangan;
• kawasan budidaya hortikultura;
• kawasan budidaya perkebunan; dan
• kawasan budidaya peternakan
kawasan peruntukan perikanan, meliputi :
• kawasan perikanan tangkap;
• kawasan budidaya perikanan; dan
• kawasan pengolahan hasil perikanan
kawasan peruntukan pariwisata, meliputi :
• Kawasan Pariwisata;
• Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK); dan
• Daya Tarik Wisata (DTW).
kawasan peruntukan industri, meliputi :
• kawasan peruntukkan aneka industri; dan

d.

e.

f.

Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 14

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

g.

h.
i.

• sentra-sentra industri kecil
kawasan peruntukan permukiman, meliputi :
• kawasan permukiman perkotaan; dan
• kawasan permukiman perdesaan.
kawasan peruntukan pertambangan;
kawasan peruntukan lainnya.

Kawasan budidaya yang terkait dengan bidang cipta karya adalah kawasan peruntukan
permukiman, meliputi kawasan permukiman perkotaan dan kawasan permukiman
perdesaan. Kriteria pengembangan kawasan permukiman perkotaan, mencakup :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

tidak terletak di kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan;
tidak berada pada atau berbatasan dengan kawasan lindung;
memiliki identitas sesuai dengan budaya masyarakat setempat;
memenuhi strata, status, dan fungsi kota;
kemampuan menyediakan tempat berusaha dan bekerja;
kemampuan menyediakan sarana dan prasarana permukiman;
memiliki aksesibilitas yang merata;
kemampuan menjamin kesehatan lingkungan;
kemampuan menyediakan fasilitas rekreasi;
keamanan fisik geografis; dan
memiliki potensi untuk berkembang.

Kriteria pengembangan kawasan permukiman perdesaan, mencakup :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

memiliki ruang terbuka hijau pada setiap batas/antar unit permukiman untuk
mempertahankan identitas desa;
mempertahankan identitas dan pelestarian warisan budaya lokal;
mempertahankan
kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang
didukungnya;
mempertahankan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan;
ketersediaan sarana dan prasarana penunjang permukiman;
jaminan kesehatan lingkungan; dan
keamanan fisik geografis, seperti: kemiringan lahan, bebas banjir dan tidak berada
pada kawasan rawan bencana.
Rencana struktur ruang wilayah provinsi memiliki peran penting dalam

perencanaan tata ruang Provinsi Bali. Rencana struktur ruang wilayah Provinsi Bali
terdiri dari dua jenis yaitu:
a. sistem perkotaan yang berkaitan dengan kawasan perdesaan
Sistem perkotaan yang berkaitan dengan kawasan perdesaan mencakup:
1.

sistem perkotaan
Sistem perkotaan berdasarkan fungsi mencakup empat jenis yaitu :
a. PKN

Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 15

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

PKN terdiri dari Kawasan Perkotaan Denpasar–Badung– Gianyar–Tabanan
(Sarbagita)
b. PKW
PKW terdiri dari Kawasan Perkotaan Singaraja, Kawasan Perkotaan
Semarapura dan Kawasa Perkotaan Negara
c. PKL
PKL terdiri dari Kawasan Perkotaan Bangli, Kawasan Perkotaan Amlapura,
dan Kawasan Perkotaan Seririt
d. PPK
PPK terdiri dari atas: kawasan-kawasan perkotaan Gilimanuk, Melaya,
Mendoyo, Pekutatan, Lalanglinggah, Bajera, Megati, Kerambitan, Marga,
Baturiti, Penebel, Pupuan, Petang, Nusa Dua, Tampaksiring, Tegalalang,
Payangan, Sampalan, Banjarangkan, Dawan, Susut, Tembuku, Kintamani,
Rendang, Sidemen, Manggis, Padangbai, Abang, Bebandem, Selat, Kubu,
Tianyar, Gerokgak, Busungbiu, Banjar, Pancasari-Candikuning, Sawan,
Kubutambahan, Tejakula, Celukan Bawang, Pengambengan.
Sedangkan

Sistem

perkotaan

berdasarkan

besaran

jumlah

penduduk

mencakup:
a. Kawasan metropolitan;
Kawasan metropolitan, mencakup Kota Denpasar dan Kawasan Perkotaan
Kuta sebagai kawasan perkotaan inti yang memiliki keterkaitan fungsional
dalam satu sistem metropolitan dengan kawasan perkotaan yang berdekatan
di sekitarnya sebagai sub-sistem metropolitan terdiri atas: Kawasan
Perkotaan Mengwi, Gianyar, Tabanan beserta kawasan perkotaan lainnya
yang lebih kecil yaitu Kawasan Perkotaan Kerobokan, Jimbaran, Blahkiuh,
Kediri, Sukawati, Blahbatuh dan Ubud.
b. kawasan perkotaan besar
kawasan perkotaan besar, mencakup: Kawasan Perkotaan Denpasar
c. kawasan perkotaan sedang
kawasan perkotaan sedang, mencakup: Kawasan Perkotaan Singaraja
d. kawasan perkotaan kecil–A; dan
kawasan perkotaan kecil–A, mencakup: Kawasan Perkotaan Mengwi,
Gianyar, Tabanan, Bangli, Amlapura, Negara, dan Seririt
e. kawasan perkotaan kecil–B.
kawasan Perkotaan Kecil–B, mencakup: Kawasan Perkotaan Melaya,
Mendoyo, Pekutatan, Gilimanuk, Lalanglinggah, Bajera, Megati, Kerambitan,
Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 16

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

Marga, Baturiti, Kediri, Penebel, Pupuan, Kerobokan, Jimbaran, Blahkiuh,
Petang, Sukawati, Blahbatuh, Ubud, Tampaksiring, Tegalalang, Payangan,
Sampalan, Banjarangkan, Dawan, Susut, Tembuku, Kintamani, Rendang,
Sidemen, Manggis, Padangbai, Abang, Bebandem, Selat, Kubu, Tianyar,
Gerokgak, Busungbiu, Banjar, Pancasari, Sawan, Kubutambahan, Tejakula
Rencana pengembangan sistem perwilayahan pelayanan perkotaan untuk
melayani wilayah sekitarnya dilakukan berdasarkan kondisi geografis dan aksesibilitas
wilayah, mencakup:
a. sistem wilayah pelayanan perkotaan Bali Utara dengan pusat pelayanan
Kawasan Perkotaan Singaraja yang berfungsi sebagai PKW didukung oleh
wilayah pelayanan Kawasan-kawasan Perkotaan Seririt sebagai PKL dan
Kawasan-kawasan Perkotaan Gerokgak, Busungbiu, Banjar, Pancasari, Sawan,
Kubutambahan, Tejakula dan Kintamani yang berfungsi sebagai PPK;
b. sistem wilayah pelayanan perkotaan Bali Timur dengan pusat pelayanan
Kawasan Perkotaan Semarapura yang berfungsi sebagai PKW didukung oleh
wilayah pelayanan Kawasan Perkotaan Amlapura dan Kawasan Perkotaan
Bangli yang berfungsi sebagai PKL serta Kawasan-kawasan Perkotaan Kubu,
Selat,

Sidemen,

Bebandem,

Rendang,

Manggis,

Dawan,

Tembuku,

Banjarangkan, Abang, Susut, Sampalan, yang berfungsi sebagai PPK;
c. sistem wilayah pelayanan perkotaan Bali Selatan dengan pusat pelayanan
Kawasan Metropolitan Sarbagita yang berfungsi sebagai PKN yang terdiri atas
Kawasan Perkotaan Denpasar dan Kawasan Perkotaan Kuta sebagai pusat
pelayanan inti didukung Kawasan Perkotaan Mengwi, Gianyar, Tabanan dan
Jimbaran sebagai pusat pelayanan sub sistem metropolitan dan Kawasan
Perkotaan Mengwi, Kerobokan, Blahkiuh, Kediri, Sukawati, Blahbatuh, dan Ubud
sebagai bagian dari Kawasan Metropolitan Sarbagita, serta Kawasan Perkotaan
di luar Kawasan Metropolitan Sarbagita terdiri atas Kawasan Perkotaan
Lalanglinggah, Bajera, Megati, Kerambitan, Marga, Baturiti, Penebel, Pupuan,
Petang, Tampaksiring, Tegalalang, Payangan, yang berfungsi sebagai PPK; dan
d. sistem wilayah pelayanan perkotaan Bali Barat dengan pusat pelayanan
Kawasan Perkotaan Negara yang berfungsi sebagai PKW didukung oleh
wilayah pelayanan Kawasan Perkotaan Mendoyo, Melaya, Gilimanuk dan
Pekutatan yang berfungsi sebagai PPK.
Pengelolaan sistem perkotaan mencakup:
Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 17

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

a. penetapan batas-batas kawasan perkotaan fungsi PKN, PKW, PKL dan PPK;
b. penataan ruang kawasan perkotaan wajib dilengkapi dengan Peraturan Daerah
tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan yang dilengkapi
peraturan zonasi;
c. arahan pengelolaan Kawasan Metropolitan Sarbagita, sebagai PKN sekaligus
Kawasan Strategis Nasional (KSN), mencakup:
1. pengembangan kerjasama pembangunan kawasan perkotaan lintas wilayah
antara Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten
Tabanan, Provinsi Bali dan Pemerintah;
2. pengembangan wadah koordinasi kerjasama pembangunan atau kelembagaan
terpadu lintas wilayah sesuai peraturan perundang-undangan;
3. sinkronisasi pengembangan program perwujudan struktur ruang dan pola ruang
lintas wilayah
4. pengembangan kawasan tetap diarahkan pada konsep tata ruang kawasan
perkotaan yang berjatidiri budaya Bali.
d. pengembangan kawasan perkotaan berdasarkan falsafah Tri Hita Karana,
disesuaikan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, dengan orientasi
ruang mengacu pada konsep catus patha dan tri mandala serta penerapan gaya
arsitektur tradisional Bali;
e.

integrasi penataan ruang kawasan perkotaan dengan sukerta tata palemahan desa
pakraman setempat;

f.

pemanfaatan ruang didasarkan atas daya dukung dan daya tampung untuk setiap
kawasan perkotaan;

g. pengembangan fasilitas sosial ekonomi didasarkan atas fungsi yang diemban dan
didukung penyediaan fasilitas dan infrastruktur sesuai kegiatan sosial ekonomi yang
dilayaninya;
h. merupakan pusat permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang rendah
sampai tinggi yang pengembangan ruangnya ke arah horizontal yang dikendalikan
dan vertikal secara terbatas;
i.

penyediaan RTHK minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan,
dengan proporsi meningkat untuk status kawasan perkotaan yang lebih rendah;

j.

penyediaan ruang untuk ruang terbuka non hijau kota, penyediaan prasarana dan
sarana pejalan kaki, penyandang cacat, jalur bersepeda, angkutan umum, kegiatan
sektor informal dan ruang evakuasi;

Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 18

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

k. memelihara, merevitalisasi, rehabilitasi, preservasi, dan renovasi bangunan yang
memiliki nilai-nilai sejarah, budaya, kawasan suci, tempat suci, dan pola-pola
permukiman tradisional setempat.
2. sistem perdesaan.
Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Perdesaan mencakup:
a. Pengembangan PPL sebagai pusat permukiman dan kegiatan sosial ekonomi
yang melayani kegiatan skala antar desa. Sebaran PPL ini ditetapkan dalam
RTRW kabupaten/kota
b. pengembangan kawasan agropolitan yang mendorong tumbuhnya kota
pertanian melalui berjalannya sistem dan usaha agribisnis untuk melayani,
mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di
wilayah sekitarnya.

Sebaran kawasan agropolitan ini

mencakup: Kawasan

Agropolitan Catur di 30 Kabupaten Bangli; Kawasan Agropolitan Candikuning di
Kabupaten Tabanan; Kawasan Agropolitan Payangan di Kabupaten Gianyar;
Kawasan Agropolitan Melaya di Kabupaten Jembrana, Kawasan Agropolitan
Sibetan di Kabupaten Karangasem; Kawasan Agropolitan Petang di Kabupaten
Badung; dan Kawasan Agropolitan Nusa Penida di Kabupaten Klungkung.
Kawasan perdesaan lainnya yang mempunyai potensi sistem agribisnis terpadu,
dapat dikembangkan sebagai kawasan agropolitan promosi.

Pengelolaan sistem perdesaan dilaksanakan melalui:
a. peningkatan

keterpaduan

sistem

pelayanan

perdesaan

dengan

sistem

pelayanan perkotaan;
b. pemberdayaan masyarakat kawasan perdesaan;
c. pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya;
e. konservasi sumber daya alam;
f. pelestarian warisan budaya lokal;
g. pertahanan kawasan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan untuk
ketahanan pangan dan ketahanan budaya;
h. penjagaan keseimbangan pembangunan antara kawasan perdesaan dengan
kawasan perkotaan; dan h. integrasi penataan ruang kawasan perdesaan
dengan sukerta tata palemahan desa pakraman setempat.

Dalam pengembangan Sistem Perdesaan terdapat beberapa kriteria yang harus
dipenuhi yaitu :
Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 19

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

1. Kawasan perdesaan, ditetapkan dengan kriteria memiliki fungsi kegiatan utama
budidaya pertanian dan lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) mata
pencaharian penduduknya di sektor pertanian atau sektor primer.
2. PPL ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki jumlah penduduk paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa sampai dengan
10.000 (sepuluh ribu) jiwa;
b. memiliki fasilitas pelayanan untuk pelayanan beberapa desa seperti pasar,
sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, puskesmas, lapangan
umum atau fasilitas umum lainnya; dan
c. memiliki simpul jaringan transportasi antar desa maupun antar kawasan
perkotaan terdekat
3. Kawasan agropolitan ditetapkan dengan kriteria:
a. merupakan kawasan perdesaan yang memiliki pusat pelayanan sebagai kota
pertanian untuk melayani desadesa sentra produksi pertanian yang ada
disekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administratif
pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi
kawasan

berdasarkan

komoditas

pertanian

unggulan

tertentu

yang

dimilikinya;
b. sebagian besar kegiatan masyarakat di dominasi kegiatan pertanian dan/atau
agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh dan terintegrasi; dan
c. memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung
pengembangan sistem dan usaha agribisnis khususnya pangan, seperti:
jalan, sarana irigasi/pengairan, sumber air baku, pasar, terminal penumpang,
terminal agribisnis, jaringan telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat
informasi pengembangan agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil
pertanian, fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya.

b. sistem jaringan prasarana wilayah
Rencana jaringan prasarana wilayah mencakup:
a) sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama.

Pengembangan sistem jaringan transportasi sebagaimana diarahkan pada
optimalisasi dan pengembangan struktur jaringan transportasi yang terdiri
dari :
1.

pengembangan sistem jaringan transportasi darat;

2.

pengembangan sistem jaringan transportasi laut; dan

Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 20

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

3.

pengembangan sistem jaringan transportasi udara.

b) sistem jaringan prasarana lainnya, mencakup;

1. sistem jaringan energi;
2. sistem jaringan telekomunikasi;
3. sistem jaringan sumber daya air; dan
4. sistem jaringan prasarana lingkungan.

Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 21

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

TABEL 3.1 INDIKASI PROGRAM TERKAIT CIPTA KARYA
DI KABUPATEN GIANYAR
NO
1

2

INDIKASI PROGRAM UTAMA

TAHUN

Pemantapan dan Pengembangan
Prasarana Air Minum
Pemeliharaan IPA yang telah ada
2015-2019

SUMBER
PENDANAAN

APBN, APBD

Pengembangan Jaringan Perpipaan 2015-2019
SPAM terpadu Sarbagitaku

APBN, APBD

Peningkatan Kinerja pelayanan air 2015-2019
minum -SPAM di kawasan perkotaan
dan kawasan perdesaan tersebar
Pengembangan
SPAM
pada 2015-2019
kawasan kritis air (non perpipaan)

APBN, APBD

Pengembangan sistem pengelolaan
sampah
Pemantapan IPST di TPA Regional 2015-2019
Sarbagita di Suwung dan Bangli
Pengembangan controlled landfill TPA 2015-2019
tiap Kabupaten/Kota
Pemantapan kerjasama pengelolaan 2015-2019
sampah antar kab/kota, masyarakat
dan swasta

APBN, APBD

APBN, APBD
APBN, APBD
APBN, APBD

INSTANSI PELAKSANA

Dep PU,
Pemprov/Kab/Kota,
PDAM
Dep PU,
Pemprov/Kab/Kota,
PDAM
Dep PU,
Pemprov/Kab/Kota,
PDAM
Dep PU,
Pemprov/Kab/Kota,
PDAM

LOKASI

Kab. Gianyar

Kab. Gianyar

Kab. Gianyar

Kab. Gianyar

Dep
PU,
Pemprov/ Kab. Gianyar
Kab/Kota
Pemprov/kab/kota,
Kab. Gianyar
Swasta
Dep
PU,
Pemprov/ Kab. Gianyar
Kab/Kota

Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Gianyar,Tahun 2017-2021

III - 22

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

3

4

Peningkatan sarana perangkutan
persampahan dan TPS
Pemasyarakatan
dan
sosialisasi
menerus
pengurangan
sampah
melalui reduse, recycle dan re-use
Pengembangan sistem pengelolaan
air limbah
Percepatan
pemanfaatan
IPLT
Suwung
Pengembangan
dan
perluasan
pelayanan jaringan perpipaan air
limbah terpadu di PKN, PKW, PKL
dan Kawasan Pariwisata
Pengembangan
sistem
sanitasi
masyarakat pada skala lingkungan
pada permukiman padat (sanimas)
tersebar
Perwujudan Kawasan Permukiman
Perkotaan
Pengembangan
dan pemerataan
pelayanan sistem jar. Prasarana
permukiman
(jalan,
energi,
telekomunikasi, air minum, air limbah,
pengelolaan persampahan, drainase)
Pengembangan
dan pemerataan
pelayanan
sarana
permukiman
(fasilitas perdagangan dan jasa,
pendidikan, kesehatan, pemerintahan,
peribadatab, rekreasi dan olah raga,
dan kebudayaan)
Pengembangan
prasarana

2015-2019

APBN, APBD

Pemprov/kab/kota,
Swasta
Pemprov/kab/kota,
Swasta

Kab. Gianyar

2015-2019

APBN, APBD

2015-2019

APBN, APBD

2015-2019

APBN, APBD

Dep PU, PemProv

Kab. Gianyar

2015-2019

APBN, APBD

Dep
PU, Kab. Gianyar
PemProv/Kab/Kota,
Swasta

2015-2019

APBN, APBD

Dep
PemProv/Kab/Kota

2015-2019

APBN, APBD

Dep
PU, Kab. Gianyar
PemProv/Kab/Kota,
Swasta

2015-2019

APBN, APBD

Dep
PemProv/Kab/Kota

PU, Kab. Gianyar

2015-2019

APBN, APBD

Dep

PU, Kab. Gianyar

Kab