Hubungan Asupan Lemak dan Serat, Indeks Masa Tubuh, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul Dengan Kadar Kolesterol Total Di Dinas Kesehatan Kota Denpasar.

(1)

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN SERAT, INDEKS MASSA

TUBUH, DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL

DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PEGAWAI DINAS

KESEHATAN KOTA DENPASAR

MADE NARINIRMALA CRESTI

NIM. 1220025064

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN


(2)

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing Skripsi dan layak diuji di hadapan

Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Oleh:

MADE NARINIRMALA CRESTI

NIM. 1220025064

Menyetujui,

Denpasar, 13 Juli 2016

Pembimbing

dr. Ni Wayan Arya Utami, M.AppBsc., Ph.D NIP. 19810901 200604 2001


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan

Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 13 Juli 2016

Tim Penguji Skripsi

Penguji I

dr. Ni Wayan Septarini, MPH

NIP. 19800929 200801 2 015


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang

Widhi Wasa karena atas berkat dan rahmat-Nya dapat diselesaikannya skripsi yang

berjudul “Hubungan Asupan Lemak Dan Serat, Indeks Masa Tubuh, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul Dengan Kadar Kolesterol Total Pada Pegawai Di Dinas Kesehatan Kota Denpasar” ini tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih dibeikan atas kerjasamanya dalam penyusunan skripsi ini

kepada :

1. Bapak dr. Made Ady Wirawan, MPH., PhD selaku Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Ibu dr. Ni Wayan Arya Utami, M.AppBsc., Ph.D selaku Kepala Peminatan Gizi

dan dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan.

3. Seluruh dosen pengajar beserta staf/pegawai di Program Studi Kesehatan

Masyarakat yang telah memberikan ilmu serta dukungan sejak awal penulis

mengeyam pendidikan.

4. Kedua orang tua, teman-teman, dan kekasih saya Dewa Putu Jaya Prasatya yang

selalu memberikan doa, dukungan dan semangat.

5. Seluruh responden di Dinas Kesehatan Kota Denpasar yang sudah bersedia

menjadi sampel dalam penelitian ini.

Demikian skripsi ini disusun semoga dapat memberikan manfaat bagi diri kami

sendiri dan pihak lain yang menggunakan.

Denpasar, Juni 2016


(5)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA GIZI

Skripsi, Juni 2016

Made Narinirmala Cresti

Hubungan Asupan Lemak Dan Serat, Indeks Masa Tubuh, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul Dengan Kadar Kolesterol Total Pada Pegawai Di Dinas

Kesehatan Kota Denpasar

ABSTRAK

Salah satu faktor risiko utama penyebab ateroklerosis, stroke adalah meningkatnya kadar kolesterol total. Prevalensi penduduk dengan kadar kolesterol di atas normal pada perempuan 39,6% lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki 30,0%. Kolesterol dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti asupan lemak dan serat, IMT, RLPP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan lemak dan serat, IMT, RLPP dengan kadar koleterol total di Dinas Kesehatan Kota Denpasar.

Desain penelitian ini menggunakan rancangan crossectional analitik. Sampel

berjumlah 96 orang yang diambil dengan metode total sampling. Analisis data

univariat dengan distribusi frekuensi, bivariat dengan uji chi square.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden yang memiliki kolesterol tinggi 51,04%. Variabel yang berhubungan secara bermakna dengan kolesterol total adalah asupan lemak (p=0,01; OR=2,89; 95%CI=1,25), asupan serat (p<0,01; OR=12,24; 95%CI=4,54-32,9), dan RLPP (p=0,0002; OR= 5,14; 95%CI=2,18-12,10). Variabel yang tidak memiliki hubungan dengan kadar kolesterol total adalah IMT (p=0,06; OR=5,14; 95%CI= 0,95-5,41), Aktivitas fisik (p=0,43; OR= 1,95; 95%CI= 0,29-21,3), Genetik (p=0,49; OR=1,32; 95%CI= 0,54-3,23), Merokok (p=0,84; OR=1,13; 95%CI= 0,25-4,84).

Disarankan bagi Dinas Kesehatan Kota Denpasar Mengupayakan program perubahan perilaku pekerja terutama perilaku konsumsi makan dengan menyediakan kantin sehat dan membuat kebijakan penyediaan menu makan bagi pegawai yang memperhatikan kandungan gizi, serta melakukan cek kolesterol secara rutin.

Keywords: Kadar Kolesterol total, Asupan lemak Dan Serat, IMT, RLPP, Dinas Kesehatan Kota Denpasar.


(6)

vi

DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH MEDICAL FACULTY

UDAYANA UNIVERSITY NUTRITION

Skripsi, June 2016

Made Narinirmala Cresti

The Connection Between Fat And Fiber Intake, Body Mass Index, Waist-Hip Circumference Ratio To Total Cholesterol Level At The Employees In

Denpasar Department Of Health

ABSTRACT

One of the main factors that cause atherosclerosis is the increasing amount of total cholesterol level. The prevalence of society to the cholesterol level that is beyond normal for women is 39.6% higher than men 30.0%. Cholesterol is influenced by several factors such as fat and fiber intake, BMI, WHCR. This research is purposed to understand the connection between fat and fiber intake, BMI, WHCR to the total cholesterol level at Denpasar Department of Health.

This research design is by using crossectional analytic. Samples are 96 persons

taken by total sampling method. The data analysis is by univariate with frequency

distribution, bivariate with chi square test.

Based on the research result, it shows that the respondents who have high cholesterol level are 51.04%. Variable that related to the total cholesterol total are, fat intake (p=0,01; OR=2,89; 95%CI=1,25), fiber intake (p<0,01; OR=12,24; 95%CI=4,54-32,9), and WHCR (p=0,0002; OR= 5,14; 95%CI=2,18-12,10). Variable that is not related to the total cholesterol level is BMI (p=0,06; OR=5,14; 95%CI= 0,95-5,41), physical activity (p=0,43; OR= 1,95; 95%CI= 0,29-21,3) , genetic (p=0,49; OR=1,32; 95%CI= 0,54-3,23), smoking (p=0,84; OR=1,13; 95%CI= 0,25-4,84).

It is suggested to the Department of Health in Denpasar to strive for worker habit change program particularly eating habit by providing healthy food in canteens and making a policy to provide breakfast for the employees in order to they get a full nutrition food and also checking their cholesterol continuously.

Keywords: Total cholesterol level, Fat and Fiber Intake , BMI, WHCR, Denpasar Department of Health


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN ... xiii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Praktis ... 6

1.4.2 Manfaat Teoritis ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II ... 8

TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Kadar Kolesterol Total ... 8

2.2 Lemak ... 8


(8)

viii

2.8 Aktivitas Fisik ... 19

2.9 Genetik ... 20

2.10 Merokok ... 21

BAB III ... 23

KERAGKA KONSEP DAN METODOLOGI OPERASIONAL ... 23

3.1 Kerangka Konsep ... 23

3.2 Hipotesis ... 24

3.3 Variabel dan Definisi Operasional ... 25

3.3.1 Variabel Penelitian ... 25

3.3.2 Definisi Operasional ... 26

BAB IV ... 29

METODE PENELITIAN ... 29

4.1 Rancangan Penelitian ... 29

4.2 Tempat dan Waktu ... 29

4.2.1 Tempat Penelitian ... 29

4.2.2 Waktu Penelitian ... 29

4.3 Populasi dan Sampel ... 29

4.3.1 Populasi Penelitian ... 29

4.3.2 Sampel Penelitian ... 30

4.4 Teknik Pengambilan Sampling... 30

4.5 Pengumpulan Data ... 30

4.6 Pengolahan Data ... 31

4.7 Teknik Analisis Data ... 31

BAB V ... 33

HASIL ... 33

5.1 Gambaran Karakteristik Responden Di Dinas Kesehatan Kota Denpasar .. 33

5.2 Gambaran Variabel Bebas Responden Di Dinas Kesehatan Kota Denpasar 34 5.3 Hubungan Variabel Bebas dengan Kadar Kolesterol Total Responden Di Dinas Kesehatan Kota Denpasar ... 36

BAB VI ... 39

PEMBAHASAN ... 39

6.1 Kolesterol ... 39


(9)

6.3 Hubungan Serat dengan Kadar Kolesterol Total ... 43

6.4 Hubungan IMT dengan Kadar Kolesterol Total ... 45

6.5 Hubungan RLPP dengan Kadar Kolesterol Total ... 46

6.6 Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Kolesterol Total ... 48

6.7 Genetik ... 49

6.8 Merokok ... 51

6.9 Keterbatasan Penelitian ... 52

BAB VII ... 53

SIMPULAN DAN SARAN ... 53

7.1 Simpulan ... 53

7.1.1 Saran ... 54

7.1.2 Bagi Pegawai Dinas Kesehatan Kota Denpasar ... 54

7.1.3 Bagi Dinas Kesehatan Kota Denpasar ... 54

7.1.4 Bagi Peneliti Lain ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Kadar Kolesterol Total ... 8

Tabel 2.2 Kandungan Lemak Dalam Makanan... 9

Tabel 2.3 Kandungan Serat Pada Makanan ... 12

Tabel 2.4 Batas Ambang IMT untuk Indonesia ... 15

Tabel 2.5 Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul Normal Berdasarkan Jenis Kelamin ... 16

Tabel 2.6 Hubungan Antara Profil Lemak dan Usia ... 18

Tabel 5.1 Gambaran Karakteristik Responden di Dinkes Kota Denpasar ……… 46

Tabel 5.2 Gambaran Determinan Kadar Kolesterol Total Pegawai Dinas Kesehatan Kota Denpasar……… 47

Tabel 5.3 Hubungan Determinan Kadar Kolesterol Total Responden Di Dinkes Kota Denpasar………. 48


(11)

DAFTAR GAMBAR


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Rencana Kegiatan

Lampiran 2 Inform Concent

Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Form Recall 2 x 24 Jam

Lampiran 5 Langkah-langkah Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan

Lampiran 6 Langkah-langkah Pengukuran Lingkar Pinggang dan Pinggul


(13)

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

Daftar Simbol

: Kurang Dari Sama Dengan

≥ : Lebih Dari Sama Dengan

% : Persen

α : Alpha

Daftar Singkatan

PNS : Pegawai Negeri Sipil

IMT : Indeks Massa Tubuh

RLPP : Rasio Lingkar Pinggang Pinggul

Dinkes : Dinas Kesehatan Kota Denpasar

Monica : Multinational Monitoring Of Trends Daterminants in Cardiovascular

Disease

ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

LDL : Low Density Lipoprotein

HDL : High Density Lipoprotein

AKG : Angka Kecukupan Gizi

IPB : Institut Peratnian Bogor

PJK : Penyakit Jantung Koroner

ASCM : American College of Sport Medicine

DNM : Denyut Nadi Maksimal


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolesterol merupakan konstituen utama membrane plasma dan lipoprotein

plasma. Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril, dengan gugus hidroksil

di posisi 3 yang mengalami esterifikasi dengan suatu asam lemak rantai panjang.

Senyawa ini terdapat pada hewan, tetapi tidak pada tumbuhan atau bakteri (Murray,

Granner, & Rodwell, 2009). Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang

berada pada tiap sel didalam tubuh. Kolesterol berfungsi sebagai materi awal untuk

pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu,

seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

Hiperkolesterolemia merupakan kondisi akibat gangguan metabolisme lemak

yang ditandai dengan tingginya kadar kolesterol total dalam darah. Kadar kolesterol

yang tinggi di dalam darah menyebabkan penyumbatan pembuluh darah sehingga

sirkulasi darah menjadi tidak lancar. Hal tersebut mengurangi jumlah oksigen yang

disuplai ke jantung yang berakibat pada terjadinya penyakit jantung koroner (NCI,

2011). Hiperkolesterolemia umumnya tidak menimbulkan gejala, sehingga

pencegahan dan pemeriksaan rutin kadar kolesterol diperlukan oleh individu yang

beresiko tinggi (Shah et al., 2008).

Prevalensi peningkatan total kolesterol tertinggi adalah Wilayah Eropa (54%

untuk kedua jenis kelamin), diikuti oleh Wilayah Amerika (48% untuk kedua jenis

kelamin) (WHO, 2008). Di Indonesia, angka kejadian hiperkolesterolemia menurut

penelitian MONICA I (Multinational Monitoring Of Trends Daterminants in


(15)

II didapatkan meningkat menjadi 16,2% pada wanita dan 14% pria (Ayuandira, 2012).

Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, penduduk > 15 tahun yang memiliki kadar

kolesterol total di atas nilai normal yaitu sebanyak 35,9%. Berdasarkan jenis kelamin

dan tempat tinggal didapatkan bahwa proporsi penduduk dengan kadar kolesterol di

atas normal pada perempuan (39,6%) lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki (30,0%)

dan di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan (Hanisa, 2012).

Menurut data rekapan hasil skrining kolesterol pegawai di Dinas Kota Denpasar tahun

2015, pegawai yang memiliki kadar kolesterol tinggi yaitu sebesar 40,47% (Dinkes

Kota Denpasar, 2015).

Faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol , antara lain asupan lemak, serat,

IMT, RLPP, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, genetik dan merokok (Mamat, 2010).

Usia dan keturunan merupakan faktor risiko kolesterol yang tidak dapat dikendalikan.

Diagnosis familial kolesterol ini berdasarkan pada peningkatkan total kolesterol pada

subjek yang memiliki riwayat keluarga, risiko kolesterol meningkat seiring

bertambahnya usia (Sayed et al., 2010). Prevalensi kolesterol pada perempuan lebih

tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Wanita post-menopause memiliki rerata kadar

kolesterol total lebih tinggi 19% daripada rerata kadar kolesterol total pada wanita

pre-menopause. Pada wanita menopause terjadi penurunan produksi hormon estrogen,

karena menurunnya produksi hormon estrogen dapat menyebabkan kadar kolesterol

total meningkat (Hanisa, 2010).

Aktivitas fisik yang rendah berpengaruh terhadap kejadian penyakit


(16)

menempati urutan pertama karakteristik yang memiliki status gizi lebih tertinggi yaitu

sebesar 27,3%, ABRI 26,4% dan wiraswasta sebesar 26,5%. Status (Arundhana,

2010).

Meningkatnya kadar kolesterol di dalam darah juga disebabkan karena

seringnya mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh atau mengandung kolesterol

tinggi. Hal ini di dukung oleh penelitian epidemiologi yang menunjukkan bahwa

rendahnya asupan makanan yang berlemak tinggi dapat mengurangi risiko terjadinya

kolesterol tinggi (Devore et al., 2009).

Kebiasaan mengonsumsi buah dan sayuran juga berhubungan dengan kadar

kolesterol di dalam darah. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa konsumsi buah dan

sayur dapat menurunkan kadar kolesterol (Eshak et al., 2010). Penelitian yang

dilakukan oleh He, et al (2007) menunjukkan bahwa orang yang asupan buah dan

sayuran < 1,5 kali/hari, 30% lebih tinggi berisiko hiperkolesterolemia dibandingkan

dengan orang yang mengonsumsi > 8 kali/hari. Prevalensi penduduk di Indonesia yang

kurang mengkonsumsi buah dan sayur adalah 93,6% dan di Provinsi Bali penduduk

yang kurang mengonsumsi buah dan sayur sebanyak 96% (Riskesdas, 2007).

Selain kebiasaan makan yang tidak sehat, Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Rasio

Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP) juga berhubungan dengan terjadinya kolesterol

tinggi (Panagiotakos, et al, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh lee, et

al (2011) terhadap 15 negara dikawasan Asia Pasifik, perbedaan 10 cm lingkar

pinggang selama lima tahun pengamatan, dapat meningkatkan risiko kolesterol

sebesar 22% (Panagiotakos, et al., 2008).

Ketatnya persaingan di bidang perkantoran membuat perusahaan untuk lebih


(17)

meningkatkan produktivitas kerja. Gizi merupakan faktor kualitas sumber daya

manusia yang utama, karena berperan penting dalam peningkatan produktivitas kerja.

Angka kesakitan pada karyawan dapat mempengaruhi produktivitas kerja.

Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara faktor

risiko kesehatan dengan absensi karyawan, biaya kompensasi perusahaan terhadap

karyawan yang sakit dan penurunan kinerja SDM. Faktor risiko yang berhubungan

dengan gaya hidup, seperti penggunaan tembakau, obesitas, stres dan kurangnya

aktivitas fisik menyebabkan pengeluaran atau pembiayaan kesehatan menjadi lebih

besar (Lynch et al., 2009). Produktivitas kerja berkaitan erat dengan status kesehatan

SDM-nya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian terhadap masalah-masalah yang

berhubungan dengan kesehatan kerja dan faktor yang erat hubunganya seperti keadaan

gizi dari tenaga kerja, aktivitas fisik yang sedikit yang merupakan bagian dari

kehidupan pekerja. Hal ini disebabkan karena beratnya tuntutan pekerjaan sehingga

tidak ada kesempatan untuk olahraga dan merujuk kepada perilaku hidup yang instan,

misalnya makanan. Gaya hidup demikian akan menyebabkan terjadinya penumpukan

kolesterol di dalam darah.

Oleh karena hanya diadakannya satu kali skrining kolesterol di Dinas

Kesehatan Kota Denpasar, peneliti tertarik untuk lebih lanjut meneliti mengenai kadar

kolesterol darah di Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Selain itu berdasarkan uraian pada

latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam apakah ada

hubungan antara asupan lemak dan serat, indeks masa tubuh, rasio lingkar pinggang


(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, diketahui bahwa prevalensi kejadian

kolesterol di Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan data skrining di Dinas

Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016 prevalensi pegawai yang memiliki kadar

kolesterol tinggi yaitu mencapai 40,47%. Oleh karena hanya diadakannya satu kali

skrining kolesterol di Dinas Kesehatan Kota Denpasar, maka peneliti ingin melakukan

skrining kolesterol di Dinas Kesehatan Kota Denpasar dan ingin mengetahui apakah

terdapat hubungan antara asupan lemak dan serat, indeks masa tubuh, rasio lingkar

pinggang pinggul dengan kadar kolesterol total pada pegawai di Dinas Kesehatan Kota

Denpasar Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Diketahuinya hubungan antara asupan lemak dan serat, indeks masa tubuh,

lingkar pinggang pinggul dengan kejadian kolesterol total pada pegawai di Dinas

Kesehatan Kota Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran kadar kolesterol total pada pegawai di Dinas Kesehatan

Kota Denpasar

2. Mengetahui gambaran asupan lemak pada pegawai di Dinas Kesehatan Kota

Denpasar

3. Mengetahui gambaran asupan serat pada pegawai di Dinas Kesehatan Kota

Denpasar

4. Mengetahui gambaran indeks masa tubuh pada pegawai di Dinas Kesehatan


(19)

5. Mengetahui gambaran rasio lingkar pinggang-pinggul pada pegawai di Dinas

Kesehatan Kota Denpasar

6. Mengetahui hubungan antara asupan lemak dengan kadar kolesterol total pada

pegawai di Dinas Kesehatan Kota Denpasar

7. Mengetahui hubungan antara asupan serat dengan kadar kolesterol total pada

pegawai di Dinas Kesehatan Kota Denpasar

8. Mengetahui hubungan indeks masa tubuh dengan kadar kolesterol total pada

pegawai di Dinas Kesehatan Kota Denpasar

9. Mengetahui hubungan lingkar pinggang pinggul dengan kadar kolesterol total

pada pegawai di Dinas Kesehatan Kota Denpasar

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi

dan bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Denpasar dalam melakukan

pencegahan dan penanggulangan kejadian kolesterol terhadap pegawainya

untuk meningkatkan produktivitas kerja.

2. Bagi Penulis

Merupakan pengalaman berharga dan wadah latihan untuk memperoleh

wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang


(20)

dan dapat digunakan sebagai edukasi tentang faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap kejadian kolesterol di masyarakat.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan

dalam bidang gizi kesehatan masyarakat khususnya mengenai kolesterol dan

hubungannya dengan asupan lemak dan serat, serta hubungannya dengan IMT

dan RLPP.

2. Sebagai bahan masukan untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan

kadar kolesterol total.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, dibahas mengenai karakteristik asupan lemak dan serat,

indeks masa tubuh, rasio lingkar pinggang pinggul yang berhubungan dengan kejadian

kolesterol pada orang dewasa khususnya pegawai di Dinas Kesehatan Kota Denpasar.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner, recall 24 jam dan

wawancara.

Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dengan menggunakan pendekatan

kuantitatif. Desain ini dipakai untuk mempelajari hubungan antara variabel

independen (status gizi berdasarkan IMT dan RLPP serta asupan makanan yang terdiri

dari lemak, serat) dengan variabel dependen (kolesterol total), seluruh variabel yang

diamati, diukur pada saat bersamaan ketika penelitian berlangsung (point time

approach) (Notoatmodjo, 2010). Penelitian menggunakan data primer dan sekunder

untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kolesterol total pada pegawai di


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kadar Kolesterol Total

Kolesterol merupakan substansi lemak yang secara normal dibentuk di dalam

tubuh. Kolesterol dibentuk di hati yang berasal dari lemak makanan. Kolesterol

berperan penting dalam fungsi sel tubuh, antara lain produksi hormon. Kolesterol

darah dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu kolesterol LDL (Low Density

Lipoprotein) yang dikenal sebagai kolesterol jahat dan kolesterol HDL (High Density

Lipoprotein) yang dikenal sebagai kolesterol baik (Guyton, AC. Hall, JC, 2006).

Kadar kolesterol total dikatakan normal jika < 200, sedangkan dikatakan tinggi

jika ≥ 200 (Rifky, 2009).

2.2 Lemak

Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur Carbon

(C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O) seperti halnya karbohidrat. Fungsi utama lemak

adalah memberikan tenaga kepada tubuh. Disamping fungsinya sebagai sumber

tenaga, lemak juga merupakan bahan pelarut dari beberapa vitamin yaitu vitamin A,

D, E, dan K. Bahan-bahan makanan yang mengandung lemak banyak akan memberi

rasa kenyang yang lama, selain itu memberi rasa gurih pada makanan (Soedarno, dkk,


(22)

Tabel 2.1 Kandungan Lemak pada Makanan

Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan (2005).

Salah satu faktor risiko utama kolesterol yang dapat dikendalikan adalah

asupan lemak, terutama lemak jenuh. Lemak jenuh dalam jumlah yang berlebihan

berbahaya bagi tubuh karena merangsang hati untuk memproduksi banyak kolesterol.

Kolesterol yang menumpuk dan mengendap lama kelamaan akan menghambat aliran

darah dan oksigen sehingga mengganggu metabolisme sel otot jantung. Untuk

menghindari penimbunan lemak dalam pembuluh darah seseorang perlu mengurangi

konsumsi lemak jenuh, seperti jeroan (paru, hati, ginjal dan jantung), lemak sapi,

kambing, makanan bersantan dan gorengan karena dapat meningkatkan kadar

kolesterol darah (Ayuandira, 2012).

No Nama Bahan Komposisi zat gizi makanan per 100 gram

Lemak

1. Kacang tanah 38,1

2. Kacang

kedelai

37,7

3. Biji kelapa tua 34,7

4. Biji kemiri 63,0

5. Alpukat 6,5

6. Daging sapi 22,0

7. Daging babi 45,0

8. Daging

kambing

9,2

9. Daging domba 14,8

10. Lemak babi 65

11. Hati babi 4,8


(23)

AKG (Angka Kecukupan Gizi) 2013, menganjurkan konsumsi lemak pada

perempuan sebanyak 40-70 gram, sedangkan untuk laki-laki sebanyak 42-91 gram.

Setiap penurunan 1 % kalori dari asam lemak jenuh pada diet akan menurunkan

kolesterol darah hampir 3 mg/dL dan setiap 1% kenaikan kalori dari asam lemak tidak

jenuh majemuk dalam diet menghasilkan pengurangan kolesterol darah ± 1,5 mg/dl

(Soeharto, 2006). Ali (1996) dalam Ayuandira (2012) mengatakan lemak jenuh yang

ditemukan pada makanan hewani, seperti daging sapi, daging babi, jeroan dan produk

lemak lainnya berkaitan dengan resiko meningkatnya kadar kolesterol darah. Lemak

jenuh dapat meningkatkan absorbsi kolesterol dalam diet atau mengurangi

ekskresinya, merangsang produksi kolesterol secara berlebihan dalam hati atau

memudahkan penimbunan kolesterol dalam dinding pembuluh darah.

Kebiasaan menggunakan minyak yang sama berulang kali dapat meningkatkan

kadar LDL dan menurunkan kadar HDL, karena asam lemak tidak jenuh berubah

menjadi asam lemak trans. Untuk itu, konsumsi makanan yang mengandung asam

lemak omega-3 dan omega-6, seperti kacang-kacangan dan ikan harus ditingkatkan.

Begitu juga dengan buah dan sayur yang mengandung serat, serat pada buah-buahan

dapat menurunkan kadar kolesterol HDL secara efektif (Ayuandira, 2012).

2.3 Serat

Serat pangan (dietary fiber) adalah komponen dalam tanaman, yang tidak

tercerna secara enzimatik menjadi bagian-bagian yang dapat diserap pada saluran


(24)

Serat pangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu serat larut (soluble fiber) dan

serat tidak larut (insoluble fiber). Soluble fiber , serat yang larut di dalam air antara

lain terdiri atas pektin, getah tanaman, dan beberapa hemiselulosa. Contoh serat tidak

larut adalah lignin dan selulosa (Marsono, 2009).

Sumber serat yang baik adalah sayuran, buah-buahan, serealia, dan

kacang-kacangan. Mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang banyak

mempunyai fungsi ganda, yaitu selain sebagai sumber serat juga merupakan sumber

vitamin dan mineral yang semua itu sangat dibutuhkan untuk memelihara kesehatan

tubuh manusia (Fatmah, 2010). Semua jenis sayuran dan buah pada umumnya

memiliki kadar air tinggi, nutrisi, kaya akan vitamin dan mineral, serta kaya akan serat

(Supriati, 2008).

Selain sayur dan buah, serealia seperti gandum dan beras merah memiliki

kandungan serat yang cukup tinggi. Begitu juga dengan kacang-kacangan seperti

kacang merah, kacang hijau, dan lain-lain (Kumalasari, 2012).

Berikut ini daftar beberapa bahan makanan yang mengandung serat dalam


(25)

Tabel 2.2 Kandungan Serat pada Makanan

Nama bahan Komposisi zat gizi makanan per 100

gram

Golongan I (karbohidrat)

Jagung 2,9

Kentang 0,8

Talas 8,6

Ubi jalar 4,2

Golongan III Protein nabati

Kacang merah 4,6

Kacang kedelai 7,6

Kacang ercis 28,6

Golongan IV (Sayuran)

Daun singkong 2.4

Daun lamtoro 3,3

Rebung 9,7

Bayam 2,2

Daun paku 4,3

Terong 5,1

Golongan V (buah-buahan)

Mangga manalagi 11,8

Jeruk 5,4

Jambu bool 3,5

Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan (2005).


(26)

memperlambat proses pencernaan dan absorpsi zat gizi. Serat juga meningkatkan

pengeluaran cairan empedu. Cairan empedu yang telah terikat oleh serat tidak dapat

direabsorpsi dan diresirkulasi melalui siklus enterohepatik. Di usus serat akan

difermentasi bakteri untuk memproduksi asam asetat propionate dan butirat yang

berfungsi untuk menghambat sintesis kolesterol, akibatnya cairan empedu ini akan

terus ke usus besar untuk disekresikan bersama feses. Vitamin yang berkaitan dengan

kolesterol adalah vitamin A dan vitamin C. Vitamin A dapat mencegah teroksidasinya

asam lemak tidak jenuh ganda menjadi asam lemak jenuh, sementara vitamin C dapat

memecah kolesterol menjadi asam empedu dan garam empedu di dalam hati,

kemudian mensekresikan ke dalam empedu dan usus untuk dikeluarkan sebagai feses

(Hanisa, 2014).

Penelitian terdahulu yang dilakukan pada tikus Sprague Dawley

hiperkolesterolemia, diperoleh hasil bahwa pemberian serat seperti yoghurt kedelai

hitam (black soyghurt) sebayak 2 ml, 3 ml, dan 4 ml Selama 21 hari mampu

menurunkan kadar kolesterol secara signifikan. Penurunan kadar kolesterol paling

bermakna terjadi pada kelompok perlakuan pemberian Black soygurt 2 ml dan 4 ml.

Jika dosis ini dikonversikan sesuai kebutuhan manusia yang memiliki Berat Badan

70kg maka diperoleh dosis 115 ml dan 225, dosis ini didapatkan dari hasil kali

konversi dosis pada tikus dengan bilangan konversi 56,0 (Sundari, 2012).

Guthrie et al (1995) dalam Ayuandira (2012) mengatakan bahwa Buah dapat

menurunkan kolesterol karena mengandung serat larut yang mempunyai kemampuan

meningkatkan ekskresi asam empedu dalam feses, melambatkan absorbsi kolesterol

dan lemak rantai pendek yang difermentasi dalam usus besar.

Terdapat banyak rekomendasi tentang asupan serat seharinya dari beberapa


(27)

Amerika Serikat dalam penelitian Puspamika (2013) merekomendasikan agar setiap

harinya mengonsumsi sayur dan buah-buahan sebanyak 5 porsi. Konsumsi sayur dan

buah sebanyak 5 porsi perhari dapat melindungi diri dari risiko serangan jantung dan

kanker.

AKG (Angka Kecukupan Gizi) 2013, menganjurkan konsumsi serat pada

perempuan sebanyak 20-30 gram, sedangkan untuk laki-laki sebanyak 22-38 gram.

Sayuran bisa dikonsumsi dalam bentuk mentah atau telah diproses melalui

perebusan. Hasil penelitian seorag mahasiswa IPB menunjukkan bahwa, serat

makanan dalam sayuran yang dimasak justru meningkat dibandingkan sayuran yang

masih mentah. Dalam penelitian tersebut, disimpulkan bahwa, sayuran yang direbus

dengan air menghasilkan kadar serat makanan paling tinggi (6,40%), disusul sayuran

kukus (6,24%), sayuran masak santan (5,98%), dan sayuran mentah (5,97%). Proses

pemasakan akan menghilangkan beberapa zat gizi sehingga berat sayuran menjadi

lebih kecil berdasarkan berat keringnya. Proses pemasakan juga menyebabkan

terjadinya reaksi pencoklatan yang dalam analisis gizi, terhitung sebagai serat

makanan. Alasan-alasan inilah yang menyebabkan sayuran yang telah dimasak

mempunyai kandungan serat makanan lebih tinggi (Mcpherson kay, 2007).

2.4 Indeks Massa Tubuh

IMT merupakan alat yang sederhana yang digunakan untuk memantau status

gizi orang dewasa khususnya berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.


(28)

Hubungan antara lemak tubuh dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan

proporsi tubuh sehingga IMT belum tentu memberikan gambaran kegemukan yang

sama bagi semua populasi. Saat ini IMT merupakan indikator yang paling bermanfaat

untuk menentukan berat badan lebih, namun perlu diperhatikan adanya perbedaan

individu dan etnik, usia lanjut dan atlit dengan bayak otot. IMT dapat memberikan

gambaran yang tidak sesuai mengenai keadaan obesitas karena variasi lean body mass

(Sudoyo, 2007).

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :

IMT= Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (m)2

Tabel 2.3 Batas Ambang IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Normal Pre obese Obese I Obese II Obese III Rata-rata Meningkat Sedang Berbahaya Sangat Berbahaya

18,5 - 24,9 25,0 – 29,9 30,0 – 34,9 35,0 – 39,9

≥ 40,0

Sumber : Departemen Kesehatan (2003)

Seseorang dengan IMT sama dengan atau lebih dari 25 dianggap kelebihan

berat badan. Seseorang dengan IMT 30 atau lebih umumnya dianggap obesitas. Saat

ini IMT merupakan indikator yang paling bermanfaat untuk menentukan berat badan

lebih atau obes. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh

seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan


(29)

IMT berlebih menandakan cukup banyak lemak yang tersimpan dalam tubuh

serta dapat dipastikan juga akan ada lemak yang tersimpan di dalam darah. Beberapa

penelitian telah membuktikan bahwa pria dan wanita dari berbagai kelompok umur

mengalami kenaikan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL dengan meningkatnya

IMT (Ecol, 2008). Dalam penelitian Fitnella (2009) didapatkan bahwa rata-rata

responden memiliki IMT lebih dari normal memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi

daripada yang memiliki IMT normal. Kolesterol yang berlebih atau yang biasa disebut

hiperkolesterolemia umumnya diderita oleh orang gemuk atau orang yang sudah lanjut

usia tetapi tidak menutup kemungkinan juga gangguan metabolisme ini dapat

menyerang orang kurus bahkan di usia muda. Penelitian Wood et al tahun 1991

membuktikan bahwa penurunan 5 kg lemak tubuh mempengaruhi perubahan kadar

HDL-kolesterol, LDL-kolesterol dan trigliserida (Kokkinos, 2010).

2.5 Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP)

RLPP adalah nilai antropometri yang digunakan untuk mengukur distribusi

lemak di daerah abdominal. RLPP dikalkulasikan dengan membagi ukuran lingkar

pinggang dengan ukuran lingkar pinggul. LP dan RLPP merupakan ukuran

atropometrik dengan indikator distribusi lemak (Gibney, 2008).

Tabel berikut merupakan ukuran normal Rasio Lingkar Pinggang Panggul pada

laki-laki dan wanita menurut WHO :

Tabel 2.4 Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul Normal Berdasarkan Jenis


(30)

Rasio Lingkar pinggang dan pinggul merupakan parameter yang dapat

memprediksi distribusi lemak tubuh didalam rongga perut yang digunakan untuk

mengidentifikasi individu dengan risiko terkena penyakit metabolik dan penyakit

degeneratif seperti hiperkolesterolemia (Antika, 2014). Banyaknya timbunan lemak

dibagian perut menentukan peningkatan asam lemak bebas sehingga menyebabkan

tingginya kadar kolesterol darah (Ayuandira, 2012).

Menurut George L. Blackburn dalam penelitian Christina (2012) mengatakan

untuk mengetahui abdominal obesity dapat dideteksi dari penghitungan rasio lingkar

pinggang pinggul > 90 pada laki-laki dan > 0,85 pada perempuan, dan jika lebih dari

itu mengindikasikan resiko terganggunya kesehatan seseorang.

Peningkatan lemak dalam perut akan menyebabkan kelainan metabolisme

lipid. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,

kenaikan LDL, kenaikan kadar trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL.

Lemak dalam rongga perut merupakan salah satu pemicu terjadinya

hiperkolesterolemia yang dapat diketahui dari hasil pengukuran lingkar pinggang dan

pinggul (Riska, 2008).

Banyaknya penelitian telah menunjukan bahwa ada hubungan antara rasio

perbandingan lingkar pinggang dan pinggul dalam kaitannya dengan tingginya lemak

di daerah perut. Menurut Tenta Septina (2010) yang melakukan penelitian studi

validasi terhadap rasio lingkar pinggang pinggul, mengatakan bahwa rasio lingkar

pinggang pinggul dapat digunakan untuk mendeteksi hiperkolesterolemia. Selain itu

melihat tingginya angka kolesterol, rasio lingkar piggang pinggul dapat digunakan

untuk mendeteksi kegemukan, karena semakin besar rasio baik pinggang atapun


(31)

itu rasio lingkar pinggang pinggul dapat dideteksi untuk melihat kegemukan pada diri

seseorang.

2.6 Usia

Kadar lipoprotein terutama kolesterol LDL meningkat seiring dengan

bertambahnya usia. Penelitian dari Cooper Clinic, USA terhadap pengaruh usia

dengan profil lemak darah membuktikan bahwa kenaikan total kolesterol pada

laki-laki seiring dengan bertambahnya usia. Menurut Tisnadjaja (2010) bahwa pada usia

rentang remaja sampai usia 50 tahun laki-laki 2-3 kali lebih besar dibandingkan

perempuan untuk mengalami masalah ateroklerosis yang nantinya akan

mempengaruhi kadar kolesterol total. Penelitian yang dilakukan Denino dalam Rini

(2014) mengemukakan bahwa perubahan kadar kolesterol LDL secara bermakna di

pengaruhi oleh usia, dimana pertambahan usia dapat meningkatkan kadar kolesterol

LDL.

Tabel 2.5 Hubungan Antara Profil Lemak dan Usia

Umur Total

Kolesterol

HDL LDL % Lemak Tubuh

Laki - laki < 30

30-39 40-49 50-59 60+ 179 191 205 208 208 43 42 43 43 44 136 149 162 165 164 18,1 22,0 23,5 23,8 23,0

Perempuan < 30

30-39 179 186 53 57 126 129 26 26


(32)

Sumber: dikutip dari Cooper, The Aerobic Program for Total Well Being dalam

Ayuandira (2012).

2.7 Jenis Kelamin

Peningkatan kadar kolesterol terbanyak menyerang laki-laki, dan menurut data

statistik yang di dapat di Amerika gejala PJK sebelum berusia 60 tahun di dapatkan

hasil bahwa prevalensinya 1 dari 5 laki-laki terkena PJK (Smith, 2007). Salah satu

faktor yang menyebabkan peningkatan kadar kolesterol yaitu merokok, sehingga

menurut asumsi peneliti bahwa laki-laki lebih beresiko mempunyai kadar kolesterol

yang tinggi dikarenakan salah satu faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol yaitu

kebiasaan merokok.

Pada perempuan Irvan (2007) dalam Rini (2014) mengatakan bahwa

kekurangan estrogen pada wanita menopause akan menurunkan kadar kolesterol HDL,

oleh karena itu pada wanita yang sudah menopause cenderung memiliki kadar

kolesterol yang setara dengan laki-laki bahkan bisa melebihi kadar kolesterol laki-laki.

2.8 Aktivitas Fisik

Menurut laporan Dr. William Haskell dari Universitas Loma Linda, California

menunjukkan perbedaan yang nyata bahwa atlet memiliki LDL yang rendah daripada

non atlet. Menurut Daniel J Green (2004) dalam Madupa (2006), latihan fisik dapat

meingkatkan fungsi endotel pada hiperkolesterolemia. Hal ini disebabkan karena

latihan fisk yang teratur dan terukur meningkatkan nitrit oksid, menurunkan radikal

bebas oksigen dan meningkatkan antioksigen.

Aerobik dapat meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan kolesterol LDL.


(33)

Inggris yang berusia 39-62 tahun, membuktikan bahwa individu yang meningkatkan

aktivitas fisiknya 3,4 - 3,7 jam per minggu dapat menurunkan kadar LDL-kolesterol

dari 4,38 menjadi 3,52 mmol//L. Penelitian Schubert et al (2006) juga mendukung teori

bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan LDL-kolesterol dan total kolesterol, serta

meningkatkan HDL-kolesterol, individu yang melakukan latihan dan olahraga > 12

minggu terjadi peningkatan HDL-kolesterol sebanyak 4,6%, penurunan trigliserida

dan LDL-kolesterol sebanyak 3,7% dan 5,0%.

Olahraga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah bila berlangsung

lebih dari 30 menit atau sekitar 1 jam dengan intensitas cukup. Mekanismenya adalah

lemak ditimbun dalam sel lemak sebagai trigliserida, olahraga dapat mencegah

timbunan trigliserida dan melepaskan asam lemak dan gliserol ke dalam aliran darah.

Asam lemak bebas ini bermanfaat sebagai sumber bahan bakar bagi otot-otot, jika

latihan dikerjakan dalam waktu yang cukup lama. Setelah 40 menit latihan, asam

lemak bebas mensuplai 40% dari bahan bakar yang diperlukan. Orang yang sudah

terlatih tubuhnya dapat mengambil 50-85% energi yang diperlukan untuk olahraga

dari lemak. Pedoman aktivitas fisik yang dianjurkan oleh American College of Sport

Medicine/ ASCM (1995) dalam Ayuandira (2012) yaitu frekuensi latihan 3 – 5 kali

seminggu, intensitas latihan atara 60% - 85% denyut nadi maksimal (DNM). DNM =

220 – umur, durasi latihan berlangsung antara 20 – 30 menit latihan daya tahan atau

aerobik tanpa henti.


(34)

anak kembar yang diberikan perlakuan yang berbeda untuk membuktikan pengaruh

diet terhadap kolesterol darah, dimana satu anak dilakukan pengontrolan diet,

sementara yang satunya tidak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kadar

kolesterol anak kembar tersebut cenderung sama (Soeharto, 2006).

Pada orang normal, jumlah LDL reseptor di liver dan kemampuan

penangkapan/pemindahan LDL dari darah berada dalam tingkat normal. Pada pasien

FH heterozigot tidak ada sama sekali, sehingga kadar LDL kolesterol di dalam darah

meningkat drastis. Orang yang mengonsumsi makanan tinggi lemak, kolesterol yang

berasal dari makanan masuk ke dalam liver sehingga produksi LDL reseptor

berkurang. Akibatnya pemindahan LDL dari darah menurun dan kadar LDL dalam

darah meningkat (Ayuandira, 2012).

2.10 Merokok

Merokok secara berlebihan merupakan fakto resiko penyakit kardiovaskular

karena berhubungan dengan kolesterol. Penelitian Framingham Heart Study terhadap

2000 pria dan 2000 wanita yang berusia 20-49 tahun, menemukan bahwa jumlah

batang rokok yang diisap per hari dapat menurunkan HDL pada pria sebesar 4,5 mg/dL

dan 6,5 mg/dL pada wanita. Selain itu, penelitian Lipid Research Program Prevalence

Study membuktikan bahwa seseorang yang merokok 20 batang atau lebih per hari,

kadar HDL-nya akan menurun 11% pada pria dan 14% pada wanita dibandingkan

dengan populasi yang tidak merokok (Soeharto, 2010).

Klasifikasi perokok berdasarkan jumlah batang rokok yang dihisap (Sitepoe,

2007), yaitu:

a. Perokok ringan, yaitu seseorang yang merokok 1-10 batang rokok/hari


(35)

c. Perokok berat, jika merokok lebih dari 20 batang rokok/hari

Perokok lebih rentan menderita atherosclerosis pembuluh darah besar bila

dibandingkan dengan bukan perokok. Terdapat interaksi antara merokok

dengan peningkatan serum lipid (Sudoyo, 2007). Asap dari rokok yang

mengandung karbonmonoksida, hidrogen sianida dan nitrogen oksida dapat

menimbulkan flek ateroklesrotik melalui penimbunan kolesterol LDL yng

meningkat dan terbentuknya sel-sel penampung lemak. Nikotin yang terdapat

dalam asap rokok menstimulus aktivitas sistem saraf simpatis sehingga

menyebabkan kadar asam lemak bebas menjadi lebih tinggi sehingga

meningkatkan sekresi LDL oleh hati dan sekresi kolesterol ke dalam sirkulasi


(1)

Rasio Lingkar pinggang dan pinggul merupakan parameter yang dapat memprediksi distribusi lemak tubuh didalam rongga perut yang digunakan untuk mengidentifikasi individu dengan risiko terkena penyakit metabolik dan penyakit degeneratif seperti hiperkolesterolemia (Antika, 2014). Banyaknya timbunan lemak dibagian perut menentukan peningkatan asam lemak bebas sehingga menyebabkan tingginya kadar kolesterol darah (Ayuandira, 2012).

Menurut George L. Blackburn dalam penelitian Christina (2012) mengatakan untuk mengetahui abdominal obesity dapat dideteksi dari penghitungan rasio lingkar pinggang pinggul > 90 pada laki-laki dan > 0,85 pada perempuan, dan jika lebih dari itu mengindikasikan resiko terganggunya kesehatan seseorang.

Peningkatan lemak dalam perut akan menyebabkan kelainan metabolisme lipid. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan LDL, kenaikan kadar trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL. Lemak dalam rongga perut merupakan salah satu pemicu terjadinya hiperkolesterolemia yang dapat diketahui dari hasil pengukuran lingkar pinggang dan pinggul (Riska, 2008).

Banyaknya penelitian telah menunjukan bahwa ada hubungan antara rasio perbandingan lingkar pinggang dan pinggul dalam kaitannya dengan tingginya lemak di daerah perut. Menurut Tenta Septina (2010) yang melakukan penelitian studi validasi terhadap rasio lingkar pinggang pinggul, mengatakan bahwa rasio lingkar pinggang pinggul dapat digunakan untuk mendeteksi hiperkolesterolemia. Selain itu melihat tingginya angka kolesterol, rasio lingkar piggang pinggul dapat digunakan untuk mendeteksi kegemukan, karena semakin besar rasio baik pinggang atapun pinggul akan memperlihatkan kegemukan di bagian pinggang ataupun pinggul. Untuk


(2)

itu rasio lingkar pinggang pinggul dapat dideteksi untuk melihat kegemukan pada diri seseorang.

2.6 Usia

Kadar lipoprotein terutama kolesterol LDL meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penelitian dari Cooper Clinic, USA terhadap pengaruh usia dengan profil lemak darah membuktikan bahwa kenaikan total kolesterol pada laki-laki seiring dengan bertambahnya usia. Menurut Tisnadjaja (2010) bahwa pada usia rentang remaja sampai usia 50 tahun laki-laki 2-3 kali lebih besar dibandingkan perempuan untuk mengalami masalah ateroklerosis yang nantinya akan mempengaruhi kadar kolesterol total. Penelitian yang dilakukan Denino dalam Rini (2014) mengemukakan bahwa perubahan kadar kolesterol LDL secara bermakna di pengaruhi oleh usia, dimana pertambahan usia dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL.

Tabel 2.5 Hubungan Antara Profil Lemak dan Usia Umur Total

Kolesterol

HDL LDL % Lemak Tubuh

Laki - laki < 30 30-39 40-49 50-59 60+ 179 191 205 208 208 43 42 43 43 44 136 149 162 165 164 18,1 22,0 23,5 23,8 23,0 Perempuan < 30

30-39 40-49 50-59 60+ 179 186 194 219 221 53 57 58 60 62 126 129 136 159 159 26 26 27 30 29


(3)

Sumber: dikutip dari Cooper, The Aerobic Program for Total Well Being dalam Ayuandira (2012).

2.7 Jenis Kelamin

Peningkatan kadar kolesterol terbanyak menyerang laki-laki, dan menurut data statistik yang di dapat di Amerika gejala PJK sebelum berusia 60 tahun di dapatkan hasil bahwa prevalensinya 1 dari 5 laki-laki terkena PJK (Smith, 2007). Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan kadar kolesterol yaitu merokok, sehingga menurut asumsi peneliti bahwa laki-laki lebih beresiko mempunyai kadar kolesterol yang tinggi dikarenakan salah satu faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol yaitu kebiasaan merokok.

Pada perempuan Irvan (2007) dalam Rini (2014) mengatakan bahwa kekurangan estrogen pada wanita menopause akan menurunkan kadar kolesterol HDL, oleh karena itu pada wanita yang sudah menopause cenderung memiliki kadar kolesterol yang setara dengan laki-laki bahkan bisa melebihi kadar kolesterol laki-laki.

2.8 Aktivitas Fisik

Menurut laporan Dr. William Haskell dari Universitas Loma Linda, California menunjukkan perbedaan yang nyata bahwa atlet memiliki LDL yang rendah daripada non atlet. Menurut Daniel J Green (2004) dalam Madupa (2006), latihan fisik dapat meingkatkan fungsi endotel pada hiperkolesterolemia. Hal ini disebabkan karena latihan fisk yang teratur dan terukur meningkatkan nitrit oksid, menurunkan radikal bebas oksigen dan meningkatkan antioksigen.

Aerobik dapat meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan kolesterol LDL. Penelitian yang dilakukan oleh Bouillon et al (2011) terhadap 4469 pegawai negeri di


(4)

Inggris yang berusia 39-62 tahun, membuktikan bahwa individu yang meningkatkan aktivitas fisiknya 3,4 - 3,7 jam per minggu dapat menurunkan kadar LDL-kolesterol dari 4,38 menjadi 3,52 mmol//L. Penelitian Schubert et al (2006) juga mendukung teori bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan LDL-kolesterol dan total kolesterol, serta meningkatkan HDL-kolesterol, individu yang melakukan latihan dan olahraga > 12 minggu terjadi peningkatan HDL-kolesterol sebanyak 4,6%, penurunan trigliserida dan LDL-kolesterol sebanyak 3,7% dan 5,0%.

Olahraga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah bila berlangsung lebih dari 30 menit atau sekitar 1 jam dengan intensitas cukup. Mekanismenya adalah lemak ditimbun dalam sel lemak sebagai trigliserida, olahraga dapat mencegah timbunan trigliserida dan melepaskan asam lemak dan gliserol ke dalam aliran darah. Asam lemak bebas ini bermanfaat sebagai sumber bahan bakar bagi otot-otot, jika latihan dikerjakan dalam waktu yang cukup lama. Setelah 40 menit latihan, asam lemak bebas mensuplai 40% dari bahan bakar yang diperlukan. Orang yang sudah terlatih tubuhnya dapat mengambil 50-85% energi yang diperlukan untuk olahraga dari lemak. Pedoman aktivitas fisik yang dianjurkan oleh American College of Sport Medicine/ ASCM (1995) dalam Ayuandira (2012) yaitu frekuensi latihan 3 – 5 kali seminggu, intensitas latihan atara 60% - 85% denyut nadi maksimal (DNM). DNM = 220 – umur, durasi latihan berlangsung antara 20 – 30 menit latihan daya tahan atau aerobik tanpa henti.

2.9 Genetik

Hasil studi penelitian kesehatan menunjukkan bahwa keturunan berhubungan dengan berbagai penyakit. Hiperkolesterolemia cenderung terjadi dalam keluarga atau yang disebut familial hypercholesterolemia (FH). Penelitian yang dilakukan terhadap


(5)

anak kembar yang diberikan perlakuan yang berbeda untuk membuktikan pengaruh diet terhadap kolesterol darah, dimana satu anak dilakukan pengontrolan diet, sementara yang satunya tidak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kadar kolesterol anak kembar tersebut cenderung sama (Soeharto, 2006).

Pada orang normal, jumlah LDL reseptor di liver dan kemampuan penangkapan/pemindahan LDL dari darah berada dalam tingkat normal. Pada pasien FH heterozigot tidak ada sama sekali, sehingga kadar LDL kolesterol di dalam darah meningkat drastis. Orang yang mengonsumsi makanan tinggi lemak, kolesterol yang berasal dari makanan masuk ke dalam liver sehingga produksi LDL reseptor berkurang. Akibatnya pemindahan LDL dari darah menurun dan kadar LDL dalam darah meningkat (Ayuandira, 2012).

2.10 Merokok

Merokok secara berlebihan merupakan fakto resiko penyakit kardiovaskular karena berhubungan dengan kolesterol. Penelitian Framingham Heart Study terhadap 2000 pria dan 2000 wanita yang berusia 20-49 tahun, menemukan bahwa jumlah batang rokok yang diisap per hari dapat menurunkan HDL pada pria sebesar 4,5 mg/dL dan 6,5 mg/dL pada wanita. Selain itu, penelitian Lipid Research Program Prevalence Study membuktikan bahwa seseorang yang merokok 20 batang atau lebih per hari, kadar HDL-nya akan menurun 11% pada pria dan 14% pada wanita dibandingkan dengan populasi yang tidak merokok (Soeharto, 2010).

Klasifikasi perokok berdasarkan jumlah batang rokok yang dihisap (Sitepoe, 2007), yaitu:

a. Perokok ringan, yaitu seseorang yang merokok 1-10 batang rokok/hari b. Perokok sedang, yaitu seseorang yang merokok 11-20 batang rokok/hari


(6)

c. Perokok berat, jika merokok lebih dari 20 batang rokok/hari

Perokok lebih rentan menderita atherosclerosis pembuluh darah besar bila dibandingkan dengan bukan perokok. Terdapat interaksi antara merokok dengan peningkatan serum lipid (Sudoyo, 2007). Asap dari rokok yang mengandung karbonmonoksida, hidrogen sianida dan nitrogen oksida dapat menimbulkan flek ateroklesrotik melalui penimbunan kolesterol LDL yng meningkat dan terbentuknya sel-sel penampung lemak. Nikotin yang terdapat dalam asap rokok menstimulus aktivitas sistem saraf simpatis sehingga menyebabkan kadar asam lemak bebas menjadi lebih tinggi sehingga meningkatkan sekresi LDL oleh hati dan sekresi kolesterol ke dalam sirkulasi darah.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA ANGGOTA POLISI POLRES REMBANG Hubungan Asupan Serat dan Lemak Total dengan Kadar Kolesterol Total pada Anggota Polisi Polres Rembang.

0 3 17

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DAN INDEKS MASSA TUBUH HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP KADAR HDL DAN LDL PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD Dr. MOEWARDI SURAKA

0 2 15

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA WANITA USIA SUBUR Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) Dan Rasio Lingkar Pinggang Pinggul Dengan Profil Lipid Pada Wanita Usia Subur (WUS) Di Kecamatan Cangkringan

0 1 17

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA GURU DAN KARYAWAN Hubungan Rasio Lingkar Pinggang Panggul Dengan Kadar Kolesterol Total Pada Guru Dan Karyawan SMA Muhammadiyah 1 Dan 2 Surakarta.

0 0 16

HUBUNGAN KADAR LEPTIN SERUM, INDEKS MASSA TUBUH, PERSENTASE LEMAK TUBUH DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL DENGAN USIA MENARS.

0 3 7

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL (RLPP) DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) DAN ASUPAN LEMAK PADA CIVITAS AKADEMIKA UNY.

0 0 1

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, LEMAK DAN SERAT DENGAN RASIO KADAR KOLESTEROL TOTAL-HDL

0 0 10

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

1 2 61

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 73

HUBUNGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DENGAN LINGKAR PERUT, IMT DAN RASIO LINGKAR PINGGANG - PINGGUL (Studi kasus di puskesmas Jagir Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 105