MUHAMMAD NURUDIN H3409016

(1)

commit to user

i

TUGAS AKHIR

MANAJEMEN REPRODUKSI KAMBING PERANAKAN ETAWA DI PETERNAKAN BUMIKU HIJAU

YOGYAKARTA

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya

Agribisnis Peternakan di Fakultas pertanian Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh : MUHAMMAD NURUDIN

H3409016

PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

TUGAS AKHIR

MANAJEMEN REPRODUKSI KAMBING PERANAKAN ETAWA DI PETERNAKAN BUMIKU HIJAU

YOGYAKARTA

Yang disiapkan dan disusun oleh : Muhammad Nurudin

H3409016

Telah dipertahankan di depan dosen penguji pada tanggal :

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Menyetujui,

Penguji I

Ir. YBP. Subagyo, MS.. NIP.194803141979031001

Penguji II

Ir, Sudiyono, MS. NIP.195909051987031001

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP. 195602251986011001


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-NYA penulis mampu menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan lancar dan sesuai perencanaan. Laporan Tugas Akhir dengan judul Manajemen Reproduksi Kambing Etawa di Peternakan Bumiku Hijau dibuat untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya jurusan Agribisnis Minat Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta pada tahun 2012. Dalam proses pembuatan Laporan Tugas Akhir ini, penulis sangat beruntung karena mendapat bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Atas bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Program Studi D III Fakultas Pertanian dan Ketua Program Studi Agribisnis Minat Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Ir. Subagyo, MS selaku Dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing penulis.

4. Bapak Bondan Danu Kusuma, SE selaku pemilik sekaligus manajer peternakan Bumiku Hijau yang telah berbaik hati memberikan kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu.

5. Kedua orang tua penulis yang selalu sayang dengan selalu memberi do’a dan sebagai sumber semangat bagi penulis.

6. Temen-teman dan semua pihak yang sangat peduli kepada penulis dengan memberi informasi-informasi yang penulis butuhkan.

Meskipun banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir namun penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekuranganya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar Laporan Tugas Akhir ini dapat lebih bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi semua pihak. Aaamin.


(4)

commit to user

iv

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR. ... vi

DAFTAR TABEL. ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Kambing Peranakan Etawa (PE) ... 4

B. Reproduksi. ... 4

1. Bibit Kambing Peranakan Etawa. ... 5

2. Pubertas. ... 6

3. Birahi. ... 6

4. Perkawinan. ... 7

C. Perkandangan ... 7

D. Bahan Pakan ., ... 7

E. Penanganan Kesehatan. ... 8

III.TATALAKSANA PELAKSANAAN ... 10

A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan ... 10

B. Aspek yang Dikaji. ... 10

C. Metode Pelaksanaan ... 10

D. Sumber Data ... 11

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

A. Kondisi Umum ... 12


(5)

commit to user

v

2. Lokasi Perusahaan. ... 12

3. Pengelolaan Usaha Peternakan ... 13

B. Uraian Kegiatan ... 15

1. Populasi Kambing. ... 15

2. Kandang ... 16

3. Pengadaan Bakalan. ... 18

4. Pakan dan Air minum... 19

5. Penanganan Kesehatan. ... 20

C. Pembahasan ... 22

1. Manajemen reproduksi. ... 22

a. Pubertas. ... 23

b. Siklus Birahi. ... 24

c. Perkawinan ... 25

d Kebuntingan... 26

e. Kelahiran. ... 27

f. Kidding Interval. ... 30

V. PENUTUP ... 31

A. Kesimpulan ... 31

B. Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA


(6)

commit to user

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi Peternakan Bumiku Hijau Yogyakart. ... . 14 Gambar 2. Denah Perkandangan di Condongcatur, Yogyakarta. ... . 17


(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Populasi Kambing di Kandang Condongcatur. ... 15 Tabel 2. Jumlah Pemberian Pakan Berdasarkan Kondisi Pertumbuhan. ... 20


(8)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahasiswa sebagai seorang akademisi dituntut untuk menguasai ilmu yang telah dipelajari. Sebagian besar ilmu yang diperolah mahasiswa diperolah dari bangku perkuliahan, dimana sistem pembelajaran di bangku kuliah adalah belajar secara mandiri. Ilmu yang didapat di bangku kuliah adalah ilmu yang berkaitan dengan teori-teori sehingga terkadang berbeda dengan apa yang terjadi di kehidupan bermasyarakat.

Proses reproduksi merupakan suatu gerbang untuk menuju ke arah suatu produksi maupun pelestarian suatu ternak. Keberhasilan dibidang reproduksi akan meningkatkan pendapatan peternak, mempertahankan jenis ternak, menjaga ketersediaan makanan bergizi asal ternak, serta menyediakan bahan industri/kerajinan.

Peningkatan populasi ternak kambing Peranakan Etawa ruminansia di Indonesia masih sulit dicapai, meskipun sudah banyak jalan yang ditempuh, apalagi peningkatan kualitas ternak dan kualitas produk ternak tersebut. peningkatan kualitas dan kuantitas produk ternak kambing akan mudah dilakukan kalau ternak tersebut populasinya banyak, sehingga mudah dilakukan seleksi atau perlakuan-perlakuan untuk mencari cara yang tepat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk kambing Peranakan Etawa tersebut. dalam meningkatkan populasi kambing Peranakan etawa dapat ditempuh dengan jalan mempelajari manajemen reproduksi yang baik dan tepat. Berdasarkan hal tersebut pemilihan kegiatan magang di peternakan kambing Peranakan Etawa Bumiku Hijau Yogyakarta merupakan salah satu upaya mempelajari ilmu manajemen reproduksi atau perkawinan kambing Peranakan Etawa.

Perkawinan dalam suatu pengelolaan peternakan komersial keberhasilan dalam usaha peternakan. Keberhasilan perkawinan sangat ditentukan oleh pemilihan bibit yang unggul baik pejantan maupun betina, manajemen pengelolaan, kontrol organ reproduksi, dan proses perkawinan


(9)

commit to user

ternak kambing Peranakan Etawa tersebut. faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang mempengaruhi keberhasilan dalam peningkatan populasi kambing Peranakan Etawa.

B. Tujuan

1 Tujuan Umum

a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara teori dengan penerapannya di dunia kerja (lapangan) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat merupakan bekal bagi mahasiswa setelah terjun di masyarakat.

b. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang agribisnis. c. Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang berbagai kegiatan

agribisnis.

d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan Instansi pemerintah, perusahaan swasta dan masyarakat, dalam rangka meningkatkan kualitas Tri Darma Perguruan Tinggi.

2 Tujuan Khusus

a. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam bidang peternakan khususnya pada Kambing Perah yang dilakukan di Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta.

b. Melihat dan memahami secara langsung upaya dan pengembangan agribisnis, khususnya agribisnis ternak Kambing Perah.

c. Untuk belajar bekerja secara langsung dalam pengelolaan usaha peternakan kambing PE yang ditekankan pada tatalaksana pemeliharaan, tata cara pemberian pakan, pemberian vaksin atau pemberian obat pada ternak yang terkena penyakit dan tata cara pembibitan di peternakan kambing Peranakan Ettawa Bumiku Hijau, Yogyakarta.


(10)

commit to user C. Manfaat Magang

1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu teori dalam perkuliahan kedalam dunia kerja.

2. Mahasiswa mampu berkomunikasi dan mengintegrasikan diri dalam lingkungan perusahaan.

3. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan dan kendala di peternakan Kambing Peranakan Etawa Bumiku Hijau Yoyakarta.


(11)

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kambing Peranakan Etawa

Peranakan Etawa merupakan hasil persilangan antara kambing Etawa (dari India) dengan kambing Kacang, yang penampilannya mirip kambing Etawa tetapi lebih kecil. Sebagai kambing peliharaan, kambing Peranakan Etawa memiliki dua kegunaan, yaitu sebagai penghasil susu (perah) dan pedaging (Sarwono, 2011). Williamson dan Payne, (1993) menyatakan bahwa, kambing Peranakan Etawa adalah hewan dwi guna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai penghasil daging. Ciri-ciri kambing Peranakan Etawa adalah warna bulu belang hitam putih atau merah dan cokelat putih., hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang.

Karakteristik Kambing PE ialah bertubuh besar dengan bobot badan kambing jantan mencapai 90 kg dan betina 60 kg, bentuk hidung benguk, kuping, kaki dan bulu yang panjang, serta ambing besar dan produksi susu tinggi (Heryadi, 2004). Keberadaan kambing Peranakan Etawa sudah beradaptasi dengan kondisi Indonesia. Kambing Peranakan Etawa merupakan kambing perah harapan daerah tropis Indonesia. Kambing lokal ini sangat potensial sebagai penghasil susu yang sangat tinggi. Dengan tata cara pemeliharaan yang baik, kambing Peranakan Etawa mampu beranak tiga kali dalam dua tahun. Jumlah anak bervariasi, yaitu 1-3 ekor. Produksi susunya sangat beragam, yaitu antara 1,5-3,7 liter/hari dengan masa laktasi 7-10 bulan (Sarwono, 2002). Cempe adalah anak domba atau kambing dari ;ahir sampai pada umur enam bulan. Pemeliharaan cempe dimulai sejak masih dalam kandungan, yakni dimulai dari induk bunting (Murtidjo, 1993).

B. Reproduksi

Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi suatu hewan berhenti, hewan tersebut masih


(12)

commit to user

dapat bertahan hidup. Sebagai contoh hewan yang diambilorgan reproduksinya (testes atau ovarium) hewan tersebut tidak mati (Widayati et al, 2008).

1. Bibit kambing Peranakan Etawa

Pemeliharaan kambing Peranakan Etawa bagi sebagian masyarakat terutama sebagai usaha sampingan untuk penghasilan dan tabungan. Tujuan yang ingin dicapai dalam betrnak kambing Peranakan Etawa yaitu memperoleh anak dan susu yang baik kualitasnya, maka harus dipilih bibit yang baik. Persyaratan bibit secara umum yang harus dipenuhi menurut Heryadi, (2004) yaitu pertama, sehat dan tidak cacat. Tanda-tandanya antara lain : mata berbinar dan mengkilat. Cacat fisik yang mudah diketahui antara lain : tanduk retak dan patah, lumpuh kaki, mata sayu dan terkadang terdapat kelainan tulang punggung. Ke dua, alat reproduksi kambing Peranakan Etawa normal. Ciri-ciri umum alat alat reproduksi kambing Peranakan Etawa yang normal dapat dilihat dari jumlah dan letak ambingnya. Ambing yang normal berjumlah 2 buah dan setiap ambing memilki satu buah puting susu. Ke tiga, alat kelamin jantan tidak cacat. Alat kelamin kambing Peranakan Etawa yang cacat antara lain : ukuran testis tidak sama dan tidak simetris. Ke empat, berat dan tinggi badan. Berat badan kambing Peranakan Etawa betina antara 15-25 kg, dengan tinggi badan antara 55-60 cm. Berat badan kambing Peranakan Etawa jantan antara 20-35 kg dengan tinggi badan antara 65-70 cm. Ke lima, umur bibit kambing Peranakan Etawa antara 8-12 bulan untuk betina dan 12-18 bulan untuk pejantan.

Murtidjo, (1993) menyatakan bahwa ciri – ciri kambing Peranakan Etawa postur tubuh tinggi, untuk ternak jantan dewasa gumba/pundak 90 – 110 cm dan betina 70 – 90 cm. Kaki panjang dan bagian paha ditumbuhi bulu/rambut panjang. Profil (bagian atas hidung) tampak cembung, telinga panjang (25 – 40 cm) terkulai ke bawah. Warna bulu umumnya putih dengan belang hitam atau coklat. Tetapi ada juga yang polos putih, hitam atau coklat.


(13)

commit to user 2. Pubertas

Bertambahnya umur, secara fisiologis akan terjadi perubahan hormonal dengan mulai berfungsinya organ reproduksi (ovarium dan

testis). Hal ini diekspresikan dengan munculnya sifat ketertarikan pada

dan/atau menerima secara seksual kehadiran lawan jenisnya (pubertas). Kemunculan berahi pertama ini dipakai sebagai tanda tercapainya pubertas (Sutama et al. 1994 ).

Kambing jantan tidak memiliki siklus birahi, sehingga kedewasaanya sulit ditentukan. Sebagai penentu kambing jantan sudah dewasa kelamin adalah jika kambing jantan mulai suka menaiki kambing lainya. Jika patokan dewasa kelamin didasarkan dengan umur, pada umur 8 bulan kambing sudah bisa digunakan sebagai pejantan

(Shodiq dan Abidin, 2008).

3. Birahi

Siklus birahi adalah sebuah siklus dalam kehidupan kambing betina yang sudah dewasa dan setiap siklus akan diakhiri dengan proses ovulasi (keluarnya sel-sel telur untuk dibuahi). Perkawinan dapat menghasilkan kebuntingan bila dilakukan pada saat kambing betina dalam keadaan birahi. Kambing betina birahi pertama pada saat umur 6 – 8 bulan tetapi belum dapat dikawinkan menunggu dewasa tubuh pada umur 10 – 12. Sedangkan kambing jantan sebaiknya dikawinkan setelah umur 12 bulan. Tanda – tanda birahi pada kambing betina antara lain : Gelisah, tidak nafsu makan, ekor dikibas – kibaskan serta terus – menerus mengembik, Alat kelamin bengkak, berwarna merah serta mengeluarkan sedikit lendir bening dan masa birahi berlangsung selama 24 – 45 jam dan akan terulang dengan siklus 18 – 20 hari (Shodiq dan Abidin, 2008).

4. Perkawinan

Perkawinan alami adalah perkawinan yang terjadi karena adanya kontak fisik antara pejantan dengan betina, artinya seluruh proses perkawinan menggunakan pejantan dalam membuahi betina yang sudah


(14)

commit to user

dewasa kelamin dan dewasa tubuh serta sudah birahi (keinginan untuk kawin) (Setiawan dan Tanius, 2008).

C. Perkandangan

Kandang dibangun untuk melindungi kambing dari hewan-hewan pemangsa maupun hewan penganggu, kandang harus dapat mempermudah kambing dalam melakukan aktifitas keseharian kambing seperti makan, minum, tidur, kencing, atau buang kotoran, mempermudah peternak dalam melakukan pengawasan dan menjaga kesehatan ternak, dan kandang dibangun sebagai tindakan preventif agar kambing tidak merusak tanaman dan fasilitas lain yang berada di sekitar lokasi kandang, serta menghindari terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi kesehatan kambing

(Wardana, 2012).

Model kandang menurut Devandra dan Burns (1994) ada dua tipe yang umum dipakai di daerah tropis. Tipe yang pertama adalah kandang pada tanah, kandang tipe ini seringkali menempel pada bangunan lain. Tipe yang ke dua adalah kandang panggung, sehingga bagian bawah kandang berkolong dengan tinggi kurang lebih 1-1,5 m di atas permukaan tanah yang akan memudahkan dalam membersihkan dan mengumpulkan kotoran. Kandang yang baik menghadap ke Timur agar mendapat cukup sinar matahari pagi yang merata dan udara yang segar, terlindung dari hembusan angin langsung, jarak kandang relatif jauh dari sumur dan pemukiman warga, nyaman dan cukup tenang (Mulyono, 2002).

D. Bahan Pakan

Pakan yang diberikan untuk ternak kambing Peranakan Etawa harus dapat memenuhi kebutuhanya untuk hidup dan bereproduksi (Esminger, 2001). Devandra dan Burns, (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan beragam tanaman. Kambing dapat mengkonsumsi jenis pakan yang sama dengan ruminansia lainnya seperti rumput-rumputan , daun kaliandra, daun nangka, daun pisang dan serat kasar lainnya. Seekor kambing Peranakan Etawa membutuhkan 1-1,5 kg daun-daunan setiap bertambah 0,25 kg


(15)

commit to user

konsentrat berkadar protein 16% untuk setiap liter susu yang dihasilkan. Menurut Ludgate (1989) jumlah hijauan diberikan pada ternak setiap harinya adalah 10 % dari bobot hidup ternak. Pemberian pakan tambahan (protein dan energi tinggi) pada ternak kambing betina akan mempercepat pencapaian umur pubertas, birahi, dan ovulasi, serta mempertahankan kebuntingan hingga sampai saatnya terjadinya kelahiran (Tambing et al, 2001).

Secara garis besar pakan ternak dikelompokan menjadi 2 jenis, yaitu hijauan dan konsentrat (Wiliamson dan Payne, 1993). Blake dan Bade (1994) menambahkan bahwa bahan pakan adalah suatu bahan yang dapat dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang mampu menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi (birahi, konsepsi, kebuntingan), serta laktasi (produksi susu). Hartadi et al. (1993) menjelaskan bahwa hijauan (“forage”) adalah bagian aerial dari tanaman terutama rumput dan kacang-kacangan (legume) yang mengandung 18% serat kasar dalam bahan kering yang dipergunakan sebagai bahan ternak, sedangkan konsentrat merupakan suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan yang lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dengan tujuan untuk dicampur sebagai bahan pelengkap.

E. Penanganan Kesehatan

Usaha dalam rangka membebaskan kandang dari bibit-bibit penyakit maupun parasit lainnya dengan mengunakan obat-obatan pengendali seperti disinfectan pada dosis yang dianjurkan. Tindakan ini harus dilakukan secara rutin pada kandang yang akan ditempati oleh ternak. Jika ternak mengalami sakit di kandang, maka harus dipilih jenis disinfectan pada dosis yang lebih tinggi agar penyakit yang sama tidak menyerang pada penyakit yang lain. Sanitasi dapat menjamin ternak lebih sehat, sebab lingkungan yang kotor dapat memancing bibit pentyakit. Sanitasi terhadap kandang harus dilakukan secara menyeluruh, yakni terhadap lingkungan sekitar dan terhadap peralatan yang berhubungan dengan ternak. Lingkungan yang kotor dan tidak terurus merupakan media yang baik bagi berbagai jenis serangga penyebar penyakit.


(16)

commit to user

Kutu dan caplak penghisap darah dapat bersarang dicelah-celah kandang sehingga merupakan sasaran utama dalam melakukan sanitasi. Usahakan kandang selalu di bersihkan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Semakin bersih kandang maka kenyamanan kambing juga akan semakin tinggi. Disisi lain, kalau kandang kambing bersih, maka kandang dan kambing juga akan nyaman untuk dilihat, tidak kotor dan tidak kumuh. Ingat, untuk membikin kambing nyaman pasti kita akan memperoleh hasil nyata. minimal kambing tidak gampang sakit.

Secara umum obat yang digunakan pada pengobatan ternak sakit menggunakan cara intra muscular (disuntik pada otot daging), intra vena (diinfus atau disuntik pada urat nadi), subkutan ( disuntik di bawah kulit pangkal leher), per oral ( melaluii air minum), spray ( disemprot), intra uterina (dimasukan melalui vagina), dan intra mamae ( dimasukan melalui puting) (Setiawan dan Tanius, 2008).


(17)

commit to user

III. TATALAKSANA PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Magang Usaha Peternakan Kambing Peranakan Etawa ini dilaksanakan selama 1 bulan, mulai tanggal 1 Februari 2011 sampai 1 Maret 2011 yang bertempat di Peternakan Bumiku Hijau Jl. Ring Road Utara, Pandean Gandok, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta.

B. Aspek yang Dikaji

1. Pengamatan secara umum mengenai keadaan umum dari perusahaan diantaranya sejarah perusahaan, kondisi perusahaan dan struktur organisasi di Peternakan Kambing Peranakan Etawa Bumiku Hijau Yogyakarta

2. Pengamatan secara khusus mengkaji tentang Manajemen Reproduksi Kambing Peranakan Etawa di Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta.

C. Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan secara mandiri oleh mahasiswa mulai dari mencari lokasi, pendekatan dengan lembaga (Institusi) tempat magang sampai pelaksanaannya. Kegiatan magang dibimbing oleh pembimbing magang baik intern (dosen pembimbing) maupun ekstern (pembimbing lapangan). Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan maka metode yang digunakan dalam pelaksanaan praktek magang di Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan metode yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan serta pencatatan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat. pengamatan ini dilaksanakan secara langsung dilokasi.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden. Responden yang dimaksud dalam kegiatan


(18)

commit to user

magang ini adalah manager farm, supervisor produksi, staf perusahaan dan karyawan kandang.

3. Magang

Kegiatan ini merupakan keikutsertaan mahasiswa dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan sehingga mahasiswa memperoleh pengalaman kerja secara langsung dari kegiatan tersebut.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dengan cara memanfaatkan data pustaka yang tersedia misalnya buku, jurnal dan majalah ilmiah.

D. Sumber data

Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan ada 2 jenis data yaitu :

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dalam pelaksanaan kegiatan magang peternakan. Data primer didapat dari wawancara langsung dengan pimpinan, manager dan karyawan peternakan.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Dalam kegiatan magang peternakan ini yang menjadi data sekunder adalah data yang diambil dari buku, catatan yang diperoleh selama berada di peternakan yang berhubungan dengan kegiatan magang peternakan.


(19)

commit to user

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum

1. Sejarah Peternakan Bumiku Hijau

Usaha Peternakan kambing Peranakan Etawa Bumiku Hijau di Yogyakarta mulai dirintis sejak tahun 1998 oleh Seorang pengusaha supplier bahan bangunan dan tanaman hias yaitu Bondan Danu Kusuma, SE, sekarang diberi amanah sebagai ketua umum ASPEKPIN (Asosiasi Peternak Kambing Perah Indonesia). Usaha peternakan kambing Peranakan Etawa di Bumiku Hijau diawali dengan membangun kandang permanen di belakang gudang penyimpanan bahan bangunan, tepatnya di Jl. Ring Road Utara, Pandean Gandok, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta.

Usaha yang dijalankan di Peternakan Bumiku Hijau antara lain, penjualan bibit unggul baik pejantan maupun indukan Kambing Peranakan Etawa, penjualan hasil produksi susu kambing Peranakan Etawa, melayani jasa perkawinan dan lain-lain. Pertama memulai usaha peternakan ini, kambing Peranakan Etawa dipelihara dengan tujuan pembibitan untuk menghasilkan kambing Peranakan Etawa unggul. Manajemen pemeliharaan dilakukan dengan baik, sehingga menghasilkan bibit kambing Peranakan Etawa yang baik.

Penjualan bakalan atau bibit kambing Peranakan Etawa dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan para pedagang bakalan kambing kaligesing dan para pedagang dan peternak di wilayah Yogyakarta

2. Lokasi Perusahaan

Peternakan Bumiku Hijau terletak pada ketinggian 300 meter dari permukaan air laut dengan curah hujan rata-rata 1.440 mm/tahun. Rata-rata suhu di peternakan Bumiku Hijau adalah 25-32 °C. Menurut Williamson dan Payne (1993), bahwa daerah tropis memiliki suhu yang konstan, suhu musiman rata-rata bervariasi sekitar 270C. Suhu yang ada


(20)

commit to user

di daerah tropis cukup nyaman untuk kambing Peranakan Etawa. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Devendra dan Burns (1994), bahwa populasi kambing di daerah tropis lebih tinggi daripada di daerah lain mencerminkan bahwa ternak ini dapat diterima dengan baik di beberapa tempat di daerah tropis. Kambing Peranakan Etawa telah beradaptasi terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).

Peternakan Bumiku Hijau dibatasi tembok setinggi 2,5 meter di sebelah timur, selatan dan barat sedangkan di sebelah utara berbatasab langsung dengan jalan raya yaitu jalan Ring Road Utara. Berdasarkan administrasi wilayahnya perusahaan ini termasuk ke dalam Dukuh Pandean Gandok, Kelurahan Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta.

3. Pengelolaan Usaha Peternakan

Bumiku Hijau adalah usaha peternakan kambing Peranakan Etawa, tentunya demi kelangsungan usaha tersebut diperlukan beberapa faktor yang sangat berperan salah satunya adalah faktor Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang dimaksud adalah para pekerja yang melakukan kegiatan pemeliharaan kambing Peranakan Etawa . Tenaga kerja atau karyawan di peternakan Bumiku Hijau didapat dari karyawan dari usaha material yang merupakan usaha lain dari pemilik Peternakan Bumiku Hijau, mereka ditempatkan di bagian pemasaran dan penanggung jawab peternakan, sedangkan untuk pemelihara ternak kambing atau anak kandang yang mengelola peternakan adalah peternak tradisional yang berasal dari wilayah Yoyakarta dan wilayah lain seperti Kebumen, adapun gambaran atau struktur organisasi Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta adalah sebagai berikut :


(21)

commit to user

Gambar 1. Struktur Organisasi Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta

Struktur organisasi Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta terdiri 4 bagian yaitu manajer, penyedia logistik, anak kandang dan pemasaran. Empat bagian tersebut saling berkaitan satu sama lain dan merupakan satu kesatuan sehingga memudahkan dalam sistem pengelolaan usaha. Semua kebutuhan terkait produksi sudah dapat tertangani oleh masing-masing bagian, yang kemudian pemeliharaan secara teknis dipercayakan kepada peternak.

Kambing Peranakan Etawa Bumiku Hijau dipelihara di 3 tempat atau perkandangan. Di setiap tempat dipelihara oleh peternak tradisional, mereka adalah Budi adalah peternak di kandang Seyegan, Sleman, Yogyakarta, Nur di Cankringan, Yogyakarta sedangkan Musono dan Surono di Condongcatur, Sleman, Yogyakarta. Pemeliharaan kambing Peranakan Etawa dibimbing dan diawasi langsung oleh pemilik peternakan yaitu Bondan Danu

Pemilik

Bondan Danu Kusuma, SE

Manager Alex

Penyedia Logistik Yudi

Anak Kandang 1. MuSono 2. Surono 3. Budi 4. Nur

Pemasaran Tri Widodo


(22)

commit to user

Kusuma, SE. Manager di Bumiku Hijau bertanggung jawab terhadap segala aktifitas produksi mulai jadwal pemeliharaan serta memimpin jalannya pemeliharaan kambing dan produksinya. Persiapan pemeliharaan sampai pasca panen dilakukan oleh penyedia logistik yang menyiapkan segala kebutuhan peternakan baik vitamin dan obat-obatan, sarana pemasaran susu dan lain-lain.

B. Uraian Kegiatan 1. Populasi Kambing

Kandang di Condongcatur adalah kandang pembibitan. Kambing yang dipelihara hanya untuk pembibitan saja, pada bulan Februari 2012 jenis kambing yang dipelihara adalah kambing Saanen, kambing Peranakan Etawa dan kambing Senduro dengan jumlah sebanyak 25 ekor. Bessarnya populasi dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1. Populasi Kambing di Kandang Condongcatur

No Jenis Kambing Jenis Kelamin Jumlah(ekor) Pejantan Betina

1 Kambing Peranakan Etawa 4 12 16

2 Kambing Saanen 3 3

3 Kambing Senduro 1 1

4 Cempe 5

Jumlah Populasi 25

Sumber : Peternakan Bumiku Hijau Februari Yogyakarta (2012)

Kandang Condongcatur mempunyai 5 pejantan yang terdiri dari 4 ekor kambing Peranakan Etawa dan 1 ekor kambing Senduro. Pejantan yang digunakan sebagai pemacek adalah pejantan kambing Peranakan Etawa. Selain pejantan di kandang ini dipelihara 15 kambing betina yang terdiri dari 12 ekor kambing Peranakan Etawa dan 3 ekor kambing Saanen. Kambing betina yang digunakan sebagai indukan adalah kambing Peranakan Etawa, sedangkan kambing Saanen dipelihara untuk


(23)

commit to user

memproduksi susu. Februari 2012 dikandang pembibitan ini terdapat 5 ekor cempe.

2. Kandang

Tujuan pembangunan kandang adalah untuk menciptakan desain kandang yang sempurna bagi kambing yang akan dipelihara. Prinsipnya adalah konstruksi kandang harus dapat membuat kambing merasa nyaman dan aman. Kondisi ini tentunya akan menjadikan kambing berproduksi secara normal.

Kandang pembibitan di peternakan Bumiku Hijau berdiri diatas lahan 1,2 ha, di belakang bangunan gudang dan di sekeliling kandang di tanam pohon sengon dan tanaman lain sebagai cadangan pakan hijauan kambing. Kandang pembibitan berbentuk panggung sehingga terdapat kolong di bawah kandang tinggi kolong (panjang tiang dari permukaan tanah sampai lantai kandang) setinggi 75 cm dan dasar kandang miring terbuat dari beton. Salah satu sisi kandang dibuat selokan untuk menampung kotoran kambing sementara.

Kandang pembibitan di peternakan Bumiku Hijau terbuat dari papan kayu dengan atap genting, dinding dan lantai kandang dibuat bercelah. Celah pada dinding sebesar 25 cm, hal ini dimaksudkan agar kambing dapat mengambil pakan dan air sedangkan pada lantai berfungsi agar. Celah lantai sebesar 2 cm, hal ini bertujuan agar air kencing dan kotoran dapat langsung jatuh ke tanah (dasar kandang) dan kambing tidak terperosok. Daun pintu dibuat vertikal dan tidak terlalu lebar, daun pintu mempunyai fungsi sebagai tangga.

Jenis kandang yang digunakan di kandang pembibitan ini ada dua yaitu kandang tunggal dan kandang koloni. Kandang tunggal digunakan untuk kambing induk dan pejantan sedangkan kandang koloni digunakan untuk cempe dan induk yang bunting serta untuk menyeleksi kambing.


(24)

commit to user

Kandang tunggal berjumlah 20 buah, setiap kandang berisi satu ekor kambing, kandang tunggal mempunyai 2 ukuran yaitu untuk betina dan pejantan. Ukuran kandang tunggal untuk kambing betina yaitu panjang 150 cm, lebar 125cm dan tinggi 125 cm sedangkan ukuran kandang untuk kambing pejantan yaitu panjang dan lebar 200 cm dengan tinggi 125 cm. Kandang koloni di kandang pembibitan ada dua ukuran, ukuran yang pertama panjang 150 cm, lebar 250 cm dan tinggi 125 cm, kandang ini berjumlah 3 buah dan biasanya digunakan untuk cempe dan kambing bunting. Ke dua berukuran 8 kali lebar kandang tunggal yaitu panjang 150 cm, lebar 1000 cm dan tinggi 125 cm.

Denah perkandangan dapat dilihat dari gambar di bawah ini.

3. Pengadaan Bakalan

1 2

3

4 6

6 5 Ring Road Utara

Gambar 2. Denah Perkandangan di Condongcatur, Yogyakarta.

U

Keterangan Gambar :

1. Pengolahan dan pemasaran Susu kambing(cafe/kedai) 2. Tempat parkir dan

Gudang Bangunan dan pakan

3. Mes anak kandang 4. Kandang Cempe 5. Kandang Indukan 6. Kandang Pejantan 7. Taman dan kebun


(25)

commit to user

Pengadaan bakalan dilaksanakan setelah kandang dan peralatan siap digunakan untuk pemeliharaan. Bibit atau bakalan didatangkan langsung dari Kaligesing dan beberapa dari pasar hewan di daerah Yogyakarta. Pengadaan bakalan tersebut ditujukan untuk menentukan kambing Peranakan Etawa pejantan pemacek dan kambing Peranakan Etawa produksi susu sehingga diterapkan standarisasi kualitas kambing, hal tersebut dimasudkan agar keturunan yang dihasilkan benar-benar memiliki kualitas yang baik dengan produktivitas tinggi.

Peternakan Bumiku Hijau memilih kambing Peranakan Etawa sebagai pejantan pemacek dengan cara seleksi berdasarkan uji tilik ternak atas performa dan informasi mengenai silsilah kambing tersebut. Pejantan pemacek diperoleh dari anakan hasil induk unggul yang mempunyai genetik kuat dengan ciri warna bulu hitam di bagian leher sampai kepala, agresif dan mempunyai catatan menghasilkan anak 2 dalam satu kali kelahiran, sedangkan untuk memilih kambing Peranakan Etawa sebagai produksi susu dilakukan dengan cara melihat penampilanya yang tidak jauh beda dengan pejantan pemacek, selain itu dilihat dari ambing yang besar, normal dan simetris. Pemilhan bibit tersebut sesuai dengan Sarwono (2012) pejantan pemacek bertubuh besar dan kuat, penis panjang, sifat kejantananya terlihat nyata dan berasal dari induk btina yang beranak dua agar dapat menurunkan anak kembar. Kambing betina bentuk ambingya besar, di bawah kulit ambing urat-urat pembuluh darah, puting menggantung pada ambing dan berbentuk simetris serta mempunyai sifat keibuan, jinak, mampu melahirkan anak kembar. Bakalan yang dipilih adalah kambing pejantan unggul dari dan kambing dara yang siap kawin .

Perlakuan pertama untuk kambing diberikan obat cacing pada awal pemeliharaan dan dimandikan serta dilakukan pemotongan kuku pada awal masuk kandang. Kambing dilakukan pembuntingan kembali apabila produksi turun. Kambing akan dijual atau diafkir jika kemampuan reproduksinya turun (5 tahun).


(26)

commit to user 4. Pakan dan Air Minum

Pakan yang diberikan pada kambing di kandang pembibitan adalah hijauan dan konsentrat. Hijauan didapat dari petugas Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mendapat hijauan rambanan dari menebang di pohon yang berada di pinggir jalan sehingga hijauan rambanan yang diberikan ke ternak tidak menentu, pada Februari 2012 hijauan rambanan yang diberikan berupa daun nangka, daun waru dadan daun mangga. Konsentrat yang diberikan pada ternak tidak tentu kadang pollard , kadang ampas tahu, kadang keduanya, tergantung ketersediaan yang ada. Pakan untuk cempe diberikan campuran susu sapi dengan pollard dengan tambahan air, campuran pakan ini diberikan pada cempe yang telah disapih. Air minum yang diberikan pada kambing di kandang pembibitan berasal dari air sumur. Pemberian air minum pada ternak terus menerus dan tidak dibatasi, pemberian dilakukan dengan cara menuang air ke bak palastik dan digantung di dinding bagian luar kandang.

Pemberian pollard dilakukan pada pukul 14.00 WIB dengan jumlah 1 kg/ ekor /hari. Sedangkan pakan hijauan diberikan sekali dalam sehari namun waktu pemberian tidak menentu masih bergantung pada waktu datangnya petugas PLN mengirim hijauan rambanan ke kandang. Jumlah pakan hijauan rambanan yang diberikan tidak ada ukuranya. Hal ini tidak sesuai dangan pernyataan sarwono (2012) bahwa Kebutuhan kambing akan bahan pakan sangat tergantung dari kondisi fisiologis kambing tersebut, secara umum kambing membutuhkan hijauan segar sebanyak 10% dari berat badan atau berat hidupnya. Misal beratnya 30 kg maka kambing tersebut membutuhkan 3 kg hijauan/hr. Perlu diketahui bahwa tidak semua bagian hijauan disukai oleh kambing.beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian hijauana yang dicincang sekitar 5-10 cm akan lebih efisien dikonsumsi oleh kambing, karena bentuknya yang kecil-kecil sehingga dapat dikatakan pemberian pakan di kandang pembibitan di Bumiku Hijau kurang baik. Berikut gambaran jumlah pemberian pakan berdasarkan kondisi pertumbuhan.


(27)

commit to user

Tabel 2. Jumlah Pemberian Pakan Berdasarkan Kondisi Pertumbuhan. Status

Pertumbuhan

Jumlah Pemberian (kg/ekor/hari)

Pollard Ampas Tahu Hijauan

Kambing Laktasi 1 2 adlibitum

Induk Bunting 1 1 adlibitum

Pejantan 1 - adlibitum

Cempe > 8 bulan 0,25 - adlibitum

Cempe 5-8 bulan 0,1 - adlibitum

Sumber : Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta (2012)

Pemberian ampas tahu pada kambing laktasi lebih banyak dari induk bunting karean kambing laktasi membutuhkan protein lebih banyak. Induk bunting memerlukan asupan protein, namun jika protein yang diberikan terlalu banyak maka akan mengakibatkan kegemukan dan apabila itu terjadi maka akan mengalami kesulitan dalam proses beranak. Pejantan diberi pakan konsentrat lebih sedikit karena pakan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan reproduksi, sedangkan cempe telah mendapat asupan protein dari susu sehingga pakan konsentrat hanya sebagai tambahan saja.

5. Penanganan Kesehatan

Biosecurity adalah tindakan perlindungan dari efek yang merugikan dari organisme seperti agen penyakit dan hama yang membahayakan bagi manusia, hewan, tanaman dan lingkungan. Biosecurity didefinisikan sebagai serangkaian usaha untuk mencegah atau mengurangi peluang masuknya suatu penyakit ke suatu sistem budidaya dan mencegah penyebarannya dari suatu tempat ke tempat lain yang masih bebas. Prinsip dasar dalam pengaplikasiannya adalah isolasi dan desinfeksi (Sudomo, 2011).

Cara pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan sanitasi kandang dan lingkungan serta biosecurity. Sanitasi dilakukan terutama pada lantai dan kolong kandang yang biasanya terdapat kotoran yang


(28)

commit to user

bercampur urine karena dapat menjadi tempat sumber penyakit. Biosecurity dilaksanakan dengan cara pembersihan perkandangan setiap hari, memberi desinfektan pada kandang yang berisi ternak yang sakit dan pembersihan ternak dengan cara memandikanya pada saat masuk dan keluar perkandangan serta dua minggu sekali dalam perawatannya.

Pemberian vitamin dan obat-obatan diberikan secara kondisional. Pada awal pemeliharaan diberikan obat cacing untuk mencegah perkembangan cacing dalam tubuh kambing yang berakibat pakan yang dikonsumsi terbuang percuma karena dikonsumsi cacing, akibatnya produksi susu dan bobot badan turun. Vitamin yang sering diberikan adalah vitamin B-kompleks, Program pemakaian obat-obatan diberikan sesuai penyakit yang diderita oleh ternak. Ternak yang mengalami mencret, diobati dengan cara diberi larutan garam dan gula masing-masing 10 gram dengan air ± 2,5 liter, atau diberikan larutan oralit atau tablet karbon aktif (norit) sebanyak 2 tablet. Dapat menggunakan daun jambu biji yang sudah ditumbuk.

Kambing yang terserang kudis diobati dengan menyuntikkan Ivomec ± 2 ml dibawah kulit. Kulit yang terserang digosok dengan beberapa campuran serbuk belerang, kunyit, dan minyak kelapa yang dipanaskan. Pengobatan pada kambing yang cacingan dilakukan dengan beberapa cara antara lain diberi obat cacing jenis Albendazole sebanyak 5 ml secara oral obat cacing verm-O dan yang disuntikan di bawah kulit atau diberi pelet buah pinang (jambe) tua.

Pengobatan untuk kambing yang terserang kembung dengan cara memberikan minyak kelapa atau minyak kacang ± 100 ml, menekan perut yang kembung atau menusuknya antara tulang rusuk dan tulang panggul, mulut ternak diusahakan tetap terbuka dan ternak dalam posisi berdiri. Ternak disuntik dengan antibiotika 3 ml dan diberi permethyl 3%, atau minuman bersoda ± 200 ml. Pengobatan untuk kambing yang terkena penyakit mata dilakukan dengan cara menetesi mata dengan obat tetes


(29)

commit to user

mata atau dengan disemprotkan air garam ke mata ternak secara rutin, bila sudah kronis diberi obat mata Sofradex.

C. Pembahasan

1.Manajemen Reproduksi

Perkawinan kambing Peranakan Etawa di peternakan Bumiku Hijau dilakukan secara alami di kandang Condongcatur, Sleman Yogyakarta.. Tujuan dilakukan perkawinan adalah untuk menghasilkan bibit unggul baik untuk pejantan pemacek maupun betina produsen susu. Untuk mendapatkan bibit anakan Kambing Peranakan Etawa yang baik maka indukan juga dipilih indukan yang baik.

Kambing Peranakan Etawa yang dijadikan indukan di Bumiku Hijau memiliki karakteristik sebagai berikut: untuk betina mempunyai tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk, Jinak dan sorot matanya ramah, kaki lurus dan tumit tinggi, gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata. dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda dan ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah. Sedangkan untuk pejantan memiliki karakteristik seperti tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi, Kaki lurus dan kuat, dari keturunan beranak kembar dua, dan berumur antara 1,5 sampai 3 tahun.

Perkawinan dalam suatu peternakan kambing Peranakan Etawa sangat penting baik untuk peremajaan maupun untuk menjaga produksi susu. Keberhasilan perkawinan sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain pemilihan bibit sejak awal, baik jantan maupun betina, manajeman pengelolaan, control organ reproduksi dan aspek yang terkait dengan organ tersebut, serta proses perkawinan


(30)

commit to user

Fisiologi Reproduksi erat kaitannya tentang bahasan siklus reproduksi. Siklus Reproduksi berhubungan dengan beragam fenomena yang meliputi pubertas, siklus estrus, dan perubahan organ seksual post partus. Komponen tersebut dipengaruhi oleh lingkungan, genetik, mekanisme hormon, tingkah laku, serta faktor-faktor fisik dan psikis (Hafez, 1987).

a. Pubertas

Usia pubertas adalah usia siap kawin meliputi dewasa kelamin dan dewasa tubuh. Kambing Peranakan Etawa di peternakan Bumiku Hijau dikawinkan pertama kali pada umur 1,8 tahun (pejantan) dan umur 1 tahun (betina), hal ini bertujuan agar angka kelahiran besar dan keselamatan anak kambing dapat diperkecil. Mengawinkan kambing peranakan Etawa pada umur tersebut sesuai dengan pernyataan Sarwono, (2011) kambing betina mulai dewasa pada umur 6-8 tahun . pada umur tersebut kambing sudah bisa dikawinkan . namun, untuk kambing Peranakan Etawa perkawinan pada umur tersebut harus dihindari karena alat reproduksinya belum sempurna.sebaiknya masa perkawinan ditangguhkan hingga mencapai umur 15-18 bulan.

Umur kambing dapat diketahui dari catatan kelahiran atau dengan cara menafsirnya. Di kandang pembibitan umur kambing dewasa pada bulan Februari 2012 tidak dapat ditentukan dengan pasti karena catatan perkawinan dan kelahiran tidak dilakukan lagi sejak tahun 2009, sehingga untuk menetukan umur kambing dengan cara melihat kondisi gigi kambing tersebut., Setiawan dan Tanius, (2008) menyatakan bahwa cara mendeteksi umur pada kambing salah satunya dengan melihat pertumbuhan gigi seri susu menjadi gigi seri tetap. Gigi seri tetap dapat dilihat lebih besar dan kokoh dibanding gigi seri susu yang relatih kecil dan terlihat kusam. Selain itu perbedaannya dapat dilihat dari tingkat keausan gigi-gigi seri tersebut. Umur


(31)

commit to user

kambing kurang dari 1 tahun jika gigi seri sudah tumbuh semua sedangkan kambing Peranakan Etawa yang berumur 1-2 tahun 2 gigi seri susunya sudah berganti menjadi gigi tetap

b. Siklus Birahi

Siklus birahi sangat penting untuk dipahami agar keberhasilan perkawinan dapat dicapai. Kambing Peranakan Etawa Bumiku Hijau tidak mencampur kambing betina dengan kambing jantan atau tidak dalam satu kandang, namun tetap dalam satu lokasi perkandangan. hal ini dilakukan agar terjaga kondisi siklus perkawinan kambing dengan baik.

Kambing Peranakan di Bumiku Hijau akan dikawinkan jika sudah terlihat tanda-tanda birahi. Deteksi birahi dilakukan oleh peternak, namun untuk mendeteksi kambing yang birahi dan mau dikawini dilakukan langsung oleh kambing pejantan. Peternak mendeteksi kambing birahi dengan melihat tanda-tanda secara kasat mata yaitu dengan mellihat tingkah laku kambing sedangakan deteksi birahi yang dilakukan oleh kambing pejantan melalui naluri. Kambing pejantan akan mengendus-endus atau mencium bau dari alat kelamin kambing betina selanjutnya kambing pejantan mencoba menaiki kambing betina jika telah ditemukan kambing betina yang sedang birahi.

Tanda-tanda birahi pada kambing betina di kandang pembibitan peternakan Bumiku Hijau sesuai dengan pernyataan Sarwono, (2012) yaitu Kambing Peranakan Etawa yang sudah dewasa dan siap kawin selalu menunjukan tanda-tanda birahi, yaitu sering mengembiik tanpa sebab, menggosok-gosokan tubuh pada dinding kandang atau kayu, gelisah, nafsu makanya berkurang, ekornya dikibas-kibaskan, bibir kemaluan agak membengkak, selaput kemaluan bagian dalam agak kemerah-merahan, dan keluar lender yang jernih. Masa birahi berlangsung selama 16-20 jam dan berulang setiap tiga minggu


(32)

commit to user c. Perkawinan

Pola perkawinan dalam produksi kambing dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan perkawian secara individual dan perkawinan dengan pendekatan kelompok. Di kandang pembibitan Bumiku Hijau pola perkawinan dilakukan dengan teknik perkawinan alami secara kelompok artinya pejantan terpilih dicampur dengan beberapa kambing betina dalam waktu tertentu. Pejantan terpilih akan menemukan kambing betina yang telah birahi atau siap kawin kemudian terjadi perkawinan. Setiawan dan Tanius, (2008), menyatakan perkawinan. alami yaitu mempertemukan kambing pejantan dengan kambing betina tanpa bantuan alat untuk memasukan sel sperma ke posisi yang tepat pada bagian dalam organ kelamin kambing betina (vagina).

Kambing pejantan terpilih dicampur dengan kelompok kambing betina setelah semua kambing betina dikeluarkan dari kandang ke halaman perkandangan yang tersedia hijauan atau rumput. Hal ini dilakukan pada pagi hari pada pukul 07.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB setelah itu pejantan dikembalikan ke dalam kandang. Pencampuran kambing ini dilakukan hingga kambing betina bunting ditandai dengan kambing betina yang telah dikawini tidak mau melakukan perkawinan lagi.

. Kusuma, (2012) menyatakan bahwa rasio antara jantan dan betina dalam perkawinan alami adalah 1:10 sampai 1:50 ekor, bahkan dengan manajemen perkawinan yang baik, jumlah betina dapat ditambah. Mencampurkan kambing pejantan terpilih dilakukan setelah peternak melihat ada tanda-tanda kambing betina birahi. Cara ini dianggap efektif dan efisien karena pejantan akan berpetualang mencari sendiri betina mana yang siap dan mau dikawini atau bisa dikatakan pejantan akan menemukan betina yang sedang birahi dengan cara mengendus-endus vagina kambing betina serta mencumbunya. Kambing betina yang sedang birahi menunjukan tanda yang khas dan


(33)

commit to user

akan menarik perhatian pejantan sehingga memungkinkan perkawinan pada waktu yang tepat.

Kambing betina yang dikawinkan selain kambing milik sendiri juga ada kambing betina dari peternak lain yang dikawinkan dengan pejantan di Bumiku Hijau karena kambing pejantan tersebut memiliki genetik baik dari induk beranak kembar dua juga tergolong bibit unggul, sehingga jika kambing betina mereka dikawintan dengan kambing pejantan tersebut diharapkan hasil anakanya mempunyai krakteristik yang baik pula..

d. Kebuntingan

Parameter perkawinan kambing yang berhasil adalah ternak tidak lagi mengalami birahi pada siklus birahi selanjutnya, yang artinya sel sperma jantan telah berhasil membuahi sel telur (ovum) yang telah diovulasikan dan hasilnya kebuntingan. Kambing Peranakan Etawa betina yang sudah dikawinkan tidak akan mengalami birahi lagi jika kambing tersebut sudah bunting.

Kambing Peranakan Etawa di Bumiku Hijau yang telah dikawinkan, dua bulan kemudian dilakukan seleksi kebuntingan. Tujuannya untuk memisahkan antara kambing Peranakan Etawa yang bunting dengan yang tidak. Test kebuntingan dilakukan dengan cara melihat tanda kebuntingan, menurut Kusuma, (2012) tanda-tanda kebuntingan antara lain semakin membesarnya perut bagian kanan, mulai terjadi pembesaran pada ambing, seringnya kambing menggesek-gesekkan ke dinding kandang dan kambing terlihat lebih tenang. Saat usia kebuntingan 1-3 bulan, jika ambing di perah secara pelan-pelan, akan mengeluarkan cairan bening kental dan agak lengket, dan pada umur kehamilan yang lebih tua berubah menjadi warna kuning transparan.

Masa kebuntingan kambing berlangsung selama 5 bulan (150 hari). Secara kasat mata kambing akan terlihat bunting pada saat umur


(34)

commit to user

kebuntingan delapan minggu terakhir ditandai dengan perut dan ambing yang membesar. Kambing Peranakan Etawa di peternakan Bumiku Hijau yang sedang bunting ditempatkan di kandang yang terpisah untuk menghindari gangguan dari kambing yang lain atau menghindari perkelahian antar sesama kambing. Besar kandang kambing bunting 2 kali lebih besar dari kandang laktasi tujuanya agar kambing dapat leluasa bergerak supaya kondisi tubuh tetap sehat, segar dan kuat. Kambing bunting setiap pagi hari dikeluarkan dari kandang dan dibiarkan berjalan-jalan minimal 1 jam setiap harinya, hal ini dilakukan agar proses kelahiran dapat berjalan lancar nantinya serta akan mendapat cukup sinar matahari pagi.

Kambing Peranakan Etawa yang sedang bunting membutuhkan perawatan dan pakan yang lebih baik agar cempe yang dikandungnya dapat tumbuh sehat , diberi pakan yang lebih banyak dan berkualitas untuk mendukung seluruh proses di dalam tubuhnya. Selain hijauan dan konsentrat pakan yang diberikan kambing yang sedang bunting adalah kacang hijau dan kedelai yang direbus. Selama proses kebuntingan, induk mendapatkan tambahan kalsium, sehinga kebutuhan kalsium dalam tubuh kambing maupun anak kambing yang dikandungnya akan tercukupi kalsiumnya.

e. Kelahiran

Anak kambing akan lahir setelah 150 hari berada di dalam perut induknya (kambing bunting). Proses kelahiran akan berlangsung baik jika induk kambing dalam kondisi baik (sehat dan tidak terlalu gemuk). Beberapa hal yang disiapkan apabila hari perkiraan lahir (HPL) pada kambing sudah dekat, diantaranya, handuk/kain kering, betadine, dan lampu (digunakan kalau kelahiran diperkirakan malam hari). HPL kambing biasanya ditentukan 150 hari setelah kambing itu dikawinkan.


(35)

commit to user

Sarwono (2011), menyatakan Kambing yang akan beranak, secara fisik dapat diketahui dari bentuk ambing dan puting susu yang terisi penuh. Alat kelamin luar (vulva) membengkak, berwarna merah, dan berlendir, kambing terlihat gelisah, dan nafsu makan yang menurun. Jika kondisi itu telihat, maka kambing akan dipersiapkan untuk proses kelahiran dengan memberi alas berupa kain atau jerami (yang dapat menyerap cairan).

Proses kelahiran di peternakan Bumiku Hijau berlangsung lancar, hal ini disebabkan karena selain kondisi induk sehat dan tidak terlalu gemuk juga posisi anak yang dikandung normal. Posisi normal anak dalam kandungan ada dua macam, yaitu posisi interior dan posterior. Posisi interior adalah dimana posisi satu atau dua kaki depan berada dalam saluran peranakan. Sedangkan posisi posterior adalah posisi dimana kedua kaki belakang berada dalam saluran peranakan (Sarwono, 2011).

Anak kambing diangkat dan disisihkan dari induknya setelah, untuk menghindari cempe terinjak oleh induknya. Cempe yang baru lahir diseka dengan handuk atau kain kering, terutama pada bagian muka/hidung. Hal ini menjadi prioritas utama, karena anak kambing yang baru saja keluar biasanya hidungnya terganggu/tertutup oleh lendir, yang apabila tidak segera dihilangkan lendirnya bisa menganggu atau mempersulit cempe untuk bernafas.

Cempe yang sudah dalam posisi kering, cempe dibantu untuk mendapatkan susu pertamanya (colostrum). Cempe dibantu untuk menyusu ke induknya, karena cempe kesulitan dalam mencari puting susu induk pada awal-awal menyusu. Susu adalah makanan utama bagi cempe. Susu diberikan melalui dot bayi, Cempe tidak diberi susu lagi (disapih) setelah umur 2 bulan.

Anakan kambing atau cempe yang masih kecil (umur 1-2 bulan) ditempatkan diruangan khusus (semacam incubator pada bayi manusia), kotak yang diberi alas jerami dan diberi lampu 65 watt


(36)

commit to user

supaya anak kambing yang baru lahir hangat. Penempatan kotak ini tidak terlalu jauh dari induk kambing, agar induk dengan mudah mengawasi anaknya.

Pemisahan induk dengan cempe akan dapat merangsang induk untuk menghasilkan susu secara maksimal dan akan lebih cepat mengalami birahi artinya kambing betina akan cepat dikawinkan lagi. Cempe dipisah dari induknya pada saat umur 2-3 bulan lebih, namun di peternakan Bumiku Hijau cempe yang baru lahir lansung terjual atau sudah pesana, sangat jarang cempe dipelihara kecuali kalau dilihat cempe tersebut memiliki postur bagus dan berasal dari indukan yang unggul.

Pakan yang diberikan ke induk berupa ampas tahu yang sangat membantu induk dalam pemenuhan protein dalam tubuh induk. Karena rasanya yang manis. Pemberian ampas tahu juga dapat dikombinasikan dengan bahan yang lain seperti bekatul atau ampas gandum. Campuran antara ampas tahu dan konsentrat cepat memulihkan tenaga.

f. Kidding Interval

Kidding Interval merupakan panjang pendek waktu antara satu

kelahiran dengan kelahiran berikutnya yaitu dengan cara menentukan waktu kawin, lama bunting, waktu beranak, lama laktasi, lama kering dan waktu dikawinkan kembali. Kidding interval dipengaruhi oleh cepat lambatnya kambing dikawinkan dan penanganan peternak didalam mengantisipasi dan memberikan waktu saat perkawinan terjadi atau yang disebut servicee periode. Untuk dapat melakukan

service periode yang efektif, perkawinan kambing Peranakan Etawa

dilakukan pada waktu yang tepat, birahi yang tepat sehingga akan terjadi kebuntingan (Shodiq dan Abidin, 2008).

Di peternakan Bumiku Hijau pada kandang Condongcatur kambing betina bunting selama 150 hari atau 5 bulan, kemudian kambing betina beranak. Kambing betina akan menghasilkan susu


(37)

commit to user

setelah beranak hingga dua bulan menjelang kelahiran berikutnya, masa ini disebut dengan masa laktasi, di Bumiku Hijau ditentukan selama 5 bulan. Induk kambing dikawinkan kembali 3 bulan setelah kambing betina beranak (3 bulan pertama masa laktasi), setelah kambing betina bunting, dua bulan sebelum melahirkan dihentikan produksi susunya ( masa kering), hal ini bertujuan untuk membantu proses pemulihan ambing dan organ lain yang mendukung dalam produksi susu.

Selang waktu perkawinan sangat berpengaruh pada kesehatan kambing tersebut. Jika jarak waktu perkawinan terlalu pendek maka akibatnya kambing betina akan lemas dan menjadi lemah akibatnya hasil produksi menurun atau rendah, hal ini disebabkan karena kondisi alat reproduksi kambing betina belum sepenuhnya pulih. Hal ini sangat jelas mempengaruhi kesiapan organ reproduksi betina di dalam merekondisikan ke posisi yang normal. Namun jika jarak waktu perkawinan terlalu panjang beresiko kering kandang yang lama


(38)

commit to user V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil dari pembahasan kegiatan magang di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Peternakan Bumiku Hijau memilih kambing Peranakan Etawa sebagai

pejantan pemacek dengan cara seleksi berdasarkan uji tilik ternak atas performa dan informasi mengenai silsilah kambing tersebut. Pejantan pemacek diperoleh dari anakan hasil induk unggul yang mempunyai genetik kuat dengan ciri warna bulu hitam di bagian leher sampai kepala, agresif dan mempunyai catatan menghasilkan anak 2 dalam satu kali kelahiran, sedangkan untuk memilih kambing Peranakan Etawa sebagai produksi susu dilakukan dengan cara melihat penampilanya yang tidak jauh beda dengan pejantan pemacek, selain itu dilihat dari ambing yang besar, normal dan simetris

2. Kandang pembibitan di peternakan Bumiku Hijau berbentuk panggung, terbuat dari papan kayu dengan atap genting, dinding dan lantai kandang dibuat bercelah. Ada dua jenis kandang yaitu kandang tunggal dan kandang koloni. Kandang tunggal didisi satu ekor kambing, jumlah 20 kandang tunggal berisi 5 kambing jantan dan 12 kambing betina, jadi terdapat 3 kandang tunggal yang kosong. Kandang koloni berjumlah tiga kandang, satu kandang berisi 5 ekor cempe dan 2 kandang lain kosong. Ukuran. Kandang tunggal mempunyai 2 ukuran yaitu untuk betina dan pejantan yaitu untuk kambing betina : panjang 150 cm, lebar 125cm dan tinggi 125 cm dan untuk kambing pejantan : panjang dan lebar 200 cm dengan tinggi 125 cm. Kandang koloni di kandang pembibitan ada dua ukuran, ukuran yang pertama panjang 150 cm, lebar 250 cm dan tinggi 125 cm

3. Pakan yang diberikan pada kambing di kandang pembibitan adalah hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan berupa hijauan rambanan, diberikan ke ternak tidak menentu karena didapat dari petugas Perusahaan Listrik


(39)

commit to user

Negara (PLN) yang bertugas menebang ranting pohon yang berada di pinggir jalan, pada Februari 2012 rambanan yang diberikan berupa daun nangka, daun waru dadan daun mangga. Konsentrat yang diberikan pada ternak tidak tentu kadang pollard, kadang ampas tahu dan kadang keduanya, tergantung ketersediaan yang ada. Pakan untuk cempe diberikan campuran susu sapi dengan pollard dengan tambahan air. Pakan konsentrat diberikan sehari sekali yaitu paa pukul 14.00 WIB sebanyak 1 kg/ekor/hari sedangkan pakan hijauan diberikan secara terus menerus. 4. Cara pengendalian penyakit dilakukan dengan sanitasi kandang dan

lingkungan serta biosecurity. Sanitasi dilakukan terutama pada lantai dan kolong kandang yang biasanya terdapat kotoran yang bercampur urine karena dapat menjadi tempat sumber penyakit. Biosecurity dilaksanakan dengan cara pembersihan perkandangan setiap hari, memberi desinfektan pada kandang yang berisi ternak yang sakit dan pembersihan ternak dengan cara memandikanya pada saat masuk dan keluar perkandangan serta dua minggu sekali dalam perawatannya..

5. Kambing Peranakan Etawa di peternakan Bumiku Hijau di kawinkan secara alami dengan pendekatan kelompok, dilakukan pada pagi hari dari jam 07.00 – 10.00 WIB. Umur perkawinan pertama adalah 1,8 tahun pada kambing jantan dan umur 1 tahun pada kambing betina, masa birahi kambing betina selama 16-20 jam dengan siklus 3 minggu. Umur kebuntingan ditentukan selama 150 hari ( 5 bulan). Jarak kelahiran satu dengan kelahiran berikutnya adalah 9 bulan dan jarak antar perkawinan adalah 3 bulan.

B. Saran

Sebaiknya pencatatan perkawinan dilakukan kembali agar tidak terjadi perkawinan inbreedin dan kotoran kambing sebaiknya diolah karena menjadi pupuk organik baik pupuk kompos atau pupuk cair, sehingga dapat menambah pendapatan.


(40)

commit to user DAFTAR PUSTAKA

Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Blakely, J dan D.H Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Devendra, C. dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Terjemahan: I. D. K. Harya Putra. Penerbit ITB. Bandung

Ensminger, M. E. 2001. Sheep and Goat Science. 6th Edition. Interstate Publisher, Inc. Danville, Illinois.

Hartadi, H., S. Reksohadiprojo, dan A.D. Tilman. 1993. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Heryadi, D. 2004. Standarisasi Mutu Bibit Kambing Peranakan Ettawa.

Kerjasama Penelitian antara Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung.

Kusuma, B.D. 2012. Kambing Etawa. http://kambingetawa.net/home. Diakses pada tanggal 30 Juli 2012 pukul 23.30 WIB

Ludgate, P. J. 1989. Kumpulan Peragaan Dalam Rangka Penelitian Ternak Kambing dan Domba di Pedesaan. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor

Murtidjo, B. A. 1993. Memelihara Ternak Kambing Sebagai ternak potong dan Perah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sarwono, B. 2002. Beternak Kambing Unggul. Cetakan Ke – VIII. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sarwono, B. 2011. Beternak Kambing Unggul. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Setiawan.T. dan A. Tanius. 2008. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa.

PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Sudomo, A. 2011. Biosecurity dan Biosafety.

http://asudomo.wordpress.com/2011/05/17/biosecurity-dan-biosafety/. Diakses pada 05 Agustus 2012, pukul 01.00 WIB

Sutama et al, 1994. Ilmu dan Peternakan Vol 8. Balai Penelitian Ternak Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor


(41)

commit to user

Tambing, S. N., Muhamad G., dan Bambang P. 2001. Pemberdayaan teknologi inseminasi buatan pada ternak kambing. Wartazoa. 11(1):1-6.

Wardana, E.A. 2012. Manajemen Pemberian Pakan Kambing Peranakan Etawa. Tugas Akhir Diploma III Agribisnis Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Williamson, G. Dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan Didaerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta


(1)

commit to user

supaya anak kambing yang baru lahir hangat. Penempatan kotak ini tidak terlalu jauh dari induk kambing, agar induk dengan mudah mengawasi anaknya.

Pemisahan induk dengan cempe akan dapat merangsang induk untuk menghasilkan susu secara maksimal dan akan lebih cepat mengalami birahi artinya kambing betina akan cepat dikawinkan lagi. Cempe dipisah dari induknya pada saat umur 2-3 bulan lebih, namun di peternakan Bumiku Hijau cempe yang baru lahir lansung terjual atau sudah pesana, sangat jarang cempe dipelihara kecuali kalau dilihat cempe tersebut memiliki postur bagus dan berasal dari indukan yang unggul.

Pakan yang diberikan ke induk berupa ampas tahu yang sangat membantu induk dalam pemenuhan protein dalam tubuh induk. Karena rasanya yang manis. Pemberian ampas tahu juga dapat dikombinasikan dengan bahan yang lain seperti bekatul atau ampas gandum. Campuran antara ampas tahu dan konsentrat cepat memulihkan tenaga.

f. Kidding Interval

Kidding Interval merupakan panjang pendek waktu antara satu kelahiran dengan kelahiran berikutnya yaitu dengan cara menentukan waktu kawin, lama bunting, waktu beranak, lama laktasi, lama kering

dan waktu dikawinkan kembali. Kidding interval dipengaruhi oleh

cepat lambatnya kambing dikawinkan dan penanganan peternak didalam mengantisipasi dan memberikan waktu saat perkawinan

terjadi atau yang disebut servicee periode. Untuk dapat melakukan

service periode yang efektif, perkawinan kambing Peranakan Etawa dilakukan pada waktu yang tepat, birahi yang tepat sehingga akan

terjadi kebuntingan (Shodiq dan Abidin, 2008).

Di peternakan Bumiku Hijau pada kandang Condongcatur kambing betina bunting selama 150 hari atau 5 bulan, kemudian kambing betina beranak. Kambing betina akan menghasilkan susu


(2)

commit to user

setelah beranak hingga dua bulan menjelang kelahiran berikutnya, masa ini disebut dengan masa laktasi, di Bumiku Hijau ditentukan selama 5 bulan. Induk kambing dikawinkan kembali 3 bulan setelah kambing betina beranak (3 bulan pertama masa laktasi), setelah kambing betina bunting, dua bulan sebelum melahirkan dihentikan produksi susunya ( masa kering), hal ini bertujuan untuk membantu proses pemulihan ambing dan organ lain yang mendukung dalam produksi susu.

Selang waktu perkawinan sangat berpengaruh pada kesehatan kambing tersebut. Jika jarak waktu perkawinan terlalu pendek maka akibatnya kambing betina akan lemas dan menjadi lemah akibatnya hasil produksi menurun atau rendah, hal ini disebabkan karena kondisi alat reproduksi kambing betina belum sepenuhnya pulih. Hal ini sangat jelas mempengaruhi kesiapan organ reproduksi betina di dalam merekondisikan ke posisi yang normal. Namun jika jarak waktu perkawinan terlalu panjang beresiko kering kandang yang lama


(3)

commit to user V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil dari pembahasan kegiatan magang di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Peternakan Bumiku Hijau memilih kambing Peranakan Etawa sebagai

pejantan pemacek dengan cara seleksi berdasarkan uji tilik ternak atas performa dan informasi mengenai silsilah kambing tersebut. Pejantan pemacek diperoleh dari anakan hasil induk unggul yang mempunyai genetik kuat dengan ciri warna bulu hitam di bagian leher sampai kepala, agresif dan mempunyai catatan menghasilkan anak 2 dalam satu kali kelahiran, sedangkan untuk memilih kambing Peranakan Etawa sebagai produksi susu dilakukan dengan cara melihat penampilanya yang tidak jauh beda dengan pejantan pemacek, selain itu dilihat dari ambing yang besar, normal dan simetris

2. Kandang pembibitan di peternakan Bumiku Hijau berbentuk panggung, terbuat dari papan kayu dengan atap genting, dinding dan lantai kandang dibuat bercelah. Ada dua jenis kandang yaitu kandang tunggal dan kandang koloni. Kandang tunggal didisi satu ekor kambing, jumlah 20 kandang tunggal berisi 5 kambing jantan dan 12 kambing betina, jadi terdapat 3 kandang tunggal yang kosong. Kandang koloni berjumlah tiga kandang, satu kandang berisi 5 ekor cempe dan 2 kandang lain kosong. Ukuran. Kandang tunggal mempunyai 2 ukuran yaitu untuk betina dan pejantan yaitu untuk kambing betina : panjang 150 cm, lebar 125cm dan tinggi 125 cm dan untuk kambing pejantan : panjang dan lebar 200 cm dengan tinggi 125 cm. Kandang koloni di kandang pembibitan ada dua ukuran, ukuran yang pertama panjang 150 cm, lebar 250 cm dan tinggi 125 cm

3. Pakan yang diberikan pada kambing di kandang pembibitan adalah hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan berupa hijauan rambanan, diberikan ke ternak tidak menentu karena didapat dari petugas Perusahaan Listrik


(4)

commit to user

Negara (PLN) yang bertugas menebang ranting pohon yang berada di pinggir jalan, pada Februari 2012 rambanan yang diberikan berupa daun nangka, daun waru dadan daun mangga. Konsentrat yang diberikan pada ternak tidak tentu kadang pollard, kadang ampas tahu dan kadang keduanya, tergantung ketersediaan yang ada. Pakan untuk cempe diberikan campuran susu sapi dengan pollard dengan tambahan air. Pakan konsentrat diberikan sehari sekali yaitu paa pukul 14.00 WIB sebanyak 1 kg/ekor/hari sedangkan pakan hijauan diberikan secara terus menerus. 4. Cara pengendalian penyakit dilakukan dengan sanitasi kandang dan

lingkungan serta biosecurity. Sanitasi dilakukan terutama pada lantai dan kolong kandang yang biasanya terdapat kotoran yang bercampur urine karena dapat menjadi tempat sumber penyakit. Biosecurity dilaksanakan dengan cara pembersihan perkandangan setiap hari, memberi desinfektan pada kandang yang berisi ternak yang sakit dan pembersihan ternak dengan cara memandikanya pada saat masuk dan keluar perkandangan serta dua minggu sekali dalam perawatannya..

5. Kambing Peranakan Etawa di peternakan Bumiku Hijau di kawinkan secara alami dengan pendekatan kelompok, dilakukan pada pagi hari dari jam 07.00 – 10.00 WIB. Umur perkawinan pertama adalah 1,8 tahun pada kambing jantan dan umur 1 tahun pada kambing betina, masa birahi kambing betina selama 16-20 jam dengan siklus 3 minggu. Umur kebuntingan ditentukan selama 150 hari ( 5 bulan). Jarak kelahiran satu dengan kelahiran berikutnya adalah 9 bulan dan jarak antar perkawinan adalah 3 bulan.

B. Saran

Sebaiknya pencatatan perkawinan dilakukan kembali agar tidak terjadi perkawinan inbreedin dan kotoran kambing sebaiknya diolah karena menjadi pupuk organik baik pupuk kompos atau pupuk cair, sehingga dapat menambah pendapatan.


(5)

commit to user DAFTAR PUSTAKA

Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Blakely, J dan D.H Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Devendra, C. dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Terjemahan: I. D. K. Harya Putra. Penerbit ITB. Bandung

Ensminger, M. E. 2001. Sheep and Goat Science. 6th Edition. Interstate Publisher, Inc. Danville, Illinois.

Hartadi, H., S. Reksohadiprojo, dan A.D. Tilman. 1993. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Heryadi, D. 2004. Standarisasi Mutu Bibit Kambing Peranakan Ettawa.

Kerjasama Penelitian antara Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. Kusuma, B.D. 2012. Kambing Etawa. http://kambingetawa.net/home. Diakses

pada tanggal 30 Juli 2012 pukul 23.30 WIB

Ludgate, P. J. 1989. Kumpulan Peragaan Dalam Rangka Penelitian Ternak Kambing dan Domba di Pedesaan. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor

Murtidjo, B. A. 1993. Memelihara Ternak Kambing Sebagai ternak potong dan Perah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sarwono, B. 2002. Beternak Kambing Unggul. Cetakan Ke – VIII. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sarwono, B. 2011. Beternak Kambing Unggul. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Setiawan.T. dan A. Tanius. 2008. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa.

PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Sudomo, A. 2011. Biosecurity dan Biosafety.

http://asudomo.wordpress.com/2011/05/17/biosecurity-dan-biosafety/. Diakses pada 05 Agustus 2012, pukul 01.00 WIB

Sutama et al, 1994. Ilmu dan Peternakan Vol 8. Balai Penelitian Ternak Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor


(6)

commit to user

Tambing, S. N., Muhamad G., dan Bambang P. 2001. Pemberdayaan teknologi inseminasi buatan pada ternak kambing. Wartazoa. 11(1):1-6. Wardana, E.A. 2012. Manajemen Pemberian Pakan Kambing Peranakan Etawa.

Tugas Akhir Diploma III Agribisnis Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Williamson, G. Dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan Didaerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta