Pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap pemeriksaan kimiawi urinalisis pada masyarakat pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta

(1)

ii

PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIAWI URINALISIS PADA MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK,

SLEMAN, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Berta Trifina Mardani NIM : 098114042

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

iii

THE EFFECT OF EDUCATION ABOUT DRINKING WATER HABIT FOR CHEMICAL URINALYSIS EXAMINATION OF PUBLIC IN HAMLET DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA

UNDERGRADUATE THESIS

Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement To Obtain Sarjana Farmasi (S. Farm)

In Faculty of Pharmacy

By :

Berta Trifina Mardani Student Number : 098114042

FACULTY OF PHARMACY SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2013


(3)

iv

SKRIPSI

PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIAWI URINALISIS PADA MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK,

SLEMAN, YOGYAKARTA

Yang diajukan oleh: Berta Trifina Mardani

NIM : 098114042

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

dr. Fenty, M. Kes., Sp.PK. tanggal: 21 Januari 2013

iv

SKRIPSI

PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIAWI URINALISIS PADA MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK,

SLEMAN, YOGYAKARTA

Yang diajukan oleh: Berta Trifina Mardani

NIM : 098114042

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

dr. Fenty, M. Kes., Sp.PK. tanggal: 21 Januari 2013

iv

SKRIPSI

PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIAWI URINALISIS PADA MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK,

SLEMAN, YOGYAKARTA

Yang diajukan oleh: Berta Trifina Mardani

NIM : 098114042

Telah disetujui oleh:

Pembimbing


(4)

v

Pengesahan Skripsi Berjudul

PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIAWI URINALISIS PADA MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK,

SLEMAN, YOGYAKARTA Oleh:

Berta Trifina Mardani NIM: 098114042

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal : 21 Januari 2013

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. Pembimbing:

dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK. .. Panitia Penguji:

1. Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. .. 2. Phebe Hendra, M. Si., Apt., Ph.D. .. 3. dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK. ..


(5)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tidak ada kesalahan di dalam hidup, Yang ada hanyalah pembelajaran..

there are no mistakes in life, Just lessons

Kupersembahkan karya kecil ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang tidak pernah meninggalkanku dan selalu memberi kemampuan

Keluargaku yang merupakan hadiah terindah dari Bapa Almamaterku


(6)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Berta Trifina Mardani

Nomor mahasiswa : 098114042

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul Pengaruh Jumlah Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih Terhadap Hasil Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis pada Masyarakat Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 21 Januari 2013

Yang menyatakan


(7)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Januari 2013 Penulis


(8)

ix

PRAKATA

Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena hanya dengan anugerah, berkat, bimbingan, kasih, dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Jumlah Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih Terhadap Hasil Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis pada Masyarakat Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta . Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi, dorongan, kritik, dan saran hingga terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada:

1. Tuhan Yesus yang selalu memberi hikmat, akal budi, kepandaian, kekuatan, dan kemampuan sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, saran, bimbingan, dan motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Phebe Hendra, M. Si., Apt., Ph.D. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan petunjuk demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan petunjuk dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dukuh Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman yang memberikan izin untuk melakukan penelitian.

7. dr. Fransisca yang telah memberikan edukasi pertama pada subjek penelitian. 8. dr. Atma yang telah memberikan edukasi kedua dan ketiga pada subjek penelitian.


(9)

x

9. Seluruh warga pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman yang telah bersedia mengikuti proses penelitian ini dari awal hingga akhir.

10. Papa dan mamaku tercinta atas dukungan, doa, kasih sayang, perhatian, dan motivasi yang telah diberikan.

11. Mbak Priska dan Mbak Age yang telah memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang serta perhatiannya untukku.

12. Mayke sebagai teman seperjuanganku di skripsi ini atas segala bantuan, kebersamaan, dukungan, suka duka, canda tawa, dan perhatian dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

13. Herta yang selalu mendukung, memotivasi, dan menyemangatiku.

14. Wanda, Hera, dan Lambang sebagai sahabatku selama tiga setengah tahun ini yang telah memberi semangat, doa, dan dukungan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

15. Teman-teman FSM A angkatan 2009 atas persahabatan selama ini.

16. Teman-teman FKK A angkatan 2009 atas kebersamaannya dalam proses belajar dan saling membangun dalam presentasi.

17. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pikiran, tenaga, dan waktu penulis. Oleh karena itu, penulis pengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sehingga dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 21 Desember 2013


(10)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL... ii

PAGE TITTLE... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN MEDIS ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

PRAKATA... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

INTISARI... xxi

ABSTRACT... xxii

BAB I PENGANTAR... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah... 4

2. Keaslian penelitian... 4

3. Manfaat penelitian... 5

B. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan umum ... 6

2. Tujuan khusus ... 6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 7


(11)

xii

B. Kebiasaan Minum ... 9

C. Kebutuhan Cairan... 10

D. Urin ... 11

E. Urinalisis ... 11

F. Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis... 12

1. Analisisdipstick... 13

a. Berat jenis... 13

b. pH... 13

c. Protein ... 14

d. Glukosa ... 15

e. Keton... 15

f. Bilirubin ... 15

g. Darah... 16

h. Urobilinogen ... 16

i. Nitrit... 16

j. Lekosit esterase ... 17

G. Edukasi... 18

H. Ceramah ... 20

I. Landasan Teori... 20

J. Kerangka Konsep... 22

K. Hipotesis... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23

B. Variabel Penelitian... 24

C. Definisi Operasional... 25

D. Subjek Penelitian... 26

E. Lokasi Penelitian... 27

F. Waktu Penelitian ... 28


(12)

xiii

H. Instrumen Penelitian... 28

I. Tata Cara Penelitian ... 29

1. Observasi awal ... 29

2. Penentuan subjek penelitian... 29

3. Permohonan izin dan kerja sama ... 30

4. Pelaksanaan penelitian ... 30

5. Pengolahan data ... 33

J. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 38

A. Profil Karakteristik Awal Subjek Terkait dengan Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis ... 38

1. Usia ... 39

2. Jenis kelamin... 42

3. Berat jenis, pH, bilirubin, urobilinogen ... 42

4. Protein ... 43

5. Glukosa ... 45

6. Keton... 46

7. Nitrit... 47

8. Lekosit esterase ... 48

9. Darah... 49

B. Pengaruh Pemberian Edukasi Pertama, Kedua, dan Edukasi Ketiga tentang Kebiasaan Minum Air Putih terhadap Profil Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis Awal, Tengah, dan Akhir ... 50

1. Protein ... 51

2. Glukosa ... 53

3. Keton... 56

4. Lekosi esterase ... 59


(13)

xiv

C. Pengaruh Pemberian Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih pada Kelompok Perlakuan Dibandingkan dengan Kelompok Kontrol pada Pemeriksaan

Kimiawi Urinalisis Awal, Tengah, dan Akhir ... 62

BAB V KESIMPULAN... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran... 69

DAFTAR PUSTAKA... 70

LAMPIRAN... 75


(14)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Nilai Normal Pemeriksaan Urinalisis .. 17 Tabel II. Penyebab Positif Palsu dan Negatif Palsu pada Hasil Urinalisis 18 Tabel III. Profil Karakteristik Awal Subjek . 39 Tabel IV. Profil Karakteristik Tengah Subjek . 64 Tabel V. Profil Karakteristik Akhir Subjek 64 Tabel VI. Profil Karakteristik Awal, Tengah, dan Akhir Subjek .. 65 Tabel VII.Signifikansi Kelompok Perlakuan Dibandingkan dengan Kelompok


(15)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Skema Rancangan Eksperimental Ulang Non-Random Jenis

Penelitian Eksperimental Semu .. 24 Gambar 2. Pembagian Subjek Penelitian . 27 Gambar 3. Skema Analisis Data .. 34 Gambar 4. Distribusi Usia Subjek Penelitian ... 40 Gambar 5. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Kelompok

Usia 41

Gambar 6. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin. 42 Gambar 7. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Proteinuria

pada Pemeriksaan Awal .. 44 Gambar 8. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Glukosuria

pada Pemeriksaan Awal .. 45 Gambar 9. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Ketonuria

pada Pemeriksaan Awal .. 46 Gambar 10. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Nitrit Positif

pada Pemeriksaan Awal .. 47 Gambar 11. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Lekosit

Esterase Positif pada Pemeriksaan Awal 48 Gambar12. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Hematuria

pada Pemeriksaan Awal .. 50 Gambar 13. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Proteinuria

Kelompok Kontrol dan Perlakuan .. 52 Gambar 14. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Glukosuria

Kelompok Kontrol dan Perlakuan .. 54 Gambar 15. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Ketonuria


(16)

xvii

Gambar 16. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Nitrit Positif Kelompok Kontrol dan Perlakuan .. 57 Gambar 17. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Lekosit

Esterase Positif Kelompok Kontrol dan Perlakuan . 58 Gambar 18. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Hematuria


(17)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Formulir Pengambilan Data Penelitian 74 Lampiran 2. Surat Persetujuan (Informed Consent) . 75 Lampiran 3. Lembar Informasi untuk Responden ... 76 Lampiran 4. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Perlakuan ... 79 Lampiran 5. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Kontrol .. 80 Lampiran 6. Output Uji Kebermaknaan Profil Karakteristik Subyek

Terkait Jenis Kelamin .. 81 Lampiran 7. Output Uji Kebermaknaan Profil Karakteristik Subyek

Terkait Usia .. 84

Lampiran 8. OutputProfil Pemeriksaan Kimiawi Protein ... 88 Lampiran 9. OutputUji Perbandingan Protein pemeriksaan Sebelum,

Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih Kelompok Perlakuan ... 96 Lampiran 10.OutputUji Perbandingan Protein pemeriksaan Sebelum,

Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih Kelompok Kontrol .. 97 Lampiran 11.Output Uji Normalitas Profil Pemeriksaan Kimiawi

Glukosa 98

Lampiran 12.Output Uji Perbandingan Glukosa pemeriksaan Sebelum, Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi

Kebiasaan Minum Air Putih Kelompok Perlakuan . 106 Lampiran 13.Output Uji Perbandingan Glukosa pemeriksaan

Sebelum, Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi


(18)

xix

Lampiran 14.Output Uji Normalitas Profil Pemeriksaan Kimiawi

Keton 108

Lampiran 15.Output Uji Perbandingan Keton pemeriksaan Sebelum, Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi Kebiasaan

Minum Air Putih Kelompok Perlakuan ... 115 Lampiran 16.Output Uji Normalitas Profil Pemeriksaan Kimiawi

Nitrit . 116

Lampiran 17.Output Uji Perbandingan Nitrit pemeriksaan Sebelum, Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi Kebiasaan

Minum Air Putih Kelompok Perlakuan ... 124 Lampiran 18.Output Uji Perbandingan Nitrit pemeriksaan Sebelum,

Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi Kebiasaan

Minum Air Putih Kelompok Kontrol .. 125 Lampiran 19.Output Uji Normalitas Profil Pemeriksaan Awal

Kimiawi Lekosit Esterase 126 Lampiran 20.Output Uji Perbandingan Lekosit Esterase pemeriksaan

Sebelum, Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi

Kebiasaan Minum Air Putih Kelompok Perlakuan . 134 Lampiran 21.Output Uji Perbandingan Lekosit Esterase pemeriksaan

Sebelum, Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi

Kebiasaan Minum Air Putih Kelompok Kontrol . 135 Lampiran 22.Output Uji Normalitas Profil Pemeriksaan Awal

Kimiawi Darah . 136

Lampiran 23.Output Uji Perbandingan Darah pemeriksaan Sebelum, Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi Kebiasaan

Minum Air Putih Kelompok Perlakuan ... 144 Lampiran 24.Output Uji Perbandingan Darah pemeriksaan Sebelum,

Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi Kebiasaan


(19)

xx

Lampiran 25.Surat izin dari BAPPEDA Yogyakarta 146 Lampiran 26. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) . 147 Lampiran 27.Booklet... 148 Lampiran 29.Dokumentasi Pemberian Edukasi 156


(20)

xxi

INTISARI

Pemberian edukasi hidup sehat dapat mengubah perilaku subjek. Salah satu edukasi hidup sehat yaitu tentang kebiasaan minum air putih. Kebiasaan minum air putih dapat mengurangi risiko terhadap dehidrasi dan gangguan pada organ ginjal serta saluran kemih. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada subjek.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi-experimental research dengan rancangan penelitian non-randomized pretest-posttest control group design. Kriteria inklusi subjek penelitian yaitu laki-laki dan perempuan berusia 30-70 tahun yang bertempat tinggal di Pedukuhan Dayakan, Ngaglik, Sleman serta bersedia bekerja sama dalam penelitian ini. Edukasi diberikan sebanyak 3 kali dengan menggunakan metode ceramah danhome care.

Hasil uji Chi square dan uji Fisher menunjukkan bahwa pengaruh pemberian edukasi berulang kelompok perlakuan yang dilihat dari pengukuran awal, tengah, dan akhir berbeda tidak bermakna. Hasil data penelitian menunjukkan kelompok perlakuan ada penurunan persentase jumlah subjek kategori tidak normal dari profil kimiawi urinalisis, namun secara statistik menggunakan uji Cochran s

berbeda tidak bermakna (p>0,05). Pada kelompok kontrol tidak ada penurunan persentase jumlah subjek pada kategori tidak normal dan secara statistik berbeda tidak bermakna. Pemberian edukasi berulang tentang kebiasaan minum air putih memberikan pengaruh berbeda tidak bermakna terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada subjek.


(21)

xxii

ABSTRACT

Provision of education healthy lifestyle can change the behavior of the subject. One healthy living education is about drinking water. Drinking water can reduce the risk of dehydration and disorders of the kidneys and urinary tract. This research was conducted to determine the effect of differences in the amount given education regarding drinking water for chemical urinalysis test results on the subject.

This study included type of Quasi-experimental research studies with non-randomized study design pretest-posttest control group design. Inclusion criteria for the study subjects are men and women aged 30-70 years who lived in the hamlet Dayakan, Ngaglik, Sleman and willing to cooperate in this study. Education given three times used speech method and home care.

The results of Chi square test and Fisher's test showed that the effect of repeated treatment group education as seen from the measurement of the beginning, middle, and end are not significantly different. The results of the data showed no decrease in the treatment group the percentage of subjects from each category of abnormal urinalysis chemical profiles, but statistically using Cochran's test did not differ significantly (p> 0.05). In the control group there was no decrease in the percentage of subjects in the category is not normal and not significantly different statistically. Providing education drinking water recurrent give not significantly different for chemical urinalysis test results of subject.


(22)

1

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Air merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia. Air memiliki banyak fungsi antara lain sebagai pelarut, penyusun struktur sel, katalisator proses enzimatis, pengisi ruang antar sendi, pengatur suhu tubuh, berperan dalam peredaran darah, dan ekskresi sisa metabolisme. Air juga menjaga konsistensi fisik dan kimia pada cairan intrasel dan ekstrasel, sehingga berperan langsung dalam mengatur suhu tubuh. Keseimbangan air dan elektrolit tubuh akan mempengaruhi kemampuan termoregulasi. Suhu udara yang panas akan menyebabkan banyaknya cairan tubuh yang hilang melalui penguapan dan keringat. Apabila cairan tubuh tidak diganti maka akan menyebabkan dehidrasi dan defisit elektrolit. Air sangat penting bagi kehidupan manusia, namun konsumsi air seringkali diabaikan dalam kehidupan sehari-hari (Briawan, Sedayu, Ekayati, 2011).

Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air, namun total air dalam tubuh manusia bergantung kepada kandungan lemak dan otot. Di dalam tubuh, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain sel otot dan organ seperti paru-paru, otak dan jantung. Maka dari itu konsumsi cairan yang ideal diperlukan untuk memenuhi kebutuhan setiap organ tubuh untuk melakukan metabolisme. Rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2,5 L cairan per harinya, sehingga diperlukan sekitar 2,5 L untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh (Irawan, 2007). Secara umum, Departemen Kesehatan Indonesia (2005) merekomendasikan


(23)

cairan, terutama air minum, yang harus dikonsumsi untuk orang dewasa adalah 2 L atau setara delapan gelas setiap hari.

Secara normal, tubuh akan kehilangan cairan melalui urin, keringat, maupun feses. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan air atau terjadi kehilangan air sekitar 5% dari berat badan maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Selain itu, kebutuhan air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis kelamin, tingkat aktivitas, serta faktor lingkungan (Briawan dkk, 2011).

Salah satu fungsi ginjal yaitu mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit. Ginjal juga memiliki fungsi memekatkan urin apabila asupan air didalam tubuh kurang. Memekatkan urin adalah cara ginjal melepaskan lebih banyak zat terlarut dan menahan lebih banyak air agar keseimbangan cairan di dalam tubuh pada jumlah yang sesuai. Kemampuan ginjal memekatkan urin lebih berat dibandingkan mengencerkan urin sehingga beban kerja ginjal akan lebih berat (Pagunsan, Cummings, and Monica, 2007).

Salah satu cara untuk mengetahui status hidrasi yaitu dengan pemeriksaan urin. Selain untuk mengetahui status hidrasi tubuh, pemeriksaan urin juga dapat digunakan untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya yang bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan di berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain. Tubuh manusia sendiri sebagian besar mengandung air, apabila kurangnya asupan air maka dapat mempengaruhi organ-organ dalam tubuh. Pemeriksaan urin yang dilakukan salah satunya yaitu


(24)

pemeriksaan kimiawi urinalisis, dimana dapat digunakan untuk memeriksa pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit (Guslina, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) 2009 menunjukkan bahwa sebanyak 46,1 % dari 1200 sampel urin penduduk di 6 wilayah di Indonesia mengalami kekurangan minum air (dehidrasi) ringan. Hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan tentang manfaat air bagi tubuh (Hardinsyah, 2011), sehingga diperlukannya edukasi tentang manfaat air putih. Dengan pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air putih pada subjek maka dapat mempengaruhi perilakunya dalam mengatur kebiasaan dan pola hidup yang dapat dilihat dari perubahan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis.

Edukasi kesehatan merupakan suatu usaha menyampaikan pesan kesehatan agar masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Dengan adanya edukasi kesehatan diharapkan dapat mengubah perilaku seseorang. Mekanisme untuk membentuk perilaku disebut proses belajar. Proses belajar secara berulang dapat membantu seseorang dalam mengubah perilaku menjadi lebih baik. Metode yang dapat digunakan untuk edukasi kesehatan pada usia dewasa dan lanjut usia yaitu metode ceramah (Notoatmodjo, 2003).

Dari penelitian ini diharapkan jumlah edukasi berulang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis sehingga dapat digunakan sebagai salah satu metode yang aplikatif pada subjek. Subjek sebagai model dalam penelitian ini berlokasi di Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman.


(25)

1. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat adalah sebagai berikut:

a. Seperti apakah profil karakteristik masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Yogyakarta terkait hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis?

b. Apakah ada perubahan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Yogyakarta akibat pemberian jumlah edukasi kebiasaan minum air putih? 2. Keaslian penelitian

Dalam penelusuran pustaka tentang penelitian yang dilakukan, Pengaruh Jumlah Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih Terhadap Hasil Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis Masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Yogyakarta belum pernah dilakukan. Penelitian terkait yang telah dilakukan peneliti lain dengan judul sebagai berikut ini :

a. Penelitian Hidrasi di Indonesia (The Indonesian Regional Hydration Study)

oleh Hardinsyah (2009), menyatakan bahwa terdapat 46,1% dari 1200 sampel urin yang terdiri dari remaja dan dewasa mengalami dehidrasi ringan. Penyebab utama yaitu kurangnya pengetahuan tentang manfaat air bagi kesehatan.


(26)

b. The Prevalence of Abnormal Urine Components As Detected By Routine Dipstick Urinalysis : A Survey At a Primary Health Care Clinic in Mankweng Hospital oleh Malemolla Carl Tjale (2009), menyatakan kelainan yang paling umum pada hasil urinalisis adalah darah dan leukosit. Perempuan lebih mungkin untuk menunjukkan kelainan urin dibandingkan dengan laki-laki.

c. Screening and Identification of Dehydration In Older People: Admitted to a Geriatric and Rehabilitation Unit oleh Angela Vivanti (2007) menyatakan dari beberapa penelitian yang diidentifikasi, penyebab dehidrasi pada orang tua (older people) di GARU (Geriatric and Rehabilitation Unit) tidak diketahui dan memiliki hasil yang buruk.

d. Accuracy of Dipstick Urinalysis As A Screening Method for Detection of Glucose, Protein, Nitrites and Blood oleh B. Zamanzad (2009) menyatakan urinalisis dipstick dapat menjadi metode skrining yang dapat digunakan untuk diagnosis seperti infeksi saluran kemih dandiabetes mellitus.

3. Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian adalah: a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Yogyakarta.


(27)

b. Manfaat praktis

Pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air putih yang dilakukan berulang diharapkan dapat menjadi metode yang aplikatif bagi masyarakat sehingga dapat memperbaiki kebiasaan dan gaya hidup yang belum benar.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Membuktikan ada atau tidaknya pengaruh jumlah edukasi tentang kebiasaan minum air putih terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Melihat profil karakteristik masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Yogyakarta terkait hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis.

b. Mengetahui pengaruh jumlah edukasi tentang kebiasaan minum air putih yang diberikan terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Yogyakarta.


(28)

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Fungsi Air Putih

Air merupakan zat gizi esensial untuk hidup sehat dan aktif. Air berfungsi sebagai zat pembangun, sebagai pelarut, sebagai pengangkut zat gizi, dan zat buangan, pengatur suhu tubuh, sebagai pelumas, dan penahan guncangan. Dengan alasan tersebut, dapat terjadi berbagai gangguan kesehatan bila tubuh kekurangan cairan. Dehidrasi atau kekurangan cairan ini dapat mengganggu metabolisme tubuh (Fajar, 2010).

Almatsier (2009) menyatakan bahwa pada proses penuaan manusia kehilangan air. Kandungan air bayi pada waktu lahir adalah 75% berat badan, sedangkan pada usia tua berkurang menjadi 50% berat badan. Kandungan air tubuh berbeda antar manusia, tergantung pada proporsi jaringan otot dan jaringan lemak. Tubuh yang mengandung lebih banyak jaringan otot mengandung lebih banyak air. Pada orang gemuk, perbandingan antara air dan lemak sekitar 50% berbanding 50%. Pada pria normal perbandingannya antara 60% berbanding 16%. Pada orang kurus, perbandingan tersebut adalah 67% dengan 7%. Pada bayi, perbandingan tersebut sangat mencolok, yaitu 78% dan 0% (Yuniastuti, 2008).


(29)

1. Pelarut dan alat angkut

Air di dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, serta mineral dan bahan-bahan lain seperti oksigen dan hormon-hormon. Zat-zat gizi dan hormon ini dibawa ke sel-sel yang membutuhkan. Disamping itu, air sebagai pelarut mengangkut sisa-sisa metabolisme termasuk karbon dioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit, dan ginjal (Almatsier, 2009).

2. Katalisator

Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel, termasuk dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana (Almatsier, 2009).

3. Pelumas

Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh (Almatsier, 2009).

4. Fasilitator pertumbuhan

Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan. Dalam hal ini air berperan sebagai zat pembangun (Almatsier, 2009).

5. Pengatur suhu

Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh


(30)

pada 37 °C. Suhu ini paling cocok untuk bekerjanya enzim-enzim di dalam tubuh. Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme energi perlu segera disalurkan ke luar. Sebagian besar pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan melalui penguapan air dari permukaan tubuh (keringat). Tubuh setiap waktu mendinginkan diri melalui penguapan air (Almatsier, 2009).

B. Kebiasaan Minum

Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Berdasarkan survei di Singapura yang dilakukan olehAsian Food Information Centre(AFIC) (1999) diketahui bahwa :

1. Sebagian besar individu tidak minum secara teratur dengan alasan tidak merasa haus, lupa untuk minum dan sulit menemukan sesuatu untuk diminum.

2. Sebagian besar individu hanya minum ketika merasa haus, namun sebenarnya haus merupakan tanda bahwa tubuh sudah mengalami dehidrasi ringan.

3. Sebagian besar responden mengetahui jumlah cairan yang seharusnya dikonsumsi dalam satu hari, namun hal ini tidak diikuti dengan kebiasaan minum yang baik. Sebanyak 45% responden mengatakan bahwa 5-8 gelas cairan harus dikonsumsi untuk menjaga agar tubuh tetap sehat, 35% mengatakan bahwa 8-10 gelas cairan adalah jumlah yang tepat untuk dikonsumsi dalam satu hari. Pada dasarnya, minimal 8 gelas (2 liter cairan) direkomendasikan untuk diminum dalam satu hari. 4. Sebagian besar individu tidak minum air dalam jumlah yang cukup pada saat olahraga. Ketika berolahraga, cairan yang dibutuhkan meningkat, karena tubuh


(31)

banyak kehilangan cairan. Sehingga diperlukan penggantian cairan secara cepat untuk mencegah dehidrasi.

C. Kebutuhan Cairan

Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pada perkiraan cairan yang keluar dari tubuh. Hilangnya cairan tergantung suhu tubuh dan aktivitas fisik. Pada suhu rata-rata, seorang dewasa bisa kehilangan sekitar 2.320 mL air setiap hari. Setiap hari diperlukan 2 liter air atau sekitar delapan gelas berukuran 250 mL dan beberapa cairan dari asupan makanan sebagai tambahan cairan (Pagunsan,et al., 2007).

Secara normal, dalam satu hari tubuh akan kehilangan cairan melalui ginjal, kulit, paru-paru maupun feses. Untuk menjaga agar kondisi dan fungsi cairan tubuh tidak terganggu, kehilangan cairan tersebut harus diganti. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan air atau terjadi kehilangan air sekitar 5% dari berat badan (pada anak, remaja dan dewasa) maka keadaan ini dikenal dengan istilah dehidrasi. Dehidrasi merupakan kondisi kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak daripada jumlah cairan yang masuk. MenurutAsian Food Information Centre

(2000), dehidrasi terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, serta dehidrasi tingkat berat. Dehidrasi dapat mengganggu keseimbangan dan pengaturan suhu tubuh, serta pada tingkat yang sudah sangat berat bisa berujung pada penurunan kesadaran dan koma.

Batmanghelidj (2007) mengemukakan bahwa tubuh manusia terus menerus membutuhkan air. Tubuh kehilangan air melalui paru-paru ketika menghembuskan


(32)

nafas. Tubuh kehilangan air melalui keringat, produksi kemih dan dalam buang air besar. Tolok ukur yang baik bagi kebutuhan tubuh akan air adalah warna dari kemih. Seseorang yang terhidrasi dengan baik menghasilkan kemih yang tidak berwarna. Seseorang yang relatif terdehidrasi menghasilkan kemih yang kuning, dan seseorang yang benar-benar terdehidrasi menghasilkan kemih berwarna jingga (oranye). Selain warna, tolok ukur lain kebutuhan air dalam tubuh dapat dilihat dari kandungan kimiawi urin seperti pH, berat jenis, darah dan lain sebagainya.

D. Urin

Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Glomerulus membuang zat-zat yang perlu diekskresikan dan mencegah keluarnya protein dan sel ke dalam urin. Tubulus mereabsorpsi zat-zat terlarut; mengatur konsentrasi natrium, kalium, dan bikarbonat; dan mengekskresikan atau menahan ion hidrogen sesuai kebutuhan. Duktus koligentes, di medulla yang hipertonik, mengatur jumlah air yang ditahan atau diekskresikan. Masing-masing aktivitas dapat dievaluasi oleh uji laboratorium tertentu yang sesuai (Sacher and McPherson, 2002).

E. Urinalisis

Urinalisis merupakan uji laboratorium pada spesimen urin. Urinalisis dapat digunakan sebagai pemeriksaan penapisan untuk status kesehatan umum. Dalam melakukan urinalisis, pengambilan spesimen harus dilakukan dengan cara yang benar. Urinalisis yang akurat dimulai dengan spesimen yang berkualitas. Sekresi


(33)

vagina, perineum, dan uretra pada wanita dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu urin. Untuk mengurangi kontaminan, pengambilan spesimen urin dilakukan dengan cara membuang beberapa mili liter urin yang keluar pertama, kemudian menampung urin yang berada ditengah sedangkan urin terakhir dibuang. Cara ini disebut juga midstream urine. Spesimen paling informatif adalah urin pertama yang dikeluarkan pada pagi hari. Urin satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan (Sacher and McPherson, 2002).

F. Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis

Pemeriksaan kimiawi urinalisis dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagen pita. Reagen pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimum, aktivitas reagen harus dipertahankan, penggunaan harus mengikuti petunjuk dengan tepat baik mengenai cara penyimpanan, pemakaian reagen pita dan bahan pemeriksaan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu kamar (Sacher and McPherson, 2002).


(34)

1. Analisisdipstick

Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli kertas seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter yang akan diperiksa.Dipstickmerupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosis berbagai penyakit. Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah: glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase (Tahir, 2011).

a. Berat jenis

Gravitasi Spesifik Urin (Urinary Spesific Gravity(USG)) berkorelasi dengan osmolalitas urin dan memberikan informasi status hidrasi pasien. Selain itu juga mencerminkan kemampuan konsentrasi ginjal. USG Normal dapat berkisar dari 1,003 ke 1,030; nilai kurang dari 1,010 menunjukkan hidrasi relatif, dan nilai yang lebih besar dari 1,020 menunjukkan dehidrasi relatif. Peningkatan USG dikaitkan dengan glikosuria dan sindrom hormon antidiuretik, penurunan USG dikaitkan dengan penggunaan diuretik, diabetes insipidus, insufisiensi adrenal, aldosteronisme, dan gangguan fungsi ginjal. Pada pasien dengan insufisiensi ginjal intrinsik, USG tetap pada 1,010 (Pahira, Maxted, and Simerville, 2005).

b. pH

pH urin dapat berkisar 5-8 tapi biasanya sedikit asam (pH 5,5 sampai 6,5) karena aktivitas metabolik. Konsumsi protein dan buah-buahan asam dapat menyebabkan urin asam, dan diet tinggi sitrat dapat menyebabkan urin


(35)

alkali. pH kemih umumnya mencerminkan pH serum, kecuali pada pasien dengan asidosis tubulus ginjal. Ketidakmampuan untuk mengasamkan urin ke pH kurang dari 5,5 meskipun puasa semalam dan administrasi dari suatu beban asam adalah ciri khas asidosis tubulus ginjal. Penentuan pH urin berguna dalam diagnosis dan manajemen dari ISK. Urin basa pada pasien dengan ISK menunjukkan adanya urea (Pahira,et al., 2005).

c. Protein

Pada orang sehat, dinding kapiler glomerulus yang permeabel hanya dilewati zat dengan berat molekul kurang dari 20.000 Dalton. Setelah disaring, molekul protein diserap dan dimetabolisme oleh sel-sel tubulus proksimal. Protein urin yang normal termasuk albumin, globulin serum, dan protein disekresikan oleh nefron. Proteinuria didefinisikan sebagai ekskresi protein urin lebih dari 150 mg per hari (10 sampai 20 mg per dL) dan merupakan ciri khas dari penyakit ginjal. Mikroalbuminuria didefinisikan sebagai ekskresi 30 sampai 150 mg protein per hari dan merupakan tanda penyakit ginjal dini, khususnya pada pasien diabetes (Pahira,et al., 2005).

Tes dipstick memberikan hasil positif pada konsentrasi 5 sampai 10 mg per dL lebih rendah dari ambang batas untuk proteinuria secara klinis. Sebuah hasil dari 1+ sekitar 30 mg protein per dL dan dianggap positif, 2+ yaitu 100 mg per dL, 3+ sampai 300 mg per dL, dan 4+ sampai 1.000 mg per dL. Urinalisis dipstick dipercaya bisa memprediksi albuminuria dengan sensitivitas dan spesifitas yang lebih besar dari 99% (Pahira,et al., 2005).


(36)

Protein negatif pada tes dipstickdianggap normal, sedangkan protein nilai 1+ setidaknya harus dipantau. Kehadiran protein meningkat dalam urin dapat menandakan penyakit ginjal yang mendasarinya, meskipun ada kemungkinan adanya positif palsu atau sebenarnya negatif (Patel, 2006). d. Glukosa

Glukosa normal disaring oleh glomerulus, tetapi hampir sepenuhnya diserap kembali dalam tubulus proksimal. Glukosuria terjadi ketika beban glukosa disaring melebihi kemampuan tubulus untuk menyerap kembali itu (yaitu, 180 sampai 200 mg per dL) (Pahira, et al., 2005). Meskipun glukosa muncul dalam urin pada diabetes mellitus, namun tes dipstick bukan tes sensitif untuk mendeteksi diabetes mellitus. Glukosuria juga kadang terlihat dengan penyerapan usus cepat dan asupan glukosa yang besar (Patel, 2006). e. Keton

Keton merupakan produk metabolisme lemak tubuh, biasanya tidak ditemukan dalam urin. Reagendipstickmendeteksi asam asetat melalui reaksi dengan nitroprusside natrium atau nitroferisianida dan glisin. Ketonuria paling sering dikaitkan dengan diabetes terkendali, tetapi juga dapat terjadi selama kehamilan, dan kelaparan (Pahira,et al., 2005).

f. Bilirubin

Urin biasanya tidak mengandung bilirubin. Bilirubin tak terkonjugasi tidak larut air dan tidak dapat melewati glomerulus, bilirubin konjugasi larut


(37)

dalam air dan menunjukkan evaluasi lebih lanjut untuk disfungsi hati dan obstruksi bilier bila terdeteksi dalam urin (Pahira,et al., 2005).

g. Darah

Tes dipstick darah dapat mendeteksi aktivitas peroksidase eritrosit, namun mioglobin dan hemoglobin juga akan mengkatalisis reaksi ini sehingga hasil tes positif dapat menunjukkan hematuria, mioglobinuria, atau hemoglobinuria (Pahira,et al., 2005).

h. Urobilinogen

Urin yang normal mengandung hanya sejumlah kecil urobilinogen, produk akhir dari bilirubin terkonjugasi setelah melewati saluran empedu dan telah dimetabolisme dalam usus. Urobilinogen yang diserap ke dalam sirkulasi portal, dan sejumlah kecil akhirnya disaring oleh glomerulus. Hemolisis dan penyakit hepatoseluler dapat meningkatkan kadar urobilinogen, dan penggunaan antibiotik dan obstruksi saluran empedu dapat menurunkan kadar urobilinogen (Pahira,et al., 2005).

i. Nitrit

Nitrit biasanya tidak ditemukan dalam urin namun dapat ditemukan ketika bakteri mengubah nitrat urin menjadi nitrit. Banyak bakteri gram negatif dan beberapa bakteri gram positif mampu mengubahnya, dan tes

dipstick nitrit positif menunjukkan bahwa organisme ini hadir dalam jumlah yang signifikan yaitu lebih dari 10.000 per mL. Tes ini spesifik tetapi tidak sangat sensitif. Dengan demikian, hasil positif sangat membantu, tetapi hasil


(38)

negatif tidak mengesampingkan infeksi saluran kemih. Reagen dipstick nitrit sensitif terhadap paparan udara, sehingga wadah harus ditutup segera setelah mengeluarkan strip (Pahira,et al., 2005).

j. Lekosit esterase

Lekosit esterase yang dihasilkan oleh neutrofil dan bisa menandakan piuria terkait dengan infeksi saluran kemih. Untuk mendeteksi piuria yang akurat, lima menit strip reagen harus dibiarkan untuk mengubah warna (Pahira,et al, 2005).

Berikut nilai normal dari pemeriksaan urinalisis:

Tabel I. Nilai Normal Pemeriksaan Urinalisis

Analit Nilai Normal

Glukosa Negatif

Bilirubin Negatif

Keton Negatif

Berat Jenis 1,005 sampai 1,030

Darah Negatif

pH 5,0-8,0

Protein Negatif

Urobilinogen 0,2 sampai 1,0 mg/dL

Nitrit Negatif

Lekosit Esterase Negatif

(Pahira,et al., 2005). Karena sifat tes nonspesifik, ketidakstabilan komponen urin, dan berbagai faktor yang dapat mengganggu reagen strip, maka hasil positif palsu dan negatif palsu bisa saja muncul dalam pemeriksaan (Tabel II). Dengan demikian, sangat penting untuk mengkorelasikan temuan urinalisis dipstick dengan tes laboratorium lain (tes darah), urinalisis sebelumnya, dan urin mikroskop (Patel, 2006).


(39)

Tabel II. Penyebab Positif Palsu dan Negatif Palsu pada Hasil Urinalisis

TesDipstick Positif Palsu Negatif Palsu

Bilirubin Fenazopiridin (piridium) Klorpromazin (Thorazine), selenium

Darah Dehidrasi, hemoglobinuria, darah

menstruasi, mioglobinuria Kaptopril, kenaikan berat jenis,pH<5,1, proteinuria, vitamin C Glukosa Keton, levodopa Kenaikan berat jenis, asam

urea, vitamin C Keton Urin asam, kenaikan berat jenis,

fenolptalein, beberapa metabolit obat

Penundaan pemeriksaan urinalisis

Lekosit

Esterase Kontaminasi glikosuria, ketonuria,Kenaikan berat jenis, proteinuria, beberapa obat

pengoksidasi, vitamin C Nitrit Kontaminasi, paparandipstick

pada udara, Kenaikan berat jenis, kenaikanlevel urobilinogen, bakteri Gram negative pereduksi nitrat,

pH <6, vitamin C Protein Alkalin, fenozopiridin Urin asam atau encer Berat Jenis Proteinuria, medium radiokontras Urin basa Urobilinogen Kenaikan level nitrit,

fenozopiridin

-(Patel, 2006). G. Edukasi

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan dan menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi, memberi kesadaran sebagai upaya agar masyarakat dapat berperilaku sehat. Pendidik kesehatan adalah semua petugas


(40)

kesehatan dan siapa saja yang berusaha untuk mempengaruhi individu atau masyarakat guna meningkatkan kesehatan mereka. Oleh karena itu, individu, kelompok ataupun masyarakat dianggap sebagai sasaran (objek) pendidikan dan dapat pula sebagai subjek (pelaku) pendidikan kesehatan masyarakat apabila mereka diikutsertakan di dalam usaha kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan masyarakat tentang kebiasaan minum air putih masih kurang. Dalam penelitian Hardinsyah (2011), dua pertiga dari subjek mengetahui bahwa volume cairan yang mereka butuhkan berasal dari air, namun 60% dari subjek tidak mengetahui cairan yang mereka butuhkan adalah air putih untuk menghilangkan dehidrasi. Kesadaran pentingnya air putih perlu juga diimbangi dengan peningkatan asupan air sebagai pemenuhan hidrasi tubuh.

Edukasi mengenai kebiasaan minum air putih bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap faktor risiko dehidrasi dan penyakit ginjal lain seperti infeksi saluran kemih dan gagal ginjal. Waktu yang dibutuhkan untuk mengevaluasi tujuan edukasi berbeda-beda, tergantung dari strategi dalam pencapaian tujuan. Perubahan tindakan dapat terjadi pada seseorang, tetapi dibutuhkan proses yang cukup lama (Hardinsyah, 2011).

Departemen Kesehatan RI (2002) mendefinisikan bahwa home care

adalah pelayanan kesehatan masyarakat yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu, keluarga, di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan atau memaksimalkan kemandirian dan meminimalkan kecacatan akibat penyakit.


(41)

H. Ceramah

Metode ceramah merupakan metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada masyarakat yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah dan metode ini dilakukan bila jumlah peserta penyuluhan lebih dari 15 orang (Notoadmodjo, 2007).

Metode ceramah akan berhasil bila penceramah dapat mempersiapkan diri dengan mempelajari materi menurut sistematika yang baik, dan mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran. Metode ceramah merupakan cara yang paling umum untuk berbagi pengetahuan dan fakta kesehatan. Namun metode ini mempunyai kelemahan, karena sering dilakukan secara sepihak tanpa memberi kesempatan kepada peserta untuk aktif berperan serta. Oleh karena itu, metode ini akan menjadi efektif bila dirangkaikan dengan tanya jawab antara pemberi ceramah dengan peserta ceramah, sehingga terjadi komunikasi dua arah (Soebroto, Ghozali, dan Yuliati, 2001).

I. Landasan Teori

Pemberian edukasi hidup sehat dapat mengubah perilaku subjek. Salah satu edukasi hidup sehat yaitu tentang membiasakan minum air putih. Kebiasaan minum air putih dapat mengurangi risiko terhadap dehidrasi dan gangguan pada organ ginjal serta saluran kemih. Manfaat air putih bagi tubuh antara lain sebagai zat pembangun, sebagai pelarut, sebagai pengangkut zat gizi, dan zat buangan, pengatur suhu tubuh, sebagai pelumas, dan penahan guncangan. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung


(42)

pada perkiraan cairan yang keluar dari tubuh. Hilangnya cairan tergantung suhu tubuh dan aktivitas fisik. Tubuh manusia terus menerus membutuhkan air. Tubuh kehilangan air melalui paru-paru ketika menghembuskan nafas. Tubuh juga kehilangan air melalui keringat, produksi kemih dan dalam buang air besar. Tolok ukur yang baik bagi kebutuhan tubuh akan air adalah warna dari kemih serta kandungan kimiawi dalam urin.

Pemeriksaan urin dapat digunakan untuk mendiagnosis serta sebagai skrining terhadap kesehatan organ ginjal dan saluran kemih. Jenis pemeriksaan urin antara lain pemeriksaan kimiawi urinalisis dimana mengukur berat jenis, pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit yang terkandung dalam urin.

Edukasi dalam arti formal adalah suatu penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan perilaku (tujuan). Tujuan akhir dari edukasi adalah agar masyarakat dapat mempraktikkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat, atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan masyarakat tentang kebiasaan minum air putih masih kurang. Kesadaran pentingnya air putih perlu juga diimbangi dengan peningkatan asupan air sebagai pemenuhan hidrasi tubuh.


(43)

J. Kerangka Konsep

K. Hipotesis

Pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air putih pada masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Yogyakarta berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis.

Jumlah pemberian edukasi tentang kebiasaan minum

air putih

Hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis

gaya hidup, tingkat pendidikan, kondisi patologis dan fisiologis


(44)

23

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental semu ( quasi-experimental research) dengan rancangan penelitian eksperimental ulang non-random (non-randomized pretest-posttest control group design). Penelitian eksperimental semu adalah penelitian tanpa adanya randomisasi yang berarti pengelompokan anggota sampel pada kelompok penelitian tidak dilakukan secara acak dan kontrol terhadap variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen tidak dilakukan. Rancangan penelitian menggunakan eksperimental ulang non-random karena pada subjek dilakukan pemeriksaan awal sebelum diberi perlakuan dengan pembagian subjek tidak dilakukan secara random, sehingga pengendalian variabel luar begitu kuat (Pratiknya, 2001). Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan adalah peneliti tidak bisa menjamin bahwa antara kelompok yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol) tidak saling berinteraksi. Penelitian ini merupakan kombinasi antara penelitian laboratorium dan klinis dengan bidang multidisipliner meliputi Patologi Klinik, Farmasi Sosial, dan Farmasi Klinis.


(45)

Gambar 1. Skema Rancangan Eksperimental Ulang Non-random Jenis Penelitian Eksperimental Semu

P1 : Pengukuran awal pemeriksaan kimiawi urinalisis kelompok perlakuan P1k: Pengukuran awal pemeriksaan kimiawi urinalisis kelompok kontrol P2 : Pengukuran kedua pemeriksaan kimiawi urinalisis kelompok perlakuan P2k: Pengukuran kedua pemeriksaan kimiawi urinalisis kelompok kontrol P3 : Pengukuran akhir pemeriksaan kimiawi urinalisis kelompok perlakuan P3k: Pengukuran akhir pemeriksaan kimiawi urinalisis kelompok kontrol E1 : Pemberian edukasi pertama

E2 : Pemberian edukasi kedua E3 : Pemberian edukasi ketiga HC:Home care

B. Variabel penelitian

1. Variabel pengaruh (independent) dalam penelitian ini adalah jumlah edukasi tentang kebiasaan minum air putih danhome care.

2. Variabel terpengaruh (dependent) dalam penelitian ini adalah hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis.

3. Variabel pengganggu (confounding) dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu:

a. Variabel terkendali : umur

b. Variabel tak terkendali : gaya hidup, tingkat pendidikan, kondisi patologis dan fisiologis

Kelompok Perlakuan P1---E1---P2---E2---HC---E3---P3


(46)

C. Definisi Operasional

1. Subjek yaitu masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Yogyakarta yang memenuhi criteria inklusi pada penelitian ini. 2. Pemberian edukasi adalah suatu proses penyampaian materi melalui ceramah

pada subjek penelitian yang bertujuan untuk memberi informasi manfaat air putih bagi kesehatan dan pentingnya membiasakan minum air putih. Home careadalah upaya meningkatkan dan mempertahankan pengetahuan subjek dengan mengingatkan kembali materi edukasi tentang kebiasaan minum air putih yang dilakukan di tempat tinggal subjek. Ceramah adalah suatu bentuk informasi lisan tentang kebiasaan minum air putih yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan subjek di Pedukuhan Dayakan, Desa Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, DIY.

3. Jumlah edukasi adalah banyaknya edukasi yang diberikan kepada subjek kelompok perlakuan selama 3 bulan, dimana dalam 1 bulan dilakukan satu kali edukasi. Secara keseluruhan kelompok perlakuan mendapat 3 kali pemberian edukasi. Selain pemberian edukasi, dilakukan home careyang dilakukan di antara edukasi kedua dan ketiga.

4. Pemeriksaan kimiawi urinalisis meliputi pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen, nitrit, lekosit esterase dan berat jenis. Pemeriksaan kimiawi urinalisis dilakukan pada tahap awal, tengah, dan akhir. Tahap awal dimana sebelum dilakukan pemberian edukasi pertama. Tahap tengah yaitu


(47)

pengambilan sampel setelah pemberian edukasi pertama, dan tahap akhir yaitu setelah pemberian edukasi ketiga.

5. Standar kimiawi urinalisis yang digunakan berpedoman pada standar urinalisis yang ditetapkan oleh laboratorium Rumah Sakit Bethesda.

6. Profil karakteristik subjek penelitian meliputi demografi dan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis. Karakteristik demografi meliputi usia dan jenis kelamin. Usia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu rentang umur 30-59 tahun (middle age) dan 60-70 tahun (elderly).

7. Urin pagi adalah urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat dari urin yang dikeluarkan siang hari karena mengandung sisa metabolisme ginjal yang terjadi selama semalam.

8. Midstream urine adalah urin pancaran tengah, di mana aliran pertama urin dibuang dan aliran urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi yaitu antara lain warga di Dukuh Dayakan, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kab. Sleman, baik laki-laki maupun perempuan, rentang usia 30-70 tahun, bersedia diambil urinnya (inform consent), mengisi formulir data penelitian, dan mengikuti ceramah khusus untuk kelompok perlakuan dan bersedia untuk diajak bekerja sama dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi pada penelitian ini tidak ada. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok


(48)

yaitu kelompok kontrol dan perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 30 subjek penelitian.

Pada awal penelitian, subjek yang digunakan sebanyak 73 orang. Dari 73 orang tersebut kemudian di skrining sesuai dengan kriteria inklusi sehingga didapatkan 60 orang. Kemudian dari subjek tersebut dikelompokkan menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, dengan pembagian 30 orang kelompok kontrol dan 30 orang kelompok perlakuan. Dari masing-masing kelompok tidak dikelompokkan berdasar penyakit sehingga penyakit subjek dapat mengganggu hasil dari pemeriksaan kimiawi urinalisis. Gambaran pembagian subjek penelitian dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Pembagian Subjek Penelitian

Keterangan:

*) pemeriksaan awal **) pemeriksaan tengah ***) pemeriksaan akhir

E. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah pedukuhan Dayakan, Kelurahan Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman. Hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis diperoleh dari Laboratorium Bethesda, Yogyakarta.

60 subyek penelitian

yaitu kelompok kontrol dan perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 30 subjek penelitian.

Pada awal penelitian, subjek yang digunakan sebanyak 73 orang. Dari 73 orang tersebut kemudian di skrining sesuai dengan kriteria inklusi sehingga didapatkan 60 orang. Kemudian dari subjek tersebut dikelompokkan menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, dengan pembagian 30 orang kelompok kontrol dan 30 orang kelompok perlakuan. Dari masing-masing kelompok tidak dikelompokkan berdasar penyakit sehingga penyakit subjek dapat mengganggu hasil dari pemeriksaan kimiawi urinalisis. Gambaran pembagian subjek penelitian dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Pembagian Subjek Penelitian

Keterangan:

*) pemeriksaan awal **) pemeriksaan tengah ***) pemeriksaan akhir

E. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah pedukuhan Dayakan, Kelurahan Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman. Hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis diperoleh dari Laboratorium Bethesda, Yogyakarta.

kontrol * (30 subyek penelitian)

kontrol ** (30 subyek penelitian) perlakuan *

(30 subyek penelitian)

perlakuan ** (30 subyek penelitian)

perlakuan *** (30 subyek penelitian)

yaitu kelompok kontrol dan perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 30 subjek penelitian.

Pada awal penelitian, subjek yang digunakan sebanyak 73 orang. Dari 73 orang tersebut kemudian di skrining sesuai dengan kriteria inklusi sehingga didapatkan 60 orang. Kemudian dari subjek tersebut dikelompokkan menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, dengan pembagian 30 orang kelompok kontrol dan 30 orang kelompok perlakuan. Dari masing-masing kelompok tidak dikelompokkan berdasar penyakit sehingga penyakit subjek dapat mengganggu hasil dari pemeriksaan kimiawi urinalisis. Gambaran pembagian subjek penelitian dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Pembagian Subjek Penelitian

Keterangan:

*) pemeriksaan awal **) pemeriksaan tengah ***) pemeriksaan akhir

E. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah pedukuhan Dayakan, Kelurahan Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman. Hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis diperoleh dari Laboratorium Bethesda, Yogyakarta.

kontrol *** (30 subyek penelitian) perlakuan ***

(30 subyek penelitian)


(49)

F. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Oktober 2012. Pengambilan data dilakukan dari bulan Juli-Oktober 2012.

G. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah nonprobability sampling, dengan jenissampling purposive.Nonprobability sampling yaitu salah satu teknik pengambilan sampel dengan tidak memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sampling purposive yaitu sampel ditentukan dengan suatu pertimbangan tertentu dari peneliti (Sugiyono, 2008).

Purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Mula-mula peneliti mengidentifikasi semua karakteristik populasi, kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangannya, sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian, sehingga teknik pengambilan sampel secara purposive ini didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri (Notoatmodjo, 2003).

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa formulir data subjek penelitian, ethical clearance, materi edukasi, pot urin dan strip reagen/analisis

Dipstick. Formulir data penelitian berisi nama, jenis kelamin, umur, dan pekerjaan, diperoleh pada awal penelitian.


(50)

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang masyarakat di pedukuhan Dayakan desa Sardonoharjo Kec.Ngaglik, Kab. Sleman DIY yang berusia 30-70 tahun, baik pria maupun wanita. Setelah itu dilakukan penawaran kerja sama kapada responden yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini. 2. Penentuan subjek penelitian

Subjek penelitian ditentukan dengan teknik purposive sampling. Subjek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki (Setiawan, 2005). Dari formulir data penelitian terdapat 73 orang yang terdaftar, setelah itu dilakukan skrining sesuai dengan umur yang ditentukan, sehingga didapat 60 subjek penelitian. selanjutnya dilakukan pembagian kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Sampel minimal yang digunakan untuk penelitian eksperimental adalah 15 orang untuk setiap populasi (Hasan, 2002). Sedangkan dalam penelitian ini digunakan 60 orang yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 30 orang kelompok kontrol dan 30 orang kelompok perlakuan. Pembagian kelompok berdasarkan dari hasil pemeriksaan urinalisis awal. Dari hasil tersebut, dibagi 2 kelompok secara seimbang baik subjek yang memiliki hasil pemeriksaan urinalisis baik maupun buruk.


(51)

3. Permohonan izin dan kerja sama

Permohonan izin penelitian dilakukan untuk memperoleh izin melakukan penelitian pada populasi di Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Pada bulan Juni 2012, proses permohonan izin dimulai dengan memasukkan permohonan izin dan proposal penelitian ke BAPPEDA Sleman. Selanjutnya perizinan di kantor Kecamatan Ngaglik dan Desa Sardonoharjo sebagai tempat penelitian serta Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada untuk memenuhi etika penelitian (ethical clearance) menggunakan sampel biologis manusia yaitu urin. Permohonan ijin juga diajukan ke Laboratorium Bethesda Yogyakarta sebagai tempat pemeriksaan urin.

4. Pelaksanaan Penelitian

a. Pengukuran awal pemeriksaan kimiawi urinalisis

Pengukuran awal pemeriksaan kimiawi urinalisis dilakukan dengan mengunjungi rumah masing-masing subjek penelitian disertai dengan pengisian formulir data penelitian bagi yang menyetujui mengikuti penelitian ini dan menjelaskan bagaimana cara pengambilan midstream urine di pagi hari serta pemberian pot urin. Urin diambil pada pagi hari di masing-masing rumah dan kemudian diantar ke Laboratorium Bethesda. Kunjungan ke rumah subjek penelitian dan pengambilan sampel urin dilakukan selam 4 hari dimana setiap harinya terdapat 15 sampel urin yang diambil. Pemeriksaan ini dilakukan pada tanggal 9 sampai 12 Juli 2012. Setelah mendapatkan hasil


(52)

pemeriksaan, dilakukan pembagian kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

b. Pelaksanaan edukasi pertama

Edukasi pertama diadakan pada tanggal 18 Juli 2012 bertempat di aula Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo. Kelompok perlakuan diundang pada pukul 18.30 WIB, namun karena bersamaan dengan sholat Ishak, maka acara dimulai pada pukul 19.00 WIB. edukasi diberikan oleh dr. Fransisca, sebagai dokter di Puskesmas Umbulharjo II. Interaksi berupa tanya jawab antara dokter sebagai narasumber dan subjek penelitian berlangsung dalam acara ceramah. Ceramah dikemas dalam waktu satu jam dengan bahasa pengantar adalah Bahasa Jawa. Bahasa Jawa digunakan dalam ceramah ini dikarenakan subjek penelitian yang lebih memahami menggunakan Bahasa Jawa. Ceramah pertama berisi tentang manfaat penting air putih, kesehatan ginjal, serta sedikit penjelasan interpretasi data hasil pemeriksaan urinalisis.

c. Pengukuran kedua pemeriksaan kimiawi urinalisis

Metode pengambilan sampel urin sama pada pemeriksaan pertama, yaitu dengan mengunjungi masing-masing rumah subjek penelitian. Pemeriksaan dilakukan satu minggu setelah pemberian edukasi pertama, yaitu tanggal 23 sampai 26 Agustus 2012.

d. Pelaksanaan edukasi kedua

Pelaksanaan edukasi kedua yaitu tanggal 27 Agustus 2012 bertempat di aula Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo. Kelompok perlakuan diundang


(53)

pukul 19.00 WIB dan acara berlangsung tepat waktu. Narasumber pada edukasi kedua ini yaitu dr. Atma Setiawati. Interaksi tanya jawab antara narasumber dan subjek penelitian juga berlangsung pada ceramah kedua ini. Materi ceramah kedua ini yaitu tentang kebutuhan tubuh akan cairan, cara membiasakan minum air putih, serta penyakit yang muncul apabila tidak membiasakan minum air putih. Acara berlangsung selama satu setengah jam. e. Home careserta penyebaran undangan edukasi ketiga

Tiga minggu setelah pemberian edukasi kedua, dilakukan home care

atau kunjungan ke subjek penelitian kelompok perlakuan serta pemberian undangan edukasi ketiga. Kunjungan dilakukan dengan menanyakan beberapa hal tentang perubahan perilaku subjek terkait kebiasaan minum air putih, selain itu diingatkan untuk mau berubah dan membiasakan meminum air putih bagi kesehatan.

f. Pelaksanaan edukasi ketiga

Edukasi ketiga dilakukan pada tanggal 28 September 2012 bertempat di aula Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo. Edukasi terakhir ini kembali diberikan oleh dr. Atma Setiawati sebagai narasumber. Ceramah ini kembali mengingatkan kepada subjek penelitian pentingnya membiasakan minum air putih dan mendorong mereka untuk mengubah kebiasaan minum.

g. Pengukuran terakhir pemeriksaan kimiawi urinalisis

Pengukuran terakhir dilakukan pada tanggal 1 sampai 4 Oktober 2012. Metode pengumpulan urin sama dengan pemeriksaan urinalisis awal.


(54)

Selanjutnya hasil pemeriksaan diberikan satu minggu setelah pengambilan sampel.

h. Pemberian materi ceramah dalam bentukbookletsertasouvenir

Materi edukasi pertama sampai ketiga dikumpulkan dan dibuat dalam bentuk booklet. Tujuan dari pemberian booklet ini yaitu untuk dapat mengingatkan subjek penelitian untuk tetap membiasakan minum air putih. Isi dari booklet ini yaitu kebutuhan cairan tubuh, manfaat cairan bagi tubuh, pentingnya minum air putih bagi kesehatan, penyakit-penyakit yang terjadi apabila tidak membiasakan minum air putih. Booklet juga diberikan kepada kelompok kontrol agar mereka juga dapat memahami pentingnya membiasakan minum air putih dan mendapatkan informasi yang sama dengan kelompok perlakuan. Pada pemberian booklet ini, disertakan pemberian hasil pemeriksaan urinalisis terakhir serta souvenir sebagai kompensasi karena telah mengikuti dari awal hingga akhir penelitian.

5. Pengolahan data


(55)

Gambar 3. Skema Analisis Data

1) Uji normalitas bertujuan mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian (Azwar, 2006). Uji normalitas dilakukan dengan program statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Suatu data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p>0,05. Uji normalitas profil kimiawi urinalisis dilakukan pada kelompok kontrol dan perlakuan, sebelum dan sesudah pemberian edukasi.

data kelompok perlakuan dan kontrol

uji normalitas denganKolmogorov-Smirnov

uji signifikansiChi Square untuk mengetahui karakteristik dan pengaruh edukasi terhadap perubahan profil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Jika data

tidak memenuhi syarat maka digunakan ujiFisher

uji signifikansi pemberian edukasi pertama, kedua dan ketiga untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis setelah pemberian edukasi. Jika variabel lebih dari 2 maka digunakan ujiCochran's. AnalisisPost Hocdengan menggunakan uji

McNemardilakukan apabila ada perbedaan hasil pemeriksaan setelah pemberian edukasi dan untuk mengetahui edukasi ke berapa ada


(56)

2) Uji Chi Square digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang memiliki skala kategorik. Syarat uji Chi Squareadalah banyaknya sel dengan nilai harapan <5 tidak lebih dari 20% dari banyaknya sel secara keseluruhan. Pada penelitian ini, yang diuji yaitu karakteristik dan pengaruh edukasi terhadap perubahan profil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Suatu data dikatakan memiliki hubungan antar variabel apabila nilai p<0,05.

3) UjiFisherdigunakan apabila data tidak memenuhi syarat uji Chi Square. Data dikatakan memiliki hubungan antar variabel jika nilai p<0,05.

4) Uji Cochran s digunakan untuk uji signifikansi pemberian edukasi pertama, kedua dan ketiga pada kelompok kontrol dan perlakuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis setelah pemberian edukasi. Jika variabel lebih dari 2 maka digunakan uji ini. Data dikatakan paling tidak terdapat perbedaan hasil jika nilai p<0,05.

5) Analisis Post Hoc dengan menggunakan uji McNemar dilakukan apabila ada perbedaan hasil pemeriksaan setelah pemberian edukasi dan untuk mengetahui edukasi ke berapa ada perbedaan hasil pemeriksaan. Suatu data dikatakan memiliki hubungan antar variabel apabila nilai p<0,05.

J. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian 1. Kesulitan yang dihadapi selama penelitian yaitu:


(57)

a. Berkomunikasi dengan subjek penelitian yang tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia.

b. Penolakan dari beberapa subjek yang didatangi untuk mengikuti penelitian. c. Menentukan narasumber yang akan memberikan edukasi.

d. Menyesuaikan waktu antara narasumber pada edukasi dengan jadwal edukasi serta penyesuaian waktu dengan kegiatan subjek penelitian di dukuh (bertepatan dengan bulan suci Ramadhan).

e. Penyesuaian waktu edukasi karena bertabrakan dengan kesibukan subjek penelitian dalam pekerjaan dan waktu sholat.

f. Jarak antara tempat penelitian dengan tempat pemeriksaan urinalisis cukup jauh serta penundaan waktu pemeriksaan sampel.

Peneliti mengatasi masalah yang terjadi dengan cara:

a. Mencoba berbicara menggunakan Bahasa Jawa Krama Inggil

b. Mencari subjek yang benar-benar mau bekerja sama dalam penelitian ini. c. Mencari informasi tentang narasumber yang berkompeten memberikan

edukasi tentang kebiasaan minum air putih.

d. Mengadakan edukasi di waktu yang telah disepakati subjek penelitian dengan narasumber.

e. Mengambil jam malam setelah sholat Ishak untuk mengadakan edukasi. f. Mengantarkan sampel secepat mungkin ke laboratorium agar tidak

mempengaruhi kondisi sampel serta memasukkan sampel ke dalam termos es untuk menjaga stabilitas sampel sebelum dilakukan pemeriksaan.


(58)

2. Kelemahan penelitian

Kelemahan penelitian ini antara lain hal-hal yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti, misalnya komunikasi antara kelompok perlakuan dan kontrol setelah pemberian edukasi karena jarak rumah yang berdekatan, dan penundaan waktu pemeriksaan urinalisis. Peneliti juga tidak dapat mengontrol makanan dan minuman serta konsumsi obat yang kemungkinan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis. Kelemahan lain dalam penelitian ini yaitu pelaksanaan penelitian yang bertepatan dengan bulan ramadhan (berpuasa) pada saat pemeriksaan kimiawi urinalisis tengah, sehingga hal ini dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan urinalisis. Edukator yang berbeda juga berpengaruh karena cara pemberian informasi yang berbeda dapat mempengaruhi pemahaman dari subjek.


(59)

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Karakteristik Awal Subjek Terkait dengan Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis

Profil karakteristik populasi warga pedukuhan Dayakan, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman dicantumkan dalam tabel III dan digunakan sebagai data dasar (baseline) dalam penelitian. Setiap kriteria menggambarkan karakteristik subjek yang diuji secara statistik. Uji statistik yang digunakan adalah

Chi Square untuk skala pengukuran kategorik dan data yang tidak memenuhi syarat uji Chi Squaredilakukan dengan menggunakan uji Fisher. Uji statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antar variabel pada karakteristik awal kelompok perlakuan dan kontrol.

Fokus dari penelitian ini adalah gambaran hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada subjek. Berdasarkan tabel III, seluruh kriteria karakteristik subjek penelitian memiliki nilai p>0,05, artinya antara kelompok perlakuan dan kontrol masing-masing memiliki kriteria karakteristik yang berbeda tetapi tidak bermakna. Hasil ini sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian karena sebagai data


(60)

Tabel III. Profil Karakteristik Awal Subjek

Kriteria Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol p

n % n %

Usia 30 30-59 th: 76,7

60-70 th: 23,3 30 30-59 th: 83,360-70 th:16,7 0,619*

Jenis kelamin 30 Laki-laki: 50

Perempuan: 50 30 Perempuan: 50Laki-laki: 50 1,000*

Kriteria n Kategori (%) n Kategori (%) p

Protein 30 Normal: 90

Tidak normal: 10 30 Normal: 96,7Tidak normal: 3,3 0,612**

Glukosa 30 Normal: 86,7

Tidak normal: 13,3 30 Normal: 90Tidak normal: 10 1,000**

Keton 30 Normal: 96,7

Tidak normal: 3,3 30 Normal: 100Tidak normal: 0 1,000**

Nitrit 30 Normal: 96,7

Tidak normal: 3,3 30 Normal: 96,7Tidak normal: 3,3 1,000**

Lekosit Esterase 30 Normal: 90

Tidak normal: 10 30 Normal: 93,3Tidak normal: 6,7 1,000**

Darah 30 Normal: 86,7

Tidak normal: 13,3 30 Normal: 90Tidak normal: 10 1,000**

Keterangan:

n = jumlah subjek penelitian *) Uji statistikChi Square

**) Uji statistikFisher

1. Usia

Distribusi usia subjek penelitian ditunjukkan pada gambar 4. Gambar menunjukkan bahwa distribusi normal karena data tersebar di sekitar garis. Uji statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menghasilkan nilai p=0,200. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa umur subjek penelitian terdistribusi normal.


(61)

Gambar 4. Distribusi Usia Subjek Penelitian

Usia subjek dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2, yaitu kelompok middle age dengan rentang umur 30-59 tahun dan kelompok elderly

dengan rentang umur 60-70 tahun. Pembagian usia ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil pemeriksaan antara kelompok dewasa dengan kelompok lansia.


(62)

Gambar 5. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Kelompok Usia

Persentase jumlah subjek penelitian tertinggi pada kelompok middle age

yaitu pada kelompok kontrol sebesar 83,3% (25 orang) dan pada kelompok usia

elderly yaitu kelompok perlakuan sebesar 23,3% (7 orang). Kelompok usia tertinggi yaitu padamiddle age pada kelompok kontrol dan perlakuan.

Berdasarkan uji statistik Chi Square terhadap usia pada kelompok perlakuan dan kontrol diperoleh nilai p=0,619. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa profil usia dari kelompok subjek penelitian berbeda tetapi tidak bermakna. Hal ini berarti bahwa profil usia pada subjek penelitian kelompok perlakuan dan kontrol adalah sama. 83.3 16.7 76.7 23.3 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

30-59 tahun 60-70 tahun

pe rs en ta se ju m la h su bj ek p en el iti an (% ) kelompok usia kontrol perlakuan


(63)

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin dibagi menjadi dua kelompok yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan gambar 6, secara umum persentase jumlah subjek penelitian perempuan sama dengan laki-laki. Pada masing-masing kelompok, persentase jumlah subjek penelitian perempuan sama banyak dengan laki-laki. Uji statistikChi Square terhadap jenis kelamin pada kelompok perlakuan dan kontrol memberikan nilai p=1,000. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa profil jenis kelamin antara kelompok perlakuan dan kontrol tidak berbeda atau dapat dikatakan sama.

Gambar 6. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

3. Berat jenis, pH, bilirubin, urobilinogen

Profil berat jenis, pH, bilirubin, dan urobilinogen pada pemeriksaan awal subjek penelitian memberikan hasil normal sehingga tidak dilakukan uji statistik untuk mengetahui perbedaan profilnya. Berat jenis dapat digunakan untuk

0 10 20 30 40 50 60 kontrol perlakuan pe rs en ta se ju m la h su by ek p en el iti an (% ) kelompok laki-laki perempuan


(64)

mengukur kepadatan urin serta dapat dipakai untuk menilai kemampuan ginjal memekatkan dan mengencerkan urin dengan nilai normal 1,005-1,030. Dari data penelitian, berat jenis subjek dalam rentang 1,005-1,030; dimana menunjukkan kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin subjek masih baik.

pH normal manusia yaitu 5,0-8,0; namun pH dapat bervariasi sepanjang hari karena dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan minuman. Urin pagi biasanya bersifat asam, sedangkan pH basa menandakan adanya infeksi. Dari data penelitian, pH subjek berkisar 5,0-6,5. Hal ini menunjukkan bahwa pH dalam rentang normal.

Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urin yaitu bilirubin terkonjugasi karena tidak terikat albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urin. Dari hasil pemeriksaan, bilirubin subjek normal dimana menandakan tidak ada bilirubinuria atau gangguan hati. Urobilinogen merupakan bilirubin terkonjugasi yang mencapai ke dalam usus dan diubah oleh bakteri menjadi urobilinogen. Sekitar 1% yang diekskresikan melalui urin atau dalam kisaran 0,2-1,0 mg/dL. Seluruh subjek penelitian memiliki kadar urobilinogen normal yang menandakan tidak ada gangguan pada hati.

4. Protein

Protein dibagi menjadi dua kategori, yaitu normal dan tidak normal. Dalam urin seharusnya tidak mengandung protein. Hasil yang menunjukkan negatif (-) termasuk ke dalam kategori normal, sedangkan hasil yang


(65)

menunjukkan positif (+) satu atau lebih termasuk ke dalam kategori tidak normal (proteinuria). Distribusi proteinuria pada pemeriksaan awal kelompok kontrol dan perlakuan ditunjukkan pada gambar 7.

Gambar 7. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Proteinuria pada Pemeriksaan Awal

Persentase jumlah subjek penelitian proteinuria pada kedua kelompok yaitu 13,3%. Pada kelompok kontrol, subjek penelitian proteinuria sebesar 3,3% (1 orang) dan pada kelompok perlakuan sebesar 10% (3 orang). Distribusi data ini menghasilkan nilai p=0,000, dimana mengartikan data tidak terdistribusi normal. Uji statistik Fisher terhadap perbedaan protein pada kelompok kontrol dan perlakuan memberikan nilai p=0,612. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa profil protein antara kelompok perlakuan dan kontrol berbeda tidak bermakna atau dapat dikatakan sama.

3.3 10 0 2 4 6 8 10 12 kontrol perlakuan pe rs en ta se ju m la h su bj ek p en el iti an (% ) kelompok protein


(66)

5. Glukosa

Profil glukosa dibagi menjadi 2 kategori yaitu normal dan tidak normal. Dikatakan normal apabila hasil pemeriksaan menunjukkan nilai negatif (-) dan dikatakan tidak normal (glukosuria) apabila menunjukkan nilai positif (+) satu maupun lebih. Distribusi profil glukosuria pada kelompok kontrol dan perlakuan ditunjukkan pada gambar 8.

Gambar 8. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Glukosuria pada Pemeriksaan Awal

Persentase profil glukosuria pada kelompok kontrol yaitu 10% dan pada kelompok perlakuan yaitu 13,3%. Adanya profil glukosuria pada pemeriksaan awal ini dikarenakan sebagian subjek penelitian memiliki riwayat penyakit

diabetes mellitus serta gaya hidup yang salah. Distribusi profil glukosa menghasilkan nilai p=0,000 atau dapat dikatakan terdistribusi tidak normal. Uji statistikFisherterhadap perbedaan glukosa pada kelompok kontrol dan perlakuan

10 13.3 0 2 4 6 8 10 12 14 kontrol perlakuan pe rs en ta se ju m la h su bj ek pe ne lit ia n (% ) kelompok glukosa


(67)

memberikan nilai p=1,000. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa profil glukosa antara kelompok perlakuan dan kontrol berbeda tidak bermakna atau dapat dikatakan sama.

6. Keton

Profil keton dibagi menjadi 2 kategori yaitu normal dan tidak normal. Dikatakan normal apabila hasil pemeriksaan menunjukkan nilai negatif (-) dan dikatakan tidak normal (ketonuria) apabila menunjukkan nilai positif (+) satu maupun lebih. Distribusi profil ketonuria pada kelompok kontrol dan perlakuan ditunjukkan pada gambar 9.

Gambar 9. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Ketonuria pada Pemeriksaan Awal

Persentase profil ketonuria pada kelompok perlakuan yaitu 3,3% dan pada kelompok kontrol tidak ada. Distribusi profil keton menghasilkan nilai

0 3.3 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 kontrol perlakuan pe rs en ta se ju m la h su bj ek p en el iti an (% ) kelompok keton


(1)

Contoh menu seimbang untuk orang dewasa perhari : Nasi/ pengganti sumber karbohidrat lainnya : 4-5 piring Lauk hewani : 3-4 potong

Lauk nabati : 2-4 potong Sayuran : 1 ½ - 2 mangkok Buah-buahan : 2-3 potong


(2)

Diet rendah garam yang dimaksud disini adalah garam Natrium. Gram dapur adalah sumber utama garam Natrium. Tujuan dilakukan dier rendah garam :

1. Membantu menghilangkan penimbunan garam / air dalam jaringan tubuh. 2. Membantu menurunkan tekanan darah bila ada tekanan darah tinggi

Garam natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan pada saat memasak atau mengolah makanan yang berasal dari hewan.

Garam natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa : Garam dapur, vetsin, soda kue, natrium benzoat (biasa terdapat pada pengawet buah), natrium bisulfit (biasa terdapat pada pengawet daging, seperti pada corned beef)

Makanan yang boleh dikonsumsi yaitu semua makanan segar tanpa garam seperti :

 Beras, ketan, ubi, mie tawar, tepung maizena, tepung terigu, tepung hungkwee, gula pasir.

 Kacang-kacangan (kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, kacang polong), tempe, tahu, oncom

 Minyak goreng, margarine tanpa garam

 Semua sayuran dan buah segar

 Semua bumbu-bumbu segar dan kering yang tidak mengandung garam dapur

 Minuman seperti kopi, teh, sirup, minuman botol ringan dan sari buah Makanan yang dibatasi

Daging atau ayam atau ikan paling banyak 100 g sehari, telur ayam atau telur bebek max. 1 butir perhari

Makanan yang tidak diperbolehkan

Semua makanan yang diberi garam natrium pada pengolahan seperti :

 Roti, biskuit, kreker, cake dan kue lain yang dimasakn dengan garam dapur dan atau soda kue

 Jeroan, dendeng, abon, corned beef, daging asap, ikan asin, ikan pindang sarden, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang

 Keju, margarin

 Semua sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur

 Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap asin, coklat Diet Rendah Protein Purin Tujuan diet :

1. Menurunkan kadar asam urat dalam darah 2. Memperlancar pengeluaran asam urat Makanan yang diperbolehkan :

 Sumber karbohidrat : nasi, nasi tim, bubur, roti gandum, makaroni, pasta, jagung, krntang, ubi dan talas, sereal

 Sumber protein hewani : telur, susu skim

 Semua sayuran yang mengandung sedikit protein : oyong, kangkung, kol, timun, tomat, labu air, selada, sawi, lobak.

 Semua macam buah-buahan

 Minyak / lemak diberikan dalam jumlah terbatas

 Semua macam minuman yang tidak beralkohol


(3)

Makanan yang dibatasi

 Tempe, tahu, oncom maks 50 g/hari

 Kacang-kacangan (kajang hijau, kacang tanah, kacang kedelai) paling banyak 25 mg/hari

 Daging, ayam, ikan tongkol, bawal, bandeng, kentang, udang maks. 50 g/hari

 Sayuran yang mengandung protein tinggi : bayam, buncis, daun melinjo, melinjo, labu siam, kacang kapri, kacang polong, kembang kol, kacang panjang, asparagus, dan jamur maks. 50 g/hari

 Makanan yang berlemak dan menggunakan santan kental, makanan yang digoreng

 Minuman yang mengandung soda dan alkohol, kopi, teh, tape Makanan yang dihindari

 Hati, ginjal, jantu, limpa, otak, ham, sosis, babt, usus, paru, sarden, kaldu daging, bebek, burung, angsa,, ragi

 Minyak kelapa, santan kental, mayonaise

 Emping belinjo

 Minum-minuman keras : arak, ciu, bir, brendi Cara mengatur diet :

1. Memasak merebus, mengukus, mengungkep, menumis, memanggang, atau membakar

2. Banyak makan buah-buahan yang mengandung air, untuk memperlancar pengeluaran asam urat

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Olahraga secara teratur untuk mencegah kaku sendi 2. Hindari minuman atau suplemen berenergi

DAFTAR PUSTAKA

Sawyer, Clair N., 1994. Chemistry For Environmental Engineering, Fourth Edition. McGrawHill, Inc. Singapore

Wijayanti, Fitria Kusuma, 2008. Profil Pencemaran Logam Berat Di Air Dan Sedimen Sungai Citarum Segmen Dayeuh Kolot Sampai Nanjung. Tugas Akhir S1. Program Studi teknik Lingkungan, FTSL, ITB : Bandung

http://saranatel.net/uji.html

http://organisasi.org/kekurangan-cairan-tubuh-dehidrasi-gejala-diagnosis-jenis-macam-pengobatan

http://saufa.student.umm.ac.id/2010/07/28/manfaat-minum-air-putih-bagi-kesehatan/

MULAILAH HIDUP SEHAT DENGAN MINUM AIR PUTIH

SETIAP HARI


(4)

(5)

(6)

BIOGRAFI PENULIS

Berta Trifina Mardani, anak bungsu dari tiga bersaudara

pasangan Stephanus Mardjono dan Harnanik Widyastuti Ester,

lahir di Kabupaten Semarang tanggal 27 September 1991.

Penulis mulai mengenal bangku sekolah di Taman Kanak-Kanak

Siwi Peni Salatiga pada tahun 1995-1997. Pendidikan Dasar

ditempuh di SD Ledok 02 Salatiga pada tahun 1997-2003. Jenjang Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama ditempuh di SMP Negeri 1 Salatiga. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

ditempuh di SMA Kristen 1 Salatiga. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta 2009-2012 dan memperoleh gelar Sarjana Farmasi.

Selama di Fakultas Farmasi, kegiatan yang diikuti oleh penulis antara lain Panitia

Titrasi 2010 sebagai Sie Pendamping Kelompok, Panitia Insadha 2011 sebagai

Sekretaris Bidang Acara, Unit Kegiatan Fakultas Kerohanian Agama Kristen sebagai

Sie Doa periode 2010-2011 dan sebagai Koordinator periode 2011-2012 serta

Program Kreativitas Mahasiswa 2012 dengan judul Korelasi antara Kebiasaan

Minum Air Putih dengan Gambaran Klinis Urinalisis pada Buruh Tani di Kecamatan

Ngaglik, Kab. Sleman , Penyuluhan tentang Pencegahan Osteoporosis pada Ibu-Ibu

dibawah Umur 50 Tahun di Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Sleman , dan

Penyuluhan tentang Edukasi Jajanan Pasar yang Bersih dan Higienis pada anak-anak

SD, Orang Tua, dan Pedagang di SD Krapyak 01 Sleman sebagai peserta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Jumlah Air Pengencer Terhadap Pemisahan Minyak Dari Cairan Pada Stasiun Pressan Di PTP Nusantara IV Pulu Raja

11 57 45

Pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap pemeriksaan kimiawi urinalisis pada masyarakat pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

0 3 181

Pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap pemeriksaan sedimen urinalisis pada masyarakat pedukuhan Dayakan, Sardanoharjo, Ngaglik, Sleman.

0 2 132

Pengaruh Kebiasaan Minum Air Mineral Terhadap Perubahan Warna Gigi Sulung.

0 1 8

MENGHILANGKAN KEBIASAAN MINUM AIR MINERA

0 0 9

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA WANITA MENOPAUSE DI DESA BLEKIK SARDONOHARJO NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA - DIGILIB UNISAYOGYA

0 1 16

PENGARUH PENGAJIAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN HARGA DIRI PADA LANSIA DI MINOMARTANI NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Pengajian Kelompok terhadap Peningkatan Harga Diri pada Lansia di Minomartani Ngaglik Sleman Yogyakarta - DIGILIB

0 0 14

Efektivitas Rosella Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di RT 3 dan RT 4 Candikarang Sardonoharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 20

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DI DUSUN KRODAN, MAGUWOHARJO- SLEMAN, YOGYAKARTA

0 0 161

Pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap pemeriksaan sedimen urinalisis pada masyarakat pedukuhan Dayakan, Sardanoharjo, Ngaglik, Sleman - USD Repository

0 1 130