Pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap pemeriksaan kimiawi urinalisis pada masyarakat pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
xxi
INTISARI
Pemberian edukasi hidup sehat dapat mengubah perilaku subjek. Salah satu edukasi hidup sehat yaitu tentang kebiasaan minum air putih. Kebiasaan minum air putih dapat mengurangi risiko terhadap dehidrasi dan gangguan pada organ ginjal serta saluran kemih. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada subjek.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi-experimental research dengan rancangan penelitian non-randomized pretest-posttest control group design. Kriteria inklusi subjek penelitian yaitu laki-laki dan perempuan berusia 30-70 tahun yang bertempat tinggal di Pedukuhan Dayakan, Ngaglik, Sleman serta bersedia bekerja sama dalam penelitian ini. Edukasi diberikan sebanyak 3 kali dengan menggunakan metode ceramah danhome care.
Hasil uji Chi square dan uji Fisher menunjukkan bahwa pengaruh pemberian edukasi berulang kelompok perlakuan yang dilihat dari pengukuran awal, tengah, dan akhir berbeda tidak bermakna. Hasil data penelitian menunjukkan kelompok perlakuan ada penurunan persentase jumlah subjek kategori tidak normal dari profil kimiawi urinalisis, namun secara statistik menggunakan uji Cochran’s
berbeda tidak bermakna (p>0,05). Pada kelompok kontrol tidak ada penurunan persentase jumlah subjek pada kategori tidak normal dan secara statistik berbeda tidak bermakna. Pemberian edukasi berulang tentang kebiasaan minum air putih memberikan pengaruh berbeda tidak bermakna terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada subjek.
(2)
xxii
ABSTRACT
Provision of education healthy lifestyle can change the behavior of the subject. One healthy living education is about drinking water. Drinking water can reduce the risk of dehydration and disorders of the kidneys and urinary tract. This research was conducted to determine the effect of differences in the amount given education regarding drinking water for chemical urinalysis test results on the subject.
This study included type of Quasi-experimental research studies with non-randomized study design pretest-posttest control group design. Inclusion criteria for the study subjects are men and women aged 30-70 years who lived in the hamlet Dayakan, Ngaglik, Sleman and willing to cooperate in this study. Education given three times used speech method and home care.
The results of Chi square test and Fisher's test showed that the effect of repeated treatment group education as seen from the measurement of the beginning, middle, and end are not significantly different. The results of the data showed no decrease in the treatment group the percentage of subjects from each category of abnormal urinalysis chemical profiles, but statistically using Cochran's test did not differ significantly (p> 0.05). In the control group there was no decrease in the percentage of subjects in the category is not normal and not significantly different statistically. Providing education drinking water recurrent give not significantly different for chemical urinalysis test results of subject.
(3)
ii
PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIAWI URINALISIS PADA MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK,
SLEMAN, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Berta Trifina Mardani NIM : 098114042
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
iii
THE EFFECT OF EDUCATION ABOUT DRINKING WATER HABIT FOR CHEMICAL URINALYSIS EXAMINATION OF PUBLIC IN HAMLET DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA
UNDERGRADUATE THESIS
Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement To Obtain Sarjana Farmasi (S. Farm)
In Faculty of Pharmacy
By :
Berta Trifina Mardani Student Number : 098114042
FACULTY OF PHARMACY SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA 2013
(5)
iv SKRIPSI
PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIAWI URINALISIS PADA MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK,
SLEMAN, YOGYAKARTA
Yang diajukan oleh: Berta Trifina Mardani
NIM : 098114042
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
dr. Fenty, M. Kes., Sp.PK. tanggal: 21 Januari 2013
iv SKRIPSI
PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIAWI URINALISIS PADA MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK,
SLEMAN, YOGYAKARTA
Yang diajukan oleh: Berta Trifina Mardani
NIM : 098114042
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
dr. Fenty, M. Kes., Sp.PK. tanggal: 21 Januari 2013
iv SKRIPSI
PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIAWI URINALISIS PADA MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK,
SLEMAN, YOGYAKARTA
Yang diajukan oleh: Berta Trifina Mardani
NIM : 098114042
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
(6)
v
Pengesahan Skripsi Berjudul
PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIAWI URINALISIS PADA MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK,
SLEMAN, YOGYAKARTA
Oleh:
Berta Trifina Mardani NIM: 098114042
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Pada tanggal : 21 Januari 2013
Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Dekan
Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. Pembimbing:
dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK. ………..
Panitia Penguji:
1. Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. ………..
2. Phebe Hendra, M. Si., Apt., Ph.D. ………..
(7)
vi HALAMAN PERSEMBAHAN
Tidak ada kesalahan di dalam hidup, Yang ada hanyalah pembelajaran.. “there are no mistakes in life, Just lessons”
Kupersembahkan karya kecil ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang tidak pernah meninggalkanku dan selalu memberi kemampuan
Keluargaku yang merupakan hadiah terindah dari Bapa Almamaterku
(8)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Berta Trifina Mardani
Nomor mahasiswa : 098114042
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Pengaruh Jumlah Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih Terhadap Hasil Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis pada Masyarakat Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 21 Januari 2013 Yang menyatakan
(9)
viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Januari 2013 Penulis
(10)
ix PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena hanya dengan anugerah, berkat, bimbingan, kasih, dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Jumlah Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih Terhadap Hasil Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis pada Masyarakat Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi, dorongan, kritik, dan saran hingga terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada:
1. Tuhan Yesus yang selalu memberi hikmat, akal budi, kepandaian, kekuatan, dan kemampuan sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, saran, bimbingan, dan motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Phebe Hendra, M. Si., Apt., Ph.D. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan petunjuk demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan petunjuk dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dukuh Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman yang memberikan izin untuk melakukan penelitian.
7. dr. Fransisca yang telah memberikan edukasi pertama pada subjek penelitian. 8. dr. Atma yang telah memberikan edukasi kedua dan ketiga pada subjek penelitian.
(11)
x
9. Seluruh warga pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman yang telah bersedia mengikuti proses penelitian ini dari awal hingga akhir.
10. Papa dan mamaku tercinta atas dukungan, doa, kasih sayang, perhatian, dan motivasi yang telah diberikan.
11. Mbak Priska dan Mbak Age yang telah memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang serta perhatiannya untukku.
12. Mayke sebagai teman seperjuanganku di skripsi ini atas segala bantuan, kebersamaan, dukungan, suka duka, canda tawa, dan perhatian dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
13. Herta yang selalu mendukung, memotivasi, dan menyemangatiku.
14. Wanda, Hera, dan Lambang sebagai sahabatku selama tiga setengah tahun ini yang telah memberi semangat, doa, dan dukungan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
15. Teman-teman FSM A angkatan 2009 atas persahabatan selama ini.
16. Teman-teman FKK A angkatan 2009 atas kebersamaannya dalam proses belajar dan saling membangun dalam presentasi.
17. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pikiran, tenaga, dan waktu penulis. Oleh karena itu, penulis pengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sehingga dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 21 Desember 2013
(12)
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL... ii
PAGE TITTLE... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN MEDIS ... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii
PRAKATA... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
INTISARI... xxi
ABSTRACT... xxii
BAB I PENGANTAR... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Perumusan masalah ... 4
2. Keaslian penelitian ... 4
3. Manfaat penelitian... 5
B. Tujuan Penelitian ... 6
1. Tujuan umum ... 6
2. Tujuan khusus ... 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 7
(13)
xii
B. Kebiasaan Minum ... 9
C. Kebutuhan Cairan... 10
D. Urin ... 11
E. Urinalisis ... 11
F. Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis... 12
1. Analisisdipstick... 13
a. Berat jenis... 13
b. pH... 13
c. Protein ... 14
d. Glukosa ... 15
e. Keton ... 15
f. Bilirubin ... 15
g. Darah ... 16
h. Urobilinogen ... 16
i. Nitrit ... 16
j. Lekosit esterase ... 17
G. Edukasi... 18
H. Ceramah ... 20
I. Landasan Teori... 20
J. Kerangka Konsep ... 22
K. Hipotesis... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 23
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23
B. Variabel Penelitian ... 24
C. Definisi Operasional... 25
D. Subjek Penelitian... 26
E. Lokasi Penelitian ... 27
F. Waktu Penelitian ... 28
(14)
xiii
H. Instrumen Penelitian... 28
I. Tata Cara Penelitian ... 29
1. Observasi awal ... 29
2. Penentuan subjek penelitian ... 29
3. Permohonan izin dan kerja sama ... 30
4. Pelaksanaan penelitian ... 30
5. Pengolahan data ... 33
J. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 38
A. Profil Karakteristik Awal Subjek Terkait dengan Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis ... 38
1. Usia ... 39
2. Jenis kelamin... 42
3. Berat jenis, pH, bilirubin, urobilinogen ... 42
4. Protein ... 43
5. Glukosa ... 45
6. Keton ... 46
7. Nitrit ... 47
8. Lekosit esterase ... 48
9. Darah ... 49
B. Pengaruh Pemberian Edukasi Pertama, Kedua, dan Edukasi Ketiga tentang Kebiasaan Minum Air Putih terhadap Profil Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis Awal, Tengah, dan Akhir ... 50
1. Protein ... 51
2. Glukosa ... 53
3. Keton ... 56
4. Lekosi esterase ... 59
(15)
xiv
C. Pengaruh Pemberian Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih pada Kelompok Perlakuan Dibandingkan dengan Kelompok Kontrol pada Pemeriksaan
Kimiawi Urinalisis Awal, Tengah, dan Akhir ... 62
BAB V KESIMPULAN... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. Saran... 69
DAFTAR PUSTAKA... 70
LAMPIRAN... 75
(16)
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Nilai Normal Pemeriksaan Urinalisis……….. 17
Tabel II. Penyebab Positif Palsu dan Negatif Palsu pada Hasil Urinalisis…… 18
Tabel III. Profil Karakteristik Awal Subjek………. 39
Tabel IV. Profil Karakteristik Tengah Subjek………. 64
Tabel V. Profil Karakteristik Akhir Subjek……… 64
Tabel VI. Profil Karakteristik Awal, Tengah, dan Akhir Subjek……….. 65
Tabel VII.Signifikansi Kelompok Perlakuan Dibandingkan dengan Kelompok Kontrol pada Pengukuran Awal, Tengah, dan Akhir……….. 65
(17)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Skema Rancangan Eksperimental Ulang Non-Random Jenis
Penelitian Eksperimental Semu……….. 24
Gambar 2. Pembagian Subjek Penelitian………. 27
Gambar 3. Skema Analisis Data……….. 34
Gambar 4. Distribusi Usia Subjek Penelitian………... 40
Gambar 5. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Kelompok Usia……… 41
Gambar 6. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin. 42 Gambar 7. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Proteinuria pada Pemeriksaan Awal……….. 44
Gambar 8. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Glukosuria pada Pemeriksaan Awal……….. 45
Gambar 9. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Ketonuria pada Pemeriksaan Awal……….. 46
Gambar 10. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Nitrit Positif pada Pemeriksaan Awal……….. 47
Gambar 11. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Lekosit Esterase Positif pada Pemeriksaan Awal……… 48
Gambar12. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Hematuria pada Pemeriksaan Awal……….. 50
Gambar 13. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Proteinuria Kelompok Kontrol dan Perlakuan……….. 52
Gambar 14. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Glukosuria Kelompok Kontrol dan Perlakuan……….. 54
Gambar 15. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Ketonuria Kelompok Kontrol dan Perlakuan……….. 56
(18)
xvii
Gambar 16. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Nitrit Positif
Kelompok Kontrol dan Perlakuan……….. 57
Gambar 17. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Lekosit Esterase Positif Kelompok Kontrol dan Perlakuan………. 58 Gambar 18. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Hematuria
(19)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Formulir Pengambilan Data Penelitian……… 74 Lampiran 2. Surat Persetujuan (Informed Consent)………. 75 Lampiran 3. Lembar Informasi untuk Responden………... 76 Lampiran 4. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Perlakuan………... 79 Lampiran 5. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Kontrol………….. 80 Lampiran 6. Output Uji Kebermaknaan Profil Karakteristik Subyek
Terkait Jenis Kelamin……….. 81
Lampiran 7. Output Uji Kebermaknaan Profil Karakteristik Subyek
Terkait Usia……….. 84
Lampiran 8. OutputProfil Pemeriksaan Kimiawi Protein…………... 88 Lampiran 9. OutputUji Perbandingan Protein pemeriksaan Sebelum,
Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih Kelompok Perlakuan………... 96 Lampiran 10.OutputUji Perbandingan Protein pemeriksaan Sebelum,
Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih Kelompok Kontrol……….. 97 Lampiran 11.Output Uji Normalitas Profil Pemeriksaan Kimiawi
Glukosa……… 98
Lampiran 12.Output Uji Perbandingan Glukosa pemeriksaan Sebelum, Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi
Kebiasaan Minum Air Putih Kelompok Perlakuan……. 106 Lampiran 13.Output Uji Perbandingan Glukosa pemeriksaan
Sebelum, Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi
(20)
xix
Lampiran 14.Output Uji Normalitas Profil Pemeriksaan Kimiawi
Keton……… 108
Lampiran 15.Output Uji Perbandingan Keton pemeriksaan Sebelum, Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi Kebiasaan
Minum Air Putih Kelompok Perlakuan………... 115 Lampiran 16.Output Uji Normalitas Profil Pemeriksaan Kimiawi
Nitrit………. 116
Lampiran 17.Output Uji Perbandingan Nitrit pemeriksaan Sebelum, Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi Kebiasaan
Minum Air Putih Kelompok Perlakuan………... 124 Lampiran 18.Output Uji Perbandingan Nitrit pemeriksaan Sebelum,
Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi Kebiasaan
Minum Air Putih Kelompok Kontrol……….. 125 Lampiran 19.Output Uji Normalitas Profil Pemeriksaan Awal
Kimiawi Lekosit Esterase……… 126
Lampiran 20.Output Uji Perbandingan Lekosit Esterase pemeriksaan Sebelum, Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi
Kebiasaan Minum Air Putih Kelompok Perlakuan……. 134 Lampiran 21.Output Uji Perbandingan Lekosit Esterase pemeriksaan
Sebelum, Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi
Kebiasaan Minum Air Putih Kelompok Kontrol………. 135 Lampiran 22.Output Uji Normalitas Profil Pemeriksaan Awal
Kimiawi Darah………. 136
Lampiran 23.Output Uji Perbandingan Darah pemeriksaan Sebelum, Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi Kebiasaan
Minum Air Putih Kelompok Perlakuan………... 144 Lampiran 24.Output Uji Perbandingan Darah pemeriksaan Sebelum,
Tengah, dan Sesudah Pemberian Edukasi Kebiasaan
(21)
xx
Lampiran 25.Surat izin dari BAPPEDA Yogyakarta……… 146 Lampiran 26. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance)…. 147 Lampiran 27.Booklet... 148 Lampiran 29.Dokumentasi Pemberian Edukasi……… 156
(22)
xxi INTISARI
Pemberian edukasi hidup sehat dapat mengubah perilaku subjek. Salah satu edukasi hidup sehat yaitu tentang kebiasaan minum air putih. Kebiasaan minum air putih dapat mengurangi risiko terhadap dehidrasi dan gangguan pada organ ginjal serta saluran kemih. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada subjek.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi-experimental research dengan rancangan penelitian non-randomized pretest-posttest control group design. Kriteria inklusi subjek penelitian yaitu laki-laki dan perempuan berusia 30-70 tahun yang bertempat tinggal di Pedukuhan Dayakan, Ngaglik, Sleman serta bersedia bekerja sama dalam penelitian ini. Edukasi diberikan sebanyak 3 kali dengan menggunakan metode ceramah danhome care.
Hasil uji Chi square dan uji Fisher menunjukkan bahwa pengaruh pemberian edukasi berulang kelompok perlakuan yang dilihat dari pengukuran awal, tengah, dan akhir berbeda tidak bermakna. Hasil data penelitian menunjukkan kelompok perlakuan ada penurunan persentase jumlah subjek kategori tidak normal dari profil kimiawi urinalisis, namun secara statistik menggunakan uji Cochran’s berbeda tidak bermakna (p>0,05). Pada kelompok kontrol tidak ada penurunan persentase jumlah subjek pada kategori tidak normal dan secara statistik berbeda tidak bermakna. Pemberian edukasi berulang tentang kebiasaan minum air putih memberikan pengaruh berbeda tidak bermakna terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada subjek.
(23)
xxii ABSTRACT
Provision of education healthy lifestyle can change the behavior of the subject. One healthy living education is about drinking water. Drinking water can reduce the risk of dehydration and disorders of the kidneys and urinary tract. This research was conducted to determine the effect of differences in the amount given education regarding drinking water for chemical urinalysis test results on the subject.
This study included type of Quasi-experimental research studies with non-randomized study design pretest-posttest control group design. Inclusion criteria for the study subjects are men and women aged 30-70 years who lived in the hamlet Dayakan, Ngaglik, Sleman and willing to cooperate in this study. Education given three times used speech method and home care.
The results of Chi square test and Fisher's test showed that the effect of repeated treatment group education as seen from the measurement of the beginning, middle, and end are not significantly different. The results of the data showed no decrease in the treatment group the percentage of subjects from each category of abnormal urinalysis chemical profiles, but statistically using Cochran's test did not differ significantly (p> 0.05). In the control group there was no decrease in the percentage of subjects in the category is not normal and not significantly different statistically. Providing education drinking water recurrent give not significantly different for chemical urinalysis test results of subject.
(24)
1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang
Air merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh manusia. Air memiliki banyak fungsi antara lain sebagai pelarut, penyusun
struktur sel, katalisator proses enzimatis, pengisi ruang antar sendi, pengatur suhu
tubuh, berperan dalam peredaran darah, dan ekskresi sisa metabolisme. Air juga
menjaga konsistensi fisik dan kimia pada cairan intrasel dan ekstrasel, sehingga
berperan langsung dalam mengatur suhu tubuh. Keseimbangan air dan elektrolit
tubuh akan mempengaruhi kemampuan termoregulasi. Suhu udara yang panas akan
menyebabkan banyaknya cairan tubuh yang hilang melalui penguapan dan keringat.
Apabila cairan tubuh tidak diganti maka akan menyebabkan dehidrasi dan defisit
elektrolit. Air sangat penting bagi kehidupan manusia, namun konsumsi air seringkali
diabaikan dalam kehidupan sehari-hari (Briawan, Sedayu, Ekayati, 2011).
Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air, namun total
air dalam tubuh manusia bergantung kepada kandungan lemak dan otot. Di dalam
tubuh, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain sel otot dan
organ seperti paru-paru, otak dan jantung. Maka dari itu konsumsi cairan yang ideal
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan setiap organ tubuh untuk melakukan
metabolisme. Rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2,5 L cairan per harinya,
sehingga diperlukan sekitar 2,5 L untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh (Irawan,
(25)
cairan, terutama air minum, yang harus dikonsumsi untuk orang dewasa adalah 2 L
atau setara delapan gelas setiap hari.
Secara normal, tubuh akan kehilangan cairan melalui urin, keringat, maupun
feses. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan air atau terjadi kehilangan air sekitar 5%
dari berat badan maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Selain itu, kebutuhan air
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis kelamin, tingkat aktivitas, serta faktor
lingkungan (Briawan dkk, 2011).
Salah satu fungsi ginjal yaitu mempertahankan keseimbangan air dan
elektrolit. Ginjal juga memiliki fungsi memekatkan urin apabila asupan air didalam
tubuh kurang. Memekatkan urin adalah cara ginjal melepaskan lebih banyak zat
terlarut dan menahan lebih banyak air agar keseimbangan cairan di dalam tubuh pada
jumlah yang sesuai. Kemampuan ginjal memekatkan urin lebih berat dibandingkan
mengencerkan urin sehingga beban kerja ginjal akan lebih berat (Pagunsan,
Cummings, and Monica, 2007).
Salah satu cara untuk mengetahui status hidrasi yaitu dengan pemeriksaan
urin. Selain untuk mengetahui status hidrasi tubuh, pemeriksaan urin juga dapat
digunakan untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya yang bertujuan untuk
mengetahui kelainan-kelainan di berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu,
pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain. Tubuh manusia sendiri sebagian besar
mengandung air, apabila kurangnya asupan air maka dapat mempengaruhi
(26)
pemeriksaan kimiawi urinalisis, dimana dapat digunakan untuk memeriksa pH,
protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit (Guslina, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh The Indonesian Regional Hydration Study
(THIRST) 2009 menunjukkan bahwa sebanyak 46,1 % dari 1200 sampel urin
penduduk di 6 wilayah di Indonesia mengalami kekurangan minum air (dehidrasi)
ringan. Hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan tentang manfaat air bagi
tubuh (Hardinsyah, 2011), sehingga diperlukannya edukasi tentang manfaat air putih.
Dengan pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air putih pada subjek maka
dapat mempengaruhi perilakunya dalam mengatur kebiasaan dan pola hidup yang
dapat dilihat dari perubahan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis.
Edukasi kesehatan merupakan suatu usaha menyampaikan pesan kesehatan
agar masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang
kesehatan yang lebih baik. Dengan adanya edukasi kesehatan diharapkan dapat
mengubah perilaku seseorang. Mekanisme untuk membentuk perilaku disebut proses
belajar. Proses belajar secara berulang dapat membantu seseorang dalam mengubah
perilaku menjadi lebih baik. Metode yang dapat digunakan untuk edukasi kesehatan
pada usia dewasa dan lanjut usia yaitu metode ceramah (Notoatmodjo, 2003).
Dari penelitian ini diharapkan jumlah edukasi berulang dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis sehingga dapat digunakan sebagai salah satu
metode yang aplikatif pada subjek. Subjek sebagai model dalam penelitian ini
(27)
1. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, permasalahan yang
diangkat adalah sebagai berikut:
a. Seperti apakah profil karakteristik masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel.
Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Yogyakarta terkait hasil
pemeriksaan kimiawi urinalisis?
b. Apakah ada perubahan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis masyarakat
Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman,
Yogyakarta akibat pemberian jumlah edukasi kebiasaan minum air putih?
2. Keaslian penelitian
Dalam penelusuran pustaka tentang penelitian yang dilakukan,
“Pengaruh Jumlah Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih Terhadap Hasil
Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis Masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel.
Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Yogyakarta” belum pernah
dilakukan. Penelitian terkait yang telah dilakukan peneliti lain dengan judul
sebagai berikut ini :
a. “Penelitian Hidrasi di Indonesia (The Indonesian Regional Hydration Study)”
oleh Hardinsyah (2009), menyatakan bahwa terdapat 46,1% dari 1200
sampel urin yang terdiri dari remaja dan dewasa mengalami dehidrasi ringan.
Penyebab utama yaitu kurangnya pengetahuan tentang manfaat air bagi
(28)
b. “The Prevalence of Abnormal Urine Components As Detected By Routine
Dipstick Urinalysis : A Survey At a Primary Health Care Clinic in Mankweng Hospital” oleh Malemolla Carl Tjale (2009), menyatakan
kelainan yang paling umum pada hasil urinalisis adalah darah dan leukosit.
Perempuan lebih mungkin untuk menunjukkan kelainan urin dibandingkan
dengan laki-laki.
c. “Screening and Identification of Dehydration In Older People: Admitted to a
Geriatric and Rehabilitation Unit” oleh Angela Vivanti (2007) menyatakan
dari beberapa penelitian yang diidentifikasi, penyebab dehidrasi pada orang
tua (older people) di GARU (Geriatric and Rehabilitation Unit) tidak
diketahui dan memiliki hasil yang buruk.
d. “Accuracy of Dipstick Urinalysis As A Screening Method for Detection of
Glucose, Protein, Nitrites and Blood”oleh B. Zamanzad (2009) menyatakan
urinalisis dipstick dapat menjadi metode skrining yang dapat digunakan
untuk diagnosis seperti infeksi saluran kemih dandiabetes mellitus.
3. Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian adalah:
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap hasil
pemeriksaan kimiawi urinalisis masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel.
(29)
b. Manfaat praktis
Pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air putih yang
dilakukan berulang diharapkan dapat menjadi metode yang aplikatif bagi
masyarakat sehingga dapat memperbaiki kebiasaan dan gaya hidup yang
belum benar.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Membuktikan ada atau tidaknya pengaruh jumlah edukasi tentang
kebiasaan minum air putih terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis
masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman,
Yogyakarta.
2. Tujuan khusus
a. Melihat profil karakteristik masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel.
Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Yogyakarta terkait hasil
pemeriksaan kimiawi urinalisis.
b. Mengetahui pengaruh jumlah edukasi tentang kebiasaan minum air putih yang
diberikan terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis masyarakat
Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman,
(30)
7 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA A. Fungsi Air Putih
Air merupakan zat gizi esensial untuk hidup sehat dan aktif. Air berfungsi
sebagai zat pembangun, sebagai pelarut, sebagai pengangkut zat gizi, dan zat
buangan, pengatur suhu tubuh, sebagai pelumas, dan penahan guncangan. Dengan
alasan tersebut, dapat terjadi berbagai gangguan kesehatan bila tubuh kekurangan
cairan. Dehidrasi atau kekurangan cairan ini dapat mengganggu metabolisme tubuh
(Fajar, 2010).
Almatsier (2009) menyatakan bahwa pada proses penuaan manusia
kehilangan air. Kandungan air bayi pada waktu lahir adalah 75% berat badan,
sedangkan pada usia tua berkurang menjadi 50% berat badan. Kandungan air tubuh
berbeda antar manusia, tergantung pada proporsi jaringan otot dan jaringan lemak.
Tubuh yang mengandung lebih banyak jaringan otot mengandung lebih banyak air.
Pada orang gemuk, perbandingan antara air dan lemak sekitar 50% berbanding 50%.
Pada pria normal perbandingannya antara 60% berbanding 16%. Pada orang kurus,
perbandingan tersebut adalah 67% dengan 7%. Pada bayi, perbandingan tersebut
sangat mencolok, yaitu 78% dan 0% (Yuniastuti, 2008).
(31)
1. Pelarut dan alat angkut
Air di dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa
monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, serta mineral dan bahan-bahan lain
seperti oksigen dan hormon-hormon. Zat-zat gizi dan hormon ini dibawa ke
sel-sel yang membutuhkan. Disamping itu, air sebagai pelarut mengangkut sisa-sisa
metabolisme termasuk karbon dioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh
melalui paru-paru, kulit, dan ginjal (Almatsier, 2009).
2. Katalisator
Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam
sel, termasuk dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau
menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana
(Almatsier, 2009).
3. Pelumas
Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh (Almatsier,
2009).
4. Fasilitator pertumbuhan
Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan. Dalam
hal ini air berperan sebagai zat pembangun (Almatsier, 2009).
5. Pengatur suhu
Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang
peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas yang
(32)
pada 37 °C. Suhu ini paling cocok untuk bekerjanya enzim-enzim di dalam tubuh.
Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme energi perlu segera disalurkan
ke luar. Sebagian besar pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan melalui
penguapan air dari permukaan tubuh (keringat). Tubuh setiap waktu
mendinginkan diri melalui penguapan air (Almatsier, 2009).
B. Kebiasaan Minum
Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola
praktek yang terjadi berulang-ulang. Berdasarkan survei di Singapura yang dilakukan
olehAsian Food Information Centre(AFIC) (1999) diketahui bahwa :
1. Sebagian besar individu tidak minum secara teratur dengan alasan tidak merasa
haus, lupa untuk minum dan sulit menemukan sesuatu untuk diminum.
2. Sebagian besar individu hanya minum ketika merasa haus, namun sebenarnya
haus merupakan tanda bahwa tubuh sudah mengalami dehidrasi ringan.
3. Sebagian besar responden mengetahui jumlah cairan yang seharusnya dikonsumsi
dalam satu hari, namun hal ini tidak diikuti dengan kebiasaan minum yang baik.
Sebanyak 45% responden mengatakan bahwa 5-8 gelas cairan harus dikonsumsi
untuk menjaga agar tubuh tetap sehat, 35% mengatakan bahwa 8-10 gelas cairan
adalah jumlah yang tepat untuk dikonsumsi dalam satu hari. Pada dasarnya,
minimal 8 gelas (2 liter cairan) direkomendasikan untuk diminum dalam satu hari.
4. Sebagian besar individu tidak minum air dalam jumlah yang cukup pada saat
(33)
banyak kehilangan cairan. Sehingga diperlukan penggantian cairan secara cepat
untuk mencegah dehidrasi.
C. Kebutuhan Cairan
Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pada perkiraan cairan yang keluar
dari tubuh. Hilangnya cairan tergantung suhu tubuh dan aktivitas fisik. Pada suhu
rata-rata, seorang dewasa bisa kehilangan sekitar 2.320 mL air setiap hari. Setiap hari
diperlukan 2 liter air atau sekitar delapan gelas berukuran 250 mL dan beberapa
cairan dari asupan makanan sebagai tambahan cairan (Pagunsan,et al., 2007).
Secara normal, dalam satu hari tubuh akan kehilangan cairan melalui ginjal,
kulit, paru-paru maupun feses. Untuk menjaga agar kondisi dan fungsi cairan tubuh
tidak terganggu, kehilangan cairan tersebut harus diganti. Jika tubuh tidak cukup
mendapatkan air atau terjadi kehilangan air sekitar 5% dari berat badan (pada anak,
remaja dan dewasa) maka keadaan ini dikenal dengan istilah dehidrasi. Dehidrasi
merupakan kondisi kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih
banyak daripada jumlah cairan yang masuk. MenurutAsian Food Information Centre
(2000), dehidrasi terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi
sedang, serta dehidrasi tingkat berat. Dehidrasi dapat mengganggu keseimbangan dan
pengaturan suhu tubuh, serta pada tingkat yang sudah sangat berat bisa berujung pada
penurunan kesadaran dan koma.
Batmanghelidj (2007) mengemukakan bahwa tubuh manusia terus menerus
(34)
nafas. Tubuh kehilangan air melalui keringat, produksi kemih dan dalam buang air
besar. Tolok ukur yang baik bagi kebutuhan tubuh akan air adalah warna dari kemih.
Seseorang yang terhidrasi dengan baik menghasilkan kemih yang tidak berwarna.
Seseorang yang relatif terdehidrasi menghasilkan kemih yang kuning, dan seseorang
yang benar-benar terdehidrasi menghasilkan kemih berwarna jingga (oranye). Selain
warna, tolok ukur lain kebutuhan air dalam tubuh dapat dilihat dari kandungan
kimiawi urin seperti pH, berat jenis, darah dan lain sebagainya.
D. Urin
Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal.
Glomerulus membuang zat-zat yang perlu diekskresikan dan mencegah keluarnya
protein dan sel ke dalam urin. Tubulus mereabsorpsi zat-zat terlarut; mengatur
konsentrasi natrium, kalium, dan bikarbonat; dan mengekskresikan atau menahan ion
hidrogen sesuai kebutuhan. Duktus koligentes, di medulla yang hipertonik, mengatur
jumlah air yang ditahan atau diekskresikan. Masing-masing aktivitas dapat dievaluasi
oleh uji laboratorium tertentu yang sesuai (Sacher and McPherson, 2002).
E. Urinalisis
Urinalisis merupakan uji laboratorium pada spesimen urin. Urinalisis dapat
digunakan sebagai pemeriksaan penapisan untuk status kesehatan umum. Dalam
melakukan urinalisis, pengambilan spesimen harus dilakukan dengan cara yang
(35)
vagina, perineum, dan uretra pada wanita dan kontaminan uretra pada pria dapat
mengurangi mutu urin. Untuk mengurangi kontaminan, pengambilan spesimen urin
dilakukan dengan cara membuang beberapa mili liter urin yang keluar pertama,
kemudian menampung urin yang berada ditengah sedangkan urin terakhir dibuang.
Cara ini disebut juga midstream urine. Spesimen paling informatif adalah urin
pertama yang dikeluarkan pada pagi hari. Urin satu malam mencerminkan periode
tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami
pemekatan (Sacher and McPherson, 2002).
F. Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis
Pemeriksaan kimiawi urinalisis dapat dilakukan dengan cara yang lebih
sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagen pita.
Reagen pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton,
bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang
optimum, aktivitas reagen harus dipertahankan, penggunaan harus mengikuti
petunjuk dengan tepat baik mengenai cara penyimpanan, pemakaian reagen pita dan
bahan pemeriksaan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam,
sebaiknya urin tersebut disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan
pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu kamar (Sacher and McPherson,
(36)
1. Analisisdipstick
Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli
kertas seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter
yang akan diperiksa.Dipstickmerupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosis
berbagai penyakit. Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah:
glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan
leukosit esterase (Tahir, 2011).
a. Berat jenis
Gravitasi Spesifik Urin (Urinary Spesific Gravity(USG)) berkorelasi
dengan osmolalitas urin dan memberikan informasi status hidrasi pasien.
Selain itu juga mencerminkan kemampuan konsentrasi ginjal. USG Normal
dapat berkisar dari 1,003 ke 1,030; nilai kurang dari 1,010 menunjukkan
hidrasi relatif, dan nilai yang lebih besar dari 1,020 menunjukkan dehidrasi
relatif. Peningkatan USG dikaitkan dengan glikosuria dan sindrom hormon
antidiuretik, penurunan USG dikaitkan dengan penggunaan diuretik, diabetes
insipidus, insufisiensi adrenal, aldosteronisme, dan gangguan fungsi ginjal. Pada pasien dengan insufisiensi ginjal intrinsik, USG tetap pada 1,010
(Pahira, Maxted, and Simerville, 2005).
b. pH
pH urin dapat berkisar 5-8 tapi biasanya sedikit asam (pH 5,5 sampai
6,5) karena aktivitas metabolik. Konsumsi protein dan buah-buahan asam
(37)
alkali. pH kemih umumnya mencerminkan pH serum, kecuali pada pasien
dengan asidosis tubulus ginjal. Ketidakmampuan untuk mengasamkan urin ke
pH kurang dari 5,5 meskipun puasa semalam dan administrasi dari suatu
beban asam adalah ciri khas asidosis tubulus ginjal. Penentuan pH urin
berguna dalam diagnosis dan manajemen dari ISK. Urin basa pada pasien
dengan ISK menunjukkan adanya urea (Pahira,et al., 2005).
c. Protein
Pada orang sehat, dinding kapiler glomerulus yang permeabel hanya
dilewati zat dengan berat molekul kurang dari 20.000 Dalton. Setelah
disaring, molekul protein diserap dan dimetabolisme oleh sel-sel tubulus
proksimal. Protein urin yang normal termasuk albumin, globulin serum, dan
protein disekresikan oleh nefron. Proteinuria didefinisikan sebagai ekskresi
protein urin lebih dari 150 mg per hari (10 sampai 20 mg per dL) dan
merupakan ciri khas dari penyakit ginjal. Mikroalbuminuria didefinisikan
sebagai ekskresi 30 sampai 150 mg protein per hari dan merupakan tanda
penyakit ginjal dini, khususnya pada pasien diabetes (Pahira,et al., 2005).
Tes dipstick memberikan hasil positif pada konsentrasi 5 sampai 10
mg per dL lebih rendah dari ambang batas untuk proteinuria secara klinis.
Sebuah hasil dari 1+ sekitar 30 mg protein per dL dan dianggap positif, 2+
yaitu 100 mg per dL, 3+ sampai 300 mg per dL, dan 4+ sampai 1.000 mg per
dL. Urinalisis dipstick dipercaya bisa memprediksi albuminuria dengan
(38)
Protein negatif pada tes dipstickdianggap normal, sedangkan protein
nilai 1+ setidaknya harus dipantau. Kehadiran protein meningkat dalam urin
dapat menandakan penyakit ginjal yang mendasarinya, meskipun ada
kemungkinan adanya positif palsu atau sebenarnya negatif (Patel, 2006).
d. Glukosa
Glukosa normal disaring oleh glomerulus, tetapi hampir sepenuhnya
diserap kembali dalam tubulus proksimal. Glukosuria terjadi ketika beban
glukosa disaring melebihi kemampuan tubulus untuk menyerap kembali itu
(yaitu, 180 sampai 200 mg per dL) (Pahira, et al., 2005). Meskipun glukosa
muncul dalam urin pada diabetes mellitus, namun tes dipstick bukan tes
sensitif untuk mendeteksi diabetes mellitus. Glukosuria juga kadang terlihat
dengan penyerapan usus cepat dan asupan glukosa yang besar (Patel, 2006).
e. Keton
Keton merupakan produk metabolisme lemak tubuh, biasanya tidak
ditemukan dalam urin. Reagendipstickmendeteksi asam asetat melalui reaksi
dengan nitroprusside natrium atau nitroferisianida dan glisin. Ketonuria paling
sering dikaitkan dengan diabetes terkendali, tetapi juga dapat terjadi selama
kehamilan, dan kelaparan (Pahira,et al., 2005).
f. Bilirubin
Urin biasanya tidak mengandung bilirubin. Bilirubin tak terkonjugasi
(39)
dalam air dan menunjukkan evaluasi lebih lanjut untuk disfungsi hati dan
obstruksi bilier bila terdeteksi dalam urin (Pahira,et al., 2005).
g. Darah
Tes dipstick darah dapat mendeteksi aktivitas peroksidase eritrosit,
namun mioglobin dan hemoglobin juga akan mengkatalisis reaksi ini sehingga
hasil tes positif dapat menunjukkan hematuria, mioglobinuria, atau
hemoglobinuria (Pahira,et al., 2005).
h. Urobilinogen
Urin yang normal mengandung hanya sejumlah kecil urobilinogen,
produk akhir dari bilirubin terkonjugasi setelah melewati saluran empedu dan
telah dimetabolisme dalam usus. Urobilinogen yang diserap ke dalam
sirkulasi portal, dan sejumlah kecil akhirnya disaring oleh glomerulus.
Hemolisis dan penyakit hepatoseluler dapat meningkatkan kadar urobilinogen,
dan penggunaan antibiotik dan obstruksi saluran empedu dapat menurunkan
kadar urobilinogen (Pahira,et al., 2005).
i. Nitrit
Nitrit biasanya tidak ditemukan dalam urin namun dapat ditemukan
ketika bakteri mengubah nitrat urin menjadi nitrit. Banyak bakteri gram
negatif dan beberapa bakteri gram positif mampu mengubahnya, dan tes
dipstick nitrit positif menunjukkan bahwa organisme ini hadir dalam jumlah
yang signifikan yaitu lebih dari 10.000 per mL. Tes ini spesifik tetapi tidak
(40)
negatif tidak mengesampingkan infeksi saluran kemih. Reagen dipstick nitrit
sensitif terhadap paparan udara, sehingga wadah harus ditutup segera setelah
mengeluarkan strip (Pahira,et al., 2005).
j. Lekosit esterase
Lekosit esterase yang dihasilkan oleh neutrofil dan bisa menandakan
piuria terkait dengan infeksi saluran kemih. Untuk mendeteksi piuria yang
akurat, lima menit strip reagen harus dibiarkan untuk mengubah warna
(Pahira,et al, 2005).
Berikut nilai normal dari pemeriksaan urinalisis:
Tabel I. Nilai Normal Pemeriksaan Urinalisis
Analit Nilai Normal
Glukosa Negatif
Bilirubin Negatif
Keton Negatif
Berat Jenis 1,005 sampai 1,030
Darah Negatif
pH 5,0-8,0
Protein Negatif
Urobilinogen 0,2 sampai 1,0 mg/dL
Nitrit Negatif
Lekosit Esterase Negatif
(Pahira,et al., 2005).
Karena sifat tes nonspesifik, ketidakstabilan komponen urin, dan berbagai
faktor yang dapat mengganggu reagen strip, maka hasil positif palsu dan negatif palsu
bisa saja muncul dalam pemeriksaan (Tabel II). Dengan demikian, sangat penting
untuk mengkorelasikan temuan urinalisis dipstick dengan tes laboratorium lain (tes
(41)
Tabel II. Penyebab Positif Palsu dan Negatif Palsu pada Hasil Urinalisis
TesDipstick Positif Palsu Negatif Palsu
Bilirubin Fenazopiridin (piridium) Klorpromazin (Thorazine), selenium
Darah Dehidrasi, hemoglobinuria, darah menstruasi, mioglobinuria
Kaptopril, kenaikan berat jenis, pH<5,1, proteinuria, vitamin C
Glukosa Keton, levodopa Kenaikan berat jenis, asam
urea, vitamin C Keton Urin asam, kenaikan berat jenis,
fenolptalein, beberapa metabolit obat
Penundaan pemeriksaan urinalisis
Lekosit Esterase
Kontaminasi Kenaikan berat jenis,
glikosuria, ketonuria, proteinuria, beberapa obat
pengoksidasi, vitamin C Nitrit Kontaminasi, paparandipstick
pada udara,
Kenaikan berat jenis, kenaikan level urobilinogen, bakteri Gram negative pereduksi nitrat,
pH <6, vitamin C Protein Alkalin, fenozopiridin Urin asam atau encer Berat Jenis Proteinuria, medium radiokontras Urin basa Urobilinogen Kenaikan level nitrit,
fenozopiridin
-(Patel, 2006).
G. Edukasi
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan dan menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan. Pendidikan kesehatan atau penyuluhan
kesehatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara persuasi, bujukan,
himbauan, ajakan, memberi informasi, memberi kesadaran sebagai upaya agar
(42)
kesehatan dan siapa saja yang berusaha untuk mempengaruhi individu atau
masyarakat guna meningkatkan kesehatan mereka. Oleh karena itu, individu,
kelompok ataupun masyarakat dianggap sebagai sasaran (objek) pendidikan dan
dapat pula sebagai subjek (pelaku) pendidikan kesehatan masyarakat apabila mereka
diikutsertakan di dalam usaha kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan masyarakat tentang kebiasaan minum air putih masih kurang.
Dalam penelitian Hardinsyah (2011), dua pertiga dari subjek mengetahui bahwa
volume cairan yang mereka butuhkan berasal dari air, namun 60% dari subjek tidak
mengetahui cairan yang mereka butuhkan adalah air putih untuk menghilangkan
dehidrasi. Kesadaran pentingnya air putih perlu juga diimbangi dengan peningkatan
asupan air sebagai pemenuhan hidrasi tubuh.
Edukasi mengenai kebiasaan minum air putih bertujuan meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap faktor risiko dehidrasi dan penyakit ginjal lain seperti
infeksi saluran kemih dan gagal ginjal. Waktu yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
tujuan edukasi berbeda-beda, tergantung dari strategi dalam pencapaian tujuan.
Perubahan tindakan dapat terjadi pada seseorang, tetapi dibutuhkan proses yang
cukup lama (Hardinsyah, 2011).
Departemen Kesehatan RI (2002) mendefinisikan bahwa home care
adalah pelayanan kesehatan masyarakat yang berkesinambungan dan komprehensif
diberikan kepada individu, keluarga, di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
(43)
H. Ceramah
Metode ceramah merupakan metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada masyarakat yang pada umumnya
mengikuti secara pasif. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah dan metode ini dilakukan bila jumlah peserta penyuluhan lebih dari
15 orang (Notoadmodjo, 2007).
Metode ceramah akan berhasil bila penceramah dapat mempersiapkan diri
dengan mempelajari materi menurut sistematika yang baik, dan mempersiapkan
alat-alat bantu pengajaran. Metode ceramah merupakan cara yang paling umum untuk
berbagi pengetahuan dan fakta kesehatan. Namun metode ini mempunyai kelemahan,
karena sering dilakukan secara sepihak tanpa memberi kesempatan kepada peserta
untuk aktif berperan serta. Oleh karena itu, metode ini akan menjadi efektif bila
dirangkaikan dengan tanya jawab antara pemberi ceramah dengan peserta ceramah,
sehingga terjadi komunikasi dua arah (Soebroto, Ghozali, dan Yuliati, 2001).
I. Landasan Teori
Pemberian edukasi hidup sehat dapat mengubah perilaku subjek. Salah satu
edukasi hidup sehat yaitu tentang membiasakan minum air putih. Kebiasaan minum
air putih dapat mengurangi risiko terhadap dehidrasi dan gangguan pada organ ginjal
serta saluran kemih. Manfaat air putih bagi tubuh antara lain sebagai zat pembangun,
sebagai pelarut, sebagai pengangkut zat gizi, dan zat buangan, pengatur suhu tubuh,
(44)
pada perkiraan cairan yang keluar dari tubuh. Hilangnya cairan tergantung suhu tubuh
dan aktivitas fisik. Tubuh manusia terus menerus membutuhkan air. Tubuh
kehilangan air melalui paru-paru ketika menghembuskan nafas. Tubuh juga
kehilangan air melalui keringat, produksi kemih dan dalam buang air besar. Tolok
ukur yang baik bagi kebutuhan tubuh akan air adalah warna dari kemih serta
kandungan kimiawi dalam urin.
Pemeriksaan urin dapat digunakan untuk mendiagnosis serta sebagai
skrining terhadap kesehatan organ ginjal dan saluran kemih. Jenis pemeriksaan urin
antara lain pemeriksaan kimiawi urinalisis dimana mengukur berat jenis, pH, protein,
glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit yang terkandung dalam urin.
Edukasi dalam arti formal adalah suatu penyampaian bahan atau materi
pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan
perilaku (tujuan). Tujuan akhir dari edukasi adalah agar masyarakat dapat
mempraktikkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat, atau
masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan
masyarakat tentang kebiasaan minum air putih masih kurang. Kesadaran pentingnya
air putih perlu juga diimbangi dengan peningkatan asupan air sebagai pemenuhan
(45)
J. Kerangka Konsep
K. Hipotesis
Pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air putih pada masyarakat
Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Yogyakarta
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis. Jumlah pemberian edukasi
tentang kebiasaan minum air putih
Hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis
gaya hidup, tingkat pendidikan, kondisi patologis dan fisiologis
(46)
23 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental semu
(quasi-experimental research) dengan rancangan penelitian eksperimental ulang non-random (non-randomized pretest-posttest control group design). Penelitian eksperimental
semu adalah penelitian tanpa adanya randomisasi yang berarti pengelompokan
anggota sampel pada kelompok penelitian tidak dilakukan secara acak dan kontrol
terhadap variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen tidak dilakukan. Rancangan
penelitian menggunakan eksperimental ulang non-random karena pada subjek
dilakukan pemeriksaan awal sebelum diberi perlakuan dengan pembagian subjek
tidak dilakukan secara random, sehingga pengendalian variabel luar begitu kuat
(Pratiknya, 2001). Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan adalah peneliti tidak
bisa menjamin bahwa antara kelompok yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi
perlakuan (kelompok kontrol) tidak saling berinteraksi. Penelitian ini merupakan
kombinasi antara penelitian laboratorium dan klinis dengan bidang multidisipliner
(47)
Gambar 1. Skema Rancangan Eksperimental Ulang Non-random Jenis Penelitian Eksperimental Semu
P1 : Pengukuran awal pemeriksaan kimiawi urinalisis kelompok perlakuan P1k: Pengukuran awal pemeriksaan kimiawi urinalisis kelompok kontrol P2 : Pengukuran kedua pemeriksaan kimiawi urinalisis kelompok perlakuan P2k: Pengukuran kedua pemeriksaan kimiawi urinalisis kelompok kontrol P3 : Pengukuran akhir pemeriksaan kimiawi urinalisis kelompok perlakuan P3k: Pengukuran akhir pemeriksaan kimiawi urinalisis kelompok kontrol E1 : Pemberian edukasi pertama
E2 : Pemberian edukasi kedua E3 : Pemberian edukasi ketiga HC :Home care
B. Variabel penelitian
1. Variabel pengaruh (independent) dalam penelitian ini adalah jumlah edukasi
tentang kebiasaan minum air putih danhome care.
2. Variabel terpengaruh (dependent) dalam penelitian ini adalah hasil pemeriksaan
kimiawi urinalisis.
3. Variabel pengganggu (confounding) dalam penelitian ini terdiri dari dua macam
yaitu:
a. Variabel terkendali : umur
b. Variabel tak terkendali : gaya hidup, tingkat pendidikan, kondisi patologis dan
fisiologis
Kelompok Perlakuan P1---E1---P2---E2---HC---E3---P3
(48)
C. Definisi Operasional
1. Subjek yaitu masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik,
Kab. Sleman, Yogyakarta yang memenuhi criteria inklusi pada penelitian ini.
2. Pemberian edukasi adalah suatu proses penyampaian materi melalui ceramah
pada subjek penelitian yang bertujuan untuk memberi informasi manfaat air putih
bagi kesehatan dan pentingnya membiasakan minum air putih. Home careadalah
upaya meningkatkan dan mempertahankan pengetahuan subjek dengan
mengingatkan kembali materi edukasi tentang kebiasaan minum air putih yang
dilakukan di tempat tinggal subjek. Ceramah adalah suatu bentuk informasi lisan
tentang kebiasaan minum air putih yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan subjek di Pedukuhan Dayakan, Desa Sardonoharjo, Kec. Ngaglik,
Kab. Sleman, DIY.
3. Jumlah edukasi adalah banyaknya edukasi yang diberikan kepada subjek
kelompok perlakuan selama 3 bulan, dimana dalam 1 bulan dilakukan satu kali
edukasi. Secara keseluruhan kelompok perlakuan mendapat 3 kali pemberian
edukasi. Selain pemberian edukasi, dilakukan home careyang dilakukan di antara
edukasi kedua dan ketiga.
4. Pemeriksaan kimiawi urinalisis meliputi pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton,
bilirubin, darah, urobilinogen, nitrit, lekosit esterase dan berat jenis. Pemeriksaan
kimiawi urinalisis dilakukan pada tahap awal, tengah, dan akhir. Tahap awal
(49)
pengambilan sampel setelah pemberian edukasi pertama, dan tahap akhir yaitu
setelah pemberian edukasi ketiga.
5. Standar kimiawi urinalisis yang digunakan berpedoman pada standar urinalisis
yang ditetapkan oleh laboratorium Rumah Sakit Bethesda.
6. Profil karakteristik subjek penelitian meliputi demografi dan hasil pemeriksaan
kimiawi urinalisis. Karakteristik demografi meliputi usia dan jenis kelamin. Usia
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu rentang umur 30-59 tahun (middle age) dan
60-70 tahun (elderly).
7. Urin pagi adalah urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah
bangun tidur. Urin ini lebih pekat dari urin yang dikeluarkan siang hari karena
mengandung sisa metabolisme ginjal yang terjadi selama semalam.
8. Midstream urine adalah urin pancaran tengah, di mana aliran pertama urin
dibuang dan aliran urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah
disediakan.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi yaitu antara lain warga di
Dukuh Dayakan, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kab. Sleman, baik
laki-laki maupun perempuan, rentang usia 30-70 tahun, bersedia diambil urinnya (inform
consent), mengisi formulir data penelitian, dan mengikuti ceramah khusus untuk kelompok perlakuan dan bersedia untuk diajak bekerja sama dalam penelitian ini.
(50)
yaitu kelompok kontrol dan perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 30
subjek penelitian.
Pada awal penelitian, subjek yang digunakan sebanyak 73 orang. Dari 73
orang tersebut kemudian di skrining sesuai dengan kriteria inklusi sehingga
didapatkan 60 orang. Kemudian dari subjek tersebut dikelompokkan menjadi
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, dengan pembagian 30 orang kelompok
kontrol dan 30 orang kelompok perlakuan. Dari masing-masing kelompok tidak
dikelompokkan berdasar penyakit sehingga penyakit subjek dapat mengganggu hasil
dari pemeriksaan kimiawi urinalisis. Gambaran pembagian subjek penelitian dapat
dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Pembagian Subjek Penelitian
Keterangan:
*) pemeriksaan awal **) pemeriksaan tengah ***) pemeriksaan akhir
E. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah pedukuhan Dayakan, Kelurahan
Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman. Hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis
diperoleh dari Laboratorium Bethesda, Yogyakarta. 60 subyek
penelitian
yaitu kelompok kontrol dan perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 30
subjek penelitian.
Pada awal penelitian, subjek yang digunakan sebanyak 73 orang. Dari 73
orang tersebut kemudian di skrining sesuai dengan kriteria inklusi sehingga
didapatkan 60 orang. Kemudian dari subjek tersebut dikelompokkan menjadi
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, dengan pembagian 30 orang kelompok
kontrol dan 30 orang kelompok perlakuan. Dari masing-masing kelompok tidak
dikelompokkan berdasar penyakit sehingga penyakit subjek dapat mengganggu hasil
dari pemeriksaan kimiawi urinalisis. Gambaran pembagian subjek penelitian dapat
dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Pembagian Subjek Penelitian
Keterangan:
*) pemeriksaan awal **) pemeriksaan tengah ***) pemeriksaan akhir
E. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah pedukuhan Dayakan, Kelurahan
Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman. Hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis
diperoleh dari Laboratorium Bethesda, Yogyakarta. kontrol *
(30 subyek penelitian)
kontrol ** (30 subyek penelitian) perlakuan *
(30 subyek penelitian)
perlakuan ** (30 subyek penelitian)
perlakuan *** (30 subyek penelitian) yaitu kelompok kontrol dan perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 30
subjek penelitian.
Pada awal penelitian, subjek yang digunakan sebanyak 73 orang. Dari 73
orang tersebut kemudian di skrining sesuai dengan kriteria inklusi sehingga
didapatkan 60 orang. Kemudian dari subjek tersebut dikelompokkan menjadi
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, dengan pembagian 30 orang kelompok
kontrol dan 30 orang kelompok perlakuan. Dari masing-masing kelompok tidak
dikelompokkan berdasar penyakit sehingga penyakit subjek dapat mengganggu hasil
dari pemeriksaan kimiawi urinalisis. Gambaran pembagian subjek penelitian dapat
dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Pembagian Subjek Penelitian
Keterangan:
*) pemeriksaan awal **) pemeriksaan tengah ***) pemeriksaan akhir
E. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah pedukuhan Dayakan, Kelurahan
Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman. Hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis
diperoleh dari Laboratorium Bethesda, Yogyakarta.
kontrol *** (30 subyek penelitian) perlakuan ***
(30 subyek penelitian)
(51)
F. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Oktober 2012. Pengambilan data
dilakukan dari bulan Juli-Oktober 2012.
G. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah nonprobability
sampling, dengan jenissampling purposive.Nonprobability sampling yaitu salah satu
teknik pengambilan sampel dengan tidak memberi kesempatan yang sama pada setiap
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sampling purposive yaitu sampel
ditentukan dengan suatu pertimbangan tertentu dari peneliti (Sugiyono, 2008).
Purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Mula-mula peneliti mengidentifikasi semua karakteristik populasi, kemudian peneliti
menetapkan berdasarkan pertimbangannya, sebagian dari anggota populasi menjadi
sampel penelitian, sehingga teknik pengambilan sampel secara purposive ini
didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri (Notoatmodjo, 2003).
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa formulir data subjek
penelitian, ethical clearance, materi edukasi, pot urin dan strip reagen/analisis
Dipstick. Formulir data penelitian berisi nama, jenis kelamin, umur, dan pekerjaan, diperoleh pada awal penelitian.
(52)
I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal
Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang masyarakat
di pedukuhan Dayakan desa Sardonoharjo Kec.Ngaglik, Kab. Sleman DIY yang
berusia 30-70 tahun, baik pria maupun wanita. Setelah itu dilakukan penawaran
kerja sama kapada responden yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini.
2. Penentuan subjek penelitian
Subjek penelitian ditentukan dengan teknik purposive sampling. Subjek
penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk
memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki
(Setiawan, 2005). Dari formulir data penelitian terdapat 73 orang yang terdaftar,
setelah itu dilakukan skrining sesuai dengan umur yang ditentukan, sehingga
didapat 60 subjek penelitian. selanjutnya dilakukan pembagian kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
Sampel minimal yang digunakan untuk penelitian eksperimental adalah 15
orang untuk setiap populasi (Hasan, 2002). Sedangkan dalam penelitian ini
digunakan 60 orang yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 30 orang kelompok
kontrol dan 30 orang kelompok perlakuan. Pembagian kelompok berdasarkan dari
hasil pemeriksaan urinalisis awal. Dari hasil tersebut, dibagi 2 kelompok secara
seimbang baik subjek yang memiliki hasil pemeriksaan urinalisis baik maupun
(53)
3. Permohonan izin dan kerja sama
Permohonan izin penelitian dilakukan untuk memperoleh izin melakukan
penelitian pada populasi di Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman.
Pada bulan Juni 2012, proses permohonan izin dimulai dengan memasukkan
permohonan izin dan proposal penelitian ke BAPPEDA Sleman. Selanjutnya
perizinan di kantor Kecamatan Ngaglik dan Desa Sardonoharjo sebagai tempat
penelitian serta Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada untuk memenuhi etika penelitian (ethical
clearance) menggunakan sampel biologis manusia yaitu urin. Permohonan ijin juga diajukan ke Laboratorium Bethesda Yogyakarta sebagai tempat pemeriksaan
urin.
4. Pelaksanaan Penelitian
a. Pengukuran awal pemeriksaan kimiawi urinalisis
Pengukuran awal pemeriksaan kimiawi urinalisis dilakukan dengan
mengunjungi rumah masing-masing subjek penelitian disertai dengan
pengisian formulir data penelitian bagi yang menyetujui mengikuti penelitian
ini dan menjelaskan bagaimana cara pengambilan midstream urine di pagi
hari serta pemberian pot urin. Urin diambil pada pagi hari di masing-masing
rumah dan kemudian diantar ke Laboratorium Bethesda. Kunjungan ke rumah
subjek penelitian dan pengambilan sampel urin dilakukan selam 4 hari dimana
setiap harinya terdapat 15 sampel urin yang diambil. Pemeriksaan ini
(54)
pemeriksaan, dilakukan pembagian kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan.
b. Pelaksanaan edukasi pertama
Edukasi pertama diadakan pada tanggal 18 Juli 2012 bertempat di aula
Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo. Kelompok perlakuan diundang pada
pukul 18.30 WIB, namun karena bersamaan dengan sholat Ishak, maka acara
dimulai pada pukul 19.00 WIB. edukasi diberikan oleh dr. Fransisca, sebagai
dokter di Puskesmas Umbulharjo II. Interaksi berupa tanya jawab antara
dokter sebagai narasumber dan subjek penelitian berlangsung dalam acara
ceramah. Ceramah dikemas dalam waktu satu jam dengan bahasa pengantar
adalah Bahasa Jawa. Bahasa Jawa digunakan dalam ceramah ini dikarenakan
subjek penelitian yang lebih memahami menggunakan Bahasa Jawa. Ceramah
pertama berisi tentang manfaat penting air putih, kesehatan ginjal, serta
sedikit penjelasan interpretasi data hasil pemeriksaan urinalisis.
c. Pengukuran kedua pemeriksaan kimiawi urinalisis
Metode pengambilan sampel urin sama pada pemeriksaan pertama,
yaitu dengan mengunjungi masing-masing rumah subjek penelitian.
Pemeriksaan dilakukan satu minggu setelah pemberian edukasi pertama, yaitu
tanggal 23 sampai 26 Agustus 2012.
d. Pelaksanaan edukasi kedua
Pelaksanaan edukasi kedua yaitu tanggal 27 Agustus 2012 bertempat
(55)
pukul 19.00 WIB dan acara berlangsung tepat waktu. Narasumber pada
edukasi kedua ini yaitu dr. Atma Setiawati. Interaksi tanya jawab antara
narasumber dan subjek penelitian juga berlangsung pada ceramah kedua ini.
Materi ceramah kedua ini yaitu tentang kebutuhan tubuh akan cairan, cara
membiasakan minum air putih, serta penyakit yang muncul apabila tidak
membiasakan minum air putih. Acara berlangsung selama satu setengah jam.
e. Home careserta penyebaran undangan edukasi ketiga
Tiga minggu setelah pemberian edukasi kedua, dilakukan home care
atau kunjungan ke subjek penelitian kelompok perlakuan serta pemberian
undangan edukasi ketiga. Kunjungan dilakukan dengan menanyakan beberapa
hal tentang perubahan perilaku subjek terkait kebiasaan minum air putih,
selain itu diingatkan untuk mau berubah dan membiasakan meminum air putih
bagi kesehatan.
f. Pelaksanaan edukasi ketiga
Edukasi ketiga dilakukan pada tanggal 28 September 2012 bertempat
di aula Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo. Edukasi terakhir ini kembali
diberikan oleh dr. Atma Setiawati sebagai narasumber. Ceramah ini kembali
mengingatkan kepada subjek penelitian pentingnya membiasakan minum air
putih dan mendorong mereka untuk mengubah kebiasaan minum.
g. Pengukuran terakhir pemeriksaan kimiawi urinalisis
Pengukuran terakhir dilakukan pada tanggal 1 sampai 4 Oktober 2012.
(56)
Selanjutnya hasil pemeriksaan diberikan satu minggu setelah pengambilan
sampel.
h. Pemberian materi ceramah dalam bentukbookletsertasouvenir
Materi edukasi pertama sampai ketiga dikumpulkan dan dibuat dalam
bentuk booklet. Tujuan dari pemberian booklet ini yaitu untuk dapat
mengingatkan subjek penelitian untuk tetap membiasakan minum air putih. Isi
dari booklet ini yaitu kebutuhan cairan tubuh, manfaat cairan bagi tubuh,
pentingnya minum air putih bagi kesehatan, penyakit-penyakit yang terjadi
apabila tidak membiasakan minum air putih. Booklet juga diberikan kepada
kelompok kontrol agar mereka juga dapat memahami pentingnya
membiasakan minum air putih dan mendapatkan informasi yang sama dengan
kelompok perlakuan. Pada pemberian booklet ini, disertakan pemberian hasil
pemeriksaan urinalisis terakhir serta souvenir sebagai kompensasi karena
telah mengikuti dari awal hingga akhir penelitian.
5. Pengolahan data
(57)
Gambar 3. Skema Analisis Data
1) Uji normalitas bertujuan mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan
digunakan dalam penelitian (Azwar, 2006). Uji normalitas dilakukan dengan
program statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Suatu data
dikatakan terdistribusi normal jika nilai p>0,05. Uji normalitas profil kimiawi
urinalisis dilakukan pada kelompok kontrol dan perlakuan, sebelum dan
sesudah pemberian edukasi.
data kelompok perlakuan dan kontrol
uji normalitas denganKolmogorov-Smirnov
uji signifikansiChi Square untuk mengetahui karakteristik dan pengaruh edukasi terhadap perubahan profil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Jika data
tidak memenuhi syarat maka digunakan ujiFisher
uji signifikansi pemberian edukasi pertama, kedua dan ketiga untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis setelah pemberian edukasi. Jika variabel lebih dari 2 maka digunakan ujiCochran's. AnalisisPost Hocdengan menggunakan uji McNemardilakukan apabila ada perbedaan hasil pemeriksaan setelah
pemberian edukasi dan untuk mengetahui edukasi ke berapa ada perbedaan hasil pemeriksaan.
(58)
2) Uji Chi Square digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang
memiliki skala kategorik. Syarat uji Chi Squareadalah banyaknya sel dengan
nilai harapan <5 tidak lebih dari 20% dari banyaknya sel secara keseluruhan.
Pada penelitian ini, yang diuji yaitu karakteristik dan pengaruh edukasi
terhadap perubahan profil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Suatu data dikatakan memiliki hubungan
antar variabel apabila nilai p<0,05.
3) UjiFisherdigunakan apabila data tidak memenuhi syarat uji Chi Square. Data
dikatakan memiliki hubungan antar variabel jika nilai p<0,05.
4) Uji Cochran’s digunakan untuk uji signifikansi pemberian edukasi pertama,
kedua dan ketiga pada kelompok kontrol dan perlakuan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis setelah pemberian
edukasi. Jika variabel lebih dari 2 maka digunakan uji ini. Data dikatakan
paling tidak terdapat perbedaan hasil jika nilai p<0,05.
5) Analisis Post Hoc dengan menggunakan uji McNemar dilakukan apabila ada
perbedaan hasil pemeriksaan setelah pemberian edukasi dan untuk
mengetahui edukasi ke berapa ada perbedaan hasil pemeriksaan. Suatu data
dikatakan memiliki hubungan antar variabel apabila nilai p<0,05.
J. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian 1. Kesulitan yang dihadapi selama penelitian yaitu:
(59)
a. Berkomunikasi dengan subjek penelitian yang tidak bisa menggunakan bahasa
Indonesia.
b. Penolakan dari beberapa subjek yang didatangi untuk mengikuti penelitian.
c. Menentukan narasumber yang akan memberikan edukasi.
d. Menyesuaikan waktu antara narasumber pada edukasi dengan jadwal edukasi
serta penyesuaian waktu dengan kegiatan subjek penelitian di dukuh
(bertepatan dengan bulan suci Ramadhan).
e. Penyesuaian waktu edukasi karena bertabrakan dengan kesibukan subjek
penelitian dalam pekerjaan dan waktu sholat.
f. Jarak antara tempat penelitian dengan tempat pemeriksaan urinalisis cukup
jauh serta penundaan waktu pemeriksaan sampel.
Peneliti mengatasi masalah yang terjadi dengan cara:
a. Mencoba berbicara menggunakan Bahasa Jawa Krama Inggil
b. Mencari subjek yang benar-benar mau bekerja sama dalam penelitian ini.
c. Mencari informasi tentang narasumber yang berkompeten memberikan
edukasi tentang kebiasaan minum air putih.
d. Mengadakan edukasi di waktu yang telah disepakati subjek penelitian dengan
narasumber.
e. Mengambil jam malam setelah sholat Ishak untuk mengadakan edukasi.
f. Mengantarkan sampel secepat mungkin ke laboratorium agar tidak
mempengaruhi kondisi sampel serta memasukkan sampel ke dalam termos es
(60)
2. Kelemahan penelitian
Kelemahan penelitian ini antara lain hal-hal yang tidak dapat dikontrol
oleh peneliti, misalnya komunikasi antara kelompok perlakuan dan kontrol
setelah pemberian edukasi karena jarak rumah yang berdekatan, dan penundaan
waktu pemeriksaan urinalisis. Peneliti juga tidak dapat mengontrol makanan dan
minuman serta konsumsi obat yang kemungkinan dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan kimiawi urinalisis. Kelemahan lain dalam penelitian ini yaitu
pelaksanaan penelitian yang bertepatan dengan bulan ramadhan (berpuasa) pada
saat pemeriksaan kimiawi urinalisis tengah, sehingga hal ini dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan urinalisis. Edukator yang berbeda juga berpengaruh karena cara
(61)
38 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Karakteristik Awal Subjek Terkait dengan Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis
Profil karakteristik populasi warga pedukuhan Dayakan, Desa Sardonoharjo,
Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman dicantumkan dalam tabel III dan digunakan
sebagai data dasar (baseline) dalam penelitian. Setiap kriteria menggambarkan
karakteristik subjek yang diuji secara statistik. Uji statistik yang digunakan adalah
Chi Square untuk skala pengukuran kategorik dan data yang tidak memenuhi syarat
uji Chi Squaredilakukan dengan menggunakan uji Fisher. Uji statistik ini dilakukan
untuk mengetahui apakah ada hubungan antar variabel pada karakteristik awal
kelompok perlakuan dan kontrol.
Fokus dari penelitian ini adalah gambaran hasil pemeriksaan kimiawi
urinalisis pada subjek. Berdasarkan tabel III, seluruh kriteria karakteristik subjek
penelitian memiliki nilai p>0,05, artinya antara kelompok perlakuan dan kontrol
masing-masing memiliki kriteria karakteristik yang berbeda tetapi tidak bermakna.
Hasil ini sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian karena sebagai data
(62)
Tabel III. Profil Karakteristik Awal Subjek
Kriteria Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol p
n % n %
Usia 30 30-59 th: 76,7 60-70 th: 23,3
30 30-59 th: 83,3 60-70 th:16,7
0,619* Jenis kelamin 30 Laki-laki: 50
Perempuan: 50
30 Laki-laki: 50 Perempuan: 50
1,000*
Kriteria n Kategori (%) n Kategori (%) p
Protein 30 Normal: 90 Tidak normal: 10
30 Normal: 96,7 Tidak normal: 3,3
0,612** Glukosa 30 Normal: 86,7
Tidak normal: 13,3
30 Normal: 90 Tidak normal: 10
1,000** Keton 30 Normal: 96,7
Tidak normal: 3,3
30 Normal: 100 Tidak normal: 0
1,000** Nitrit 30 Normal: 96,7
Tidak normal: 3,3
30 Normal: 96,7 Tidak normal: 3,3
1,000** Lekosit Esterase 30 Normal: 90
Tidak normal: 10
30 Normal: 93,3 Tidak normal: 6,7
1,000** Darah 30 Normal: 86,7
Tidak normal: 13,3
30 Normal: 90 Tidak normal: 10
1,000** Keterangan:
n = jumlah subjek penelitian *) Uji statistikChi Square **) Uji statistikFisher
1. Usia
Distribusi usia subjek penelitian ditunjukkan pada gambar 4. Gambar
menunjukkan bahwa distribusi normal karena data tersebar di sekitar garis. Uji
statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menghasilkan nilai p=0,200.
(63)
Gambar 4. Distribusi Usia Subjek Penelitian
Usia subjek dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2, yaitu
kelompok middle age dengan rentang umur 30-59 tahun dan kelompok elderly
dengan rentang umur 60-70 tahun. Pembagian usia ini untuk mengetahui apakah
ada perbedaan hasil pemeriksaan antara kelompok dewasa dengan kelompok
(1)
Contoh menu seimbang untuk orang dewasa perhari : Nasi/ pengganti sumber karbohidrat lainnya : 4-5 piring Lauk hewani : 3-4 potong
Lauk nabati : 2-4 potong Sayuran : 1 ½ - 2 mangkok Buah-buahan : 2-3 potong
(2)
Diet rendah garam yang dimaksud disini adalah garam Natrium. Gram dapur adalah sumber utama garam Natrium. Tujuan dilakukan dier rendah garam :
1. Membantu menghilangkan penimbunan garam / air dalam jaringan tubuh. 2. Membantu menurunkan tekanan darah bila ada tekanan darah tinggi
Garam natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan pada saat memasak atau mengolah makanan yang berasal dari hewan.
Garam natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa : Garam dapur, vetsin, soda kue, natrium benzoat (biasa terdapat pada pengawet buah), natrium bisulfit (biasa terdapat pada pengawet daging, seperti pada corned beef)
Makanan yang boleh dikonsumsi yaitu semua makanan segar tanpa garam seperti :
Beras, ketan, ubi, mie tawar, tepung maizena, tepung terigu, tepung hungkwee, gula pasir.
Kacang-kacangan (kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, kacang polong), tempe, tahu, oncom
Minyak goreng, margarine tanpa garam
Semua sayuran dan buah segar
Semua bumbu-bumbu segar dan kering yang tidak mengandung garam dapur
Minuman seperti kopi, teh, sirup, minuman botol ringan dan sari buah Makanan yang dibatasi
Daging atau ayam atau ikan paling banyak 100 g sehari, telur ayam atau telur bebek max. 1 butir perhari
Makanan yang tidak diperbolehkan
Semua makanan yang diberi garam natrium pada pengolahan seperti :
Roti, biskuit, kreker, cake dan kue lain yang dimasakn dengan garam dapur dan atau soda kue
Jeroan, dendeng, abon, corned beef, daging asap, ikan asin, ikan pindang sarden, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang
Keju, margarin
Semua sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur
Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap asin, coklat
Diet Rendah Protein Purin Tujuan diet :
1. Menurunkan kadar asam urat dalam darah 2. Memperlancar pengeluaran asam urat Makanan yang diperbolehkan :
Sumber karbohidrat : nasi, nasi tim, bubur, roti gandum, makaroni, pasta, jagung, krntang, ubi dan talas, sereal
Sumber protein hewani : telur, susu skim
Semua sayuran yang mengandung sedikit protein : oyong, kangkung, kol, timun, tomat, labu air, selada, sawi, lobak.
Semua macam buah-buahan
Minyak / lemak diberikan dalam jumlah terbatas
Semua macam minuman yang tidak beralkohol
(3)
Makanan yang dibatasi
Tempe, tahu, oncom maks 50 g/hari
Kacang-kacangan (kajang hijau, kacang tanah, kacang kedelai) paling banyak 25 mg/hari
Daging, ayam, ikan tongkol, bawal, bandeng, kentang, udang maks. 50 g/hari
Sayuran yang mengandung protein tinggi : bayam, buncis, daun melinjo, melinjo, labu siam, kacang kapri, kacang polong, kembang kol, kacang panjang, asparagus, dan jamur maks. 50 g/hari
Makanan yang berlemak dan menggunakan santan kental, makanan yang digoreng
Minuman yang mengandung soda dan alkohol, kopi, teh, tape Makanan yang dihindari
Hati, ginjal, jantu, limpa, otak, ham, sosis, babt, usus, paru, sarden, kaldu daging, bebek, burung, angsa,, ragi
Minyak kelapa, santan kental, mayonaise
Emping belinjo
Minum-minuman keras : arak, ciu, bir, brendi Cara mengatur diet :
1. Memasak merebus, mengukus, mengungkep, menumis, memanggang, atau membakar
2. Banyak makan buah-buahan yang mengandung air, untuk memperlancar pengeluaran asam urat
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Olahraga secara teratur untuk mencegah kaku sendi 2. Hindari minuman atau suplemen berenergi
DAFTAR PUSTAKA
Sawyer, Clair N., 1994. Chemistry For Environmental Engineering, Fourth Edition. McGrawHill, Inc. Singapore
Wijayanti, Fitria Kusuma, 2008. Profil Pencemaran Logam Berat Di Air Dan Sedimen Sungai Citarum Segmen Dayeuh Kolot Sampai Nanjung. Tugas Akhir S1. Program Studi teknik Lingkungan, FTSL, ITB : Bandung
http://saranatel.net/uji.html
http://organisasi.org/kekurangan-cairan-tubuh-dehidrasi-gejala-diagnosis-jenis-macam-pengobatan
http://saufa.student.umm.ac.id/2010/07/28/manfaat-minum-air-putih-bagi-kesehatan/
MULAILAH HIDUP SEHAT DENGAN MINUM AIR PUTIH
SETIAP HARI
(4)
(5)
(6)