KEBERADAAN INSTRUMEN MUSIK TUNG-TUNG PADA ETNIK BATAK TOBA DI DESA AEK NAULI KECAMATAN SIPAHUTAR TAPANULI UTARA.

KEBERADAAN INSTRUMEN MUSIK TUNG-TUNG
PADA ETNIK BATAK TOBA DI DESA AEK NAULI
KECAMATAN SIPAHUTAR
TAPANULI UTARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:

JUBELEUM PANJAITAN
NIM.071222510104

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2013

PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacuh dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.

Medan,

Februari 2013

Jubeleum Panjaitan
NIM. O71222510104

ABSTRAK

Jubeleum Panjaitan, Nim. 071222510104, Keberadaan Instrumen Musik Tungtung Pada Etnik Batak Toba di Desa Aek Nauli Kecamatan Sipahutar Tapanuli
Utara, Skripsi Medan, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,
2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan
keberadaan instrumen musik tung-tung serta fungsi instrumen musik tung-tung
bagi masyarakat Etnik Batak Toba di Desa Aek Nauli Kecamatan Sipahutar
Tapanuli Utara.
Instrumen musik Tung-tung adalah alat musik tradisional Batak Toba. Tungtung terbuat dari sepotong kayu, panjangngnya kira-kira 1,5 meter dan
berdiameter 30 cm. Tung-tung dalam bahasa batak toba berarti bunyi alat musik
tersebut yang berdengung mengeluarkan nada tung. Cara memainkan alat musik
Tung-tung adalah dengan dipukul dengan sepasang stick (alat memukul) yang
terbuat dari kayu.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif. Metode ini adalah pnelitian yang memberikan
gambaran tentang suatu keadaan, berdasarkan fakta-fakta yang ada di tengahtengah masyarakat saat ini. Penelitian ini berlokasi di Desa Aek Nauli Kecamatan
Sipahutar Tapanuli Utara, dengan sampel penelitian yaitu pemain instrumen
musik tung-tung dan ketua ketua adat setempat.
Hasil penelitian diperoleh bahwa Tung-tung dimainkan pada saat-saat yang
tidak terduga untuk memberitahukan kejadian-kejadian penting kepada
masyarakat Desa Aek Nauli. Instrumen musik Tung-tung ada dua jenis yaitu
Tung-tung yang diletakkan di lokasi permukiman warga dan di lokasi ladang atau
hutan tempat masyarakat bertani. Tung-tung yang berada di lokasi permukiman
warga dimainkan untuk memberitahukan penting, sedangkan tung-tung yang

berada di lokasi ladang atau hutan untuk memberitahukan waktu.

1i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat & berkat yang dianugrahkan kepada saya sampai selesainya
skripsi saya yang berjudul “KEBERADAAN INSTRUMEN MUSIK TUNGTUNG PADA ETNIK BATAK TOBA DI DESA AEK NAULI KECAMATAN
SIPAHUTAR TAPANULI UTARA”. Dalam rangka memenuhi syarat untuk
menyelesaikan program S-1 Pendidikan Seni Musik Jurusan Sendratasik Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Penulis sesungguhnya merasa masih banyak terdapat kekurangan baik dari
segi isi maupun susunan bahasaanya, namun berkat bimbingan dan arahan dari
para dosen pembimbing akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan
waktunya. Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat menambah
perbendaharaan bacaan untuk para pengamat seni, mahasiswa yang tertarik
dengan topik-topik dalam penulisan ini. Untuk itu dengan senang hati penulis
mengharapkan masukan-masukan, kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih, kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Unimed
2. Ibu Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan FBS UNIMED
3. Ibu Dra.Tuti Rahayu, M.Si selaku Ketua Jurusan Sendratasik FBS UNIMED
4. Ibu Uyuni Widiastuty, M.Pd selaku Sekertaris Jurusan Sendratasik FBS
UNIMED dan sebagai Dosen Pembimbing I.

ii1

5. Bapak Panji Suroso, M.Si selaku Ketua Program Studi Seni Musik FBS
UNIMED dan selaku Dosen Pembimbing II.
6. Bapak Eldon Panjaitan selaku Narasumber.
7. Bapak Tommyt Panjaitan dan Bapak Sori Tua Panjaitan selaku ketua adat
Desa Aek Nauli.
8. Bapak Manesar Simanjuntak selaku Kepala Desa Aek Nauli
9. Yang teristimewa kepada kedua orangtuaku tersayang Bapak St, S Panjaitan
dan Ibu S Nadeak, S.Pd serta adik-adikku tersayang yang telah banyak
membantu baik dukungan, dana, doa dan

motivasi penulis dalam


menyelesaikan tulisan ini.
10. My family: Oppung tercinta Oppu Erna Nadeak, Tulang Simson, Tulang
Omsar, Tulang Coky, Tante Friska dan semua Mak Uda serta seluruh
pomparan Oppu Erna Nadeak.
11. Teman-temanku: Suhendro, (appara) Oedoet & Pita, Calep, Kocciang dan
seluruh anggota Pulau biru, teman-teman cari “mammam” di YPN Marisi
Medan, Decy Fyanie, teman-teman dari Kampus: Anju, Bernad, Boris,
Immanuel serta seluruh teman stambuk 07. Kiranya Tuhan Yang Maha
Pengasih berkenan memberikan berkatNya atas segala budi baik yang mereka
berikan kepada penulis.
Medan,
Penulis

Februari 2013

Jubeleum Panjaitan
NIM. 071222510104

iii2


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 ............................................................................................................ 33
Tabel 4.2 ............................................................................................................ 34

1
vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 ........................................................................................................ 29
Gambar 4.2 ........................................................................................................ 33

1
viii

DAFTAR FOTO

Foto 2.1 ............................................................................................................. 17
Foto 4.1 ............................................................................................................. 31

Foto 4.2 ............................................................................................................. 50

ixi

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang terlahir dari
berbagai suku yang berbeda. Suku yang berbeda menjadikan Indonesia kaya akan
kesenian baik seni musik, seni tari, seni rupa dan seni drama. Kesenian di
Indonesia pada dasarnya lahir dari suku yang berbeda yang mencerminkan
karakteristik tersendiri oleh setiap suku tersebut.
Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu propinsi di Indonesia yang
didiami oleh banyak suku, seperti suku Batak Toba, Simalungun, Karo, Pak-pak,
Mandailing dan Nias. Suku Batak Toba yang memiliki kekayaan seni. Sama
halnya dengan suku-suku lain di Indonesia yang mempunyai warisan-warisan
kesenian dari nenek moyangnya. Etnik Batak Toba memiliki musik tradisional

yang penggunaannya berkaitan dengan struktur dan dinamika kehidupan
masyarakatnya.
Di kalangan etnik Batak Toba terdapat berbagai jenis alat-alat musik
yang dimainkan dalam bentuk ensambel, atau sebagai alat musik individual yang
dimainkan secara solo. Instrumen yang dimainkan secara ansambel yang ada
dalam Entik Batak Toba yaitu Gordang, Taganing, Odap, Garantung, Hasapi,
Ogung. Sedangkan musik instrumen yang yang dimainkan secara individual yaitu
sulim, Sordam, Saga-saga, jenggong, Tanggetang, dan Tung-tung.

1

2

Dari sejumlah alat musik tradisional Batak Toba sebagaimana
dikemukakan diatas, beberapa alat musik tradisional telah terancam punah sebagai
dampak dari perkembangan zaman, dimana penggunaannya telah mengalami
penurunan ataupun penggunaannya diambil alih oleh produk instan yang lebih
modern. Salah satu dari alat musik yang terancam punah dari sejumlah alat musik
tradisional Batak Toba adalah instrumen musik Tung-tung. Tung-tung yaitu alat
musik individual yang terbuat dari kayu, dimainkan dengan cara memukul. Alat

musik ini sudah jarang ditemui atau jarang digunakan oleh masyarakat Batak
Toba sekarang ini. Kemajuan teknologi menjadikan masyarakat Batak Toba lupa
akan warisan nenek moyangnya dan lebih memilih menggunakan telepon
genggam sebagai alat komunikasi yang sangat cepat sekarang ini. Fungsi
instrumen musik sebagai alat komunikasi di desa Aek Nauli Panjaitan tersebut
telah diambil alih oleh kemajuan teknologi sekarang yaitu Hand Phone atau
telepon genggam dikarenakan Hand Phone lebih cepat menyampaikan informasi
kepada masyarakat banyak.
Zaman dahulu alat musik tung-tung adalah alat musik yang sangat
penting di tengah-tengah masyarakat etnik Batak Toba, terutama di tengah-tengah
masyarakat desa Aek Nauli Panjaitan. Alat musik Tung-tung ini digunakan oleh
masyarakat etnik Batak Toba sebagai media komunikasi, yang mana apabila ada
sebuah kejadian penting dan untuk memberitahukan kejadian tersebut kepada
orang banyak atau masyarakat, maka alat musik ini dimainkan atau dibunyikan.
Kejadian-kejadian yang dianggap penting maksudnya seperti berita
kemalangan, kebakaran, duka cita, kemalingan dan lain sebagainya.

3

Selain itu, alat musik Tung-tung ini juga berperan penting di ladang

maupun di hutan masyarakat etnik Batak Toba. Di kawasan ladang, alat musik ini
dikumandangkan sebagai penanda waktu, seperti waktu untuk istirahat makan
siang Tung-tung ini dibunyikan pada jam dua belas siang, serta juga jam lima sore
alat musik ini kembali dibunyikan menandakan waktunya para petani pulang ke
rumah masing-masing.
Alat musik ini biasanya diletakkan di suatu tempat yang dianggap
strategis atau di pertengahan kampung sebagai tempat masyarakat untuk
berkumpul. Alat musik ini dimainkan atau dibunyikan dengan cara memukul alat
musik tersebut dengan menggunakan sepasang stick. Apabila alat musik ini
dibunyikan, maka masyarakat akan berkumpul ditempat tersebut untuk
mengetahui kejadian yang diberitahukan oleh pemain atau orang yang
membunyikan alat musik tersebut. Namun beda halnya di ladang masyarakat, alat
musik ini tidak hanya satu. Melainkan setiap pondok petani memiliki alat musik
ini sebagai sarana komunikasi antar petani dengan petani yang lain.
Seiring berjalannya waktu dan pesatnya perkembangan teknologi pada
zaman sekarang ini, sehingga alat musik ini hampir punah dan sudah jarang
ditemukan. Masyarakat sudah lebih maju, namun lupa akan alat musik yang telah
diwariskan nenek moyang sejak zaman dahulu.
Pada zaman sekarang ini, masyarakat etnik Batak Toba khususnya di
desa Aek Nauli Kecamatan Sipahutar, sudah jarang menggunakan alat musik ini

yang kini telah digantikan oleh HP (Hand Phone) sebagai alat komunikasi yang

4

lebih canggih. Akan tetapi hal ini telah merusak citra dan kelestarian warisan
nenek moyang etnik Batak Toba tersebut.
Namun demikian menurut pengamatan dan informasi yang peneliti
temukan, ternyata masih ada yang menggunakan dan membuat instrumen musik
Tung-tung yaitu di desa Aek Nauli, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli
Utara. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti fenomena tersebut
dengan memilih judul, “Keberadaan Instrumen Musik Tung-tung Di Desa
Aek Nauli Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara”.

B. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian perlu diadakan identifikasi masalah. Hal ini dilakukan
agar penelitian menjadi terarah serta cakupan masalah yang dibahas tidak terlalu
luas. Identifikasi masalah adalah mendeteksi, melacak dan menjelaskan aspek
permasalahan yang muncul yang berkaitan dengan judul penelitian yang akan
diteliti.
Dari uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana Keberadaan instrumen musik

Tung-tung dalam kaitannya

dengan kehidupan etnik Batak Toba Di Desa Aek Nauli Kecamatan
Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara?
2. Bagaimana cara bermain instrumen musik Tung-tung?
3. Pada saat kapan saja instrument Tung-tung dibunyikan?
4. Apa fungsi instrumen Tung-tung pada masyarakat etnik Batak Toba?

5

5. Bagaimana teknik dalam bernain Instrumen musik Tung-tung?
6. Komunikasi apa yang dihasilkan oleh instrumen Tung-tung pada
masyarakat etnik Batak Toba?

C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah yang menyangkut Keberadaan
Instrumen Musik tung-tung, maka peneliti perlu

membuat pembatasan

masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keberadaan instrument musik Tung-tung dalam kaitannya
dengan kehidupan etnik Batak Toba di Desa Aek Nauli Kecamatan
Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara?
2. Bagaimana fungsi instrumen musik Tung-tung pada etnik Batak Toba di
Desa Aek Nauli Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara?
3. Bagaimana teknik dalam bermain instrument musik Tung-tung?

D. Perumusan Masalah
Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan dari masalah
peneliti yang akan diteliti supaya pembahasan suatu topik tidak meluas.
Dari uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, identifikasi
masalah, dan pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah keberadaan instrumen musik Tungtung pada Etnis Batak Toba di desa Aek Nauli Kecamatan Sipahutar Kabupaten
Tapanuli Utara”.

6

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tidak lain untuk mengetengahkan indikator-indikator apa
yang hendak ditemukan dalam penelitian terutama yang berkaitan dengan
variable-variabel penelitian. Untuk melihat berhasil tidaknya suatu kegiatan, dapat
dilihat melalui tercapainya tujuan yang telah diterapkan.
Dalam penelitian ini dirumuskan tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui keberadaan instrumen musik Tung-tung dalam kaitannya
dengan siklus kehidupan etnik Batak Toba di Desa Aek Nauli Kecamatan
Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Mengetahui fungsi instrumen musik Tung-tung pada etnik Batak Toba di
Desa Aek Nauli Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.
3. Mengetahui teknik dalam memainkan instrument musik Tung-tung.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan
sumber informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya. Setelah
penelitian ini dirampungkan, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1.

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai
keberadaan instrumen musik Tung-tung dalam kaitannya dengan
kehidupan etnik Batak Toba.

2.

Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta
Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara tentang pentingnya pelestarian

7

dan pengembangan musik tradisional Batak Toba khususnya instrumen
musik Tung-tung.
3.

Salah satu upaya pemeliharaan alat musik etnik Batak Toba khususnya
pada alat-alat musik yang keberadaannya hampir punah.

4.

Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya
memiliki keterkaitan dengan topik penelitian ini.

yang

52

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, Peneliti
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Benar adanya instrumen musik tung-tung di desa Aek Nuli Kecamatan
Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Instrumen musik Tung-tung berfungsi sebagai media komunikasi
masyarakat desa Aek Nauli Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli
Utara.
3. Instumen musik Tung-tung merupakan alat musik yang hampir punah
atau jarang dipergunakan dari antara musik Etnik Batak Toba yang
berkembang. Namun masih dipergunakan oleh masyarakat batak toba
khususnya di desa Aek Nauli Kecamatan Sipahutar, Tapanuli Utara.
4. Instrumen musik tung-tung ini bersifat bersifat individual, sehingga alat
musik ini tidak termasuk dalam ensambel gondang dari alat musik Etnik
Batak Toba.

52

53

B. Saran.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, Peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Karena kemajuan tekhnologi yang berkembang yang menyebabkan alat
musik tradisional jarang digunakan, kepada masyarakat haruslah
melestarikan alat-alat musik tradisional kita. Supaya alat-alat musik
tradisional tidak hilang atau tidak punah.
2. Kepada pemerintah Indonesia diharapkan perhatian khusus untuk
kebudayaan kita khususnya kebudayaan-kebudayaan yang jarang
dipergunakan dalam pementasan karya agar tidak hilang dan tidak
menjadi kepunyaan Negara lain. karena sarjana-sarjana mengatakan
pengetahuan tanpa seni kering, tetapi seni tanpa pengetahuan kosong.
3. Dengan kepribadian kita yang ingin membangun kebuadayaankebudayaan yang kian dilupakan oleh orang banyak, kita dapat
membangkitkannya dengan kita melestarikannya dan mengutamakan
kepunyaan kita dari pada kepuyaan Negara lain.

54

DAFTAR PUSTAKA
Azari, Azril. 2001. “Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah”. Cetakan
ke IV. Universitas Trisakti : Jakarta.
Hutabarat, Lampos. 2010. Keberadaan Dan Bentuk Musik Sikambang Di Kota
Sibolga. Skripsi.UNIMED
Margono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Pustaka Umum
Maryaeni. 2005.”Metode Penelitian Kebudayaan”. Jakarta : Bumi Aksara
Manurung, Margaretha. 2012. Eksistensi Instrumen Tulila Pada Etnik Batak Toba
Di Desa Harian Boho Kabupaten Samosir. Jurnal.UNIMED.
Situmorang, Meliana Suryani. 2005. Peranan Musik Tradisional Batak Toba
Pada Pesta Sulang-sulang Di Desa Sabolon Kecamatan Sitiotio Samosir.
Skripsi. UNIMED.
Narbuko, Cholid. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara Balai
Pustaka.
Nazri, Muhamad. 2005. “Metode Penelitian” . Bogor : Ghalia Indonesia.
Pusat Pembinaan Bahasa 2007. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Jakarta : Balai
Pustaka.
Supranto, J. 2004. “Proposal Penelitian dan Contoh”. Cetakan Pertama. Jakarta :
Universitas Indonesia (UI-PRESS).
Siagian, Rosmei H. 2007. Peranan Musik Tradisional Batak Toba Gondang
Hasapi Pada Opera Batak Metropolitan Di TVRI Medan.
Skripsi.UNIMED.
http://bonapasogittapanuliutara.blogspot.com/2010/11n/mengenaldaerahkabupat
en-tapanuli.html
http://adrilimbong.blogspot.com/2010/10/abstrak-kompleks-yangmenyimpangkan.html
http://indonesia-liek.blogspot.com/2010/12/budaya-sumatera-utara-senikebudayaan.html
http://protomalayans.blogspot.com/2012/09/suku-batak-toba.html