Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Eliminasi mikroorganisme dari infeksi saluran akar adalah faktor yang paling
8
penting dalam perawatan saluran akar. Untuk mengurangi aktivitas bakteri pada
36
saluran akar digunakanlah bahan medikamen saluran akar. Jenis bahan medikamen yang sering digunakan dalam perawatan saluran akar adalah Ca(OH)
2 karena bersifat
2
antibakteri. Namun salah satu bakteri patogen yang ada di saluran akar yang sering dijumpai berkaitan dengan bakteri lain dan mempunyai peran dalam kasus infeksi saluran akar primer seperti Fusobacterium nucleatummasih ditemukan dalam
12
beberapa kasus setelah pemberian bahan medikamen Ca(OH) . Untuk mencapai
2
suatu keberhasilan pada penelitian ini dalam mengetahui efek antibakteri dan mengeliminasi bakteri Fusobacterium nucleatum, diharapkan ekstrak etanol umbi lobak dapat digunakan sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar.
2.1 Penggunaan Bahan Medikamen Saluran Akar
Bahan medimaken yang memiliki aktivitas antibakteri sering digunakan untuk
37
mengeliminasi bakteri yang tersisa setelah preparasi chemomechanical. Suatu medikamen saluran akar harus memiliki syarat antara lain biokompatibel, memiliki daya antibakteri, menetralisir sisa – sisa debris di saluran akar, mengontrol nyeri
7
pascaperawatan, mampu mencegah reinfeksi. Tujuan dari pemberian bahan medikamen saluran akar adalah untuk mengurangi jumlah bakteri dan mencegah infeksi kembali dari bakteri tersebut selama perawatan saluran akar, mengurangi rasa nyeri setelah perawatan saluran akar, menstimulasi perbaikan kembali jaringan
8,38
periapikal Bahan – bahan medikamen dapat dibagi menjadi : a. Golongan fenol
Golongan fenol dan aldehid umumnya memiliki efek dalam membunuh sel,
8
membahayakan jaringan pulpa dan periapeks. Golongan fenol terdiri dari bahan kristalin putih yang memiliki bau yang menyegat, rasa yang tidak enak, dan akan
8,39
mengalami kehilangan daya aktifnya dalam waktu 24 jam. Studi in vitro menunjukkan fenol dan turunannya memiliki sifat sangat toksik pada sel mamalia,
39
tetapi daya antimikrobanya tidak sebanding dengan toksisitasnya. Contoh dari golongan fenol antara lain camphorated monoparachloropenol (CMCP),
metacresylacetate (cresatin), eugenol, parachlorophenol (PCP), camphorated
8 parachlorophenol (CPC), cresol, creosote, thymol.
8 b.
Golongan aldehid seperti formokresol dan glutaraldehid Penggunaan golongan aldehid pada jaringan nekrotik akan membuat jaringan
8,39
itu menjadi lebih toksik dan memiliki potensi mutagen serta karsinogen. Golongan fenol dan formokresol menunjukkan bahwa medikamen ini tidak berpengaruh pada
8 pencegahan nyeri.
8 c.
Golongan halida sepertiIodine potassium iodide (IKI) Iodine potassium iodide mempunyai kemampuan berdifusi lewat tubulus dental dan membunuh bakteri in vivo. IKI juga merupakan desinfektan yang efektif pada dentin yang terinfeksi dan dapat membunuh bakteri pada dentin yang terinfeksi
39 dalam waktu 5 menit secara in vitro.
d.
Antibiotik Jenis antibiotik yang sering dipakai adalah pasta Ledermix dan Septomixine
Forte. Keduanya sama – sama mengandung kortikosteroid sebagai agen antiinflamasi, tetapi spektrum kerja kedua jenis antibiotik tersebut kurang sehingga belum sesuai
2 digunakan dalam perawatan saluran akar.
e.
Golongan steroid Golongan steroid dapat menurunkan nyeri setelah perawatan, tetapi tidak akan
8 menurunkan insiden flare up.
f.
Kalsium hidroksida Penggunaan kalsium hidroksida sebagai bahan intrakanal antiseptik pertama kali diperkenalkan oleh B.W.Herman pada tahun 1920. Kalsium hidroksida telah Sekarang kalsium hidroksida digunakan sebagai bahan medikamen dalam praktik
37,40 endodontik.
Kalsium hidroksida merupakan bahan medikamen saluran akar yang paling efektif dalam perawatan saluran akar dan sering digunakan hingga sekarang, karena memiliki sifat basa, dengan suasana basa pada saluran akar yang memiliki daya
6,7
antibakteri terhadap bakteri yang tidak tahan terhadap suasana basa. Kalsium hidroksida memiliki pH yang mendekati 12 - 12,5 yang menunjukkan sebuah
37,41
senyawa alkalin yang kuat jika dilarutkan dalam pelarut air. Di dalam pelarut, Ca(OH) akan dilarutkan menjadi kalsium dan ion hidroksil. Macam – macam sifat
2
biologis yang dimiliki pada Ca(OH)
2 , seperti aktivitas antimikroba, mencegah
resorpsi gigi, menginduksi perbaikan pada pembentukan jaringan keras. Cara kerja
2+
Ca(OH) melalui pelepasan ion Ca yang memiliki peran dalam proses mineralisasi
2
- jaringan dan ion OH yang menghasilkan alkalin yang tinggi sehingga menyebabkan
2
lingkungan yang tidak sesuai bagi mikroorganisme. Pelepasan ion hidroksil pada lingkungan pH alkalin dapat menghancurkan membran sel dari bakteri dan struktur
6,41
proteinnya serta memodifikasi genetik dari sel bakteri tersebut. Kalsium hidroksida juga menghidrolisis lapisan lipid dari lipopolisakarida (LPS) yang biasa dimiliki oleh bakteri gram negatif, dengan menghasilkan asam lemak hidroksi dalam jumlah yang banyak dan menonaktifkan enzim dalam membran bakteri serta
42 menggangu mekanisme transportasi yang mengakibatkan sel keracunan.
Efek letalnya pada bakteri ditunjukkan pada mekanisme: a.
Penghancuran pada membran sel dari bakteri Ion hidroksil akan menginduksi lemak peroksida, mengakibatkan kerusakan pada fosfolipid, struktur dari membran sel, ion hidroksil memindahkan atom hidrogen dari asam lemak tidak jenuh,menghasilkan lemak peroksida yang lain. Sehingga peroksida berperan seperti radikal bebas, menginisiasi reaksi rantai autokatalitik, dan menghasilkan kerusakan lebih lanjut dari lemak jenuh dan kerusakan membran yang lebih luas. b.
Denaturasi protein Sifat alkalinasi yang berasal dari kalsium hidroksida menginduksi pelepasan ikatan ionik yang mempertahankan struktur tersier dari protein. Struktur dari protein juga dirusak oleh ion hidroksil.
c.
Penghancuran pada DNA bakteri Ion hidroksil bereaksi dengan DNA bakteri dan menginduksi pemisahan dari untaiannya. Hasilnya, replikasi DNA terhambat dan aktivitas selular terganggu.
6,40 Radikal bebas juga menyebabkan induksi dari mutasi yang letal.
Namun kalsium hidroksida (Ca(OH) ) juga memiliki beberapa kelemahan
2
melalui penelitian Siquiera et al (2007), membuktikan bahwa dari 11 saluran akar dengan lesi periodontitis apikalis, setelah penggunaan bahan dressing antar kunjungan dengan menggunakan Ca(OH) selama satu minggu, ditemukan dua kasus
2
bakteri postmedikamen, dengan satu takson per kasus, yaitu bakteri F.nucleatum dan
12 Lactococcus garvieae . Penelitian dari Porteiner .et al (2001)melaporkan bahwa
dentin dapat mempengaruhi aktivitas antibakteri dari kalsium hidroksida, dengan kemampuan buffer dentin yang menghambat kerja dari kalsium hidroksida, sehingga terjadi penurunan kondisi alkalin yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri, serta
43
menghambat penetrasi ion hidroksil ke jaringan pulpa. Kalsium hidroksida juga bersifat lambat sebagai agen antibakteri dalam mencapai keefektifitasan, karena kalsium hidroksida harus berada dalam saluran akar kurang lebih satu minggu. Penelitian menunjukkan 11% dari saluran akar masih terdapat bakteri setelah dua perawatan berturut – turut dengan bahan medikamen kalsium hidroksida dan dua per
37
tiga mengalami kegagalan. Hal ini kemungkinan terjadi karena anatomi pulpa yang kompleks sehingga beberapa mikroorganisme dapat berpindah ke kanal lateral,
isthmus , delta saluran akar, dan tubulus dentin setelah dilakukan preparasi
12
chemomechanical. Penelitian dari De Moor dan De Witte (2002) juga menunjukkan
penggunaan kalsium hidroksida yang berlebih dan berkontak langsung ke jaringan
44 periapikal tidak memberikan penyembuhan pada jaringan periapikal tersebut.
2.2 Bakteri Fusobacterium nucleatum sebagai Salah Satu Bakteri yang Berperan dalam Infeksi Saluran Akar.
Menurut taksonominya, Fusobacterium nucleatum diklasifikasikan berdasarkan:
14 Kingdom : Bacteria
Filum : Fusobacteria Famili : Bacteriodaceae Genus : Fusobacterium Spesies : Fusobacterium nucleatum
Fusobacterium nucleatum merupakan jenis bakteri anaerob obligat gram
negatif dengan sel yang tipis, bentuk batang yang bergelendong dengan kedua ujung yang tajam atau filamen, panjang sel bakteri 5 – 10 mdan termasuk kedalam famili Bacteroidaceae.
14,45
(Gambar 1) Gambar 1. Koloni F.nucleatum dibawah Scanning
Electron Microscopy
(SEM)
14
F. nucleatum sebagai bakteri gram negatif memiliki karakteristik pada
membran luar bakteri tersebut. Envelope dari bakteri terdiri dari membran luar dan dalam yang terpisah dengan periplasmic space yang mengandung peptidoglikan. Secara umum membran dalam dari bakteri terdiri dari membran ganda fosfolipid yang simetris dan protein. Membran terluar berfungsi sebagai molekul selektif dan membran asimetris yang terdiri dari fosfolipid, lipopolisakarida (LPS), lipoprotein,
14
dan protein. (Gambar 2) Kompleks lipopolisakaridayang berupa endotoksin dapat menyebabkan biological effects yaitu aktivasi komplemen, sitotoksisitas, dan resorpsi tulang.
Lipopolisakarida juga memegang peranan penting dalam proses perlekatan bakteri F.
nucleatum dengan hidroksiapatit dan sementum pada permukaan
14,46gigi. Lipopolisakarida dari Fusobacterium nucleatum juga menginduksi secara
47 cepat respon imun pada jaringan pulpa.
Gambar 2. F.nucleatum dibawah mikroskop elektron Outer
membrane (OM), Perisplasmic space (P), dan Cell
14 membrane (CM)
F.nucleatum memerlukan media yang baik untuk tumbuh sumbur yang
terdapat kandungan trypticase, peptone, dan ekstrak ragi. F.nucleatum menggunakan asam amino untuk menghasilkan energi serta menggunakan glukosa untuk reaksi
14
biosintesis molekuler interseluler. Bakteri tersebut bersifat tidak bergerak dan tidak menghasilkan spora dengan produk utama hasil akhir metabolisme berupa asam
14,17
butirat serta sejumlah kecil asetat, laktat, format, dan asam propionat. Asam butirat, asam propionat, dan ion amonium dapat menghambat proliferasi sel fibroblas pada gingiva, yang memberikan jalan masuk bagi F.nucleatum untuk melakukan
14
penetrasi ke epitel gingiva. Asam butirat juga berperan dalam inhibisi terbesar dari T-sel blastogenesis dan menstimulasi produksi interleukin-1 yang berkaitan dengan
46
resorpsi tulang. F.nucleatum juga menghasilkan protease yang dapat melakukan aktivitas proteolitik yang mendegradasi fragmen kolagen yang menyebabkan
14 kerusakan periodontal dari host.
Bakteri yang ditemukan pada infeksi primer endodontik adalah bakteri gram negatif seperti Fusobacterium, Dilaster, Porphyromonas, Prevotella, Tannerella,
48 Treponema , Campylobacter, dan Veillonella. Penelitian dari Kipalev et al. (2014)
menunjukkan bahwa Fusobacterium nucleatum lebih sering ditemukan pada infeksi saluran akar primer dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yaitu sebesar 52,8% dibandingkan dengan infeksi saluran akar sekunder sebesar
15
25,7%. Infeksi primer tersebut awalnya dapat terjadi akibat dari adanya jalan masuk bagi mikroorganisme umumnya melalui karies gigi. Adapun cara lain untuk masuknya mikroorganisme penyebab infeksi primer adalah melalui apeks, kanal
47
lateral, aksesoris, furkasi dari saluran akar gigi. Selain itu, infeksi sekunder disebabkan oleh mikroorganisme yang masih terdapat pada saluran akar saat
49
perawatan atau setelah dilakukan perawatan saluran akar. Menurut Sundqvist (1994) menunjukkan bahwa F.nucleatum jugapaling banyak ditemukan pada lesi apikal
46
melalui kultur bakteri saluran akar yaitu sebesar 48%.(Tabel1)
46 Tabel 1. Bakteriyang disiloasi dari saluran akar gigi dengan lesi periapikal.
Bakteri Insiden (%)
Fusobacterium nucleatum
48 Streptococcus sp
40 Bacteroides sp
35 Prevotella intermedia
34 Peptostreptococcus micros
34 Eubacterium alactolyticum
31 Peptostreptococcus anaerobius
32 Lactobacillus sp
31 Eubacterium lentum
32 Fusobaccterium sp
29 Camphylobacter sp
25 Peptostreptococcus sp
15 Actinomyces sp
15 Eubaccterium timidum
11 Capnocytophaga ochracea
11 Eubacterium brachy
9 Veillonella parvula
9 Porphyromonas endodontalis
9 Prevotella buccae
9 Prevotella denticola
6 Prevotella loesccheii
6 Eubacterium nodatum
6 Mikroorganisme di dalam saluran akar dapat tumbuh tidak hanya sebagai sel planktonik, tetapi juga dapat membentuk suatu biofilm yang terdiri dari jaringan kompleks dari berbagai mikroorganisme. Pembentukan biofilm yang terjadi di dalam
18
didukung oleh morfologi saluran akar yang begitu kompleks. Bakteri yang berkumpul dalam biofilm dapat berkomunikasi intraspesies maupun antarspesies. Komunikasi tersebut dilakukan untuk memperoleh sifat-sifat baru. Quorum sensing adalah komunikasi intraspesies bakteri yang dimediasi oleh molekul rendah yang berat, yang dapat mengubah aktivitas metabolisme sel-sel tetangga dan mengkoordinasikan fungsi sel bakteri terdapat dalam biofilm. Quorum sensing juga dapat mengatur properti mikroba seperti faktor virulensi dan penggabungan DNA
50,51
ekstraseluler. Beberapa bakteri yang saling berhubungan dengan spesies lainnya melalui rantai makanan dengan metabolisme dari satu spesies menyediakan nutrien esensial untuk pertumbuhan populasi bakteri yang lainnya. Fusobacterium nucleatum berperan penting dalam pembentukan biofilm karenakemampuannya dalam memecah glukosa dari strukur interseluler dan memanfaatkannya sebagai sumber energi pada saat kekurangan nutrisi, hal inilah yang mendukung bakteri lain berpindah ke sekitar permukaan sel Fusobacterium nucleatum yang selanjutnya berikatan dengan dinding
14 selnya. Kombinasi Fusobacterium nucleatum, Prevotella spp., Porphyromonas spp.
juga berkaitan dengan perkembangan yang menunjukkan keparahan dalam endodontik flare up, karena adanya sinergi antara bakteri tersebut sehingga
15,17
meningkatkan intensitas reaksi inflamasi pada jaringan periapikal. F.nucleatum dan P. gingivalis berinteraksi dengan menghasilkan enzim proteolitik dan agregasi dari bakteri tersebut menghasilkan efek sinergisme pada terjadinya kasus infeksi
14,52
endo-perio. (Gambar 3) Bakteri yang membentuk biofilm tersebut akan lebih resisten terhadap agen antimikroba dibandingkan dengan bakteri yang hidup sebagai
46 planktonik.
Raphanus sativus L. yang berasal dari famili Brassiaceae memiliki banyak manfaat dan telah digunakan sebagai tanaman obat sejak dahulu.
32,35 Raphanus sativus
aslinya berasal dari Eropa dan Asia. Klasifikasi nama dari tanaman lobak (Raphanus
sativus L. ) adalah:
Divisi : Tracheophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Brassicales Famili : Brassicaceae Genus : Raphanus Spesies : Raphanus sativus L.
Tanaman tersebut dapat tumbuh pada iklim yang memiliki ketinggian antara 190 sampai 1240 m. Tanaman tersebut memiliki tinggi 30 – 90 cm dan akarnya tebal dengan banyak ukuran, bentuk, dan warna.
32 Batangnya bisa bercabang maupun
tidak, pada bagian dasar daunnya panjang, biasanya berbentuk lengkung dan bergerigi Gambar 3.Gambaran SEM dari pembentukan biofilm antara F.nucleatum dengan
P.gingivalis
53
2.3 Lobak (Raphanus sativus L.)
34 Kingdom : Plantae
Bunganya terdapat pada ujung tandan yang panjang, biasanya berwarna putih atau ungu. Buahnya sedikit dan tidak merekah, dengan panjang 2,5 – 7,5 cm dan diameter 1,25 cm, dengan ujung yang panjang dan lonjong. Biasanya memiliki 6 – 12 biji yang bulat, dengan warna kuning sampai coklat. Umbinya dengan bentuk bervariasi dari hampir berbentuk bulat, silinder, kerucut, pada jenis orientalnya, dan berat hingga 15 kg. Dagingnya biasanya berwarna putih, meskipun ada beberapa yang berwarna
34
merah muda hingga merah. (Gambar 4) Lobak telah digunakan sebagai makanan obat – obatan untuk berbagai penyakit termasuk disfungsi hati dan pencernaan yang buruk. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ekstrak lobak memiliki aktivitas biologi seperti efek
34 antioksidan, antimutagenik, dan anti proliferatif.
34 Gambar 4. Lobak (Raphanus sativus L.)
Sifat antioksidan, antimikroba, dan sifat obat lainnya secara luas dimanfaatkan untuk kepentingan manusia tentang kesehatan. Penelitian dari Janjua et al. (2013) menunjukkan hasil KHM dari ekstrak etanol dari Raphanus sativusdengan konsentrasi 50 mg/ml dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus(20 ± 0,6 mm), B. subtilis(21 ± 1,0 mm), M. luteus(22 ± 1,5 mm), E. aerogenes(19 ± 1,0 mm),
S. typhi (3 ± 1,3 mm), E. coli(21 ± 1,1 mm), K. pneumoniae(17 ± 2,4 mm), P.
35
aureginosa (14 ± 0,8 mm), B. bronchiseptica(22 ± 0,7 mm). Penelitian dari Beevi
et al (2009) menunjukkan hasil KHM dari ekstrak aseton umbi lobak dengan
Staphylococcus aureus (23,53± 1,36 mm), Staphylococcus epidermidis (29,57± 0,81
mm), Enterococcus faecalis (25,53± 0,89 mm), Salmonella typhimurium (36,97± 0,15 mm), Enterobacter aerogenes (34,17± 0,77 mm), Enterobacter cloacae (20,50±
30 0,44 mm).
Khasiat obat yang terdapat dalam Raphanus sativus L.telah dihubungkan dengan produksi dari metabolit sekunder yang mengandung tannin, saponin,
35 coumarin, alkaloid, anthraquinone, dan flavonoid.
a.
Tannin Tannin adalah kelompok zat fenolik primer yang bersifat astringentyang ditemukan hampir di setiap bagian tanaman yang ditandai oleh aktivitas antibakteri pada inaktivasi sifat adhesi bakteri, enzim, selubung envelope bakteri, dan protein
54,55
transpor bakteri. Tannin berperan dalam stimulasi sel fagosit, aktivitas host
55,56 mediated tumor, antibakteri, antijamur dan berbagai tindakan antiinfeksi.
b.
Saponin Saponin adalah senyawa bioaktif yang dihasilkan terutama oleh tanaman dan beberapa organisme laut dan serangga. Saponin bersifat seperti sabun dalam air yang menghasilkan busa. Karena sifat lyobipolar, saponin dapat berinteraksi dengan membran sel dan juga mampu menurunkan tegangan permukaan larutan berair.
Saponin mengerahkan beberapa aktivitas antibakteri melalui penggabungan dengan membran sel untuk menimbulkan perubahan morfologi sel yang mengakibatkan sel lisis. Kegiatan farmakologi yang telah dilaporkan dari saponin adalah antibakteri, antijamur, antivirus, hepatoprotektif antiinflamasi, anti ulkus, antitumor, antikanker,
57-59 antimalaria.
c.
Coumarin Coumarin adalah metabolit sekunder dari tanaman yang memiliki aktivitas biologis yang bervariasi. Aktivitas dari coumarin seperti aktivitas antiplatelet agregasi, antiinflamasi, antitumor, antibakteri, antivirus, antijamur, dan kegiatan
60-62
vasodilatasi. Coumarin telah ditemukan untuk merangsang makrofag, yang dapat memiliki efek negatif tidak langsung pada infeksi. Lebih khusus, coumarin telah
61
manusia. Sifat antimikroba coumarin dengan mengubah konformasi dari asam nukleat dan menghambat replikasi DNA dari bakteri, yang menyebabkan modifikasi dalam pertumbuhan sel bakteri dan inhibitor enzim. Coumarin juga membentuk kompleks ion tembaga yang bersifat antibakteri dengan sifat toksisitas terhadap
62,63 bakteri.
d.
Flavonoid Flavonoid adalah kelompok utama polifenol yang telah dipublikasikan untuk bertindak terhadap pengoksidasi seperti radikal hidroksil, anion superoksida, dan radikal peroksida. Salah satu peran flavonoid adalah melindungi tanaman terhadap serangan bakteri. Selain itu beberapa flavonoid telah ditemukan dan didokumentasikan menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap strain yang berbeda dari bakteri Staphylococcusaureus, Streptococcus agalactiae, Escherichia coli and
64 Klebsilla pneumonia . Setelah ditemukan untuk disintesis dari tanaman terhadap
respon infeksi mikroba, flavonoid menunjukkan keefektifan secara in vitro dalam beragam zat antimikroba. Kemampuan flavonoid disebabkan oleh kemampuannya untuk bergabung dengan bagian ekstraseluler, protein yang larut, dinding sel bakteri, serta merusak membran sel bakteri. Flavonoid juga memiliki kemampuan untuk memodulasi respon imun sel mononuklear dan meningkatkan persentase darah
55,65,66 perifer.
e.
Alkaloid Alkaloid merupakan senyawa nitrogen heterosiklik bioaktif yang paling awal terisolasi dari tanaman. Alkaloid berasal dari asam amino dan nitrogen yang memberi sifat alkali. Mekanisme kerja antibakteri dari alkaloid adalah kemampuan alkaloid untuk berikatan dengan DNA sel, penghambatan enzim (esterase, RNA polimerase,
66 DNA polimerase), penghambatan respirasi sel sehingga menggangu fungsi sel.
Banyak juga penyelidikan tentang alkaloid menunjukkan senyawa ini sebagai penemuan baru dalam pembentukkan obat melawan banyak penyakit untuk mengobati banyak penyakit. Peran alkaloid ditemukan dalam mengobati malaria, kolik lambung dan ulser lambung, serta menghasilkan banyak efek farmakologis f.
Anthraquinone
Quinone merupakan cincin aromatik dengan dua substitusi keton. Dengan
menyediakan sumber radikal bebas yang stabil, quinone diketahui dapat melengkapi asam amino nukleofil dalam protein secara irreversibel, sehingga mengakibatkan inaktivasi dari protein dan hilangnya fungsi selular. Oleh karena itu, quinone memiliki potensi yang tinggi pada efek antimikroba. Target yang terdapat pada sel mikroba adalah adhesin yang terdapat pada permukaan, polipeptida dinding sel, dan enzim yang berikatan dengan membran. Quinone juga dapat menyebabkan substrat
68 menjadi tidak dapat digunakan oleh mikroorganisme.
2.4 Kerangka Teori
Ekstrak etanol umbi lobak (Raphanus sativus L.) Infeksi primer dan sekunder saluran akar Bakteri Fusobacterium nucleatum Perawatan saluran akar
Medikamen saluran akar Aktivitas antibakteri Saponin Tannin Coumarin Flavonoid Alkaloid Anthraquinone
Inaktivasi sifat adhesi bakteri, enzim, selubung envelope dan protein transpor
Bersifat lyobipolar Membentuk kompleks ion tembaga
Membran sel bakteri rusak Berikatan dengan DNA sel , menghambat kerja enzim, dan menghambat respirasi sel
Mendenaturasi protein Membentuk senyawa kompleks melalui ikatan Permeabilitas dinding sel hancur
Membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler
Cleaning and shaping