Kata Kunci: Mantan Pecandu Narkoba, Rehabilitasi, Kualitas Hidup ABSTRACT - STUDI KUALITATIF KUALITAS HIDUP MANTAN PECANDU NARKOBA DI KLINIK REHABILITASI BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) KOTA KENDARI TAHUN 2017

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 3/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-73XX,

STUDI KUALITATIF KUALITAS HIDUP MANTAN PECANDU NARKOBA DI KLINIK REHABILITASI
BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) KOTA KENDARI TAHUN 2017
Aynal Mardiyah1 La Dupai2 Fikki Prasetya3
123

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
aynalmardiyah@gmail.com 2ladupai1954@gmail.com 3fikki85@gmail.com

1

ABSTRAK
Penggunaan narkoba menyebabkan banyak efek samping, baik pada kondisi fisik maupun mental. Penurunan
kondisi fisik dan mental tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup. Upaya rehabilitasi dilakukan berguna selain
untuk membebaskan ketergantungan pasien menggunakan narkotika, juga untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui kualitas hidup mantan pecandu narkoba yang sedang
menjalani rawat jalan di Klinik Rehabilitasi BNN Kota Kendari tahun 2017. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Informan berjumlah 5 orang yang terdiri atas 3 mantan pecandu narkoba

yang sedang menjalani rawat jalan sebagai informan kunci dan 2 orang sebagai informan biasa yaitu seorang
anggota keluarga penderita serta perawat yang menangani pasien mantan pecandu narkoba. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa mantan pecandu narkoba mampu menjalankan aktivitasnya seperti biasa tanpa merasa capek
dan kelelahan yang berlebihan, perasaan positif yang dirasakan mantan pecandu narkoba antara lain perasaan
sabar, optimis, semangat dan perasaan negatif yang dirasakan meliputi rasa malu, menyesal serta hasrat yang
terkadang timbul untuk menggunakan narkoba kembali. Adanya dukungan yang didapatkan dari keluarga dan
kerabat dekat membuat mantan pecandu narkoba menjadi lebih semangat dalam menjalani rawat jalan serta tidak
mendapatkan tekanan dari manapun sehingga merasa aman untuk beraktivitas diluar rumah. Diharapkan bagi BNN
Kota Kendari untuk lebih memberikan perawatan yang lebih baik lagi dan bagi peneliti selanjutnya agar dapat
mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan semua aspek meliputi dimensi fisik, dimensi psikologis,
dimensi hubungan sosial dan dimensi lingkungan.
Kata Kunci: Mantan Pecandu Narkoba, Rehabilitasi, Kualitas Hidup
ABSTRACT
Drug use causes many side effects, both in physical and mental condition. The decline in physical and mental
conditions will affect to the quality of life. Rehabilitation efforts are useful in addition to freeing the dependence of
patients in using narcotics, as well as to improve the quality of life of patients. The purpose of this study was to
determine the quality of life of former drug addicts who were undergoing the outpatient at National Anti Narcotics
Agency (NAA) Rehabilitation Clinic of Kendari City in 2017. The type of study was qualitative with case study
approach. Informants amounted to 5 people consisting of 3 former drug addicts who were undergoing outpatient
as a key informant and 2 people as general informant who was a family member of sufferer and nurse who handle

patient of former drug addict. The results of this study showed that the former drug addict was able to run their
activities as usual without feeling tired and excessive fatigue, positive feelings that felt by former drug addicts such
as feelings of patience, optimism, and passion, while the negative feelings that such as feel embarrassment, lament,
and desire to use drugs again. The existence of support gained from family and close relatives makes former drug
addicts become more enthusiastic in undergoing outpatient and not get pressure from anywhere so they feel safe
to move outside the home. It is hoped for NAA of Kendari City to provide better treatment and further research to
develop this study by adding all aspects including physical dimension, psychological dimension, social relations
dimension and environmental dimension.
Keywords: Former Drug Addict, Rehabilitation, Quality of Life

1

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 3/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-73XX,
PENDAHULUAN
Prevalensi penyalahgunaan narkoba di dunia
sejak tahun 2006 hingga 2013 mengalami peningkatan.
Walaupun kurva terlihat landai namun secara
keseluruhan totalnya cukup tinggi. Besaran prevalensi

penyalahgunaan narkoba di dunia di estimasi sebesar
4,9% atau 208 juta pengguna di tahun 2006 kemudian
memiliki sedikit penurunan pada tahun 2008 dan 2009
menjadi 4,6% dan 4,8%. Namun kemudian meningkat
kembali menjadi 5,2% di tahun 2011 dan tetap stabil
hingga 2013. Secara absolut, diperkirakan ada sekitar
167 hingga 315 juta orang penyalahguna dari populasi
penduduk dunia yang berumur 15-64 t ahun yang
menggunakan narkoba minimal sekali dalam setahun di
tahun 20131.
WHO menyebutkan bahwa kualitas hidup
merupakan persepsi dari individu dalam kehidupan
ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana
mereka hidup dan kaitannya dengan nilai-nilai, standar
dan kekhawatiran dalam hidup. Terdapat 4 (empat)
dimensi kualitas hidup yaitu dimensi fisik yang
berkaitan dengan fungsi fisik individu, dimensi
psikologis yang berhubungan dengan keadaan
psikologis atau mental individu, dimensi hubungan
sosial yang berkaitan dengan hubungan individu

dengan orang lain dan dimensi lingkungan yang
berhubungan dengan apa yang ada di sekitar individu.
Keempat dimensi ini masing-masing memiliki aspek
yang berbeda di dalam pengukurannya 2.
Jumlah
kasus
narkoba
berdasarkan
penggolongannya yang masuk dalam kategori
narkotika terus mengalami peningkatan sedangkan
yang masuk dalam kategori psikotropika kian menurun,
hal ini terlihat jelas pada tahun 2009 jumlah kasus
psikotropika 8.779 kasus dan tahun 2010 jumlah kasus
psikotropika menurun secara signifikan menjadi 1.181
kasus. Data yang diperoleh dari Pusat Data dan
Informasi Kesehatan3, Provinsi Jawa Timur dalam 3
tahun terakhir menempati urutan pertama jumlah
kasus narkoba berdasarkan provinsi. Begitu pula
menurut jumlah tersangka narkoba, Provinsi Jawa
Timur menempati urutan pertama dan mengalami

peningkatan dari tahun 2010 - 2012 (6.395 tersangka di
tahun 2010 meningkat menjadi 8.142 tersangka di
tahun 2012). Beberapa provinsi mengalami
peningkatan jumlah tersangka dari tahun 2010 – 2012
antara lain Aceh (peningkatan 392 tersangka), Sulawesi
Utara (peningkatan 789 tersangka), dan Kalimantan
Selatan (peningkatan 802 tersangka).
Hasil survei BNN bekerja sama dengan Pusat
Penelitian Kesehatan UI pada tahun 2014 telah
melahirkan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba

secara umum sebesar 2,18%. Berdasarkan hasil survei
tersebut telah dilakukan perhitungan proyeksi angka
prevalensi, dimana tahun 2016 telah diproyeksikan
angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia
secara umum sebesar 2,21% atau setara dengan
4.173.633 orang4.
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan di
Indonesia adalah pelayanan rehabilitasi. Pada tahun
2016, BNN telah memberikan layanan rehabilitasi

terhadap 22.485 pecandu dan penyalahguna narkotika
dan layanan pasca rehabilitasi terhadap 10.782 mantan
pecandu dan penyalahguna narkotika. Dari jumlah
tersebut terdapat 15.971 pecandu dan penyalahguna
narkotika yang telah selesai program rehabilitasi dan
9.408 mantan pecandu dan penyalahguna narkotika
yang telah selesai program pasca rehabilitasi.
Kemudian dari jumlah tersebut terdata 7.292 mantan
pecandu yang tidak kambuh kembali dari lembaga
rehabilitasi instansi pemerintah maupun komponen
masyarakat dan 2.131 mantan pecandu dari lembaga
pasca rehabilitasi5.
Data prevalensi penyalahgunaan Narkoba di
Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2008 yaitu
2,08%, tahun 2011 turun menjadi 1,2% (sekitar 21.684
orang), namun tahun 2014 meningkat menjadi 1,59%
(sekitar 27.238 orang), dan yang memprihatinkan
adalah 66% dari 27.328 orang penyalahguna narkoba
atau 18.036 orang adalah pelajar dan mahasiswa 6.
Berdasarkan data awal yang diperoleh dari BNN

Kota Kendari7 jumlah kasus penyalahgunaan narkoba
pada tahun 2015 adalah sebanyak 134 kasus yang
keseluruhannya merupakan pasien rawat jalan di klinik
rehabilitasi BNN. Tahun 2016 sebanyak 138 kasus
dengan pasien rawat jalan sebanyak 129 kasus dan
rawat inap 9 kasus. Sedangkan pada tahun 2017 jumlah
penyalahgunaan mengalami penurunan dimana
sampai dengan tanggal 17 oktober 2017 sebanyak 117
kasus dengan rawat jalan sebanyak 110 kasus dan
rawat inap sebanyak 7 kasus.
Jumlah penyalahguna narkoba di Kota Kendari
pada tahun 2014 usia di bawah 18 tahun adalah 104
orang (48,15%) dan di atas 18 tahun adalah 112 orang
(51,85%). Jumlah ini menurun menjadi 21 orang
(15,67%) untuk usia dibawah 18 tahun dan diatas 18
tahun menjadi 113 orang (84,33%). Tahun 2016, jumlah
penyalahguna narkoba naik secara signifikan pada
rentang umur di bawah 18 tahun menjadi 101 orang
(73,18%) dan jumlah penyalahguna narkoba di atas 18
tahun menjadi 37 orang (26,82%)

Berbagai program rehabilitasi napza menjadi
salah satu langkah yang serius dalam penanganan

2

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 3/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-73XX,
penyalahgunaan napza. Adanya program rehabilitasi di
Indonesia sesuai dengan pasal 54 UU No.35/2009
tentang Psikotropika yang menyebutkan bahwa
Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan
Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial.
Memakai narkoba atau obat terlarang memiliki
dampak bagi penggunanya. Beberapa dampak dari
penggunaan narkoba yaitu fisik, mental emosional
(psikologis) dan sosial. penghayatan penyalahgunaan
narkoba tentang kondisi fisik dan psikisnya dapat
mempengaruhi gambaran dirinya dan anggapannya

bagaimana penampilannya didepan orang lain serta
keberadaannya dilingkungan sosialnya dengan kondisi
fisik dan psikis yang berbeda dari orang normal. Akibat
penyalahgunaan narkoba, pengguna menderita
penyakit yang menyebabkan tubuhnya lemah,
penampilannya kurang menarik dan merasa dikucilkan
dari lingkungan sosialnya. Gejala-gejala tersebut
merupakan kesadaran diri yang negatif8.
Penggunaan narkotika menyebabkan banyak
efek samping, baik pada kondisi fisik maupun mental.
Penurunan kondisi fisik dan mental tersebut akan
mempengaruhi kualitas hidup pengguna narkotika
terbukti lebih buruk dibandingkan individu yang tidak
menggunakan narkotika9.
Upaya rehabilitasi dilakukan berguna selain
untuk
membebaskan
ketergantungan
pasien
menggunakan narkotika, juga untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien. Peningkatan kualitas hidup telah
terbukti bagi pasien yang mengikuti program
pengobatan atau pun rehabilitasi10.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk
mengetahui bagaimana kualitas hidup yang dimiliki
oleh mantan pecandu narkoba. Studi kasus merupakan
serangkaian permasalahan yang akan dipecahkan
untuk
disajikan
kepada
pembaca.
Setelah
permasalahan disajikan, dilengkapi dengan informasi
yang dapat membantu pembaca memahami
permasalahan yang ditawarkan
Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti
berperan sebagai instrument utama penelitian,
sementara informan kunci dan informan biasa akan

berperan sebagai instrument pendukung dengan
menggunakan alat bantu pedoman wawancara
sekaligus observasi yang dilakukan dengan bantuan
kamera dan alat rekam suara. Peneliti bersikap aktif
dan bertindak sebagai pengamat untuk mengobservasi
secara langsung sekaligus sebagai partisipan untuk

melakukan interaksi dengan subjek penelitian di
lapangan. Penelitian ini dilaksanakan bulan Desember
tahun 2017 di Klinik Rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional Kota Kendari.
Penentuan informan penelitian ini dilakukan
dengan pertimbangan tertentu yang disesuaikan
dengan fokus penelitian, dimana informan dipilih
berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti.
Penentuan informan secara purposif, seimbang
disesuaikan dengan tujuan dan hakekat penelitian
Adapun kriteria untuk informan kunci yaitu
mantan pecandu narkoba yang telah menjalani
rehabilitasi ≥ 6 bulan, tidak sedang dalam kondisi
kesehatan lemah dan sehat dalam kondisi mental,
berdomisili di Kota Kendari, menjalani rehabilitasi
rawat jalan, serta mampu berkomunikasi verbal
dengan baik. Informan kunci dalam penelitian ini
berjumlah 3 (tiga) mantan pecandu yang memenuhi
kriteria yang telah ditentukan.
Informan biasa dalam penelitian ini terdiri atas
1 (satu) orang anggota keluarga penderita yang tinggal
serumah dengan penderita dan satu orang perawat
yang memberikan perawatan pada mantan pecandu
sehingga dapat memberikan informasi tambahan
mengenai kondisi dari informan kunci..
Jenis data yang dikumpulkan adalah Data primer
yang merupakan informasi mengenai kualitas hidup
mantan pecandu narkoba yang sedang menjalani terapi
rehabilitasi ditinjau dari dimensi psikologis yang
diperoleh langsung dari informan melalui wawancara
mendalam (indepth interview) dengan menggunakan
pedoman wawancara yang telah disiapkan dengan
memanfaatkan alat bantu berupa alat perekam suara
dan kamera. Data sekunder dalam penelitian ini berupa
data kasus penyalahgunaan narkoba dan penyalahguna
narkoba yang sedang menjalani rawat jalan di Klinik
Rehabilitasi di BNN Kota Kendari tahun 2015-2017.
Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini
yaitu wawancara dan observasi. Teknik wawancara
yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepth
interview). Dalam penelitian ini observasi dilakukan
terhadap perilaku subjek selama berinteraksi dengan
peneliti sehingga dapat memberikan informasi
tambahan terhadap hasil wawancara.
HASIL DAN DISKUSI
Dimensi Psikologis (Energi dan Kelelahan)
Terdapat 4 (empat) aspek dari kualitas hidup
yang telah dihasilkan dari proses wawancara dimana
masing-masing aspek memunculkan komponen yang
berbeda sesuai dengan keterangan informan dalam
penelitian ini. Komponen-komponen dari berbagai

3

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 3/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-73XX,
aspek yang telah teridentifikasi dari hasil wawancara
tersebut akan dibahas secara rinci untuk
mengungkapkan makna dari kualitas hidup mantan
pecandu narkoba yang sedang menjalani rawat jalan di
Klinik Rehabilitasi BNN Kota Kendari.
Energi dan kelelahan merupakan tingkat
kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan hasil
wawancara mendalam terhadap informan kunci yang
didukung oleh pernyataan yang sejalan dengan
informan biasa didapatkan keterangan bahwa
informan mantan pecandu narkoba yang sedang di
rehabilitasi dapat menjalankan aktivitasnya secara
normal tanpa merasakan capek dan lelah yang
berlebihan, bahkan cenderung merasa lebih baik
setelah melakukan rawat jalan di klinik BNNK Kendari.
Perbedaan dalam beraktivitas sebelum dan
sesudah menjalani rehabilitasi dirasakan oleh semua
informan. Dilihat dari kondisi kesehatan, informan AL
yang telah menyelesaikan masa rehabilitasinya terlihat
lebih sehat dan bugar. Berbeda dengan dulu saat masih
menggunakan obat-obatan, AL merasa cepat capek dan
lemas. Kegiatannya di sekolah menjadi terganggu
akibat rasa kantuk yang sering kali AL rasakan. AL juga
mengalami perubahan seperti pola tidur yang teratur
dan kondisi badan yang gemuk. Perubahan yang paling
dirasakan oleh AL saat ini adalah tingkat konsentrasinya
dalam menerima pelajaran yang sudah berkurang dan
lebih mudah terkena penyakit dibandingkan
sebelumnya.
Informan BS masih dapat menjalankan
aktivitasnya seperti biasa dan merasa kelelahan hanya
saat mengerjakan pekerjaan yang berat saja. Berbeda
dengan dulu saat BS melakukan aktivitas sehari-hari, BS
akan merasa cepat lelah dan tidak sanggup melakukan
aktivitasnya dalam waktu yg lama meskipun aktivitas
yang dilakukannya tergolong ringan. Walaupun telah
dinyatakan pulih, terdapat perubahan-perubahan dari
segi fisik pada diri BS seperti postur tubuh yaitu tinggi
dan kurus. Dilihat dari kondisi kesehatan, BS termasuk
individu yang tidak mudah terkena penyakit. Namun
saat belum menjalani rehabilitasi BS pernah dirawat di
rumah sakit karena terkena maag akut, hal ini
disebabkan karena BS hanya makan satu kali dalam
sehari.
Begitu pula dengan AR yang juga saat ini dapat
menjalankan aktivitasnya dengan normal tanpa merasa
terganggu. AR mengaku merasakan pusing dan lemas,
rasa kantuk yang tidak tertahankan serta sering
mengalami halusinasi saat menggunakan narkoba.
Halusinasi yang dialami AR membuatnya sempat

dirujuk ke RS Jiwa dan dirawat disana selama beberapa
hari.
Dimensi Psikologi (Perasaan Positif dan Perasaan
Negatif)
Secara keseluruhan informan kunci serta
informan biasa dalam penelitian ini menyatakan
perlahan mulai dapat menerima kondisi dan keadaan
dirinya saat ini. Pada dasarnya penerimaan diri
merupakan sikap positif yang ditunjukan terhadap diri
serta dapat menerima dengan tenang dan puas dengan
keadaan diri baik dalam hal kelebihan maupun
kekurangan yang ada dalam dirinya11.
Penerimaan diri juga ditandai dengan adanya
rasa optimis dan semangat juang dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Pada informan yang sedang
menjalani rehabilitasi (rawat jalan), rasa optimis dan
semangat juang dapat ditunjukan dengan motivasi
serta harapan yang kuat untuk benar-benar sembuh
dan tidak akan menggunakan narkoba lagi. Hal ini
terbukti karena semua informan sangat rajin datang ke
klinik BNN untuk mendapatkan konseling dari dokter
dan perawat yang bertugas. Meskipun rehabilitasi yang
mereka jalani hanyalah rawat jalan namun semua
informan merasa optimis akan sembuh seperti sedia
kala karena dilandasi niat dari dalam diri mereka yang
kuat.
Para pecandu narkoba harus memiliki harapan
untuk sembuh agar mereka tidak merasa putus asa
dengan keadaan. Kesuksesan seseorang dalam
mecapai tujuan ditentukan oleh kemampuannya dalam
mengatasi rintangan, stress, kemampuannya dalam
menghasilkan emosi positif12.
Selain perasaan positif, dari hasil wawancara
terhadap informan kunci maupun informan biasa
mengungkapkan bahwa terdapat beberapa perasaan
negatif yang dimiliki oleh mantan pecandu narkoba
yang sedang direhabilitasi seperti perasaan malu,
menyesal serta adanya keinginan yang terkadang
timbul untuk mulai menggunakan narkoba lagi. Semua
informan merasa malu pada teman-temannya saat
pertama kali menjalani rehabilitasi di BNN dikarenakan
pada saat itu pihak BNN menjemput para informan di
sekolah menggunakan mobil resmi BNN. Salah satu
informan juga mengungkapkan bahwa ia merasa
sangat malu terutama pada guru-gurunya karena
informan merupakan murid yang berprestasi di
sekolahnya.
Rasa penyesalan diungkapkan oleh semua
informan pada awalnya namun rasa menyesal itu hilang
saat sudah beberapa kali menjalani rehabilitasi. Semua
informan menyatakan bahwa mengkonsumsi narkoba
adalah salah satu cara mereka dalam meluapkan emosi

4

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 3/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-73XX,
yang dirasakannya. Informan AL mengaku mempunyai
trauma mendalam sejak kecil dan trauma itulah yang
menjadi penyebab pertama AL mengkonsumsi narkoba
dan hal itu diperparah dengan rasa stress karena
permasalahan keluarga.
Sama halnya dengan informan BS, perasaan
stress yang dirasakan BS akibat sering bertengkar
dengan ayahnya membuat BS memilih untuk
menggunakan narkoba. Dalam masa rehabilitasi BS
pernah menggunakan kembali narkoba secara diamdiam, hal ini terjadi akibat BS merasa kesal pada
ayahnya yang selalu memarahinya.
Informan AR justru menggunakan narkoba
untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Ayah
AR telah lama meninggal dan ibu AR bekerja sebagai
guru sekaligus sebagai pedagang. kesibukan ibunya
membuat AR merasa kurang mendapat perhatian
sehingga memutuskan untuk menggunakan narkoba
saat diajak oleh teman-temannya. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang menyatakan remaja dengan
status orang tua tunggal mempunyai pengaruh
terhadap gangguan psikologis anak dan permasalahan
dalam perilaku yang menyimpang sehingga remaja
akan lebih cenderung melakukan penyalahgunaan
NAPZA13.
Keinginan untuk menggunakan kembali narkoba
sempat dirasakan oleh sebagian informan namun salah
satu informan menyatakan bahwa ia sudah
mengetahui cara-cara yang tepat untuk menghilangkan
keinginan tersebut. Ada juga informan yang
menyatakan bahwa dengan mengingat masa lalunya
serta mengetahui informasi dari perawat di klinik BNN
tentang efek jangka panjang penggunaan narkoba
maka keinginan untuk menggunakan narkoba lagi
perlahan mulai menghilang.
konsep diri berkaitan dengan cara seseorang
memandang positif ataupun negatif tentang dirinya.
Mengenal diri sangatlah penting dalam upaya
pengembangan diri, artinya tak mungkin terjadi proses
pengembangan pribadi tanpa terlebih dahulu
mengenali kelemahan dan keunggulan dalam dirinya.
Hal ini berarti individu memiliki kemampuan untuk
menentukan apa yang paling baik untuk dirinya sendiri
dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya 14.
Dimensi Hubungan Sosial (Dukungan Sosial)
Berdasarkan hasil wawancara terhadap
informan kunci dan didukung dengan pernyataan dari
informan biasa didapatkan keterangan bahwa dalam
menjalani rehabilitasi, semua informan mendapatkan
dukungan dari keluarga dan kerabatnya saja. Kesamaan
dalam dukungan yang diberikan yaitu dukungan
emosional dari keluarganya.

Lingkungan keluarga adalah unsur penting
dalam perkembangan kepribadian anak. Di dalam
lingkungan keluarga, anak sering melihat semua
aktivitas yang dilakukan orang dewasa dan bahkan
menirunya. Hubungan keluarga yang tidak harmonis
dan selalu terjadi konflik dilihat anak dibawah umur
akan mengakibatkan terganggunya perkembangan jiwa
anak yang tidak stabil dan berpengaruh negatif bagi
mereka.
Hubungan dengan keluarga dan orang tua dari
semua informan dalam penelitian ini beragam, dari
yang memiliki hubungan yang bagus sampai dengan
hubungan yang kurang bagus. Cara mendidik pun ada
yang biasa hingga tegas. Dan berbagai macam reaksi
keluarga ketika mengetahui anak/saudara mereka
terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Sebagian
informan
mengaku
bahwa
penyebab
awal
menggunakan narkoba justru datang dari orang tua.
Ketidakharmonisan
dalam
rumah
tangga
mengakibatkan terganggunya perkembangan jiwa anak
dan oleh karena itulah para informan memilih
melepaskan stress dengan cara menggunakan narkoba.
Kondisi keluarga yang tidak harmonis biasanya
sering karena terjadi pertengkaran antar individu
dalam keluarga. Seorang anak akan melihat,
mengamati dan memahami apa yang terjadi di sekitar
mereka, sehingga selama terjadi pertengkaran anak
akan merasakan kurangnya perhatian dan tidak adanya
kedamaian, kehangatan kasih sayang maupun
kenyamanan dalam lingkungan keluarga. Akibatnya
anak akan lari untuk bisa dapat perhatian dari pihak lain
dengan melakukan kenakalan diluar rumah 15.
Salah satu informan bahkan mengaku awal
menggunakan narkoba adalah untuk mendapatkan
perhatian dari orang tuanya. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang menyatakan bahwa kesibukan orang
tua berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba
pada remaja16. Kesibukan orang tua yang dilakukan di
luar rumah baik karena pekerjaan atau aktivitas
masing-masing sehingga sering membuat orang tua
pulang larut malam yang dapat memberikan akibat
waktu untuk anak akan berkurang sehingga perhatian
kepada anak juga akan berkurang17.
Dalam lingkungan yang baik, dukungan sosial
lebih efektif. Sumber dukungan sosial yang paling
penting adalah dari pasangan, orang tua dan keluarga.
Dengan pemahaman tersebut individu akan tahu
kepada siapa ia akan mendapatkan dukungan sosial
sesuai dengan situasi dan keinginan yang spesifik,
sehingga dukungan sosial mempunyai makna berarti
bagi kedua belah pihak18.

5

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 3/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-73XX,
Masyarakat di lingkungan sekitar tempat
tinggal tidak mengetahui bahwa informan adalah
pecandu narkoba itulah sebabnya aktivitas informan di
lingkungan sekitar tidak terganggu. Namun informan
mengatakan bahwa dukungan yang didapatkan dari
keluarga sudah cukup untuk menyemangati para
informan agar dapat berubah menjadi lebih baik lagi
karena dengan begitu para informan menyadari bahwa
keluarga masih peduli dan menyanyangi mereka.
Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa
dukungan sosial dapat dianggap sebagai suatu keadaan
yang bermanfaat bagi individu dan diperoleh dari orang
lain yang dipercaya, dari keadaan tersebut individu
akan mengetahui bahwa orang lain memperhatikan,
menghargai dan mencintainya19.
Dukungan emosional yaitu adanya seseorang
yang dapat memberikan dorongan, mendengarkan
serta dapat memahami dan menyenangkan perasaan
seseorang20. Penelitian yang dilakukan oleh Lasmawan
and Valentina mengungkapkan bahwa dukungan
emosional yang diterima dari orang tua selain
memberikan kasih sayang juga dapat membantu
pekerjaan dan dalam beraktivitas sehari-hari21.
dukungan sosial bekerja dengan tujuan untuk
memperkecil pengaruh tekanan-tekanan atau stress
yang dialami individu korban penyalahgunaan narkoba.
Oleh karena itu, dukungan sosial sangat berperan
dalam kehidupan individu yang mengalami
ketergantungan narkoba22.
Setiap korban narkoba berhak memperoleh
kesehatan dan kesembuhan yang didambakannya,
maka sudah seharusnya tersedia dukungan dan
pertolongan
bagi
harapannya
itu
dengan
perlengkapan-perlengkapan
teknis
lainnya.
Penyembuhan pecandu narkoba harus meliputi usahausaha dan dukungan yang diberikan hari demi hari agar
bermanfaat secara fisik, mental, spiritual dan sosial23.
Langkah penanganan yang ditujukan untuk
menghentikan kebiasaan buruk pecandu narkoba
dengan
cara
memberi
dukungan
dengan
memperhatikan perasaan, pikiran, perilaku, dan
totalitas pengalaman pecandu narkoba itu sendiri.
Tidak menutup kemungkinan, justru dengan
pendekatan inilah akan terlihat adanya masalah yang
pelik untuk dapat ditangani dalam masa penyembuhan.
Dukungan sosial sangat dibutuhkan bagi para pecandu
narkoba yang sedang menjalani rehabilitasi agar
memiliki kualitas hidup yang baik23.
Dimensi Lingkungan (Keamanan Fisik)
Mengenai keselamatan fisik serta kenyamanan
yang dirasakan informan, secara keseluruhan informan
tinggal bersama orang tuanya dan merasa aman untuk

beraktivitas di lingkungan sekitar serta tidak mendapat
tekanan dari manapun sebab masyarakat dan
tetangga-tetangga disekitar rumah tidak mengetahui
status informan sebagai pecandu narkoba. Namun ada
satu informan yang merasa tidak nyaman dikarenakan
teman-teman disekitar rumahnya perlahan mulai
menjauh saat mengetahui bahwa informan adalah
mantan pecandu narkoba, namun hal itu tidak sampai
mengancam keselamatan fisik informan.
Memiliki tempat tinggal dalam lingkungan yang
aman disertai fasilitas yang baik, dapat memenuhi
kebutuhan secara mandiri menentukan bahwa individu
memiliki kualitas hidup yang baik24.
SIMPULAN
1. Kualitas hidup mantan pecandu narkoba yang
sedang menjalani rawat jalan di klinik rehabilitasi
BNNK Kendari ditinjau dari dimensi fisik (energi dan
kelelahan) adalah informan merasa jauh lebih baik
dalam menjalankan aktivitasnya dibanding saat
belum menjalani rehabilitasi informan kerap
merasakan kelelahan dan rasa kantuk berlebihan
yang menyebabkan terganggunya aktivitas seharihari.
2. Kualitas hidup mantan pecandu narkoba yang
sedang menjalani rawat jalan di klinik rehabilitasi
BNNK Kendari ditinjau dari dimensi psikologis
(perasaan positif dan negatif) adalah perasaan
positif meliputi penerimaan diri, rasa optimis dan
semangat dalam menjalani rehabilitasi serta
perasaan negatif meliputi malu, menyesal dan
hasrat yang terkadang timbul untuk menggunakan
narkoba kembali
3. Kualitas hidup mantan pecandu narkoba yang
sedang menjalani rawat jalan di klinik rehabilitasi
BNNK Kendari ditinjau dari dimensi sosial
(dukungan sosial) adalah hubungan orang tua yang
kurang baik serta masalah keluarga merupakan
penyebab awal informan menggunakan narkoba.
Setelah menjalani rehabilitasi, hubungan informan
dengan keluarga cenderung membaik sehingga
informan mendapatkan dukungan emosional dari
keluarga dan kerabat dekatnya dalam menjalankan
rehabilitasi.
4. Kualitas hidup mantan pecandu narkoba yang
sedang menjalani rawat jalan di klinik rehabilitasi
BNNK Kendari ditinjau dari dimensi lingkungan
(keamanan fisik) yaitu informan tidak merasakan
tekanan dari manapun dan merasa aman untuk
beraktivitas di luar rumah.
SARAN

6

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 3/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-73XX,
1. Bagi mantan pecandu narkoba supaya tidak
terjerumus kembali dalam narkoba, khususnya
remaja mantan pecandu narkoba sebaiknya
mencari kegiatan yang dapat mengalihkan
perhatian
dari narkoba sekaligus
dapat
menyalurkan bakat yang dimiliki.
2. Bagi BNN Kota Kendari khususnya klinik rehabitasi
yang menangani mantan pecandu narkoba,
meskipun rawat jalan hanya merupakan layanan
pertama dan bukanlah yang utama namun
diharapkan
dapat
menginovasi
dan
mempertahankan program yang dapat memicu
motivasi sembuh pada mantan pecandu. Bekerja
sama dengan instansi terkait dan masyarakat agar
lebih meningkatkan pemahaman terhadap
masyarakat melalui sosialisasi tentang bahaya
narkoba.
3. Diharapkan
peneliti
selanjutnya
dapat
mengembangkan
penelitian
ini
menjadi
menyeluruh meliputi semua aspek dari dimensi
fisik, dimensi psikologis, dimensi sosial dan dimensi
lingkungan pada mantan pecandu narkoba yang
sedang menjalani rawat jalan dengan menggunakan
metode kualitatif deskriptif sebab metode kualitatif
dapat mengungkapkan hal-hal tersembunyi yang
belum diketahui oleh masyarakat secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
1. UNODC. 2015. World Drug Report. New York:
United Nation Office on Drugs and Crime
2. WHOQoL Group. 2012. World Health Organizaton
Programme on Mental Health: Division of Mental
Health and Prevention of Substance Abuse
3. Kemenkes. RI. 2014. Data dan Informasi Kesehatan
(Gambaran Umum Penyalahgunaan NAPZA di
Indonesia. Jakarta
4. BNN. 2016. Survei BNN dengan Pusat Penelitian
FK-UI. Jakarta: Badan Narkotika Nasional-FK UI
5. Kemenkes. RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan
(Anti Narkoba Sedunia). Jakarta
6. BNNP Sultra. 2016. Data Pengguna Narkoba di
Sulawesi Tenggara 5 Tahun Terakhir. Kendari:
Badan Narkotika Naional Provinsi Sulawesi
Tenggara
7. BNN Kota Kendari. (2017). Data Pengguna
Narkoba Kota Kendari Tahun 2015-2017. Kendari:
Badan Narkotika Nasional Kendari
8. Mayasanti, L. T. (2006). Hubungan antara
Dukungan Orang Tua dan Konsep Diri pada Remaja
Mantan Penyalahgunaan Napza yang Sedang
Menjalani Program Rehabilitasi. (Skripsi),
Universitas Kristen Maranatha

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.
16.

17.
18.

19.

20.

21.

22.

23.

Donovan, D., Mattson, M. E., Cisler, R. A.,
Longabaugh, R., & Zweben, A. (2005). Quality of life
as an outcome measure in alcoholism treatment
research. Jurnal of Studies on Alcohol, Suplement
(15): 119-139
Fassino, S., Daga, G. A., Delsedime, N., Rogna, L., &
Boggio, S. (2004). Quality of life and personality
disorders in heroin abusers. Drug and alcohol
dependence 76(1): 73-80
Chaplin, J. P. (1999). Kamus Lengkap Psikologi,
(Kartini Kartono, pen). Cetakan kelima: Raja
Grafindo Persada
Primardi, A. and R. M. Hadjam, Noor (2010).
"Optimisme, Harapan, Dukungan Sosial Keluarga,
dan Kualitas Hidup Orang dengan Epilepsi”. Jurnal
Psikologi 3(2): 123-133
Hawari, D. (2009). Penyalahgunaan dan
Ketergantungan Napza (Edisi Kedua). Jakarta: FKUI
Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi. Psikologi
untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih
Hidup Bermakna. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja.
Bogor: Ghalia Indonesia
Rustyawati. (2005). Beberapa Faktor Resiko yang
Berhubungan dengan Penyalahgunaan NAPZA
pada Penderita yang di Rawat di Rehabilitasi (Studi
Kasus di Semarang dan Sekitar)
Yatim, D. I. (1986). Kepribadian, Keluarga, dan
Narkoba. Jakarta: Penerbit Arcan
Papalia, D.E., Old, S.W., dan Feldman, R.D. (2008).
Human Development (Psikologi Perkembangan).
Jakarta: Kencana
Sarason, I. G., Levine, H. M., Basham, R. B., &
Sarason, B. R. (1983). Assesing Sosial Support: the
social Support Questionare. Journal of Personality
and Social Psychologi, 44(1): 127-130
Robert, A. R., & Greene, G. J. (2002). Buku Pintar
Pekerja Sosial-Jilid 2 (J. Damanik & C.Pattisiana,
pen) Jakarta: Gunung Media
Lasmawan, G. I. S., & Valentina, T. D. (2015).
Kualitas Hidup Mantan Pecandu Narkoba yang
Sedang Menjalani Terapi Metadon. Jurnal Psikologi
Udayana 2(2)
Primanda, W. (2015). Hubungan Dukungan Sosial
dengan Motivasi untuk Sembuh pada Pengguna
Napza di Rehabilitasi BNN Tanah Merah
Samarinda Kalimantan Timur. Jurnal Psikologi
Kepribadian, 3(3)(589-595)
Somar, L. 2001. Kambuh Relapse. Magelang:
Grasindo

7

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 3/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-73XX,
24. Amriel, R. I. (2008). Psikologi Kaum Muda
Penggunaan Narkoba. Jakarta, Salemba Humanika

8