BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 HUBUNGAN JARINGAN DAN KOMUNIKASI DATA 1.1.1 LATAR BELAKANG JARINGAN KOMPUTER - Jaringan Komputer

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 HUBUNGAN JARINGAN DAN KOMUNIKASI DATA

1.1.1 LATAR BELAKANG JARINGAN KOMPUTER

Pada tahun 1940-an di Amerika ada sebuah penelitian yang ingin memanfaatkan sebuah perangkat komputer secara bersama. Ditahun 1950-an ketika jenis komputer mulai membesar sampai terciptanya super komputer, karena mahalnya harga perangkat komputer maka ada tuntutan sebuah komputer mesti melayani beberapa terminal. Dari sinilah maka muncul konsep distribusi proses berdasarkan waktu yang dikenal dengan nama TSS (Time Sharing System), bentuk pertama kali jaringan (network) komputer diaplikasikan. Pada sistem TSS beberapa terminal terhubung secara seri ke sebuah host komputer.

Gambar 1.1. Time Sharing System

Selanjutnya konsep ini berkembang menjadi proses distribusi (Distributed Processing). Dalam proses ini beberapa host komputer mengerjakan sebuah pekerjaan besar secara paralel untuk melayani beberapa terminal yang tersambung secara seri disetiap host komputer.

Gambar 1.2. Distributed Processing

1.1.2 PROSES KOMUNIKASI DATA

Berbicara dengan jaringan computer tentu tidak bias lepas dari komunikasi data yang digunakan sebagai sentral proses. Komunikasi data adalah melibatkaan “data processing” dan “telecommunication”, dimana data processing adalah input program dengan data dalam sistem komputer (media input)dan telecommunication adalah komunikasi jarak jauh dengan satu atau beberapa informasi dilewatkan dengan elektromagnetik device, misalnya : konduktor listrik, radio, sinar dan lain-lain.

Dengan demikian komunikasi data adalah pengolahan data atau informasi dalam sistem komputer dan biasanya komunikasi tersebut dengan jarak jauh (teleprocessing) perhatikan gambar berikut :

Gambar 1.3. Komunikasi data

Hubungan komunikasi data dengan jaringan komputer diperlihatkan pada gambar berikut ini :

Gambar 1.4. Hubungan Komunikasi data dengan jaringan komputer

1.2 TUJUAN KOMUNIKASI DATA

Melihat betapa pentingnya komunikasi data dalam performansi jaringan, sehingga tujuan komunikasi data tersebut :

1. Efisiensi cost dan waktu mengirim atau menerima data/informasi dari user ke komputer atau dari komputer ke user.

2. Adanya peluang untuk multi user

3. Penghematan sumber daya baik user ataupun operator

4. Mengurangi delay waktu Dalam mengorganisasi komunikasi data adanya suatu konsekuensi yaitu terjadinya proses batch.

Proses batch adalah sistem komputer akan menerima atau mengirim setiap input (request) dari user- user dengan mengatur (schedule) permintaan dalam suatu antrian kemudiaan melayaninya satu persatu (Bentuk-bentuk pelayanan (service) dalam antrian, misalya : Prioritas, First Come First Served (FCFS), Short Job First (SJF), Quantum, dan lain sebagainya). Pada saat service dilakukan pasti ada delay untuk setiap jawaban disebut dengan proses batch atau tumpukan proses.

Terdapat dua (2) bentuk implementasi komunikasi data yaitu :

1. Off–line, merupakan suatu proses pengiriman atau penerimaan informasi dengan pemancar (transmitter) ke pusat komputer oleh unit khusus dan direkam di storage, kemudian diproses (program dan data) dimasukkan ke sistem (terdapat delay) dan hasil pengolahan disimpan kembali ke storage. Bentuk pengolahan dilakukan dengan konveersi analog ke digital atau digital ke analog. Hasil pengolahan data oleh pusat komputer akan diteruskan pengirimannya ke tujuan lewat transmisi. Catatan : bahwa jalur transmisi tidak berhubungan langsung dengan sistem komputer, itu sebabnya tidak langsung diolah komputer.

2. On–line merupakan proses perubahan langsung bentuk jalur transmisi ke pusat komputer (sudah terdapat alat khusus untuk merekam informasi dalam storage dan media ini digunakan sebagai input oleh sistem komputer ke tujuan)

Contoh secara umum : Diagram berikut ini akan menunjukkan bahwa dalam suatu badan / unit pengolah data dengan mempertimbangkan konsep komunikasi data yang standard dan tidak standard . Tanpa komunikasi data : Perusahan :

Dengan komunikasi Data : Pusat Komputer

Stok (Server)

C. S. (T) Gambar 1.5. Implementasi komunikasi data pada Unit Pengolah Data Dalam komunikasi data terdapat berbagai macam bentuk Aplikasi sebagai berikut :

C. S. (T)

C. S. (T)

- Data Acquisition adalah mengumpulkan data dari sejumlah terminal (remote station) dan store dalam pusat komputer untuk diolah dalam waktu tertentu. - Data Distribution adalah data dalam sistem komputer disebarkan ke sejumlah terminal. - Inquiry/response adalah (pemeriksaan/response) sering disebut real time, bahwa user-user

mempunyai akses langsung dalam komputer pusat untuk fungsi-fungsi khusus (program/file) melalui terminal.

- Real time adalah fasilitas terhadap user-user untuk bertanya (ask) ke sistem komputer yang selanjutnya diolah dan dijawab (dialog interactive). - Store/retrieve

Pusat view

Gambar 1.6. Bentuk penyimpanan dan pengambilan data dalam Komunikasi data - Time Sharing adalah para user-user input program dan data dalam sistem komputer melalui

terminal ke sistem kemudian hasil olahan langsung di transmisi ke user-user dalam Video Display Unit (VDU) atau printer secara interaktif atau bergiliran.

- Remote Job Entry adalah mengunakan sistem batch (queue).

BAB 2 SINYAL DIGITAL DAN SINYAL ANALOG

2.1 SINYAL

Proses transfer data dalam hubungan (link) antara media yang berbeda atau antara 2 sistem disebut rangkaian sambungan(circuit link). Rangkaian sambungan dibedakan atas 2 jenis yaitu kabel (fisik) dan satelit.

Proses tranfer data melalui media tersebut disebut transmisi. Data ditransmisi sebagai sinyal elektromagnetik (analog atau digital). Proses transmisi dibedakan atas dua jenis transmisi yaitu:

1. Guided Media : Gelombang merambat melalui sebuah physical path, misalnya twisted pair, coaxial cable dan fiber optic.

2. Unguided Media : misalnya, udara (satelit), air. Sinyal dapat dinyatakan sebagai fungsi dari :

- Waktu (time domain) - Frekuensi (frequently domain), sinyal terdiri atas beberapa komponen dengan frekuensi yang

berbeda-beda. Perhatikan diagram berikut ini :

Source system Destination system

Gambar 2.1. Diagram blok transmisi

Contoh:

Gambar 2.2. Rangkaian jaringan transmisi

Dalam melakukan proses transmisi data, perlu memperhatikan aspek-aspek berikut :

Teks Teks Source

Transmitter

Transmisi On sistem

Receiver

Destination 1 2 3 4 5 6

Input informasi

Output data Output informasi (m)

Input data

Transmitted signal

Received signal

Gambar 2.3. Proses Transmisi data dalam jaringan komputer Data dapat berupa : suara, text, signal, mail.

Time Domain : - Continuous Signal, intensitas sinyal berubah halus (smooth) - Discrete Signal, intensitas sinyal konstan pada periode tertentu,

kemudian berubah ke nilai konstan lainnya ( )

Frequency domain :

Gambar 2.4. Domain Frekwensi Sehingga bentuk sinyal analog dan data digital terbentu sebagai berikut :

Gambar 2.5. Bentuk siyal dan data digital

Data rate biasanya dalam satuan bit /second = 2f bit/second

1 gelombang

1 bit butuh waktu = ½ T (1/2 periode) T = 1/(2f) = 1/400 second dalam 2 bit Maka 1/(2f) = 1/800 second

Gambar 2.6. Bentuk gelombang frekwensi

SQUARE WAVE

Gambar 2.7. Bentuk gelombang Square Wave

DATA ANALOG : - Nilainya kontinu pada suatu interval - Intensitas berubah secara kontinu

Contoh: suara, video. DATA DIGITAL :

- Nilainya diskrit Contoh : text dan integer yang direpresentasikan dengan sandi kode morse atau deretan Bit-bit American Standard Code For Information Interchange (ASCII)

SINYAL ANALOG: - Dalam bentuk eklektrik / elektromagnetik - Gelombang berubah secara kontiniu - Propagasi melalui berbagai media ( guided and unguided media) tergantung sprektum sinyal.

Misalnya : - Suara : 10 Hz- 7 KHz. - Untuk lebih ekonomis, sistem telepon hanya menggunakan sprektum 300-3400 hz. - Video : 4 MHz.

SINYAL DIGITAL : - Sekuensinya dengan pulsa-pulsa voltage - Tingkat voltase positif konstan untuk bit 1 dan voltase negatif untuk bit 0. - Propagasi melalui guided media.

2.2 DATA DAN SINYAL

Aspek-aspek penting dalam merepresentasikan data dan sinyal adalah : - Sinyal digital merepresentasi data digital dan sinyal analog merepresentasi data analog - Sinyal analog juga bisa merepresentasi data digital dengan menggunakan modem (modulator

dan demulator) - Sinyal digital juga merepresentasi data analog, misalnya : compact disk audio

Sinyal analog mempresentasikan data analog dan digital, perhatikan electromagnetic wave berikut :

Gambar 2.8. Bentuk-bentuk elektromagnetic wave

Transmisi Transmisi data melalui pemrosesaan dan propagasi sinyal analog (misalnya telepon) dan sinyal digital (misalnya ethernet card, dan lain sebagainya). Bentuknya :

- Gelombang sinus - Hanya dapat meambatkan data bentuk analog tanpa memperdulikan asal (analog/digital) - Semakin jauh transmisi, semakin mengalami antenuation (pelemahan).

Gambar 2.9. Bentk gelombang akibat noise

- Amplifier (penguat) untuk menguatkan sinyal, sebagai konsekuensinya noise juga akan kuat. Transmisi Digital ( TD)

- Memperhatikan isi, integritasnya rentan dengan antenuation dan noise. - Menggunakan repeater: menerima sinyal, mengesktraksi pola biit, dan retransmisi (berguna

untuk mengatasi kekuatan antenuation dan noise). Keunggulan TD:

- Teknologi digital: - LSI dan VLSI : ukuraan kecil, biaya kecil. - Integritas data : penggunaan repeater dibandingkan dengan amplifer memungkinkan data

ditransmisi lebih jauh tetapi kualitas rendah.

2.3 KOMPONEN FUNGSIONAL

Komponen-komponen fungsioal diperlihatkan pada gambar berikut : Sambungan Rangkaian :

Gambar 2.10. Beberapa sambungan rangkaian

Tingkat-tingkat Komunikasi:

Gambar 2.11. Tingkat-tingkat komunikasi Data Terminal Equipment (DTE) dan Data Circuit Equipment (DCE)

- Kombinasi antara unit pengolahan dan DCC disebut DTE. - Kombinasi modem dan peralatan transmisi disebut DCE.

Gambar 2.12. Deskripsi DTE dan DCE

2.4 METODE KERJA PENGIRIMAN PESAN ANTAR DTE

Bagaimana DTE mengirim pesan ke DCE ? Aktivitas ini dilakukan dengan :

1. DTE dalam modus start stop

2. DTE dalam modus sinkron.

3. DTE dalam paket. Ad.1. DTE dalam modus start stop, bahwa pesan:

- Tersusun dari karakter lepas/terpisah. - Mungkin secara berurutan dalam jangka tertentu. - Diapit bit sinkronisasi. - Didahului bit start dan disusul karakter proper terbentuk dari sejumlah bit data (antara 5 bit

sampai dengan 8 bit tergantung kode yang dipakai) dan sebuah bit paritas ( parity bit) - Diikut 1 bit stop / lebih, pola bit dengan susunan seperti disebut frame.

Catatan : Saat penerimaan bit start akan memeriksa apakah sinkronisaai bit dan sinkronisassi karakter terlaksana. Sinkronisasi bit terjadi saat penerimaan bit-bit data sedangkan sinkronisasi karakter akan memeriksa apakah semua bit dari karaker yang bersangkutan diterima dengan benar.

Misalnya :

Gambar 2.13. Pemetaan bit-bit

Karakter sinkronisasi start/ stop.

Waktu antara 2 karakter paling sedikit 1 baud

Gambar 2.15. Bentuk Frame

Modus sinkron di atas menunjukkan tidak ada penambahan bit start/stop ke karakter karena sinkronisasi di stasiun penerima dilakukan dengan cara lain, perhatikan hal-hal berikut :

Gambar 2.16. Sinkronisasi bit pada stasiun penerima

Gambar 2.16. Sinkronisasi bit pada stasiun penerima

2.5 TERMINAL DENGAN MODUS PAKET

Pengiriman pesan-pesan untuk terminal-terminal terdiri dari paket-paket informasi. Paket adalah rangkaian bit yang diapit oleh flag yang tersusun dari sekuensi yang unik.

Flag pembuka

Arus bit (paket)

Flag penutup

Gambar 2.17. Frame dengan modus paket Dalam paket terdapat informasi sebagai berikut :

- Pengirim (sender as sources) - Alamat (Address as destination) - Jenis pesan ( message / subject) - Pemerikasaan kesalahan ( error detection)

Flag adalah terbentuk dari kombinasi bit-bit unik yaitu : 01111110 Catatan :

- Bila ada 5 buah bit 1 (satu) berurutan dalam pesan maka akan ditambahkan sebiah bit 0 (nol) diantaranya sehingga tidak ada 6 (enam) buah bit 1 berurutan dalam pesan. - Kemudian stasiun penerima akan menghilangkan semua bit 0 yang terdapat setelah 5 buah bit

1 yang berurutan. Perhatikan diagram berikut :

Gambar 2.18. Model jaringan transmisi paket

KODE

Kode adalah data dengan informasi yang dikodekan dalam bentuk tertentu, dimana rangkaian karakter mencakup : - Huruf : A…Z sebanyak 52 karakter - Angka : 0…9 sebanyak 10 karakter - Tanda : ; : , + .. – sebanyak 25 karakter

Kombinasi 6 bit => 2 6 = 64 < 90

7 bit => 2 7 =128 >90 sisa 30 Jenis-jenis kode :

1. kode 5 bit : telex / telegram (Baudot Code).

Dalam kode ini dikenal 32 bit kombinasi (kurang memadai, 26 kombinasi diberi makna ganda) Huruf kecil : abjad Huruf besar : tanda baca dan angka.

2. Kode 6 bit (kode transpac) : 64 kombinasi pembentuk karakter

3. Kode 7 bit : ISO-7 spec. terdapart dalam standard ISO-646

4. Kode 8 bit : EBCDIC (Extended binary Code Decimal Code ) : oleh IBM terdapat IBM terdapat 256 kombinasi.

KECEPATAN

Proses tranfer data lewat media tranmisi antara lain : - kecepatan modulasi : baud (Bd). - Kecepatan sinyal

: bit per detik (bps)

- Kecepatan tranmisi : karakter per detik (cps) Catatan : Kecepatan sinyal > kecepatan modulasi

Gambar 2.19. Perbandingan kecepatan modulasi, sinyal, transmisi Contoh :

Start – stop

1). Setiap karakter terdiri atas : 1 bit start + 7 bit data + 1 bit paritas + 2 bit stop = 11 bit.  Kecepatan tranmisinya adalah 110:11 = 10 cps (110 bps relatif lambat – modem langsung

digunakan). 2). Kecepatan sinyal = 2400 bps (lebar band / tingkat frekwensi) tidak memadai – digunakan modulasi menggabungkan 2 bit = 1 bit = ½ kecepatan modulasi = 1200 Bd. Jika digunakan 7 bit + 1bit paritas maka kecepatan transmisi =2400 : 8 = 300 cps.

BAB 3 METODE DETEKSI ERROR

3.1 PENDEKATAN METODE

Dalam mendeteksi error, terdapat 2 pendekatan antara lain: 1). Kontrol Forward Error Bahwa untuk setiap transmisi karakter / frame yang berisi penambahan (redundand) informasi sedemikian hingga “receiver” tidak hanya mendeteksi waktu error ada, tetapi juga menentukan dimana terdapat arus bit (bit stream) terletak. Koreksi data kemudian dilakukan dengan “invert” bit-bit tersebut.

2). FeedBack (Backward) Error Control Bahwa untuk setiap transmisi karakter/frame termasuk informasi tambahan yang berlebih yang memungkinkan “receiver” mendeteksi errror yang ada tanpa lokasi. Untuk suatu kontrol “retransmission” digunakan meminta frame yang lain untuk koreksi penuh, copy informasi yang mengindikasikan error diselesaikan.

Terdapat 2 faktor menentukan deteksi error yaitu : 1). Bit error rate (BER).

Apakah error terjadi sebagai random single-bit error atau sebagai grup-grup string panjang pada bit-bit salah.

2). Burst errror Dimana peluang single bit di corrupted dalam interval waktu rata-rata 10 -3 dimana 1 bit dalam

10 3 di corrupted selama 1 periode waktu. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam burst error sebagai berikut :

 Jika karakter tunggal dipakai sebagai transmisi asynchronous (8 bit /char +1 bit start + 1 bit stop) 10 –2 jadi peluang corrupted = 1 – (1- p) untuk aproksimasi 10 .  Jika block character yang ditransmisi dengan asynchronous (125 char / block @ 8 bit) maka probability dari block/ frame yang berisi error dengan aproksimasi 1, berarti rata-rata setiap

block yang berisi error harus di “retransmisi”. Dengan demikian sejumlah bit dalam skema yang menetukan “burst length” yang terdeteksi.

Skema yang dimaksud adalah :  Parity Check

 Block Sum Check  Cyclic Redudancy Check

3.2 BENTUK-BENTUK PENGECEKAN

PARITY CHECK (PC)

Metode parity bit adalah untuk mendeteksi bit error dengan asynchronous dan transmisi synchronous yang berorientasi karakter. Pada suatu skema bahwa transmitter memberikan bit tambahan (parity bit) untuk setiap karakter pokok yang ditransmisi.

Parity bit adalah suatu fungsi dari bit untuk melapisi karakter yang sedang ditransmisi, menerima masing-masing karakter kemudian melakukan fungsi yang sama untuk karakter lain, membandingkan hasil dengan parity bit yang diterima.

Perhatikan algaritma berikut : If parity bit kirim = parity bit terima Then

No error Else Transmission error terjadi End

Parity bit / char maksudnya bahwa 1 bit code / char yang ada (modulo 2) dan parity bit-nya sendiri (even parity) atau odd parity. Setiap parity mengemas XOR gate (modulo-2 adder).

Perhatikan gambar berikut : a).

Gambar 3.1. Bentuk Operasi Parity Check untuk karakter yang ditransmisi b).

Gambar 3.2. Bentuk Operasi Parity Check dalam Array dan Rangkaian c). Membangun rangkaian parity bit

Gambar 3.3. Bentuk Operasi Parity Check dalam Device Gambar 3.3. Bentuk Operasi Parity Check dalam Device

1 (Even parity)

0 (Odd parity)

BLOCK SUM CHECK (BSC)

Masing-masing char (byte) dalam frame (blok karakter) diberi 1 parity bit sebelumnya (transverse atau row parity) pada suatu frame yang lengkap lengkap. Selanjutnya ekstra bit dihitung untuk setiap posisi bit (longitudinal atau column parity) dalam frame lengkap, maka parity untuk setiap column didasarkan pada block (sum) check karakter.

Contoh :

Gambar 3.4. Blok karakter dalam array

Contoh di atas menggunakan odd parity untuk row parity bit, even parity untuk column parity bit. Asumsikan bahwa frame berisi char tercetak dan tidak terdapat 2 bit error dalam column yang sama pada satu waktu akan berpengaruh pada peluang 2 bit error pada single karakter yang terjadi dengan demikian blok sum check error yang terdeteksi .

CYCLIC REDUNDANCY CHECK (CRC)

Perhatian : Kedua check sebelumnya lebih baik untuk aplikasi random single bit error yang ada. Misal : B = Panjang error burst

M = K – bit angka (pesan ditransmisi) R= n – bit angka (K>n) (sisa) G= (n+1) bit angka (pembagi/pembangkit)

Gambar 3.5. Bentuk transmisi bit secara langsung

Bahwa bit error burst length yang berbeda (I dan III) tidak dapat mendefenisikan 11 bit error burst tunggal berikut. Single set dari digit check yang dihasilkan untuk setiap frame yang ditransmisi tergantung isi frame.

Umumnya jumlah check digit / frame untuk mengantisipasi transmisi errror adalah 16 dan 32 bit. Check digit didasarkan pada Frame Check Digit (FCS) atau Cyclic Redundancy Check (CRC). Jika :

(M * 2 n )  G = Q + R/G ; Q= Quationt (M * 2 n – R) / G = Q

; Asumsi aritmatika modulo-2

Contoh :

Block pesan (frame) 8 bit ditransmisi berseberangan dengan data link CRC (untuk deteksi error). Pembangkit polynomial 11001 untuk : a). Frame Check Sequence (FCS) b). FCS checking proses c). Error Burst proses

Jawab :

a). pesan : 11100110 selesaikan dengan Frame Check Sequence (FCS)

b. Pesan : 11100110 selesaikan dengan FCS checking proses

c. Pesan : 11100110 selesaikan dengan Error Burst proses

Latihan : Lakukan dengan membuat tambahan pesan dengan kombinasi 4 bit lainnya.

16 15 CRC - 16 = x 2 +x +x +1

16 12 CRC - CCITT = x 5 +x +x +1

32 26 23 16 12 11 10 8 7 5 4 2 CRC - 32 = x 1 +x +x +x +x + x +x +x +x +x +x +x +x +1 CRC - 16 = 1 1000 0000 0000 0101

3.3 DETEKSI HARDWARE DENGAN CRC

Metode deteksi hardware dengan CRC, dilakukan dengan prinsip kerja hardware yang digunakan seperti diagram pada gambar 3.5.

Gambar 3.5. Deteksi CRC dalam hardware

Gambar 3.6. Pemetaan Pulsa-pulsa TxC

Function CRC : byte ; Var i,d : integer;

Data : integer; Begin Data := buff[1] shl 8; For j := 2 to count do Begin

Data := data + buff[j]; For i := 1 to 8 do

If ((data and $80000) = $8000) Then Begin

Data:= data shl 1; Data := data XOR CRCDIV;

End Else Data shl 1;

End; CRC := data shr 8;

End;

Catatan : Fragmen program ini untuk 8 bit checking.

BAB 4 MODULATOR DAN DEMULATOR

4.1 DATA DIGITAL MENJADI SINYAL DIGITAL

Perubahan data menjadi sinyal oleh Modem dilakukan dengan berbagai variasi seperti berikut :

1. Data digital, sinyal digital adalah kelengkapan untuk encoding data digital ke dalam sinyal digital

2. Data analog, sinyal digital adalah mengkonversikan data analog ke bentuk digital dengan fasilitas transmisi digital modern dan perlengkapan switching

3. Data digital, sinyal analog adalah beberapa media transmisi seperti fiber optik dan unguided media yang hanya mempropagasi sinyal analog

4. Data analog, sinyal analog adalah data analog dalam bentuk elektronik dapat ditransmisikan sebagai sinyal baseband mudah dan murah. Menstransmisikan suara lewat jalur media dibutuhkan modulasi untuk menggeser bandwith dari sinyal baseband ke spektrum yang lain.

Tabel 4.1. Bentuk transmisi data key Term

Unit

Defenisi

Elemen data

Bit-bit

Biner tunggal 1 atau 0

Data rate

Rate dengan element data di transmisi Elemen sinyal

Bit/second (bps)

Digital : voltase pulsa Bagian sinyal. Yang memenuhi interval dari amplitudo konstan

pendek dari kode sinyal

Analog : sutau pulsa dari frekwensi konstan phase dan amplitude

Rate sinyal atau Element sinyal per detik Rate dari elemen sinyal yang transmisi

(baud)

Format sinyal digital encoding Nonreturn to zero level (NRZ-L)

: 0 : high level dan 1 = low level

Non return to zero inverted (NRZI) : 0 : Tidak ada transisi dari awal interval (1 bit time)

1 : transisi di awal interval

Bipolar Ami

: 0 : tidak ada sinyal dijalur

1 : level + atau -, alternatif setelah 1

PseudoTernary

: 0 : level + atau -, alternatif setelah 0

1 : tidak ada sinyal dijalur

Manchester : 0 = transisi dari high ke low dalam tengah interval

1 = trasnisi dari low ke high fdalam tengah interval Differentisal Manchester

: transisi selalu di tengah interval

0 = transisi di awal interval

1 = tidak ada transis di awal interval

B8ZS : sama dengan Bipolar Ami, kecuali beberapa string ditimpa

oleh string degan 1 kode violation.

HDB3 : sama dengan bipolar ami , kecuali beberapa string ditimpa

oleh string dengan kode 1 violation.

 apa faktor yang menentukan suksesnya receiver menginterpretasikan sinyal yang masuk :?

Yaitu : (1) Sinyal terhadap ratio noise (atau lebih baik Eb/No) (2) Rate data (3) Bandwith.

Faktor lain :

1. Pertambahan dalam rate data tehadpa pertambahan bit error rate (BER) : mengukur performansi error atau kemungkinan suatu bit errror yang diterima (bit error ratio).

2. Pertambahan dalam SNR mengurangi bit error rate.

3. Pertambahan dalam bentuk bandwith mengijinkan pertambahan dalam rate data.

Berikut cara mengetahui/ membandingkan format encoding sinyal digital :

Gambar 4.1. Bentuk-bentuk format encoding sinyal

NRZ

Cara mentransmisi sinyal digital dalam 2 level voltase yang berbeda dengan digit 2 binary. Contoh : tidak ada voltase yang dapat digunakan merepresentasikan biner 0 dengan suatu voltase positif konstan merepresentsikan biner 1. Voltase negatif digunakan merepresentasikan satu nilai biner dan voltase positif digunakan merepresentasikan yang lainnya.

Gambar 4.2. Bentuk-bentuk format NRZ

NRZ-L

Digunakan untuk menghasilkan data digital dengan terminal dan peralatan lainnya. Jika kode yang digunakan berbeda pada transmisi, sinyal yang diperoleh dari NRZ-L (g(t)) dan sinyal encoding adalah x(t).

NRZ-I

Variasi NRZ (Non Return to Zero, inverted to one), NRZ-I menjamin pulsa voltase konstan selama durasi waktu bit. Data yang di encode ada / tidak ada pada transmisi sinyal pada awal bit. Trasnsisi (low to high) atau (high to low) di awal bit dinotasikan biner 1 tidak ada transisi mengindikasikan biner 0. NRZI adalah merupakan contoh differential encoding.

BIPOLAR-AMI AND PSEUDOTERNARY

Pseudoternary  Satu menggambarkan adanya jalur sinyal  Zero menggambarkan perwakilan dari positif dan negatif  Tidak adanya keuntungan atau kerugian pada bipolar-AMI

Gambar 4.3. Bentuk-bentuk format Bipolar AMI dan Pseudoternary

DIFFERENTIAL ENCODING

 NRZ-I adalah contohnya  Data differensentasi sebagai perubahan, bukan tingkat voltase tertentu  Jika ada noise, diff. Encoding lebih handal mendeteksi transisi dibanding dengan suatu nilai

tegangan

NRZ Pros dan Cons

 Pros – Mudah untuk teknisi – Membuat kegunaan bandwidth menjadi baik

 Cons – Komponen DC – Kekurangan dari kapasitas sinkronisasi – Digunakan untuk recording magnetik – Tidak sering digunakan untuk transmisi sinyal

BIPHASE MANCHESTER

 Transisi ditengah interval suatu bit  Transisi tersebut digunakan untuk data clock  0=transisi dari high to low ditengah interval bit  1=transisi dari low to high ditengah interval bit  digunakan pada IEEE 802.3 (Ethernet).

BIPHASE DIFFERENTIAL MANCHESTER

Transisi ditengah interval bit hanya untuk clocking.  untuk data

: 0=transisi diawal interval bit, 1=tidak ada transisi diawal interval bit  Digunakan oleh IEEE 802.5 (token ring).

BIPHASE PROS DAN CONS

 CONS : Dua (2) transisi pada bit time, modulation rate 2x NRZ membutuhkan bandwith yang lebih besar  PROS

: pada setiap bit time dapat diprediksi adanya transisi sehingga receiver dapat melakukan sinkronisasi (self clocking), tidak ada transisi (seharusnya ada) dapat digunakan deteksi error.

Gambar 4.4. Bentuk-bentuk format Manchester Encoding

Gambar 4.5. Bentuk-bentuk format Differential Manchester Encoding

B8ZS dan HDB3

B8ZS  Penggantian Bipolar With 8 Zeros  Didasarkan pada bipolar-AMI  Jika octet pada semua zero dan pulsa terakhir tegangan yang terdahulu adalah encode positif

sebagai 000+-0-+  Jika octet pada semua zero dan pulsa terakhir tegangan yang terdahulu adalah encode negatif sebagai 000-+0+-  Karena dua pelanggaran pada kode AMI  Tidak mungkin untuk terjadi seperti hasil noise  Receiver mendeteksi dan menerjemahkan seperti octed pada semua zero

HDB3  Kepadatan tinggi Bipolar 3 Zeros  Didasarkan pada bipolar-AMI  String pada empat zero digantikan dengan satu atau dua pulsa

Gambar 4.6. Bentuk-bentuk format B8ZS dan HDB3

MODULATION RATE

Modulation rate ditunjukkan pada diagram berikut :

Gambar 4.7. Bentuk grafik modulation rate

4.2 DATA DIGITAL MENJADI SINYAL ANALOG

Sistem telepon umum, dengan spektrum 300hz-3400hz (dibulatkan 4000 hz) berarti jumlah sampel yang boleh diambil adalah 2 x 4000 = 8000 sampel/second. Setiap sampel ditetapkan ke

level 16 (2 4 ) Setiap sampel butuh 4 bit. Jadi 8000 sampel = 4x 8000 = 32 KB/second. Perangkat digital lewat modem (modulator-demodulator).

TEKNIK ENCODING

 Amplitodo-shift keying (ASK)  Frequency-shift keying (FSK).  Phase-shift keying (PSK).  Binary Frequency-shift keying (BFSK)  Binary Phase-shift keying (BPSK)

TEKNIK MODULASI (ASK)

Gambar 4.8. Teknik Modulasi ASK

TEKNIK MODULASI (FSK)

Gambar 4.9. Teknik Modulasi FSK

TEKNIK MODULASI (PSK)

Gambar 4.10. Teknik modulasi PSK

TEKNIK MODULASI (BFSK)

Gambar 4.11. Teknik modulasi BFSK

TEKNIK MODULASI (BPSK)

Gambar 4.12. Teknik modulasi BPSK

TEKNIK MODULASI (Differensial PSK)

Gambar 4.13. Teknik modulasi Differensial PSK

QUADRATURE PSK

 Penggunaan lebih efisien oleh tiap elemen sinyal diwakili lebih dari satu bit, Misalnya perubahan pada π/2 (90 o )

 Tiap elemen diwakili dua bit  Dapat digunakan 8 sudut fase dan memiliki lebih dari satu amplitudo  9600bps modem menggunakan sudut 12, empat pada tiap dua amplitudo  Offset QPSK (orthogonal QPSK)  Delay dalam aliran Q

ASK : Nilai 2 biner representasi dengan 2 amplitudo yang berbeda pada frekwensi carrier. 1 amplitudo adalah zero (amplitudo konstan) dari carrier maka hasil sinyal adalah :

S(t) = A cos (2fct) biner 1  sinyal carrier

0 biner 0 ; jalur suara = 1200 bps

FSK : Nilai 2 biner direpresentasi dengan 2 frekwensi yang berbeda dekat frekwensi carrier. Maka hasil sinyal adalah :

S(t) = A cos (2fct)

biner 1

A cos (2f2t) biner 0 ; dimana f1, f2 adalah effect dari frekwensi carrier fc Operasi full duplex FSK( bell system 108 series modem) dengan aproksimasi frekwensi :

300 – 3400 Hz. Frekwensi untuk merepresentsikan 1 dan 0 dipusatkan pada 1170 hz dengan pergeseran 100 Hz ke sisi lain.

Modem menggunakan frekwensi shift 100 hz untuk @ side dari pusat frekwensi 2125 hz. Jalur suara >= 1200 bps (high frekwensi 3-30 mhz)(transisi radio), juga pada LAN dengan coaxial cable sehingga PSK menjadi :

S(t) =

A cos (2fct + )

biner 1

A cos (2fct)

biner 0

Untuk lebih efisien menggunakan bandwith @signal element merepresentasikan lebih besar

1 bit dengan phase shift 180 0 dalam PSK dikenal Quadratic Phase-Shift Keying (QPSK). Phase shift multiple dari /2 (90 0 ) menjadi :

A cos (2fct + /4)

QPSK S(t) =

A cos (2fct + 3/4)

A cos (2fct + 5/4)

A cos (2fct + 7/4)

Perbedaan sinyal data rate R (bps) dan modulation rate D (baud) asumsikan anggotanya NRZ- L input digital.  Data Rate R = 1/t b ;t b = width @ NRZ-L bit sinyal encoded berisi b = 4 bit dalam @ elemen sinyal L< 16  Modulation rate D adalah R/4 sebab @ menukar elemen sinyal berkomunikasi dengan 4 bit.

Kecepatan sinyal adalah 2400 baud untuk jalur suara yang punya modulation rate Data rate adalah 9600 bps

Sehingga

: D= R/b= R/log 2 L ; D = modulation rate (baud)

R = data rate (bps) L = jumlah element sinyal yang berbeda

B = jumlajh bit per element sinyal

Gambar 4.14. Grafik kecepatan sinyal dengan data rate

Tabel 4.2. Data rate ke transmisi bandwith ratio untuk variasi digital ke analog

FSK : Wideband (F>>R)

Narrowband (F  fc )

Sinyal multilevel L =4, b=2

L=8, b=3

L=16, b=4

L=32, b= 5

 Transmisi bandwith B T untuk ASK

:B T = (1+r)R

 Transmisi bandwith B T untuk FSK

:B T = 2F + (1+r) R

F = f2-fc = fc-f1 (frekwensi modulasi dari frekwensi carrier) Sinyal FSK standard (coaxial cable LAN) F= 1.25 MHZ

Bell 108 modem => F = 100 Hz, fc = 1170 Hz (1 direction). Sehingga :

BT =

(1+r)/b

R= (1+r)/log 2 L R

Contoh : Berapa efisiensi bandwith untuk FSK, ASK, PSK, QPSK pada 1 BER di 10 -7 dalam channel

dengan sebuah SNR dari 12 dB Jawab : Kita mempunyai :

Eb/No = 12 dB – (R/Bt) dB Untuk FSK dan ASK (grafik BER)

Eb/No =14.2 dB

: Eb/No = 11.2 dB

; (R/Bt)dB=-2,2 dB ; R/Bt=0.6 Untuk PSk

; (R/bt)dB=0.8 dB

; R/Bt=1.2

Maka hasil QPSK nilai baud rate D=R/2 kemudian R/Bt=2.4 Aprokmasinya adalah : B T =0.5 (1+r)D NRZ, D=R => R/B T =2/(1+r)

4.3 DATA ANALOG MENJADI SINYAL DIGITAL

Perubahan data analog menjadi sinyal analog bervariasi sebagai berikut :  Data digital ditransmisi dengan NRZ-L  Data digital ditransmisi dengan encoding yang lain  Data digital dikonversikan lagi ke sinyal analog.

PULSA CODE MODULATION (PCM)

 Teorema Nyquist : sinyal analog disampel secara teratur 2x maksimum frekwensinya  Data suara di bawah 400Hz  Disampel 8000/scond, (800/second x 8 bit) = 64 kbps (panjangnya)  Sampel analog (pulsa amplitudo modulation /PAM)  Setiap sampel diberi nilai digital 

4 bit sampel = 16 level (sejumlah error atau noise) dan tidak dibentuk persis seperti aslinya

8 bit sampel = 256 level. Cara mendigitisasi data analog :

Gambar 4.15. Digitisasi data analog

Sinyal ratio noise : jumlah noise di expresikan : SNR = 20 log 2 n + 1.76 dB

= 6.02n + 1.76dB Masing-masing penambahan bit digunakan pertambahan SNR lebih kurang 6dB dengan faktor 4.

Berikut perhatikan diagram berikut yang menunjukkan pertambahan SNR

Gambar 4.16. Pertambahan SNR

Tabel 4.3. Ekivalensi bit dengan bentuk digital PCM

Interface terhadap transmisi medium :

Gambar 4.17. Interface transmisi medium

4.4 DATA ANALOG MENJADI SINYAL ANALOG

Suatu modulasi yang mengkombinasikan sinyal input m(t) dan frekwensi carrier pada frekwensi fc untuk menghasilkan sinyal s(t) yang mana bandwith terpusat pada fc, antara lain : - AM ( amplitudo modulation). - FM (frekwensi modulatio). - PM (phase modulation).

AMPLITUDO MODULATION

Modulasi sederhana, dengan porses : s(t)=[1+naX(t)] cos 2fct dimana : cos 2fct adalah carrier. X(t) adalah sinyal input Na adalah parameter (indeks modulasi).

Contoh : Menurunkan s(t) terhadap sinyal AM : cos 2f m t

kita punya : s(t)= [1+na cos 2f m t] cos 2f c t

Gambar 4.18. Bentuk Gelombang AM AM ini dapat diexpanded menjadi :

S(t) = cos 2f c t + na/2 cos 2(f c –f m )t + na/2 cos 2(f c +f m )t

AM (ANGLE MODULATION)

Gabungan FM dan PM Fungsi

: s(t)=Ac cos [2fct + (t)] Untuk PM bahwa signal modulasi proportional : (t)=n p m (t) n p index modulasi Untuk FM bahwa sinyal modulasi proportional : ’(t)= n f m(t)  index frekwensi modulasi

Sebagian observasi menyatakan bahwa FM : AF = 1/(2) nf Am Hz dimana Am adalah nilai maksimum dari m(t) perhatikan diagam

berikut :

Gambar 4.19. Bentuk gelombang Wave

QAM (QUADRATIC AMPLITUDO MODULATION)

Sinyal ditransmisi dengan s(t)=d 1 (t) cos 2 fct + d 2 (t)2fct dimana QAM lebih dikenal dengan Asymetric Digital Subcriber Line (ADSL).

QAM ini merupakan kombinasi AM dengan PM dengan prinsip berikut : - Jika level 2 ASK digunakan masing-masing 2 stream menjadi 1 dari 2 keadaan dan juga

kombinasi stream 4 = 2 x 2 state. - Jika level 4 ASK digunakan Kombinasi stream menjadi 16=4x4. - Bahkan 64 dan 256 sudah ada.

Perhatikan diagram berikut :

Gambar 4.20. Modulator QAM

BAB 5 INTERFACE DAN PEMELIHARAAN

Perangkat pemograman data digital memiliki batasan kapasitas transmisi dan akan terlihat pada perangkat teknologi transmisi.

5.1 PENGKABELAN

Jaringan komputer pada dasarnya adalah jaringan kabel, menghubungkan satu sisi dengan sisi yang lain, namun bukan berarti kurva tertutup, bisa jadi merupakan kurva terbuka dengan terminator diujungnya). Seiring dengan perkembangan teknologi, penghubung antar komputer pun mengalami perubahan serupa, mulai dari teknologi telegraf yang memanfaatkan gelombang radio hingga teknologi serat optik dan laser menjadi tumpuan perkembangan jaringan komputer. Hingga sekarang, teknologi jaringan komputer bisa menggunakan teknologi “kelas” museum (seperti 10BASE2 menggunakan kabel Coaxial) hingga menggunakan teknologi “langit” (seperti laser dan serat optik). Bagaimana komputer terhubung satu sama lain, mulai dari teknologi kabel Coaxial hingga teknologi laser.

Pemilihan jenis kabel sangat terkait erat dengan topologi jaringan yang digunakan. Sebagai contoh untuk jenis topologi Ring umumnya menggunakan kabel Fiber Optik (walaupun ada juga yang menggunakan twisted pair). Topologi Bus banyak menggunakan kabel Coaxial. Kesulitan utama dari penggunaan kabel coaxial adalah sulit untuk mengukur apakah kabel coaxial yang dipergunakan benar-benar matching atau tidak. Karena kalau tidak sungguh-sungguh diukur secara benar akan merusak NIC (Network Interface Card) yang dipergunakan dan kinerja jaringan menjadi terhambat, tidak mencapai kemampuan maksimalnya. Topologi jaringan Star banyak menggunakan jenis kabel UTP. Topologi jaringan dan jenis kabel yang umum digunakan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1 Topologi Jaringan dan Jenis Kabel yang Sering Digunakan

Setiap jenis kabel mempunyai kemampuan dan spesifikasi yang berbeda, oleh karena itu dibuatlah pengenalan tipe kabel. Ada tiga jenis kabel yang dikenal secara umum, yaitu:  Coaxial cable  Fiber Optik  Twisted pair (UTPunshielded twisted pair dan STP shielded twisted pair)

a) Kabel Coaxial

Dikenal dua jenis kabel coaxial, yaitu thick coaxial cable (mempunyai diameter lumayan besar) dan thin coaxial cable (mempunyai diameter lebih kecil). Thick coaxial cable (Kabel Coaxial “gemuk”) Kabel coaxial jenis ini dispesifikasikan berdasarkan standar IEEE 802.3 10BASE5, dimana kabel ini mempunyai diameter rata-rata 12mm, dan biasanya diberi warna kuning. Kabel jenis ini biasa disebut sebagai standard ethernet atau thick Ethernet, atau hanya disingkat ThickNet, atau bahkan hanya disebut sebagai yellow cable. Kabel Coaxial ini (RG-6) jika digunakan dalam jaringan mempunyai spesifikasi dan aturan sebagai berikut :  Setiap ujung harus diterminasi dengan terminator 50-ohm (dianjurkan menggunakan terminator

yang sudah dirakit, bukan menggunakan satu buah resistor 50-ohm 1 watt, sebab resistor mempunyai disipasi tegangan yang cukup lebar).

 Maksimum 3 segment dengan peralatan terhubung (attached devices) atau berupa populated segments.

 Setiap kartu jaringan mempunyai pemancar tambahan (external transceiver).  Setiap segment maksimum berisi 100 perangkat jaringan, termasuk dalam hal ini repeaters.  Maksimum panjang kabel per segment adalah 1.640 feet (atau sekitar 500 meter).  Maksimum jarak antar segment adalah 4.920 feet (atau sekitar 1500 meter).  Setiap segment harus diberi ground.  Jarak maksimum antara tap atau pencabang dari kabel utama ke perangkat (device) adalah 16

feet (sekitar 5 meter).  Jarak minimum antar tap adalah 8 feet (sekitar 2,5 meter).

Gambar 5.1 Kabel Coaxial Thicnet dan Thinnet

Thin coaxial cable (Kabel Coaxial “Kurus”)

Kabel coaxial jenis ini banyak dipergunakan di kalangan radio amatir, terutama untuk transceiver yang tidak memerlukan output daya yang besar. Untuk digunakan sebagai perangkat jaringan, kabel coaxial jenis ini harus memenuhi standar IEEE 802.3 10BASE2, dimana diameter rata-rata berkisar 5mm dan biasanya berwarna hitam atau warna gelap lainnya. Setiap perangkat (device) dihubungkan dengan BNC Tconnector. Kabel jenis ini juga dikenal sebagai thin Ethernet atau ThinNet.

Kabel coaxial jenis ini, misalnya jenis RG-58 A/U atau C/U, jika diimplementasikan dengan Tconnector dan terminator dalam sebuah jaringan, harus mengikuti aturan sebagai berikut :  Setiap ujung kabel diberi terminator 50-ohm.  Panjang maksimal kabel adalah 1,000 feet (185 meter) per segment.  Setiap segment maksimum terkoneksi sebanyak 30 perangkat jaringan (devices).  Kartu jaringan cukup menggunakan transceiver yang onboard, tidak perlu tambahan transceiver,

kecuali untuk repeater.  Maksimum ada 3 segment terhubung satu sama lain (populated segment).  Setiap segment sebaiknya dilengkapi dengan satu ground.  Panjang minimum antar TConnector adalah 1,5 feet (0.5 meter).  Maksimum panjang kabel dalam satu segment adalah 1,818 feet (555 meter).

b) Fiber Optic

Jaringan yang menggunakan Fiber Optic (FO) biasanya perusahaan besar, dikarenakan harga dan proses pemasangannya lebih sulit. Namun demikian, jaringan yang menggunakan FO dari segi kehandalan dan kecepatan tidak diragukan. Kecepatan pengiriman data dengan media FO lebih dari 100Mbps dan bebas pengaruh lingkungan. Ciri-cirinya adalah :  Mahal  Bandwidth lebar  hampir tidak ada resistansi dan loss  tidak bisa di-tap di tengah  tidak terganggu oleh cuaca dan panas  merupakan salah satu kabel utama di masa depan

Gambar 5.2 Kabel Fiber Optik

c) Twisted Pair Ethernet

Kabel Twisted Pair ini terbagi menjadi dua jenis yaitu shielded twisted pair (STP) dan unshielded twisted pair (UTP). STP adalah jenis kabel yang memiliki selubung pembungkus sedangkan UTP tidak mempunyai selubung pembungkus. Untuk koneksinya kabel jenis ini menggunakan konektor RJ-11 atau RJ-45.

Tabel 5.2 Kategori Twisted Pair Cable

Pada twisted pair (10 BaseT) network, komputer disusun membentuk suatu pola Star. Setiap PC memiliki satu kabel twisted pair yang tersentral pada HUB. Twisted pair umumnya lebih handal (reliable) dibandingkan dengan thin coax, karena HUB mempunyai kemampuan data error correction dan meningkatkan kecepatan transmisi. Saat ini ada beberapa grade atau kategori dari kabel twisted pair. Kategory tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah :

Pemberian kategori 1/2/3/4/5/6 merupakan kategori spesifikasi untuk masing-masing kabel tembaga dan juga untuk jack. Masing-masing merupakan seri revisi atas kualitas kabel, kualitas pembungkusan kabel (isolator) dan juga untuk kualitas “belitan” (twist) masing-masing pasang kabel. Selain itu juga untuk menentukan besaran frekuensi yang bisa lewat pada sarana kabel tersebut, dan juga kualitas isolator sehingga bisa mengurangi efek induksi antar kabel (noise bisa ditekan sedemikian rupa). Perlu diperhatikan juga, spesifikasi antara CAT5 dan CAT5 enchanced mempunyai standar industri yang sama, namun pada CAT5e sudah dilengkapi dengan insulator untuk mengurangi efek induksi atau electromagnetic interference. Kabel CAT5e bisa digunakan untuk menghubungkan network hingga kecepatan 1GBps.

Gambar 5.3 Kabel UTP, STP dan Konektor RG-45

UTP Cable (khususnya CAT5 / CAT5e)

Kategori 5 atau 5e adalah yang paling reliable dan memiliki kompabilitas yang tinggi, dan yang paling disarankan, baik pada 10 Mbps dan Fast Ethernet (100Mbps). Konector yang bisa digunakan untuk UTP Cable CAT5 adalah RJ-45. Untuk penggunaan koneksi komputer, dikenal 2 buah tipe penyambungan kabel UTP ini, yaitu straight cable dan crossover cable. Fungsi masing- masing jenis koneksi ini berbeda, straight cable digunakan untuk menghubungkan client ke HUB/Router, sedangkan crossover cable digunakan untuk menghubungkan client ke client atau dalam kasus tertentu digunakan untuk menghubungkan HUB ke HUB.

Gambar 5.4 UTP cable CAT 5

Straigt Cable

Menghubungkan ujung satu dengan ujung lain dengan satu warna. Sebenarnya urutan warna dari masing-masing kabel tidak menjadi masalah, namun ada standard secara internasional yang digunakan untuk straight cable ini, seperti tabel 5.2 :

Tabel 5.3 Standar Pemasangan Kabel UTP pada Konektor RJ-45

Gambar 5.5 Menghubungkan Komputer Ke HUB/Router, Maka Digunakan Cara Straigth Cable

Crossover Cable

Gambar 5.6 Dasar Koneksi Crossover Untuk Kabel UTP Gambar 5.7 Pemasangan Kabel UTP Untuk Crossover

Gambar 5.8 Menghubungkan Dua Komputer Tanpa Menggunakan HUB (Peer To Peer), atau Menghubungkan HUB Dengan HUB, Maka Digunakan Crossover Cable

5.2 RS-232-C / V.24

Merupakan interface standard untuk menghubungkan Data Terminal Equipnent (DTE) ke PTT didukung modem. Jalur-jalur Transmit Data (TxD) dan Received Data (RxD) adalah jalur yang mentransmisi dan menerima data, jalur lainnya secara kolektif dengan setting dan clearing koneksi switch melalui PSTN. Perhatikan diagram berikut : Merupakan interface standard untuk menghubungkan Data Terminal Equipnent (DTE) ke PTT didukung modem. Jalur-jalur Transmit Data (TxD) dan Received Data (RxD) adalah jalur yang mentransmisi dan menerima data, jalur lainnya secara kolektif dengan setting dan clearing koneksi switch melalui PSTN. Perhatikan diagram berikut :

b. Peta rangkaian sambungan DTE

Gambar 5.9 Interface 232.C / V.24

5.3 EIA-232-F/V.24 (ELECTRONIC INDUSTRIES ALLIANCE)

Untuk mendukung DTE dengan jalur suara Modem terdapat 6 aspek sebagai berikut : Mekanikal : ISO 2110, Electrical : V.28, Functional : V.24, Procedural : V.24

Spesifikasi mekanikal :

Gambar 5.10 Spesifikasi mekanikal EIA-232-F / V.24

Spesifikasi electrical :  Sinyal antara DTE dan DCE  Tergantung fungsi dari masing-masing interchange circuit, nilai elektrik sebagai data /

kontrol  NRZ-L untuk data untuk voltase <-3 volt adalah binary 1 dan >+3volt adalah binary 0  Sinyal rate < 20 KBps dan jarak < 15 m  Kontrol sinyal untuk voltase <-3 volt adalah OFF dan >+3 volt adalah ON

Spesifikasi fungsional :  Saat DTE hidup maka pin 20 (DTE ready) diberi nilai 1 dan DCE beralih ke DTE Spesifikasi procedural :  DTE menyatakan request to send (pin 4)  Modem siap menerima data dan akan membalas dengan clear to send (pin 5).  DTE akan mengirimkan data (1’s & 0’s) ke modem A melalui pin 2 (transmitted data)  Modem melakukan modulasi dan mengirimkannya melalui analog carrier signal  Modem tujuan melakukan konversi ke sinyal digital dan mengirimkannya ke DTE tujuan

melalui pin 3 (received data).

5.4 PERTUKARAN INFORMASI ANTARA DTE DAN DCE

Komunikasi antara komputer dengan modem merupakan komunikasi yang paling lengkap antara DTE – DCE dimana komunikasi ini meliputi 3 hal :

1. Komputer menerima panggilan telepon lewat modem.

2. Komputer menghubungi pesawat telepon lewat modem.

3. Mengakhiri komunikasi antar 2 modem. Untuk lebih jelas perhatikan diagram berikut :

Gambar 5.11 Pertukaran informasi antara DTE dan DCE Urutan peristiwa diawali dengan DCE mengirim sinyal RI (ring indikator) setelah telepon

yang terhubung ke modem berdering kemudian :

1. Menerima sinyal RI, DTE membalas dengan sinyal DTR yang menyatakan DTE siap melayani panggillan telepon

2. Setelah menerima sinyal DTR, modem akan mengangkat handset telepon untuk menghubungi dirinya dengan pesawat telepon pemanggil, selesai melakukan ini modem mengirim sinyal DSR (DCE ready)

3. Setelah modem menerima sinyal jawaban dari pesawat telepon pemanggil modem mengirim sinyal DCD

4. Pasangan sinyal RTS dan CTS dipakai untuk mengatur arah data yang dikomunikasikan melalui modem yang hanya bisa melakukan komunikasi half duplex pada modem yang bisa melakukan full duplex (komunikasi dua arah sepenuhnya) sinyal RTS di-nol-kan

5. Menerima sinyal RTS modem akan membalas dengan sinyal CTS

6. Sampai di sini sudah siap diselenggarakan komunikasi antar 2 DTE (komputer) lewat modem (bantuan sepasang DCE)

7. Komunikasi ini diakhiri dengan cara DTE menghentikan sinyal DTR (DTR =1)

8. Mengetahui data terminal tidak lagi melanjutkan komunikasi modempun menghentikan komunikasi dengan cara membuat DSR dan DCD menjadi 1.

Menghubungi pesawat telepon lain

Pertukaran sinyal antara DTE dan DCE dalam proses DTE menghubungi pesawat telepon lain lewat modem dengan cara :

1. DCE menyatakan dirinya siap berkomunikasi dengan sinyal DTR

2. Menerima sinyal DTR, modem akan mengangkat handset telepon menghubungkan dirinya

dengan sentral telepon, selesai melakukan ini modem mengirim sinyal DSR (DCE ready)

3. DTE mengirim sinyal RTS sebagai tanda akan mengirim data

4. Sinyal RTS ini dijawab dengan CTS menandakan modem siap menerima kiriman data

5. Berikutnya DTE mengirim perintah ke modem untuk menghubungi nomor pesawat telepon, perintah ini berupa teks ‘ATDT5024585’ dimana : AT = awalan perintah untuk modem DT = dial tone yaitu nomor telepon yang dikirim dengan sinyal DTMF (tone dialing) 5024585 adalah nomor pesawat telepon yang akan dihubungi

6. Menerima perintah tersebut modem akan menghubungi no telepon yang dimaksud, setelah terjadi hubungan dengan pesawat telepon yang diminta, modem memberitahukan hal ini dengan sinyal DCD

7. Komunikasi antar 2 komputer selanjutnya dengan dilakukan lewat jalur TD dan RD

8. Komunikasi ini diakhiri dengan cara DTE menghentikan sinyal DTR (DTR = 1)

9. Mengetahui data terminal tidak lagi melanjutkan komunikasi, modem pun menghentikan komunikasi dengan cara membuat DSR Dan DCD menjadi 1.

Untuk lebih jelas perhatikan diagram berikut :

Gambar 5.12. Menghubungi pesawat telepon lain Catatan :

Bahwa langkah 7 sama sekali tidak diatur oleh standard RS 232 karena tata cara pembicaraan antar 2 komputer ini ditentukan sendiri lewat protokol komunikasi yang dipilih oleh pemakai modem.

Menghubungkan AT89C2051 ke modem

AT89C2051 memiliki UART, data seri UART tersebut merupakan sinyal TD dan RD dalam sistem RS 232, sedangkan sinyal-sinyal RS-232 yang lain misalnya : RTS, CTR, DTR, DSR dan lain sebagainya dibentuk sendiri dengan memakai port paralel yang ada.

Proses pertukaran informasi antara DTE (dalam hal ini AT89C2051 bertindak sebagai DTE) dan DCE (modem) seperti yang dibahas di atas sepenuhnya dilakukan dengan program.

5.5 RS – 449

Digunakan dengan RS-422 / RS-423 dengan sinyal elektrik sepanjang DTE/DCE digunakan. RS-449 memiliki konektor pin 37 dengan rangkuman sebagai berikut :

Gambar 5.13. Spesifikasi RS-449 Jangkauan kemampuan interface ini sebagai berikut :

Rangkaian receiver

jangkauan maks.(m)

bit rate maks.

RS –423

100 KBps, 10 KBps, 1 KBps RS –422

10 MBps, 1 MBps, 100 KBps (terminated)

5.6 STANDARISASI CCITT V-SERIES

Berikut ini disajikan deskripsi standarisasi CCITT V-Series sebagai berikut :

Gambar 5.14 Standarisasi CCITT V-Series

ALTERNATIF MODEM

Gambar 5.15 Alternatif modem

Catatan : Mod = modulator section

HT = hybrid transformer

Dem = demodulator

LT = line transformer

BAB 6 MULTIPLEXING

6.1 KONSEP DASAR

Multiplexer merupakan suatu perangkat yang menghubungkan beberapa media pada suatu percakapan dimana beberapa aplikasi yang sering digunakan misalnya : Long haul trunk (seperti : optical fiber, coaxial atau microwave berkecepatan tinggi). Tujuan perangkat ini adalah meningkatkan efisiensi penggunaan saluran komunikasi berkecepatan tinggi. Perhatikan diagram berikut pada gambar 6.1.

Gambar 6.1. Peran multiplexer dalam percakap

LATAR BELAKANG

Merupakan bagian dari komunikasi data dengan batas-batas kemampuan sebagai berikut : - Data rate semakin tinggi maka biaya per KBps semakin efektif (cost – effective) - Sebagian besar aplikasi secara individual (mis : PC) membutuhkan data rate yang tidak terlalu

tinggi misalnya : 9600 Bps – 64 KBps - Hal yang sama berlaku pada komunikasi suara.

6.2 KATEGORI MULTIPLEXING

- FDM (Frequency Division Multiplexing) : + WDM (Wavelength Division Multiplexing) - TDM ( Time Division Multiplexing) + Synchronous + Statistical

FDM

Gambar 6.2. Metode kerja multiplexing untuk FDM