PERANAN MOTIVASI ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK

PERANAN MOTIVASI ORANG TUA
DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK
Tismat Abdul Hamid
Dosen STAI Madinatul Ilmi Depok
tismat@yahoo.co.id

ABSTRAK
Isu pendidikan akhlak adalah isu terpenting dalam Islam.Bahkan
Nabi saw sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Terkait
dengan ini, keluarga (ayah-ibu), masyarakat (sekolah) memilik peran yang
signifikan dalam pembentukan karakter dan akhlak seorang. Dalam tulisan
ini dijelaskan bahwa keluarga merupakan madrasah pertama yang berperan
sebagai pembentuk akhlak seorang anak. Untuk mampu menunaikan peran
vital tersebut maka orang tua membutuhkan motivasi-motivasi yang terbit
dari faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Meski begitu,menurut penulis,
faktor intrinsik harusnya lebih kuat memotivasi orang tua dalam mendidik dan
membentuk akhlak anak. Keharmonisan keluarga, komunikasi yang hangat
ayah-ibu-anak niscaya turut memberikan sumbangan berharga terhadap
pembentukan akhlak si anak
Kata-kata kunci: Pendidikan akhlak, peran motivasi, komunikasi hangat.


PENDAHULUAN
DEWASA ini pendidikan akhlak khususnya bagi anak-anak
merupakan sesuatu yang harus mendapat perhatian utama dan serius dari
para orang tua dan kalangan pendidik. Hal ini mengingat perkembangan
masyarakat dan zaman serta laju informasi yang demikian cepat memberi
pengaruh signifikan bagi perkembangan anak-anak terutama dari segi
moral dan akhlak.
Anak-anak di zaman sekarang, khususnya yang tinggal di
perkotaan, hampir setiap hari disuguhi beragam informasi dan
tontonan dari berbagai macam media. Informasi ini ada yang positif
dan ada juga yang negatif. Namun sayangnya persentase yang negatif
jauh lebih banyak ketimbang yang positifnya.
Bahwa sesuatu yang negatif akan memberi dampak dan pengaruh
negatif bisa dibuktikan dalam hal ini. Akibat informasi dan tontonan
yang kurang disaring, anak-anak tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang
terbiasa untuk melanggar aturan atau kesopanan dan norma-norma
hukum. Mereka ingin menjadi pribadi yang bebas dan tidak mau
dibatasi berbagai macam aturan.

PENDIDIKAN DAN AKHLAK

Enam ratus tahun sebelum masehi, orang-orang Yunani telah
mengatakan bahwa pendidikan ialah usaha membantu manusia menjadi
manusia (Tafsir 2014, 33). Dalam terminologi agama, menurut Nurcholish
Madjid, pendidikan (tarbiyah) merupakan sebuah proses meningkatkan
potensi-potensi positif yang bersemayam dalam jiwa setiap anak
[baca: peserta didik] hingga mencapai kualitas yang setinggi-tingginya
dan proses itu tidak pernah berakhir hingga hayat dikandung badan
(Zaprulkhan 2014, 155). Dengan dua pengertian tadi, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk me-manusia-kan
manusia, yang erat kaitannya dengan pembentukan akhlak.
Akhlak tidak mudah begitu saja terbentuk dalam diri seseorang,
tetapi harus diupayakan melalui proses pembentukan yang cukup lama
dan usaha yang sungguh-sungguh. Menurut Ibn Miskawaih, akhlak
(karakter) itu ada dua: pertama, bersifat alami dan kedua, bersifat berubah
cepat melalui disiplin dan nasihat-nasihat mulia (Miskawaih 1998, 56).
Dalam pembentukan akhlak remaja, kata Miskawaih, syariat agama

104 Peranan Motivasi Orang Tua dalam Pembentukan Akhlak Anak

merupakan faktor yang dapat membiasakan remaja untuk melakukan

perbuatan baik (Miskawaih 1998, 59), yang perlu disertai dengan contoh
dan suri teladan yang baik, pembiasaan yang dilakukan secara kontinu
melalui pendidikan, baik secara formal maupun nonformal.
Pendidikan formal (umum) memiliki tujuan yang sama dengan
pendidikan nonformal (agama), yaitu sama-sama ingin mencerdaskan
bangsa. Namun ada sedikit perbedaan dalam segi penekanan pendidikan
itu sendiri. Pendidikan umum lebih menekankan kemajuan pola pikir
agar dapat menciptakan terobosan-terobosan baru yang dapat membuat
kemudahan-kemudahan dalam kehidupan dengan kecanggihan
teknologinya, sedangkan pendidikan agama lebih menekankan pada
penerapan akhlak dan budi pekerti yang luhur agar dapat hidup damai
saling menghormati, selalu dapat bersyukur atas nikmat Allah dan dapat
menjalani kehidupan dengan hati yang tenang tanpa ada dendam dan
permusuhan antara sesama. Kedua pendidikan ini sama-sama penting,
keduanya saling berkaitan dan saling melengkapi. Kemajuan pola pikir
akan dapat menghancurkan diri sendiri bila tidak disertai dengan
penerapan nilai agama.
Hampir sering dijumpai anak sekarang sikap dan perilakunya
jauh dari harapan masyarakat. Mungkin mereka beranggapan anak
sekarang yang penting bisa bekerja cari uang, masalah masa depan yang

akan dihadapi anak itu urusan nanti. Oleh karenanya remaja jarang
mengikuti kegiatan-kegiatan seperti majelis taklim. Adapun usahausaha orang dewasa dalam membina generasi muda sering dilakukan
di luar pendidikan formal yang secara otomatis telah mendukung
segenap teori yang didapat dari pendidikan formal tetapi remajanya
kurang memerhatikannya.

AKHLAK DAN PEMBENTUKANNYA
Akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa
yang terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat
sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan
spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan lagi (AS, 1994, 2).
Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa
akhlak adalah hasil usaha pendidikan, latihan, usaha keras dan
pembinaan (muktasabah), bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi
rohaniah yang ada dalam diri manusia termasuk di dalamnya akal,

safina

Volume 2/Nomor 1/ 2017


105

nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani, dan intuisi
dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.
Arti pembentukan akhlak adalah sebagaimana Imam al-Ghazali
kemukakan, “Seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan,
batallah fungsi wasiat, nasihat, dan pendidikan, dan tidak ada fungsinya
hadis yang mengatakan, ‘Perbaikilah akhlak kamu sekalian’.” Dengan
demikian dapat kita katakan bahwa akhlak merupakan hasil usaha dari
pendidikan dan pelatihan, terhadap potensi rohaniah yang terdapat
dalam diri manusia (Bahreisj, 1981, 36).

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK PERILAKU
Manusia mempunyai banyak kebutuhan, di antaranya adalah kebutuhan yang sangat mendasar yang dengannya ia dapat mempertahankan
hidup dan melestarikan jenisnya, yang disebut dengan kebutuhan fisiologis.
Ada pula kebutuhan yang penting untuk mewujudkan ketenangan jiwa
dan kebahagiaannya, yang disebut dengan kebutuhan psikologis. Dari
kebutuhan-kebutuhan ini muncul motif-motif yang menuntut manusia
berperilaku untuk memenuhinya, antara lain:


A.

Motif Fisiologis (Motif Pemeliharaan Diri)

Hadis Nabi mengisyaratkan sebagian dari motif pemeliharaan
diri yang sangat penting, misalnya rasa lapar, haus, lelah, panas dan
dingin. Utsman bin Affan meriwayatkan bahwa Rasulullah saw,
bersabda, “Anak Adam tidak memiliki hak kecuali dalam beberapa hal
berikut: rumah untuk ditinggali, pakaian untuk menutup auratnya, dan
sepotong roti serta air. “ (Jauhari, 2006, 88).
Mustaurid bin Syaddad meriwayatkan bahwa Rasulullah saw
bersabda, “Barang siapa bekerja untuk kami, hendaklah ia mencari
seorang istri. Jika ia tidak mempunyai pembantu, hendaklah ia mencari
seorang pembantu. Dan jika ia ti¬dak mempunyai tempat tinggal,
hendaklah ia mengusahakan tempat tinggal.” (Jauhari 2006, 89). Dua hadis
tersebut menjelaskan betapa penting motif-motif fisiologis yang pokok
bagi manusia. Manusia butuh makan untuk memenuhi rasa laparnya,
butuh air untuk memenuhi rasa hausnya, butuh tempat tinggal untuk
melindunginya dari angin, panas dan dingin, dari ancaman binatangbinatang buas, dan sebagai tempat istirahat setelah bekerja seharian.


106 Peranan Motivasi Orang Tua dalam Pembentukan Akhlak Anak

B.

Motif Menjaga Kelestarian Spesies

1.

Motif Seksual

Motif seksual merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
kehidupan manusia dan binatang. Motif inilah yang menciptakan
ketertarikan antara makhluk yang berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Berangkat dari ketertarikan antarjenis ini terciptalah
sebuah keluarga. Keluarga akan melahirkan keturunan, dan pada
gilirannya akan menghasilkan sebuah generasi. Dari siklus seperti ini,
keberadaan spesies bisa dipertahankan.
Alquran telah mengisyaratkan adanya motif seksual yang berfungsi
untuk menjaga kelestarian spesies. Allah menjadikan bagi kamu istriistri dari jenismu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istrimu itu,
anak-anak dan cucu-cucu (16:72); Hai sekalian manusia, bertakwalah

kcpada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu,
dan darinya Allah menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak (4:1).
Rasulullah saw telah menganjurkan kaum muslimin agar
menikah. Bahkan kelak pada hari Kiamat Rasulullah akan merasa
bangga atas jumlah kaum muslimin yang sangat banyak.
2.

Motif Keibuan

Motif keibuan nampak jelas pada perilaku ibu kepada anaknya
yang masih berusia balita. Sang ibu akan menunjukkan rasa cinta, kasih
sayang, kelembutan dan perlindungan. Perilaku naluriah seorang ibu
juga akan terlihat jelas pada sikap kebanyakan hewan yang memiliki
anak, apalagi pada hewan yang memiliki kantong susu. Sang induk
akan menyusui anak-anaknya dan melindung mereka. Bahkan sang
induk akan berjuang membela anaknya apabila mereka dalam bahaya.
Rasulullah saw mengisyaratkan penderitaan yang dialami
seorang ibu saat mengandung, melahirkan, dan menyusui anak¬nya. la
rela tidak tidur demi menjaga dan melindungi anaknya.


C.

Motif Psikologis (Motivasi Beragama)

Secara fitrah, manusia memiliki kesiapan (potensi) untuk mengenal
dan beriman kepada Allah. Manusia berpotensi untuk bertauhid,

safina

Volume 2/Nomor 1/ 2017

107

mendekatkan diri kepada Allah, kembali kepada-Nya dan meminta
pertolongan kepada-Nya dalam menghadapi kesulitan yang dialaminya.
Alquran mengisyaratkan tentang fitrah manusia yang mendasar yang
mendorongnya untuk beragama. Allah berfirman, Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. Itulah fitrah Allah yang
berdasarkan fitrah itu Dia menciptakan manusia. Tidak ada perubahan

pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui. (30:30).
Demikian pula Rasulullah saw menjelaskan bahwa ma¬nusia
dilahirkan dengan membawa fitrah dan agama yang lu¬rus. Abu Hurairah
meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Semua anak dilahirkan dalam
fitrah. Lantas kedua orang tuanya menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani,
atau Majusi. Sebagaimana halnya binatang melahirkan anak binatang
secara sempurna, apakah kalian rasa terdapat cacat pada anak binatang
itu?” Kemudian Abu Hurairah berkata, “Bacalah jika engkau mau: Itulah
fitrah Allah yang berdasarkan fitrah itu Dia menciptakan manusia.”

JENIS-JENIS MOTIVASI
Motivasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik.

A

Motivasi Intrinsik

Motif intrinsik adalah motivasi yang berasal dari diri individu itu

sendiri dan tidak ada dorongan dari luar. Misalnya seseorang itu gemar
membaca. Tanpa dorongan dari siapa pun seseorang itu akan mencari
sendiri buku yang ingin dibacanya dan membaca buku tersebut.
Motif intrinsik ini juga diartikan sebagai motif pendorongnya yang
berkaitan dengan tujuan pekerjaan yang dilakukan seseorang tersebut.
Misalnya: seorang mahasiswa tekun mempelajari ilmu filsafat pendidikan
karena ingin menguasai pelajaran filsafat tersebut (Sabri 2006, 131).
Motivasi intrinsik salah satunya berupa kepribadian, sikap, pengalaman,
pendidikan, atau berupa penghargaan dan cita-cita (Khadijah 2014, 152).

B.

Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berfungsi karena adanya

108 Peranan Motivasi Orang Tua dalam Pembentukan Akhlak Anak

rangsangan dari luar. Misalnya pemberian hadiah, pemberian pujian dan
faktor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional
(Siregar 2016, 50).
Motivasi ekstrinsik juga diartikan sebagai motivasi yang
pendorongnya tidak ada kaitannya dengan pekerjaan seseorang
misalnya seorang siswa belajar giat dan tekun karena takut kepada
guru, atau karena ingin memperoleh nilai yang bagus (Sabri 2006, 131).
Dalam ilmu psikologi, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
timbul karena ada bantuan atau rangsangan dari orang lain. Penyebab
motivasi ekstrinsik ini karena keinginan seseorang untuk menerima
ganjaran atau menghindari hukuman. Misalnya seperti seorang siswa
mengerjakan tugas karena takut dihukum oleh guru (Khadijah 2014, 152).
Apa yang kita lakukan banyak didorong oleh motivasi ekstrinsik,
tetapi banyak juga yang didorong oleh motivasi intrinsik atau keduanya
sekaligus. Namun yang lebih baik dan utama dalam hal belajar adalah
motivasi intrinsik, karena motivasi intrinsik sangat berpengaruh besar
pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan
yang memuaskan dan maksimal (Sabri 2006, 131).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI MOTIVASI
Ada lima faktor yang memengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran:

A.

Cita-Cita/ Aspirasi Pembelajar

Cita-cita sangat berpengaruh pada motivasi belajar. Seseorang
yang memiliki cita-cita tinggi akan termotivasi untuk lebih giat
menggapai cita-citanya.

B.

Kemampuan Pembelajar

Kemampuan setiap orang berbeda-beda. Karena itu, seseorang
yang memiliki kemampuan tertentu, belum tentu memiliki kemampuan
di bidang lainnya. Kemampuan pembelajar juga demikian, hubungannya
dengan motivasi akan terlihat jika si pembelajar mengetahui
kemampuannya di bidang tertentu, sehingga ia akan termotivasi dengan
kuat untuk terus menguasai dan mengembangkan kemampuannya

safina

Volume 2/Nomor 1/ 2017

109

di bidang tersebut. Misalnya, seseorang lebih menguasai di bidang
ekonomi maka motivasi untuk menguasai ekonomi lebih besar.

C.

Kondisi Pembelajar

Kondisi fisik seorang pelajar sangat berpengaruh pada motivasi.
Ketika seseorang dalam kondisi yang kelelahan maka akan cenderung
memiliki motivasi yang rendah untuk belajar atau melakukan aktivitas.
Sedangkan jika kondisi fisik sehat maka akan cenderung memiliki
motivasi yang tinggi.

D.

Kondisi Lingkungan Pembelajar

Lingkungan fisik yang tidak nyaman untuk belajar akan berdampak pada menurunnya motivasi belajar (Siregar 2016, 54).

E.

Unsur-Unsur Dinamis Belajar/Pembelajaran

Unsur dinamis pembelajar juga memengaruhi motivasi. Unsur
belajar ini berupa bahan untuk belajar, alat bantu belajar, suasana
belajar dan lain sebagainya yang dapat mendinamiskan pembelajaran.
Suasana yang semakin dinamis, cenderung akan memberikan motivasi
dalam proses pembelajaran (Siregar 2016, 55).

PERANAN MOTIVASI DALAM MENUMBUHKAN PERILAKU
Motivasi yang diberikan oleh guru sangat berperan pada prestasi
belajar anak didiknya dan menumbuhkan suatu perilaku yang baik
kepada anak didiknya. Dalam kegiatan belajar contohnya, motivasi
yang diberikan oleh guru kepada anak didiknya sangat berpengaruh
kepada prestasi belajar anak didiknya. Hal ini karena, jika individu
mempunyai motivasi belajar yang tinggi, individu tersebut akan
memperoleh prestasi yang baik dalam belajar. Karena dalam kegiatan
belajar, motivasi adalah suatu daya penggerak dalam diri individu yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan
belajar, dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki akan tercapai (Khadijah 2014, 156).

110 Peranan Motivasi Orang Tua dalam Pembentukan Akhlak Anak

FASE-FASE PENDIDIKAN ANAK
Lingkungan keluarga merupakan sekolah yang mampu mengembangkan potensi tersembunyi dalam jiwa anak dan mengajarkan kepadanya tentang kemuliaan dan kepribadian, keberanian dan kebijaksanaan,
toleransi dan kedermawanan, serta sifat mulia-mulia lainnya (Falsafi 2003,
236) Di lingkungan keluarga didikan dan bimbingan dari ayah-ibu sangat
berperan.
Terkait dengan proses aktualisasi fitrah manusia ada beberapa
tahapan kehidupan yang akan mesti dilewati oleh seorang anak, yang
menjadi bidang kajian psikologi perkembangan. Menurut Khalid
bin Abdurrahman al-Ik, fase pertama adalah fase-fase kanak-kanak
awal (0-6 tahun) adalah fase fondasi yang di dalamnya orang tua
hendaknya mencurahkan kasih sayang, memuliakan anak dengan
keteladanan sifat-sifat terpuji, membentuk kepribadikan anak sejak
dini, menanamkan kejujuran, dan merangsang imajinasi anak agar
semakin kreatif (Rahman 2014, 13). Sedikit berbeda dalam penetapan
tahun fondasi, menurut Reza Farhadian, sebagaimana dikutip Munif
Chatib, fase tujuh tahun pertama seorang anak adalah fase ketika si
anak adalah raja. Pada fase ini orang tua harus menghormati dan
melayani segala kebutuhannya, tidak boleh membentak, memerintah
atau malah memukul (Chatib 2015, 19-20).
Pada fase ini anak tengah mempersiapkan dirinya untuk menjadi
manusia matang dan satu anggota dari masyarakatnya. Mereka mulai
menghilangkan kebiasaannya meniru apa yang dilakukan oleh orang
dewasa dan mulai memerhatikan alam dan lingkungan sekitarnya. Saat
itulah daya pikir anak mulai terbuka dan mampu untuk berimajinasi
dan menangkap banyak masalah yang tidak kasat mata. Ia mulai
berpikir tentang dirinya sendiri. Ia memandang dirinya sebagai salah
satu makhluk yang hidup, berdiri sendiri, dan memiliki kehendak
yang lain dari kehendak orang lain. Cara yang dilakukannya untuk
menunjukkan keberadaan dirinya itu seringkali berupa perlawanan
dan penentangan terhadap apa yang selama ini biasa ia lakukan.
Melewati masa anak, manusia sampai pada masa remaja, yang di
masa ini seseorang mulai diperhitungkan perilakunya secara hukum
(mukallaf). Pada fase ini (7-14 tahun) yang dalam riwayat disebut
fase pembantu atau hamba, diharapkan seorang telah melaksanakan
kewajiban beragama (ibadah)—seperti salat, puasa—dan mampu serta

safina

Volume 2/Nomor 1/ 2017

111

layak secara hukum melakukan berbagai transaksi muamalah dengan
didikan dan bimbingan orang tua (Chatib 2015, 20-21). Di sini anakanak harus mendapatkan nilai-nilai akidah yang benar, akhlak yang
baik, serta etika pergaulan yang baik dari orang tua dan lingkungan
(Rahman 2014, 60).
Fase ini juga berkaitan dengan pembangunan karakter anak di
antaranya adalah pola interaksinya dengan ayah, ibu, dan seluruh
anggota keluarga yang lain, keadaan fisiknya, seperti tinggi dan berat
badannya, serta hal-hal yang didengar dan dipelajarinya. Kebutuhan
anak di fase 7 tahun berbeda dengan kebutuhan anak yang berada di
fase 9 tahun dan seterusnya. Ini berbeda dengan kebutuhannya di fasefase sebelumnya. Hal ini harus diperhatikan oleh orang tua (Ibu) dan
diusahakan untuk memenuhinya.
Kebutuhan anak tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
1.

2.

3.

4.
5.

6.

Kebutuhan primer seperti makanan, minuman, dan pakaian beserta cara makan, cara minum, dan berpakaian sekaligus cara bersyukur kepada yang memberi makanan, minuman dan pakaian.
Kebutuhan psikis seperti ketenangan jiwa dan emosi. Di sini
orang tua harus sering mengajak anak selalu membaca Alquran,
selalu salat berjamaah dan lain-lainnya sekaligus orang tua (Ibu)
memberi contoh.
Kebutuhan terhadap penerimaan dirinya oleh masyarakat. Dijelaskan bagaimana ketika kita bertemu orang yang lebih tua
selalu hormat, tidak boleh sombong dan lan-lain.
Kebutuhan terhadap perhatian dan penghormatan atas dirinya.
Kebutuhan untuk mempelajari banyak hal yang dapat memupuk
bakatnya sebagai bekal menempuh perjalanan panjang kehidupannya.
Kebutuhan untuk mengenal pemikiran-pemikiran yang menjadi
wacana dalam masyarakat dan mengenal isi dunia, yang tentu
saja, disesuaikan dengan kemampuan dan kematangan anak
seusia ini. Anak perlu mendapatkan perhatian yang ekstraketat
dalam melewati fase yang rentan ini, tetapi tentu saja dengan tetap
memberinya kebebasan yang merupakan salah satu kebutuhan
aslinya.
Fase terakhir adalah masa remaja (rijal), manusia dalam tahap ini

112 Peranan Motivasi Orang Tua dalam Pembentukan Akhlak Anak

adalah manusia yang dewasa secara fisik, akal maupun mental, serta
diharapkan mampu serta layak dalam melakukan perbuatan hukum
(Nawawi dkk 2000). Pada fase ini (14-21 tahun) anak merupakan
wazir atau menteri orang tua yang bertanggung jawab atas tugastugasnya. Mereka berhak untuk diajak musyawarah dan menjalankan
tugas bersama, berhak memberikan sumbangsih pemikiran, ikhlas
membantu orang tua untuk bersama-sama menghadapi dinamika
masalah keluarga (Chatib 2015, 21).

FUNGSI PEMBENTUKAN AKHLAK
Ada beberapa fungsi pembentukan akhlak baik di antaranya :
a)
b)

c)
d)
e)
f)

g)
h)
i)
j).

k)

Patuh: Mempunyai rasa taat terhadap orang tua, tidak ragu-ragu
dalam mengerjakan sesuatu.
Toleransi: Menghargai pendapat orang lain, Terwujudnya kehidupan masyarakat yang damai, menghormati hak-hak antar
umat beragama.
Khusuk: Menjadikan ibadah lebih sempurna, tingkat konsentrasi
yang lebih baik, menjadikan sifat rendah diri dalam seseorang.
Ikhlas: Adanya rasa tenang dan tenteram dalam diri sendiri,
Meningkatkan keimanan
Amar makruf nahi mungkar: menghilangkan kemungkaran,
saling mengingatkan dalam hal kebaikan.
Bersyukur: Merasa cukup dengan apa yang diperoleh, Tidak pernah merasa kecewa dengan apa yang telah didapat, Lebih percaya
diri.
Jujur: Menimbulkan rasa percaya orang lain terhadap kita, menjadi orang yang amanat.
Sedekah: Saling berbagi, membantu orang yang kurang mampu,
Membersihkan harta.
Menahan nafsu: Melatih Pengendalian diri, Mencegah perbuatan
yang negatif, Selalu menggunakan akal sehat dalam berbuat sesuatu.
Tolong menolong: Adanya sikap peduli terhadap sesama,
menghilangkan rasa egois, terwujudnya interaksi bermasyarakat
yang baik.
Saling memaafkan: intropeksi diri, menghilangkan rasa dendam.

safina

Volume 2/Nomor 1/ 2017

113

RASULULLAH DAN CARA PENGAJARAN AKHLAK
Pada dasarnya tidak ada teori yang pasti memang dalam menanamkan akhlak kepada manusia. Rasulullah saw sendiri mengajarkan akhlak kepada para sahabat dengan cara yang bermacammacam, yang dimulai dari dirinya sendiri sebagai suri teladan dan
sebagainya. Namun tentunya ada cara-cara yang efektif dan tidak efektif
dalam penanaman akhlak tersebut. Dalam hal ini upaya-upaya orang
tua dalam penanaman akhlak kepada anak, terutama yang dilakukan
oleh Ibu, sehingga akhlak mereka menjadi baik adalah sebagai berikut.
1.

2.

3.

4.

5.
6.

7.

Orang tua harus mendidik, mengarahkan dan mengajarkan
anaknya budi pekerti yang baik dan memeliharanya dari temanteman yang berakhlak jelek.
Tidak menjadikan anak-anak senang bersolek dan senang kepada
sesuatu yang glamor, supaya tidak terbiasa bersenang-senang,
yang akan meyulitkan perkembangannya setelah itu.
Jika orang tua melihat anaknya memiliki daya khayal yang tinggi
dan cita-cita yang tinggi dalam kehidupan, ketahuilah bahwa
dia memiliki akal yang cemerlang dan perkembangan akalnya
sedini ini merupakan perkara yang besar. Maka demi kebaikan
perkembangannya, dia perlu dibantu dalam pendidikan dan
pengajaran.
Ketahuilah bahwa kejahatan yang pertama kali memengaruhi
seorang anak adalah ketamakannya pada makanan, karena itu,
seharusnya orang tua mendidik anaknya dalam hal ini, membiasakannya mengambil makanan dengan tangan kanannya, dan
memulai dengan ucapan basmalah.
Membiasakannya memakai pakaian yang sopan dan bersahaja.
Dalam mendidiknya orang tua berpedoman pada prinsip pujian
dan hukuman. Namun hukuman tidak diberikan dalam segala
perkara, melainkan dalam perkara-perkara tertentu. Begitu juga
dalam memberikan hukuman sebaiknya tidak dilakukan secara
kasar dan terang-terangan agar anak tidak bertambah nakal.
Melarangnya tidur siang dan melakukan sesuatu secara sembunyisembunyi, karena biasanya seseorang tidak melakukan sesuatu
secara sembunyi-sembunyi kecuali sesuatu yang buruk, serta
membiasakannya untuk bergerak dan berolahraga.

114 Peranan Motivasi Orang Tua dalam Pembentukan Akhlak Anak

8.

9.
10.
11.
12.

13.
14.

Melarangnya agar tidak menyombongkan diri kepada temantemannya atas apa yang dimilikinya atau dimiliki orang tuanya,
dan membiasakannya untuk bersikap tawaduk.
Membiasakannya agar senang memberi bukan meminta-minta
walaupun miskin.
Membiasakannya berperilaku etis di dalam majelis, etis dalam
berbicara dan melarangnya untuk banyak omong.
Melarangnya untuk bersumpah baik jujur maupun bohong, dan
membiasakannya berbuat sabar dan tahan dalam memikul beban.
Membolehkannya bermain setelah belajar supaya dia memiliki
semangat dan kecerdasan baru serta tidak merasa berat dalam
menangkap ilmu.
Menakut-nakutinya agar tidak mencuri, menipu, makan barang
haram dan akhlak tercela lainnya.
Apabila telah sampai pada umur tamyiz, seyogianya orang tua
tidak mempermudahnya dalam urusan syariat.

Bagaimanapun akhlak merupakan tujuan akhir dari pendidikan
Islam, karena Rasulullah saw. ditutus ke muka bumi dalam rangka menyempurnakan akhlak yang mulia. Karena itu, bagi umat Islam akhlak
menjadi sangat penting untuk mendasari seluruh tingkah lakunya
dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu pula, pembentukan akhlak
kepada anak-anak dan generasi muslim sangat penting sejak usia dini
atau anak-anak agar kelak ketika dewasa, mereka bisa menjadi generasi
penerus yang berakhlak mulia. EDITED
Sebagai umat manusia kita harus senantiasa taat menjalankan
perintahnya agama, yaitu dengan menjalankan segala perintah Allah,
serta meninggalkan apa-apa yang dilarang olehnya. Di abad 21 ini,
mungkin banyak di antara kita yang masih kurang memerhatikan dan
mempelajari akhlak. Yang perlu diingat, bahwa tauhid sebagai inti ajaran
Islam yang memang seharusnya kita utamakan, di samping mempelajari
akhlak. Karena tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba
terhadap Allah, seseorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia
adalah sebaik-baiknya manusia.
Motivasi orang tua sebenarnya sangat berperan terhadap pembentukan akhlak anak karena orang tua memberi wawasan dan pengetahuan
tentang berakhlak baik baik kepada teman sebaya maupun kepada
yang lebih dewasa ataupun orang tua. Di lingkungan keluarga, anak

safina

Volume 2/Nomor 1/ 2017

115

termotivasi untuk belajar dari kedua orang tuanya. Orang tua selalu
memberikan masukan dan nasihat-nasihat dengan selalu mengingatkan
anaknya untuk berakhlak baik, berkata jujur, dan lain-lain. Kata-katakata kedua orang tua yang terdengar bijak dan penuh motivasi, membuat
siswa semakin termotivasi untuk berakhlak baik.
Upaya orang tua untuk meningkatkan motivasi untuk berakhlak
kepada anak yaitu dengan cara menjelaskan definisi akhlak dan menjelaskan pentingnya akhlak dengan berbincang-bincang, memutarkan
video yang membahas tentang siksaan bagi yang tidak berakhlak dan
melanggar perintah Allah.
Peran orang tua adalah suatu upaya yang dilakukan oleh orang tua
sebagai bentuk keaktifan jiwa yang diarahkan kepada suatu objek yakni
kepada anak-anak dengan meraih tujuan hidup seperti yang dijelaskan
pada tujuan pendidikan. Hal serupa juga menurut pendapat lain yang
menyatakan bahwa orang tua perlu menyadari bahwanya itu untuk
memedulikan anak-anaknya, baik dalam segi emosional maupun material.
Peran orang tua dalam memotivasi sangat dibutuhkan anakanak, terutama yang sedang menempuh pendidikan. Di sini, peran
orang tua terhadap anak-anak harus benar-benar besar, anak lebih
berhak mendapat pendidikan dari orang tua karena ia adalah amanah
langsung dari Tuhan (Hendarto 2009, 47).
Menurut Imas Kurniasih, peran orang tua meliputi:
1)

2)
3)
4)

Memelihara dan membina fitrah anak agar menjadi seperti dasar
diciptakannya, yaitu semata-mata berbakti kepada Allah Swt.
Semua perbuatan hanya ditujukan untuk mendapatkan rida Allah.
Membina moral anak seperti berilmu, takwa, ikhlas, penyantun,
bertanggung jawab, dan sabar.
Melatih kemandirian anak agar siap dan mampu melakukan
peran sebagai pemimpin di masa yang akan datang.
Mendukung anak untuk mengaktualisasikan diri di lingkungan
sosialnya (Kurniasih 2010, 62).

Motivasi orang tua kepada anak-anaknya merupakan wujud
dari sebuah kasih sayang. Semakin banyak motivasi yang diberikan
orang tua kepada anak-anaknya, semakin jelas terlihat bahwa orang
tua memiliki kasih sayang yang mendalam, karena sudah menjadi
kewajiban orang tua harus menyayangi anak-anaknya.

116 Peranan Motivasi Orang Tua dalam Pembentukan Akhlak Anak

Potensi orang tua dalam mengukir kepribadian anak sangat besar
karena bagaimanapun juga seorang anak akan memandang orang tua
sebagai sosok teladan yang baik dalam kehidupan ini, karena perilaku
(tingkah laku) orang tua berpengaruh kepada anak (Kurniasih 2010, 20).
Pentingnya teladan (sesuatu yang dilihat) dan pengaruhnya yang
amat besar, tersembunyi dalam jiwa manusia yang mengikuti. Orang
tua yang menjadi teladan mulia bagi anak-anak, berarti keduanya telah
mewujudkan pemikirannya di alam nyata (Fadhlullah 2004, 115).
Orang tua adalah figur pertama yang dapat dijadikan contoh oleh
anak-anaknya. Orang tua yang dapat mengarahkan anaknya menuju
kesuksesan atau masa depan yang cemerlang ialah orang tua yang
mempunyai semangat besar dalam membentuk penerus bangsa yang
sekaligus menjaga amanat Allah SWT.
Kehadiran orang tua dalam perkembangan jiwa anak amat
penting. Bila anak kehilangan peran dan fungsi orang tua, sehingga
seorang anak dalam proses tumbuh kembangnya kehilangan haknya
untuk dibina, dibimbing, diberikan kasih sayang, perhatian da
sebagainya, maka disebut anak ini mengalami deprivasi parental
(Hawari 1995, 172).
Orang tua yang belum mampu mengarahkan anak-anaknya akan
mengakibatkan kerugian yang sangat besar di kehidupan mendatang.
Semua itu tergantung bagaimana orang tua dalam mendidiknya, akan
dijadikan baik (selalu mengikuti norma-norma yang berlaku) atau jelek
(tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku) sehingga dapat menyesatkan diri si anak.
Ada beberapa fungsi keluarga yang penting dan harus kita pahami,
di antaranya:
1)
2)

3)

Menjaga fitrah anak yang lurus dan suci serta mengembangkan
bakat serta kemampuan positifnya.
Menciptakan lingkungan aman dan tenang untuk anak, serta mengasuhnya dalam lingkungan yang penuh kasih sayang, lemah
lembut, dan saling mencintai agar anak memiliki kepribadian
yang normal dan berkarakter kuat.
Memberikan pendidikan dan kebudayaan masyarakat, tentang norma-norma sosial kemasyarakatan, dan adat istiadat agar anak dapat
mempersiapkan kehidupan sosialnya kelak dalam masyarakat.

safina

Volume 2/Nomor 1/ 2017

117

Selain fungsi keluarga di atas, ada beberapa tugas keluarga lainnya dalam pendidikan anak di antaranya (ibid).
1)
2)

3)

4)

Memupuk bakat dan kemampuan anak untuk mencapai perkembangan yang baik dan sempurna.
Keluarga bertugas sebagai perantara untuk membangun kesempurnaan akal anak, dan bertanggung jawab dalam membangun dan
mengembangkan kecerdasan berpikir anak.
Menyediakan lingkungan yang efektif dan kesempatan untuk
mengembangkan kecedasan intelijensi, kecerdasan emosional,
tingkah laku dan sosial kemasyarakatan.
Keluarga harus bisa memberikan ketenangan dan kenyamanan,
mampu memahami gerakan, isyarat, dan kebutuhan anak.

Dengan demikian, perhatian orang tua penting bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak. Salah satu perhatian orang tua terhadap
anaknya adalah memberikan pendidikan sekaligus menyediakan berbagai hal yang berkenaan dengan pendidikan anak-anaknya, karena
salah satu kewajiban orang tua yang paling penting adalah mendidik
anak (Mazhahiri 2002, 158).
Orang tua mampu menanggung hal penting di samping memelihara anak dan mendidiknya secara normal, yaitu:
1.

2.

3.

Memerhatikan segenap kecenderungan batin sang anak serta memuaskannya dengan cara yang baik dan sesuai dengan ukuran
normal. Dengan demikian, sang anak akan memiliki kepribadian
yang sempurna
Memerhatikan anak-anak yang berbakat serta menyiapkan sarana-sarana untuk mengaktualkannya agar kelak dikemudian
hari dapat membuahkan hasil yang baik dan bermanfaat.
Apabila berkarakter buruk, sang anak harus sering diawasi
dengan ketat di bawah pendidikan yang benar. Seraya itu, perilaku
buruknya juga harus diseimbangkan dan diarahkan ke jalan yang
benar (Falsafi 2003, 257).

Motivasi orang tua dalam keluarga menyebabkan terbuka semua
perasaan yang tersembunyi dalam jiwa anak. Dengan demikian, seorang
anak sejak kecil sudah harus terlatih dalam hal kejujuran, amanah

118 Peranan Motivasi Orang Tua dalam Pembentukan Akhlak Anak

(menjalankan kepercayaan), dan keberanian. Keluarga adalah lapangan
praktik untuk menerapkan tanggung jawab dan menampakkannya
secara nyata di hadapan seorang anak (Falsafi 2003, 248).
Banyak orang tua menjadi orang tua tanpa mengalami persiapan
untuk menjadi orang tua. Kebanyak orang tua hanya menjadi orang tua
berintikan naluri saja tanpa mempersiapkan diri untuk menjadi seorang
ayah atau ibu. Banyak cara mendidik mengikuti pola pendidikan yang
dialaminya sendiri dengan kemungkinan hasil didikan yang sama
diterapkan pada zaman yang berbeda (Gunarsa n.d., 24-25).
Hubungan orang tua yang tak harmonis akan mengganggu sisi
kejiwaan anak, karena kehidupan rumah tangga yang kehilangan
kehangatan, keakraban, kasih sayang, kebahagiaan jiwa, dan sebagainya
menjadi petunjuk akan bekunya pribadi suami istri. Jelas sekali, sikap
yang beku terhadap pendamping hidup akan membawa sikap yang dingin
pula terhadap anak-anak-anak dan semua manusia. Kebekuan ini akan
memberikan pengaruh negatif bagi kepribadian anak-anak dan tertanam
kuat pada dirinya.
Dalam kondisi seperti ini, pasangan suami istri semestinya
berupaya keras mengubah suasana menjadi harmonis dan penuh
kehangatan agar memberikan dampak positif bagi anak-anak. Baik
melalui suasana harmonis yang mereka ciptakan atau melalui perilaku
mereka, sehingga anak-anak merasakan perhatian dalam bentuk cinta,
kehangatan, dan kasih sayang.

DAFTAR PUSTAKA
AS, Drs Asmaran. Pengantar studi Akhlak. Jakarta: Grafindo, 1994.
Bahreisj, Husein. Ajaran-Ajaran Akhlak Imam Ghazali. Surabaya: AlIkhlas, 1981.
Chatib, Munif. Oranng Tuanya Manusia. I. Bandung: PT Mizan Pustaka,
2015.
Nawawi, Rifaat Syauqi dkk,. Metodologi Psikologi Islami. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2000.
Fadhlullah, Muhammad Husain. Memahami Perasaan dan Pikiran Anak
Anda. Diterjemahkan oleh Najib Husain Al-idrus. Bogor: Cahaya,
2004.

safina

Volume 2/Nomor 1/ 2017

119

Falsafi, Muhammad Taqi. Anak: Antara Kedaulatan Gen dan Pendidikan.
II. Diterjemahkan oleh Najib Husain Al-Idrus. Bogor: Cahaya, 2003.
Gunarsa, Singgih D. Psikolog Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga.
Jakarta: Gunung Mulia.
Hawari, Dadang. Al-Quran: Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1995.
Hendarto, Bagus. Menjadi Guru Bermoral Profesional. Yogyakarta:
Kreasi Wacana, 2009.
Jauhari, Muhammad Rabbi. Akhlaquna. Translated by Dadang Sobar
Ali. Bandung: Pustaka Setia, 2006.
Khadijah, Nyayu. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2014.
Kurniasih, Imas. Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad Saw.
Jakarta: Pustaka Marwa, 2010.
Mazhahiri, Husain. Surga Rumah Tangga. Cianjur: Titian Cahaya, 2002.
Miskawaih, Ibn. Menuju Kesempurnaan Akhlak. IV. Translated by Helmi
Hidayat. Bandung: Mizan, 1998.
Rahman, Yusuf A. Didiklah Anakmu Seperti Sayyidina Ali Bin Abi Thalib.
I. Yogyakarta: DIVA Press, 2014.
Sabri, M. Alisuf. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta:
Pustaka Setia, 2006.
Siregar, Eveline. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016.
Tafsir, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islami. 14. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014.
Zaprulkhan. Filsafat Islam: Sebuah Kajian Tematis. 1. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2014.

120 Peranan Motivasi Orang Tua dalam Pembentukan Akhlak Anak