POLA PRAKTIK KEHIDUPAN KOMUNITAS ORANG ASLI KUKUSAN DI DEPOK JAWA BARAT
POLA PRAKTIK KEHIDUPAN KOMUNITAS ORANG ASLI KUKUSAN DI DEPOK JAWA BARAT PATTERNS OF LIFE OF KUKUSAN COMMUNITIES IN DEPOK, WEST JAVA
Arie Januar
BPNB Jayapura – Papua Jl. Isele Waena Kampung, Waena-Jayapura e-mail: chaesar_arie@yahoo.com
Naskah Diterima: 2 Maret 2016
Naskah Direvisi:4 April 2016
Naskah Disetujui:2 Mei 2016
Abstrak
Tulisan ini mendiskusikan tentang pola ‘orang asli’ menghadapi transformasi sosial ekonomi. Transformasi yang terjadi begitu cepat mengakibatkan perubahan struktur pada k omponen ‘orang asli’. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak dari kemajuan tersebut, mereka membentuk suatu organisasi sosial dalam komunitasnya, sebagai bentuk upaya
mempertahankan diri. Organisasi sosial akar rumput yang terbentuk dalam sebuah ikatan kolektif, yakni kekerabatan, spasial, dan keagamaan, masing-masing melahirkan modal sosial dalam
menghadapi pembangunan. Apabila ikatan sosial mereka kuat, ‘orang asli’ cenderung lebih mudah beradaptasi dengan dunia baru di lingkungannya, terutama dalam aspek sosial ekonomi,
dan budaya. Tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan tujuan agar dapat menyelami lebih dalam pola adaptasi ‘orang asli’ di tengah transformasi sosial ekonomi. Pola pikir ini bertumpu pada ikatan kolektivitas mereka dalam organisasi sosial akar rumput, yang mana dengan kegiatan tersebut melahirkan peluang-peluang sosial ekonomi yang menjadi pijakan untuk melestarikan komunitas mereka di Kukusan Depok.
Kata kunci: adaptasi, sosial, ekonomi,komunitas, kukusan.
Abstract
This paper discusses the pattern of 'indigenous people' facing socio-economic transformation. Transformation happens so quickly lead to structural changes in the components 'indigenous people'. So as to reduce the impact of such advances, they form a grass-roots organization in the community, as a form of self-defense. Grassroots organization formed in a collective bond, that kinship, spatial, and religious, each gave birth to social capital in the face of development. Where they are strong grassroots ties, 'indigenous people' tend to be more adaptable to the new world in their environment, especially in the socio-economic aspects, and culture. This paper uses a qualitative approach, with the aim to delve deeper into patterns of adaptation 'indigenous people' in the middle socio-economic transformation. This mindset is based on the bond of their collectivity in grassroots organizations, which will give rise to the activities of socio- economic opportunities, the basis for preserving their community in Kukusan Depok.
Keywords: adaptation, social, economic, community, kukusan.
yang hanya terkonsentrasi pada pusat kota Maraknya migrasi masyarakat desa menyebabkan permasalahan migrasi pen- ke kota bukan suatu fenomena sosial yang duduk ke kota menjadi persoalan yang baru di Indonesia. Kondisi seperti ini krusial dan sulit untuk diselesaikan. DKI muncul, dilatarbelakangi oleh adanya Jakarta merupakan salah satu kota yang kesenjangan yang terjadi antara pemba- menjadi tujuan migrasi. Fenomena ngunan di kota dan di desa. Pembangunan pertumbuhan kota ini, seolah-olah menjadi
A. PENDAHULUAN
172 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 171 – 186 ladang mencari secercah rupiah bagi kaum dari Salemba dan Rawamangun ke Depok
migran yang ingin bertarung di kota. telah membawa perubahan yang drastis Munculnya komunitas baru yang menetap pada struktur sosial dan ekonomi orang asli dan tinggal di kota menyebabkan ruang Kukusan. Datangnya komunitas kampus lingkup kota menjadi cenderung padat dan yang terdiri atas mahasiswa, dosen, dan tidak mampu lagi untuk menyediakan karyawan membawa perubahan yang tempat tinggal untuk bermukim.
cukup drastis dalam lingkup sosial, Pembangunan Kota Depok yang ekonomi, maupun budaya masyarakat. semakin meningkat di tengah kehidupan Perpindahan Universitas Indonesia di masyarakat merupakan dampak langsung Depok telah membuka lahan baru bagi dari
Jakarta. pemenuhan kebutuhan komunitas tersebut, Pembangunan ini berlangsung secara terus mulai dari tempat tinggal, hingga fasilitas- menerus, sehingga menyebabkan daerah fasilitas yang mendukung mereka, seperti suburban menjadi pemecah kebuntuan dari hiburan. Tata letaknya yang strategis dan permasalahan kehidupan kota. Tingkat berdekatan langsung di belakang kampus pertumbuhan dan perkembangan ekonomi menjadi pendorong minatnya pendatang yang berkembang begitu pesat di kota pun ingin bermukim atau hanya membeli tanah terasa hingga ke daerah pinggiran, dan di Kukusan. memacu pembangunan di wilayah tersebut.
pembangunan
Kota
Peristiwa ekonomi yang terjaring Seperti wilayah Kukusan yang dahulu melalui kehadiran pemodal besar, dan masih tergolong sepi, kini beralih menjadi profesional melahirkan perubahan nilai pemukiman yang padat. Pergeseran ini dalam kehidupan orang asli, terutama
terjadi karena tanah-tanah milik orang asli 1 dalam perilaku sehari-hari. Dalam aspek berpindah ke tangan pendatang. Peralihan sosial pergeseran kehidupan orang asli
tanah orang asli ini disebabkan oleh terletak pada kehidupan mereka yang berbagai hal, seperti: untuk menyeko- semakin beragam dengan komunitas lain. lahkan anak ke perguruan tinggi, pergi Memahami pola perubahan tersebut, haji, hingga untuk memenuhi kebutuhan kekuatan-kekuatan di kota dan daerah sehari-hari. Kondisi seperti ini tak penyangga yang mengelilinginya mengaki- terelakkan terjadi karena dampak dari batkan timbulnya transformasi sosial di pembangunan kota. Keterkaitan pertum- dalam suatu kampung (Jelinek, 1995: 1- buhan kota yang begitu cepat, berimplikasi 14). Hal ini disebabkan ketergantungan pada pergeseran tradisi di daerah-daerah kota terhadap daerah-daerah penyangga di pinggiran seperti Kukusan.
sekelilingnya.
Selain faktor di atas, transformasi Menurut studi Suryana (2003), sosial ekonomi di Kukusan terjadi karena proses urbanisasi pada wilayah penggiran adanya relokasi Universitas Indonesia pada kota terjadi karena mengalami perubahan pertengahan tahun 1980-an (Surya, 2007: fungsi penyangga terhadap kota utama, 1-4). Perpindahan Universitas Indonesia kondisi ini disebabkan resposisi kota
utama dalam sistem pembagian kerja
wilayah (region division of labour system) Orang asli merupakan penduduk yang tinggal
61-78). Dalam secara turun temurun di Kukusan Depok. Tata
(Suryana,
merefleksikan sistem pembagian kerja letak wilayah yang berada dalam administrasi
wilayah tersebut, Jakarta dijadikan sebagai kota Depok Jawa Barat dan berbatasan
langsung dengan Jakarta, membuat mereka wilayah inti (core) yang berfungsi sebagai
masuk ke dalam dua wilayah kesukuan antara tempat perekonomian, sedangkan Kukusan Sunda dan B etawi. Sehingga penamaan „orang
diposisikan sebagai daerah penyangga asli‟ dalam penelitian ini dipakai secara netral,
(peripheralization) Jakarta dalam bidang sebab ada sebagian yang menyebut orang
pemukiman, pendidikan, dan resapan air. Sunda namun ada pula yang mengatakan orang Betawi.
Pola Praktik Kehidupan Orang Asli Kukusan..... (Arie Januar) 173 Berbicara Kukusan tak lepas dari peralihan-peralihan dalam hal berperilaku,
konteks sosial historis masa lalu. pola pikir hingga budaya masyarakat. Sekelumit sejarah tersebut terangkai dalam Melihat paparan di atas, ada beberapa hal sebuah narasi yang menjadi ciri khas yang dijadikan sebagai fokus tulisan ini, pelabelan
suatu kampung. Dahulu yaitu: Pertama, proses transformasi sosial Kukusan penduduknya masih bersifat ekonomi komunitas orang asli di Kukusan; sederhana, namun secara bertahap menjadi dan Kedua, pola perilaku orang asli dalam rasional dalam berpikir. Kondisi seperti ini menyikapi perubahan sosial ekonomi. muncul setelah kehadiran organisasi sosial kemasyarakatan
seperti keagamaan,
C. HASIL DAN BAHASAN spasial dan kekerabatan. Organisasi keaga- 1. Konteks Sosial Historis Kukusan
maan Muhammadiyah misalnya, kemun-
Kukusan mempunyai culan Muhammadiyah di wilayah Kukusan deskripsi yang cukup panjang di setiap mempunyai peranan yang sangat penting fasenya. Untuk menjelaskan secara singkat dalam pencerahan spiritual orang asli, dan terperinci perkembangan Kukusan, sebab pola pikir masyarakat yang dahulu sejenak kita melihat kembali pertumbuhan percaya akan hal-hal gaib, kini sudah Kukusan pada masa lalu. Mengerucut pada mengalami perubahan menjadi lebih sejarah kampung, dahulu Kukusan meru-
Sejarah
agamis. Selain organisasi keagamaan, 2 pakan salah satu wilayah kemandoran . ikatan sosial orang asli juga terbentuk Kemandoran sangat melekat dengan
dalam ikatan kekerabatan dan spasial sejarah kampung, karena pada saat itu, (tempat tinggal). Organisasi sosial yang wilayah Kukusan berada pada penguasaan yang terbentuk dalam sebuah kegiatan tuan tanah Tionghoa yang tinggal di „arisan‟ ini, secara langsung maupun tidak Pondok Cina (sekarang menjadi Margo telah mengubah pola perilaku orang asli City). Menurut penuturan masyarakat menjadi lebih terbuka dengan dunia luar. sekitar, dahulu Kukusan merupakan salah Hal ini karena dengan kegiatan sosial satu wilayah kemandoran yang dikuasai tersebut, orang asli saling bertukar tuan tanah yang berasal dari Cina, tuan pengetahuan baik sosial, ekonomi dan tanah ini turun temurun, sampai orang asli budaya.
menyebut dengan nama tuan tanah Baer. Jadi apabila lingkungan fisik mereka Wilayah kemandoran saat itu meliputi lima mengalami transformasi sosial ekonomi, tempat, yakni: Pondok Cina (yang meliputi orang asli dapat dengan mudah beradaptasi Srengseng dan Bojong), Kemiri Muka, dengan lingkungannya. Berpijak dengan Kukusan, Beji, dan Tanah Baru. pandangan Murdock, perubahan perilaku
Dari pandangan di atas terlihat sosial budaya orang asli, murni pada bahwa pada masa itu orang asli Kukusan beberapa perubahan penting di dalam hanyalah sebagai penduduk menetap yang kondisi suatu masyarakat. Jika situasi harus membayar sewa setiap tahun. Selain masyarakat berubah, pola-pola perilaku membayar sewa orang asli juga dibebani terdahulu mungkin terabaikan dan perilaku berbagai jenis pajak, seperti pajak tanaman baru terbentuk, sehingga membentuk dan pajak sejenis lainnya. Pada masa itu, collective habits di dalam masyarakat orang asli diorganisir oleh seorang mandor. (Nurhayati, 2002: 75-91).
Mandor ini bertugas sebagai pengawas Fenomena perubahan yang didorong sekaligus pengatur ritme penduduk guna oleh aspek infrastruktur kota mengakibat-
kan daerah pinggiran atau penyangga 2 Kemandoran merupakan sebuah sistem menjadi tempat tujuan utama pendatang pemerintahan lokal pada masa sistem tanah bermukim di Kukusan. Pola transformasi partikulir Pondok Cina yang dipimpin oleh sosial ekonomi yang tersusun melalui seorang mandor sebagai pengatur ritme suplier tahapan-tahapan kehidupan melahirkan pajak penduduk kepada tuan tanah agar tidak
terputus (Suryana, 2006: 14-21).
174 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 171 – 186 memenuhi
tanah. tahun 1990-an tanah yang telah dimiliki Keberadaan penduduk yang menetap di orang asli sah secara hukum Republik tanah sewa merupakan salah satu aset Indonesia. produksi tuan tanah yang harus membe-
kebutuhan
tuan
Setelah masa peralihan itu, orang rikan keuntungan. Oleh karena itu untuk asli mempunyai wewenang khusus untuk mengurus pelaksanaan tersebut, tanah mengurus dan mengelola perkebunan atau partikulir mengorganisasi satuan sosial tanah secara mandiri. Kukusan pun yang tertentu. Satuan sosial ini adalah sistem tadinya status tuan tanah Tionghoa, pemerintahan
disebut berangsur-angsur beralih menjadi tanah „kemandoran‟ dengan mandor sebagai milik penduduk yang dimanfaatkan untuk kepala kampung (Suryana, 2006: 14-21). memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pada Mandor sendiri dipilih bukan berdasarkan masa itu, mata pencaharian orang asli garis keturunan, melainkan melalui Kukusan lebih bergerak pada sektor persaingan antara jawara-jawara kampung. pertanian. Sektor ini bergerak pada Dari gambaran situasi tersebut, perkam- pertanian buah-buahan, seperti kukusan, pungan seperti Kukusan dan orang asli dukuh, rambutan, pepaya, kedondong, yang menetap, hanya sebatas penyedia nangka, sirsak, pisang, salak, durian, serta, tenaga kerja bagi pemenuhan komoditas sawo. dan kepentingan ekonomi politik tuan
lokal
yang
Kondisi Kukusan pada saat itu, tanah. Hal ini terlihat pada pekerjaan masih sangat sederhana dan tak jarang penduduk yang sebatas itu-itu saja atau penduduk luar Kukusan sering menyebut monoton pada satu bidang, yakni di bidang Kukusan dengan sebutan „kampung‟. Hal pertanian atau perkebunan.
ini karena, pada saat itu Kukusan masih Setelah kemerdekaan RI tahun 1945, berupa sawah dan kebun-kebun yang luas. wilayah kemandoran sudah semakin Suasana yang sunyi pedesaan pun menjadi meredup di tanah Kukusan, karena posisi ciri khas Kampung Kukusan saat itu. Pada sosial orang asli sudah semakin kuat. Pada masa lalu, sebelum penggusuran wilayah sekitar tahun 1948, pemerintah mulai Kukusan meliputi 3 wilayah, yakni membentuk sistem pemerintahan desa Bambon, Kukusan, dan Serdang. Sejarah menggantikan kemandoran. Pembentukan penamaan wilayah ini pun cukup unik. pemerintahan desa memberikan manfaat Penamaan Bambon sendiri karena wilayah bagi orang asli terutama pada posisi sosial itu banyak pohon bambu; penamaan ekonomi. Dalam segi sosial, orang asli Kukusan karena di sana dulu banyak terlepas dari beban-beban aturan tuan terdapat pohon Kukusan; sedangkan tanah, yang mana dengan perubahan sistem Serdang dinamakan seperti itu karena di pemerintahan menjadi desa mereka dapat sana terdapat entuk atau mata air yang
memimpin wilayahnya sendiri. Begitu pula 3 gelembungnya mirip dengan seredang dengan aspek ekonomi, orang asli dapat atau disingkat oleh orang asli serdang.
merasakan surplus dari olahan pertanian Dalam sejarah kependudukan, orang mereka.
asli Kukusan mengalami dilema pada Pada tahun 1960-an terjadilah identitas kesukuannya. Hal itu karena, peralihan kepemilikan tanah, dari kepemi- lokasi tempat tinggal mereka berada di likan tuan tanah Tionghoa ke orang asli, perbatasan antara Jawa Barat dan Jakarta, sesuai dengan tanah yang dikelola oleh sehingga mengakibatkan perbedaan pan- penduduk. Peralihan tanah ini dilakukan dangan mengenai etnis kesukuan mereka, dengan cara mengajukan permohonan ke apakah masuk etnis Betawi atau Sunda. tuan tanah sesuai tanah yang disewa atau Melihat beberapa pandangan, dilema orang digarap. Kemudian dari pihak tuan tanah membuatkan surat sebagai bukti kepemi-
likan sah atas tanah yang disewa. Pada Seredang merupakan istilah lokal masyarakat setempat untuk menyebut air yang mendidih.
Pola Praktik Kehidupan Orang Asli Kukusan..... (Arie Januar) 175 asli akan identitas kesukuannya memang 4 Sastra (FS), Fakultas Ilmu Sosial Politik
merupakan proses alami, karena sejak (FISIP), Fakultas Psikologi (FPSI), dahulu wilayah Kukusan berada di luar Fakultas Hukum (FH), Fakultas Kesehatan pemerintahan Batavia, dan berada pada Masyarakat
(FKM), dan Fakultas wilayah Keresidenan Buitenzorg (sekarang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam menjadi Bogor). Oleh karena itu, untuk (FMIPA) mulai diresmikan oleh peme- mengkategorikan mereka sangat sensitif, rintah. Berdirinya kampus ini diiringi pula karena ada sebagian yang merasa dirinya dengan pembangunan rumah pondokan bukan orang Betawi melainkan orang terbatas atau yang biasa disebut RPT pada Sunda. Namun ada pula sebagian yang tahun 1988. Pembangunan RPT (rumah menyatakan orang Betawi pinggiran, sebab pondokan terbatas) yang dibangun peme- kerangka kebudayaannya yang sama rintah melalui Yayasan Supersemar, dengan kebudayaan Betawi. Kesamaan ini nantinya akan dipergunakan sebagai diadopsi dari cara bicara penduduk yang tempat penampungan mahasiswa. Jumlah berlogat (gaya) Betawi serta kebudayaan unit yang dibangun mencapai 100 unit, dan dan makanan khasnya. Namun demikian kemudian ditambah kembali menjadi 200 mereka lebih sering menyebut diri sebagai unit secara keseluruhan. Setelah berjalan orang Depok dibanding Betawi. Hal ini kurang lebih 3 bulan, proyek ini tidak disebabkan kesamaan struktur latar berjalan secara maksimal. keberadaan wilayah mereka yang berada
Perkembangan Kukusan saat itu pada Pemerintahan Kota Depok.
sudah semakin berkembang, terutama Pada
dinamika setelah dibangunnya infrastruktur berupa penduduk bertahap mengalami perubahan, jalan raya. Akses masuk ke Kukusan juga karena pemerintah saat itu merencanakan semakin mudah, terutama setelah berope- penggusuran di kawasan Depok untuk rasinya angkutan umum kota (angkot) membangun kampus Universitas Indonesia
tahun
D.04. Angkot ini beroperasi sekitar tahun (Nursetyo, 1987: 26). Pembangunan 1980-an, awal beroperasi angkutan ini kampus ini menelan tiga wilayah yakni, melayani rute Depok-Kukusan, angkutan Kampung Kukusan, Pondok Cina, dan ini pun sering disebu
5 t ‟mobil doyok‟ sebagian wilayah Jakarta dan perkebunan dengan warna kuning. Setelah terminal
karet milik Pemda. Pada saat itu, rencana Depok diresmikan tahun 1993, angkutan penggusuran ini mengalami perdebatan yang dikenal ’mobil doyok‟ mengalami yang cukup panjang antara orang asli perubahan menjadi KAB (Koperasi dengan pemerintah, namun debat ini Angkutan Bogor), perubahan ini pula yang berakhir dengan kata sepakat, di mana mengubah warna kuning menjadi biru. pemerintah harus memberikan tempat Mobilitas orang asli pun semakin mudah, untuk merelokasi rumah mereka yang baru. yang tadinya dilakukan dengan berjalan Akhir dari perdebatan, pemerintah bersedia kaki dan bersepeda berangsur-angsur menyediakan
kavling-kavling untuk hilang karena banyak moda transportasi mereka yang terkena pembebasan lahan, yang muncul. Selain infrastruktur, media yaitu dengan merelakan sebagian perke- komunikasi dan elektronik juga semakin bunan karet (sekarang Beji Timur) untuk tumbuh di Kukusan, sehingga arus tempat tinggal.
Pada tahun 1980-an kampus Universitas Indonesia (UI), yang terdiri 4
Sekarang berubah nama menjadi Fakultas atas 8 fakultas yakni; Fakultas Teknik Ilmu Budaya (FIB).
(FT), Fakultas Skonomi (FE), Fakultas 5 „Mobil doyok‟ merupakan istilah orang asli untuk menyebut angkutan umum tersebut, asal
usul penamaan mobil ini karena angkutan ini mirip dengan mobil doyok yang ada di surat kabar Pos Kota (Bachtiar, 2006: 18-19).
176 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 171 – 186
informasi dari luar mudah diterima dengan 2. Organisasi Sosial Akar Rumput
cepat.
Orang Asli Kukusan Pertumbuhan Kukusan yang cepat a. Ikatan Kekerabatan dan
membuat wilayah ini semakin beragam,
Kewirausahaan
terutama saat berkembangnya perumahan-
kronologis perjalanan perumahan milik pendatang. Perkem- Kampung Kukusan, ikatan kekerabatan bangan pemukiman-pemukiman baru yang merupakan sesuatu yang tak dapat berkembang di Kukusan, disebabkan oleh terpisahkan dalam dinamika sosial orang beberapa hal: Pertama, pengaruh fungsi asli. Secara umum ikatan kekerabatan ini penyangga, yang mana Kukusan dijadikan mereka lakukan berdasarkan persamaan penyangga Jakarta dalam bidang pemu- darah dan perkawinan. Menelusuri orang kiman, resapan air dan lain-lain. Kedua, asli Kukusan hubungan kekerabatan dampak berganda keberadaan kampus UI, antarorang asli dapat dilihat dalam habitat dan terakhir rencana pembangunan tol sosial mereka. Seperti pola interaksi, Jagorawi-Cinere. Dari dua indikator tatkala bertemu di jalan, mereka selalu tersebut, pertumbuhan dan perkembangan menegur sapa satu sama lain antarorang wilayah Kukusan mengalami peningkatan asli. Dengan kondisi tersebut terlihat yang signifikan. Hal itu karena kedua bahwa hubungan kekeluargaan orang asli faktor
Dalam
langsung sangat erat, baik antarkerabat maupun menimbulkan kemudahan-kemudahan, se- dengan tetangga. perti akses pendidikan, jalan, dan dekat
di atas,
secara
seperti ini memang dengan kota. Peningkatan persentase bukanlah sesuatu yang baru di Kukusan, penduduk yang menetap di daerah tersebut karena kebiasaan ini telah terlahir sejak pun terus bertambah dan memengaruhi dahulu. Jadi tak heran jika suasana tersebut proposisi daerah, seperti pertumbuhan masih
Kondisi
hingga sekarang. penduduk dan luas wilayah yang semakin Menelusuri terjadinya ikatan kekerabatan padat.
bertahan
di Kukusan, dahulu orang asli merupakan Pembangunan kampus UI secara sebuah keluarga yang terlahir dalam satu langsung berdampak positif bagi penduduk rumpun sama, yakni satu kakek dan satu setempat, karena keberadaan UI dapat nenek yang kemudian beranak-pinak menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi secara turun temurun. Asal usul populasi orang asli Kukusan. Dari mata pencaharian mereka
Kukusan tidak dapat penduduk yang dulu bertani dan berkebun digambarkan secara detail dalam sejarah beralih menjadi beragam pekerjaan baru. pendiri kampung. Hal ini karena Perkembangan Kukusan yang semakin keberadaan mereka telah ada sejak zaman maju, secara tak langsung memang kolonial. Berawal dari sebuah keluarga memacu pertumbuhan ekonomi orang asli kecil berangsur menjadi suatu kelompok untuk meningkatkan kesejahteraan. Ini besar dan berkembang menjadi masya- terlihat dari upaya penduduk mencari rakat. Perkembangan penduduk ini dila- peluang bisnis yang ada, seperti membuat kukan melalui berbagai cara, salah satunya koskosan, rumah makan, warung dan adalah pernikahan. Pernikahan menjadi bidang jasa ojek.
di
Selain sebagai salah satu cara perkembangan penduduk penghasilan pokok atau sampingan, karena pada saat itu lingkup orang asli pekerjaan ini mampu memberikan penda- Kukusan masih tergolong sempit, sehingga patan yang cukup lumayan, bahkan dapat masalah jodoh mencarinya tak jauh dari menyekolahkan anak hingga perguruan wilayah Kukusan yang masih kerabat tinggi.
dekat.
pada penelitian Koentjaraningrat (1978), gejala perkawin- an yang terjadi di masyarakat desa telah
Bercermin
Pola Praktik Kehidupan Orang Asli Kukusan..... (Arie Januar) 177 diatur sedemikian rupa oleh orang tua
ketika mereka masih belia. Jadi untuk membandingkan apa yang terjadi dahulu di Kukusan serta di Ciracas dan Cilangkap dapat dilihat dari bagaimana orang asli membangun komunitasnya, yang dilaku- kan melalui proses perkawinan. Dengan demikian, proses perkawinan telah mem- bentuk komunitas yang sekarang disebut „orang asli‟. Berbeda dengan saat ini, pernikahan orang asli sudah mengalami perubahan yang sangat mencolok, karena telah bercampur dengan luar Kukusan. Menganalogikan proses perkembangan ikatan kekerabatan yang terjadi di Kukusan ini, penulis mencoba membuat gambaran sederhana jaringan kekerabatan orang asli Kukusan.
Dari ilustrasi
pola
jaringan
kekerabatan orang asli, antarpenduduk mempunyai ikatan persaudaraan yang sangat erat satu dengan yang lainnya. Posisi ini dapat dilihat melalui berbagai sisi, yang mana setiap sisi saling menghubungkan antara satu keluarga dengan keluarga lain yang dipersilangkan melalui persamaan darah dan pernikahan, sehingga membentuk satu kelompok masyarakat besar. Jadi tak heran jika dalam satu kelurahan atau kampung, apabila dirunutkan dengan pola ini, hampir semua penduduk masih mempunyai ikatan kekerabatan atau persaudaraan. Untuk itu, demi menjaga hubungan tali silaturahmi antarkerabat, orang asli Kukusan mempu- nyai cara tersendiri dalam menjaga hubungan tersebut, salah satunya adalah dengan membuat arisan keluarga .6
Arisan merupakan wadah atau forum mempererat tali silaturahmi
6 Informasi ini didapatkan melalui hasil
wawancara dengan dengan warga setempat. Dari hasil wawancara tersebut, ia menggatakan bahwa arisan keluarga telah dilakukan sejak masa lalu, di mana pesertanya diikuti oleh penduduk asli dalam satu kampung. Sehingga arisan bukanlah merupakan barang baru lagi di Kukusan, karena pada saat ini telah menjadi ritual atau kebiasaan penduduk setempat untuk mempererat tali silaturahmi.
keluarga. Hal ini karena rumah mereka terpisah akibat pembangunan kampus, sehingga untuk mengikat keluarga agar tidak punah mereka membentuk perkum- pulan tersebut. Jadi untuk menelaah kegiatan sosial ini, arisan merupakan salah satu modal sosial orang asli untuk mempertahankan komunitasnya. Hal ini karena dalam kegiatan arisan, tidak hanya bergerak pada ranah sosial, melainkan juga ke ranah ekonomi. Dengan demikian, arisan bukan saja sebagai kegiatan sosial semata, tetapi juga melahirkan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial. Situasi ini terlihat dari bagaimana orang asli mengumpulkan uang sebagai bentuk menabung setiap bulannya.
Dari uraian di atas, jaringan sosial melalui sistem kekerabatan
secara langsung telah membentuk modal sosial bagi orang asli. Berpijak pada pemikiran Fukuyama, modal sosial ini terkait dengan nilai-nilai dan kepercayaan yang terdapat dalam kebudayaan (Lawang, 2004: 217). Dengan adanya modal tersebut, diharap- kan dapat mendorong orang asli mena- namkan budaya ekonomi dalam kehidupan mereka. Bercermin pada penelitian Rakhmania (2005), ikatan kekerabatan yang begitu erat dapat membentuk kemahiran dalam berwirausaha. Rasa solidaritas ini terkandung dalam etos kerja (berdagang) yang diterapkan oleh mereka secara turun temurun.
Jadi jika melihat kewirausahaan yang dilakukan masyarakat keturunan Cina dengan orang asli yang berada di Kukusan, kewirausahaan yang mereka bentuk tak lepas dari peran keluarga atau kerabatnya melalui proses pewarisan kemahiran. Selain adanya pewarisan kemahiran, dengan ikatan kekerabatan juga melahirkan peminjaman modal di kalangan keluarga, sehingga dengan adanya social capital in the family memperlihatkan adanya keterkaitan antara modal sosial dalam ikatan kekerabatan dengan sistem ekonomi (Rakhmania, 2005). Dengan demikian ikatan kekera- batan yang dibentuk dapat melahirkan
178 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 171 – 186 kemahiran berwirausaha kepada anak, kan sebuah wadah atau forum komunikasi
cucu, dan lain-lain sebagai upaya penduduk yang berfungsi sebagai alat memenuhi kebutuhan keluarga.
informasi masyarakat atau pemerintah (kelurahan) dalam hal kebijakan atau
b. Ikatan Spasial dan Jaringan Sosial program pemerintah yang sedang dijalan- Ekonomi kan (Vidhyandika, 2007: 211-225). Semakin beragamnya kehidupan di Biasanya dalam paguyuban tersebut Kukusan, dengan perkembangan penduduk dibahas berbagai macam isu yang ada, yang semakin meningkat menyebabkan seperti isu lingkungan dan isu kemasya- pola interaksi orang asli semakin luas. Hal rakatan. itu karena hubungan orang asli Kukusan
Paguyuban atau yang lebih dikenal juga berkaitan erat dengan ikatan spasial dengan kegiatan „arisan‟ atau „hadiran‟ ini atau tempat tinggal. Hubungan spasial atau telah ada sejak dahulu, biasanya kegiatan tempat tinggal sangat erat karena lokasi ini dilakukan di setiap wilayah, baik itu tempat tinggal orang asli dan pendatang tingkat rukun tetangga (RT), rukun warga terintegrasi pada satu lokasi yang sama. (RW), hingga se-Kelurahan Kukusan. Pada Biasanya dalam lokasi tersebut, corak dan tingkat RT bisanya dilakukan setiap kebiasaan masyarakatnya mempunyai seminggu sekali, RW setiap sebulan sekali, simbol atau ciri yang dijadikan milik dan kelurahan setahun sekali atau bersama.
tergantung dengan kepentingan kelurahan. Seperti halnya ikatan kekerabatan, Dari kondisi tersebut, dapat disimpulkan ikatan spasial atau tempat tinggal terbentuk bahwa ketahanan sosial penduduk dapat karena adanya persamaan budaya yang ditelaah dari pola interaksi sosial yang diproduksi melalui simbol-simbol dan dikembangkan. Dengan demikian praktik praktik-praktik budaya yang saling dibagi tersebut dapat menggambarkan kualitas bersama. Dalam konteks spasial atau interaksi antarpenduduk setempat (orang tempat tinggal, orang asli Kukusan berbagi asli dan pendatang) terutama untuk survive praktik budaya tak hanya pada kapasitas (Widodo dkk., 2002: 78-80). Kegiatan lain orang asli saja, melainkan pada komposisi
yang masih menjadi ciri hingga kini adalah penduduk pendatang secara menyeluruh. gotong royong. Gotong royong merupakan Penyatuan budaya ini terjadi secara tak indikator penting dalam sebuah transfor- disengaja melalui kehidupan sehari-hari. masi, karena kegiatan ini mengandung Pola interaksi yang sering dilakukan nilai tentang sebuah akumulasi modal dan merupakan cikal bakal pengintegrasian tenaga yang dijadikan kekuatan dalam budaya, antara budaya penduduk setempat setiap perubahan yang dilakukan bersama dengan budaya pendatang.
(Abdullah, 2002: 260-269). Contoh kecil untuk menggam-
Pekerjaan sosial dari organisasi barkan ikatan spasial, dapat dilihat dari sosial seperti kegiatan arisan merupakan pola hubungan antarorang asli dengan modal sosial orang asli dalam membangun orang asli maupun dengan pendatang kemampuan. Salah satunya adalah tercip- dalam satu wilayah melalui beberapa tanya suatu kerja sama dalam bidang dunia kegiatan kemasyarakatan. Deskripsi ini usaha, di mana terjalinnya relasi antar diperlihatkan karena dalam lingkungan orang asli dan pendatang membentuk tempat tinggal di Kukusan sangat identik mutual simbiosis dalam tubuh mereka.
„paguyuban‟ 7 . Paguyuban sendiri merupa- Maksudnya dengan adanya relasi antar mereka terdapat suatu pembelajaran,
Paguyuban adalah suatu kelompok sosial terutama tentang berwirausaha, seperti yang anggotanya memiliki ikatan batin yang
bersifat alami. Pola ini ditandai dengan adanya hubungan yang bersifat pribadi, sehingga
anggotanya (Lihat Narwoko., et al, 2006: 32- menimbulkan ikatan batin yang mendalam bagi
Pola Praktik Kehidupan Orang Asli Kukusan..... (Arie Januar) 179 adanya pembagian pengalaman, berupa generasi tua maupun generasi muda, KH
bahkan M. Usman pun berhasil mengubah wajah pembentukan sketsa pola kewirausahaan di Kampung Kukusan yang semula merupa- kalangan orang asli. Untuk itu dengan kan lahan yang subur bagi perbuatan adanya kegiatan semacam ini diharapkan maksiat, perjudian, dan perbuatan- mampu memberikan nilai-nilai yang perbuatan bid‟ah, khurafat, dan takhayul, strategis dalam pembangunan. Kolektivitas diubah menjadi kampung santri yang penduduk pun terasah bukan lagi didasari disegani oleh kampung-kampung sekitar. oleh kontak-kontak langsung secara fisik
ajakan kerja sama
atau
Upacara walimah perkawinan yang sebagaimana yang membuat mereka terikat biasanya diwarnai dengan perjudian dan dengan komunitas di lingkungan sekitar tontonan-tontonan, diganti dengan acara (neighbourhood),
juga pengajian-pengajian dan ceramah-ceramah merambah pada makna simbol-simbol keagamaan. Bercermin pada penelitian khusus yang dibagi bersama (Jameson, Suryana
melainkan
43), visi sosial 1991: 364).
Muhammadiyah terikat pada kewajiban belajar dalam Islam. Kontekstualisasi ini
c. Ikatan Keagamaan sebagai Fondasi dibentuk, karena untuk mencapai kesuk-
Pembangunan Mental Spiritual
sesan, pendidikan mempunyai peranan penting dalam upaya optimistis orang asli
Menelaah kebudayaan orang asli melihat masa depan. Dengan lahirnya visi Kukusan, tak lepas dari pengaruh ajaran Muhammadiyah di Kukusan menyebabkan Islam. Begitu kuatnya ajaran Islam pada kesadaran kolektif orang asli pada kehidupan orang asli seakan menjadi ruh pentingnya pendidikan. Bertumpu pada dalam berbagai kegiatan yang dilakukan. kesadaran kolektif tersebut, bergeserlah Keterkaitan ajaran Islam sangat kuat di sistem pendidikan Muhammadiyah yang Kukusan, sebab ke-islaman orang asli telah tadinya bersifat informal berupa pengajian terlahir sejak dalam kandungan hingga dan dakwah, merangkak memunculkan akhir kematian. Berkembangnya ajaran pendidikan formal yang meluas pada Islam dalam lingkup Kukusan diperankan berdirinya Taman Kanak-kanak, Madrasah oleh dua organisasi keagamaan, yakni
Muhammadiyah hingga Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama
Ibtidaiyah
Tsanawiyah. Kontribusi (NU). Muhammadiyah semakin terlihat di Keberadaan kedua aliran tersebut Kukusan setelah dibentuknya tempat mempunyai kontribusi yang cukup besar musyawarah daerah cabang Bogor pada dalam perkembangan orang asli dalam tahun 1986. Tempat musyawarah ini menyikapi perubahan yang terjadi di berfungsi sebagai tempat berkumpul Kukusan.
masyarakat dalam memahami ajaran memiliki peran cukup besar bagi orang agama, yang dikemas dalam berbagai asli, karena banyak mengajarkan aspek kegiatan, seperti Majlis Ta‟lim, TPA, dan
agama yang dikaitkan pada kehidupan
lain-lain.
sehari-hari. Tokoh
sentral
yang
Jika ditelusuri melalui perkembang- mempelopori Muhammadiyah berkembang an pemikiran Muhammadiyah. Secara di Kukusan adalah KH. M. Usman. Ia historis pemikiran Muhammadiyah ini merupakan seorang ulama sekaligus orang merupakan restrukturisasi yang mengkon- asli yang banyak memberikan pencerahan- septualisasi berbagai pemikiran yang ada pencerahan kepada orang asli, terutama khususnya pandangan KH. Ahmad Dahlan yang berkaitan dengan ajaran-ajaran Islam, terhadap Al- Qur‟an, manusia dan Islam sehingga orang asli mempunyai arah untuk (Mulkhan, 1990: 57-59). Dalam konsepsi mempelajari kehidupan dunia dan akhirat. KH. Ahmad Dahlan ini logika ditempatkan Dengan perjuangan yang tak kenal lelah
kebutuhan manusia untuk bersama dengan kawan-kawan, baik
sebagai
180 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 171 – 186 memahami ajaran Islam. Pemikiran ini skilled individual atau orang yang
merupakan usaha menyelesaikan berbagai memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah kehidupan sosial yang sedang risiko dan tantangan perubahan sosial. Jadi berkembang berdasarkan pemahaman dengan pendidikan yang didapat, orang asli Muhammadiyah tentang Islam (Mulkhan, akan mampu menginovasi peluang yang 1990: 59-62). Dengan usaha tersebut, terjadi di Kukusan. Muhammadiyah menyusun metode peng-
Dari jumlah keseluruhan orang asli ajaran mengenai pemahaman ajaran Islam Kukusan
semua beraliran dalam realitas kehidupan sosial dengan Muhammadiyah, karena ada sebagian menempatkan prinsip akal sebagai alat penduduk yang beraliran Nahdatul Ulama. pengembangan.
tak
Jadi perkembangan Bila dibandingkan dengan Muhammadiyah Muhammadiyah lahir dari proses interaksi peran dan kontribusi NU di Kukusan tidak pemahaman Islam dengan realita sosial, terlalu menonjol. Namun demikian ajaran yang mana perubahan kehidupan sosial Islam yang dibawa sama dengan yang
dapat mendorong perubahan pemikiran. diajarkan Muhammadiyah. Walau terdapat Pada fase ini kategorisasi dikotomis, perbedaan ini hanya sebatas cara
tradisionalis, dan modernis ditransfor- beribadahnya, tetapi ajarannya sama, yakni masikan melintasi batasan kelas, aliran, sama-sama menyiarkan ilmu agama Islam. lintas budaya, dan tradisi (Mulkhan, 2005:
Melihat uraian penjelasan di muka, 32-37).
kontribusi dua aliran keagamaan dalam Salah satu metode yang dilakukan konteks kemajuan sosial yang terjadi di Muhammadiyah di Kukusan dalam Kukusan dapat direfleksikan sebagai mengembangkan umat adalah dengan kapasitas modal mental spiritual (modal membentuk pendidikan bernuansakan budaya). Maksudnya dengan adanya agama yang dikemas secara umum. Dari kepercayaan diri dan sifat swadaya dapat pendidikan inilah diharapkan dapat memudahkan mereka (orang asli) bertahan membentuk manusia yang cerdas dan (survive) dan surplus dalam memaknai berakhlak, sehingga mempunyai jiwa yang pembangunan yang terjadi di Kukusan. kuat dalam menjalani kehidupan di dunia. Jadi, dengan kesadaran kolektif tersebut, Keberadaan Muhammadiyah memang mereka terdorong untuk melakukan secara langsung maupun tidak telah pembangunan secara mandiri. Bercermin mengubah paradigma orang asli, yang pada pemikiran Weber, gejala seperti ini tadinya tak peduli dengan pendidikan kini dalam sebuah proses sosial dapat dijadikan banyak orang asli peduli dengan pembentuk lahirnya rasionalisasi kehi- pendidikannya. Implikasi inilah yang dupan yang memberikan basic pada akhirnya membuat penduduk mudah perkembangan ekonomi (Abdullah, 1978: beradaptasi dengan pihak luar dan mampu 79-93). Di mana agama mempunyai fungsi menerima transformasi sosial ekonomi sebagai motivator dalam sebuah trans- dengan terbuka.
formasi konseptual pandangan hidup, yang Pendidikan merupakan investasi mendorong pada perubahan orientasi nilai. sosial orang asli yang dapat mendorong Hal ini seperti ketika orang asli terjerumus efisiensi ekonomi. Dalam kaitannya dalam keagamaan semu (nilai-nilai magic) dengan pembangunan kehidupan orang tanpa dasar, dengan hadirnya organisasi asli, pendidikan tidak semata diarahkan sosial keagamaan pola praktik mereka pada penambahan kuantitas dan kualitas bergeser ke masyarakat yang berorientasi fasilitas pendidikan, tapi lebih difokuskan pada rasionalitas (akal). Oleh karena itu, pada penciptaan
kemampuan yang mereka cenderung mudah untuk menerima memungkinkan orang asli berkembang di perubahan sosial ekonomi yang terjadi di masa yang akan datang. Orientasi Kukusan. pendidikan di sini bukanlah gelar, tapi life
Pola Praktik Kehidupan Orang Asli Kukusan..... (Arie Januar) 181
3. Pola Adaptasi Sosial Ekonomi Orang Bergesernya posisi orang asli dalam
konteks tersebut merupakan konsekuensi Semakin berkembangnya wilayah lanjutan dari penghapusan sistem tanah Kukusan, yang ditandai dengan semakin partikulir yang digantikan dengan sistem meningkatnya pertumbuhan fisik yang pemerintahan desa tahun 1948, yang mana terjadi, memunculkan berbagai macam posisi sosial dikuasai oleh orang asli. fenomena atau peristiwa baru di Dalam ranah penguasaan misalnya, kepala masyarakat. Salah satu peristiwa yang saat pemerintahan yang dahulu dipimpin tuan ini sedang marak di Kukusan adalah tanah kini beralih ke tangan orang asli. semakin bertambahnya pendatang yang Begitu pun perekonomian, orang asli dapat tinggal. Hal ini tampak ketika lahan atau merasakan surplus olahan tani mereka perkebunan banyak yang telah dibangun secara menyeluruh sebagai pemenuhan untuk pemukiman, entah untuk rumah kebutuhan keluarga. Oleh karena itu, pribadi, kontrakan, maupun kos. Kondisi dengan
Asli Kukusan
yang ada dapat ini terus meningkat hingga kini, sehingga berkontribusi bagi kemajuan orang asli tak terbayang berapa luas tanah yang telah dalam memanfaatkan peluang-peluang beralih menjadi pemukiman. Seiring yang ada seperti ekonomi. dengan pertumbuhan tersebut, komposisi
kondisi
Munculnya pedagang kecil seperti jumlah penduduk pendatang pun semakin warung merupakan inovasi terbaru bertambah, begitu pula dengan aspek perekonomian lokal yang dilakukan orang ekonomi lokal yang secara langsung asli Kukusan, yang mana dahulu mereka berpengaruh pada berubahnya struktur berdagang hasil pertanian langsung ke sosial orang asli.
Pasar Minggu dan Pondok Cina, kini Bila ditelusuri melalui konteks mereka bergeser
menjual berbagai sosial historis Kukusan, peristiwa seperti kebutuhan di rumah (istilah ini dikenal ini merupakan babak baru dalam sirkulasi dengan sebutan
warung). Berbagai sosial ekonomi kehidupan orang asli kebutuhan pokok hingga peralatan rumah Kukusan, sebab pada masa lalu kehidupan tangga dijajakan di warung, sehingga penduduk terikat oleh penguasaan tuan orang asli tak perlu lagi menempuh jarak tanah. Berbeda dengan saat ini, peluang pasar yang jauh. Hal ini karena, semua ekonomi orang asli lebih beragam karena kebutuhan penduduk telah tersedia. semua tersedia, asalkan mempunyai Dinamika perkembangan warung di
8 modal 9 dan jiwa kewirausahaan . Kukusan merupakan konsekuensi logis dampak ekonomi lanjutan (multiplier 8 Modal dalam konteks ini adalah modal
effect ) dari kehadiran UI di wilayah simbolik, modal sosial, dan modal budaya.
Kukusan (Januar, 2007: 76-85). Dengan Modal simbolik adalah penduduk meman- demikian,
setelah dioperasikannya faatkan sumberdaya yang ada menjadi sebuah
kampus, secara otomatis telah memberikan penghidupan; modal sosial adalah hubungan- dampak berganda bagi orang asli terutama hubungan yang merupakan sumber daya yang
dalam memenuhi kebutuhan komunitas berguna
dalam penentuan
reproduksi
yang didatangkan.
kedudukan sosial seperti ikatan kekerabatan,
kondisi tersebut, tak spasial dan keagamaan. Sedangkan modal
Dari
terbayangkan betapa suburnya usaha ini di budaya ialah cara bicara, cara pembawaan,
Kukusan, sehingga memengaruhi sebagian sopan santun, cara bergaul dll. Ketiga modal ini
yang merupakan pola bagaimana penduduk penduduk untuk berprofesi sebagai
bisa bertahan dan
pedagang kecil, jika melihat perkembang- meningkatkan surplus ekonomi keluarga
bahkan
mampu
an perdagangan kecil seperti warung. (Haryatmoko, 2003: 4-23).
9 Kewirausahaan di sini adalah bagaimana
penduduk melihat perubahan di Kukusan 2008: 10-20), Lihat juga (Dewi Magdalena, sebagai peluang mendirikan usaha (Apriati,
2009: 1-7).
182 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 171 – 186 Berdasarkan hasil penelitian, sebenarnya informasi terkini mereka bagi dalam
perdagangan lokal telah ada sejak dahulu, kerumunan tersebut, baik itu yang bersifat ini dapat dilihat dari profesi mereka isu sosial hingga kesehatan. sebagai petani buah sekaligus pedagang.
Selain berfungsi sebagai tempat Oleh karena itu, jika menelusuri lebih berkomunikasi masyarakat, warung juga lanjut mengenai perkembangan perdagang- berfungsi sebagai alat bantu bagi orang asli an lokal pada masa lalu, usaha warung yang membutuhkan pertolongan, terutama merupakan turunan dari konstruksi profesi bagi orang asli yang memiliki penghasilan petani atau pedagang buah. Bukti minim. Kondisi seperti ini dapat dilihat rekonstruksi makna pedagang buah ketika orang asli yang sedang tidak menjadi warung terlihat dari warung- mempunyai uang untuk membeli barang warung yang ada pada masa itu (seperti kebutuhan, ia bisa mengambil terlebih warung Latief, warung Minin, dan warung dahulu dan dibayar kemudian setelah Misar). Sejak berdiri, warung ini terbilang memiliki uang atau lebih dikenal dengan cukup berhasil dan populer pada masanya, istilah sistem utang. karena menjajakan berbagai macam
Trust (kepercayaan) antarorang asli kebutuhan rumah tangga (seperti buah- sangat penting. Hal itu karena trust buahan, sayuran, bahan pokok dan lain- menjadi energi kolektif orang asli untuk lain). Keterkaitan keberhasilan ketiga mengatasi problem bersama dan sumber pedagang kecil di Kukusan, menurut motivasi
guna mencapai kemajuan sebagian penduduk disebabkan karena ekonomi. Hal ini seperti ungkapan semakin menjamur pembangunan yang Fukuyama, yang mengatakan terbangun terjadi di Kukusan, yang mana semakin sikap saling mempercayai (trust) pada meluasnya pembangunan seperti pemu- ranah penduduk asli memungkinkan kiman hingga kos atau kontrakan, maka masyarakat tersebut saling bersatu dengan semakin banyak pula pelanggan pedagang yang lain dan memberikan kontribusi pada kecil tersebut.
kemajuan ekonomi Dari
paningkatakan
dapat (Fukuyama, 2003: 1-8). Oleh karena itu, disimpulkan bahwa dengan adanya dengan sistem kepercayaan yang diberikan perdagangan kecil (warung) yang ada di memunculkan ikatan kolektivitas antar Kukusan telah memberikan banyak sesama orang asli dalam konteks memper- manfaat bagi orang asli. Hal ini karena, tahankan eksistensi komunitas mereka. ekonomi pasar telah berpenetrasi dalam
Sementara itu peluang ekonomi wilayah Kukusan, sehingga sirkulasi orang asli yang lain bergerak pada sektor sistem ekonomi uang tak hanya terjadi rumah sewa atau kos-kosan. Bisnis kos- dalam pasar, melainkan juga telah kosan merupakan usaha yang sudah lama menyebar ke struktur ruang yang lebih ditekuni orang asli, semenjak berdirinya UI luas, seperti warung (Geertz, 1992:30-44). dan RPT. Usaha yang kurang lebih hampir Selain
transaksi sekitar 28 tahun ini pun terbilang cukup antarpedagang dan pembeli, warung juga efektif bagi orang asli, karena selain dapat mempunyai fungsi lain bagi orang asli. memenuhi kebutuhan ekonomi rumah Fungsi ini seperti, warung sering dijadikan tangga mereka, usaha ini juga mampu tempat berbagi informasi, sekaligus memberikan surplus untuk keluarga. Bagi pengikat hubungan jaringan kerabat dan orang asli, apa yang mereka lakukan spasial antarwarga. Maksud berbagi kepada pendatang (mahasiswa, karyawan, informasi di sini adalah warung dijadikan dll.), sama halnya dengan yang mereka forum berkumpulnya para penduduk lakukan pada anak kandung (Yudhanegara, khususnya ibu-ibu
sebagai
tempat
untuk bercerita, 2005: 20-40). Meminjam konsep Geertz terutama pada pagi hari ketika mereka mengenai clientelization, proses pemben- membeli kebutuhan pokok, tak jarang tukan hubungan yang khusus antara orang
Pola Praktik Kehidupan Orang Asli Kukusan..... (Arie Januar) 183 asli dengan pendatang ini terjadi melalui mempertahankan
keberadaan mereka cara intensitas komunikasi yang berlanjut, dalam ranah sosial di Kukusan. Bahasan di mana mereka saling bertemu, modal sosial kekerabatan, spasial, dan berkenalan hingga bertukar informasi.
keagamaan memperlihatkan bagaimana Dari uraian tersebut, usaha kos- organisasi sosial ini memberikan semacam kosan tak hanya menuai penghasilan bagi gambaran umum orang asli bereksistensi orang asli, melainkan juga dapat dalam sebuah masa transisi kampung yang mempererat dan memperluas pergaulan semakin kompleks. Ikatan kolektif ini dengan komunitas baru seperti mahasiswa. sangat kental dan telah banyak membe- Selain
sebagai arena memperluas rikan sumbangan yang cukup besar dalam pergaulan, kehadiran kos juga memberikan membantu orang asli, seperti cara beradap- penghidupan lain bagi sebagian orang asli. tasi maupun memanfaatkan peluang yang Salah satunya adalah buruh cuci atau ada seperti ekonomi. Dengan demikian tukang cuci. Profesi buruh cuci atau tukang tantangan perkembangan zaman yang terus cuci ini merupakan pekerjaan jasa yang menerus berkembang ditanggapi mereka dilakukan penduduk untuk membantu dengan meningkatkan kualitas kehidupan, mencucikan
baju mahasiswa yang seperti pendidikan dan kemampuan mempunyai waktu terbatas. Pekerjaan jasa berwirausaha (Soemantri, 2003: 227-237). lainnya yang dilakukan orang asli adalah ojek. Moda transportasi roda dua ini
D. PENUTUP
merupakan jenis pekerjaan yang sedang Tatkala sebuah komunitas seperti marak di Kukusan kini, karena sering orang asli Kukusan memasuki fase baru, ia
dijumpai hampir di setiap pengkolan jalan akan menemui tantangan sisio-ekonomi (perempatan atau pertigaan jalan).
yang berbeda. Konteks ini bukanlah Jika
melihat peluang-peluang sesuatu yang tabu terjadi dalam sebuah ekonomi orang asli dalam situasi seperti di kehidupan panduduk. Begitu juga orang atas, terlihat bahwa identitas sebagai asli Kukusan, ketika terjadi sebuah „orang