PROPOSAL HOME VISIT PERAN KELUARGA DALAM
PROPOSAL HOME VISIT
PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN
DAN PENANGANAN PASIEN GANGGUAN JIWA
Disusun oleh :
Addin Kurniawan
J230170113
Ani Galih Rinenggo
J230170060
Dita Rahmawati Putri
J230170065
Palupi Eka Rachmawati J230170089
Intan Laras Pradasari
J230170085
Meidilla Laili Anugraheni
J230170083
Nur Rochma Laili Z
J230170096
Taufiqur Rahman
J230170122
Beny Hermawan
J230170079
Ratri Wijayanti
J230170028
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
PRE PLANNING HOME VISIT
A. IDENTITAS KLIEN
Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Suku
:
Agama
:
Alamat
:
Pendidikan
:
B.LATAR BELAKANG
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang terkonstribusi
pada fungsi yang terintergrasi baik individu, keluarga, kelompok,
organisasi atau komunitas. Perawat psikiatri memberikan asuhan
sepanjang rentang asuhan. Perawatan ini termasuk intervensi yang
berhubungan
dengan
pencegahan
primer,
sekunder
dan
tersier.Intervensi keperawatan yang spesifik dalam pencegahan primer
termasuk
penyuluhan
kesehatan,
pengubahan
lingkungan
dan
dukungan sistem sosial. Memperkuat dukungan sosial adalah cara
untuk menahan atau menghancurkan pengaruh dari peristiwa yang
potensial menimbulkan keadaan stress.
C. TUJUAN KUNJUNGAN RUMAH
1. Tujuan Umum
Untuk mengimplementasikan intervensi lanjutan kepada keluarga
klien
dalam
melibatkan
peran
serta
keluarga
dalam
proses
penyembuhan klien.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk memvalidasi data – data klien / informasi tentang klien
b) Melakukan implementasi yaitu penyuluhan kesehatan kepada
keluarga klien.
c) Memotivasi peran serta keluarga dalam proses penyembuhan
klien melakukan
D. DATA FOKUS
(Belum)
E. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Rencanakan interaksi perawat dengan keluarga klien
2. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga klien
3. Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan klien
4. Motivasi keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan klien
5. Beri reinforcement pada keluarga.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok bahasan
: Halusinasi
Sub pokok bahasan :
Pengenalan
keluarga
tentang
mencegah
kekambuhan dan penanganan pasien Skizofrenia
Sasaran
: Keluarga dan klien
Hari / Tanggal
:
Waktu
: 60 menit
Tempat
: Rumah keluarga Ny/Tn
I.
TUJUAN
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 1 x 60 menit diharapkan
keluarga mampu memahami tentang mencegah kekambuhan
dan penanganan pasien gangguan jiwa dengan Halusinasi
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa selama 1 X 60
menit diharapkan keluarga klien mampu :
1. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa
2. Menjelaskan tentang pengertian halusinasi
3. Tanda dan gejala halusinasi
4. Menjelaskan tentang faktor penyebab halusinasi
5. Menjelaskan tentang tahapan halusinasi
6. Peran keluarga dalam upaya pencegahan kekambuhan penderita
di rumah
II.
III.
WAKTU DAN TEMPAT
A.
Hari/ Tanggal
B.
Pukul
C.
Tempat
:
:
: Rumah keluarga Ny/Tn
MATERI
Terlampir
IV.
MEDIA DAN SUMBER BAHAN
Leaflet dan.......
V.
METODE
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah,
diskusi dan tanya jawab.
VI.
PENGORGANISASIAN
Moderator :
Pembicara:
Fasilitator :
Notulen
:
VII.
Pengorganisasian Dan Uraian Tugas Terapis
1) Moderator
Memimpin jalannya acara penyuluhan
Memperkenalkan anggota
Menjelaskan tujuan diskusi
Dapat mengambil keputusan dan menyimpulkan hasil diskusi
Kontrak dengan anggota keluarga
Menutup acara
2) Pembicara
Menyampaikan materi penyuluhan
3) Fasilitator
Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang
harus dilakukan
Mendampingi anggota keluarga untuk diskusi
Memotivasi anggota keluarga untuk aktif dalam bertanya
4) Notulen
Mencatat semua hasil diskusi saat penyuluhan
VIII.
RENCANA PENYULUHAN
N
Wakt
Tindakan
Wakt
Kegiatan
Penangg
o.
u
Keperawatan
u
Keluarga
ung
Jawab
1.
Orientasi
a) Salam
15
b) Memperkenalkan diri
menit
Menjawab
salam
c) Menjelaskan tujuan
d) Kontrak waktu
e) Mengkaji
pengetahuan
keluarga
tentang
halusinasi (Pre test)
2.
40
Kerja/Tindakan
menit
Mendengark
an dan
keperawatan
Memperhati
a) Memberikan
kan
penyuluhan
kesehatan
kepada
keluarga tentang:
1. Menjelaskan
pengertian
gangguan jiwa
2. Menjelaskan
tentang
pengertian
halusinasi
3. Tanda dan gejala
halusinasi
4. Menjelaskan
tentang
faktor
penyebab
halusinasi
5. Menjelaskan
3.
tentang
tahapan 10
halusinasi
menit
6. Peran
keluarga
dalam
upaya
pencegahan
kekambuhan
penderita
di
rumah
Terminasi
a) Evaluasi respon
keluarga terhadap
kunjungan rumah
b) Evaluasi kemampuan
keluarga dalam
memberikan
perawatan kepada
klien
c) Tindak lanjut:
kesepakatan
keluarga untuk
terlibat dalam
asuhan (di rumah
sakit / di rumah)
d) Salam
Menjawab
salam
IX.
EVALUASI
1.
Evaluasi Persiapan
Pada evaluasi persiapan sudah dilakukan dan komplit, meliputi
persiapan penyusunan SAP, leaflet, lembar balik, alat, tempat,
2.
dan peserta dapat berjalan sesuai rencana.
Evaluasi Proses
Pada evaluasi proses telah berjalan sesuai rencana yang
sebelumnya
peserta
telah
terhadap
disebutkan,
penyuluhan,
yang
tidak
meliputi
ada
keantusiasan
peserta
yang
meninggalkan tempat penyuluhan serta peserta melakukan
tanya jawab dengan penyuluh terkait dengan materi yang telah
3.
diberikan maupun terkait dengan keadaan klien.
Evaluasi Hasil
a. Peserta dapat menyebutkan tentang hal-hal yang perlu
diperhatikan keluarga untuk pencegahan kekambuhan dan
perawatan pasien dengan halusinasi di rumah.
b. Semua angggota keluarga mengikuti kegiatan penyuluhan.
c. Penyuluhan dikatakan berhasil, keluarga mampu:
1) Menjelaskan pengertian gangguan jiwa
2) Menjelaskan tentang pengertian halusinasi
3) Tanda dan gejala halusinasi
4) Menjelaskan tentang faktor penyebab halusinasi
5) Menjelaskan tentang tahapan halusinasi
6) Peran keluarga dalam upaya pencegahan kekambuhan
penderita di rumah
Lampiran : Materi
PERAN KELUARGA
DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN DAN PENANGANAN
PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI
A. Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan
pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi
jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosial.
B. Tanda dan gejala gangguan jiwa
1. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam
perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan
ekspresi.
2. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau
bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day
dreaming).
3. Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak
masuk akal) meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa
keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini
kebenarannya. Sering berpikir atau melamun yang tidak biasa
(delusi).
4. Halusinasi yaitu pengelaman panca indra tanpa ada rangsangan
misalnya penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di
telinganya padahal tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu.
5. Merasa depresi, sedih atau stress tingkat tinggi secara terusmenerus.
6. Kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari
walaupun pekerjaan tersebut telah dijalani selama bertahun-tahun.
7. Paranoid (cemas atau takut) pada hal-hal biasa yang bagi orang
normal tidak perlu ditakuti atau dicemaskan.
8. Suka menggunakan obat hanya demi kesenangan.
9. Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
10.
Terjadi perubahan diri yang cukup berarti.
11.
Memiliki emosi atau perasaan yang mudah berubah-ubah.
12.
Terjadi perubahan pola makan yang tidak seperti biasanya.
13.
Pola tidur terjadi perubahan tidak seperti biasa.
14.
Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi
pembicaraannya, misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat
diikuti jalan pikirannya.
15.
Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif,
bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.
16.
Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.
17.
Sulit dalam berpikir abstrak.
18.
Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada
inisiatif, tidak ada upaya usaha, tidak ada spontanitas, monoton,
serta tidak ingin apa-apa dan serba malas dan selalu terlihat sedih
(Damaiyanti, 2012).
C. Penyebab gangguan jiwa
Pertama,
Faktor
Organobiologi
seperti
faktor
keturunan
(genetik), adanya ketidakseimbangan zatzat neurokimia di dalam otak.
Kedua, Faktor Psikologis seperti adanya mood yang labil, rasa cemas
berlebihan, gangguan persepsi yang ditangkap oleh panca indera kita
(halusinasi). Dan yang ketiga adalah Faktor Lingkungan (Sosial) baik itu
di lingkungan terdekat kita (keluarga) maupun yang ada di luar
lingkungan keluarga seperti lingkungan kerja, sekolah, dll. Biasanya
gangguan tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa
penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi
atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan atau
pun jiwa. Faktor Organobiologi terdiri dari :
1. Nerokimia (misal : gangguan pada kromosom no 21 yang
menyebabkan
Down).
2. Nerofisiologi
3. Neroanatomi
munculnya
gangguan
perkembangan
Sindrom
4. Tingkat kematangan dan perkembangan organik.
5. Faktor-faktor prenatal dan perinatal.
Faktor Psikologis terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Interaksi ibu-anak.
Interaksi ayah-anak : peranan ayah.
Sibling rivalry.
Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat.
Kehilangan : Lossing of love object.
Konsep diri : pengertian identitas diri dan peran diri yang tidak
menentu.
7. Tingkat perkembangan emosi.
8. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya :
Mekanisme pertahanan diri yang tidak efektif.
9. Ketidakmatangan atau terjadinya fiksasi atau regresi pada tahap
perkembangannya.
10. Traumatic Event
11. Distorsi Kognitif
12. Pola Asuh Patogenik (sumber gangguan penyesuaian diri pada
anak) :
a. Melindungi anak secara berlebihan karena memanjakannya
b. Melindungi anak secara berlebihan karena sikap “berkuasa”
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
dan “harus tunduk saja”
Penolakan (rejected child)
Menentukan norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi.
Disiplin yang terlalu keras.
Disiplin yang tidak teratur atau yang bertentangan.
Perselisihan antara ayah-ibu.
Perceraian
Persaingan yang kurang sehat diantara para saudara.
Nilai-nilai yang buruk (yang tidak bermoral).
Perfeksionisme dan ambisi (cita-cita yang terlalu tinggi bagi si
anak).
l. Ayah dan atau ibu mengalami gangguan jiwa (psikotik atau
non-psikotik).
Faktor Lingkungan (Sosial) yang terdiri dari :
1. Tingkat ekonomi
2. Lingkungan tempat tinggal : Perkotaan dan Pedesaan.
3. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai.
4. Pengaruh rasial dan keagamaan (Trimelia, 2011).
D. Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, parabaan atau penghiduan.
Klien
merasakan
stimulus
yang
sebetul-betulnya
tidak
ada
(Damaiyanti, 2012).
Halusinasi
adalah
hilangnya
kemampuan
manusia
dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara
(Direja, 2011).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun
pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan
sadar/bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun
histerik (Trimelia, 2011).
Halusinasi
merupakan
gangguan
atau
perubahan
persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
E. Tanda dan gejala halusinasi
Adapun Tanda dan gejala halusinasi menurt Direja, 2011 sebagai
berikut :
1. Halusinasi Pendengaran
Data Objektif : Bicara atau ketawa sendiri, marah-marah tanpa
sebab, mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga.
Data Subjektif : mendengar suara atau kegaduhan, mendengarkan
suara yang mengajak bercakap-cakap, mendengarkan suara yang
menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
2. Halusinasi Penglihatan
Data Objektif : menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan pada
sesuatu yang tidak jelas.
Data Subjektif : melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk
kortoon, melihat hantu atau monster.
3. Halusinasi Penghidungan
Data Objektif : menghidu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu, menutup hidung.
Data Subjektif : membaui bau-bauan seperti bau darah, urine,
feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan.
4. Halusinasi Pengecapan
Data Objektif : Sering meludah, muntah.
Data Subjektif : merasakan rasa seperti darah, urine atau feses.
5. Halusinasi Perabaan
Data Objektif :Menggaruk- garuk permukaan kulit.
Data Subjektif : menyatakan ada serangga di permukaan kulit,
merasa tersengat listrik.
F. Faktor penyebab halusinasi
1. Dari penderita
a. Kepatuhan pengobatan yang kurang
b. Tipe kepribadian ( tertutup atau terbuka)
c. Masalah yang dihadapi selama dirumah.
2. Keluarga dan lingkungan
a. Penolakan
terhadap
penderita
gangguan
jiwaseperti
pengucilan, diejek,tidak diterima.
b. Komunikasi tidak terbuka, tidak melibatkan penderita dalam
pergaulan.
c. Kurang atau tidak memberikan aktivitas yang sesuai dengan
kemampuan penderita, kurang memberikan
pujian terhadap
kemampuan positif penderita.
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang pola perilaku penderita
dan penangananya, pengawasan minum obat
G. Tahapan halusinasi
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi
menurut (Trimelia, 2011) yaitu :
Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
a. Menyeriangai / tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu
mengikuti petunjuk).
4. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
H. Peran
keluarga
dalam
upaya
pencegahan
kekambuhan
penderita di rumah
1. Memberikan perhatian dan rasa kasih sayang dan penghargaan
sosial kepada penderita
2. Mengawasi kepatuhan penderita dalam minum obat.
3. Bantu penderita untuk selalu berinteraksi dengan lingkungan
4. Beri kegiatan yang positif untuk mengisi waktu penderita dirumah.
5. Jangan biarkan penderita menyendiri, libatkan dalam kegiatan
sehari-hari.
6. Memberikan pujian jika penderita melakukan hal yang positif.
7. Jangan mengkritik penderita jika penderita melakukan kesalahan.
8. Menjauhkan penderita dari
pengalaman atau keadaan yang
menyebabkan penderita merasa tidak berdaya dan tidak berarti
9. Membawa penderita untuk kontrol rutin kepelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hawari D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
Jakarta: FKUI.
Nantingkaseh, A.L. 2007. Skizofrenia dan Gangguan Psikotik Lainnya.
Diakses:
16
September
2009.
http://www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm
Tim Penyusun buku pedoman
Asuhan Keperawatan Jiwa
I, 2000,
keperawatan Jiwa : Teori dan tindakan keperawatan, Jakarta, Dep
Kes RI
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta :
Trans Info Medika.
Yosep, I., 2009, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama
Kusumawati
Farida
&
Hartono
Yudi. 2011. Buku
Ajar
Keperawatan
Jiwa. Jakarta : Selemba Medika
Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT
Refika Aditama
Direja,
A.
Herman.,
2011,
Buku
Ajar
Asuhan
Keperawatan
Jiwa,
Yogyakarta : Nuha Medika
Fitria,
Nita.
2009. Prinsip
Dasar
dan
Aplikasi
Penulisan
Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP
dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN
DAN PENANGANAN PASIEN GANGGUAN JIWA
Disusun oleh :
Addin Kurniawan
J230170113
Ani Galih Rinenggo
J230170060
Dita Rahmawati Putri
J230170065
Palupi Eka Rachmawati J230170089
Intan Laras Pradasari
J230170085
Meidilla Laili Anugraheni
J230170083
Nur Rochma Laili Z
J230170096
Taufiqur Rahman
J230170122
Beny Hermawan
J230170079
Ratri Wijayanti
J230170028
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
PRE PLANNING HOME VISIT
A. IDENTITAS KLIEN
Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Suku
:
Agama
:
Alamat
:
Pendidikan
:
B.LATAR BELAKANG
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang terkonstribusi
pada fungsi yang terintergrasi baik individu, keluarga, kelompok,
organisasi atau komunitas. Perawat psikiatri memberikan asuhan
sepanjang rentang asuhan. Perawatan ini termasuk intervensi yang
berhubungan
dengan
pencegahan
primer,
sekunder
dan
tersier.Intervensi keperawatan yang spesifik dalam pencegahan primer
termasuk
penyuluhan
kesehatan,
pengubahan
lingkungan
dan
dukungan sistem sosial. Memperkuat dukungan sosial adalah cara
untuk menahan atau menghancurkan pengaruh dari peristiwa yang
potensial menimbulkan keadaan stress.
C. TUJUAN KUNJUNGAN RUMAH
1. Tujuan Umum
Untuk mengimplementasikan intervensi lanjutan kepada keluarga
klien
dalam
melibatkan
peran
serta
keluarga
dalam
proses
penyembuhan klien.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk memvalidasi data – data klien / informasi tentang klien
b) Melakukan implementasi yaitu penyuluhan kesehatan kepada
keluarga klien.
c) Memotivasi peran serta keluarga dalam proses penyembuhan
klien melakukan
D. DATA FOKUS
(Belum)
E. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Rencanakan interaksi perawat dengan keluarga klien
2. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga klien
3. Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan klien
4. Motivasi keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan klien
5. Beri reinforcement pada keluarga.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok bahasan
: Halusinasi
Sub pokok bahasan :
Pengenalan
keluarga
tentang
mencegah
kekambuhan dan penanganan pasien Skizofrenia
Sasaran
: Keluarga dan klien
Hari / Tanggal
:
Waktu
: 60 menit
Tempat
: Rumah keluarga Ny/Tn
I.
TUJUAN
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 1 x 60 menit diharapkan
keluarga mampu memahami tentang mencegah kekambuhan
dan penanganan pasien gangguan jiwa dengan Halusinasi
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa selama 1 X 60
menit diharapkan keluarga klien mampu :
1. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa
2. Menjelaskan tentang pengertian halusinasi
3. Tanda dan gejala halusinasi
4. Menjelaskan tentang faktor penyebab halusinasi
5. Menjelaskan tentang tahapan halusinasi
6. Peran keluarga dalam upaya pencegahan kekambuhan penderita
di rumah
II.
III.
WAKTU DAN TEMPAT
A.
Hari/ Tanggal
B.
Pukul
C.
Tempat
:
:
: Rumah keluarga Ny/Tn
MATERI
Terlampir
IV.
MEDIA DAN SUMBER BAHAN
Leaflet dan.......
V.
METODE
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah,
diskusi dan tanya jawab.
VI.
PENGORGANISASIAN
Moderator :
Pembicara:
Fasilitator :
Notulen
:
VII.
Pengorganisasian Dan Uraian Tugas Terapis
1) Moderator
Memimpin jalannya acara penyuluhan
Memperkenalkan anggota
Menjelaskan tujuan diskusi
Dapat mengambil keputusan dan menyimpulkan hasil diskusi
Kontrak dengan anggota keluarga
Menutup acara
2) Pembicara
Menyampaikan materi penyuluhan
3) Fasilitator
Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang
harus dilakukan
Mendampingi anggota keluarga untuk diskusi
Memotivasi anggota keluarga untuk aktif dalam bertanya
4) Notulen
Mencatat semua hasil diskusi saat penyuluhan
VIII.
RENCANA PENYULUHAN
N
Wakt
Tindakan
Wakt
Kegiatan
Penangg
o.
u
Keperawatan
u
Keluarga
ung
Jawab
1.
Orientasi
a) Salam
15
b) Memperkenalkan diri
menit
Menjawab
salam
c) Menjelaskan tujuan
d) Kontrak waktu
e) Mengkaji
pengetahuan
keluarga
tentang
halusinasi (Pre test)
2.
40
Kerja/Tindakan
menit
Mendengark
an dan
keperawatan
Memperhati
a) Memberikan
kan
penyuluhan
kesehatan
kepada
keluarga tentang:
1. Menjelaskan
pengertian
gangguan jiwa
2. Menjelaskan
tentang
pengertian
halusinasi
3. Tanda dan gejala
halusinasi
4. Menjelaskan
tentang
faktor
penyebab
halusinasi
5. Menjelaskan
3.
tentang
tahapan 10
halusinasi
menit
6. Peran
keluarga
dalam
upaya
pencegahan
kekambuhan
penderita
di
rumah
Terminasi
a) Evaluasi respon
keluarga terhadap
kunjungan rumah
b) Evaluasi kemampuan
keluarga dalam
memberikan
perawatan kepada
klien
c) Tindak lanjut:
kesepakatan
keluarga untuk
terlibat dalam
asuhan (di rumah
sakit / di rumah)
d) Salam
Menjawab
salam
IX.
EVALUASI
1.
Evaluasi Persiapan
Pada evaluasi persiapan sudah dilakukan dan komplit, meliputi
persiapan penyusunan SAP, leaflet, lembar balik, alat, tempat,
2.
dan peserta dapat berjalan sesuai rencana.
Evaluasi Proses
Pada evaluasi proses telah berjalan sesuai rencana yang
sebelumnya
peserta
telah
terhadap
disebutkan,
penyuluhan,
yang
tidak
meliputi
ada
keantusiasan
peserta
yang
meninggalkan tempat penyuluhan serta peserta melakukan
tanya jawab dengan penyuluh terkait dengan materi yang telah
3.
diberikan maupun terkait dengan keadaan klien.
Evaluasi Hasil
a. Peserta dapat menyebutkan tentang hal-hal yang perlu
diperhatikan keluarga untuk pencegahan kekambuhan dan
perawatan pasien dengan halusinasi di rumah.
b. Semua angggota keluarga mengikuti kegiatan penyuluhan.
c. Penyuluhan dikatakan berhasil, keluarga mampu:
1) Menjelaskan pengertian gangguan jiwa
2) Menjelaskan tentang pengertian halusinasi
3) Tanda dan gejala halusinasi
4) Menjelaskan tentang faktor penyebab halusinasi
5) Menjelaskan tentang tahapan halusinasi
6) Peran keluarga dalam upaya pencegahan kekambuhan
penderita di rumah
Lampiran : Materi
PERAN KELUARGA
DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN DAN PENANGANAN
PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI
A. Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan
pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi
jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosial.
B. Tanda dan gejala gangguan jiwa
1. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam
perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan
ekspresi.
2. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau
bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day
dreaming).
3. Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak
masuk akal) meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa
keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini
kebenarannya. Sering berpikir atau melamun yang tidak biasa
(delusi).
4. Halusinasi yaitu pengelaman panca indra tanpa ada rangsangan
misalnya penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di
telinganya padahal tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu.
5. Merasa depresi, sedih atau stress tingkat tinggi secara terusmenerus.
6. Kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari
walaupun pekerjaan tersebut telah dijalani selama bertahun-tahun.
7. Paranoid (cemas atau takut) pada hal-hal biasa yang bagi orang
normal tidak perlu ditakuti atau dicemaskan.
8. Suka menggunakan obat hanya demi kesenangan.
9. Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
10.
Terjadi perubahan diri yang cukup berarti.
11.
Memiliki emosi atau perasaan yang mudah berubah-ubah.
12.
Terjadi perubahan pola makan yang tidak seperti biasanya.
13.
Pola tidur terjadi perubahan tidak seperti biasa.
14.
Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi
pembicaraannya, misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat
diikuti jalan pikirannya.
15.
Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif,
bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.
16.
Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.
17.
Sulit dalam berpikir abstrak.
18.
Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada
inisiatif, tidak ada upaya usaha, tidak ada spontanitas, monoton,
serta tidak ingin apa-apa dan serba malas dan selalu terlihat sedih
(Damaiyanti, 2012).
C. Penyebab gangguan jiwa
Pertama,
Faktor
Organobiologi
seperti
faktor
keturunan
(genetik), adanya ketidakseimbangan zatzat neurokimia di dalam otak.
Kedua, Faktor Psikologis seperti adanya mood yang labil, rasa cemas
berlebihan, gangguan persepsi yang ditangkap oleh panca indera kita
(halusinasi). Dan yang ketiga adalah Faktor Lingkungan (Sosial) baik itu
di lingkungan terdekat kita (keluarga) maupun yang ada di luar
lingkungan keluarga seperti lingkungan kerja, sekolah, dll. Biasanya
gangguan tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa
penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi
atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan atau
pun jiwa. Faktor Organobiologi terdiri dari :
1. Nerokimia (misal : gangguan pada kromosom no 21 yang
menyebabkan
Down).
2. Nerofisiologi
3. Neroanatomi
munculnya
gangguan
perkembangan
Sindrom
4. Tingkat kematangan dan perkembangan organik.
5. Faktor-faktor prenatal dan perinatal.
Faktor Psikologis terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Interaksi ibu-anak.
Interaksi ayah-anak : peranan ayah.
Sibling rivalry.
Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat.
Kehilangan : Lossing of love object.
Konsep diri : pengertian identitas diri dan peran diri yang tidak
menentu.
7. Tingkat perkembangan emosi.
8. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya :
Mekanisme pertahanan diri yang tidak efektif.
9. Ketidakmatangan atau terjadinya fiksasi atau regresi pada tahap
perkembangannya.
10. Traumatic Event
11. Distorsi Kognitif
12. Pola Asuh Patogenik (sumber gangguan penyesuaian diri pada
anak) :
a. Melindungi anak secara berlebihan karena memanjakannya
b. Melindungi anak secara berlebihan karena sikap “berkuasa”
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
dan “harus tunduk saja”
Penolakan (rejected child)
Menentukan norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi.
Disiplin yang terlalu keras.
Disiplin yang tidak teratur atau yang bertentangan.
Perselisihan antara ayah-ibu.
Perceraian
Persaingan yang kurang sehat diantara para saudara.
Nilai-nilai yang buruk (yang tidak bermoral).
Perfeksionisme dan ambisi (cita-cita yang terlalu tinggi bagi si
anak).
l. Ayah dan atau ibu mengalami gangguan jiwa (psikotik atau
non-psikotik).
Faktor Lingkungan (Sosial) yang terdiri dari :
1. Tingkat ekonomi
2. Lingkungan tempat tinggal : Perkotaan dan Pedesaan.
3. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai.
4. Pengaruh rasial dan keagamaan (Trimelia, 2011).
D. Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, parabaan atau penghiduan.
Klien
merasakan
stimulus
yang
sebetul-betulnya
tidak
ada
(Damaiyanti, 2012).
Halusinasi
adalah
hilangnya
kemampuan
manusia
dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara
(Direja, 2011).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun
pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan
sadar/bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun
histerik (Trimelia, 2011).
Halusinasi
merupakan
gangguan
atau
perubahan
persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
E. Tanda dan gejala halusinasi
Adapun Tanda dan gejala halusinasi menurt Direja, 2011 sebagai
berikut :
1. Halusinasi Pendengaran
Data Objektif : Bicara atau ketawa sendiri, marah-marah tanpa
sebab, mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga.
Data Subjektif : mendengar suara atau kegaduhan, mendengarkan
suara yang mengajak bercakap-cakap, mendengarkan suara yang
menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
2. Halusinasi Penglihatan
Data Objektif : menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan pada
sesuatu yang tidak jelas.
Data Subjektif : melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk
kortoon, melihat hantu atau monster.
3. Halusinasi Penghidungan
Data Objektif : menghidu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu, menutup hidung.
Data Subjektif : membaui bau-bauan seperti bau darah, urine,
feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan.
4. Halusinasi Pengecapan
Data Objektif : Sering meludah, muntah.
Data Subjektif : merasakan rasa seperti darah, urine atau feses.
5. Halusinasi Perabaan
Data Objektif :Menggaruk- garuk permukaan kulit.
Data Subjektif : menyatakan ada serangga di permukaan kulit,
merasa tersengat listrik.
F. Faktor penyebab halusinasi
1. Dari penderita
a. Kepatuhan pengobatan yang kurang
b. Tipe kepribadian ( tertutup atau terbuka)
c. Masalah yang dihadapi selama dirumah.
2. Keluarga dan lingkungan
a. Penolakan
terhadap
penderita
gangguan
jiwaseperti
pengucilan, diejek,tidak diterima.
b. Komunikasi tidak terbuka, tidak melibatkan penderita dalam
pergaulan.
c. Kurang atau tidak memberikan aktivitas yang sesuai dengan
kemampuan penderita, kurang memberikan
pujian terhadap
kemampuan positif penderita.
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang pola perilaku penderita
dan penangananya, pengawasan minum obat
G. Tahapan halusinasi
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi
menurut (Trimelia, 2011) yaitu :
Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
a. Menyeriangai / tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu
mengikuti petunjuk).
4. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
H. Peran
keluarga
dalam
upaya
pencegahan
kekambuhan
penderita di rumah
1. Memberikan perhatian dan rasa kasih sayang dan penghargaan
sosial kepada penderita
2. Mengawasi kepatuhan penderita dalam minum obat.
3. Bantu penderita untuk selalu berinteraksi dengan lingkungan
4. Beri kegiatan yang positif untuk mengisi waktu penderita dirumah.
5. Jangan biarkan penderita menyendiri, libatkan dalam kegiatan
sehari-hari.
6. Memberikan pujian jika penderita melakukan hal yang positif.
7. Jangan mengkritik penderita jika penderita melakukan kesalahan.
8. Menjauhkan penderita dari
pengalaman atau keadaan yang
menyebabkan penderita merasa tidak berdaya dan tidak berarti
9. Membawa penderita untuk kontrol rutin kepelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hawari D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
Jakarta: FKUI.
Nantingkaseh, A.L. 2007. Skizofrenia dan Gangguan Psikotik Lainnya.
Diakses:
16
September
2009.
http://www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm
Tim Penyusun buku pedoman
Asuhan Keperawatan Jiwa
I, 2000,
keperawatan Jiwa : Teori dan tindakan keperawatan, Jakarta, Dep
Kes RI
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta :
Trans Info Medika.
Yosep, I., 2009, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama
Kusumawati
Farida
&
Hartono
Yudi. 2011. Buku
Ajar
Keperawatan
Jiwa. Jakarta : Selemba Medika
Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT
Refika Aditama
Direja,
A.
Herman.,
2011,
Buku
Ajar
Asuhan
Keperawatan
Jiwa,
Yogyakarta : Nuha Medika
Fitria,
Nita.
2009. Prinsip
Dasar
dan
Aplikasi
Penulisan
Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP
dan SP). Jakarta : Salemba Medika.