PENGARUH RASIO LIKUIDITAS DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN(SURVEI PADA PERUSAHAAN PROPERTY, REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2008-2010)
PENGARUH RASIO LIKUIDITAS DAN RASIO PROFITABILITAS
TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN(SURVEI PADA
PERUSAHAAN PROPERTY, REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2008-2010)
Dwi Jayanti
Program Studi Akuntansi, Universitas Jendral Achmad Yani Jalan Terusan Jendral Sudirman Cimahi dwi_lutfi_abi @yahoo.com
Abstrak- Auditor di dalam melaksanakan tugas utamanya yaitu menilai kewajaran atas laporan keuangan.
Selain itu, auditor diwajibkan untuk menilai kemampuan perusahaan di dalam melanjutkan usahanya. Salah
satu kondisi yang menyebabkan auditor memberikan opini audit going concern adalah perusahaan tersebut
mengalami kerugian yang berulang kali dan tidak mampu membayar kewajibannya. Penelitian ini bertujuan
menganalisis pengaruh rasio likuiditas dan rasio profitabilitas terhadap opini going concern.Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI dengan periode penelitian dari
tahun 2008-2010 yang berjumlah 117 perusahaan. Teknik sampling yang digunakan dengan metode porposive
sampling dengan sampel sebanyak 90 perusahaan. Analisis data yang digunakan adalah regresi logistik.Hasil penelitian ini menunjukkan rasio likuiditas secara tidak berpengaruh terhadap opini going concern
sedangkan rasio profitabilitas berpengaruh terhadap opini going concern. Hasil studi ini diharapkan dapat
memberikan masukan bagi investor pasar modal dalam mengambil keputusan bisnis.Kata kunci : Likuiditas, Profitabilitas, Opini Going Concern.
I. PENDAHULUAN
stakeholder apakah entitas yang diaudit mampu
melanjutkan usahanya tidak lebih dari satu tahun sejak laporan audit tersebut dikeluarkan guna membantu
stakholder didalam mengambil keputusan bisnis.
Di dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat dan kemauan teknologi yang semakin canggih terutama di dalam mengahadapi tantangan ASEAN Comunity 2015, auditor senantiasa harus lebih berhati-hati di dalam melaksanakan tugasnya dimana auditor sebagai pihak ketiga yang independen berkewajiban memberikan informasi kepada
going concern ini sangat berguna untuk pemakai laporan keuangan.Koh dan Tan (1999).
PSA 30 memberikan contoh kondisi-kondisi
yang menyebabkan auditor memberikan opini going
concern diantaranya adalah perusahaan tersebut
mengalami kesulitan didalam memenuhi kewajibannya dan mengalami kerugian lebih dari satu periode.Hal ini dapat diperlihatkan oleh rasiokeuangan penting yang jelek.Beberapa implikasi krisis keuangan global terhadap ekonomi suatu negara dapat berupa menurunnya pertumbuhan ekonomi, perubahan tingkat suku bunga, tingkat inflasi, ketidakstabilan moneter dan berubahnya kebijakan fiskal.Purba
(2009:10).
Industri property di Indonesia merupakan salah satu industri yang memiliki dampak krisis global 2008.Kondisi property di Indonesia mengalami goncangan.Untuk tahap awalgoncangan itu sudah dipicu dengan ditandai oleh naiknya BI rate. Ketika kredit kontruksi dan kredit properti yang berbunga tinggi maka tingkat pengembalian dari debitur akan mengalami gangguan. Apalagi ditambah dengan kondisi daya beli masyarakat yang menurun hingga bisa menyebabkan macetnya pembayaran kredit perumahan baik RSh maupun real estate.Ari Anggarani (Diakses pada tanggal 11 Juli 2014). Berikut adalah beberapa perusahaan property di Indonesia yang mendapat opini audit going concern pada tahun 2008 diantaranya adalah PT. Bhuwanatala Indah Permai Tbk. Menurut keterangan auditornya Johan Molando,Astika& Rekan perusahaan tersebut mendapatkan opini going concern dikarenakan perusahaan & anak perusahaan mengalami saldo rugi dalam jumlah yang signifikan terutama disebabkan dari beban bunga pinjaman dalam beberapa tahun terakhir Kemudian PT. Danayasa Arthatama, Tbk. Menurut keterangan auditornya Mulyamin Sensi Suryanto perusahaan tersebut mendapatkan opini audit
going concern dikarenakan perusahaan dan anak
Penilaian going concern suatu entitas merupakan penilaian yang harus dilakukan oleh auditor, namun penilaian ini bukanlah penilaian yang mudah untuk dilakukan. Pada saat kondisi ekonomi tidak menentu, auditor diharapkan memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan oleh auditor merupakan salah satu pertimbangan bagi investor untuk pengambilan keputusan investasi.Opini perusahaan masih mengalami defisit dan rugi bersih pada tanggal 31 Desember 2008. Fenomena tersebut memberikan gambaran bahwa beberapa perusahaan property di Indonesia pada tahun 2008 mendapatkan opini audit going
concern disebabkan karena kondisi perusahaan
estate di Indonesia pada tahun 2008 yang memiliki
II. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Agensi. Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan
menemukan bahwa rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
concern . Islahuzzaman (2013) dan Rahayu (2007)
menemukan bahwa rasio likuiditas berpengaruh terhadap opini audit going concern. Hani,dkk(2003) dan Yulius (2009) menemukan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh terhadap opini audit going
concern .Rahayu (2007) & Islahuzzaman (2013)
untuk mengetahui apakah rasio profitabilitas dan rasio likuiditas berpengaruh terhadap keputusan auditor didalam menilai kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya. Selain fenomena diatas, penelitian ini dimotivasi oleh penelitian terdahulu yang belum menunjukkan keselarasan dalam hasil penelitian mereka.Laitinen (2012) & Januarti dan Fitriani (2008) menemukan bahwa rasio likuiditas berpengaruh terhadap opini audit going
concern . Hal ini menjadi ketertarikan bagi peneliti
rasio likuiditas maupun rasio profitabilitas yang rendah. Hal yang menarik adalah ketika rasio keuangan tersebut berada dibawah standar ilmiah namun mengapa opini yang diberikan berbeda, ada perusahaan yang mendapatkan opini going concern dan ada pula yang mendapatkan opini non going
dengan kode BIPP dan PWON. Hal ini menunjukkan masih ditemukannya perusahaan property dan real
tersebut mengalami kerugian yang berulang maupun kesulitan untuk memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan oleh jumlah hutang lancar yang lebih besar dari jumlah aset lancarnya. Menurut Harahap (1999:301) Current Ratio (CR) yang sehat adalah lebih dari 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh diatas jumlah hutang lancarnya. Kemudian Menurut Lestari dan
Current Ratio (CR) yang rendah untuk perusahaan
tahun 2008 memiliki Return On Asset (ROA) yang semua berada di bawah standar ilmiah. Kemudian
Tabel 1.2 diatas memberikan gambaran bahwa beberapa perusahaan property di Indonesia padaSumber: Laporan Keuangan Ket: (*) : perusahaan yang memiliki rasio keuangan berada di bawah standar ilmiah.
Standar Sehat >2% >1%
BIPP Opini Audit Going Concern (GC) -5,1%* 0,1* SCBD Opini Audit Going Concern (GC) -6,3%* 3,2 PWON Opini Audit Non Going Concern (NGC) -0,2%* 0,9* KIJA Opini Audit Non Going Concern (NGC) -2,1%* 2,6
Data Rasio Likuiditas dan Rasio Profitabiltas Beberapa Perusahaan Property
dan Real Esatate Pada Tahun 2008 di Indonesia Kode Perusahaan Opini ROA CRBerikut adalah data rasio likuiditas dan rasio profitabilitas beberapa perusahaan property di Indonesia pada tahun 2008:
Tabel 1.
yang sehat adalah lebih dari 2% artinya perusahaan mampu mengelola assetnya dengan baik sehingga dapat menghasilkan laba. PSA 30 menjelaskan bahwa perusahaan yang kelangsungan usahanya diragukan dapat diperlihatkan oleh rasio keuangan penting yang jelek.
Sugiharto dalam Ina (2008) Return On Asset (ROA)
hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. shareholders atau prinsipal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer atau agen. Bagaimanapun juga, manajer tidak selalu bertindak sesuai keinginan shareholders. Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini
On Asset (ROA) berpengaruh terhadap opini audit going concern. Berdasarkan teori dan beberapa hasil
Ln −
studi empiris diatas maka dapat dikatakan bahwa profitabilitas yang buruk dimiliki oleh perusahaan yang kesulitan untuk menghasilkan laba atau mengalami kerugian.Kerugian yang berulang kali terjadi tentunya dapat berdampak kepada penurunan saldo laba, kemudian defisit dan defisiensi modal. Hal ini akan mendorong auditor memberikan opini audit
going concern
III. PEMBAHASAN
3.1 Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2008-2010 yang berjumlah 117 perusahaan. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode
purposive sampling dengan kriteria perusahaan
terdaftar secara berturut-turut dari tahun 2008-2010, perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan lengkap dan telah diaudit sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 90 perusahaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan regresi logistik. Adapun rumus statistik dalam penelitian ini adalah:
=
- ∈ Ket: Ln
menemukan bahwa rasio profitabilitas dengan Return
GC
1 −GC
= Opini going concern yang diproksikan dengan variabel dummy α = konstanta CR = Current Ratio
ROA = Return On Asset Current Ratio (CR) dapat diukur dengan
membagi aktiva lancar dibagi hutang lancar.Return On
Asset (ROA) dapat diukur dengan membagi laba
bersih dibagi total aktiva. Opini going concern diukur dengan menggunakan variabel dummy, jika perusahaan mendapat opini going concern diberi kode 1 dan jika perusahaan yang tidak mendapatkan opini
going concern diberi kode 0.Sebelum dilakukan
pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
overall model fit untuk melihat apakah model regresi
Hani,dkk (2003) dan Yulius (2009)
berfungsi untuk memonitor perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal
menunjukkan bahwa perusahaan kurang likuid sehingga tidak dapat membayar kewajiban jangka pendeknya, maka auditor kemungkinan memberikan opini audit going concern.
(shareholders) dengan pihak agen (manajer) dalam mengelola keuangan perusahaan .
2.2 Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Opini Audit Going Concern. Harahap (1998:301) rasio likuiditas
menggambarkan kemampuan perusahaan menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.Pada penelitian ini rasio likuiditas diproksikan dengan
Current Ratio (CR) yang menunjukkan sejauh mana aktiva lancar mampu menutupi kewajiban lancarnya.
PSA 30 dan Messier (2008:209) memberikan contoh
kondisi perusahaan yang mendapatkan opini audit
going concern diantaranya adalah perusahaan tersebut
kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Hani,dkk
(2003) menyatakan rasio likuiditas yang rendah
Mutchler (1985), Chen & Church (1992) dan Sormunen & Laitinen (2012) membuktikan bahwa
mempunyai profitabilitas yang tinggi diharapkan dapat memperoleh laba yang tinggi sehingga kemungkinan kecil bagi perusahaan untuk memperoleh opini going concern.
rasio likuiditas berpengaruh terhadap opini audit going
concern . Berdasarkan teori dan beberapa hasil studi
empiris diatas maka dapat dikatakan bahwa perusahaan yang tidak likuid adalah perusahaan yang memiliki hutang lancar lebih kecil dari asset lancarnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa perusahaan berada dalam kesulitan di dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini akan mendorong auditor auditor untuk memberikan opini audit going concern.
2.3 Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern.
Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungaan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu.Hanafi &
Halim (2009:83-84). Pada penelitian ini rasio
profitabilitas diproksikan dengan Return On Asset (ROA) yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu.
PSA 30 dan Messier (2008:209)memberikan
contoh kondisi perusahaan yang mendapatkan opini audit going concern diantaranya adalah perusahaan mengalami kerugian operasi lebih dari satu periode atau kekurangan modal kerja. Januarti dan
Fitrianasari (2008) menyatakan ketika perusahaan
logistik yang digunakan fit atau cocok dengan data yang digunakan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan referensi bagi investor pasar modal, akuntan publik maupun peneliti selanjutnya mengenai faktor keuangan yang mempengaruhi keputusan akuntan publik di dalam memberikan opini audit going concern yang mengacu pada kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.
3.2 Hasil Analisis Data
a. Hasil Uji Model Kelayakan Regresi
Tabel 2. Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.1 5,372
8 ,717
Hasil pengujian kelayakan model regresi signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model dinilai dengan menggunakan Hosmer and regresi disimpulkan mampu memprediksi nilai
Lemeshow Test yang menunjukkan nilai Chi- observasinya dan layak untuk digunakan dalam
square sebesar 5,372 dengan signifikansi (nilai analisis selanjutnya.p) sebesar 0,717. Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai
b. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Nilai-2LL awal adalah sebesar 84,241 dan menjadisebesar 58,700.Penurunan nilai -2LL ini setelah dimasukkan variabelindependen, maka menunjukkan model regresi yang baik atau dengan nilai -2LL akhir mengalami penurunan katalain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
2
c. ) Hasil Uji Koefisien Determinasi (R
Hasil pengujian koefisien determinasi yang dapat dijelaskan oleh variabel independen menunjukkan nilaiNagelkerke R Square sebesar adalah sebesar 40,7%. Sisanya sebesar 59,3% dijelaskan oleh variabel-variabel lain . 0,407 yang berarti variabilitas variabel dependen
Tabel 3. Model Summary
Cox & Snell R Step -2 Log likelihood Nagelkerke R Square a Square 1 58,700 ,247,407
d. Pengujian Koefisien Regresi
Tabel 4. Variables in the Equation
a B S.E. Wald df Sig. Exp(B)Step 1 CR -,150 ,119 1,572 1 ,210 ,861 ROA -37,354 10,601 12,415 1 ,000 ,000 Constant -,913 ,479 3,629 1 ,057 ,401 Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model sebagai berikut:
− = − , − , − , + ∈
real estate
Islahuzzaman (2013) The Correlation Between Banking Ratio (BR), Return On Asset
Profesional Akuntan Publik (SPAP), Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indoensia. 2011. Standar
No 1:43-58
Rasio Keuangan dan Non Keuangan yang mempengaruhi Auditor dalam memberikan opini going concern.Jurnal MAKSI Vol 8,
Jakarta Indira Januarti dan Ella Fitrianasari.2008. Analisis
Laporan Keuangan . Edisi Ketiga, Cetakan Pertama, PT Raja Grafindo Persada.
Hani, Cleary, Mukhlisin. 2003. Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya. Harahap, Sofyan Syarif. 1998. Analisis Kritis
Going Concern Report . Auditing : Journal Practice and Theory , Fall. pp 30-49
Chen, K. C., Church, B. K. 1992. Default on Debt Obligations and The Issuance of
Abdul Halim dan M.Hanfi.2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.Yogyakarta
REFERENSI
di Indonesia selama periode penelitian memiliki Current Ratio (CR) yang sehat dan hanya beberapa saja yang memiliki Current Ratio (CR) yang rendah dan auditor sangat mungkin di dalam menilai kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya tidak hanya mempertimbangkan bagaimana kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya tetapi sangat mungkin auditor mempertimbangkan bagaimana kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya dan bagaimana rencana manajemen di dalam mengatasi kondisi- kondisi going concern yang muncul.
dipengaruhi oleh rata-rata perusahaan property dan
Berdasarkan model regresi yang terbentuk di atas, hipotesis pengaruh Current Ratio (CR) terhadap penerimaan opini auditgoing concern menunjukkan bahwa variabel Current Ratio (CR) memiliki koefisien regresi sebesar negatif 0,150,
going concern . Hal ini terjadi dimungkinkan
2. Pengujian dengan menggunakan regresi logistik menemukan bahwa variabel Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap opini audit
(kekurangan modal kerja) hal ini akan membahayakan kelangsungan hidup perusahaan.
(ROA) suatu perusahaan maka semakin kecil probabilitas perusahaan mendapatkan opini audit going concern. Perusahaan yang terus menerus mengalami kerugian memiliki kemungkinan besar mengalami saldo laba negatif (defisit) bahkan memiliki kemungkinan mengalami defisiensi modal
Return On Asset
opini going concern. Artinya semakin besar
Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap
1. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa variable Return On
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan model regresi logistik dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :
Hipotesis pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap penerimaan opini audit going concern menunjukkan bahwa variabel Return On Asset (ROA) memiliki koefisien regresi negatif sebesar 37,354 dan standard error sebesar 10,601;dengan nilai wald sebesar 12,415 dan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (5%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, hal ini memiliki makna bahwa Return On Assets(ROA) yang rendah membuat auditor cenderung memberikan opini audit going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Hani,dkk (2003) dan Yulius (2009) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap opini audit wajar tanpa pengecualian dengan modifikasi paragraf penjelasgoing concern
dengan hasil penelitian Rahayu (2007) dan Islahuzzaman (2013) yang memberikan bukti bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh terhadap keputusan opini audit wajar tanpa pengecualian dengan modifikasi paragraf penjelasgoing concern.
going concern. Hasil penelitian ini konsisten
sebesar 1,572 dan signifikansi sebesar 0,210 lebih besar dari 0,05 (5%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Current Ratio (CR) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit
standar error sebesar 0,119 dengan nilai wald
IV. KESIMPULAN
(ROA), Capital Adequecy Ratio (CAR) with Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Going Concern Audit Opinion. Makassar .
International Conference On Management Rinanti Ina.2008. Pengaruh NPM, ROA, dan ROE Economics And Finance. terhadap Harga Saham.Jurnal Akuntansi.
Jensen, M. C and Meckling, W.H. 1976. Theory of Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma. the Firm : Managerial Behavior, Agency Jakarta Costs and Ownership Structure . Journal of Sormunen, Nina & Teija Laitinen. 2012. Late
Financial Economics, October, 1976, V. 3, Financial Distress Process Stages &
No. 4, pp. 305-360
Financial Ratio : Evidance for auditor’s
Koh, Hian Chye, and Sen Suan Tan. 1999. A Going Concern Evaluation. Copenhagen Neural Network Approach to Prediction of Business School.
Going Concern Status. Accounting and Yulius Kurnia Susanto. 2009. Faktor-Faktor yang
Business Research . Vol. 29, No. 3: 211-216. Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit
Marisi Purba.2009. Asumsi Going Concern. PT Going Concern. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Graha Ilmu, Bandung. Vol. 11 No. 3 Hal. 155-173
Messier, Glover, Prawitt. 2008. Auditing &
Assurance Service . PT Salemba Empat BIODATA PENULIS Jakarta.
Dwi Jayanti , memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Muchler, J.F. 1985. A Multivariate Analysis of The
(SE), Jurusan Akuntansi Universitas Widyatama Auditor’s Going Concern Opinion Decision. Bandung. Lulus tahun 2009. Saat ini sedang
Journal of Accounting Research.Autumn. Pp
melanjutkan studi pada Program Magister
668-682
Akuntansi Uniersitas Padjajaran Bandung dan Puji Rahayu. 2007. Assessing Going Concern menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas
Opinion: A Study Based on Financial Jendral Achmad Yani Cimahi and Non-Financial Information.