PERAN SPIRITUALITAS DI TEMPAT KERJA SEBA

PERAN SPIRITUALITAS DI TEMPAT KERJA SEBAGAI MEDIATOR
RELIGIUSITAS TERHADAP KUALITAS KEHIDUPAN KERJA PADA
GURU SEKOLAH ISLAM TERPADU MALANG RAYA
Nurul Octaria
akunuruloctaria@gmail.com
Ika Rahma Susilawati
ikarahma@ub.ac.id
Selly Dian Widyasari
sellydianpsi@yahoo.co.id
Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran spiritualitas di tempat kerja sebagai
mediator religiusitas terhadap kualitas kehidupan kerja pada guru Sekolah Islam Terpadu
Malang Raya sebanyak 68 guru. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah quota
sampling. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Reliabilitas
dalam penelitian ini menunjukkan nilai reliabilitas skala Religiusitas sebesar 0,862, skala
Spiritualitas si Tempat kerja sebesar 0,895, dan skala Kualitas Kehidupan Kerja sebesar
0,803. Analisis yang digunakan adalah uji regresi mediasi sederhana dengan metode causal
step dan Uji Mediasi indirect effect menggunakan bootstrapping (SPSS Macro) dengan nilai
confidence interval sebesar 1,0262. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spiritualitas di
tempat kerja berperan signifikan sebagai mediator religiusitas terhadap kualitas kehidupan

kerja pada guru Sekolah Islam Terpadu Malang Raya.
Kata Kunci: Religiusitas, Spiritualitas, Kualitas Kehidupan Kerja

ABSTRACT
This research was aimed to understand role of Spirituality at Work Place as Mediator of
Religiousity to Quality of Work Life among the teachers of Islam Terpadu School Malang
Raya. The sample of this research are 68 teacher. Sampling technique that was used is quota
sampling. Validity used in this research is validity content. Reliability scale in this research
showed that Religiousty Scale =0,862, Spirituality of work place Scale = 0,895, and Quality
of Work Life Scale =0,803. The data analysis using simple mediation regression’ causal step
method and used Bootstrapping (SPSS Macro) for measuring indirect effect with value of
confidence interval = 1,0262 . The result of this study showed that workplace spirituality was
found to mediate between religiousity and quality of work life’ teachers of Islam Terpadu
School Malang Raya.
Keyword

: Religiousity, Spirituality, Quality of Work Life

1


2
LATAR BELAKANG
Peran manajemen sumberdaya salah satunya adalah dengan memelihara peran aktif
karyawan agar tercapainya peningkatan produktivitas dan efektivitas organisasi. Salah satu
upaya yang dilakukan manajemen sumber daya manusia untuk meningkatkan produktivitas
dan efektivitas organisasi adalah dengan meningkatkan kepuasan kerja. Saklani (2004)
mengatakan bahwa salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kepuasan kerja
adalah memperbaiki kualitas kehidupan kerja (quality of work life) (Zulkarnain, Mahamood,
& Omar 2010).
Kalliath dan Morris (2002) menyatakan bahwa kualitas kehidupan kerja diartikan
seperti manajemen dinamis yang melibatkan faktor - faktor secara fisik, teknologi, sosial, dan
psikologi yang berdampak pada budaya dan pembaharuan lingkungan organisasi (Aketch
dkk, 2012). Kualitas kehidupan kerja menyangkut seluruh faktor fisik maupn psikologis
dalam kehidupan kerja individu. Penelitian ini membahas mengenai guru sekolah Islam
Terpadu. Guru sekolah Islam Terpadu selain mendapatkan reward secara materi, pelatihan
intelektual ke profesiannya, juga mendapatkan pembinaan ruhani yaitu liqo (mengaji) sebagai
upaya pembentukan kualitas kehidupan kerja terhadap guru-gurunya. Liqo, merupakan salah
satu upaya manajemen untuk menghadirkan nilai-nilai spiritualitas di lingkungan kerja,
mengembangkan nilai-nilai personal guru, serta menguatkan tindakannya dalam bekerja
sehingga mendorong perasaan subjektifnya dalam pembentukan kepuasan hidup dan

pekerjaannya (Karakas, 2010).
Neck & Milliman (1994) menjelaskan bahwa spiritualitas bisa dirasakan oleh individu
yang memegang nilai-nilai personal. Moore & Casper menambahkan bahwa nilai-nilai
personal itu salah satunya berasal dari kepercayaan (religi) yang akan mempengaruhi perilaku
individu (Behestifhar & Zare, 2013). Liqo merupakan salah satu aktivitas religi yang dapat
mendorong spiritualitas di tempat kerja. Pemaparan konsep - konsep mengenai religiusitas,
spiritualitas, dan kualitas kehidupan kerja menjadi bahasan yang menarik dan unik untuk
diteliti. Penulis melihat sejauh ini belum ada penelitian pengaruh positif religiusitas terhadap
spiritualitas di tempat kerja karena keduanya seharusnya memiliki hubungan yang tak
terpisahkan. Peneliti ingin menguji peran spiritualitas di tempat kerja sebagai mediator
religiusitas terhadap kualitas kehidupan kerja pada sumber daya manusia di bidang
pendidikan yaitu guru Sekolah Islam Terpadu Malang Raya.

3
LANDASAN TEORI
Religiusitas
Kata religi berasal dari bahasa latin religio yang bermula adalah religere yang
menurut Cicero berarti mengikat (Kahmad, 2002). Istilah religi dikenal dalam berbagai
bahasa lain diantaranya, agama (Bahasa Indonesia), dien (Bahasa Arab), dan religion (Bahasa
Inggris). Dollahite (1998) mendefinisikan religi adalah sebuah komunitas perjanjian iman

dengan ajaran – ajaran dan narasi yang meningkatkan pencarian suci dan mendorong
moralitas (Ivtzan dkk, 2011). Dalam istilah religi tersebut, kemudian muncul yang biasa
disebut religiusitas. Dister (Rahayu, 2003) mendefinisikan religiusitas sebagai keberagamaan
yang artinya adanya internalisasi agama di dalam diri seseorang. Nashori dan Mucharam
(2002) mengartikan religiusitas pada perilaku keberagamaan dan digambarkan mengenai
seberapa jauh pengetahuan, seberapa kuat keyakinan, seberapa sering pelaksanaan ibadah dan
kaidah, serta seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang Muslim,
religiusitas dimaknai tentang seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan, dan
penghayatan atas agama Islam.
Rahim (2001) menjelaskan bahwa akhlak merupakan fungsionalisasi agama.
Maksudnya adalah keberagamaan menjadi tidak berarti perilaku individu dikatakan masih
merugikan dirinya sendiri dan orang lain atau melakukan perbuatan tercela maka
keberagamaanya menjadi tidak benar dan sia-sia. Akhlak bisa dilihat dari perilaku sehari-hari
baik dari ucapan, perbuatan, dan sikap individu. Dalam agama Islam, manifestasi dimensi ini
diantaranya ramah, berbuat baik terhadap orang lain, menolong sesama, bertanggung jawab,
memperjuangkan kebenaran dan keadilan, dapat dipercaya, menghindari zina, mencari rizki
dengan cara halal, dan lain sebagainya.
Spiritualitas di Tempat Kerja
Spiritualitas sendiri didefinisikan oleh Mitroff dan Denton (1999) merupakan dasar
perasaan mengenai hubungan penyelesaian dengan diri sendiri, orang lain, dan seluruh alam

semesta. Spiritualitas dikatakan sebagai langkah untuk menemukan arti secara berkelanjutan,
otentik, bermakna, holistik, dan mendalam mengenai pemahaman ekstensial diri dan yang
berhubungan/berkaitan dengan hal-hal suci dan transenden (Karakas, 2010). Konsep
spiritualitas di tempat kerja menurut Naylor,dkk (1996); Neck & Milliman (1994);
Kahnweiler & Otte (1997) dari sudut pandang eksistensialis beranggapan bahwa

4
kemungkinan spiritualitas berhubungan dengan konsep seperti pencarian arti dalam hal apa
yang harus dikerjakan di tempat kerja (Krishnakumar & Neck, 2002).
Krishnakumar dan Neck (2002) menggambarkan bahwa spiritulitas mendorong
seseorang mencari arti tentang pekerjaan yang dilakukannya, mengapa dan untuk apa
individu melakukan pekerjaan tersebut. Kemudian mendorong seseorang untuk mencari arti
mengapa melakukan pekerjaan tersebut, apa yang mendorong atau mengarahkannya, serta
mencari alasan bertahan dalam organisasi tersebut. Spiritualitas mengarahkan individu untuk
memahami keberadaan dirinya dalam upaya pencapaian arti hidup yang sesungguhnya.
Disamping itu, Sanders, Hopkin, & Geroy (2004) menjelaskan definisi spiritualitas
ditempat kerja dinyatakan bukan mengenai agama atau membuat para karyawan mengakui
sistem kepercayaan tertentu tetapi sebaliknya, spiritualitas ini tentang pengembangan
karyawan untuk memungkinkan mereka untuk menjadi lebih peduli dan welas asih dalam
interaksi mereka dengan rekan kerja. Namun hal itu tidak berarti bahwa konsep antara

religiusitas dan spiritualitas tidak bisa terpisahkan (Dadabhay, 2011). Dent dkk (2005)
menyatakan sesungguhnya hubungan antara kereligiusan dan spiritualitas di tempat kerja
tidak bisa diabaikan (Behestifhar & Zare, 2013).
Kualitas Kehidupan Kerja
Studi mengenai kualitas kehiduan kerja sudah berlangsung sejak beberapa puluh
tahun silam. Sekharan (1985) (Walton, 2005) melakukan observasi mengenai konsep sejarah
dari kualitas kehidupan kerja secara orisinil hanya mencakup isu-isu tentang upah, jam kerja,
dan kondisi pekerjaan. Bagaimana pun, konsep tersebut telah diperpanjang dan beberapa
faktor seperti keterlibatan para karyawan dalam lingkungan pekerjaan, kompetensi
pencapaian kerja, memenuhi pekerjaan dan sebagainya. Kualitas kehidupan kerja telah
digunakan sebagai konstruk yang berhubungan dengan kesejahteraan para karyawan.
Greenhaus dkk (1987) menerangkan bahwa dari segi perspektif bisnis, kualitas kehidupan
kerja merupakan hal penting dimana sifat dari lingkungan pekerjaan berhubungan dengan
adanya kepuasan karyawan dan perilaku-perilaku karyawan (Zulkarnain, dkk, 2010).
Jayakumar dan Kalaiselvi (2012) mendeskripsikan bahwa kualitas kehidupan kerja
adalah kehidupan seseorang. Cascio (2006) beranggapan bahwa kualitas kehidupan kerja
diartikan menjadi dua pandangan yang pertama kualitas kehidupan kerja merupakan
sekumpulan keadaan dan praktek dari tujuan organisasi (contohnya: pemerkayaan pekerjaan,
kebijakan promosi dari dalam, kepenyeliaan yang demokratis, partisipasi karyawan dan
kondisi kerja yang aman). Sementara pandangan kedua mengartikan kualitas kehidupan kerja


5
sebagai persepsi-persepsi karyawan seperti bahwa karyawan merasa aman, secara relatif
merasa puas serta mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sebagai layaknya
manusia (Kartika, 2009). Carter dkk (1990), Efraty & Sirgy (1990), dan Efray dkk (1991)
menerangkan bahwa kualitas kehidupan kerja diketahui juga berdampak pada respon kerja
para karyawan dalam jangka identifikasi organisasi, kepuasan kerja, keterlibatan kerja, usahausaha kerja, performansi kerja, itensi untuk keluar, pergantian karyawan dalam organisasi,
dan kepribadian untuk mengasingkan diri (Dargahi, 2011).

METODE PENELITIAN
Responden dan Desain Penelitian
Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebanyak 68 guru, terdiri
dari 66 guru perempuan dan 2 guru laki-laki. Subjek yang diteliti ialah guru Sekolah Islam
Terpadu TK dan SD Insan Permata, TK dan SD Mutiara Hati, serta TK dan SD Robbani yang
berada di Malang Raya dan mendapatkan program pembinaan liqo. Peneliti menggunakan
metode non-probability sampling dengan teknik quota sampling dalam pengambilan data
penelitian. Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan kausalkomparatif.

Alat Ukur dan Prosedur Penelitian
Alat ukur dalam penelitian ini adalah Skala Religiusitas, peneliti mengembangkan

skala religiusitas dengan mengacu pada teori Glock dan Stark (Ancok, 1995, Holdcroft,
2006) dalam Subandi (2013). Skala Religiusitas ini terdiri dari lima dimensi diantaranya
Religious Belief (keyakinan), Religious Practice (ibadah), Religious Feeling (penghayatan),
Religious Knowledge (ilmu), dan Religious Effect (amal). Skala ini terdiri dari 15 aitem. Nilai
Cronbach Alpha pada saat uji coba sebesar 0,862 sehingga reliabilitas dianggap sangat baik/
tinggi dan skala religiusitas merupakan alat ukur yang reliabel.
Skala Spiritualitas di Tempat Kerja, peneliti mengembangkan skala spiritualitas di
tempat kerja dengan mengacu pada teori dari Behestifhar dan

Zare

(2013). Skala

Spiritualitas di Tempat Kerja ini terdiri dari enam dimensi yaitu rasa kelompok dalam
komunitas, kesejajaran antara nilai-nilai organisasi dengan nilai individu, rasa kontribusi pada
komunitas, rasa kenikmatan di pekerjaan, peluang bagi kehidupan jiwa, dan rasa pengawasan
dari tuhan. Skala ini terdiri dari 24 aitem. Nilai Cronbach Alpha sebesar 0,895 sehingga
reliabilitas dianggap sangat baik/ tinggi dan skala religiusitas merupakan alat ukur yang
reliabel.


6
Skala Kualitas Kehidupan Kerja, peneliti mengembangkan skala kualitas kehidupan
kerja dengan mengacu pada teori dari Walton (2005). Skala Kualitas Kehidupan Kerja ini
terdiri dai delapan dimensi yaitu kompensasi yang adil dan layak, keamanan dan kesehatan di
lingkungan kerja, kesempatan untuk memberdayakan dan mengembangkan kepuasan
individu secara tanggap, peluang untuk keberlanjutan perkembangan dan jaminan, integrasi
sosial di dalam organisasi kerja, aturan-aturan dalam organisasi kerja, pekerjaan dan seluruh
ruang kehidupan, dan tanggung jawab sosial perusahaan. Skala ini terdiri dari 22 aitem. Nilai
Cronbach Alpha sebesar 0,803 sehingga reliabilitas dianggap sangat baik/ tinggi dan skala
religiusitas merupakan alat ukur yang reliabel.
Adapun prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini, yang pertama menentukan
variabel penelitian kemudian melakukan studi kepustakaan mengenai variabel yang telah
ditentukan untuk mendapatkan konsep teoritis yang jelas kemudian mengidentifikasi
masalah, menentukan kerangka berpikir, dan menentukan hipotesis penelitian. Lalu ,Peneliti
menentukan desain dan metode penelitian yang sesuai dengan topik penelitian, menentukan
instrumen. Setelah itu, menyiapkan skala dan instrumen pengukuran dengan melakukan
Expert Judgement. Setelah itu, Peneliti mengajukan permohonan izin pada instansi yang
dituju. Peneliti kemudian melakukan uji coba try out. Peneliti kemudian melakukan analisis
aitem. Kedua, peneliti melakukan penelitian dan ketiga, membuat analisis dan pengolahan
data untuk melakukan penafsiran hasil analisis data dan melakukan pembahasan dengan

melakukan interpretasi dan membahas hasil analisis statistik berdasarkan teori dan kerangka
berpikir yang diajukan sebelumnya dan selanjutnya merumuskan kesimpulan hasil penelitian.

HASIL
Hasil uji mediasi diperoleh signifikansi variabel spiritualitas di tempat kerja sebagai
mediator religiusitas terhadap kualitas kehidupan kerja guru sekolah Islam Terpadu Malang
Raya dengan nilai Sig. 0,000 (Baron & Kenny, 1986) dan indirect effet dengan nilai
confidence interval sebesar 1,0262 Nilai tersebut berada di antara LL (0,5130) < (1,0262) <
UL (1,5394) (Preacher & Hayes, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa spiritualitas di tempat
kerja sebagai mediator sehingga dapat meningkatkan pengaruh religiusitas terhadap kualitas
kehidupan kerja dan sebaliknya jika variabel spiritualitas di tempat kerja ini tidak ada, maka
nilai pengaruh religiusitas terhadap kualitas kehidupan kerja akan turun.

7

1. HA1: Religiusitas berpengaruh terhadap Kualitas Kehidupan Kerja Guru Sekolah
Islam Terpadu Malang Raya
Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat diketahui bahwa variabel
kebutuhan religiusitas memberikan nilai koefisien 0,395 dengan thitung 3,497 yang
lebih besar dari ttabel1,669 dan nilai signifikansi 0,001 yang kurang dari 0,05.

Pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, dan HA1 diterima sehingga disimpulkan
kebutuhan religiusitas berpengaruh terhadap kualitas kehidupan kerja.

2. HA2

: Religiusitas berpengaruh terhadap spiritualitas di tempat kerja guru Sekolah

Islam Terpadu Malang Raya
Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat diketahui bahwa variabel
kebutuhan religiusitas memberikan nilai koefisien 0,693 dengan thitung7,819 yang lebih
besar dari ttabel1,669 dan nilai signifikansi 0,000 yang kurang dari 0,05. Pengujian ini
menunjukkan bahwa H0 ditolak dan HA2 diterima sehingga disimpulkan kebutuhan
religiusitas berpengaruh signifikan terhadap spiritualitas di tempat kerja.

3. HA3

:

Religiusitas berpengaruh terhadap kualitas kehidupan kerja dengan melalui

spiritualitas di tempat kerja guru Sekolah Islam Terpadu Malang Raya
Berdasarkan hasil perhitungan statistik (lampiran persamaan satu) dapat
diketahui bahwa variabel kebutuhan religiusitas memberikan nilai unstandardized
coefficients -0,095 dengan thitung-2.93 yang lebih kecil dari ttabel1,669 dan nilai
signifikansi 0,771 yang lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
terdapat penururnan nilai unstandardized coefficients dengan memasukkan M atau c
menjadi c’ dari 0,931 menjadi -0,095 serta nilai signifikansi berubah menjadi tidak
signifikan dari 0,001 menjadi 0,771 sehingga variabel M sebagai variabel mediasi dan
dapat dikatakan HA3 diterima.
4. HA4

: Spiritualitas di tempat kerja religiusitas berperan secara tidak langsung dalam

memediasi religiusitas terhadap kualitas kehidupan kerja guru sekolah Islam Terpadu
Malang Raya
tes Sobel melalui situs quantpsy.org. Nilai hasil uji Sobel diperoleh hasil nilai zvalue sebesar 3,94709406. Hasil nilai tersebut menunjukkan lebih besar dari nilai
standar 1,96, serta nilai signifikansi melalui p-value 0,00007911 yang lebih kecil dari

8
α (0,05). Berdasarkan hasil beda nilai penurunan nilai standar koefisien beta dan hasil
uji Sobel lebih besar dari nilai standar, maka dapat disimpulkan bahwa HA4 diterima
dan H0 ditolak pada tingkat signifikansi 0,05. Selain itu, untuk mengetahui nilai
confidence interval sebesar 1,0262 Nilai tersebut berada di antara LL (0,5130) <
(1,0262) < UL (1,5394) sehingga sebagai variabel mediasi secara tidak langsung dan
dapat dikatakan HA4 diterima.
DISKUSI
Berdasarkan hasil uji statistik mengenai hipotesis yang telah dipaparkan sebelumnya,
didapatkan hasil bahwa spiriualitas di tempat kerja berperan sebagai mediator religiusitas
terhadap kualitas kehidupan kerja. hasil uji tersebut dilakukan berdasarkan konsep causal
step Baron & Kenny (1986) dan uji indirect effect Preacher & Hayes (2004). Penelitian ini
menjelaskan bahwa religiusitas mengarahkan guru untuk mencapai arti dan nilai-nilai tujuan
mereka dalam bekerja (spiritualitas di tempat kerja). Hasil uji causal step regression
menjelaskan spiritualitas di tempat kerja dikatakan sebagai mediator sehingga dapat
meningkatkan pengaruh religiusitas terhadap kualitas kehidupan kerja dan sebaliknya jika
variabel spiritualitas di tempat kerja ini tidak ada, maka nilai pengaruh religiusitas terhadap
kualitas kehidupan kerja akan turun.
Religiusitas merupakan sebuah konsep perilaku keber-agamaan yang digambarkan
mengenai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kuat keyakinan, seberapa sering pelaksanaan
ibadah dan kaidah, serta seberapa penghayatan atas agama yang dianutnya (Nashori &
Mucharam, 2002). Menurut Ostow dan Schrafstein (Subandi, 2013) manusia memiiki
kebutuhan terhadap perilaku keberagamaan. Hal tersebut merupakan fitrah yang ada pada diri
manusia agar memiliki sandaran kepercayaan terhadap Tuhannya, dimana akan menjadi
pedoman atau aturan dalam menjalani kehidupannya. Berbeda halnya dengan religiusitas,
spiritualitas merupakan konsep pengembangan dirinya. Spiritualitas di tempat kerja menurut
Naylor, dkk (1996); Neck & Milliman(1994); Kahnweiler & Otte (1997) merupakan sebuah
konsep yang menggambarkan tentang pencarian arti dalam hal apa yang harus dikerjakan di
tempat kerja dan mendorong atau mengarahkan individu untuk memahami keberadaan
dirinya untuk bertahan dalam pekerjaanya (Krishnakumar & Neck, 2002).
Sesuai dengan konsep yang telah dikemukakan Cash dkk (2000) bahwa religiusitas
dan spiritualitas di tempat kerja tidak bisa dipisahkan dimana religiusitas sebagai aspek
kepercayaan formal dan ritual yang mengatur pedoman hidup dalam beribadah dan

9
menjalankan kehidupan, sedangkan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa konsep
spiritualitas di tempat kerja mendorong individu memaknai pekerjaannya secara berarti. Dent
dkk (2005) menjelaskan bahwa identifikasi dan pengenalan kehidupan seseorang bermula
dari pengertian motivasi diri individu untuk bekerja dan berhubungan terhadap peningkatan
kehidupan masyarakat dikatakan dipengaruhi oleh keyakinan masyarakat, nilai-nilai, dan
budaya-budaya (religi atau lainnya) (Dadabhay, 2011).
Faktor-faktor religiusitas mempengaruhi nilai-nilai spiritualitas di tempat kerja yang
tinggi guru-guru Sekolah Islam Terpadu Malang. Perilaku religiusitas baik beribadah seperti
sholat, liqo, mendatangi kajian, bersedekah, mempelajari hukum sunnah dan fiqih dengan
membaca, serta mengamalkan nilai-nilai pedoman hidupnya yaitu Alquran. Aktivitas religius
tersebut mendorong guru mengembangkan nilai-nilai spiritualnya. Guru mendasarkan
pedoman dan pengetahuan dari agamanya dalam melakukan aktivitas pekerjaannya di
sekolah, mencari keberartian hidup, dan pekerjaannya. Seperti yang dikemukan Ashmos dan
Duchon (2000) bahwa berdasarkan pengetahuan, masyarakat membutuhkan pikiran-pikiran
mereka, tubuh-tubuh, dan jiwa-jiwa yang terpelihara dalam mengartikan sebuah langkahlangkah melalui pekerjaan yang mereka lakukan. Masyarakat mencari tujuan dalam pekerjaan
mereka diluar hal-hal bersifat materi dan karakteristik pekerjaan formal yang dilakukannya
(Dadabhay, 2011).
Religiusitas mengarahkan guru sekolah Islam Terpadu Malang Raya mengembangkan
nilai-nilai spiritualnya dalam pekerjaan. Guru merasakan adanya rasa kesejajaran antara nilainilai organisasi dengan nilai individu, dan pencarian arti nilai, artinya ialah guru melakukan
pencarian arti mengenai dirinya, pekerjaannya, dan kontribusi yang dilakukan dalam
pekerjaannya sehingga guru dapat mengembangkan nilai-nilai personalnya untuk terlibat
pada aktivitas peran dan partisipasinya di luar peranannya sebagai guru. Hal tersebut
mengarahkan guru untuk turut berpartipasi pada upaya-upaya pengembangan. Rasa
kontribusi pada komunitas kerja, artinya adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai guru
tersebut selaras dengan nilai-nilai personal dan mendukung hubungannya dengan rekan-rekan
kerjanya sehingga mendorong guru untuk berinteraksi sosial dan tergabung dalam bagian
kelompok kerjanya di sekolah.
Selain itu, rasa kenikmatan pekerjaan, artinya guru-guru Sekolah Islam Terpadu
memiliki rasa senang dan gembira dalam menjalankan perannya sebagai guru karena telah
memahami pencapaian arti diri dan pekerjaan yang dilakukannya serta mengartikan bahwa
pekerjaannya tidak menyita ruang kehidupan lainnya baik di keluarga serta ruang kehidupan

10
lain serta guru merasakan fasilitas yang memadai dalam menjalankan perannya sebagai guru
di sekolah.
Spiritualitas di tempat kerja dinyatakan berperan sebagai mediator yang berpengaruh
signifikan terhadap kualitas kehidupan kerja. Spiritualitas di tempat kerja berperan
mengarahkan guru-guru Sekolah Islam Terpadu dalam menilai kualitas kehidupan kerjanya di
sekolah. Peran spiritualitas di tempat kerja mengarahkan guru-guru untuk menjalin hubungan
sosialnya yang juga turut menyumbang aspek kualitas kehidupan kerja, artinya faktor
pekerjaan mendorong guru-guru untuk berinteraksi dalam organisasi kerja dan saling
mendukung satu sama lain. Selain itu, peranan atau profesinya sebagai guru dalam penelitian
ini pun menjelaskan bahwa pekerjaan telah memberi ruang kehidupan lain bagi hidup para
guru dan tidak semua waktu tersita hanya untuk pekerjaan. Selain itu, adanya kesempatan
untuk terlibat dalam pekerjaan di sekolah, terlibat dalam peluang pengembangan, terlibat
dalam tugas-tugas yang memperkaya ilmunya dalam menjalankan perannya di sekolah.
Penelitian Zulkarnain, Mahamood, & Omar (2010) memperkuat hasil penelitian dimana
faktor positif persepsi mengenai perkembangan karier berkorelasi dengan kehidupan kerja
yang tinggi. Dikatakan bahwa guru yang memiliki persepsi positif mengenai aktivitas
perkembangan kariernya akan berlaku jika sejalan dengan keterlibatan karyawan.
Spiritualitas di tempat kerja dikatakan sebagai mediator sehingga dapat meningkatkan
pengaruh religiusitas terhadap kualitas kehidupan kerja dan sebaliknya jika variabel
spiritualitas di tempat kerja ini tidak ada, maka nilai pengaruh religiusitas terhadap kualitas
kehidupan kerja akan turun. Karakas (2009) mendeskripsikan perspektif peran spiritualitas
kerja mengarahkan kesejahteraan karyawan dan kualitas hidup, spiritualitas membentuk nilai
dan keberartian pekerjaan, dan spiritualitas membentuk rasa keterikatan dan komunitas.
Dalam hal ini, guru melakukan peranannya di sekolah sebagai implementasi keselarasan
antara nilai-nilai personal dengan nilai-nilai organisasi sehingga pekerjaannya merupakan
bagian dari diri dan tujuan hidupnya. Guru merasa kalau pekerjaan merupakan bagian yang
terpisahkan dari kehidupannya. Perasaan ini yang mendorong dirinya untuk menjadi bagian
dari komunitasnya dan membuatnya terikat pada pekerjaan dan lingkungan di sekolah.
Penjelasan tersebut menggambarkan apabila guru Sekolah Islam Terpadu memiliki tingkat
religiusitas yang tinggi namun tidak disertai dengan spiritualitasnya di tempat kerja, maka
akan berpengaruh terhadap menurunnya tingkat kualitas kehidupan kerja di Sekolah Islam
Terpadu Malang Raya.

11
Pengamatan terhadap pembentukan kualitas kehidupan kerja disini dikaitkan pada
faktor personal seperti kepuasan subjektif yang berasal dari individu. Adapun religiusitas dan
spiritualitas merupakan aspek personal individu yang diamati dalam penelitian ini, sedangkan
kualitas kehidupan kerja mengacu pada keadaan menyenangkan atau tidak menyenangkannya
lingkungan pekerjaan bagi seseorang. Faktor - faktor pembentuk kualitas kehidupan kerja
berasal dari faktor intrinsik individu dan faktor ekstrinsik atau lingkungan pekerjaan. Meski
spiritualitas di tempat kerja sebagai mediator religiusitas telah meningkatkan kualitas
kehidupan kerja

namun aspek ekstrinsik pun perlu diperhatikan untuk tetap menjaga

keseimbangan kepuasan kerja para karyawan, produktivitas, dan efektivitas kerja di
organisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Aketch, J.R., Odera, O.,Chepkuto, P., & Okaka, O. (2012). Effects of Quality of Work Life
on Job Performance : Theoritical Perspectives and Literature Review. Curent
Research Journal of Social Sciences 4(5): 383-388, 2012. ISSN: 20141-3246,from
http://maxwellsci.com/print/.../v4-383-388.pdf
Azwar, Saifuddin. (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi (Ed.2). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifuddin. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, Saifuddin. (2013). Reliabilitas dan Validitas (Ed.4). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baron, R. M and Kenny, D. A. (1986). The Moderator-Mediator Variable Distinction in
Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, and Statistical Considerations.
Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 51, No. 6, 1173-1182. American
Psychological Association, Inc.
Beheshtifar, Malikeh., & Zare, Elham. (2013) . Effects of Spirituality in Workplace on Job
Performance. Interdisciplinary. Journal of Contemporary Research in Bussines.
Volume 5. No.2, from http://jpurnal-archieves33.webs.com/284-254.pdf.
Burrack, E.H. (1999). “ Spirituality in the workplace”, Journal of Organizational Change
Management, Vol. 12 No. 4, pp. 280-91
Cash, K.C. & Gray, G.R. (2000). “ A framework for accomodating religion and spirituality in
the workplace”. Academy of the Management Executive, Vol. 14 No.3, pp. 124-34.

12
Dadabhay, Muhamed. (2011). The Mediating Role of Workplace Spirituality on Perception
of Transformational Leadership, Organisational Commitment and Employee Job
Satisfaction within a Sample of South African Muslim School Teachers. A
Dissertation

submitted

in

partial

of

requirements

of

Industrial/Organisational

Master

in

Psychology,from

http://wiredspace.wits.ac.za/bitstream/handle/10539/118999/muhamed_dadabhay_fin
al%202011.pdf.
Dargahi, H., Changizi, V., & Gharabagh. (2011). Radiology Employees’ Quality of Work
Life. Original Report, from http://Journals.tumns.ac.ir/pdf
Dent, E.B., Higgins, M.E., & Wharff, D. M. (2005). Spirituality and leadership: An empirical
review of definitions, and embedded assumptions. The Leadership Quarterly, 16, 625653.
Desmukh, Soha. (2012). Religiosity and Psychological Well Being. International Journal of
Bussines and Social Science. Volume 3. No. 11. From http://ijbssnet.com./pdf
Download SPSS Macro untuk Bootstrapping
http://www.afhayes.com/spss-sas-and-mplus-macros-and-code.html#medcurve
Ivtzan, I., P.L, Christine, Gardner, H.E., & Prashar, Kiran.(2009). Lingking Religion and
Spirituality with Psychological Well Being: Examining Self-actualisation, Meaning in
Life, and Personal Growth Initiative. Journal of Religion and Health,from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21968697
Jayakumar, A., & Kalaiselvi, K.(2012). Quality of Work Life an Overview.
International Journal of Marketing, Financial Services & Management Research.
Volume.

1.

Issue

10,

October

2012,

ISSN

2277

3622,

from

http://indianresearchjournals.com/pdf/.../12.pdf
Kahmad, Dadang. (2002). Sosiologi Agama. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Karakas, Fahri.(2010). Spirituality and Performance in Organizations: a Literature Review.
Journal

of

Bussines

Ethics,

94

(1),

pp.

89-106,

from

http://dx.doi.org/doi:10.1007/s10551-009-0251-5
Kartika, Lindawati.(2009). Analisis kepuasan Kerja Karyawan Melalui Faktor-faktor Quality
of

Worklife

(QWL)

Pada

PT

Pertamina

(Persero)

Perkapalan.Tesis,from

http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=121921&lokasi=lokal.
Kahnweiler, W. & Otte, F.L. (1997). “In search of the soul of HRD”. Human Resource
Development Quarterly, Vol. 8 No. 2, pp. 171-181.

13

Khrisnakumar, S., & Neck, C.P. (2002). The “ what”, “why”, and “how” of spirituality in the
workplace. Department of Management, Pamplin College of Bussines, Virginia Tech.,
Blacksburg, Virginia, USA. Journal of Managerial Psychology. Volume 17. No. 3,
2002, pp. 153-164, fromhttp://www.emeraldinsight.com/0268-3946.htm.
Loxton,

J.

Natalie.

Testing

Mediation

Using

Bootsrapping

in

SPSS.

http://www2.psy.uq.edu.au/~wlouis/stats/nloxton_mediationbootstrapping.pdf
Lui, C. H., & Robertson, P.J. (2010). Spirituality in the workplace: Theory and measurement.
Journal

of

Management

Inquiry,

20,

From:

35-50.

http://m.jmi.sagepub.com/content/20/1/35
Murniati, dkk. (2013) Alat-Alat Pengujian Hipotesis. Semarang: Universitas Katolik
Soegijapranata.
Nashori, Fuad., & Mucharam, R.D. (2002). Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif
Psikologi Islam. Jogjakarta : Menara Kudus.
Neck, CP. & Milliman, J.F. (1994). “Thought self-leadership: finding spiritual fulfillment in
organizational life”, Journal of Managerial Psychology, Vol. 9 No. 6, pp 9-16.
Preacher, Kristopher,J., & Hayes, Andrew, F. (2004) .SPSS and SAS prrocedures for
estimating indirect effect in simple mediation models. Behavior Research Methods,
Instruments,

&

Computers.Journal

2002,36

(4),

717-

731.http://www.quantpsy.org/pubs/preacher_hayes_2004.pdf
Preacher, K. J., Rucker, D. D and Hayes, A. F. (2007). Addressing Moderated Mediation
Hypotheses:

Theory,

Methods,

and

Prescriptions.

Multivariate

Behavioral

Research,Journal 42(1), 185–227. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.pdf
Rahayu, Iin Tri. (2003). Tingkat Religiusitas antara Mahasiswa yang Berlatarbelakang SMU
dan MAN di STAIN Malang.Psikodinamik. Vol.5. No. 2. Juli 2003.
Rahim, Husni. (2001). Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos.
Ramayulis. (2003). Psikologi Agama. Jakarta : Kalam Mulia.
Rani, A.A., Abidin, I., & Hamid, M.R A.(2013). The Impact of Spirituality Intelligence on
Work Performance : Case studies ini Goverment Hospitals of East Coast of Malaysia.
The Macrotheme Review,Journal from http://macrotheme.com/pdf
SPSS Statistics 20.0 for Windows
Subandi, M.A. (2013). Psikologi Agama & Kesehatan Mental. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

14
Suliyanto. (2011). Ekonomi Terapan – Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta : CV.
Andi Offset.
Swamy. (2012). A Literature Review on Quality of Worklife and Leadershipstyles.
International Journal of Engineering Research and Applications. Vol. 2, Issue, 3
May-Jun (2012), pp. 1053-1059. From www.ijera.com
Team Pustaka Phoenix. (2008). Phoenix Pocket Dictionarty. Jakarta Barat : PT Media
Pustaka Phoenix.
Thouless, Robert H. (2000). Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Press
Walton, RE. (2005). Quality of Work Life (QWL) Measurement. Article from
http://www.Syn.Com/QWL.htm
Widhiarso, Wahyu.(2010). Berkenalan dengan Analisis Mediasi  : Regresi dengan
Melibatkan Variabel Mediator (Bagian Pertama). Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas

Gadjah

Mada.Artikel

Retrieved

from

http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/Widhiarso%202010%20%20Berkenalan%20dengan%20Analisis%20Mediasi.pdf
Widhiarso, Wahyu.(2011). Mediator& Moderator Dalam Saru Model Bisa di Analisis
Melalui SPSS. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.Artikel
Retrieved

from

http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/Mediator%20&%20Moderator%20dalam%20Sat
u%20Model%20Bisa%20di%20Analisis%20Melalui%20SPSS.pdf
Widhiarso,Wahyu.(2009).

Analisis

Peranan

Mediator

Melalui

SPSS.Artikel

http://widhiarso.staff.ugm.ac.id//wpanalisis-peranan-mediator-melalui-spss/pdf
Wulansari, Marintha. E. 2010. Skripsi Perumusan Strategi Pada Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Insan Permata Malang. Skripsi Universitas Brawijaya Malang.
Www.quantpsy.org
Zulkarnain, Mahamood Yahya,

& Omar Fatimah. (2010). Implication of Career

Development and Demograpic Factors on Quality of Work Life. Jurnal Psikologi,
Volume

37,

No.1,

Juni

(2010):

23-33,

from

htttp//jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/download/37/pdf_4.
Zwingmann, C., Klein, C., & Büssing, A. (2011). Measuring Religiosity/Spirituality:
Theoretical Differentiations and Categorization of Instrumens (Article). Religious.
(2011). 2,345-357, from http://www.mdpi.com/journal/religions.