KEGIATAN DI ALAM BEBAS bagian

KEGIATAN DI ALAM BEBAS
1. Maksud dan Tujuan Hidup di Alam Bebas
Maksud clan tujuan hidup di alam terbuka adalah sebagai berikut:
a. Maksud dan tujuan
Hidup di alam terbuka adalah hidup sementara di luar rumah,
yang menganclung maksud dan tujuan sebagai berikut:
1) Mendekatkan diri pada Tuhan pencipta alam semesta.
2) Mengagumi keindahan tanah air sendiri.
3) Mengenclorkan tekanan-tekanan jiwa clan jasmani dari permasalahan-persalahan yang lama
dan terus-menerus diganti, supaya tidak mengalami kelelahan yang besar.
4) Mendapatkan ketenangan batin clan otak (pemikiran).
5) Menambah kesegaran rohani clan jasmani.
6) Menumbuhkan sifat percaya diri, clan tidak terlalu bergantung pada kedermawanan orang
lain.
7) Memperbaiki tingkah laku dan budi pekerti.
8) Mempertebal keakraban dan persaudaraan.
9) Melatih ketajaman pancaindera.
10) Mempertebal ketabahan diri clan ulet dalam menghadapi setiap tantangan.
11) Memupuk cinta kasih, kesanggupan, clan kecakapan/keterampilan.
12) Mengukuhkan kerja sama.
13) Bertindak dengan disiplin.

Bertindak kesatria.
b. Kesegaran Jasmani clan Kesehatan

Salah satu maksud dan tujuan dari mengikuti kegiatan di alam terbuka adalah untuk kesegaran
jasmani clan kesehatan diri yang melakukannya. Udara pegunungan yang masih bersih akan
dihirup paru-paru secara maksimal, pemandangan yang indah, kegembiraan yang meluap, dan
semangat yang menyala-nyala sungguh menyebabkan rasa segar.
Kepenatan dan keringat yang mengalir dari pori-pori badan ketika mengikuti kegiatan di alam
terbuka tidak dijadikan masalah, karena hanya mereka yang sehat, mampu, kuat dan ulet, akan
mudah mengikuti kegiatan di alam terbuka. Para remaja harus menyadari bahwa masa-masa
usianya ada dalam kondisi kesegaran jasmani yang paling balk.
c. Mengisi Waktu Luang
Waktu luang diisi dengan kegiatan-kegiatan di luar yang rutin dan wajib, balk di rumah, sekolah
atau tempat bekerja. Salah satu waktu luang adalah libur sekolah, yang diisi dengan kegiatankegiatan yang bermanfaat, clan menjadi tujuan semua siswa. Waktu luang lainnya (4 – 6 jam
dalam sehari clan hari minggu) dapat digunakan untuk mempelajari dan melakukan latihan dasar
clan persiapan, sedangkan waktu liburan sekolah untuk pelaksanaannya.

Pendidikan Jasmani Dan Pendidikan Di Luar Kelas

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah utama dalam pendidikan di Indonesia, hingga dewasa
kini, ialah belum efektifnya pengajaran dalam pendidikan di sekolah-sekolah.
Kondisi kualitas pengajaran pendidikan yang memprihatinkan di sekolah
dasar, sekolah menengah, sekolah lanjutan dan bahkan perguruan tinggi
telah dikemukakan dan ditelaah dalam berbagai forum, diantaranya tentang
kemampuan guru dalam pendidikan dan terbatasnya sumber-sumber yang
digunakan untuk mendukung proses pengajaran.
Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktiknya cenderung
tradisional. Model metode-metode praktik dipusatkan pada guru di mana
para siswa melakukan latihan berdasarkan perintah yang ditentukan oleh
guru.
Kejenuhan yang ditimbulkan karena selama ini proses pembelajaran
selalu di lakukan di dalam kelas, merupakan latar belakang munculnya
konsep belajar di luar kelas atau yang lebih dikenal dengan Aktivitas Luar
Kelas. Pendidikan yang selalu dilakukan di kelas selama ini sangat berpotensi
menimbulkan kebosanan bagi siswanya, sehingga pengembangan dari
aktivitas luar kelas sangatlah perlu dilakukan. Karena aktivitas luar kelas bisa
dijadikan sarana alternatif dalam peningkatan kualitas manusia yaitu melalui

alam. Konsep belajar dari alam adalah mengamati fenomena secara nyata
dari lingkungan dan memanfaatkan apa yang tersedia di alam sebagai

sumber belajar. Melalui alam, bisa meningkatkan pola fikir dan sikap mental
positif seseorang.
Kejenuhan pengembangan di dalam ruang turut memberikan dorongan berkembangnya
konsep pendidikan di luar kelas. Pendidikan dalam ruang yang bersifat kaku dan formalitas dapat
menimbulkan kebosanan, termasuk juga kejenuhan terhadap rutinitas di sekolah Pendidikan luar
kelas dijadikan sebagai alternatif baru dalam meningkatkan pengetahuan dalam pencapaian
kualitas manusia. Alam sebagai media pendidkan adalah suatu sarana efektif untuk
meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan pola pikir serta sikap mental positif seseorang.
Konsep belajar dari alam adalah mengamati fenomena secara nyata dari lingkungan dan
memanfaatkan apa yang tersedia di alam sebagai sumber belajar.Dengan alam kita dapat
bermain,belajar,dll.
Pendidikan luar kelas pada dasarnya merupakan pendidikan lintas bidang
studi, karena di dalam kegiatannya meliputi seni, ilmu alam, pendidikan
jasmani dan home economic. Pendidikan luar kelas bertujuan agar siswa dapat
beradaptasi dengan lingkungan dan alam sekitar,dan, mengetahui pentingnya keterampilan hidup
dan pengalaman hidup di lingkungan dan alam sekitar, dan memiliki memiliki apresiasi terhadap
lingkungan dan alam sekitar. Pendekatan ini mengasah aktivitas fisik dan social anak dimana

anak akan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang secara tidak langsung melibatkan
kerjasama antar teman dan kemampuan berkreasi. Berhubungan dengan hal tersebut disini kami
akan membahas mengenai pendidikan di luar kelas terutama yang berkaitan dengan pendidin
jasmani.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan di luar kelas dan tujuannya?
2. Bagaimana hubungan antara pendidikan di luar kelas dengan pendidikan
jasmani?
3. Kegiatan-kegiatan apa saja yang termasuk dalam pendidikan di luar kelas?
4. Bagaimana strategi yang tepat dalam pendidikan jasmani di luar kelas bagi
anak SD?
1.3 TUJUAN
1. Mendeskripsikan pengertian pendidikan di luar kelas dan tujuannya.
2. Menjelaskan bagaimana hubungan antar pendidikan di luar kelas dengan
pendidikan jasmani.
3.
Mendeskripsikan kegiatan-kegiatan apa saja yang termasuk dalam
pendidikan di luar kelas.
4. Menjelaskan strategi yang tepat dalam pendidikan jasmani di luar kelas bagi
anak SD

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Tujuan Pendidikan Di Luar Kelas
Pendidikan luar kelas merupakan aktivitas luar sekolah yang berisi
kegiatan di luar kelas/ sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti: bermain di
lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian/ nelayan, berkemah,
dan kegiatan yang bersifat kepetualangan, serta pengembangan aspek

pengetahuan yang relevan (Arief Komarudin, 2007). Dalam pengertian lain,
Aktivitas Luar Kelas merupakan pendidikan yang dilakukan di luar ruang
kelas atau di luar gedung sekolah, atau berada di alam bebas, seperti:
bermain di lingkungan sekitar sekolah, di taman, di perkampungan
nelayan/daerah pesisir, perkampungan petani/persawahan, berkemah,
petualangan, sehingga diperoleh pengetahuan dan nilai-nilai yang berkaitan
dengan aktivitas alam bebas. Dari dua pengertian di atas dapat di simpulkan
bahwa aktivitas luar kelas adalah proses pembelajaran yang dilakukan di luar
kelas atau alam bebas, dengan memanfaatkan peralatan yang ada sehingga
dapat memunculkan kreatifitas dan memperoleh pengetahuan serta rekreasi.
Pendidikan luar kelas bertujuan agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan alam
sekitar,dan, mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan

alam sekitar, dan memiliki memiliki apresiasi terhadap lingkungan dan alamsekitar.
Pendekatan Out-door learning menggunakan setting alam terbuka sebagai sarana. Proses
pembelajaran menggunakan alam sebagai media dipandang sangat efektif dalam knowledge
management dimana setiap orang akan dapat merasakan, melihat langsung bahkan dapat
melakukannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan berdasarkan pengalaman di alam dapat
dirasakan, diterjemahkan, dikembangkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Pendekatan ini
mengasah aktivitas fisik dan social anak dimana anak akan lebih banyak melakukan kegiatankegiatan yang secara tidak langsung melibatkan kerjasama antar teman dan kemampuan
berkreasi. Aktivitas ini akan memunculkan proses komunikasi, pemecahan masalah, kreativitas,
pengambilan keputusan, saling memahami, dan menghargai perbedaan.
Tujuan pendidikan yang secara umum ingin dicapai melalui aktivitas di luar
ruang kelas atau di luar lingkungan sekolah adalah:
1. Membuat setiap individu memiliki kesempatan unik untuk mengembangkan
kreativitas dan inisiatif personal.
2. Menyediakan latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap.
3.
Mengembangkan kesadaran, apresiasi dan pemahaman terhadap
lingkungan alam dan bagaimana manusia memiliki relasi dengan hal
tersebut.
4. Membantu mewujudkan potensi setiap individu agar jiwa, raga dan spiritnya
dapat berkembang optimal.

5. Memberikan ‘konteks’ dalam proses pengenalan berkehidupan sosial
dengan memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk merasakan secara
langsung.
6. Memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan dan ketertarikan
terhadap kegiatan-kegiatan luar kelas.
7.
Menumbuhkan pemahaman untuk secara bijak menggunakan dan
melindungi lingkungan alam.
8. Mengenalkan berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat
pembelajaran lebih kreatif
9. Memberikan kesempatan yang unik untuk perubahan perilaku melalui
penataan latar pada kegiatan luar kelas.
10. Memberikan kontribusi untuk membantu mengembangkan hubungan gurumurid yang lebih baik melalui berbagai pengalaman di alam bebas.

11. Memberikan kesempatan untuk belajar dari pengalaman langsung melalui
implementasi bebas kurikulum sekolah diberbagai area.
12. Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan komunitas
sekitar untuk pendidikan.
2.2 Pendidikan Di Luar Kelas Dengan Pendidikan Jasmani
Pendidikan luar kelas pada dasarnya merupakan pendidikan lintas bidang

studi, karena di dalam kegiatannya meliputi seni, ilmu alam, pendidikan
jasmani dan home economic. Dapat dilakukan di mana saja, lapangan
terbuka, hutan, tepi danau, cagar alam, kebun, museum, camping ground,
atau kebun binatang. Pendidikan luar kelas merupakan salah satu dimensi
dalam pendidikan jasmani, di mana melalui program kegiatan ini diharapkan
konsep diri siswa dapat dibentuk. Pengalaman semacam memanjat,
merangkak, bergelantungan, dan berayun di alam bebas, yang merupakan
bagian dari progam petualangan akan mampu meningkatkan rasa percaya
diri siswa. Pengalaman semacam ini dapat memenuhi kebutuhan psikis anak
akan ‘rasa berhasil mengatasi rintangan’.
Aktivitas Luar Sekolah berisi tentang kegiatan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas
lainnya, seperti; bermain di lingkungan sekolah, di taman, di perkampungan pertanian/nelayan,
berkemah, dan kegiatan yang bersifat kepetualangan (mendaki gunung, menelusuri sungai, cano
dan lainnya), serta unsur perilaku yang berkaitan dengan aktivitas alam bebas Dalam
pelaksanaanya pendidikan jasmani dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sebagai contoh :
1) Tahap Persiapan, yang mencakup langkah-langkah persiapan, seperti: Penetapan tujuan
pembelajaran, Memilih metode pembelajaran, Memilih materi pembelajaran, Menentukan
alokasi waktu, Menentukan alat dan sumber bahan pelajaran, Memilih jenis evaluasi, dan lainlain.
2) Tahap Pelaksanaan, tahap pelaksanaan pada dasarnya menerapkan apa yang telah dilakukan
pada tahap persiapan.

3) Tahap Evaluasi, yang meliputi : Mengumpulkan informasi tentang pencapaian kompetensi,
tujuan evaluasi adalah menilai sejauh mana siswa mampu mencapai kompetensi hasil belajar dan
Memberikan umpan balik terhadap jalannya pembelajaran (Kurikulum 2004 : 20).
Pendidikan jasmani melalui pendidikan luar kelas dapat memanfaatkan lingkungan di sekitar
sekolah sebagai sumber belajar, lingkungan sekolah juga dapat dijadikan sebagai alat
pengembangan kegiatan di alam bebas agar siswa dapat mengembangkan keterampilan untuk
menghadapi tantangan di masa depan dengan bersikap positif, berperilaku sosial yang selaras
dengan norma yang ada.
2.3 Kegiatan-Kegiatan Pendidikan Di Luar Kelas
Pendidikan jasmani termasuk salah satu bagian dari pendidikan luar kelas. Dalam
prakteknya, pada pendidikan jasmani dapat dilaksanakan di luar kelas atau sekolah sebagaimana
pendidikan di luar kelas. Kegiatan-kegiatan pendidikan di luar kelas dan pendidikan jasmani
memiliki saling keterkaitan dimana pada pelaksanaan pendidikan luar kelas kegiatan yang
dilakukan ada yang melibatkan aktivitas jasmani secara aktif sebagaimana dalam pendidikan
jasmani. Berikut kegiatan-kegiatan di luar kelas yang juga melibatkan aktivitas pendidikan
jasmani:
1. Hiking

Hiking adalah kegiatan lintas alam. Menurut pakar latihan fisik di AS, hiking
adalah cara yang menyenangkan untuk membentuk tubuh karena dilakukan

di alam terbuka. Jadi bukan sekedar latihan aerobik yang efektif namun juga
mampu membersihkan pikiran kita. Hiking menawarkan keseimbangan olah
fisik dan olah pikiran.Kegiatan ini bertujuan untuk mengingatkan kembali
tentang betapa pentingnya kita menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu
kegiatan ini bertujuan untuk merefresh peserta dari kejenuhannya selama
dalam bekerja. Selain untuk merefresh diri, kegiatan hiking juga akan sangat
bermanfaat dalam menumbuhkan rasa kebersamaan diantara peserta
hiking. Selama melakukan hiking, kita akan disuguhi dengan berbagai
pemandangan alam yang menarik seperti adanya air terjun, kebun teh,
kebun pinus dan lain-lain tergantung dimana melakukan hiking. Selain
membuat tubuh lebih banyak keluar keringat, melihat pemandangan
berbeda juga dapat memanjakan mata.
2. Bungee Jumping
Lompat bungee (bungee jumping) adalah sebuah aktivitas di mana
seseorang melompat dari sebuah tempat tinggi (biasanya beberapa ratus
kaki/meter) dengan satu ujung dari tali elastis yang ditempel di badan atau
pergelangan kaki dan ujung talinya satunya terikat ke titik lompatan. Ketika
seseorang melompat, tali tersebut tersebut akan melar setelah mengambil
energi dari lompatan, dan peloncat akan terlontar balik ketika tali tersebut
memendek. Peloncat akan berosilasi naik dan turun sampai energi dari

loncatan habis.Kata bungee (dibaca banji) pertama kali digunakan pada
tahun 1930 dan merupakan nama dari penghapus karet.
3. Surfing
Surfing atau berselancar Merupakan salah satu kegiatan paling sulit untuk
dikuasai. Olahraga ini memang mengasyikkan. Berdiri di papan selancar dan
bersahabat dengan ombak tentunya memberikan pengalaman berbeda bagi
sebagian orang. Anda bisa menari dalam gulungan ombak, menikmati terik
matahari, dan asinnya air laut. Meski demikian, Anda harus tetap waspada
dengan segala resikonya. Ada prosedur standar yang perlu Anda perhatikan
dalam melakukan olahraga ekstrim yang memacu adrenalin ini. Tapi jangan
khawatir, sekarang ini banyak tempat wisata yang menawarkan program
latihan surfing. Olahraga ini menantang sekaligus akan menyehatkan tubuh.
Selain membuat tubuh lebih fit, surfing juga akan membentuk lengan, dada,
dan punggung, saat Anda mendayung ke di atas ombak.
4. Snorkeling dan Diving
Pengertian dasar snorkeling adalah suatu teknik menikmati pesona
keindahan dasar laut dengan menggunakan perlatan dasar selam berupa
snarkle, fin (kaki katak) dan mask (kacamata renang). Jenis penyelaman ini
dilakukan pada plaut dangkal karena tidak menggunakan alat bantu
pernafasan berupa tabung oksigen.
Diving adalah penyelaman dengan menggunakan perlatan selam lengkap
berupa Fin, Mask, Tabung oksigen beserta regulator. Teknik selam ini dapat
digunakan pada kedalaman tertentu dari permukaan dengan bantuan tabung
pernafasan. Pada prinsipnya peralatan selam di bagi dalam 2 kelompok :




5.

6.

a.

b.
1.
2.
3.

Skin Dive atau dalam Buku Petunjuk 1 Star SCUBA Diver CMAS – Indonesia
disebut : “Peralatan Selam Dasar”. Terdiri dari : Masker, Snorkler, Fin (kaki
katak), boot (sepatu selam) dan Lifevest (pelampung)
SCUBA Gear / Peralatan SCUBA, yang meliputi : BCD (Bouyancy
Compensator Divice), Tabung, Regulator, Pressure & Deep Gauge (alat
mengetahu isi tabung selama penyelaman dan tingkat kedalaman), serta
Weightbelet (pemberat).
Karya Wisata
Karya wisata atau field trip dalam pengertian pendidikan adalah kunjungan siswa keluar sekolah
untuk mempelajari obyek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikulum di sekolah,
atau dengan kata lain bahwa karya wisata adalah suatu kunjungan kesuatu tempat di luar kelas
yang dilaksanakan sebagai bagian integral dari seluruh kegiatan akademis dan terutama dalam
rangka
mencapai
tujuan
pendidikan.
Karya wisata pada umumnya didorong oleh motivasi, mencari keterangan tentang hal tertentu,
melatih sikap anak, membangkitkan minat, mengembangkan apresiasi,
menikmati pengalaman- pengalaman baru.
Permainan dan Olahraga
Model pembelajaran yang paling tepat di lingkungan luar sekolah adalah dengan bentuk bermain
atau permainan. Lapangan yang ada, maka di manfaatkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan
permainan yang terdiri:
Permainan besar
Yaitu permainan yang peraturannya telah dilakukan secara internasional dan bila ada tambahan
selalu dilakukan suatu pertemuan internasional pula.
Seperti:
Sepak bola
Bola voli
Bola basket
Bulu tangkis
Tenis meja
Softball, dan sebagainya
Permainan kecil
Yaitu permainan yang peraturannya ditentukan oleh anggota ermainan sendiri, antara lain:
Perebutan benteng
Bola tembak
Gobak sodor
Egrang, dan sebagainya.
Dalam melakukan pendidikan di luar kelas dapat memanfaatkan lingkungan sekitarnya. Sumber
belajar dapat meliputi:
Lingkungan di sekitar sekolah atau desanya atau kota, tempat di sekolah di dirikan, yang
berbentuk fisik, umpamanya yang ada di sekitarnya berupa: trap atau tangga gedung sekolah,
pohon-pohonan.parit dan sebagainya.
Lingkungan tersebut berupa lingkungan alam atau situasi dan kondisi alam yang ada di sekitar
sekolah yang perlu dimanfaatkan oleh setiap guru untuk belajar penjaskes.
Lingkungan sosial yang ada di sekitar sekolah lain yang berkaitan dengan pola kehidupan
masyarakatnya misalnya: pekerja pabrik

4.

Lingkungan budaya yang sangat kaya di tanah air dengan bermacam-macam permainan serta
adat istiadat yang dapat dimodifikasikan sehingga dapat di manfaatkan dalam kegiatan
pembelajaran penjaskes di sekolanya, misalnya: kuda-kudaan.
Saat sekarang ini ada tren aerobik dengan semua macam musik senam pagi dan lari pagi
setiap hari bahkan didaerah tertentu kegiatan tersebut menjadi suatu kebutuhan masyarakat,
sehingga diperlukan tenaga untuk membimbing atau memimpin kegiatan tersebut, mengingat
dan menyadari kekerangan sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar mengajar penjaskes di
setiap sekolah, sangat perlu kreasi guru untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan
media pembelajaran.Contoh:
 Sungai dapat digunakan untuk pembelajaran renang.
 Guru silat di daerah yang bersangkutan, dapat di gunakan sebagai sumber dalam pengembangan
olahraga tradisional.
Situasi dan kondisi alam juga berperan dalam pendidikan di luar kelas, salah satunya dalam
hubungannya dengan pendidikan jasmani. Situasi dan kondisi alam di lingkungan sekolah sangat
bervariasi, baik di pedesaan maupun di kota yang berpenduduk jarang atau padat.
2.4 Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Luar Kelas Bagi Siswa
SD
Untuk memilih strategi yang sesuai, guru harus mengingat adanya
peralihan yang terjadi dalam pendidikan kesehatan dari pendekatan “isi
yang kaku” dan informasi tentang kesehatan kepada pendekatan dengan
kepedulian terhadap perkembangan menyeluruh dari anak didik. Dengan
fokus pada kemampuan mengambil putusan tentang masalah-masalah
kesehatan yang melibatkan perolehan dan aplikasi pengetahuan serta
mengembangkan kemampuan pengetahuan yang perlu. Lebih jauh strategi
pembelajaran ini juga bergantung pada kebutuhan, pengalaman, minat dan
kemampuan anak didik; tujuan program pendidikan kesehatandisekolah yang
bersangkutan; kemampuan guru, sumber-sumber dan fasilitas yang ada.
Keterampilan (memilih strategi) tergantung pada pemilihan teknik yang
paling cocok untuk mencapaitujuan (goal) tertentu dan dalam melaksanakan
teknik tersebut dengan cara yang fleksibel dan responsif. Guru pendidikan
kesehatan harus tanggap terhadap umpan balik dari kelas dan responsif
secara sensitif terhadap hasil yang tidak diharapkan, yang dapat
mempengaruhi individu.
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran diperlukan pendekatanpendekatan belajar yang tepat. Sehubungan dengan hal itu telah banyak
bermunculan pendekatan-pendekatan untuk meraih tujuan belajar
pendidikan jasmani tersebut.
Adapun jenis pendekatan beserta deskripsi sederhana dari masingmasing pendekatan yang banyak dipergunakan terutama di sekolah-sekolah
Amerika ditulis oleh Adang Suherman (1998 : 5) sebagai berikut :
1. Movement Education.
Movement Education ini pada dasarnya merupakan pendekatan yang
lebih menekan pada penguasaan keterampilan gerak. Tujuan dari
pendekatan ini terutama adalah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
gerak secara terampil, efisien, efektif pada situasi yang terencana maupun

2.

3.

4.

5.

6.

7.

yang tidak terencana; meningkatkan pengetian, dan kesenangan terhadap
gerak baik sebagai pelaku maupun sebagai penonton; meningkatkan
pengetahuan dan menerapkan pengetahuan tentang gerak manusia.
Fitness Approach.
Fitness Approach ini pada dasarnya merupakn pendekatan yang lebih
menekakankan pada peningkatan penguasaan pengetahuan, keterampilan
dan kualitas gerak jasmani anak didiknya.
Academic-Discipline Approach.
Pendekatan ini pada dasarnya merupakan pendekatan yang lebih
menekankan pada penguasaan pendidikan jasmani secara mendalam :
bagaimana memelihara gaya hidup yang sehat, mengisi waktu senggang,
menjadi pelayan atau pengguna program firness dan pendidikan jasmani di
masyarakat.
Social-Development Model.
Pendekatan ini pada dasarnya merupakan yang lebih menekankan pada
perkembangan individu dan sosial anak didik. Salah satu contoh model dari
pendidikan ini dikembangkan oleh Donald Hellison (1973,1978,1982) dengan
istilah “teaching responsibility through physical activity” dengan
menerapkan konsep “levels of affective development”.
Sport Education Model.
Pendekatan ini pada dasarnyamerupakan pendekatan yang lebih
menekankan pada pemeliharaan dan peningkatan nilai-nilai murni olahraga
kompetitif seperti yang sering dilakukan diluar lingkungan sekolah.
Adventure-Education Approach.
Pendekatan ini pada dasarnya merupakan pendekatan yang lebih
menekankan pada aktivitas-aktivitas petualangan yang penuh resiko dalam
lingkungan yang lebih bersifat alami (misal, maik gunung, cross country,
camping).
Electic Approach.
Pendekatan ini pada dasarnya “JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 9 April 2008 merupakan pendekatan yang merupakan perpaduan atau
kombinasi dari semua pendekatan tersebut di atas.
Dari berbagai pendekatan di atas kaitannya dengan pendidikan jasmani
sebagai human movement dan sesuai dengan pendapat para ahli maka
movement education merupakan pendekatan yang lebih tepat dibandingkan
dengan yang lainnya.
Dalam pelaksanaan pendidikan di luar kelas pada pendidikan jasmani di Sekolah Dasar, guru
mengacu pada standar kompetensi pendidikan jasmani itu sendiri. Dalam standar kompetensi
pendidikan jasmani di sekolah dasar untuk materi pendidikan di luar kelas terdapat pada kelas
tinggi yaitu kelas 4, 5, dan 6.
Kelas IV semester 2
edasarkan standar kompetensi di atas, maka untuk strategi pembelajaran pendidikan di
luar kelas pada pendidikan jasmani di sekolah dasar dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan
lain misalnya pada kegiatan berkemah yang di dalamnya di masukkan kegiatan-kegiatan jasmani
seperti outbond atau penjelajahan di lingkungan sekitar sekolah maupun di alam bebas. Dengan

kegiatan semacam ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik baik aspek fisik
maupun psikis dalam pembelajaran pendidikan jasmai yang PAKEM ( Pembelajaran Aktif
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Pendidikan luar kelas merupakan aktivitas luar sekolah yang berisi
kegiatan di luar kelas/ sekolah dan di alam bebas lainnya. Aktivitas Luar
Kelas merupakan pendidikan yang dilakukan di luar ruang kelas atau di luar
gedung sekolah, atau berada di alam bebas, seperti: bermain di lingkungan
sekitar sekolah, di taman, di perkampungan nelayan/daerah pesisir,
perkampungan petani/persawahan, berkemah, petualangan, sehingga
diperoleh pengetahuan dan nilai-nilai yang berkaitan dengan aktivitas alam
bebas.
Pendidikan luar kelas bertujuan agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan alam
sekitar,dan, mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan
alam sekitar, dan memiliki memiliki apresiasi terhadap lingkungan.
Pendidikan jasmani termasuk salah satu bagian dari pendidikan luar kelas. Dalam
prakteknya, pada pendidikan jasmani dapat dilaksanakan di luar kelas atau sekolah sebagaimana
pendidikan di luar kelas. Kegiatan-kegiatan pendidikan di luar kelas dan pendidikan jasmani
memiliki saling keterkaitan dimana pada pelaksanaan pendidikan luar kelas kegiatan yang
dilakukan ada beberapa kegiatan yang melibatkan aktivitas gerak sebagaimana dalam pendidikan
jasmani Diantara kegiatan-kegiatan pendidika di luar kelas antara lain:
1. Hiking
2. Bungee Jumping
3. Surfing
4. Snorkeling dan Diving
5. Karya Wisata
6. Permainan dan Olahraga

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran diperlukan pendekatanpendekatan belajar yang tepat. Sehubungan dengan hal itu telah banyak
bermunculan pendekatan-pendekatan untuk meraih tujuan belajar
pendidikan jasmani tersebut.
Adapun jenis pendekatan beserta deskripsi sederhana dari masingmasing pendekatan yang banyak dipergunakan terutama di sekolah-sekolah
Amerika ditulis oleh Adang Suherman (1998 : 5) sebagai berikut :
Movement Education
Fitness Approach.
Academic-Discipline Approach.
Social-Development Model.
Sport Education Model.
Adventure-Education Approach.
Electic Approach.

Dalam pelaksanaan pendidikan di luar kelas pada pendidikan jasmani di Sekolah
Dasar, guru mengacu pada standar kompetensi pendidikan jasmani itu sendiri. Dalam standar
kompetensi pendidikan jasmani di sekolah dasar untuk materi pendidikan di luar kelas terdapat
pada kelas tinggi yaitu kelas 4, 5, dan 6.
Bedasarkan standar kompetensi, maka untuk strategi pembelajaran pendidikan di luar
kelas pada pendidikan jasmani di sekolah dasar dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan lain
misalnya pada kegiatan berkemah yang di dalamnya di masukkan kegiatan-kegiatan jasmani
seperti outbond atau penjelajahan di lingkungan sekitar sekolah maupun di alam bebas. Dengan
kegiatan semacam ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik baik aspek fisik
maupun psikis dalam pembelajaran pendidikan jasmai yang PAKEM ( Pembelajaran Aktif
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

OUT-BOUND SEBAGAI BENTUK PENGEMBANGAN BELAJAR GERAK
DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI ALAM
TERBUKA

LATAR BELAKANG MASALAH
Pembelajaran Pendidikan Jasmani sebagai bagian dari sistem pendidikan di Indonesia secara keseluruhan
tidak diragukan lagi peranannya dalam turut mendukung terciptanya manusia Indonesia seutuhnya,
selain bertujuan sehat jasmani tetapi juga sehat rohani. Sehat jasmani memberikan pengertian bahwa
melalui pendidikan jasmani akan mendukung dan mampu beradaptasi terhadap tugas-tugas fisik seharihari untuk bergerak. Bergerak yang melibatkan fungsi otot, jantung, paru dan peredaran darah (Cardiovascular). Sementara itu sehat rohani memiliki pengertian, adanya nilai-nilai yang harus dibentuk dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk kematangan mental, sosial dan
kepribadian dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Abdullah.A. 1998)
Bila melihat tujuan Pendidikan jasmani yang bernilai tinggi dan luhur tersebut, maka menuntut upaya
tindakan yang kreatif dari guru pendidikan jasmani dalam mewujudkan hal tersebut. Tidak cukup dengan
hanya mengantarkan siswa belajar Penjas pada jam sekolah yang sangat terbatas waktu bergeraknya,
tetapi harus mampu mendorong secara sadar pada diri siswa bahwa untuk memenuhi sempitnya ruang
dan waktu untuk bergerak di sekolah melalui aktivitas gerak atau olahraga di luar sekolah. Ingat bahwa
proses pendidikan di sekolah dilaksanakan dalam bentuk Intra-kurikuler, ko-kurikuler dan Ekstrakurikuler.
Kecenderungan yang terjadi dalam pembelajaran Penjas di sekolah dasar saat ini, terkesan kaku dengan
instruksi-instruksi guru dalam menyampaikan pembelajaran untuk mencapai keterampilan gerak
tertentu, bahkan terkesan secara otoriter dari sikap guru memaksa mencapai tahapan latihan yang berat
membuat siswa jenuh dan tidak berminat untuk belajar.

Pada dasarnya anak lebih suka belajar menghadapi tantangan yang dirasakan mampu dilakukannya,
berkompetisi sesama teman merupakan daya tarik sendiri yang membuat anak termotivasi melakukan
aktivitas gerak dengan sungguh-sungguh. Baik aktivitas secara individual maupun kelompok yang akan
memberikan nuansa pembelajaran Penjas yang menarik. Dalam muatan kurikulum Pendidikan Jasmani
terakhir ini menawarkan materi-materi yang tidak hanya bersumber pada kecabangan olahraga seperti
atletik, permainan bola voli, sepak bola, bola basket, Futsal dan sebagainya, tetapi juga terdapat materi
belajar gerak di alam terbuka (out door) dilingkungan sekolah.
Aktivitas di luar kelas atau diluar gedung sekolah merupakan aktvitas yang menantang bagi siswa untuk
belajar dengan hal-hal baru tetapi nyata merupakan bagian yang dilakukan oleh sebagian masyarakat
kita. Anak-anak diajak untuk melakukan aktivitas yang tidak biasa dilakukan dalam kehidupannya.
Bekerjasama dalam suatu tim atau kelompok untuk melakukan suatu tujuan tertentu yang selain
menuntut kemampuan fisik dan keterampilan tertentu, tetapi menuntut pengembangan kepribadian
seperti sikap tenggang rasa, saling peduli, suka menolong dan kepekaan terhadap situasi dan kondisi,
daya juang, tidak mengenal putus asa, bertanggung jawab, nilai-nilai kepemimpinan dan sebagainya.
Kegiatan demikian merupakan bagian dari aktivitas yang sedang populer saat ini yaitu ”out bound”.
Out bound berkembang dimasyarakat bukan hanya pada lingkungan pendidikan saja, seperti untuk siswa
di sekolah atau lembaga kepramukaan, tetapi sudah diterapkan sebagai pendidikan orang dewasa
dibeberapa lembaga pemerintah dan swasta untuk melatih karyawan, pegawai dan stapnya serta
pimpinannya agar menjadi individu-individu yang kokoh, kuat, tekun, bekerja sama, saling membantu
sehingga memiliki sistem manajemen yang kuat dan mampu meraih tujuan-tujuan sesuai target yang
ditetapkan lembaganya.
Tidak semua aktivitas out bound juga bisa ditransfer dalam kondisi pembelajaran di sekolah, namun
dapat dipilih bagian-bagian tertentu dari aktivitas out bound dan dimodifikasi secara kreatif aktivitasnya
menjadi bentuk berbeda yang lebih menarik.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, pembahasan yang akan diuraikan adalah
”Bagaimana mengembangkan aktivitas Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di sekolah melalui
pendekatan out-bound?”
Adapun tujuan pembahasan ini akan memberikan wawasan terhadap praktisi-praktisi pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan guru, pelatih dan siswa dalam mengembangkan pendidikan jasmani di
sekolah dengan menerapkan aktivitas outnbound.
Manfaat dari pembahasan ini diharapkan para praktisi dilapangan dapat memilih dan mengembangkan
serta menerapkan bentuk-bentuk outbound sebagai bagian dari pendekatan pendidikan jasmani di
sekolah.
PEMBAHASAN
A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Pendidikan jasamani adalah kajian pendidikan yang mengutamakan aktifitas jasmani dan pembinaan
untuk pengembangan jasamani itu sendiri sebagai emosional yang selaras dan seimbang serta untuk
mencapai tujuan pendidikan (Cholik. M, 1997).
Pendidikan jasmani di sekolah dapat mengembangkan beberapa aspek yang amat penting bagi siswasiswi, yaitu (1) membangun minat dan perhatian untuk selalu terlibat dan ikut serta dalam kegiatan olah

raga. (2) Untuk mengembangkan pola pikir anak, (3) dapat mengembangkan gerak dengan efektif dan
efisien.
Tujuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, untuk mengembangkan kesehatan dan kebugaran melalui
pengertian atau keterampilan gerak dasar serta aktivitas jasmani supaya dapat meningkatkan
pengetahuan dan kecerdasan. Dalam dunia pendidikan telah dijelaskan bahwa untuk meningkatkan
mutu dan hasil efisein sebaiknya dibutuhkan waktu dan latihan-latihan yang lebih baik serta diberikan
pengaruh yang kontinyu dalam artian telah dilakukan dapat dicapai.
Dalam dunia pendidikan, pendidikan jasmani mempunyai multi-fungsi dalam mengembangkan aspekaspek organik, neuromuskular, perseptual, kognitif, dan aspek sosial (Subroto,T.:2008).
1) Aspek organik yang dikembangkan pendidikan jasmani adalah memfungsikan tubuh menjadi lebih
baik, sehingga dapat memenuhi tuntutan lingkungan sebagai landasan pengembangan keterampilan.
- Meningkatkan kekuatan otot, berupa tenaga yang dihasilkan dari otot atau kelompok otot.
- Meningkatkan daya tahan oto, yaitu kemampuan otot untuk bertahan dalam kerja atau aktivitas dalam
waktu yang lebih lama.
- Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler yaitu kapasitas individu melakukan aktivitas secara terus
menerus (kontinyu) dalam intensitas yang berat dan waktu yang lama.
- Meningkatkan fleksibiltas yang meliputi kemampuan rentang gerak dalam persendian untuk
menghasilkan gerakan yang efektif serta mengurangi cidera.
2) Aspek Neuromuskular;
- meningkatkan keharmonisan antara fungsi otot dan persyarafannya
- mengembangkan keterampilan lokomotor maupun nonlokomotor
- mengembangkan keterampilan dasar manipulatif dalam bentuk pengusasaan teknik dasar cabang
olahraga
- mengembangkan keterampilan olahraga rekreasi, seperti menjelajah, mendaki, berkemah dan
sebagainya.
3) Aspek perseptual;
- mengembangkan kemampuan yang berhubungan dengan konsep ruang, yang meliputi objek di depan,
di belakang, di bawah, di atas, di kanan dan di kiri.
- Mengembangkan koordinasi gerak visual
- Mengembangkan keseimbangan tubuh secara statis maupun keseimbangan dinamis.
4) Aspek kognitif
- Mengembangkan kemampuan bereksplorasi, menemukan konsep, dan kemampuan mengambil sikap
dan keputusan dengan tepat dan cepat.
- Mengembangkan kemampuan menyusun strategi dalam kondisi terorganisir, dan mampu memecahkan
problematika dalam bentuk gerakan.
5) Aspek Sosial,
- Kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan sekitarnya.
- Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok
- Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai-nilai dalam mansyarakat
- Belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif.
(Subroto: 2008)

B. Definisi Out bound
Pengertian Out bound masih hangat diperdebatkan banyak kalangan praktisi out bound sendiri, hal itu
dilandasi oleh perkembangan kegiatan-kegiatan outbound yang sangat pesat akhir-akhir ini karena sudah
menjadi bagian dari bisnis sebagai daya saing dibidang olahraga. Keunikan dan tingkat kreativitas
pengelolanya membuat outbaound yang dikembangkan menjadi berbeda dengan outbound lainnya.
Namun pada dasarnya masih mengacu pada beberapa definisi yang sama.
Outbound adalah kegiatan di alam terbuka yang mampu memacu semangat belajar. Outbound
merupakan sarana penambah wawasan pengetahuan yang didapat dari serangkaian pengalaman
berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreativitas seseorang. Oleh karena itu. Kimpraswil
(2007) menyatakan bahwa outbound adalah usaha olah diri (olah pikir dan olah fisik) yang sangat
bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka
melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi secara lebih baik lagi (http://www.kimpraswil.go.id/ )
Kegiatan outbound berawal dari sebuah pengalaman sederhana seperti bermain. Bermain juga
membuat setiap anak merasa senang, dan bahagia. Dengan bermain anak dapat belajar menggali dan
mengembangkan potensi, dan rasa ingin tahu serta meningkatkan rasa percaya dirinya. Oleh karena itu,
bermain merupakan fitrah yang dialami setiap anak. Pengalaman merupakan guru dalam proses
pembelajaran secara alami. Misalnya, seorang anak mengalami proses alami bermain. Hal itu dalam
rangka menambah dan mengembangkan pengetahuan dari setiap pengalamannya. Jadi, tidak menutup
kemungkinan siapapun berhak bermain baik anak-anak, remaja, orang dewasa ataupun orang tua.
Karena belajar dari sebuah pengalaman dalam aktivitas bermain dijadikan sebagai sarana pembelajaran
yang menyenangkan yang dapat dilakukan di ruangan terbuka atau tertutup.
outbound merupakan perpaduan antara permainan-permainan sederhana, permainan ketangkasan, dan
olah raga, serta diisi dengan petualangan-petualangan. Hal itu yang akhirnya membentuk adanya unsurunsur ketangkasan, dan kebersamaan serta keberanian dalam memecahkan masalah. Seperti halnya
Iwan (2007) menegaskan bahwa “permainan yang disajikan dalam outbound memang telah disusun
sedemikian rupa, sehingga bukan hanya psikomotorik (fisik) peserta yang ’tersentuh’ tapi juga afeksi
(emosi) dan kognisi (kemampuan berpikir) (http://www.peloporadventure.co.id/ )
C. Manfaat kegiatan Outbound
Tidak berbeda dengan manfaat olahraga, Outbound adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak.
Permainan yang penuh tantangan ini juga mampu mengembangkan psikomotorik anak. Derai tawa riang
anak-anak menggema dari sebuah kawasan outbound. Sesekali terdengar teriakan melengking. Apalagi
ketika satu demi satu anak-anak yang rata-rata berusia enam hingga 12 tahun tersebut, mulai meluncur
dari seutas tali yang menghubungkan sebuah tebing dengan pohon berukuran sedang di bawahnya.
Outbound telah menjadi bagian dari kegiatan anak yang menyenangkan. Walau terkesan agak takut,
akhirnya anak-anak itu pun memberanikan diri menaklukkan beberapa tantangan dengan antusias.
Permainan tak hanya memberikan kesenangan bagi anak. Berbagai tantangan dalam permainan itu
terbukti mampu membentuk kemampuan psikomotorik anak. Kemampuan yang berkaitan dengan gerak
tubuh tersebut, tidak banyak diajarkan pada aktivitas informal Pendidikan Jasmani dan olahraga di
sekolah.

Howard Gardner (2000) dalam bukunya berjudul "Multiple Intellegences", mengatakan, setiap anak
memiliki kecerdasan majemuk meliputi kecerdasan spasial visual, linguistik verbal, interpersonal, musikal
ritmik, naturalis, kinestetik, dan logis matematis.
Dari tujuh macam kecerdasan tersebut, hanya beberapa yang menonjol, dan itu berbeda pada setiap
anak. Karena kecerdasan bukan sesuatu yang dapat dilihat atau dihitung, melainkan tergantung pada
pengalaman hidup sehari-hari, baik di rumah, sekolah maupun di tempat lain. Karena setiap anak
memiliki potensi berbeda, seharusnya proses pengajarannya juga berbeda. Dalam ilmu psikologi dikenal
dengan prinsip individual differences atau pada dasarnya setiap orang memiliki keunikan masing-masing.
Keunikan masing-masing anak tidak akan menonjol di sekolah dasar konvensional, yang pada umumnya
hanya fokus pada aspek kognitif, yaitu kemampuan penalaran otak. Tidak jarang murid yang tidak
memiliki keunggulan kognitif, dianggap anak bodoh. Akibatnya si anak menjadi minder, padahal belum
tentu pada kegiatan lain, anak seperti ini tidak unggul, bahkan bisa jadi berprestasi lebih bagus. Peran
sekolah sangat dibutuhkan untuk melihat potensi dan membantu mengembangkan potensi anak.
Dengan begitu, si anak mampu mengaktualisasikan kemampuan diri. Kemampuan anak tersebut hanya
dapat terlihat dalam outbound atau memberikan tantangan fisik dalam setiap permainan.
Seorang guru SD (Widia Chandra) di Jakarta Pusat mengatakan; "Tidak banyak sekolah yang memberikan
pendidikan yang mengarah pada perkembangan gerak tubuh anak. Namun, perkembangan itu bisa
didapatkan dengan mengikutkan anak pada program-program outbound yang menarik ketika libur; Anakanak yang telah beberapa kali mengikuti outbound atau tantangan fisik lewat permainan-permainan
yang menyenangkan, di sekolah menjadi lebih gembira, lebih lincah, dan memiliki pengertian terhadap
teman-teman sekolahnya; Dengan tantangan lewat outbound, anak diajarkan untuk mandiri
memecahkan kesulitan sehingga anak terlatih untuk mandiri, tidak cengeng dan percaya pada kekuatan
diri sendiri," (file://localhost/G_okezone_com.htm )
D. Program Outbound bagi Siswa
Bila ingin tahu wajah pendidikan di suatu negara, lihatlah apa yang tersembul pada wajah anak-anak
sekolah. Wajah-wajah tertekan hampir terpancar dari setiap anak didik setiap kali mereka harus
berangkat sekolah. Nyaris tidak ada wajah riang, setiap kali mereka masuk sekolah. Suasana riang baru
terasakan saat mereka menerima pengumuman hari libur atau pulang pagi karena guru rapat atau ada
keperluan lain.
Menurut hasil penelitian di Amerika (Malcom Baldridge), menyatakan bahwa ternyata keberhasilan
seseorang ditentukan oleh:
- 45% Sikap (Attitude)
- 10% Pengetahuan (Knowledge)
- 20% Perbuatan dan pengalaman (Practice)
- 25% Keterampilan (Skill)
Cara ini hanya melibatkan kemampuan berpikir manusia yang paling rendah (lower order thinking),
sedangkan kemampuan higher order thinking seperti kemampuan proses belajar-mengajar yang dibalut
dengan unsur attitude (sikap/moral), skills (keterampilan), knowledge (pengetahuan), experience
(pengalaman), responsibility (tanggung jawab), dan accountability (pertanggungjawaban) tidak
tersentuh. Melihat kondisi diatas maka diperlukan pola pembinaan luar sekolah yang dapat mengisi

kekosongan tersebut.
1). Sikap dan Moral (attitude)
Sistem pembelajaram selama ini cenderung mencetak generasi cerdas otak dan sedikit kecerdasan ruh
(batin). Pendidikan hanya menghasilkan generasi pintar tapi kurang memiliki attitude yang baik. Produk
pendidikan pun menjadi manusia pintar yang hanya mengejar keuntungan sendiri, pintar melakukan
korupsi, pintar merusak hutan yang sering mengakibatkan bencana di negeri ini.
Untuk mengisi kebutuhan pembentukan attitude maka diperlukan sentuhan dalam bentuk lainnya
berupa pelatihan kepekaan hati yang dibawakan melalui pendidikan kebersamaan di alam bebas yang
sesuai dengan perkembangan usia.
2). Pengetahuan (knowledge)
Di sekolah, pengetahuan yang diajarkan bergerak pada ilmu dasar dan banyak pula yang kurang dalam
penerapan praktek lapangannya. Kegiatan outdoor dengan nama Outdoor Management Development
Training ini menanamkan pengetahuan tambahan baik yang berkaitan dengan pengetahuan yang
diajarkan di sekolah maupun pengetahuan lapangan lainnya.
Pendidikan yang menggunakan ”setting sekolahan” cenderung teoritis dan seolah hanya sekedar menjadi
rutinitas yang menjemukan. Di sisi lain, belajar di luar ruang (outdoor experiential learning) lebih
mengedepankan metode Connected knowing (menghubungkan antara pengetahuan dengan dunia
nyata). Di sini, pendidikan dianggap sebagai bagian integral dari sebuah kehidupan.
3). Praktek dan Pengalaman Lapangan (Practice)
Peserta akan dikondisikan dalam suatu tantangan yang menarik, dengan kegiatan alam terbuka sebagai
media pendidikan. Mereka juga akan dihadapkan pada tantangan fisik dan mental yang didesain khusus,
tetapi jelas tidak melampaui kapasitas dari peserta.
Petualangan dan tantangan yang akan dihadapi merupakan gabungan dari kerjasama tim dan
pengembangan diri. Difokuskan kepada pengembangan dari ketrampilan hidup yang terdiri dari inisiatif,
kepemimpinan, komunikasi, pengambilan keputusan, kerjasama, menghadapi resiko dan kepercayaan
Hasil yang diperoleh dari melakukan kegiatan sebelumnya akan dibicarakan dalam diskusi. Penekanan
pada proses belajar merupakan hal yang penting dalam diskusi. Selanjutnya mereka akan mendapat
kesempatan untuk mengaplikasikannya pada kegiatan berikutnya. Metode Experiential Learning yang
dipakai akan memberikan kesempatan bagi mereka untuk berefleksi pada aktivitas yang terdahulu.
Sehingga mereka diharapkan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi dan tantangan
berikutnya.
E. Model Out-Bound sebagai bagian dari Proses Pendidikan siswa (Outbound Student Program)
a. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran program ini adalah pengembangan berbagai komponen perilaku siswa untuk
menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Komponen yang
diharapkan tumbuh dari pelaksanaan program Outbound Student Program ini adalah:
1. Mempunyai kemampuan dalam pengelolaan diri

2. Tidak kehilangan kontrol emosi dalam menghadapi tantangan
3. Tidak menarik diri bila menghadapi kesulitan dan tantangan
4. Tegar dalam menghadapi situasi panik
5. Berpikir kreatif
6. Kemampuan mengembangkan gagasan kreatif dari diri sendiri
7. Kemampuan membangkitkan semangat kerjasama dalam tim dengan menggerakkan kawan sesama
anggota tim.
8. Kemampuan membangkitkan semangat kerja tim
9. Mempunyai Hubungan interpersonal yang baik
10. Membangun rasa saling percaya kepada orang lain
11. Menghargai perbedaan
12. Melihat kelemahan orang lain bukan sebagai kendala
13. Bersedia menolong orang lain dan mau ditolong orang lain
14. Berkomunikasi secara efektif
15. Berusaha menyampaikan informasi kepada pihak lain demi kesuksesan bersama
16. Mengkomunikasikan ide kepada orang lain dengan jelas dan sistemik
17. Merangsang orang lain untuk menyampaikan gagasan orang lain
18. Bersedia bertanya apabila ada ketidakjelasan informasi
b. Metode
Metode yang digunakan dalam Outbound Student Program adalah:
1. Kerjasama dalam kelompok
2. Petualangan Individual dan kelompok
3. Ceramah (keterkaitan antara kegiatan simulasi dengan prinsip manajemen)
4. Diskusi (refleksi kegiatan)
c. Pola Pendekatan
Kegiatan outbound student program menggunakan pola pendekatan sebagai berikut:
1. Kegiatan Spiritual/Keyakinan
2. Kegiatan Kesehatan dan Kebugaran
3. Kegiatan Prestasi
4. Kegiatan Keluarga
5. Kegiatan Sosial
Pembahasan atas kegiatan menggunakan: ”Emosional, Intelektual dan Spiritual”
d. Kegiatan dan rancangan pendanaan.
Setiap bentuk atau model kegiatan akan terkait dengan pendanaan yang akan timbul atas
penyelenggaraan kegiatan, pada aspek :
1. Durasi Waktu
2. Jumlah Peserta
3. Letak lokasi kegiatan
4. Desain Program
5. Dan hal-hal lain yang ditentukan kemudian

e. Keamanan Dalam Pelatihan(safety)
Safety adalah melaksanakan seluruh tindakan-tindakan penting untuk menjaga suasana kegiatan agar
aman bagi peserta untuk bermain dan belajar. Terdapat dua hal penting mengenai safety :
1. Physical safety
Kegiatan dengan media alam terbuka memiliki resiko keselamatan pada peserta dan kami pihak
penyelenggara selalu mengutamakan keselamatan peserta dalam setiap setting aktifitas kegiatan dengan
menggunakan peralatan yang telah teruji secara internasional dan dipasang oleh orang-orang yang telah
berpengalaman. Namun demikian masih terdapat resiko yang uncontrolable, seperti kurang kehatihatian peserta sendiri, karena itu juga diperlukan kerjasama dengan peserta dalam memperkecil resiko
terjadinya situasi yang tidak diinginkan.
2. Psychological Safety,
Dalam hal ini, kami menyusun dan mendorong disepakatinya aturan main untuk tidak menimbulkan sakit
hati peserta yang disebabkan oleh tindakan atau perkataan dari sesama peserta maupun fasilitator.
Dengan suasana aman seperti itu, dimana tidak ada satupun orang yang takut salah, takut dicemooh,
takut dikomentari, maka suasana kegiatan menjadi kondusif untuk seluruh peserta.

G. Outbound yang Baik Harus Menghasilkan Peak Adventure
Merencanakan Program pengembangan dan pelatihan yang dilakukan di luar ruangan, atau biasa disebut
outbound hanya akan efektif bila dilaksanakan dengan baik, yakni mampu memberikan puncak
petualangan dalam mengatasi tantangan (peak adventure) bagi para pesertanya.
Keluar dari Comfort Zone; Untuk bisa menghasilkan peak adventure, kegiatan-kegiatan dalam out bound
training harus bisa mengeluarkan partisipan dari comfort zone (daerah yang nyaman) mereka. Tapi,
diingatkan, peak adventure tiap-tiap orang berbeda sehingga instruktur outbound tidak boleh memaksa
peserta yang tidak berani melakukan kegiatan tertentu. Instruktur bisa membantu dengan persuasi dan
mendampingi peserta out bound training yang tidak berani. Out bound pada dasarnya mempertemukan
antara kompetensi dan risiko. Jangan sampai risikonya terlalu tinggi sehingga malah menjadi
missadventure.
Peak adventure tercapai bila risiko dan kompetensi proporsional. Mengingat makin menjamurnya
penyelenggara outbound saat ini, penyelenggara termasuk dilingkungan sekolah perlu hati-hati. Guru
atau instruktur harus pandai memilih outbound provider yang reputasinya bagus, memiliki standar
keamanan tinggi dan instruktur yang qualified. Selain itu tempat & program outbound yang tepat akan
mendukung kesuksesan sebuah kegiatan outbound.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Outbound training saat ini menawarkan solusi terbaik bagi pelajar (TK/ SD/ SMP/ SMA) atas
permasalahan hubungan antar manusia melalui kegiatan di ruang terbuka. Pelatihan yang menggunakan
kombinasi antara teori, simulasi, role play, diskusi dan metode belajar dari pengalaman. Peserta diajak

untuk membebaskan diri dari paradigma lama, lepas dari ruang dan batasan-batasan formalitas yang
sering menghambat kreativitas dan menutup jalan untuk membuka diri seluas-luasnya bagi suatu
perubahan positif.
Menyelenggarakan outbound harus membangun sinergi dan sikap empati antar sesama anggota;
Membangun motivasi meraih prestasi dalam kegiatan yang meriah dan fun; membina keakraban dan
kekeluargaan serta kepekaan terhadap lingkungan; Membangun kecintaan pada sekolah melalui kegiatan
yang rekreatif dan fun.
Latihan-latihan dasar dapat di aplikasikan dalam bentuk games yang menarik pada pembelajaran
Penjaskes di sekolah, karena tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam pelatihan outbound identik
dengan tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas maka disarankan kepada guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan dapat mengembangkan proses pembelajaran yang menarik antara pembelajaran
konvensional di ruang tertutup (kelas) dengan pembelajaran di ruang terbuka (outbound education),
melalui permainan dan games yang menarik dan menantang, sehingga siswa memiliki sikap dan moral
(attitude), keterampilan (skills), pengetahuan (knowledge), pengalaman (experience), tanggung jawab
(responsibility), dan accountability (pertanggungjawaban).
Program-program dasar latihan yang dikembangkan dalam outbound dapat dilaksanakan melalui
program ekstrakurikuler, yang menggabungkan unsur-unsur pembinaan pendidikan Jasma