PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN hidup dalam

PERLINDUNGAN TERHADAP SUMBER DAYA LAUT DI INDONESIA
BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU

O L E H:
1. Sabri Banna

(8111416048)

2. Tarmizi Taher

(8111416095)

3. Aditya Bagus Pradana

(8111416101)

Judul :
PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN LAUT MELALUI
SKEMA EKOWISATA BAHARI DI NUSA PENIDA BALI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah Tumbuhan Air Terapan ini.
Adapun judul dari makalah Hukum Lingkungan yang berjudul
“PERLINDUNGAN TERHADAP SUMBER DAYA LAUT DI INDONESIA BERDASARKAN
PERATURAN PERUNDAG-UNDANGAN YANG BERLAKU”, Pada kesempatan ini
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ridwan Arifin, S.h., Ll.m.
selaku Dosen Hukum lingkungan yang telah banyak memberikan arahan dalam
memberikan materi.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan
dalam penulisan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.

Semarang, 1 Oktober 2017


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

ii
1

1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN

1
3

5

2.1 Pembahasan 1

5

2.2 Pembahasan 2

10

2.3 Pembahasan 3

11

BAB III KESIMPULAN

14

DAFTAR PUSTAKA


15

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Istilah “ekowisata” dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis

ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai
alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu
ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Para pelaku dan
pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola ekowisata
sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap linkungan dan budaya
setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat
setempat dan nilai konservasi.1
Pengelolaan sumber daya alam yang mengarah pada kegiatan ekowisata
merupakan suatu


konsep yang mengkombinasikan kepentingan industri

kepariwisataan dengan para pencinta lingkungan. Para pencinta lingkungan
menyatakan bahwa perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup hanya
dapat

tercapai

mengantungkan

dengan

melibatkan

orang-orang

yang

tinggal


dan

hidupnya pada daerah yang akan dikembangkan menjadi

suatu kawasan wisata dan

menjadikan mereka partner dalam upaya

pengembangan wisata tersebut. Metode ini diperkenalkan oleh Presiden World
Wild Fund (WWF) pada konfrensi tahunan ke-40 Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik
(PATA).2
Ekowisata meliputi ekologi, dan sosial ekonomi. Aspek ekologi berarti
bahwa ekowisata memberikan kontribusi positif terhadap konservasi alam.
Aspek social ekonomi artinya adalah alat bagi ekonomi yang berkelanjutan.
Pendapat

masyarakat

membutuhkan


ekowisata

untuk

memberdayakan

masyarakat, dalam arti ekonomi memberikan peran dalam ekowisata untuk
penduduk setempat, dan dengan meningkatkan partisipasi mereka dalam
konservasi.3
Ekowisata

dikatakan

mempunyai

nilai

penting


bagi

konservasi

dikarenakan ada beberapa hal antara lain: memberikan nilai ekonomi bagi
1

Hadi S. Alikodra,, Pariwisata Berkelanjutan, Makalah Seminar Sosialisasi Sadar Wisata, Semarang, 2007, hlm 117

2

Damanik dan webber, Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi, Andi, Yogyakarta, 2006, 48

3

Sudarto, Ekowisata: Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan dan Pemberdayaan

Masyarakat, Yayasan Kalpataru Bahari, 1999, hlm 72-73

1


daerah yang mempunyai tujuan kegiatan konservasi pada daerah yang
dilindungi, memberikan nilai ekonomi yang dapat digunakan untuk program
konservasi di daerah yang dilindungi, menimbulkan penambahan pendapatan
secara langsung dan tidak langsung kepada masyarakat disekitar lokasi
ekowisata, dapat mengembakan konstituen yang mendukung konservasi baik
tingkat lokal, nasional dan internasional, mendorong pemanfaatan sumber
daya

alam

secara

berkelanjutan,

keanekaragaman hayati.

dan

mengurangi


ancaman

terhadap

4

Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam

dan

Ekosistemnya,

memberikan

definisi

terkait


konservasi

yaitu

Pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

5

Kawasan konservasi memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.
Kawasan ini terdiri dari natural aminities (iklim, hutan belukar, flora dan fauna)
yang berupa hasil ciptaan manusia (benda bersejarah, kebudayaan dan
keagamaan) dan tata cara hidup manusia. Daya tarik wisata dikelola melalui
kemampuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang dikuasai manusia. Alam dan
daya tarik terbentuk dengan sendirinya tetapi ada kalanya bisa dirangsang
oleh manusia tetapi jika tidak diperhitungkan dengan tepat dapat menimbulkan
dampak negatif yang cukup besar seperti pengrusakan lingkungan akibat
pembangunan dan pengembangan objek pariwisata tersebut.
Kawasan

konservasi

laut

(KKL)

secara

individu

6

maupun

jaringan

merupakan alat utama dalam melindungi keanekaragaman hayati laut.
Walaupun pengetahuan tentang KKL terus berubahubah atau meningkat tetapi
penerapan dari teori-teori untuk kawasan yang luas hampir belum ada.
Beberapa teori merekomendasikan bahwa zona inti dalam KKL seharusnya
melindungi lebih dari 20 %. Namum kesepakatan tentang seberapa besar
habitat yang harus dilindungi keanekaragaman hayati lautnya dalam menjamin
konektivitas ekologi belum ada.7
4

Yoeti O.A, Ekowisata: Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup, PT Petja, Jakarta, 2000, hlm 43

5

Ibid., hlm 45.

6

Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170421134200-307-209237/ pada 10 oktober 2017 pukul

14.00 WIB
7

Supyan dan Samadan, (2011). Efektivitas dan Efisiensi Konservasi Laut Dalam Sustainbillity Sumber Daya Kelautan.

Jurnal Mitra Bahari, vol 5, no 2, hlm 31.

2

Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga merupakan
nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri
dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih
kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau
Nusa Ceningan dan Pulau Serangan. Secara geografis, Bali terletak di antara
Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama
Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan
berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan
Australia. Bali juga dikenal dengan julukan Pulau Dewata dan Pulau Seribu
Pura.8
Eksotisnya Bali dalam pariwisata membuat bali menjadi pusat destinasi
wisata bagi masyarakat lokal maupun masyarakat mancanegara. Bali bahkan
mendapatkan penghargaan dari The World’s Best Destination dalam ajang
TripAdvisor Travellers’ Choice Award 2017. Ajang ini merupakan bentuk
apresiasi dari TripAdvisor kepada para pelaku, pegiat, dan stakeholder
pariwisata di seluruh dunia. Pemenang dipilih berdasarkan jutaan ulasan dan
opini yang dibuat oleh wisatawan di seluruh dunia dalam kurun waktu 12
bulan.
Pemenang dipilih dengan menggunakan algoritma yang memperhitungkan
kualitas dan kuantitas ulasan dan peringkat juga penilaian yang objektif pada
setiap kategori penghargaan. Faktanya, TripAdvisor telah menerima 500 juta
ulasan

dan

perencanaan

opini

dengan

perjalanan,

290
situs

konten

per

pemesanan,

menit

dengan

dan aplikasi

melibatkan
selular.

Berbicara ulasan mengenai Bali di TripAdvisor, terlihat pertumbuhan pada
tahun 2016

dibanding 2015 pada tiga kategori utama. Di antaranya

pertumbuhan di aspek akomodasi sebanyak 25%, daya tarik sebanyak 38%,
dan restoran sebanyak 38%.9
Sebagai pusat nya destinasi wisata di Indonesia, sudah sepatutnya Bali
menerapkan konservasi melalui metode pariwisata atau yang lebih dikenal
ekowisata. Salah satu destinasi ekowisata yang menjadi rujukan adalah Nusa
Penida. Nusa Penida merupakan salah satu wahana wisata laut di Bali yang
sering dikunjungi oleh wisatawan yang datang. Nusa Penida dianggap sebagai
8

wikipedia

9

Gumelar Sastra Yudha, (2010). Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort dan Leisure. Depik, vol 3, no 2, hlm

104-105

kawasan konservasi perairan yang ada di Indonesia dan telah dicadangkan
melalui Peraturan Bupati Kabupaten Klungkung (Perbup) No. 12 Tahun 2010
dengan status kawasan adalah Taman Wisata Perairan.

Salah satu alasan

pencadangan kawasan konservasi di Nusa Penida yaitu karena Nusa Penida
memiliki organisme spesifik atau endemik yang menjadi daya tarik wisatawan
yakni ikan mola-mola (sunfish), ikan pari manta, penyu, dan lumba-lumba
sehingga dalam keberlanjutannya sangat perlu untuk dikonservasi.10
Keanekaragaman sumberdaya hayati laut yang di miliki oleh Nusa Penida
memang sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dengan ditemukannya berbagai
jenis karang, ikan karang dan ikan hias, ikan hiu, ikan pari manta, penyu,
duyung, lumba-lumba dan paus. Jenis-jenis tersebut merupakan biota khas bagi
Kawasan Nusa Penida. Pada Juli-September setiap tahunnya, Nusa Penida
dipenuhi oleh wisatawan dengan munculnya ikan mola-mola yang menjadi ikon
wisata. Selain itu pada kawasan Nusa Penida juga terdapat 230,07 hektar
mangrove yang terdapat di Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan dan
berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh TNC Marine Program dan Balai
Pengelolaan Hutan Mangrove, ditemukan 13 jenis mangrove dan 7 jenis
tumbuhan asosiasi serta terdapat 5 jenis burung air dan 25 jenis burung darat
yang berada di sekitar mangrove. Semua jenis mangrove serta tumbuhan
asosiasi dan jenis burung tersebut terdapat di Nusa Lembongan dan Nusa
Ceningan.11
Melihat keuntungan yang bukan hanya materiel namun keuntungan
lingkungan,

yang

dimana

perlindungan

dan

pelestarian

alampun

akan

sekaligus terlindungi dengan mekanisme yang ditawarkan oleh ekowisata, kami
menjadi tertarik ingin membahas mengenai hal tersebut.
1.2

Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah yang akan kami kaji, sesuai dengan latar belakang
kami yang sudah kami sajikan diatas adalah:
1. Bagaimana kondisi umum kawasan ekowisata bahari di Nusa Penida saat ini?
2. Bagaimana upaya pemerintah dalam melakukan pengelolaan Ekowisata Nusa
Penida?
10

Ibid., hlm 105.

11

Marjan Bato, dkk. (2013). Kajian manfaat kawasan konservasi bagi pengembangan Ekowisata Bahari. Depik, vol 2,

no 2, hlm 104-113.

3
4

3. Bagaimana dengan permasalahan hukum yang ada di ekowisata bahari di Nusa
Penida saat ini?

BAB II
PEMBAHASAN
KONDISI UMUM KAWASAN
2.1 Deskripsi dan Potensi umum di Ekowisata Bahari di Nusa Penida,
Bali.
Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km
dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali
terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Lintang Timur yang
mebuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Gunung Agung
adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini terakhir
meletus pada Maret 1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di
Bali. Sekitar 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan
bencana yang dahsyat di bumi. Berbeda dengan di bagian utara, bagian
selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungai-sungai.
Ibu kota Bali adalah Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah
Ubud sebagai pusat seni terletak di Kabupaten Gianyar; sedangkan Kuta,
Sanur, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang
menjadi tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan.
Penduduk Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa, dengan mayoritas 92,3%
5

menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Islam, Protestan, Katolik, dan
Buddha. Selain dari sektor pariwisata, penduduk Bali juga hidup dari pertanian
dan perikanan. Sebagian juga memilih menjadi seniman. Bahasa yang
digunakan di Bali adalah Bahasa Indonesia, Bali, dan Inggris khususnya bagi
yang bekerja di sektor pariwisata.
Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling luas
pemakaiannya di Bali, dan sebagaimana penduduk Indonesia lainnya, sebagian
besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Meskipun
terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali
menggunakan

sebentuk

bahasa

Bali

pergaulan

sebagai

pilihan

dalam

berkomunikasi. Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek bahasa Bali
ditentukan berdasarkan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma;
meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang. Bahasa Inggris
adalah bahasa ketiga (dan bahasa asing utama) bagi banyak masyarakat Bali,
yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang besar dari industri pariwisata. Para
karyawan yang bekerja pada pusat-pusat informasi wisatawan di Bali,
seringkali juga memahami beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang
cukup memadai.12
Nusa Penida merupakan salah satu kawasan konservasi perairan yang
ada di Indonesia dan telah dicadangkan melalui Peraturan Bupati Kabupaten
Klungkung (Perbup) No. 12 Tahun 2010 dengan status kawasan adalah Taman
Wisata Perairan. Salah satu alasan pencadangan kawasan konservasi di Nusa
Penida yaitu karena Nusa Penida memiliki organisme spesifik atau endemik
yang menjadi daya tarik wisatawan yakni ikan mola-mola (sunfish), ikan pari
manta, penyu, dan lumba-lumba sehingga dalam keberlanjutannya sangat
perlu

untuk

dikonservasi.

Pencadangan

kawasan

konservasi

perairan

khususnya di Nusa Penida pastinya mempunyai dampak bagi masyarakat dan
lingkungan laut (ekologi) yang berada di kawasan Nusa Penida karena kawasan
ini dianggap sebagai kawasan wisata yang telah berkembang dan telah dikelola
selama hampir 5 (lima) tahun. Dampak yang dapat ditimbulkan bisa positif dan
juga bisa negatif. Berdampak positif jika pengelolaan selama ini telah
mensejahterakan masyarakat dan melindungi lingkungan laut (ekologi) dalam
hal ini terumbu karang yang menjadi salah satu objek wisata terbesar serta
organisme lain yang berasosiasi dengannya dan memiliki daya tarik bagi
12

Wikipedia

5

wisatawan. Dan sebaliknya akan berdampak negatif jika tidak adanya
perbaikan terhadap lingkungan laut (ekologi) dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tak dapat
dipisahkan, sehingga dalam pengelolaan wilayah pesisir khususnya di kawasan
konservasi perairan perlu memperhatikan keseimbangan dari kedua aspek
tersebut.13
Keanekaragaman sumberdaya hayati laut yang di miliki oleh Nusa Penida
memang sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dengan ditemukannya berbagai
jenis karang, ikan karang dan ikan hias, ikan hiu, ikan pari manta, penyu,
duyung, lumba-lumba dan paus. Jenis-jenis tersebut merupakan biota khas bagi
Kawasan Nusa Penida. Pada Juli-September setiap tahunnya, Nusa Penida
dipenuhi oleh wisatawan dengan munculnya ikan mola-mola yang menjadi ikon
wisata. Selain itu pada kawasan Nusa Penida juga terdapat 230,07 hektar
mangrove yang terdapat di Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan dan
berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh TNC Marine Program dan Balai
Pengelolaan Hutan Mangrove, ditemukan 13 jenis mangrove dan 7 jenis
tumbuhan asosiasi serta terdapat 5 jenis burung air dan 25 jenis burung darat
yang berada di sekitar mangrove. Semua jenis mangrove serta tumbuhan
asosiasi dan jenis burung tersebut terdapat di Nusa Lembongan dan Nusa
Ceningan. Kondisi ekosistem terumbu karang Terumbu karang di Kawasan
Konservasi Nusa Penida dikategorikan baik atau berada dalam kondisi yang
baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingkat kesehatan karang yang dinilai
dari persen tutupan komunitas karang dan kelimpahan ikan karang. Persen
tutupan komunitas karang pada kawasan konservasi Nusa Penida dilakukan
dengan mengamati karang pada dua kedalaman yakni pada kedalaman 3
meter dan 10 meter, seperti yang terlihat pada Gambar di bawah ini.14

13

Marjan Bato., loc.cit.

14

Ibid.

6

Tabel 1
menunjukkan bahwa persentase tutupan komunitas karang pada daerah
kawasan konservasi Nusa Penida dari tahun 2010-2011. Kategori tutupan
komunitas karang tersebut mulai dari baik sampai dengan sangat baik. Pada
tahun 2010 kisaran tutupan komunitas karang antara 72,00% - 95,67%, tahun
2011 berkisar antara 62,00% - 96,33%, sedangkan pada tahun 2012 berkisar
antara 52,00% - 97,00%. Persen tutupan komunitas karang ini dihitung dengan
menjumlahkan persen tutupan karang keras, tutupan karang lunak dan tutupan
organisme hidup lain (living others) yang hidup berdampingan dengan
ekosistem terumbu karang yang sifatnya menetap dan membentuk satu
komunitas. Adapun organisme yang tergolong dalam organisme hidup lainnya
yaitu alga, crinoid, linkia, tridacna, anemone dan organisme lainnya yang hidup
bersama dengan ekosistem terumbu karang dalam satu komunitas. Indeks
mortalitas karang (tingkat kematian karang) Nilai indeks mortalitas karang
pada kawasan konservasi Nusa Penida adalah berkisar antara 0 – 0,02 pada
kedalaman 3 meter dan berkisar antara 0 – 0,05 pada kedalaman 10 meter.
Berdasarkan nilai indeks mortalitas karang ini dapat disimpulkan bahwa tingkat
kesehatan karang di tahun 2010-2012 ini sangat baik artinya bahwa tingkat
kerusakan karang di kawasan Nusa Penida sangat kecil.15
Hasil kajian ekologi laut secara cepat oleh Allen dan Erdmann (2009)
menemukan 576 jenis ikan di perairan Nusa Penida yang terdiri dari 68 famili,
dan 5 diantaranya adalah jenis/spesies baru yang belum ada namanya. Dari 68
famili yang ditemukan terdapat 8 famili yang dominan yaitu Labridae (94
jenis), Acanthuridae (36 jenis), dan Serranidae (32 jenis) yang merupakan
kelompok ikan target, Chaetodontidae (36 Jenis) yang merupakan ikan
15

Ibid.

indikator, Pomacentridae (86 jenis), Gobiidae (24 jenis), Apogonidae (22 jenis)
dan Scaridae (21 jenis) yang merupakan ikan mayor. 16 Kelimpahan ikan karang
di kawasan Nusa Penida sangat berlimpah sehingga hal tersebut juga menjadi
daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan Nusa Penida untuk
melakukan aktivitas wisata bahari. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung di
Nusa Penida juga karena kawasan ini memiliki jenis ikan karang yang banyak
dan hal ini sangat disukai oleh wisatawan. Jenis ikan yang menjadi primadona
bagi kawasan Nusa Penida yaitu adanya ikan mola-mola dan ikan pari manta.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Buckley yang
menyatakan bahwa sebagian besar wisatawan yang melakukan kegiatan
bahari di National park Australia menyukai ekosistem terumbu karang yang
memiliki jenis ikan yang beragam dan bentuk tubuh yang unik. Melimpahnya
ikan karang di kawasan Nusa Penida tidak terlepas dari kondisi karang
khususnya tutupan karang hidup yang baik.17 Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Langga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kelimpahan individu ikan dengan kondisi tutupan karang hidup. 18 Hal ini
juga didukung oleh pendapat Carpenter yang mengatakan bahwa tutupan
karang hidup mempunyai pengaruh positif terhadap kelimpahan individu ikan
karang.19
Hasil survei dan analisis kesesuaian yang dilakukan menunjukkan bahwa
lokasi yang sangat sesuai untuk melakukan aktifitas ekowisata selam berada di
lokasi Desa Jungut Batu (mangrove point) dengan nilai 85,19% sedangkan 3
lokasi/desa lainnya masuk dalam kategori sesuai dengan nilai kesesuaian
masing-masing adalah 74,07% untuk lokasi di Desa Toyapakeh dan desa Ped,
79,63% untuk lokasi di Desa Sakti. Hasil ini menunjukkan bahwa semua lokasi
di kawasan Nusa Penida khususnya 4 desa yang menjadi tempat penelitian
sesuai untuk dijadikan sebagai lokasi penyelaman karena tidak ada satu pun
lokasi yang termasuk dalam kategori yang tidak sesuai.20 Oleh karena itu,
kawasan ini harus dioptimalkan pemanfaatannya sebagai tempat untuk
penyelaman. Pemanfaatan kawasan suatu lokasi harus disesuaikan dengan
16

Ibid.

17

Ibid.

18

Ibid.

19

Ibid.

20

Ibid.

7

potensi yang dimiliki sehingga pengelolaannya lebih optimal dan terukur. Hal
ini sejalan yang dikatakan oleh Collins bahwa kesesuaian suatu kawasan
merupakan kecocokan suatu kawasan untuk penggunaan tertentu, sehingga
pemanfaatannya

dapat

disesuaikan

dengan

kondisi

atau

potensi

yang

dimilikinya.21
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk ekowisata kategori
snorkeling lokasi yang memiliki indeks kesesuaian yang sangat sesuai yaitu
lokasi yang berada di desa Jungut Batu (mangrove point) dengan nilai IKW
sebesar 85,96%. Hasil analisis yang dilakukan tidak menemukan nilai indeks
kesesuaian yang tidak sesuai tetapi semuanya berada dalam kategori sesuai
dengan nilai IKW masing-masing adalah Desa Toyapakeh sebesar 75,44%, Desa
Ped 75,44% dan Desa Sakti sebesar 80,70%. Hasil analisis ini sangat sesuai
dengan kondisi eksistingnya dimana lokasi snorkeling di desa Jungut Batu
menjadi lokasi primadona karena pada lokasi ini ada atraksi khusus yang
dilakukan oleh wisatawan yaitu memberi makan ikan-ikan karang dengan roti.
Dan pada lokasi ini terdapat 109 jenis ikan karang dengan kecerahan perairan
100%. Namun, pada lokasi ini yang menjadi kendala yaitu derasnya arus yakni
sekitar 0,514 m/detik. Derasnya arus di kawasan Nusa penida menjadi satu ciri
khas dimana kawasan ini memang menjadi daerah Arus Lintas Indonesia
(ARLINDO) yang melintasi Selat Lombok dan langsung berhadapan dengan
Samudera Hindia.22 Wisata Pantai Kawasan wisata Nusa Penida memiliki
pemandangan pantai yang indah karena diselimuti oleh pasir putih. Namun,
pengelolaannya tidak dimanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan karena
hampir semua lokasi pantai masih dalam kondisi kotor dan belum dikelola
secara baik. Berdasarkan hasil survei dan analisis kesesuaian dari keempat
pantai yang dijadikan sebagai sampling, desa Sakti memiliki skor tertinggi
untuk kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi dengan nilai IKW sekitar
83,33%. Hasil ini sangat sesuai dengan kondisi dilapangan (kondisi eksisting)
karena desa Sakti yang dikenal dengan nama site Crystal Bay (Penida) memiliki
pantai yang indah yang menyerupai kristal sehingga penamaan site ini dikenal
dengan sebutan Crystal Bay. Nilai kesesuaian yang tinggi untuk kategori wisata
pantai dalam hal ini untuk rekreasi pantai di desa Sakti disebabkan oleh
tingginya nilai pada setiap parameter yang diukur seperti kedalaman perairan
21

Ibid.

22

Ibid.

8

yang tidak lebih dari 3 meter, tipe pantai pasir putih, kecerahan perairan yang
tinggi sehingga dasar perairan masih dapat terlihat dengan jelas dengan kasat
mata serta lebar pantai 19,2 meter dan kemiringan pantai sebesar 150.23
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara melalui kuisioner
yang kami ambil dari Jurnal diperoleh bahwa pendapatan masyarakat
meningkat sejak dicadangkannya kawasan Nusa Penida menjadi kawasan
konservasi perairan. Sebelum dicadangkannya kawasan Nusa Penida menjadi
Kawasan Konservasi Perairan rata-rata pendapatan masyarakat yaitu sekitar
Rp. 700.000,00 – Rp. 900.000,00 namun saat ini pendapatan mereka
meningkat sekitar 10 – 30 %.

Tabel 2 Persentase pendapatan masyarakat di Nusa Penida setelah
dicanangkannya kawasan konservasi di Nusa Penida
Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengukur tingkat kesejahteraan
masyarakat

di

kawasan

konservasi

Nusa

Penida

menunjukkan

bahwa

masyarakat berada dalam tingkat kesejahteraan yang tinggi dan bahkan
berdasarkan analisis skoring yang dilakukan menunjukkan bahwa hanya
beberapa dari responden yang berada pada taraf tingkat kesejahteraan yang
sedang dan tidak ada yang berada pada tingkat kesejahteraan yang rendah.
Dari empat desa yang disurvei yakni Desa Toyapakeh dan Desa Jungut Batu
tingkat kesejahteraannya tinggi dengan nilai skoring berkisar antara 56-63,
pada

Desa

Ped

terdapat

satu

keluarga

yang

berada

dalam

tingkat

kesejahteraan yang sedang dan keluarga lainnya berada pada tingkat
kesejahteraan yang tinggi

dengan nilai

skoring

berkisar

antara

55-63

sedangkan di Desa Sakti dari 10 responden keluarga yang di wawancara
23

Ibid.

9

terdapat 5 keluarga yang berada dalam tingkat kesejahteraan yang sedang
yaitu dengan nilai skoring antara 46-50 sedangkan 5 keluarga yang lainnya
berada pada tingkat kesejahteraan yang tinggi.

Tabel 3 Tingkat kesejahteraan masyarakat Nusa Penida di empat lokasi
penelitian 10
Hal ini menunjukkan bahwa variabel yang sangat mempengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat di empat desa yakni Desa Toyapakeh, Desa Ped,
Desa Sakti dan Desa Jungut Batu adalah fasilitas perumahan, karena semakin
sejahtera suatu keluarga maka keinginan untuk memiliki fasilitas dalam rumah
tangga

semakin

tinggi.

pendapatan/penghasilan

Ini

keluarga

menunjukkan
maka

akan

bahwa
semakin

semakin
besar

tinggi
tingkat

konsumsi/pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan juga untuk
memperlengkapi rumah tangga dengan fasilitas yang lebih baik atau mewah
2.2 Upaya Pemerintah Dalam Melakukan Pengelolaan Ekowisata Nusa
Penida
Dampak dari dicadangkannya Kawasan Konservasi Nusa Penida tidak
hanya dirasakan oleh masyarakat, tetapi juga akan dirasakan oleh pemerintah
daerah Kabupaten Klungkung secara khusus pemerintah di Kecamatan Nusa
Penida. Salah satu dampak atau manfaat yang dirasakan oleh pemerintah
daerah yaitu melalui pajak, baik itu pajak biaya masuk di kawasan konservasi
ataupun pajak biaya dari jasa perhotelan, rumah makan, biro perjalanan
wisata, dan pajak dari toko-toko yang menjual souvenir. Manfaat lain yang
dirasakan oleh pemerintah dengan adanya kawasan konservasi di Nusa Penida

yaitu masyarakat mampu
kelestarian

alam

yang

mengelola

tersedia

daerahnya

untuk

sendiri

kepentingan

serta

menjaga

kesejahteraan

dan

keberlanjutan sumberdaya alam. Selain itu juga manfaat yang dapat dirasakan
oleh pemerintah Kabupaten Klungkung yaitu melalui pendapatan daerah yang
dihitung melalui pendapatan domestik regional bruto (PDRB) sektor pariwisata
Kabupaten Klungkung.24
Upaya pemerintah dalam penegelolaan ekowisata bari Nusa Penida
masih kurang maksimal, menurut jurnal yang kami kutip bahwa masih banyak
yang harus dibenahi di dalam kawasan Ekowisata Bahari Nusa Penida, yang
perlu dibenahi adalah infrastruktur yang ada di kawasan wisata Nusa Penida
seperti jalan-jalan raya yang menjadi penghubung antar satu lokasi wisata
dengan lokasi wisata lainnya sebagai sarana transportasi daratan, karena
hampir seluruh jalan di Nusa Penida dalam kondisi memprihatinkan (rusak), lalu
menambah jumlah sarana dan prasarana kesehatan di setiap lokasi yang
dijadikan sebagai objek wisata. Hal ini menjadi permintaan khusus dari
wisatawan yang berkunjung di Nusa Penida, lalu Menambah bentuk atraksi
wisata, dalam hal ini penulis merekomendasikan untuk membuat satu paket
wisata dalam bentuk “Wisata Keliling Nusa Penida”, lalu menetapkan biaya
masuk kawasan Nusa Penida dengan segera agar setiap pelaku usaha dan juga
wisatawan memperoleh harga yang sama, lalu Menambah sarana dan
prasarana yang mendukung kegiatan wisata secara khusus di kawasan wisata
Nusa Gede karena sarana dan prasarana sangat minim seperti tempat-tempat
penginapan, rumah makan, hotel dan dive operation (penyewaan alat selam
dan snorkeling). Tujuannya yaitu agar wisatawan lebih betah tinggal di
kawasan Nusa Gede, lalu Zona suci di kawasan konservasi Nusa Penida perlu
dilakukan peninjauan ulang dan disesuaikan dengan dasar Undang-Undang
yang menjadi dasar pencadangan kawasan Nusa Penida sebagai kawasan
konservasi perairan, lalu Membatasi Jumlah pengunjung (wisatawan) yang
masuk di kawasan Nusa Penida karena berdasarkan hasil analisis daya dukung
kawasan yang dilakukan dalam penelitian ini jumlah pengunjung sudah
melebihi daya dukung kawasan. Oleh karena itu pengelola dan pemerintah
harus membatasi jumlah pengunjung (wisatawan) namun untuk meningkatkan
pendapatan daerah maka perlu meningkatkan biaya masuk ke kawasan.25
24

Ibid.

11

25

Ibid.

12

2.3 Permasalahan hukum yang ada di ekowisata bahari di Nusa Penida
saat ini.
Untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan keamanan di laut
sebagaimana dimaksud pada pasal 276 ayat (1) dan pasal 279 ayat (3)
Undang-undang nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dilaksanakan fungsi
penjagaan dan penegakan peraturan perundang-undangan dan hukum di laut
dan pantai yang dilakukan oleh Penjaga Laut dan Pantai (Sea and Coast Guard).
Penjaga

Laut

dan

pantai

sebagaimana

dimaksud

pasal

277

ayat

(1)

melakasanakan tugas :
a. Melakukan pengawasan dan keselamatan dan keamanan pelayaran yang
meliputi keselamatan dan keamanan angkutan perairan, pelabuhan serta
perlindungan lingkungan maritime;
b. Melakukan pengawasan pencegahan dan penanggulangan pencemaran di
laut;
c. Pengawasan dan penertiban kegiatan salvage, pekerjaan bawah air serta
eksploitasi dan eksplorasi kekayaan laut;
d. Pengawasan dan penertiban kegiatan serta lalu lintas kapal;
e. Pengamanan sarana bantu navigasi pelayaran dan mendukung pelaksanaan
kegiatan pencarian dan pertolongan jiwa manusia di laut.
Dalam rangka melakukan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam pasal
279 ayat (1) Penjaga laut dan Pantai di sokong oleh prasarana berupa
pangkalan armada penjaga laut dan pantai yang berolaki di seluruh wilayah
Indonesia, dan dapat menggunakan kapal dan pesawat udara yang berstatus
sebagai kapal negara. Dalam ayat (3) disebutkan bahwa pelaksanaan
penjagaan dan penegakan hukum di laut oleh penjaga laut dan pantai
sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas wajib menggunakan dan menunjukkan
identitas yang jelas. Tugas dan fungsi penjaga laut dan pantai tersebut diatas,
sejalan dengan pasal 73, 101, 111 dan pasal 224 UNCLOS 1982 dan Konvensi
Internasional

tentang

Keselamatan

Jiwa

di

Laut

sebagaimana

telah

diamandemen sebelumnya tentang tindakan khusus untuk meningkatkan
keselamatan dan keamanan maritim26
“Territorial sea is part of the territory of the coastal State in accordance with
26

Levina Yustitianigtyas. (2015).Pengamanan dan Penegakan Hukum di Indonesia Sebagai Penetapan Alur Laut

Kelautan Indonesia. Jurnal Pandecta, vol 10, no 2, hlm 150.

international law and therefore the coastal State exercises full sovereignty in
this zone having the presumption of general jurisdiction as in its other land
territories .”27
Laut teritorial merupakan bagian dari wilayah Negara pantai sesuai
dengan
hukum internasional dan oleh karena itu Negara melaksanakan kedaulatan
penuh di zona pantai nya berlaku yurisdiksi umum seperti di wilayah-wilayah
lainnya.
Permasalahan yang terjadi di ekowisata bahari di Nusa Penida adalah
perihal perusakan lingkungan laut oleh beberapa pihak untuk keperluan
memancing, seperti menggunakan kompresor, pukat harimau, dan pencoretan
terumbu karang. Sehingga menimbulkan kerusakan terumbu karang dan
tanaman tanaman laut yang lain. Mengenai hal tersebut memang sebenarnya
sudah dilindungi oleh aturan, seperti yang sudah disebutkan diatas namun
penegakan hukumnya masih terlampau ringan, bahkan terkadang tidak
ditindak.
Salah satu kasus yang masuk ke ranah pengadilan adalah kasus dengan
register perkara Nomor 785/ Pid.Sus / 2015 / PN.Dps. di dalam kasus tersebut
ada yang menangkap ikan dengan menggunakan kompresor di wilayah
ekowisata bahari Nusa Penida yang statusnya area konservasi, dengan
menyebabkan rusak nya tanaman tanaman, namun hakim Pengadilan Negeri
Denpasar memutuskan memberi pidana 1 tahun dan denda 5 juta. Hal tersebut
terlampau

ringan,

dengan

dampak

yang

ditimbulkan

dari

kerusakan

lingkungan.
Karang di Nusa Penida dicorat-coret atau tepatnya digurat oleh turis yang
tak bertanggung jawab. Sebenarnya, sudah banyak rambu-rambu dan imbauan
yang dipasang di sana untuk menjaga kelestarian alam di Nusa Penida. Ramburambunya antara lain berupa jangan merusak alam, jangan menangkap ikan,
dan lain sebagainya. Tak sampai di situ, terdapat juga rambu-rambu khusus
yang jadi kewajiban para operator wisata terutama operator wisata selam. 28
Seharusnya wisatawan sadar akan hal tersebut, namun mungkin karena tidak
ada tindak lanjut dalam kasus tersebut, sehingga banyak orang yang berani
27

Dr. Korontzis Tryfon. (2014). Exeptions to The Criminal Yurisdictions of The Coastal State on Marchant and On

Naval Vessels in The Hellenic Legal Order. European Scientific Journal, vol 1, no 2, hlm, 318.
28

Diakses dari http://www.hipwee.com

13

melakukaan hal tersebut, sehingga alam yang dikorbankan. Jadi disini perlu
peran semua pihak terutama penegak hukum, karena penegakan hukum yang
baik yang akan menjaga alam kita.

Gambar 1
Selain kasus diatas ada juga kasus lain yang merusak wilayah laut Nusa
Penida, yaitu pembuatan Pegangan besi dan beton untuk seawalker atau
wisata air jalan di bawah laut yang diduga merusak terumbu karang di perairan
Nusa Penida. Pengelola dinilai lalai dan abai terhadap dampak rusaknya
ekosistem terumbu karang demi mengejar keuntungan semata termasuk
lemahnya

pengawasan

instansi

terkait.

Hasil

monitoring

menunjukkan

kerusakan terumbu karang akibat bergesernya beton tambatan dan material
sarana wisata terjadi di Mangrove Point.29

Gambar 2
Sudah sepatutnya pemerintah turun tangan dalam hal-hal berkaitan
dengan lingkungan, karena lingkungan bukan hanya dinikmati saat ini,
melainkan saat yang akan datang. Peraturan kita sudah baik, seperti yang
sudah dipaparkan diatas, namun penegakan hukumnya yang masih lemah,
29

Diakses dari http://www.mangobay.com

14

sebagai negara hukum, kita harusnya mendigdayakan hukum, semoga kasus
kasus tersebut tidak akan terulang kembali.
BAB 3 KESIMPULAN
Bali adalah salah satu dari berbagai tempat pariwisata favorit yang
banyak dikunjungi touris local maupun mancanegara. Yang menjadi destinasi
wisata yang harus dikunjungi, karena Bali menawarkan pesona alamnya yang
sangat menakjubkan salah satunya yaitu Nusa Penida. Keanekaragaman
sumberdaya hayati laut yang di miliki oleh Nusa Penida memang sangat tinggi,
hal ini dapat dilihat dengan ditemukannya berbagai jenis karang, ikan karang
dan ikan hias, ikan hiu, ikan pari manta, penyu, duyung, lumba-lumba dan
paus. Jenis-jenis tersebut merupakan biota khas bagi Kawasan Nusa Penida.
Kemudian Upaya pemerintah dalam penegelolaan ekowisata bari Nusa Penida
masih kurang maksimal, menurut jurnal yang kami kutip bahwa masih banyak
yang harus dibenahi di dalam kawasan Ekowisata Bahari Nusa Penida, yang
perlu dibenahi adalah infrastruktur yang ada di kawasan wisata Nusa Penida
seperti jalan-jalan raya yang menjadi penghubung antar satu lokasi wisata
dengan lokasi wisata lainnya sebagai sarana transportasi daratan, karena
hampir seluruh jalan di Nusa Penida dalam kondisi memprihatinkan (rusak), lalu
menambah jumlah sarana dan prasarana kesehatan di setiap lokasi yang
dijadikan sebagai objek wisata. Hal ini menjadi permintaan khusus dari
wisatawan yang berkunjung di Nusa Penida, lalu Menambah bentuk atraksi
wisata, dalam hal ini penulis merekomendasikan untuk membuat satu paket
wisata dalam bentuk “Wisata Keliling Nusa Penida”, lalu menetapkan biaya
masuk kawasan Nusa Penida dengan segera agar setiap pelaku usaha dan juga
wisatawan memperoleh harga yang sama, lalu Menambah sarana dan
prasarana yang mendukung kegiatan wisata secara khusus di kawasan wisata
Nusa Gede karena sarana dan prasarana sangat minim seperti tempat-tempat
penginapan, rumah makan, hotel dan dive operation (penyewaan alat selam
dan snorkeling). Permasalahan yang terjadi di ekowisata bahari di Nusa Penida
adalah perihal perusakan lingkungan laut oleh beberapa pihak untuk keperluan
memancing, seperti menggunakan kompresor, pukat harimau, dan pencoretan
terumbu karang. Sehingga menimbulkan kerusakan terumbu karang dan
tanaman tanaman laut yang lain. Mengenai hal tersebut memang sebenarnya
sudah dilindungi oleh aturan, seperti yang sudah disebutkan diatas namun
penegakan hukumnya masih terlampau ringan, bahkan terkadang tidak

ditindak. Selain kasus diatas ada juga kasus lain yang merusak wilayah laut
Nusa Penida, yaitu pembuatan Pegangan besi dan beton untuk seawalker atau
wisata air jalan di bawah laut yang diduga merusak terumbu karang di perairan
Nusa Penida. Pengelola dinilai lalai dan abai terhadap dampak rusaknya
ekosistem terumbu karang demi mengejar keuntungan semata

termasuk

lemahnya pengawasan instansi terkait
15
Daftar Pustaka
Hadi S. Alikodra,, Pariwisata Berkelanjutan, Makalah Seminar Sosialisasi Sadar Wisata, Semarang, 2007.
Damanik dan webber, Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi, Andi, Yogyakarta, 2006, 48
Sudarto, Ekowisata: Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Yayasan Kalpataru Bahari, 1999
Yoeti O.A, Ekowisata: Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup, PT Petja, Jakarta, 2000
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170421134200-307-209237/
Supyan dan Samadan, (2011). Efektivitas dan Efisiensi Konservasi Laut Dalam Sustainbillity Sumber Daya
Kelautan. Jurnal Mitra Bahari,
Gumelar Sastra Yudha, (2010). Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort dan Leisure. Depik.
Marjan Bato, dkk. (2013). Kajian manfaat kawasan konservasi bagi pengembangan Ekowisata Bahari. Depik
Wikipedia
Levina Yustitianigtyas. (2015).Pengamanan dan Penegakan Hukum di Indonesia Sebagai Penetapan Alur Laut
Kelautan Indonesia. Jurnal Pandecta,
Dr. Korontzis Tryfon. (2014). Exeptions to The Criminal Yurisdictions of The Coastal State on Marchant and On
Naval Vessels in The Hellenic Legal Order. European Scientific Journal.
http://www.hipwee.com
http://www.mangobay.com