BAURAN PENJUALAN PADA PERUSAHAAN RITEL B

BAURAN PENJUALAN PADA PERUSAHAAN RITEL BARANG
KEBUTUHAN SEHARI-HARI
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Sistem Tersebar
Dosen : Bambang Irawan, M.T

Disusun Oleh :
MUCHAMAD ACHMAD
NIM : 41101354

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
STMIK IKMI CIREBON
2014

DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR……………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………. 1
1.2 Identifikasi Masalah……………………………………………………. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………… 3

2.1 Bauran Ritel…………………………………………………………….. 3
2.1.1 Pengertian Ritel………………………………………………………. 3
2.1.2 Pengertian Bauran Ritel………………………………………………. 3
2.1.3 Komponen Bauran Ritel……………………………………………… 4
Faktor-faktor Bauran Eceran ( Retailing Mix )............................................. 4
1.
Lokasi ( Location )……………………………………………….
4
2.
Barang Dagangan ( Marchandise )………………………………
6
3.
Harga (Price )……………………………………………………
7
4.
Promosi ( Promotion )…………………………………………..
9
5.
Pelayanan ( Service )…………………………………………….
9

6.
Suasana Toko ( Atmosfhere )…………………………………….
10
2.1.4 Tujuan Bauran
11
Eceran………………………………………………...
2.1.5 Manfaat Bauran

12

Eceran……………………………………………….
BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………. 13

3.1 Perusahaan……………………………………………………………..
3.2 Pembahasan…………………………………………………………….
1.
Lokasi ( Location )…………………………………………..
2.
Pelayanan ( Service )…………………………………………
2.1 Jumlah dan jenis pelayanan……………………………..

2.2 Pedoman Pelayanan……………………………………...
3.
Barang Dagangan ( Marchandise )…………………………..
4.
Harga (Pricing)…………………………………………………….
4.1. Pricing…………………………………………………..
4.2. Tujuan dan Kebijakan Penetapan Harga………………
4.3 Tipe dan metode penetapan harga………………………
4.4. Model Penetapan Harga………………………………..
5.
Suasana Toko (Store Atmosphere )…………………………
5.1.Exterior …………………………………………………
5.2.General interior ………………………………………..
5.3.Store layout……………………………………………..
5.4.Interior point of purchase display ……………………...
5.5.Tujuan Store Atmosphere…………………………………..
6.
Promosi ……………………………………………………..
7.
Karyawan …………………………………………………...

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………
4.1Kesimpulan………………………………………………………………
4.2Saran …………………………………………………………………….

13
13
14
22
23
23
24
25
25
26
27
30
31
31
34
37

40
42
43
46
49
49
51

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 53
LAMPIRAN………………………………………………………………… 55

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini pemasaran barang atau jasa umumnya tidak dapat dikerjakan
langsung dari produsen kepada konsumen, melainkan harus melalui beberapa
perantara yang menyalurkan barang dari produsen ke konsumen yang dikenal dengan
sebutan lembaga saluran distribusi (saluran pemasaran). Sebagai mata rantai terakhir
dari saluran pemasaran tersebut adalah pengecer (retailer). Retailing (pedagang


eceran) merupakan kegiatan yang sangat penting dalam menyampaikan barang dari
produsen ke konsumen.
Bangkitnya bisnis ritel, baik besar maupun ritel kecil sebagai arena berbelanja
berupa pusat-pusat petokoan, supermarket, hypermarket, minimarket, departement
store dan plaza, bermunculan di berbagai kota besar dan kota kecil. Hal tersebut tidak
lepas dari tuntutan kebutuhan masyarakat yang ingin serba praktis, cepat dan
menghemat waktu, dan nyaman, kondisi ini didorong oleh semakin maraknya
berbagai bisnis baru yang membuka peluang timbulnya bisnis ritel baik peritel besar
maupun peritel kecil.
Bisnis ritel di Indonesia makin hari dirasakan semakin ramai dan persaingan
bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak menjadi
halangan bagi para pengusaha ritel untuk menambah jumlah outletnya diberbagai
wilayah, apalagi setelah meningkatnya sejumlah supermarket/minimarket baru dari
berbagai perusahaan ritel yang menyelenggarakan program-program tertentu yang
diyakini mampu mengajak masyarakat untuk berbelanja di perusahaannya, sangat
berpengaruh terhadap omzet penjualan dan pengadaan barang dari bisnis ritel yang
selalu menunjukan kenaikan tajam.
Dengan semakin meningkatnya perkembangan bisnis ritel baik besar maupun
kecil serta banyaknya jumlah supermarket/minimarket di berbagai wilayah
menimbulkan persaingan yang kompetitif dalam bisnis ritel, dimana setiap

supermarket/minimarket berusaha untuk memperoleh pangsa pasar seluas-luasnya,
dan konsumen sebanyak-banyaknya.
Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang retailer minimarket adalah PT.
Yomart Rukun Selalu, dengan Motto “Belanja Dekat dan Hemat”, sesuai dengan
mottonya maka PT. Yomart mengembangkan usahanya dengan jalan membuka
cabang di daerah yang dinilai dekat dengan konsumen yang cukup potensial, selain
itu Yomart menawarkan barang yang lebih vareatif dan lebih murah dibanding dengan
minimarket lainnya yang sejenis. Yomart merupakan perusahaan yang cukup baru
dalam dunia usaha minimarket sehingga jaringannya pun masih terbilang belum

cukup luas, tetapi dengan dukungan Yogya Group, Yomart diyakini akan dapat
bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya dalam bidang sejenis yang telah
berdiri cukup lama dan mempunyai jaringan yang luas seperti Alfamart, Indomart dan
lain-lain. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya cabang-cabang Yomart
yang baru didirikan di daerah Jawa Barat.
Yomart Minimarket adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang bisnis
eceran yang menjalankan berbagai jenis produk dalam satu atap (one stop shooping).
Garis toko yang didirikan perusahaan ini adalah minimarket yang memiliki lini
produk kebutuhan rumah tangga atau kebutuhan sehari-hari.
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yanag telah diuraikan sebelumnya, maka penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :”Pelaksanaan Bauran Penjualan
Pada Yomart Minimarket Cabang Samarang Garut”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bauran Ritel
2.1.1 Pengertian Ritel
Ritel merupakan merupakan salah satu rantai saluran distribusi yang memegang
peranan yang penting dalam penyampaian barang dan jasa kepada konsumen
akhir.Ritel meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa
secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis.
Kotler ( 2003: 535 ) dalam buku Foster (2008:34) mendefinisikan sebagai berikut:
“ritel meliputi semua kegiatan yang meliputi semua kegiatan yang melibatkan
penjualan barang atau jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan
pribadi dan bukan bisnis ”.

Sedangkan menurut Berman dan Ervans(2002 : 3) dalam buku Foster (2008:34)
pengertian ritel adalah: “ritel adalah tingkat terakhir dari proses distribusi, di
dalamnya terdapat aktivitas bisnis dalam penjualan barang atau jasa kepada
konsumen ”.

Dari berbagai pengertian diatas dapat dirumuskan bahwa ritel adalah segala
aktivitas perdagangan barang atau jasa kepada konsumen akhir untuk digunakan
sendiri, bukan untuk diperdagangkan lagi.
2.1.2 Pengertian Bauran Ritel
Pengertian bauran ritel menurut Masson, Mayer, F.Ezeel (1998 : 49) dalam buku
Foster(2008:51) adalah sebagai berikut : “bauran ritel adalah semua variabel yang
dapat digunakan sebagai strategi pemasaran untuk berkompetisi pada pasar yang
dipilih”.
Sedangkan menurut Foster (2008:49) “Bauran ritel terdiri dari unsur-unsur
strategis yang digunakan untuk mendorong pembeli melakukan transaksi usahanya
dengan pedagang eceran tertentu”
Dari definisi Foster (2008:49) dijelaskan bahwa bauran ritel merupakan unsurunsur strategis untuk mendorong minat konsumen.Sehingga bauran ritel merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku pembeli dan keputusan pembelian
konsumen.
Dunne, Lusch dan Griffith (2002:53) dalam buku Foster (2008:110) menyatakan
ada enam komponen-komponen bauran ritel antara lain merchandise, harga,
periklanan dan promosi, pelayanan konsumen dan penjualan, serta suasana toko dan
desain toko.
2.1.3 Komponen Bauran Ritel
Untuk mendukung usaha ritel dibutuhkan strategi-strategi terpadu, agar di dalam

mengmbil suatu keputusan tidak menyebabkan kerugian bagi perusahaan.Bauran

penjualan ritel terdiri dari unsur-unsur strategis yang digunakan untuk mendorong
pembeli melakukan transasksi usahanya dengan pedagang ritel tertentu.
Sementra itu Kotler dan Armstrong (2004:442) dalam buku Foster (2008:110)
merangkum demikian banyaknya komponen bauran ritel, dalam hal ini ada sepuluh,
enam komponen besar, yaitu bauran produk, layanan, suasana toko, harga, promosi,
dan lokasi.
Faktor-faktor Bauran Eceran ( Retailing Mix )
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh Henri Maruf, enam variable bauran
eceran diantaranya meliputi :
1.

Lokasi ( Location )
Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran pemasaran ritel. Pada
lokasi yang tepat, sebuah gerai atau toko akan lebih sukses dibanding toko lainya
yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama.
Sebelum sebuah toko atau tempat berbelanja didirikan, langkah pertama adalah
mempelajari suatu area agar investasi yang ditanamkan dapat menguntungkan.
Menurut Hendri Ma’ruf (2005 : 124), ada beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan dalam mengevaluasi area perdagangan ritel, diantaranya sebagai
berikut :

1. Besar populasi dan karakteristiknya
Jumlah penduduk dan kepadatan suatu wilayah meliputi factor dalam
mempertimbangkan suatu area perdagangan ritel. Jumlah peritel yang sama di dua
wilayah tetapi kepadatan penduduknya berbeda akan menyebabkan omzet yang
rendah pada peritel di wilayah yang kurang padat penduduknya.
2. Kedekatan dengan pemasok
Pemasok mempunyai pengaruh pada peritel dalam hal kecepatan penyediaan
merchandise, kualitas produk yang terjaga, biaya pengiriman, dan lain- lain. Jumlah
pemasok sebisa mungkin ada beberapa supaya tidak terjadi ketergantungan pada satu
atau dua pemasok saja.

3. Basis ekonomi
Basis ekonomi yang dimaksud di sini adalah indistri daerah setempat, potensi
pertumbuhan, fluktuasi karena factor musiman, dan fasilitas seuangan. Industry yang
bervariasi akan mempunyai pengaruh yang yang berbeda dibandingkan dengan
indistri yang terkonsentrasi ( pada suatu sector ).
4. Ketersediaan tenaga kerja
Tenaga kerja yang diperhatikan adalah pada suatu tingkat, yaitu dari tingkat
administratif dan lapangan hingga management tranee dan menjerial. Management
trainee adalah pada lulusan perguruan tinggi yang memulai karier di perusahaan ritel
pada tingkat staf, dan diproyeksikan untuk menjadi tenaga pemimpin. Tenaga
manjarial adalah para assistant manager atau manager bahkan general manager yang
siap direktur dan siap kerja ( tidak seperti management trainee yang harus dilatih
lebih dulu).
5. Situasi persaingan
Pertumbuhan luas toko yang sejalan dengan pertumbuhan permintaan pasar ( yaitu
besar belanja total penduduk setempat ) berarti semua perusahaan ritel setempat
tumbuh secara stabil atau secara tetap. Jika banyak pihak membuka gerai ritel dengan
asumsi merebut pasar sebesar- besarnya, maka kemungkinan yang terjadi adalah
kejenuhan pasar, yaitu terlalu banyak paritel dibandingkan total belanja konsumen.
6. Fasilitas promosi
Adanya media massa seperti surat kabar dan radio akan memfasilitasi kegiatan
promosi peritel. Juga kesiapan sarana pendukung seperti biro iklan, production house,
dan pembuat barang souvenir yang memperlancar kegiatan promosi perlu mendapat
perhatian.
7. Kesediaan lokasi toko
Factor bagi suatu area perdagangan dan hal- hal yang terkait dengan lokasi adalah
jumlah lokasi serta jenisnya, akases pada masing- masing lokasi, perpeluang
kepemilikan atau leasing, pembatasan zona perdagangan, dan biaya- biaya terkait.
8. Hukum dan peraturan

Hukum dan peraturan perlu diperhatikan khususnya jika terdapat Perda ( Peraturan
Daerah ) yang tidak terdapat di daerah lain.
2.

Barang Dagangan ( Marchandise )
Merchandise merupakan produk- produk yang dijual peritel dalam gerainya,
sedangkan merchandise adalah kegiatan pengadaan agarang- barang yang sesuai
dengan bisnis yang dijalani toko ( produk berbasis makanan, pakaian, barang
kebutuhan rumah dan produk umum lainnya ) untuk disediakan dalam toko pada
jumlah, waktu dan harga yang sesuai untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan
ritel.
Para pelanggan selalu berharap untuk memenuhi apa yang dibutuhkan dan
diinginkannya disetiap toko, kebutuhan dan keinginan pelanggan sangat beragam dan
toko diharapkan dapat memenuhinya. Fungsi pengelolaan barang dagangan
( merchandise ) merupakan fungsi yang harus diberi prioritas, bagaimanapun efektif
dan efisiennya bagian lain, bila urusan barang dagangan salah, bila urusan barang
dagangan salah, maka hampir dapat dipastikan sukses akan sulit diraih. Pada tokotoko berupa minimarkt yang tergabung dalam satu kelompok besar seperti Alfamart,
disebut juga sebagai chainstore karena satu toko dengan lainnya terkait dalam suatu
ikatan kelompok, pembelian merchandise di pusatkan pada induk yang
mengendalikan kelompok. Masing- masing gerai atau toko tonggal menerima
merchandise dan menjualnya.

3.

Harga (Price )
Penetapan harga adalah yang paling krusial dan sulit dinatara unsure- unsur dalam
bauran pemasaran ritel lainnya, dan harga merupakan satu-satunya unsur dalam
pemasaran ritel yang akan mendatangkan laba bagi peritel. Sebuah toko dapat
menjadi terkenal karena harga jual yang ditetapkan cukup murah atau harga jual yang
di tetapkan merupakan harga pasti. Berdasarkan hal itu, pengecer harus dapat
menetapkan harga yang tepat untuk barang- barang yang akan dijualnya, sehingga

kelancaran penjualan barang akan lebih terjamin. Semua pengecer senantiasa
berkeinginan menetapkan harga yang tinggi dengan volume penjualan yang tinggi
pula, namun kedua hal ini sulit di terapkan secara bersamaan.
Penetapan harga berkaitan dengan aspek- aspek laba, pelanggan, pasar dan
persaingan, pengadaan barang dagangan, citra kualitas merek yang berbeda dan
hokum peraturan, yang akan di uraikan sebagai berikut :
1.

Harga berkaitan dengan maksimalisasi laba
Setiap peritel atau perusahaan dagangan eceran, sepertihalnya semua perusahaan,
ingin memaksimalisasikan laba. Laba dapat dicapai dalam jangka pendek dan jangka
panjang.

2.

Harga berkaitan dengan pelanggan
Memaksimalisasikan laba adalah salah satu sisi dari selembar mata uang, sisi lainnya
adalah kepuasan konsumen. Tujuan perusahaan adalah kepuasan pelanggan melalui
operasional perusahaan yang akan member laba yang patut.

3.

Harga berkaitan dengan pasar dan perdagangan
Factor pasar atu persaingan merupakan factor penting yang amat mempengaruhi
penetapan harga.Untuk suatu peritel yang hendak memperluas pembeli dalam suatu
wilayah atau dalam suatu segmen disebul sebagai penetrasi pasar, penetapan harga
rendah atau harga bersaing dilakukan.

4.

Harga berkaitan dengan pengadaan barang dagangan
Barang persediaan yang masih banyak dan agak lambat penjualannya padahal tanggal
kadaluarsanya tinggal beberpa bulan lagi, mengharuskan tindakan penjualan sesegera
mungkin. Itu hanya bisa dilakukan dengan harga diskon atau menjual barang dengan
beberapa paket.

5.

Harga berkaitan dengan citra kualitas
Harga berkaitan dengan citra kualitas, sebagian besar masyarakat mempunyai
anggapan bahwa terdapat kolelasi erat antara harga dan kualitas.Harga yang rendah
dianggap pertanda kualitasnya rendah sebaliknya harga tinggi mencerminkan kualitas
tinggi.

6.

Harga berkaitan dengan merk yang berbeda
Produk dari merek-merk yang berbeda dapat diberi label harga yang berbeda menurut
:

a.

Merek terunggul yang diberi label termahal

b.

Merek pesaing atau merek sendiri dengan label harga sedang, dan

c.

Merek dengan harga terendah

7.

Harga berkaitan dengan hukum dan peraturan
Saat ini dapat dikatakan masih sangat minim hukum dan peraturan yang mengatur
penetapan harga barang dan jasa eceran. Ini berarti para peritel mempunyai ruang
gerak yang cukup bebas dalam menetapkan harga. Namun patokan umim berlaku
yaitu kepatutan berdasarkan etika bisnis khususnya dari sudut pandang konsumen
yaitu value for money.

4.

Promosi ( Promotion )
Komunikasi sebagai dasar promosi bertujuan mendorong target market untuk
mau menjadi pembeli bahkan menjadi pelanggan setia. Esensi dari komunikasi
pemasatan ini adalahbagaimana kita dapat menyampaikan apa yang kita tawarkan
kepada konsumen dapat di terima dengan baik. Komunikasi pemasaran tidak hanya
membuat pelanggan tertarik dan ingin membeli, namun komunikasi pemasaran juga
bisa menciptakan citra tertentu yang kita sesuaikan dengan pasaran sasaran.
Menurut Kotler yang di kutip dari buku M. Taufik Amir ( 2005 : 85 )
menyatakan bahwa ada beberapa elemen penting dalam komunikasi pemasaran yaitu
periklanan, promosi penjualan, penjualan tatap muka (personal selling), kehumasan
(public relation) dan pemasaran langsung.

5.

Pelayanan ( Service )
Menurut Kotler (2002 : 427) yang di alih bahasakan oleh AB. Susanto
menyatakan bahwa “ Pelayanan setiap tindakan atau keterampilan yang dapat
ditawarkan oleh apapun juga yang pada dasrnya tidak berwujud dan tidak

menyebabkan kepemilikan sesuatu, pelayanan dapat disertakan dalam produk yang
berbentuk fisik.”
Aspek pelayanan semakin hari semakin nyata perannya, secara umum pelayanan
tersebut meliputi bagai mana kecepatan melayani pelanggan sebelum berbelanja dan
pada saat berbelanja.Dengan demikian usaha eceran harus mampu mencoba
sedemikian rupa agar pelayanan yang dirasakan pelanggan meningkat serta sesuai
dengan kehendak pelanggan.
Unsure pelayangan adalah unsure yang memiliki peranan penting dalam
persaingan non- harga dengan pengecer-pengecer lain. Unsure-unsur pelayanan
menjadi nyata bagi perusahaan dalam bersaing dengan para pesaingnya karena unsure
pelayanan sangat sulit ditiru oleh pesaing. Menurut Kotler (2002 : 446) yang di alih
bahasakan oleh AB. Susanto membagi pelayanan menjadi dua bagian yaitu prlayanan
primer dalam usaha eceran antara lain adalah pembayaran kredit, pengantaran,
penanganan keluhan, penanganan parker, ruang istirahat termasuk toilet. Sedangkan
yang termasuk pelayanan pendukung antara lain : pembungkusan, inpormasi lokasi
barang, konsultasi dan informasi pembelian, tempat penitipan barang. Pelayanan
adalah salah sato faktot pembeli nilai nilai tambah bagi peritel, atau pritel dapat
memilih kombinasi ragam prodak dan tingkat pelayanan sebagai positioning.
6.

Suasana Dalam Toko ( Atmosfer )
Jika iklan bertujuan memberitahu, menarik, memikat atau mendorong konsumen,
untuk datang ke gerai dan untuk membeli barang, maka suasana toko atau atmosfer
dalam gerai atau toko berperan penting mengikat pembeli, membuat nyaman mereka
dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mreka prodak apa yang perlu di
miliki baik untuk keperluan pribadi maupun keperluan rumah tangga. Gerai kecil
yang tertata rapih dan menarik akan lebih mengundang pembeli di bandingkan gerai
yang di atur biasa saja tapi bersih lebih menarik dari pada gerai yang tidak di atur
sama sekali dan tampak kotor.

Suasana dalam gerai menggambarkan moment of truth, yaitu situasi langsung
yang di rasakan konsumen pada saat berbelanja.Jika seting dari suasana itu optimal
maka peritel (dengan gerai yang di kunjungi konsumen) akan dapat menyentuk emosi
konsumen dan member pengalaman berbelanja. Desain toko yang baik akan menarik
banyak konsumen untuk datang, desain toko merupakan strategi penting untuk
menciptakan suasana yang akan membuat pelanggan merasa betah berada dalam
suatu gerai atau toko. Desai toko, yaitu desain interior yang mencakup tata letak rakrak barang, aksesoris toko, dan desain eksterior mencakup lay-out, pintu masuk, dan
jalan masuk.
Menurut Berman dan Evans (2004;105) dalam buku Foster (2008:51) untuk
bentuk toko yang berdasarkan Store Based Retail terdapat strategi bauran penjualan
eceran terdiri dari lokasi departement store (store location) prosedur
pembelian/pelayanan (operating procedures), produk/barang yang ditawarkan (good
offered), harga barang (pricing tactics), suasana departement store (store atmosphere),
karyawan (custumer services), dan metode promosi (promotional methods).
Ketujuh hal inilah yang dijadikan acuan pembahasan aplikasi bauran pemasaran
di PT. Yomart Cabang Samarang Garut dimana pembahasan adalah hasil wawancara
dan kaitannya dengan teori bauran penjualan.
2.1.4

Tujuan Bauran Eceran

Dalam membangun suatu perusahaan atau bisnis ritel perlu adanya strategi- strategi
dalam meningkatkan kualitas suatu bisnis ritel. Startegi yang digunakan yaitu salah
satunya bauran eceran yang harus sesuai dengan bisnis yang digeluti sehingga
membawa dampak positif terhadap perkembagan bisnis tersebut. Adapun tujuan dari
bauran eceran tersebut adalah sebagai berikut :
1.

Untuk mencapai target perusahaan

2.

Untuk memperlancar distribusi barang kepada konsumen akhir.

3.

Agar dapat membandingkan dengan peritel lainnya melalui strategi- strategi yang
digunakan.

4.

Untuk memperlancar proses penjualan sehingga menambah jumlah konsumen.

5.

Untuk mempermudah konsumen mendapatkan barang kebutuhan sehari- hari.
2.1.5

Manfaat Bauran Eceran

Suatu bisnis eceran dapat berkembang dengan baik jika strategi- strategi yang
digunakan telah diterapkan dengan baik pula. Selain tujuan dari bauran eceran adapun
manfaat yang didapat perusahaan, diantaranya sebagai berikut :
1. Target perusahaan dapat tercapai.
2.

Kegiatan perusahaan dapat terkoordinir dengan baik.

3.

Membentuk citra baik perusahaan dimata konsumen.

4.

Menambah omzet penjualan perusahaan.

5.

Memberi masukan yang baik untuk perkembangan perusahaan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perusahaan
PT. YOMART RUKUN SELALU adalah perusahaan retail yang bergerak
dibidang minimarket. Melalui usaha memberikan pelayanan yang terbaik dalam
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, PT. YOMART

berusaha menjadi

perusahaan retail terbaik.
PT. YOMART RUKUN SELALU berdiri pada tanggal 23 Agustus 2004,
ditandai dengan berdirinya toko pertama PT. YOMART di Ciwastra, Bandung.
Langkah awal PT. YOMART ditandai dengan berdirinya 28 toko hingga akhir
Desember 2004, tidak hanya di Bandung tetapi PT. YOMART juga telah
menyentuh wilayah Kadipaten. PT. YOMART tidak berhenti di Bandung dan
kadipaten, PT. YOMART mulai melebarkan sayapnya kewilayah Subang, Garut,
Cirebon dan Jatiwangi. Pada Desember 2006 PT. YOMART memulai program
franchise dan PT. YOMART juga mulai membuka toko di Wilayah Sukabumi dan
Purwakarta, Jawa Barat. Selain membuka cabang, PT. YOMART RUKUN SELALU
juga memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk berinvestasi kedalam
program kemitraan PT. YOMART Franchise.

PT. YOMART RUKUN SELALU telah mendapatkan penghargaan “Exellence
in Leadership”dan“Exellence in Number of Customer”dari Action International
(tim coaching internasional yang berpusat di Australia).
3.2

Pembahasan
PT. Yomart Minimarket Samarang Garut merupakan salah satu cabang PT.
Yomart Rukun Selalu yang melakukan kegiatan bauran penjualan sebagai salah satu
cara untuk menarik minat konsumen untuk berbelanja
Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan bagaimana teori yang
berkaitan dengan bauran penjualan dan pelaksanaan dilapangan yang dilaksanakan
PT. Yomart Minimarket cabang Samarang Kabupaten Garut, sehingga mampu
mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian.
Alat-alat
bauran penjualan eceran yang

dapat

dikontrol

oleh

supermarket/minimarket Menurut Berman dan Evans (2004;105) dalam buku Foster
(2008:51) untuk bentuk toko yang berdasarkan Store Based Retail terdapat strategi
bauran penjualan eceran terdiri dari lokasi departement store (store location) prosedur
pembelian/pelayanan (operating procedures), produk/barang yang ditawarkan (good
offered), harga barang (pricing tactics), suasana departement store (store atmosphere),
karyawan (custumer services), dan metode promosi (promotional methods).
1.

Lokasi ( Location )
Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran pemasaran ritel. Pada

lokasi yang tepat, sebuah gerai atau toko akan lebih sukses dibanding toko lainya
yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama.
Cara mencari lokasi untuk industri ritel dan faktor-faktor yg menjadi tolak ukur
a.

dari pemain ritel. Ada delapan faktor utama yg perlu pelajari dengan baik, yaitu :
Population Characteristics
Populasi karakter ini adalah hal yang terpenting, yangg harus dilihat sebagai langkah
potensi pasar pertama. Lihat secara detail dari populasi yang ada di area tersebut, baik
dalam jumlah perkembangan penduduk, fasilitas yang mendukung industri ritel itu,
baik dalam industri sektor lain tapi yang mempunyai multiplier effect dengan usaha

ritel kita, seperti industri jasa ataupun industri sosial faktor di daerah itu, seperti
rumah sakit, sekolah dll.
Populasi karakter harus melihat dengan detail, baik dimulai dari segi manusianya,
umurnya, latar belakang edukasi mereka, pekerjaan, ras, suku dan juga perkembangan
pasar industri yang ada. Sering sekali survei hanya melihat dari data perkembangan
jumlah penduduk atau kepadatan penduduknya, tapi bukan dari karakter populasi
yang terjadi, ini jauh berbeda.
Perkembangan jumlah penduduk hanya perkembangan asumsi potensi jumlah
customer saja tetapi populasi karakter kita melihat dari semua sudut pandang yang
b.

menjadikan sebuah karakter yg menjadi ukuran kekuatan potensi pasar yang ada.
Buyer Behavior Characteristics
Hal lain yang sangat menjadikan sebuah potensi pasar dalam menganalisa pasar yang
ada adalah langkah kita melihat dan mengenal kelakuan (behavior) karakter dari
PEMBELI pasar tersebut.
Sebagai contoh, di salah satu daerah yg akan dibuka sebuah supermaket, kebiasaan
dan karakteristik penduduk daerah tersebut dalam berbelanja adalah membawa
anaknya, maka sudah jelas jika ingin membuka supermaket di sana, hal pertama yg
menjadi acuan dari kebiasaan (behavior) pembeli/penduduk dengan berbelanja
bersama anaknya adalah sebuah tempat di mana anak-anak mereka dapat bermain.
Maka jika kita membuka supermarket tanpa memperhatikan kebiasaan ini jangan
heran kalau pengunjungnya sedikit meskipun harga jual kita sudah menarik/murah
karena supermarket kita tidak ada hal yang membuat kebiasaan karakter mereka
terpenuhi.
Kelihatannya simpel, tetapi banyak pelaku ritel tidak menyelidiki kebiasaan karakter
pembeli dengan baik, sehingga potensi pasar yang ada tidak tergarap dengan penuh.
Data-data kebiasaan karakter pembeli ini tidak bisa dilihat hanya dari data
perkembangan penduduk tetapi bisa digali dari tim Sales Promotion Girl (SPG) yang
sudah ada di daerah pasar tersebut dan sudah tahu kebiasaan karakter pembeli disana.

c.

Household Income
Kekuatan rata-rata pendapatan keluarga di daerah tersebut juga menjadikan apakah
daerah tersebut pasar yg berpotensi untuk industri Ritel kita, karena jika pendapatan

keluarga di daerah tersebut tidak terdistribusi dengan baik, maka pasarnya tidak
stabil, dan juga peta potensi pasar kita tidak imbang.
Sebuah daerah dengan penghasilan tinggi secara pendapatan keluarga, tetapi tidak
terdistribusi dengan baik, arti kata patron yang terjadi tidak merata akan membuat
sebuah fenomena belanja yang berbeda jika pendapatan rata-rata keluarga di daerah
tersebut sebanding semua atau equal.
Lihat sebuah contoh di daerah yang dihuni pendapatan keluarga kelas menengah ke
bawah dan padat akan menjadikan potensi pasar yang baik untuk jenis Ritel
minimarket. Kenapa?
Karena gaya mereka dari penghasilan rata-rata yang sama dan terdistribusi dengan
baik menjadikan sebuah gaya berbelanja yang berulang-ulang dengan jumlah yang
sedikit tetapi berulang kali. Hal ini sangat cocok untuk pasar potensi Ritel jenis mini
market.
d.

Household Age Profile
Umur dan kategori dari keluaaga yang berdomisili disekitar potensi pasar yang akan
kita bidik juga menjadi pengaruh yang besar. Sebuah potensi pasar di daerah yang
berkembang populasi dengan penduduk dengan usia muda akan menjadikan potensi
pasar dipengaruhi gaya hidupnya (lifestyle).
Sehingga hal no 1, 2 dan 3 di atas akan sangat berbeda dengan usia penduduk di suatu
daerah yang didominasi oleh keluarga berumur, di mana akhirnya mereka mempunyai
sebuah gaya hidup dengan komunitas (community), bukan gaya hidup dengan
lifestyle, yang mana juga akan membuat potenasi pasar yang berbeda.

e.

Household Composition
Komposisi keluarga ini sangat berpengaruh dengan potensi pasar. Lihat jika disana
keluarga muda dan berubah menjadi komposisi berkeluarga dan mempunyai anak,
maka komposisi belanja mereka beralih dari konsumtif gaya hidup ke konsumtif
kebutuhan keluarga, dan otomatis gaya pengeluaran belanja menjadi beda.

Itulah sebabnya, industri Ritel seharusnya selalu melihat perkembangan komposisi
keluarga ini setelah tahun ke tahun karena daerah mereka karakternya berkembang
sesuai umur dari pembeli dan potensi pasar yang ada menjadi bergeser arahnya.
f.

Community Life Cycle
Komunitas selalu berubah dan berkembang seiring dengan waktu tetapi bisa kita lihat
dan

patronkan

menjadi

perkembangan/pertumbuhan

4
baru,

hal

yang

sangat

mayoritas,

perkembangan/pertumbuhan

yaitu

kontinyu,

perkembangan/pertumbuhan stabil atau perkembangan/pertumbuhan sudah turun.
Peritel yang baik akan selalu menempatkan diri di pasar potensi yang sedang
kontinyu bertumbuh karena ini yang sedang pesat-pesatnya dan secara tidak langsung
memberikan kesempatanpotensi pasar yang baik dan bergairah untuk masa investasi
mereka.
g.

Population Density
Populasi kepadatan ini bisa dikonotasikan dengan jumlah orang per meter persegi dari
potensi pasar yang ada karena ini menjadikan patron dari kekuatan pembeli yang ada.
Semakin besar kepadatan populasinya, maka kita sebaiknya menyiapkan luas toko
yang sesuai dengan potensi pasarnya. Lihat daerah potensi pasar di perumahan yang
baru dengan keluarga yang hanya 2 orang akan berbeda dengan keluarga dengan ratarata 4 hingga 5 orang.

h.

Mobility
Jika potensi pasar yang ada dipenuhi dengan gaya pembeli atau orang yang
mobilitasnya tinggi, maka sudah jelas mereka adalah pasar potensi yang bergerak
jadi, bukan acuan untuk selalu datang ke lokasi Ritel kita yang ada di dekat mereka,
karena mereka adalah pembeli yang bergerak.
Sebuah makro kondisi dengan harga BBM yang tinggi, bisa menjadikan acuan
orang/pembelei untuk berbelanja di daerah kediaman mereka.

PT. YOMART adalah perusahaan retail yang dalam pendistribusiannya
kepada konsumen dilakukan melalui cabang-cabang yang berupa minimarket.
PT.PT. YOMART RUKUN SELALU yang berpusat di Jalan Jakarta sendiri
tidak sebagai tempat distribusi untuk konsumen (masyarakat umum) secara
langsung melainkan sebagai kantor administrasi dan gudang utama sebagai
pendistributor dari suplier utama kepada cabang-cabang yang sudah tersebar di
berbagai daerah. Cabang PT. YOMART berorientasi pada daerah padat
penduduk yang belum memiliki fasilitas market yang cukup baik, biasanya
ditemukan pada daerah-daerah yang kurang dekat dengan pusat kota.
Berikut adalah cabang-cabang PT. YOMART yang tersebar di seluruh Indonesia:

Daftar Cabang PT. YOMART
No Nama

No Nama

No Nama

1

Ciwastra

2

Cibiru

3

MargaAsih

4

Cipamikolan

5

Garuda

6

Gempol

7

Jamika

8

Dangdeur2

9

Mekarwangi

10

Padalarang

11

Cimareme

12

Solokan Jeruk

13

Cicadas

14

Ujung Berung

15

Gardujati

16

Dayeuh Kolot

17

Karang Ampel

18

Majalaya

19

Gunung Batu

20

Kebon Kopi

21

Cigondewah

22

Cimahi

23

Batu Jajar

24

Cililin 2

25

Rancaekek

26

Cimbuleuit

27

Ciremai(Crb)

28

Cibereum

29

Wanguk (idrmy)

30

Leuwi Gajah

31

TKI

32

Warung Kondang

33

Boyongbong

34

Dangdeur

35

Ujung Berung 2

36

Cijambe

37

Cijerah

38

RancaManyar

39

Moh. Toha

40

Kopo

41

Singaparna (tsk)

42

Panyileukan

43

Sukajadi

44

Simpang (pwkt)

45

Moh. Ramdan Kadipaten

46

Purwodadi(Sbg)

47

Gegerkalong 2

48

Leuwipanjang

49

Nyomplang(Skb)

50

Banjaran 2

51

Cipasir

52

Cihampelas(clin)

53

Cangkuang

54

Soreang

55

Rambay (Skbm)

56

Suka Miskin

57

Cimahi 2

58

Surya Sumantri

59

Bojong Soang2

60

Padasuka

61

Cilampeni

62

Astana Anyar

63

Sarijadi

64

Palimanan

65

Cisaat (Skbmi)

66

Gegerkalong

67

Plered

68

Widyatama

69

Ciparay

70

Cileunyi

71

Cikutra Barat

72

Dago

73

Cipadung

74

Antapani

75

Babakan

76

Wanaraja

77

Cibadak(Skbm)

78

Cicalengka

79

Leles

80

Rajawali

81

Sriwijaya

82

Tamansari

83

Arjawinangun Kembar

84

Samarang

85

Jatinangor

86

Melong Asih

87

Weru

88

PSM

89

THI

90

Sumber

91

Kordon

92

Parakan Muncang

93

Ciwidey

94

Soreang

95

MTC

96

Lembang

97

Antapani 2

98

Singosari

99

Kalijati

100 Gebang Cagak
101 Banjaran
102 Cisirung
103 Ciledug
104 Jatiwangi
105 Margahayu Permai
106 Kopo Imanuel
107 Pagarsih
108 Purwakarta
109 Marga Cinta
110 Ciparay2
111 Sarimanah
112 Bale Endah
113 Kerkoof
114 Soklat (Sbng)
115Otista
116Cimindi
117Bojong Soang
118Cikutra

Dalam memperluas usahanya PT. YOMART berambisi membuka cabang sebanyak dan
seoptimal mungkin, terbukti dengan dibukanya beberapa cabang baru PT. YOMART di
luar Bandung yaitu beberapa daerah kabupaten seperti Garut, Purwakarta, Sukabumi,
Indramayu dan lain-lain, Selain daripada cabang, PT. YOMART juga membuka kerjasama
bisnis secara franchise (waralaba) yaitu kerjasama bisnis dimana salah satu pihak
diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI)
atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan
dan atau penjualan barang dan jasa. Tujuan dari dibukanya kerjasama secara waralaba
adalah selain untuk memperluas usahanya juga sebagai wadah bagi masyarakat umum yang
ingin ikut berinvestasi. Kebijakan yang diberikan perusahaan terhadap cabang-cabangnya dan
setaip waralaban ya tidak dibedakan. Setiap toko yang berada di Bandung ataupun di luar
daerah, dan setiap toko yang berupa cabang ataupun waralaba diberikan prosedur umum
yang sama dalam aktivitasnya.
Berikut adalah PT. YOMART yang berbentuk franchise Yang tersebar di seluruh
Indonesia :

Daftar Franchise PT. YOMART
No Nama
1

Rancaekek

2

Garut–Ahmad Yani

3

Yogya– Kepatihan

4

Sukamenak

5

Tubagus Ismail

6

Cikajang

7

Garut - Cimanuk

8

Ngamprah Sariwangi

9

Holis

10

Garut - Otista

11

Citamiang

12

Cijerah

13

Purwakarta-Pahlawan

14

Purwakarta Simpang

15

Tegal Wangi

16

Griya Bandung Indah

17

Letjen Suwanto Banjar

18

Kopo – Permai

19

Cirebon– Kibledug

20

Pangandaran Merdeka

2.

Pelayanan ( Service )
Aspek pelayanan semakin hari semakin nyata perannya, secara umum pelayanan tersebut
meliputi bagai mana kecepatan melayani pelanggan sebelum berbelanja dan pada saat
berbelanja.Dengan demikian usaha eceran harus mampu mencoba sedemikian rupa agar
pelayanan yang dirasakan pelanggan meningkat serta sesuai dengan kehendak pelanggan.

Unsure pelayanan adalah unsure yang memiliki peranan penting dalam persaingan non- harga
dengan pengecer-pengecer lain. Unsure-unsur pelayanan menjadi nyata bagi perusahaan dalam
bersaing dengan para pesaingnya karena unsure pelayanan sangat sulit ditiru oleh pesaing.
Ada dua prinsip dasar yang dapat diterapkan yaitu menerapkan pelayanan khusus atau
spesifik kepada konsumen dan berkomunikasi secara personal kepada konsumen atau disebut
juga dengan istilah relationship marketing. Prinsip yang pertama didasarkan pada situasi dimana
kita sebagai pengelola toko menginginkan sesuatu yang berbeda atau spesifik dibandingkan toko
lainnya; sedangkan prinsip kedua didasarkan pada keadaan untuk mempertahankan konsumen
agar lebih lama berada di toko kita.
Berdasarkan prinsip tersebut maka untuk dapat melayani konsumen dengan sebaik-baiknya
tentunya dibutuhkan kiat-kiat tertentu agar konsumen selain merasa nyaman berada di toko dan
mau membeli barang-barang yang ditawarkan juga agar konsumen mau kembali lagi ke toko
kita.
Pelayanan terpenting terhadap pelanggan adalah penyediaan macammacam barang yang
diinginkan langganan dan menawarkan pada harga yang pantas di tempat yang menarik,
menyenangkan dan mudah tercapai. Tetapi ini saja seringkali tidak cukup. Pelanggan mungkin
menghendaki berbagai pelayanan tradisional seperti vermak pakaian, membungkus kado, antar
barangke rumah dan jaminan bahwa barang yang dibeli itu memuaskan. Pelayanan yang
kompeten, segera, riang dan sopan, sangat penting dalam kompetisi non harga dan merupakan
suatu unsur penting untuk mengembangkan citra yang baik terhadap toko itu.
2.1 Kebijaksanaan Pelayanan
2.1.1. Jumlah dan jenis pelayanan
Banyak hal yang harus dipertimbangkan mengenai jumlah dan jenis pelayanan yang akan
disediakan, serta prosedur dan kondisi pelayanan tersebut. Pelayanan yang berlebih-lebihan dan
tidak tepat dapat menimbulkan citra yang salah dan dapat membuat pelanggan mengira toko
tersebut mahal walaupun sesungguhnya tidak. Dan pelayanan ekstra yang tidak tepat yang tidak
menghasilkan penjualan ekstra akan meningkatkanbiaya serta menurunkan laba. Disamping itu,
selera pelanggan seringkali sulit diduga dan dalam banyak hal diperlukan eksperimen untuk
menjawabnya.
2.1.2 Pedoman Pelayanan

a. Kebijaksanaan dan praktek yang dijalankan saingan
Pelanggan umumnya mengharapkan pengelola toko memenuhi standarstandar yang cukup
kompetitif.
b. Jenis barang dagangan dapat mempengaruhi pelayanan yang akan diberikan Barang-barang
berat seperti kulkas, kompor, mesin cuci dan meubel, biasanya membutuhkan pelayanan
penyerahan barang di lokasi pembeli. Disamping itu untuk barang-barang yang bernilai tinggi ini
perlu adanya suatu bentuk penjualan secara kredit. Sebaliknya barang-barang seperti kosmetik,
sepatu dan kaos kaki tidak memerlukan kredit dan pengantaran.
c. Penghasilan pelanggan, lokasinya dan kebiasaannya berbelanja juga mempengaruhi pelayanan
yang diberikan
d. Jenis toko sangat penting karena akan mempengaruhi jenis pelayanan, misalnya jenis
pelayanan di toserba akan berbeda dengan di toko-toko kecil.
Dalam hal ini PT. Yomart Minimarket Cabang Samarang Garut melakukan tiga kegiatan
pelayanan yaitu:
a)

Pelayanan yang disediakan untuk pelanggan sebelum masuk ke dalam transaksi penjualan
yaitu information aids (bantuan informasi) dan convenience hours (saat yang menyenangkan).

b)

Pelayanan yang disediakan selama penjualan, seperti credit, lay way, gift wrapping and
packaging/pembungkusan hadiah, checking chasing, personal shopping, aktivitas perakitan
bermacam-macam barang unuk langganan.

c)

Pelayanan yang disediakan setelah penjualan dilakukan seperti complain handling
(penanganan keluhan), pengembalian barang, pelayanan dan perbaikan, pengiriman barang.

3.

Barang Dagangan ( Marchandise )
Merchandise merupakan produk- produk yang dijual peritel dalam gerainya, sedangkan
merchandise adalah kegiatan pengadaan agarang- barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani
toko ( produk berbasis makanan, pakaian, barang kebutuhan rumah dan produk umum lainnya )
untuk disediakan dalam toko pada jumlah, waktu dan harga yang sesuai untuk mencapai sasaran
toko atau perusahaan ritel.
Produk yang dibeli oleh peritel untuk dijual kembali merupakan penerjemahan dari
positioning

yang

dipilih oleh peritel

tersebut

menentukan positioning di awal memulai bisnis).

(karena penting bagi

peritel

untuk

Merchandise yang akan dijual penting untuk dipilih dengan karena merchandise adalah
mesin sukses bagi pengecer. Produk yang dijual peritel (merchandise) merupakan satu dari unsur
bauran pemasaran ritel yang penting dan terkait dengan hal-hal sebagai berikut :


Intensitas yaitu mengenai produktifitas barang-barang yang dijual yang dinyatakan sebagai
penjualan barang tersebut per meter persegi.



Mode/gaya yaitu mengenai jenis barang yang akan dijual oleh pengecer yang bersangkutan,
seperti seberapa jauh barang yang dijual dapat mengikuti mode atau seberapa inovatif mode/gaya
barang yang dijual, di mana hal ini menentukan tingkat perbedaan/diferensiasi suatu usaha
dengan usaha lain yang sejenis.



Keragaman barang mengacu kepada bauran produk yang akan dijual dalam hal pilihan akan
jenis barang dan jumlah barang (“depth”/dalam dan “width”/lebar).

4.

Harga (Pricing)
4.1. Pricing
Pricing proses manual dari penetapan harga untuk perintah membeli dan menjual, yang
didasarkan pada factor seperti jumlah yang ditetapkan, kuantitas, promosi,dan pengiriman.

a.

Harga Efektif : harga yang diterima perusahaan setelah perhitungan untuk potongan, promosi,
dan insentif lainnya.

b.

Price Lining (Garis Harga) : pengunaan jumlah harga yang terbatas untuk semua penawaran
produk.

c.

Loss Leader (Harga Umpan) : suatu produk yang mempunyai harga yang ditetapkan dibawah
marjin operasi.

d.

Penetapan Harga Premium (Prestise) : strategi penetapan harga pada titik mutakhir dari
kisaran harga yang mungkin
4.2. Tujuan dan Kebijakan Penetapan Harga
Tujuan penetapan harga adalah sebagai berikut :

a)

Mendapatkan posisi pasar, sebagai contoh adalah penggunaan harga rendah untuk
mendapatkan penjualan dan pangsa pasar. Pembatasan meliputi perang harga dan pengurangan
kontribusi laba.

b)

Mencapai kinerja keuangan, harga-harga dipilih untuk membantu pencapaian tujuan keuangan
seperti kontribusi laba dan arus kas. Harga yang terlalu tinggi mungkin tidak dapat diterima oleh
para pembeli.

c)

Penentuan posisi produk, harga dapat digunakan untuk meningkatkan citra produk,
mempromosikan kegunaan produk, menciptakan kesadaran, dan tujuan penentuan posisi lainnya.
Visibilitas harga (tinggi atau rendah) dapat mengurangi keefektifan komponen penentuan posisi
lainnya, seperti periklanan.

d)

Merangsang permintaan, harga digunakan untuk mendorong para penjual mencoba sebuah
produk baru atau membeli merek yang ada selama periode-periode ketika penjualan sedang lesu.
Salah satu masalah yang akan timbul adalah bahwa para pembeli mungkin membeli dalam partai
besar ketika harga kembali normal.

e)

Mempengaruhi persaingan, tujuan penetapan harga mungkin untuk mempengaruhi para
pesaing yang ada atau calon pembeli. Manajemen mungkin ingin menghambat para pesaing yang
sekarang untuk tidak dapat masuk ke kpasar atau untuk tidak melakukan pemotongan harga.
Meskipun peranan faktor-faktor non-harga semakin meningkat dalam proses pemasaran
modern, harga tetap merupakan elemen penting an tahap penting dalam pemasaran yang
diwarnai dengan persaingan monopoli atau olgopoli.
4.3 Tipe dan metode penetapan harga
Penetapan harga bisa dilihat dari kacamata produsen (pabrik/pembuat produk),
wholesaler (pedagang besar) dan retailer (pengecer).
Perusahaan menerapkan bermacam-macam strategi penetapan harga atas harga dasar:

a.

Penetapan harga geografis, dimana perusahaan tersebut memutuskan bagai mana memasang
harga bagi pembeli yang jauh, dengan memilih salah satu dari berbagai alternatif seperti
penetapan harga FOB, penetapan harga pengiriman seragam, penetapan harga wilayah,
penetapan harga titik-pangkalan, dan penetapan harga absorsi angkutan

b.

Penetapan harga potongan dan hadiah, dimana perusahaan tersebut memberi potongan tunai,
potongan jumlah, potongan fungsional, potongan musiman, dan hadiah.

c.

Penetapan harga promosi, dimana perusahaan tersebut memutuskan untuk memasang hrga
barang yang dirugikan, penetapan harga kesempatan-khusus dan potongan tunai.

d.

Penetapan harga diskriminasi dimana perusahaan memasang harga yang berlainan berdasarkan
pertimbangan pembeli, bentuk produk, tempat, dan waktu yang berbeda-beda.

e.

Penetapan

harga

produk baru, dimana

perusahaan

tersebut memutuskan

antara

memperkenalkan sebuah inovasi produk yang dilindungi hak paten dengan harga lintas pasar dan
harga tembus pasar. Perusahaan itu menentukan salahsatu dari sembilan strategi harga/kualitas
untuk memperkenalkan sebuah produk tiruan.
f.

Penetapan harga bauran produk, di mana perusahaan itu menentukan tingkat harga untuk
beberapa produk dalam satu lini produk, dan penetapkan harga produk-produk pilihan, produk
penawan, dan produk sampingan.
Bila sebuah perusahaan mempertimbangkan untuk memulai perubahan harga, perusahaan itu
harus secara hati-hati mempertimbangkan reaksi-reaksi pembeli dan pesaing. Oleh karena itu
biasanya reaksi pembeli dipengaruhi oleh makna yang dilihat pembeli sehubungan dengan
perubahan harga. Reaksi-reaksi pesaing berasal baik dari seperangkat kebijakan reaksi atau dari
tafsiran baru teerhadap setiap situasi. Perusahaan yang memprakasai perubahan harga juga harus
meramalkan reaksi yang mungkin timbul dari para grosir, penyalur, dan pemerintah.
Perusahaan yang menghadapi perubahan harga yang diprakasai oleh seorang pesaing harus
mencoba memahami maksud pesaing tersebut dan jangka waktu perubahan. Jika dibutuhkan
kecepatan reaksi, perusahaan itu harus merencanakan lebih dahulu reaksi-reaksinya atas berbagai
kemungkinan tindakan harga yang dilakukan oleh para pesaing.
Para produsen berkepentingan untuk mengetahui harga penjualan eceran dari produknya,
karena sukses marketing produknya tergantung dari harga penawaran kepada konsumen. para
produsen yang memeprhatikan harga yang ditawrakan oleh retailer sebelum menetapkan harga
jualnya disebut “inverted pricing” kebijakan produsen dalam meentapkan harga bisa dilihat dari
prosesnya antara lain :

1.

Skiming price, menetapkan harga setinggi-tingginya dengan alasan permintaan bersifat in
elastis pada waktu barang dipasarkan dan pasaran ditujukan kepada konsumen highclass. Selain
untuk mengembalikan modal yang telah di investasikan dalam waktu singkat serta tidak
dikhawatirkan masuknya pesaing baru.

2.

Penetrasi price, ini kebailkan dari skiming price aitu memasang harga yang rendah pada
permulaan pemasaran kemudian dinaikan secara bertahap dengan alasan permintaan bersifat

elastis, volume produksi yang tinggi sehingga biaya bisa ditekan dan ketakutan ada pesaing yang
masuk dalam pasar kita.
3.

Competitor price, penetapan harga yang mengikuti harga pesaing.

4.

cost of goods, harga menjadi pedoman dalam penetapan harga.bila biaya produksi perusahaan
lebih rendah dari biaya prouksi perusahaan lainnya ada beberapa pendapat dalam hal policy

5.

harga pokok lebih rendah dari saingan. produsen yang bekerja secara efisien dan efektif akan
meperoleh banyak keuntungan karena penghematan.

4.4. Model Penetapan Harga


Cost – plus pricing : Menyusun harga pada biaya produksi (ongkos dan biaya tetap )



Target return pricing : Menyusun harga untuk mencapai ROI (laba modal)



Value based : Menetapkan harga berdasarkan nilai.

1.

Penetapan Harga Psikologis : suatu teori didalm pemasaran bahwa harga ini memilki dampak
psikologis yang mendorong harga lebih besar dari yang diharapkan seperti harga eceran misalnya
Rp. 4990, Rp. 19.850. Konsumen biasanya mengabaikan paling sedikit digit.

2.

Fair pricing : Mentukan harga wajar bagi konsumen sehingga konsumen tidak merasa ditipu.
Dalam hal ini PT. Yomart Minimarket Cabang Samarang Garut melakukan kegiatan
penetapan harga dengan tiga strategi dalam penentuan harga yaitu High Price, Midle Price, dan
Low Price. Dimana yang menjadi pertimbangan penetapan harga High Price, Midle Price, dan
Low Price adalah tergantung dimana PT. Yomart itu berdiri dan dapat berubah sewaktu-waktu
sesuai dengan kondisi di daerah tersebut apakah memungkinkan dilakukan strategi High Price,
Midle Price atau Low Price dan strategi ini pun tidak berlaku untuk setiap barang yang ada di PT.
Yomart. Misalnya ketika bnyak pesaing ritail yang sama di sekitar Yomar maka beberapa barang
yang sama yang ada di toko pesaing maka PT. Yomart di berlakukan harga barang tersebut
sedikit lebih murah atau Low Price.

5.

Suasana Dalam Toko ( Atmosfer )
Suasana dalam gerai menggambarkan moment of truth, yaitu situasi langsung yang di
rasakan konsumen pada saat berbelanja.Jika seting dari suasana itu optimal maka peritel ( dengan

gerai yang di kunjungi konsumen ) akan dapat menyentuk emosi konsumen dan member
pengalaman berbelanja. Desain toko yang baik akan menarik banyak konsumen untuk datang,
desain toko merupakan strategi penting untuk menciptakan suasana yang akan membuat
pelanggan merasa betah berada dalam suatu gerai atau toko. Desain toko, yaitu desain interior
yang mencakup tata letak rak-rak barang, aksesoris toko, dan desain eksterior mencakup lay-out,
pintu masuk, dan jalan masuk.
5.1 Exterior (bagian luar toko)
Bagian depan toko adalah bagian yang terkemuka. Maka hendaknya memberikan kesan yang
menarik. Di samping itu hendaklah menunjukan spirit perusahaan dan sifat kegiatan yang ada di
dalamnya. Karena bagian depan daneksterior berfungsi sebagai identifikasi atau tanda
pengenalan maka sebaiknya dipasang lambang-lambang. Exterior menurut Berman dan Evans
terdiri dari :
1.

Store Front (bagian depan toko)
Harus dapat mencerminkan keunikan, kemantapan, kekokohan, serta hal-hal lain yang sesu

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124