PROPOSAL UJI EFEKTIF PENGGUNAAN METODE K
PROPOSAL
“UJI EFEKTIF PENGGUNAAN METODE
KONDOMISASI DAN PESTISIDA LAMDA
SIHALOTRIN 25 DALAM UPAYA MENGURANGI
GEJALA SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH
KAKAO“
Disusun oleh
Nama
: Bona Togar Harahap
NPM
:1004130045
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI
SELATAN
PADANGSIDIMPUAN SUMATERA UTARA
TAHUN AJARAN 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Tanaman kakao berasal dari Amerika Selatan. Dengan tempat tumbuhnya di hutan hujan
tropis, tanaman kakao telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat selama 2000 tahun.
Nama latin tanaman kakao adalah Theobroma Cacao yang berarti makanan untuk Tuhan
Buah kakao ini selalu digunakan untuk Upacara oleh suku Aztec dan juga menjadi bahan
makanan dan minuman. Kemudian kakao diperkenalkan pada bangsa Spanyol dan
membawanya untuk dikembangkan ke Asia Afrika.
Kakao dikenal di Indonesia pertama kali pada tahun 1560 oleh bangsa Spanyol,tepatnya
di Sulawesi Utara,dan tanaman cokelat tersebut berasal dari Filipina. Kemudian kakao
menyebar ke Ambon dan hasilnya diekspor melalui Filipina. Pada tahun yang sama perluasan
penanaman kakao dimulai di Jawa Timr dan Jawa Tengah dan kemudian menyebar ke
Sumatera Utara. (Yrama Widya,2010)
Perkebunan kakao di Sumatera Utara berkembang dengan pesat setelah Jawa. Hal itu
ditandai dengan adanya pendirian Balai
Penelitian dan Pengembangan Buah Kakao di
Tanjung Morawa,Medan. Namun dalam segi tingkat produktivitas masih kalah jauh dengan
Jawa dan Sulawesi berdasarkan data dari BPS. Hal ini disebabkan oleh adanya kendala yang
dihadapi para pekebun kakao salah satunya yaitu Hama Penggerek Buah.
Hama penggerek buah menjadi hama utama karena selalu ada dalam perkebunan kakao
dimanapun. Hama penggerek buah menyerang buah dengan meletakkan larva pada buah
kakao yang berakibat lengket dan kerasnya buah kakao. Buah yang terserang penggerek buah
kakao akan mengalami perubahan warna sebelum matang,bijinya melekat,bentuknya kecil
dan ringan. Larva didalam buah akan memakan daging buah kakao sehingga terdapat adanya
garis merah pada biji-biji kakao tersebut. ((Tumpul H.S. Siregar,1993)
Sehingga perlu adanya penelitian alasan produktivitas kakao di daerah-daerah Sumatera
Utara masih kalah bersaing dengan Jawa dan Sulawesi. Penelitian ini tentunya dapat
membantu para pekebun kakao untuk dapat menghasilkan kakao yang lebih baik.
1.2.
Rumusan Masalah
Ada pun rumusan masalah yang dihadapi dalam latar belakang untuk
penelitian masalah tersebut adalah
“Pengendalian yang tepat dan efektif pada hama penggerek buah kakao
di desa Partihaman Saroha dengan menggunakan metode kondomisasi
dan pestisida lamda sihalotrin 25”
1.3.
Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah penelitian tidak melenceng jauh dari tujuan,maka pembatasan
masalah adalah sebagai berikut :
a) Tingkat gejala serangan hama pada buah
b) Penggunaan tepat atau tidaknya pada metode kondomisasi dan pestisida
c) Dampaknya pada perkembangbiakan hama
1.4.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui keefektifan dalam penggunaan metode kondomisasi dan insektisida jenis
Lamda Sihalotrin 25.
2. Untuk membandingkan keefektifan penggunaan dosis insektisida yang berbeda.
1.5.
Hipotesa Masalah
1. Diduga adanya pengaruh nyata pada metode kondomisasi dan pemberian pestisida
lamda sihalotrin 25
2. Diduga gejala serangan disebabkan oleh hama penggerek buah kakao
1.6.
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat membantu pengendalian hama penggerek kakao
2. Membantu pekebun kakao desa Partihaman Saroha menghadapi masalah hama
penggerek buah kakao.
3. Memberi wawasan bagi petani kebun kakao tentang pengendalian Hama Penggerek
Buah
4. Turut serta menjadi penyuluh untuk mengembangkan produktivitas kakao di Sumatera
Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Klasifikasi Tumbuhan
Adapun klasifikasi kakao adalah sebagai berikut :
- Kingdom
: Plantae
- Divisio
:Spermatophyta
- Sub divisio
:Angiospermae
- Kelas
:Monocotyledone
- Family
:Malvaceae
- Genus
:Theobroma
- Species
:Theobroma cacao
2.2.
Morfologi Tumbuhan
2.2.1. Batang dan Cabang
Menurut Hall (1932 dalam PPKKI, 2010), Tinggi tanaman kakao jika
dibudidayakan di kebun maka tinggi tanaman kakao umur 3 tahun mencapai 1,8 – 3
meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5 – 7 meter. Tinggi tanaman tersebut
beragam , dipengaruhi oleh intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang tersedia
(Hall (1932 dalam PPKKI, 2010)
PPKKI (2010), juga menyatakan bahwa tanaman kakao bersifat dimorfisme,
artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke
atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan
tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas
atau fan) (PPKKI, 2010)
Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5 meter akan berhenti
tumbuh dan membentuk jorket(jorquette). Jorket adalah tempat percabangan dari pola
percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao (Anonymus,
2013)
2.2.2. Daun
Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme.
Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas
plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm (Hall (1932) dalam PPKI,
2010). Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya
(Hall (1932) dalam PPKI, 2010).
PPKKI (2010), juga menjelaskan bahwa salah satu sifat khusus daun kakao
yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai
daunyang membuat daun mapu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah
datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun
meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang
menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata,
daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua
bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm.
Permukaan daun licin dan mengkilap (PPKKI, 2010).
2.2.3. Bunga
Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang
dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut
semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut denganbantalan
bunga (cushioll). Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G (5) artinya, bunga
disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai
sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari
tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu (Anonymus, 2013).
Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat
pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar.
Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkota panjangnya 6-8 mm,
terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan
bisanya terdapat dua garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel,
dan berwarna putih (Anonymus, 2013)
2.2.4. Buah dan Biji
Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua
macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika
sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna
merah, setelah masak berwarna jingga (oranye) (Anonymus, 2013).
Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselangseling. Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas. Kulit buahnya tebal tetapi
lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe forasero, permukaan kulit buah
pada umumnya halus (rata), kulitnya tipis, tetapi dan liat. Buah akan masak setelah
berumur enam bulan. Pada saat itu ukurannya beragam, dari panjang 10 hingga 30
cm, pada kultivar dan faktor-faktor lingkungan selama perkembangan buah
(Anonymus, 2013).
Topik Pembahasan
Buah kakao yang mendapatkan serangan PBK terus dapat berkembang seolah-olah
2.3.
tidak terjadi serangan, sehingga buah yang terserang tidak ada perbedaan dengan buah
kakao yang sehat. Gejala baru tampak dari luar setelah matang di musim panen, buah
kakao yang terserang berwarna agak jingga atau pucat keputihan, buah menjadi lebih
berat dan bila diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan dinding buah.
Hal itu tejadi karena timbulnya lendir dan kotoran
Dalam metode teknik pengendalian dengan cara kondomisasi dan penggunaan
insektisida
lamda
sihalotrin.
Upaya
untuk
meningkatkan
produksi
buah
kakao,penggunaan plastik untuk mencegah serangan hama penggerek buah telah
diketahui dapat membantu meningkatkan produksi buah. Penggunaan kondominisasi
digunakan untuk memperbaiki kebun kakao yang sudah mengalami masa ambang
ekonomi yang disebabkan oleh hama penggerek buah. Dengan penggunaan bersama
insektisida lamda sihalotrin untuk pencegahan hama penggerek buah untuk kembali
bertelur dalam buah. Maka diharapkan dapat menekan perkembangan hama penggerek
buah kakao yang akan bertelur didalam buah kakao di kebun tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu
Ada pun lokasi yang akan dijadikan penelitian ini berada di desa Partihaman
Saroha,Hutaimbaru. Pemilik kebun kakao adalah Bpk.H.Monang Harahap dengan
luas kebun tersebut adalah 1477m2 . Waktu pelaksanaan penelitian tersebut akan
dilaksanakan pada tanggal 31 Mei s/d 31 Juli 2014.
3.2.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut :
1. Plastik dengan ukuran panjang 30 cm dan lebar 10 cm.
2. Pestisida Lamda Sihalotrin 25 dengan merek dagang Sygenta
Sedangkan untuk alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tangki penyemprot
2. Karet gelang
3. Peralatan keselamatan kerja yaitu; masker,sarung tangan,baju lengan panjang
dan topi
4. Tali
3.3.
Metode
Metode yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah metode
kuantitatif dengan Rancangan Acak Kelompok.
3.4.
Pelaksanaan
3.4.1. Pembuatan plot dengan menggunakan tali dengan jarak 20mx30m sehingga
didapatkan luas untuk pengamatan penelitian adalah 600m2 . Kemudian batas
tersebut dibagi lagi menjadi 2,sehingga masing-masing plot mempunyai luas
300m2
.
Jumlah pohon yang akan
diamati berjumlah 25 pohon tiap plot.
Sehingga total pohon yang diamati adalah 50 pohon.
3.4.2. Calon buah kakao yang telah memiliki panjang tidak lebih dari 10cm dan belum
terkena gejala serangan dibungkus dengan menggunakan plastik dan di ikat
dengan menggunakan karet pada tiap pohon yang berada didalam batas
pengamatan.
3.4.3. Setelah dibungkus dengan plastik,dilakukan penyemprotan dengan dosis yang
berbeda pada tiap plot. Dosis tersebut adalah :
a.
Plot I, menggunakan dosis 5ml/5L air
b.
Plot II,menggunakan dosis 10ml /5L air
3.4.4. Penyemprotan dilakukan 1x/minggu sampai 4 minggu
3.4.5. Setelah 4 minggu,plastik dibuka dan diamati gejala serangan pada buah kakao
tersebut selama 2 minggu.
3.5.
Paramater
Paramater yang diamati dalam pelaksanaan penelitian tersebut adalah :
3.5.1. Tingkat gejala serangan pada dengan paramater sebagai H
3.5.2. Dosis yang diberikan pada tiap plot dengan parameter sebagai berikut ;
a) Plot I dengan dosis 5 ml/5L = J1
b) Plot II dengan dosis 5 ml/5L=J2
DAFTAR PUSTAKA
Konam,DrJohan. 2009.Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu Untuk Produksi
Kakao Berkelanjutan,Papua:Aciar
www.daftarpenyakitdanhama/kakao/2011.html
“UJI EFEKTIF PENGGUNAAN METODE
KONDOMISASI DAN PESTISIDA LAMDA
SIHALOTRIN 25 DALAM UPAYA MENGURANGI
GEJALA SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH
KAKAO“
Disusun oleh
Nama
: Bona Togar Harahap
NPM
:1004130045
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI
SELATAN
PADANGSIDIMPUAN SUMATERA UTARA
TAHUN AJARAN 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Tanaman kakao berasal dari Amerika Selatan. Dengan tempat tumbuhnya di hutan hujan
tropis, tanaman kakao telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat selama 2000 tahun.
Nama latin tanaman kakao adalah Theobroma Cacao yang berarti makanan untuk Tuhan
Buah kakao ini selalu digunakan untuk Upacara oleh suku Aztec dan juga menjadi bahan
makanan dan minuman. Kemudian kakao diperkenalkan pada bangsa Spanyol dan
membawanya untuk dikembangkan ke Asia Afrika.
Kakao dikenal di Indonesia pertama kali pada tahun 1560 oleh bangsa Spanyol,tepatnya
di Sulawesi Utara,dan tanaman cokelat tersebut berasal dari Filipina. Kemudian kakao
menyebar ke Ambon dan hasilnya diekspor melalui Filipina. Pada tahun yang sama perluasan
penanaman kakao dimulai di Jawa Timr dan Jawa Tengah dan kemudian menyebar ke
Sumatera Utara. (Yrama Widya,2010)
Perkebunan kakao di Sumatera Utara berkembang dengan pesat setelah Jawa. Hal itu
ditandai dengan adanya pendirian Balai
Penelitian dan Pengembangan Buah Kakao di
Tanjung Morawa,Medan. Namun dalam segi tingkat produktivitas masih kalah jauh dengan
Jawa dan Sulawesi berdasarkan data dari BPS. Hal ini disebabkan oleh adanya kendala yang
dihadapi para pekebun kakao salah satunya yaitu Hama Penggerek Buah.
Hama penggerek buah menjadi hama utama karena selalu ada dalam perkebunan kakao
dimanapun. Hama penggerek buah menyerang buah dengan meletakkan larva pada buah
kakao yang berakibat lengket dan kerasnya buah kakao. Buah yang terserang penggerek buah
kakao akan mengalami perubahan warna sebelum matang,bijinya melekat,bentuknya kecil
dan ringan. Larva didalam buah akan memakan daging buah kakao sehingga terdapat adanya
garis merah pada biji-biji kakao tersebut. ((Tumpul H.S. Siregar,1993)
Sehingga perlu adanya penelitian alasan produktivitas kakao di daerah-daerah Sumatera
Utara masih kalah bersaing dengan Jawa dan Sulawesi. Penelitian ini tentunya dapat
membantu para pekebun kakao untuk dapat menghasilkan kakao yang lebih baik.
1.2.
Rumusan Masalah
Ada pun rumusan masalah yang dihadapi dalam latar belakang untuk
penelitian masalah tersebut adalah
“Pengendalian yang tepat dan efektif pada hama penggerek buah kakao
di desa Partihaman Saroha dengan menggunakan metode kondomisasi
dan pestisida lamda sihalotrin 25”
1.3.
Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah penelitian tidak melenceng jauh dari tujuan,maka pembatasan
masalah adalah sebagai berikut :
a) Tingkat gejala serangan hama pada buah
b) Penggunaan tepat atau tidaknya pada metode kondomisasi dan pestisida
c) Dampaknya pada perkembangbiakan hama
1.4.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui keefektifan dalam penggunaan metode kondomisasi dan insektisida jenis
Lamda Sihalotrin 25.
2. Untuk membandingkan keefektifan penggunaan dosis insektisida yang berbeda.
1.5.
Hipotesa Masalah
1. Diduga adanya pengaruh nyata pada metode kondomisasi dan pemberian pestisida
lamda sihalotrin 25
2. Diduga gejala serangan disebabkan oleh hama penggerek buah kakao
1.6.
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat membantu pengendalian hama penggerek kakao
2. Membantu pekebun kakao desa Partihaman Saroha menghadapi masalah hama
penggerek buah kakao.
3. Memberi wawasan bagi petani kebun kakao tentang pengendalian Hama Penggerek
Buah
4. Turut serta menjadi penyuluh untuk mengembangkan produktivitas kakao di Sumatera
Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Klasifikasi Tumbuhan
Adapun klasifikasi kakao adalah sebagai berikut :
- Kingdom
: Plantae
- Divisio
:Spermatophyta
- Sub divisio
:Angiospermae
- Kelas
:Monocotyledone
- Family
:Malvaceae
- Genus
:Theobroma
- Species
:Theobroma cacao
2.2.
Morfologi Tumbuhan
2.2.1. Batang dan Cabang
Menurut Hall (1932 dalam PPKKI, 2010), Tinggi tanaman kakao jika
dibudidayakan di kebun maka tinggi tanaman kakao umur 3 tahun mencapai 1,8 – 3
meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5 – 7 meter. Tinggi tanaman tersebut
beragam , dipengaruhi oleh intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang tersedia
(Hall (1932 dalam PPKKI, 2010)
PPKKI (2010), juga menyatakan bahwa tanaman kakao bersifat dimorfisme,
artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke
atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan
tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas
atau fan) (PPKKI, 2010)
Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5 meter akan berhenti
tumbuh dan membentuk jorket(jorquette). Jorket adalah tempat percabangan dari pola
percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao (Anonymus,
2013)
2.2.2. Daun
Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme.
Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas
plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm (Hall (1932) dalam PPKI,
2010). Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya
(Hall (1932) dalam PPKI, 2010).
PPKKI (2010), juga menjelaskan bahwa salah satu sifat khusus daun kakao
yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai
daunyang membuat daun mapu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah
datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun
meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang
menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata,
daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua
bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm.
Permukaan daun licin dan mengkilap (PPKKI, 2010).
2.2.3. Bunga
Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang
dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut
semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut denganbantalan
bunga (cushioll). Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G (5) artinya, bunga
disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai
sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari
tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu (Anonymus, 2013).
Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat
pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar.
Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkota panjangnya 6-8 mm,
terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan
bisanya terdapat dua garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel,
dan berwarna putih (Anonymus, 2013)
2.2.4. Buah dan Biji
Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua
macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika
sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna
merah, setelah masak berwarna jingga (oranye) (Anonymus, 2013).
Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselangseling. Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas. Kulit buahnya tebal tetapi
lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe forasero, permukaan kulit buah
pada umumnya halus (rata), kulitnya tipis, tetapi dan liat. Buah akan masak setelah
berumur enam bulan. Pada saat itu ukurannya beragam, dari panjang 10 hingga 30
cm, pada kultivar dan faktor-faktor lingkungan selama perkembangan buah
(Anonymus, 2013).
Topik Pembahasan
Buah kakao yang mendapatkan serangan PBK terus dapat berkembang seolah-olah
2.3.
tidak terjadi serangan, sehingga buah yang terserang tidak ada perbedaan dengan buah
kakao yang sehat. Gejala baru tampak dari luar setelah matang di musim panen, buah
kakao yang terserang berwarna agak jingga atau pucat keputihan, buah menjadi lebih
berat dan bila diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan dinding buah.
Hal itu tejadi karena timbulnya lendir dan kotoran
Dalam metode teknik pengendalian dengan cara kondomisasi dan penggunaan
insektisida
lamda
sihalotrin.
Upaya
untuk
meningkatkan
produksi
buah
kakao,penggunaan plastik untuk mencegah serangan hama penggerek buah telah
diketahui dapat membantu meningkatkan produksi buah. Penggunaan kondominisasi
digunakan untuk memperbaiki kebun kakao yang sudah mengalami masa ambang
ekonomi yang disebabkan oleh hama penggerek buah. Dengan penggunaan bersama
insektisida lamda sihalotrin untuk pencegahan hama penggerek buah untuk kembali
bertelur dalam buah. Maka diharapkan dapat menekan perkembangan hama penggerek
buah kakao yang akan bertelur didalam buah kakao di kebun tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu
Ada pun lokasi yang akan dijadikan penelitian ini berada di desa Partihaman
Saroha,Hutaimbaru. Pemilik kebun kakao adalah Bpk.H.Monang Harahap dengan
luas kebun tersebut adalah 1477m2 . Waktu pelaksanaan penelitian tersebut akan
dilaksanakan pada tanggal 31 Mei s/d 31 Juli 2014.
3.2.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut :
1. Plastik dengan ukuran panjang 30 cm dan lebar 10 cm.
2. Pestisida Lamda Sihalotrin 25 dengan merek dagang Sygenta
Sedangkan untuk alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tangki penyemprot
2. Karet gelang
3. Peralatan keselamatan kerja yaitu; masker,sarung tangan,baju lengan panjang
dan topi
4. Tali
3.3.
Metode
Metode yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah metode
kuantitatif dengan Rancangan Acak Kelompok.
3.4.
Pelaksanaan
3.4.1. Pembuatan plot dengan menggunakan tali dengan jarak 20mx30m sehingga
didapatkan luas untuk pengamatan penelitian adalah 600m2 . Kemudian batas
tersebut dibagi lagi menjadi 2,sehingga masing-masing plot mempunyai luas
300m2
.
Jumlah pohon yang akan
diamati berjumlah 25 pohon tiap plot.
Sehingga total pohon yang diamati adalah 50 pohon.
3.4.2. Calon buah kakao yang telah memiliki panjang tidak lebih dari 10cm dan belum
terkena gejala serangan dibungkus dengan menggunakan plastik dan di ikat
dengan menggunakan karet pada tiap pohon yang berada didalam batas
pengamatan.
3.4.3. Setelah dibungkus dengan plastik,dilakukan penyemprotan dengan dosis yang
berbeda pada tiap plot. Dosis tersebut adalah :
a.
Plot I, menggunakan dosis 5ml/5L air
b.
Plot II,menggunakan dosis 10ml /5L air
3.4.4. Penyemprotan dilakukan 1x/minggu sampai 4 minggu
3.4.5. Setelah 4 minggu,plastik dibuka dan diamati gejala serangan pada buah kakao
tersebut selama 2 minggu.
3.5.
Paramater
Paramater yang diamati dalam pelaksanaan penelitian tersebut adalah :
3.5.1. Tingkat gejala serangan pada dengan paramater sebagai H
3.5.2. Dosis yang diberikan pada tiap plot dengan parameter sebagai berikut ;
a) Plot I dengan dosis 5 ml/5L = J1
b) Plot II dengan dosis 5 ml/5L=J2
DAFTAR PUSTAKA
Konam,DrJohan. 2009.Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu Untuk Produksi
Kakao Berkelanjutan,Papua:Aciar
www.daftarpenyakitdanhama/kakao/2011.html