LEADERSHIP 3.0 KETERAMPILAN KEPALA PERPU (1)

LEADERSHIP 3.0 : KRITERIA KEPALA PERPUSTAKAAN DI
ERA INFORMASI GLOBAL
By Dian Kristyanto / dian.kristyanto@gmail.com

1. Latar belakang
Era informasi yang semakin terbuka, memberikan banyak perubahan pada
masyarakat. Kebutuhan menjadi bertambah dengan adanya informasi, serta
menjadikan masyarakat lebih konsumtif terhadap sesuatu hal yang baru. Informasi
telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan masyarakat. Salah
satu yang terlihat adalah masyarakat telah terbuka dengan sosial media di internet,
penggunaan gadget yang tidak lagi untuk kirim pesan maupun telepon, dan masih
banyak lagi.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Indonesia
mengungkapkan bahwa pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta
orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses
jejaring sosial. Sementara Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP)
menjelaskan bahwa Indonesia menempati peringkat 4 pengguna Facebook terbesar
setelah USA, Brazil, dan India. Lebih jauh lagi Menurut data dari Webershandwick,
perusahaan public relations dan pemberi layanan jasa komunikasi, untuk wilayah
Indonesia mengemukakan ada sekitar 65 juta pengguna Facebook aktif. Sebanyak 33
juta pengguna aktif per harinya, 55 juta pengguna aktif yang memakai perangkat

mobile dalam pengaksesannya per bulan dan sekitar 28 juta pengguna aktif yang
memakai perangkat mobile per harinya1.
Data tersebut sangat jelas menggambarkan kondisi masyarakat indonesia yang
sangat terbuka dengan masukkan teknologi informasi. Media informasi memberikan
penawaran menarik bagi masyarakat yang menjadikannya lebih konsumtif.
Keterbukaan informasi telah memunculkan banyak istilah baru dimasyarakat seperti
netizen, sosmed, fesbukers, dan lain sebagainya.

1

Kominfo : Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang. Dalam
http://kominfo.go.id/index.php /content/detail/3415/Kominfo+
%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker#.VIiZeCznHpM. Diakses
pada tanggal 11 Desember 2014

1

Dengan adanya perubahan kebiasaan di masyarakat akibat dari perkembangan
teknologi informasi, bagaimana kontribusi lembaga penyedia informasi dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat ? apalagi masyarakat mulai berpaling

dengan lebih memilih menggunakan gadget daripada harus datang ke pusat informasi
seperti perpustakaan.
Pusat informasi seperti perpustakaan yang notabene merupakan pemeran
utama dalam hal penyedia informasi terakhurat, mulai terusik dengan perkembangan
teknologi informasi. Perpustakaan seakan menjadi lebih tenggelam diantara ribuan
gadget yang dikonsumsi oleh masyarakat. Gadget menjadi pusat informasi bergerak
(Mobile Information Centre) yang memberikan kemudahan akses kepada masyarakat,
selain itu memiliki fitur lain yang memiliki nilai guna yang bermanfaat bagi
pemakainya. Sedangkan perpustakaan masih sibuk dengan transisi fungsi akibat
adanya teknologi informasi.
Banyak isu muncul di perpustakaan akibat pergantian peran dari pelayanan
manual ke arah teknologi informasi. Isu yang berkembang mencakup masalah
kompetensi

pustakawan

terhadap

penggunaan


teknologi

informasi,

kurang

memadainya fasilitas yang ada, beban kerja yang bertambah sementara kesejahteraan
kurang dan sampai dengan pemilihan kepala perpustakaan yang tidak memiliki
pengetahuan perpustakaan. Isu tersebut terus bergulir dan selalu menjadi kerikil yang
menghambat kinerja perpustakaan sebagai penyedia informasi.
Isu tentang pemilihan kepala perpustakaan menjadi masalah yang sangat
menarik untuk diulas. Selama ini yang menjadi fokus kajian hanya berputar pada
pelayanan dan kompetensi pustakawan, sehingga masalah kepemimpinan menjadi
sedikit terpinggirkan. Kepala perpustakaan sering didominasi oleh orang-orang yang
tidak memilih pendidikan perpustakaan, kebanyakan isu yang berkembang bahwa
kepala perpustakaan banyak yang berasal dari pejabat mutasi seperti yang terjadi pada
perpustakaan umum daerah, sedangkan level perguruan tinggi banyak yang berasal
dari lingkungan dosen maupun pejabat setingkat diatasnya. Dari masalah tersebut
muncul pertanyaan bahwa apakah salah jika perpustakaan di pimpin oleh orang non
pustakawan ? terlebih masih kurangnya pustakawan yang memunculkan diri untuk

jadi pemimpin perpustakaan.
Berdasarkan aturan yang berlaku kepala perpustakaan harus memiliki
pendidikan perpustakaan minimal S2 (strata dua) hal itu telah diatur dalam UU No 43
tahun 2007. Akan tetapi melihat perkembangan teknologi serta persaingan bisnis yang
2

semakin ketat, yang dibutuhkan perpustakaan adalah pemimpin yang kompeten untuk
menghadapi tantangan yang muncul dari dalam organisasi maupun dari masyarakat
penggunanya. Perpustakaan membutuhkan seorang leadership yang tidak hanya
mengerti secara teknis masalah perpustakaan, namun harus memahami konsep
pemimpin dengan baik. Sebagai contoh adalah sosok Mahmoud Ahmadinejad,
Presiden Iran terpilih dengan mayoritas suara 61% tersebut merupakan salah satu
Presiden pemberani yang selalu diolok-olok oleh Barat ini juga diketahui hanya
mengambil seperempat gajinya. Disetiap rapat bersama para menterinya ia selalu
berpesan untuk menjalani hidup penuh kesederhanaan2. Di sisi lain ada pula Jack
Lowe yang adalah pendiri TD Industries, sebuah perusahaan kontraktor yang
berdomisili di Dallas, Texas yang mewajibkan semua pegawai yang bekerja sebagai
supervisor ke atas harus melalui program pelatihan di bidang servant leadership dan
kepada para pegawai baru diberikan satu kopi dari tulisan Greenleaf itu (The Servant
as Leader).3 Pustakawan yang memiliki jiwa leardership tinggi masih belum muncul

selain itu pustakawan masih disibukan dengan masalah profesi, kompetensi,
profesionalisme kerja dan sebagainya.
Diperlukan terobosan baru dalam memimpin perpustakaan, dimana pada
perkembangannya perpustakaan harus mengalami transformasi akibat masukkan
teknologi informasi. Seorang kepala perpustakaan di era teknologi informasi harus
memiliki latar belakang yang sesuai sehingga dapat membawa perpustakaan bersaing
di era teknologi informasi. Seperti halnya para pemimpin perusahaan yang mulai
mengembangkan konsep leadership 3.0 untuk menghadapi tantangan perkembangan
era teknologi informasi, maka perpustakaan harus dapat mengadopsi konsep
kepemimpinan tersebut supaya memiliki kepala perpustakaan yang kredibel. Dengan
begitu diharapkan perpustakaan dapat kembali menjadi pusat informasi yang populer
dimata masyarakat, serta memberikan pelayanan terbaik untuk kepada masyarakat.

2

10 Pemimpin Negara Paling Sederhana di Dunia. Dalam
http://www.satuislam.org/humaniora/10-pemimpin-negara-paling-sederhana-di-dunia/.
Diakses tanggal 11 Desember 2014

3


Indrapradja, Frans. Pemimpin yang Melayani (Servant Leader). Dalam
http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2014/03/23/pemimpin-yang-melayani-servant-leader640985.html. Diakses tanggal 11 Desember 2014

3

Untuk itu makalah ini dibuat guna membahas sejauh mana penerapan konsep
leadership 3.0 dapat dikembangkan dalam menentukan kriteria kepala perpustakaan
yang ideal di era keterbukaan informasi.
2. Rumusan Masalah
Berawal dari latar belakang yang sudah dijelaskan diatas tentang
kepemimpinan di era sekarang ini, maka untuk rumusan masalah dalam makalah ini
adalah

tentang



Bagaimana


penerapan Leadership

3.0 sebagai

konsep

kepemimpinan perpustakaan di era teknologi informasi “.
3. Kajian Pustaka
1. Perpustakaan
Menurut International Federation of Library Associations and Institutions
(IFLA) yang dikutip Sulistyo-Basuki menyatakan bahwa perpustakaan sebagai
kumpulan materi tercetak dan media non cetak dan atau sumber informasi dalam
komputer yang di susun secara sistematis untuk digunakan oleh pemustaka 4.
Sementara itu secara umum perpustakaan adalah kumpulan buku atau bangunan
fisik tempat buku dikumpulkan, disusun menurut sistem tertentu untuk
kepentingan pemakai5.
Lebih lanjut Longman dalam Fadleli (2007) mendefinisikan perpustakaan
sebagai berikut :
a. a building or part of a building which contains books that may be borrowed by
the public (public library) or by members of a special group

b. a collection of books.
c. a room or other place where books are kept and may be looked at, usually with
tables at which to study.
d. a set of books looking alike, usually on related subjects6.
Sementara itu fungsi perpustakaan menurut beberapa sumber pada umumnya
memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Penyimpanan
4

Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,1993.
Purwono. Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan. Yogyakarta : Graha
Ilmu, 2013. Hlm 2.
6
Fadleli, Odo. “Perpustakaan di Amerika (The Library of Congress)” dipresentasikan dalam
seminar Perpustakaan di STBA YAPARI-ABA bandung, bulan Juli 2007, hlm 1.
5

4

Perpustakaan


bertugas

untuk

menyimpan

koleksi

(Informasi)

yang

diterimanya.

b. Pendidikan
Perpustakaan merupakan tempat belajar seumur hidup, terlebih mereka yang
sudah bekerja atau telah meninggalkan bangku sekolah atau putus sekolah.
c. Penelitian
Perpustakaan berfungsi menyediakan berbagai macam koleksi (informasi)

untuk keperluan penelitian yang dilakukan oleh pemakai.
d. Informasi
Perpustakaan menyediakan informasi bagi pemustaka yang disesuaikan
dengan jenis perpustakaan.
e. Rekreasi Kultural
Perpustakaan berfungsi menyimpan khasanah budaya bangsa7.
2. Teknologi Informasi
Sebelum lebih jauh mendefinisikan tentang teknologi informasi, terlebih
dahulu melihat pengertian tentang teknologi. Menurut Goetch8 teknologi adalah
"upaya" untuk mendapatkan suatu "produk" yang dilakukan oleh manusia dengan
memanfaatkan peralatan (tools), proses dan sumberdaya (resources). Sedangkan
Pengertian Informasi Menurut Davis9, “Informasi adalah data yang telah diolah
menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi

penerimanya dan bermanfaat bagi

pengambilan keputusan saat ini atau mendatang”.
Teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan
informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan
informasi10. Dalam lingkup perpustakaan, Sulistyo-Basuki menyatakan bahwa

Teknologi Informasi adalah teknologi yang digunakan untuk menyimpan,
mengolah, menghasilkan, dan menyebar- luaskan informasi11
7

Ibid Hlm 4
Goetsch, David dan John A. Nelson. Technology and you. New York: Delmar Publishers,
1987.
9
Davis, Gordon. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian pertama. Jakarta: PT
Pustaka Binamas Pressindo, 1991, Hal 28.
10
Haag, S and Keen P. Information Technology, Tomorrow’s Advantage Today. New York :
McGraw-Hill, 1996
11
Suwanto, Sri Ati. Teknologi Informasi Untuk Perpustakaan dan Pusat Dokumentasi dan
Informasi. Makalah disampaikan pada Diklat Teknis Perpustakaan dan Dokumentasi Propinsi Jateng
2003.
8

5

3. Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di
antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata
yang mencerminkan tujuan bersamanya12. Sementara itu pendapat lain datang dari
Kaith Davis dalam Arifin (2013) yang menjelaskan tentang definisi
kepemimpinan adalah kemampuan mempersuasi orang-orang untuk mencapai
tujuan yang tegas dengan gairah13. Dalam kepemimpinan dibutuhkan sebuah
prinsip yang kuat untuk menunjukkan karakteristik dari seorang pemimpin
kepada yang dipimpinnya. Prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan
konsekuensi14. Pada dasarnya karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Pemimpin adalah seorang yang belajar seumur hidup
Pemimpin tidak hanya memiliki pendidikan formal, akan tetapi juga memiliki
pendidikan yang ditempuh dari jalur non formal seperti pengalaman,
pelatihan, observasi.
2. Pemimpin harus berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tapi melayani, sebab prinsip pemimpin
dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama
3. Pemimpin dapat membawa energi yang positif
Pemimpin harus mempunyai energi dan semangat yang didasarkan pada
keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain15.
4. Pembahasan

1. Pustakawan dan kemampuan memimpin perpustakaan
Perpustakaan yang notabene merupakan lembaga penyedia informasi yang
sistematis dan memiliki standard baku dalam mengelolah informasi tidak akan
lepas dari seorang pustakawan. Dua elemen tersebut tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain, karena sifatnya yang saling membutuhkan. Pustakawan adalah
orang yang bekerja di perpustakaan atau lembaga sejenisnya dan memiliki
12

Rost, Joseph C. Kepemimpinan. Terjemahan Triantoro Safaria. Jakarta:Graha Ilmu, 2004.
Arifn, Syamsul. Leadership : Ilmu dan Seni Kepemimpinan. Jakarta : Mitra aacana Media,
2012. Hlm 4.
14
Covey, Stephen R. Principle Centered Leadership. Jakarta : Bina Rapa Aksara, 1997
15
Ibid, Hlm 6
13

6

pendidikan perpustakaan secara formal. Pustakawan merupakan sebuah profesi
yang dapat disejajarkan dengan profesi lain seperti dokter dan pengacara, namun
pada kenyataannya pustakawan masih kurang percaya diri terhadap profesi yang
disandangnya.
Menurut Abraham Flyner dalam Purwono (2013) menyatakan bahwa suatu
profesi minimal harus memenuhi syarat :
a. Merupakan pekerja intelektual, yakni melakukan kegiatan itu merupakan
intelegensia yang bebas pada suatu masalah dengan tujuan untuk menguasai
dan memahaminya.
b. Merupakan pekerja praktek, tugas-tugas itu tidak hanya berupa teori-teori
akademis akan tetapi dapat diterapkan
c. Merupkan pekerja keilmuan, didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berasal
dari suatu cabang ilmu pengetahuan
d. Terorganisir sistematis, memiliki standar dan prosedur pelaksanaan serta
memiliki parameter hasilnya
e. Merupakan pekerja altruisme, jenis kegiatan yang menitik beratkan pada
kepuasan masyarakat yang dilayaninya dan bukan sekedar mencari kepuasan
diri16.
Pustakawan sangat jelas sebuah profesi, jika melihat dari penjelasan
tentang syarat sebuah profesi yang ada diatas. Semua syarat prefesi pustakawan
terpenuhi karena pada dasarnya profesi tersebut telah mendapatkan pengakuan
dari masyarakat. Pustakawan sangat mampu dalam memimpin perpustakaan, hal
itu dikarenakan pustakawan adalah seorang profesional yang didapatkan dari
pendidikan serta pengalaman di bidangnya. Peluang pustakawan untuk menjadi
kepala perpustakaan sangat terbuka, hal tersebut juga diperkuat dengan adanya
Perpu No 24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No 43 Tahun 2007, dimana
pada pasal 40 ayat 1(a) dijelaskan bahwa kepala perpustakaan harus
berpendidikan minimal S2 perpustakaan atau S1 perpustakaan untuk level
dibawah perpustakaan nasional dan perguruan tinggi.
Untuk jadi seorang kepala perpustakaan dan mengemban tugas memimpin
manajemen perpustakaan, maka secara pengalaman dan pendidikan seorang
pustakawan sudah dikatakan mampu untuk dijadikan kandidat kepala
16

Ibid, Hlm 54-55

7

perpustakaan. Akan tetapi, dalam profesi pemimpin dalam suatu organisasi
terutama dalam skala besar seperti perpustakaan, maka seorang pustakawan harus
memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Aplikasi yang kompeten (competent application)
c. Tanggung jawab sosial (social responsibility)
d. Pengontrol diri (self control)
e. Sanksi Masyarakat (community Sanction)17
Pustakawan hendaknya memiliki kriteria profesi pemimpin sebelum maju
menjadi kepala perpustakaan. Hal tersebut sangat beralasan, karena perpustakaan
adalah penyedia jasa informasi dimana tugas pokok adalah melayani masyarakat.
Apabila seorang kepala perpustakaan tidak memiliki salah satu dari kriteria
pemimpin maka sudah selayaknya dikatakan kurang berhasil dalam menjalankan
manajemen perpustakaan dengan baik.
2. Leadership 3.0 sebagai dasar kepemimpinan perpustakaan di era teknologi
informasi
Dalam perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, menuntut
manajemen organisasi dalam melakukan perombakan dengan menyesuaikan
teknologi informasi yang ada. Salah satu yang menjadi penting adalah bagaimana
kriteria pemimpin yang ideal dalam menghadapi perkembangan seperti sekarang
ini. Dalam organisasi perpustakaan juga memerlukan sosok pemimpin yang dapat
memanfaatkan teknologi informasi dengan baik serta memiliki produktifitas serta
karakteristik yang cukup dalam memimpin organisasinya.
Dalam leadership 3.0 merupakan kepemimpinan yang didasarkan kepada
kemampuan seseorang untuk menggerakkan orang lain di sekitarnya, secara
sukarela tanpa paksaaan orang-orang tersebut taat dan patuh dalam mengikuti
setiap kebijakan atau kehendak sang pemimpin. Ketiga unsur yang terdapat dalam
leadership 3.0 harus dapat dimiliki oleh seorang pemimpin di dalam
perkembangan yang didominasi oleh informasi seperti saat sekarang ini. Seorang
pemimpin harus mengerti informasi dan mengelolahnya dengan baik, selain itu
pemimpin juga harus mampu menggerakkan organisasinya dengan informasi yang
17

Ibid, Hlm 10

8

di milikinya. Pada era seperti sekarang ini, seorang pemimpin yang tidak memiliki
kekuatan dalam mengolah informasi, maka belum dapat dikatakan berhasil dalam
memimpin organisasinya.
Stephen J. Samson dalam Ridwansyah (2012) seorang psikolog dan pionir
Social Intelligence Skills, menjelaskan bahwa terdapat enam aspek yang
mendukung kehadiran seorang Leadership 3.0, yaitu aspek physicality,
intellectuality, emotionality, sociability, personability, dan moralability18.
a. Aspek physicality terkait dengan hal-hal fisik yang akan mempengaruhi
persepsi orang lain tentang kemampuan kepemimpinan seseorang
b. Aspek intellectuality terkait dengan kemampuan seorang pemimpin dalam
mengelola cara pikir sehingga bisa memberikan pengaruh yang lebih efektif
kepada orang lain.
c. Aspek emotionality berkaitan erat dengan kemampuan seseorang dalam
mengelola emosi, baik emosi pribadi maupun orang lain sehingga dapat lebih
mengoptimalkan pengaruh kepada orang lain.
d. Aspek sociability berhubungan dengan kemampuan untuk membangun
jaringan social sebagai modal dasar dalam melebarkan pengaruh yang
dimilikinya.
e. Aspek personability, merupakan salah satu aspek yang menjadi pondasi
sebuah kepemimpinan yang berkaitan dengan kesadaran tentang hakikat diri
serta visi-misi pribadi yang akan diemban, diperjuangkan dan disebarluaskan
kepada orang lain.
f. Aspek morability, aspek ini menjadi pondasi sebuah kepemimpinan yang
paling penting karena berkaitan dengan kesadaran kemampuan untuk menjaga
integritas moral untuk dapat memberikan pengaruh kepada orang lain secara
lebih berkelanjutan dan berjangka panjang.
Beberapa aspek dalam leadership 3.0 ini merupakan perbaruan dari konsep
kepemimpinan lama, dan sangat mencerminkan cara kepemimpinan di era
teknologi informasi. Pemimpin perpustakaan yang modern harus memperhatikan
keenam aspek tersebut. Harus ada perubahan dalam tubuh perpustakaan dan
haruslah dimulai dari manajemen atas (pemimpin) yang kemudian diberlakukan
pula kepada staff dibawanya. Sisi karismatik harus dimunculkan dengan
18
Ridwansyah, Ardhi. Leadership 3.0 : Seni Kepemimpinan Horizontal Untuk Semua
Orang. Jakarta : Markplus Institute, 2012

9

memperlihatkan konsistensi dalam berpakaian dan cara mengambil keputusan,
sehingga akan dengan mudah bagi kepala perpustakaan dalam mengontrol
organisasinya. Leadership 3.0 juga dapat diterapkan pada pustakawan atau
biasanya dikenal juga dengan istilah Librarian 3.0. Kedua konsep tersebut hampir
sama karena memiliki orientasi yang berbasis melayani.

5. Kesimpulan
Pemimpin merupakan seorang penggerak yang berfungsi untuk menggerakkan
sebuah kelompok untuk dapat menjalankan organisasi dengan baik. Jika pemimpinnya
tidak memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, maka akan membuat suatu organisasi
menjadi tidak berjalan maksimal terutama organisasi yang bergerak dalam bidang jasa
seperti perpustakaan. Dalam dunia marketing dan bisnis sering terdengar istilah
Leadership 1.0, 2.0 dan yang terbaru leardership 3.0 dimana konsep ini membahas
tentang kepemimpinan di era sekarang. Hampir sama dengan di dunia bisnis,
perpustakaan juga mengenal istilah .0 (one point zero) mulai dari library 1.0 , 2.0, 3.0
dan librarian 1.0 , 2.0 dan 3.0, konsep tersebut berkembang dan disesuaikan dengan
fungsi perpustakaan sebagai penyedia jasa informasi yang terus berkembang.
Dalam konteks kepemimpinan perpustakaan, ditawarkan konsep leadership
3.0 guna membantu menentukan pemimpin yang kredibel dan profesional. Dalam
penerapannya sebagai konsep kepemimpinan perpustakaan mala aspek-aspek
leadership

3.0

seperti

physicality,

intellectuality,

emotionality,

sociability,

personability, dan moralability dapat digunakan dan dikembangkan.
Aspek physicality dimana kemampuan seorang pemimpin dilihat dari hal-hal
fisik pada diri pemimpin merupakan aspek awal yang dilihat dari seorang pemimpin.
Seorang pemimpin yang memenuhi aspek tersebut adalah pemimpin yang sering
menebarkan senyum, berpakaian rapi, berjalan tegak dan selalu menyapa setiap orang.
Aspek intellectuality menekankan pada kecerdasan yang dimiliki pemimpin, dimana
seorang kepala perpustakaan harus cerdas dalam menemukan dan mengeksekusi
peluang yang ada. Kecerdasan seorang pemimpin harus memberikan dampak positif
bagi semua yang ada di perpustakaan. Aspek emotionality seorang pemimpin harus
terkontrol dengan baik dalam upaya mempertahankan citra positif seorang pemimpin
10

dimata pegawai. Untuk itu penting bagi seorang kepala perpustakaan untuk
mempelajari manajemen emosi agar tekanan yang dihadapi tidak mempengaruhi
kondisi psikisnya. Dalam aspek Sociability seorang pemimpin harus memiliki jiwa
sosial yang tinggi. Kepala perpustakaan harus mempunyai respon sosial terhadap
masyarakat yang ada di lingkungan perpustakaan. Kemampuan bersosial akan
memberikan pengaruh besar bagi perpustakaan, terutama dengan adanya kegiatan
bersosial seorang pemimpin sehingga menjadi manuver dalam upaya mengajak
masyarakat datang ke perpustakaan. Aspek personability, bahwa seorang kepala
perpustakaan harus paham tentang visi dan misinya sebagai seorang pemimpin.
Kepala perpustakaan harus memiliki kesadaran dari awal tentang proses yang dijalani
untuk menjadi seorang pemimpin, dan harus paham tentang tugas dan tanggung
jawabnya dalam mengelolah perpustakaan. Aspek morability, dimana seorang kepala
perpustakaan harus menjadikan dirinya sebagai contoh bagi bawahannya terkait
dengan aspek moralitas, kepribadian dan motivasi diri untuk berkembang dan dalam
upaya meningkatkan kinerja perpustakaan secara optimal.
Seorang kepala perpustakaan di era teknologi informasi sangat penting untuk
memahani konsep leadership 3.0. Hal itu dikarenakan tugas dan peran perpustakaan
dalam melayani pengguna memerlukan sosok pemimpin yang memiliki high integrity
dan motivasi kuat untuk mengembangkan perpustakaan.

11

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Syamsul. Leadership : Ilmu dan Seni Kepemimpinan. Jakarta : Mitra Wacana Media,
2012.
Covey, Stephen R. Principle Centered Leadership. Jakarta : Bina Rapa Aksara, 1997.
Davis, Gordon. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian pertama. Jakarta : PT
Pustaka Binamas Pressindo, 1991.
Fadleli, Odo. Perpustakaan di Amerika (The Library of Congress). dipresentasikan dalam
seminar Perpustakaan di STBA YAPARI-ABA bandung, bulan Juli 2007.
Goetsch, David dan John A. Nelson. Technology and You. New York : Delmar Publishers,
1987.
Haag, S and Keen P. Information Technology, Tomorrow’s Advantage Today. New York :
McGraw-Hill, 1996.
Purwono. Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan. Yogyakarta : Graha Ilmu,
2013.
Ridwansyah, Ardhi. Leadership 3.0 : Seni Kepemimpinan Horizontal Untuk Semua Orang.
Jakarta : Markplus Institute, 2012
Rost, Joseph C. Kepemimpinan. Terjemahan Triantoro Safaria. Jakarta : Graha Ilmu, 2004.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,1993.
Suwanto, Sri Ati. Teknologi Informasi Untuk Perpustakaan dan Pusat Dokumentasi dan
Informasi. Makalah disampaikan pada Diklat Teknis Perpustakaan dan Dokumentasi
Propinsi Jateng 2003.
WEB
Kominfo : Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang. Dalam
http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+
12

%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/
berita_satker#.VIiZeCznHpM. Diakses pada tanggal 11 Desember 2014
10 Pemimpin Negara Paling Sederhana di Dunia. Dalam http://www.satuislam.org
/humaniora/10-pemimpin-negara-paling-sederhana-di-dunia/. Diakses tanggal
11 Desember 2014
Indrapradja, Frans. Pemimpin yang Melayani (Servant Leader). Dalam http://ekonomi.
kompasiana.com/manajemen/2014/03/23/pemimpin-yang-melayani-servant-leader640985.html. Diakses tanggal 11 Desember 2014.

13

Dokumen yang terkait

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

KAJIAN YURIDIS PENGAWASAN OLEH PANWASLU TERHADAP PELAKSANAAN PEMILUKADA DI KOTA MOJOKERTO MENURUT PERATURAN BAWASLU NO 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

1 68 95

Aplikasi pemrograman delphi 3.0 pada sistem penggajian pegawai di Home Industri Beautiful

4 62 1

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA MENGGUNAKAN KURA-KURA KAKI ATAU KAKI BAGIAN PUNGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU MODIFIKASI PADA SISWA KELAS V SDN 1 PADANGRATU KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 30 41

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA KUBULIKU JAYA KECAMATAN BATU TULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA

13 91 69

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP KERJA GURU TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN GADINGREJO

1 24 56

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA PEREMPUAN (Studi Kepala Desa Suka Jaya dan Kepala Desa Paya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

2 74 71

THE EFFECTIVENESS OF THE LEADERSHIP'S ROLE AND FUNCTION OF MUHAMMADIYAH ELEMENTARY SCHOOL PRINCIPAL OF METRO EFEKTIVITAS PERAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH METRO

3 69 100

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 6E PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

2 37 45