PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA SEBAGAI PER
1
UNIVERSITAS DIPONEGORO
PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA
SEBAGAI PERSOALAN DI ERA GLOBAL
ATMA KARYADI
21060114140089
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TENIK ELEKTRO
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
JUNI 2015
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta umur yang panjang kepada saya karenanya makalah yang berjudul
“Penegakan Hukum di Indonesia sebagai Persoalan di Era Global” dapat
terselesaikan dengan baik. Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk mengumpulkan tugas yang telah diberikan.
Pembuatan makalah ini dilaksanakan pada bulan Juni di Universitas
Diponegoro. Penulis mengucapkan banyak terima kasih Bapak Joko Wasisto, S.Kar,
M.Hum. selaku dosen yang telah membimbing saya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini dalam suatu
atau beberapa hal. Saran dan kritik dalam pembaca adalah harapan dari penulis agar
dapat lebih baik lagi dalam menyusun laporan di masa mendatang. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam kemudian hari. Terima kasih.
Semarang, Juni 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................
i
Kata Pengantar..................................................................................................
ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................
1
1.2. Tujuan Masalah................................................................................
2
1.3. Batasan Masalah...............................................................................
3
1.4. Perumusan Masalah..........................................................................
3
BAB II PERMASALAHAN
2.1. Media dan Perkembangannya...........................................................
4
2.2. Pornografi sebagai Tindak Kriminal................................................
5
2.3. Dampak Pornografi bagi Indonesia..................................................
6
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Data dan Fakta Seputar Pornografi...................................................
7
3.2. Penegakan Hukum bagi Tindakan Pornografi...................................
8
3.3. Dampak bagi Maraknya Pornografi di Indonesia..............................
9
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ...................................................................................... 11
4.2. Saran ................................................................................................ 12
Daftar Pustaka........................................................................................... 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.
Sesuai dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar tahun 1945
menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara hukum. Maka dari itu,
segala bentuk aktivitas warga negara Indonesia selalu berlandaskan hukum
yang telah ditetapkan dan disetujui. Hukum termasuk salah satu jenis norma
dalam kehidupan bermasyarakat serta memiliki sanksi yang tegas bagi setiap
orang
yang
melanggar.
Menjalankan
hukum
sebagaimana
mestinya
memerlukan sarana-sarana penegakan hukum. Maka dari itu dibentuklah
lembaga penegakan hukum yang bertugas untuk mengontrol dan mengawasi
segala kegiatan agar berjalan sesuai hukum yang berlaku.
Di era global seperti saat ini, segala arus informasi dapat diterima
dengan mudah dan cepat di seluruh penjuru dunia. Kecanggihan teknologi
yang berkembang saat ini juga turut serta dalam derasnya arus informasi di
zaman global saat ini. Baik itu informasi tentang keuangan, bisnis, politik,
sosial budaya, dan dunia hiburan. Semua masyarakat dunia dapat menerima
informasi tersebut dengan bebas baik melalui media massa dan sosial media.
Namun, kebebasan yang tersedia ini disalahgunakan oleh beberapa oknum.
Yang membahayakan dan meresahkan masyarakat yang juga turut serta dalam
menerima kebebasan tersebut.
Banyak kejahatan yang semakin marak terjadi di era yang semakin
maju ini. Penculikan, pembajakan, pemerkosaan, pornografi, pengedaran
narkoba dan kejahatan lainnya semakin banyak diberitakan di media massa.
Bermacam motif dan modus yang digunakan pelaku kejahatan. Tidak
dipungkiri lagi, hal ini menjadi tugas besar para penegak hukum dan kita
2
sebagai warga negara untuk meminimalisir dan memberantas tindak kriminal
tersebut.
Di samping itu juga, penulis sajikan terkait data yang telah dihimpun
suatu lembaga survey. Data usia pengakses situs porno yang dirilis dalam
Pornography Statistic, menunjukkan bahwa pengakses situs berdasarkan usia
18 - 24 tahun sebanyak 13,61 %, usia 25 - 34 tahun sebanyak 19,90 %, usia
35 - 44 tahun sebanyak 25,50 %, usia 45 - 54 tahun sebanyak 20,67 % dan
usia 55 tahun ke atas sebanyak 20,32 %. Wanita ternyata juga banyak yang
menggemari situs porno. Jumlah wanita yang kecanduan situs porno sebesar
17 %, dan yang mengakses pada saat bekerja sebanyak 13 %.
Dengan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Pornografi bisa
menjadi ancaman serius yang disebarkan ke seluruh dunia. Pasalnya, target
penyebarannya ialah orang-orang dengan usia produktif. Dengan salah satu
target yang menjadi sasarannya ialah Indonesia. Di era global dengan
teknologi yang semakin canggih, bukan tidak mungkin penyebaran ini akan
terjadi dengan mudahnya di negeri kita ini.
Dalam makalah ini akan membahas tentang Penegakan Hukum di
Indonesia dalam menangani kasus kriminal Pornografi. Tindakan kriminal ini
dinilai sangat membahayakan bagi martabat Indonesia. Terutama para
generasi muda yang menjadi target dari kejahatan ini. Kejahatan yang bisa
dikatakan merusak moral bangsa, yang akan menghasilkan bibit-bibit penerus
bangsa yang berpikiran kotor dan sudah tidak baik lagi. Sejauh mana
perkembangan pornografi dan penanganannya akan di bahas dalam makalah
ini.
1.2. Tujuan Penelitian.
3
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat atau memberitahu informasi
kepada setiap pembaca agar mewaspadai penyebaran, pembuatan, dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pornografi serta menginformasikan terkait
mengapa pornografi termasuk tindakan kriminal, bagaimana penyebarannya,
serta dampak bagi lingkungan sekitarnya.
1.3. Pembatasan Masalah.
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang
diahas dibatasi pada masalah:
1. Perkembangan tindak kriminal Pornografi yang beredar di Indonesia.
2. Tindakan hukum dan ancaman hukuman bagi mereka yang terkait tindak
pidana Pornografi .
1.4. Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut masalah
masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengapa Pornografi dianggap sebagai tindak kriminal?
2. Bagaimana langkah penegakan hukum terkait kasus tindak kriminal
Pornografi ?
BAB II
PERMASALAHAN
2.1.
Media dan Perkembangannya
Everett M. Rogers dalam bukunya Communications Technology : The
New Media in Society,1 mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di
masyarakat, dikenal empat era komunikasi, yaitu era tulis, era media cetak,
era media telekomunikasi, dan era media komunikasi interaktif. Dalam era
terakhir media komunikasi interaktif dikenal media komputer, videotext dan
teletext, teleconferencing, TV kabel, dan lain sebagainya.
Sementara itu Sayling Wen dalam bukunya Future of the Media,2
melihat media dalam konteks yang lebih luas, tidak saja melihat media dalam
konsep komunikasi antarpribadi, namun juga melihat media sebagai medium
penyimpanan dan medium informasi. Enam media hubungan antarpribadi
yang dimaksud oleh Wen adalah suara, grafik, teks, musik, animasi, video.
Sedangkan, media penyimpanan adalah buku dan kertas, kamera, alat
perekam kaset, kamera film dan proyektor, alat perekam video dan disk
optikal.
Di dalam masyarakat, dapat dilihat bahwa teknologi media telah
menguasai segala aspek kehidupan sosial. Tak jarang kita mudah menemukan
para remaja dengan handphone ditangannya, para pekerja kantor yang
membawa laptop di tangannya serta keberadaan televisi yang merata di setiap
rumah makan. Dengan perkembangan media di zaman ini, tampaknya bisa
menjadi alternatif pembentukan pandangan baru bagi masyarakat awam.
Penyampaian secara masif melalui media ini bisa jadi langkah efektif guna
menyampaikan maksud, itu secara tersurat maupun tersirat. Dengan
perkembangan teknologi media ini juga mengubah pola pikir manusia untuk
dapat berbagi pikiran, pandangan, dan pendapat baik itu hal-hal
5
bersifat umum, ataupun hal-hal yang bersifat pribadi. Pergeseran pemikiran yang
telah meninggalkan batasan-batasan norma kesusilaan pun juga bisa disalurkan
melalui media yang telah tercipta ini. Bukan suatu hal yang tabu jika sebagian besar
masyarakat memiliki hasrat untuk berbagi sesuatu hal pribadi yang mereka miliki.
Yang pada akhirnya dimanfaatkan beberapa oknum untuk suatu tindak kriminal yang
merugikan dirinya sendiri.
2.2.
Pornografi sebagai Tindak Kriminal
Menurut UU nomor 44 tahun 2008, pornografi adalah gambar, sketsa,
ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun,
percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk
media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat
kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat. Undang-undang pornografi bertujuan agar masyarakat Indonesia
tetap menjaga nilai norma kesusilaan yang telah ada sejak dahulu, menjaga
kebudayaan serta melindungi dan menjaga hakikat kehidupan manusia yang
bermartabat.
Namun seiring perkembangan teknologi dewasa ini, banyak oknum
yang menggunakannya untuk jalan kejahatannya. Salah satu diantaranya ialah
pornografi.
Pelaku-pelaku
pornografi
ini
merekam,
membuat,
dan
menyebarluaskan video panas itu melalui teknologi yang telah mereka kuasai.
Disebarluaskan di dunia maya yang notabene sangat mudah diakses oleh
berbagai kalangan. Tidak dapat dipungkiri lagi, jika video ini dapat dinikmati
secara bebas oleh para penontonnya. Semua orang yang ikut ambil bagian
dalam pornografi ini tentu telah dijelaskan dalam UU no 44 tahun 2008 dalam
Bab VII Ketentuan Pidana dari pasal 29 sampai pasal 38. Bahkan diterangkan
lebih jelas lagi dalam pasal 39, setiap orang yang melakukan tindak pidana
6
sebagaimana dimaksud dalam pasal 29, pasal 30, pasal 31, pasal 32, pasal 33,
pasal 34, pasal 35, pasal 36, pasal 37, dan pasal 38 termasuk tindak kejahatan.
2.3. Dampak Pornografi bagi Indonesia
Perkembangan pornografi yang semakin hari semakin meningkat ini
menyimpan sebuah ketakutan bagi beberapa kalangan. Pasalnya, pornografi dapat
menimbulkan sebuah guncangan psikologis bagi dia yang melakukan perbuatan dosa
tersebut. Selain itu juga, dampak dari pornografi ini sendiri ditakutkan menjadi
pemicu timbulnya tindakan kekerasan, baik itu dalam rumah tangga, kekerasan
terhadap wanita, dan terhadap anak kecil. Tingkat perkembangan prostitusi juga
diperkirakan akan meningkat dikarenakan konsumsi hal-hal yang berkaitan dengan
pornografi. Sudah pasti itu diluar norma kesusilaan masyarakat Indonesia.
Pengrusakan moral terhadap generasi muda bangsa, prostitusi semakin
merajalela serta kekerasan terhadap manusia merupakan beberapa dampak nyata yang
disebabkan oleh pengaruh pornografi. Hal ini jelas mengganggu kemajuan bangsa,
yang di masa mendatang akan dipimpin oleh generasi muda saat ini. Jika generasi
muda disuplai hal-hal yang dapat merusak moral, bagaimana dia akan memimpin
negara ini dan membawa negara ini menjadi lebih maju dari sekarang? Begitulah
sekelumit cerita mengenai dampak yang hebat yang ditimbulkan oleh pornografi dan
pornoaksi. Jika tidak dicegah dari sekarang, maka persiapkan diri kita jika suatu hari
nanti generasi-generasi muda yang kita dambakan dan mimpikan itu ternyata tidak
memiliki moral dan tidak sesuai dengan norma kesusilaan masyarakat Indonesia.
7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Data dan Fakta Seputar Pornografi
Sudah jelas jika pornografi dimasukkan dalam kategori tindak kejahatan.
Namun perkembangan pornografi sendiri masih terus mengalir dari tahun ke tahun.
Sebuah fakta mencengangkan hadir dari www.toptenreviews.com yang menyebutkan
bahwa setiap 39 menit akan muncul sebuah film porno di Amerika Serikat. Untuk
menonton gambar porno, ternyata telah keluar biaya sebesar US $ 3,075.64 setiap
detik. Sementara itu, tercatat setiap detik sejumlah 28.258 pengguna internet
mengakses situs-situs porno, yang seharusnya hanya dikonsumsi orang dewasa. Dari
angka-angka di atas dapat dibayangkan berapa banyak produksi video porno yang
dihasilkan. Dengan demikian, betapa suburnya lahan bisnis pornografi. Industri ini
pada 2006 mampu menggerakkan bisnis senilai US $ 97.06 milyar atau sekitar Rp.
976 trilyun. Angka yang sangat fantastis untuk sebuah bisnis dengan core bussiness
syahwat.
Penelitian itu juga menyajikan data mengenai negara yang mengkonsumsi
bisnis pornografi tersebut. Pangsa pasar terbesar justru sejumlah negara di Asia.
Pendapatan dari pornografi yang terbesar berasal dari China, yaitu senilai US $ 27,4
milyar atau sekitar Rp. 270 trilyun. Peringkat kedua adalah Korea Selatan, dengan
pendapatan sebesar US $ 25,7 milyar atau sekitar Rp 250 trilyun. Jepang berada di
urutan ketiga dengan pendapatan sebesar US $ 20 milyar atau sekitar Rp 200 trilyun.
Negara Asia lainnya adalah Philipina di urutan kesembilan dan Taiwan di peringkat
sepuluh. Amerika sebagai negara produsen, berada di peringkat empat, dengan
pendapatan sebesar US $ 13,3 milyar atau sekitar Rp 130 trilyun.
Selain sebagai produsen video porno, Amerika juga berada di urutan pertama
dalam jumlah halaman porno di website. Sampai dengan tahun 2007, jumlah halaman
8
porno di website Amerika telah mencapai 244.661.900 (89 %). Urutan kedua
ditempati Jerman, dengan halaman porno sebanyak 10.030.200 (4 %). Urutan ketiga
adalah Inggris dengan 8.506.800 (3 %) halaman. Untuk wilayah Asia, Jepang menjadi
salah satu dari 9 negara produsen situs porno, dengan produksi sebanyak 2.700.800
halaman porno.
Data usia pengakses situs porno yang dirilis dalam Pornography Statistic,
menunjukkan bahwa pengakses situs berdasarkan usia 18 - 24 tahun sebanyak 13,61
%, usia 25 - 34 tahun sebanyak 19,90 %, usia 35 - 44 tahun sebanyak 25,50 %, usia
45 - 54 tahun sebanyak 20,67 % dan usia 55 tahun ke atas sebanyak 20,32 %. Wanita
ternyata juga banyak yang menggemari situs porno. Jumlah wanita yang kecanduan
situs porno sebesar 17 %, dan yang mengakses pada saat bekerja sebanyak 13 %.
Dengan data dan fakta yang telah tersaji diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa Pornografi telah menjadi lahan industri yang disebarkan ke seluruh dunia.
Dengan salah satu target yang menjadi sasarannya ialah Indonesia. Di era global
dengan teknologi yang semakin canggih, bukan tidak mungkin penyebaran ini akan
terjadi dengan mudahnya di negeri kita ini.
3.2. Penegakan Hukum bagi Tindakan Pornografi
Sudah tidak asing lagi, jika pornografi merupakan sebuah tindakan ilegal di
negara kita. Dengan kata lain, semua pelanggaran berkaitan dengan pornografi
digolongkan sebagai tindakan kriminal. Sudah sepatutnya jika para pelaku baik itu
pembuat, pengedar, penyedia, dan penikmat menerima ganjaran berupa hukuman dan
denda yang telah diatur dalam undang-undang. Hal ini juga telah diatur dalam UU no
44 tahun 2008 mengenai Pornografi. Telah disebutkan bahwa para pelaku menerima
kurungan penjara dan denda sesuai di dalam pasal 29 sampai pasal 38 dalam undangundang tersebut.
9
Ada beberapa langkah-langkah yang digunakan aparat kepolisian guna
memberantas kasus pornografi sebagai upaya penegakan hukum Pornografi yaitu
melakukan penyidikan terkait kasus video porno, bekerja sama dengan para ahli IT
guna verifikasi keabsahanan dan keaslian video tersebut, serta mendeteksi pelaku
penyebaran, pembuatan atau pihak terkait dalam proses pembuatan video porno.
Lebih jauh lagi bahasan mengenai pornografi, cyber crime atau kejahatan dunia maya
juga turut ambil peranan penting dalam persebaran Pornografi. Karena pencurian data
pribadi yang diunggah di internet dan juga penyebarluasan juga bisa terjadi disini.
Aparat penegak hukum juga bekerja sama dengan pihak swasta yang berhubungan
dengan komunikasi dan informasi guna membantu proses penyidikan. Selain itu juga
pemblokiran situs-situs porno juga bentuk kerja sama lain guna memberantas
pornografi di Indonesia.
3.3. Dampak dari Maraknya Pornografi di Indonesia
Bersumber dari kompas.com, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa
kembali menegaskan bahwa saat ini Indonesia sudah masuk darurat pornografi
lantaran biaya untuk belanja pornografi sepanjang 2014 diperkirakan mencapai Rp 50
triliun. Angka itu, kata dia, sama dengan belanja untuk narkoba. "Selain itu, dari
semua kasus hukum terkait pelecehan seksual yang terjadi di Indonesia, 45 persen di
antaranya merupakan kejahatan seksual yang melibatkan anak di bawah umur,
bahkan hingga anak usia dini," kata Khofifah di Samarinda, Kamis (5/2/2015), seperti
dikutip Antara.
Selain itu juga, maraknya prostitusi di Indonesia juga berakar dari
berkembangnya pornografi. Seperti pernyataan Khofifah Indar Parawansa dalam
beritasatu.com, "Termasuk prostitusi online yang merupakan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi sebagai modus dari sekian banyak cara yang digunakan
10
para muncikari untuk menjalankan bisnisnya,". Prostitusi dan pornografi sudah
paralel dan saling terkait karena di situ ada hubungan seksual sedarah atau incest,
pedofilia, serta paket wisata yang mengandung unsur pornoaksi dan pornografi.
Disamping itu, pornografi memiliki sifat adiktif atau menyebabkan ketagihan.
Jika di masa anak-anak atau remaja mereka sudah mengenal dunia ini dan ketagihan,
mungkin saja akan terbawa sampai dewasa. Mereka pun akan memiliki persepsi yang
salah mengenai hubungan seks yang sehat dan sesuai dengan norma sosial serta
agama, ujar Vera Itabiliana K Hadiwidjojo, Psi. salah seorang psikolog di Lembaga
Psikologi Terapan UI dan Klinik Raditya Medical Center Depok, Jawa Barat. Dengan
kata lain, pornografi akan menghasilkan generasi yang tidak memiliki moral dan
norma sesuai dengan apa yang telah berlaku sebelumnya.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Indonesia darurat pornografi sejatinya bukanlah kata-kata kiasan yang hanya
dilihat semata. Tetapi juga perlu kerjasama dari semua pihak untuk membantu
pemberantasan pornografi di negeri Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan di dalam
makalah ini, bahwa pornografi tidak hanya merusak dalam jangka pendek saja. Tetapi
merupakan pengrusakan yang dapat berakibat fatal karena generasi muda saat ini
sudah mulai ikut-ikutan menyaksikan hal-hal berbau pornografi di usia belianya.
Pornografi juga merupakan ladang industri yang menguntungkan bagi pihak
asing. Jelas ini merupakan sebuah bentuk kerja sama parasitisme yang dimana, pihak
asing diuntungkan oleh pemasukan yang terus bertambah sedangkan pihak kita
menerima dampakn buruk dari penyebaran pornografi tersebut. Sudah tidak asing lagi
jika hal ini harus kita sadari. Agar kita tidak terlena akan pembodohan bangsa ini.
Pornografi tidak mengandung unsur-unsur kesusilaan yang menjadi ciri kita sebagai
budaya timur. Tentu sejatinya kita menolak hal ini, karena pornografi bukanlah
sebuah representasi dari kebudayaan kita yang cenderung sopan dan bermartabat.
Berbeda dengan budaya barat yang mengandung paham kebebasan. Semua warganya
berhak melakukan apa saja tanpa ada campur tangan orang lain dan negara.
Pembimbingan dan pengawasan terhadap disekililing kita bisa jadi merupakan
langkah yang efektif dalam mengurangi pornografi di dalam masyarakat Indonesia.
Pendekatan antar pribadi juga diharapkan menjadi langkah penyadaran yang efektif
bagi mereka yang telah masuk ke lubang kegelapan pornografi. Asupan nutrisi
keagaman juga bisa menjadi benteng terkuat dalam mempertahankan nafsu seseorang
terhadap pornografi. Agar setiap orang sadar bahwa hidup dalam dunia pornografi
akan mengancam dirinya ketika telah meninggalkan bumi kelak. Selain itu juga, perlu
dilakukan pembimbingan moral bagi mereka yang telah masuk ke dunia pornografi.
12
Agar mereka jera dan tidak mengulangi apa yang pernah mereka lakukan dahulu. Dan
juga mengurangi tingkat kejahatan lainnya yang menjadi dampak bahaya pornografi.
4.2.
Saran
Penulis menyarankan bahwa untuk mencari data akurat terkait penyebaran
pornografi bisa dinukil dari pihak Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah
setempat. Penulis meminta maaf, jika dalam penulisan makalah ini belum bisa
menyajikan data dan fakta yang disampaikan secara langsung oleh pihak Kepolisian
Daerah setempat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, M.Burhan, 2005, Pornomedia : Sosiologi Media, Konstruksi Sosial,
Teknologi Telematika, dan Perayaan Seks di Media Massa,Jakarta : Kencana Prenada
Media.
Farouk, Peri Umar. 2008. Menjawab Tantangan Pornografi Remaja Indonesia.
Cetakan Buku Elektronik. Jakarta : Gerakan “Jangan Bugil Depan Kamera”
Rogers, Everett M, 1986, Communication Technology ; The New Media in Society,
London: The Free Press Collier Macmillan Publisher.
Wen, Sayling, 2002, Future of the Media, Batam : Lucky Publisher.
Yuliastati, Rima, dkk. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA/MA/SMK
Kelas X. Cetakan Buku Elektronik. Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional
Undang-Undang nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi (versi PDF, diunduh
melalui http://google.com pada hari Sabtu, 27 Juni 2015, pukul 03.02 WIB)
http://cispoldajatim.blogspot.com/2014/09/polda-jatim-kebijakan-dan-strategi.html
(diakses Minggu, 28 Juni 2015 pukul 13.26 WIB)
http://www.beritasatu.com/nasional/268787-mensos-prostitusi-di-indonesia-sudahmengkhawatirkan.html (diakses Minggu, 28 Juni 2015 pukul 13.47 WIB)
http://www.bin.go.id/awas/detil/151/4/18/10/2012/mewaspadai-terpaan-pornografidi-internet (diakses Minggu, 28 Juni 2015 pukul 12.39 WIB)
14
http://nasional.kompas.com/read/2015/02/05/17001331/
Mensos.Indonesia.Darurat.Pornografi (diakses Minggu, 28 Juni 2015 pukul 13.06
WIB)
http://www.kaskus.co.id/thread/513079471fd719f109000008/15-data-statistikpornografi-di-internet-yang-mengejutkan (diakses Sabtu, 27 Juni 2015 pukul 15.23
WIB)
http://internet-filter-review.toptenreviews.com/internet-pornography-statistics.html
(diakses Sabtu, 27 Juni 2015 pukul 15.23 WIB)
https://unitedfamiliesinternational.wordpress.com/2010/06/02/14-shockingpornography-statistics/ (diakses Sabtu, 27 Juni 2015 pukul 15.23 WIB)
http://www.familysafemedia.com/pornography_statistics.html
(diakses Sabtu, 27
Juni 2015 Pukul 15.23 WIB)
http://news.detik.com/wawancara/1622649/psikolog-vera-porno-bersifat-adiktifanak-bisa-kecanduan-hingga-dewasa (diakses Minggu, 28 Juni 2015 pukul 13.56
WIB)
UNIVERSITAS DIPONEGORO
PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA
SEBAGAI PERSOALAN DI ERA GLOBAL
ATMA KARYADI
21060114140089
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TENIK ELEKTRO
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
JUNI 2015
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta umur yang panjang kepada saya karenanya makalah yang berjudul
“Penegakan Hukum di Indonesia sebagai Persoalan di Era Global” dapat
terselesaikan dengan baik. Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk mengumpulkan tugas yang telah diberikan.
Pembuatan makalah ini dilaksanakan pada bulan Juni di Universitas
Diponegoro. Penulis mengucapkan banyak terima kasih Bapak Joko Wasisto, S.Kar,
M.Hum. selaku dosen yang telah membimbing saya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini dalam suatu
atau beberapa hal. Saran dan kritik dalam pembaca adalah harapan dari penulis agar
dapat lebih baik lagi dalam menyusun laporan di masa mendatang. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam kemudian hari. Terima kasih.
Semarang, Juni 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................
i
Kata Pengantar..................................................................................................
ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................
1
1.2. Tujuan Masalah................................................................................
2
1.3. Batasan Masalah...............................................................................
3
1.4. Perumusan Masalah..........................................................................
3
BAB II PERMASALAHAN
2.1. Media dan Perkembangannya...........................................................
4
2.2. Pornografi sebagai Tindak Kriminal................................................
5
2.3. Dampak Pornografi bagi Indonesia..................................................
6
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Data dan Fakta Seputar Pornografi...................................................
7
3.2. Penegakan Hukum bagi Tindakan Pornografi...................................
8
3.3. Dampak bagi Maraknya Pornografi di Indonesia..............................
9
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ...................................................................................... 11
4.2. Saran ................................................................................................ 12
Daftar Pustaka........................................................................................... 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.
Sesuai dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar tahun 1945
menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara hukum. Maka dari itu,
segala bentuk aktivitas warga negara Indonesia selalu berlandaskan hukum
yang telah ditetapkan dan disetujui. Hukum termasuk salah satu jenis norma
dalam kehidupan bermasyarakat serta memiliki sanksi yang tegas bagi setiap
orang
yang
melanggar.
Menjalankan
hukum
sebagaimana
mestinya
memerlukan sarana-sarana penegakan hukum. Maka dari itu dibentuklah
lembaga penegakan hukum yang bertugas untuk mengontrol dan mengawasi
segala kegiatan agar berjalan sesuai hukum yang berlaku.
Di era global seperti saat ini, segala arus informasi dapat diterima
dengan mudah dan cepat di seluruh penjuru dunia. Kecanggihan teknologi
yang berkembang saat ini juga turut serta dalam derasnya arus informasi di
zaman global saat ini. Baik itu informasi tentang keuangan, bisnis, politik,
sosial budaya, dan dunia hiburan. Semua masyarakat dunia dapat menerima
informasi tersebut dengan bebas baik melalui media massa dan sosial media.
Namun, kebebasan yang tersedia ini disalahgunakan oleh beberapa oknum.
Yang membahayakan dan meresahkan masyarakat yang juga turut serta dalam
menerima kebebasan tersebut.
Banyak kejahatan yang semakin marak terjadi di era yang semakin
maju ini. Penculikan, pembajakan, pemerkosaan, pornografi, pengedaran
narkoba dan kejahatan lainnya semakin banyak diberitakan di media massa.
Bermacam motif dan modus yang digunakan pelaku kejahatan. Tidak
dipungkiri lagi, hal ini menjadi tugas besar para penegak hukum dan kita
2
sebagai warga negara untuk meminimalisir dan memberantas tindak kriminal
tersebut.
Di samping itu juga, penulis sajikan terkait data yang telah dihimpun
suatu lembaga survey. Data usia pengakses situs porno yang dirilis dalam
Pornography Statistic, menunjukkan bahwa pengakses situs berdasarkan usia
18 - 24 tahun sebanyak 13,61 %, usia 25 - 34 tahun sebanyak 19,90 %, usia
35 - 44 tahun sebanyak 25,50 %, usia 45 - 54 tahun sebanyak 20,67 % dan
usia 55 tahun ke atas sebanyak 20,32 %. Wanita ternyata juga banyak yang
menggemari situs porno. Jumlah wanita yang kecanduan situs porno sebesar
17 %, dan yang mengakses pada saat bekerja sebanyak 13 %.
Dengan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Pornografi bisa
menjadi ancaman serius yang disebarkan ke seluruh dunia. Pasalnya, target
penyebarannya ialah orang-orang dengan usia produktif. Dengan salah satu
target yang menjadi sasarannya ialah Indonesia. Di era global dengan
teknologi yang semakin canggih, bukan tidak mungkin penyebaran ini akan
terjadi dengan mudahnya di negeri kita ini.
Dalam makalah ini akan membahas tentang Penegakan Hukum di
Indonesia dalam menangani kasus kriminal Pornografi. Tindakan kriminal ini
dinilai sangat membahayakan bagi martabat Indonesia. Terutama para
generasi muda yang menjadi target dari kejahatan ini. Kejahatan yang bisa
dikatakan merusak moral bangsa, yang akan menghasilkan bibit-bibit penerus
bangsa yang berpikiran kotor dan sudah tidak baik lagi. Sejauh mana
perkembangan pornografi dan penanganannya akan di bahas dalam makalah
ini.
1.2. Tujuan Penelitian.
3
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat atau memberitahu informasi
kepada setiap pembaca agar mewaspadai penyebaran, pembuatan, dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pornografi serta menginformasikan terkait
mengapa pornografi termasuk tindakan kriminal, bagaimana penyebarannya,
serta dampak bagi lingkungan sekitarnya.
1.3. Pembatasan Masalah.
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang
diahas dibatasi pada masalah:
1. Perkembangan tindak kriminal Pornografi yang beredar di Indonesia.
2. Tindakan hukum dan ancaman hukuman bagi mereka yang terkait tindak
pidana Pornografi .
1.4. Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut masalah
masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengapa Pornografi dianggap sebagai tindak kriminal?
2. Bagaimana langkah penegakan hukum terkait kasus tindak kriminal
Pornografi ?
BAB II
PERMASALAHAN
2.1.
Media dan Perkembangannya
Everett M. Rogers dalam bukunya Communications Technology : The
New Media in Society,1 mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di
masyarakat, dikenal empat era komunikasi, yaitu era tulis, era media cetak,
era media telekomunikasi, dan era media komunikasi interaktif. Dalam era
terakhir media komunikasi interaktif dikenal media komputer, videotext dan
teletext, teleconferencing, TV kabel, dan lain sebagainya.
Sementara itu Sayling Wen dalam bukunya Future of the Media,2
melihat media dalam konteks yang lebih luas, tidak saja melihat media dalam
konsep komunikasi antarpribadi, namun juga melihat media sebagai medium
penyimpanan dan medium informasi. Enam media hubungan antarpribadi
yang dimaksud oleh Wen adalah suara, grafik, teks, musik, animasi, video.
Sedangkan, media penyimpanan adalah buku dan kertas, kamera, alat
perekam kaset, kamera film dan proyektor, alat perekam video dan disk
optikal.
Di dalam masyarakat, dapat dilihat bahwa teknologi media telah
menguasai segala aspek kehidupan sosial. Tak jarang kita mudah menemukan
para remaja dengan handphone ditangannya, para pekerja kantor yang
membawa laptop di tangannya serta keberadaan televisi yang merata di setiap
rumah makan. Dengan perkembangan media di zaman ini, tampaknya bisa
menjadi alternatif pembentukan pandangan baru bagi masyarakat awam.
Penyampaian secara masif melalui media ini bisa jadi langkah efektif guna
menyampaikan maksud, itu secara tersurat maupun tersirat. Dengan
perkembangan teknologi media ini juga mengubah pola pikir manusia untuk
dapat berbagi pikiran, pandangan, dan pendapat baik itu hal-hal
5
bersifat umum, ataupun hal-hal yang bersifat pribadi. Pergeseran pemikiran yang
telah meninggalkan batasan-batasan norma kesusilaan pun juga bisa disalurkan
melalui media yang telah tercipta ini. Bukan suatu hal yang tabu jika sebagian besar
masyarakat memiliki hasrat untuk berbagi sesuatu hal pribadi yang mereka miliki.
Yang pada akhirnya dimanfaatkan beberapa oknum untuk suatu tindak kriminal yang
merugikan dirinya sendiri.
2.2.
Pornografi sebagai Tindak Kriminal
Menurut UU nomor 44 tahun 2008, pornografi adalah gambar, sketsa,
ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun,
percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk
media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat
kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat. Undang-undang pornografi bertujuan agar masyarakat Indonesia
tetap menjaga nilai norma kesusilaan yang telah ada sejak dahulu, menjaga
kebudayaan serta melindungi dan menjaga hakikat kehidupan manusia yang
bermartabat.
Namun seiring perkembangan teknologi dewasa ini, banyak oknum
yang menggunakannya untuk jalan kejahatannya. Salah satu diantaranya ialah
pornografi.
Pelaku-pelaku
pornografi
ini
merekam,
membuat,
dan
menyebarluaskan video panas itu melalui teknologi yang telah mereka kuasai.
Disebarluaskan di dunia maya yang notabene sangat mudah diakses oleh
berbagai kalangan. Tidak dapat dipungkiri lagi, jika video ini dapat dinikmati
secara bebas oleh para penontonnya. Semua orang yang ikut ambil bagian
dalam pornografi ini tentu telah dijelaskan dalam UU no 44 tahun 2008 dalam
Bab VII Ketentuan Pidana dari pasal 29 sampai pasal 38. Bahkan diterangkan
lebih jelas lagi dalam pasal 39, setiap orang yang melakukan tindak pidana
6
sebagaimana dimaksud dalam pasal 29, pasal 30, pasal 31, pasal 32, pasal 33,
pasal 34, pasal 35, pasal 36, pasal 37, dan pasal 38 termasuk tindak kejahatan.
2.3. Dampak Pornografi bagi Indonesia
Perkembangan pornografi yang semakin hari semakin meningkat ini
menyimpan sebuah ketakutan bagi beberapa kalangan. Pasalnya, pornografi dapat
menimbulkan sebuah guncangan psikologis bagi dia yang melakukan perbuatan dosa
tersebut. Selain itu juga, dampak dari pornografi ini sendiri ditakutkan menjadi
pemicu timbulnya tindakan kekerasan, baik itu dalam rumah tangga, kekerasan
terhadap wanita, dan terhadap anak kecil. Tingkat perkembangan prostitusi juga
diperkirakan akan meningkat dikarenakan konsumsi hal-hal yang berkaitan dengan
pornografi. Sudah pasti itu diluar norma kesusilaan masyarakat Indonesia.
Pengrusakan moral terhadap generasi muda bangsa, prostitusi semakin
merajalela serta kekerasan terhadap manusia merupakan beberapa dampak nyata yang
disebabkan oleh pengaruh pornografi. Hal ini jelas mengganggu kemajuan bangsa,
yang di masa mendatang akan dipimpin oleh generasi muda saat ini. Jika generasi
muda disuplai hal-hal yang dapat merusak moral, bagaimana dia akan memimpin
negara ini dan membawa negara ini menjadi lebih maju dari sekarang? Begitulah
sekelumit cerita mengenai dampak yang hebat yang ditimbulkan oleh pornografi dan
pornoaksi. Jika tidak dicegah dari sekarang, maka persiapkan diri kita jika suatu hari
nanti generasi-generasi muda yang kita dambakan dan mimpikan itu ternyata tidak
memiliki moral dan tidak sesuai dengan norma kesusilaan masyarakat Indonesia.
7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Data dan Fakta Seputar Pornografi
Sudah jelas jika pornografi dimasukkan dalam kategori tindak kejahatan.
Namun perkembangan pornografi sendiri masih terus mengalir dari tahun ke tahun.
Sebuah fakta mencengangkan hadir dari www.toptenreviews.com yang menyebutkan
bahwa setiap 39 menit akan muncul sebuah film porno di Amerika Serikat. Untuk
menonton gambar porno, ternyata telah keluar biaya sebesar US $ 3,075.64 setiap
detik. Sementara itu, tercatat setiap detik sejumlah 28.258 pengguna internet
mengakses situs-situs porno, yang seharusnya hanya dikonsumsi orang dewasa. Dari
angka-angka di atas dapat dibayangkan berapa banyak produksi video porno yang
dihasilkan. Dengan demikian, betapa suburnya lahan bisnis pornografi. Industri ini
pada 2006 mampu menggerakkan bisnis senilai US $ 97.06 milyar atau sekitar Rp.
976 trilyun. Angka yang sangat fantastis untuk sebuah bisnis dengan core bussiness
syahwat.
Penelitian itu juga menyajikan data mengenai negara yang mengkonsumsi
bisnis pornografi tersebut. Pangsa pasar terbesar justru sejumlah negara di Asia.
Pendapatan dari pornografi yang terbesar berasal dari China, yaitu senilai US $ 27,4
milyar atau sekitar Rp. 270 trilyun. Peringkat kedua adalah Korea Selatan, dengan
pendapatan sebesar US $ 25,7 milyar atau sekitar Rp 250 trilyun. Jepang berada di
urutan ketiga dengan pendapatan sebesar US $ 20 milyar atau sekitar Rp 200 trilyun.
Negara Asia lainnya adalah Philipina di urutan kesembilan dan Taiwan di peringkat
sepuluh. Amerika sebagai negara produsen, berada di peringkat empat, dengan
pendapatan sebesar US $ 13,3 milyar atau sekitar Rp 130 trilyun.
Selain sebagai produsen video porno, Amerika juga berada di urutan pertama
dalam jumlah halaman porno di website. Sampai dengan tahun 2007, jumlah halaman
8
porno di website Amerika telah mencapai 244.661.900 (89 %). Urutan kedua
ditempati Jerman, dengan halaman porno sebanyak 10.030.200 (4 %). Urutan ketiga
adalah Inggris dengan 8.506.800 (3 %) halaman. Untuk wilayah Asia, Jepang menjadi
salah satu dari 9 negara produsen situs porno, dengan produksi sebanyak 2.700.800
halaman porno.
Data usia pengakses situs porno yang dirilis dalam Pornography Statistic,
menunjukkan bahwa pengakses situs berdasarkan usia 18 - 24 tahun sebanyak 13,61
%, usia 25 - 34 tahun sebanyak 19,90 %, usia 35 - 44 tahun sebanyak 25,50 %, usia
45 - 54 tahun sebanyak 20,67 % dan usia 55 tahun ke atas sebanyak 20,32 %. Wanita
ternyata juga banyak yang menggemari situs porno. Jumlah wanita yang kecanduan
situs porno sebesar 17 %, dan yang mengakses pada saat bekerja sebanyak 13 %.
Dengan data dan fakta yang telah tersaji diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa Pornografi telah menjadi lahan industri yang disebarkan ke seluruh dunia.
Dengan salah satu target yang menjadi sasarannya ialah Indonesia. Di era global
dengan teknologi yang semakin canggih, bukan tidak mungkin penyebaran ini akan
terjadi dengan mudahnya di negeri kita ini.
3.2. Penegakan Hukum bagi Tindakan Pornografi
Sudah tidak asing lagi, jika pornografi merupakan sebuah tindakan ilegal di
negara kita. Dengan kata lain, semua pelanggaran berkaitan dengan pornografi
digolongkan sebagai tindakan kriminal. Sudah sepatutnya jika para pelaku baik itu
pembuat, pengedar, penyedia, dan penikmat menerima ganjaran berupa hukuman dan
denda yang telah diatur dalam undang-undang. Hal ini juga telah diatur dalam UU no
44 tahun 2008 mengenai Pornografi. Telah disebutkan bahwa para pelaku menerima
kurungan penjara dan denda sesuai di dalam pasal 29 sampai pasal 38 dalam undangundang tersebut.
9
Ada beberapa langkah-langkah yang digunakan aparat kepolisian guna
memberantas kasus pornografi sebagai upaya penegakan hukum Pornografi yaitu
melakukan penyidikan terkait kasus video porno, bekerja sama dengan para ahli IT
guna verifikasi keabsahanan dan keaslian video tersebut, serta mendeteksi pelaku
penyebaran, pembuatan atau pihak terkait dalam proses pembuatan video porno.
Lebih jauh lagi bahasan mengenai pornografi, cyber crime atau kejahatan dunia maya
juga turut ambil peranan penting dalam persebaran Pornografi. Karena pencurian data
pribadi yang diunggah di internet dan juga penyebarluasan juga bisa terjadi disini.
Aparat penegak hukum juga bekerja sama dengan pihak swasta yang berhubungan
dengan komunikasi dan informasi guna membantu proses penyidikan. Selain itu juga
pemblokiran situs-situs porno juga bentuk kerja sama lain guna memberantas
pornografi di Indonesia.
3.3. Dampak dari Maraknya Pornografi di Indonesia
Bersumber dari kompas.com, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa
kembali menegaskan bahwa saat ini Indonesia sudah masuk darurat pornografi
lantaran biaya untuk belanja pornografi sepanjang 2014 diperkirakan mencapai Rp 50
triliun. Angka itu, kata dia, sama dengan belanja untuk narkoba. "Selain itu, dari
semua kasus hukum terkait pelecehan seksual yang terjadi di Indonesia, 45 persen di
antaranya merupakan kejahatan seksual yang melibatkan anak di bawah umur,
bahkan hingga anak usia dini," kata Khofifah di Samarinda, Kamis (5/2/2015), seperti
dikutip Antara.
Selain itu juga, maraknya prostitusi di Indonesia juga berakar dari
berkembangnya pornografi. Seperti pernyataan Khofifah Indar Parawansa dalam
beritasatu.com, "Termasuk prostitusi online yang merupakan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi sebagai modus dari sekian banyak cara yang digunakan
10
para muncikari untuk menjalankan bisnisnya,". Prostitusi dan pornografi sudah
paralel dan saling terkait karena di situ ada hubungan seksual sedarah atau incest,
pedofilia, serta paket wisata yang mengandung unsur pornoaksi dan pornografi.
Disamping itu, pornografi memiliki sifat adiktif atau menyebabkan ketagihan.
Jika di masa anak-anak atau remaja mereka sudah mengenal dunia ini dan ketagihan,
mungkin saja akan terbawa sampai dewasa. Mereka pun akan memiliki persepsi yang
salah mengenai hubungan seks yang sehat dan sesuai dengan norma sosial serta
agama, ujar Vera Itabiliana K Hadiwidjojo, Psi. salah seorang psikolog di Lembaga
Psikologi Terapan UI dan Klinik Raditya Medical Center Depok, Jawa Barat. Dengan
kata lain, pornografi akan menghasilkan generasi yang tidak memiliki moral dan
norma sesuai dengan apa yang telah berlaku sebelumnya.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Indonesia darurat pornografi sejatinya bukanlah kata-kata kiasan yang hanya
dilihat semata. Tetapi juga perlu kerjasama dari semua pihak untuk membantu
pemberantasan pornografi di negeri Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan di dalam
makalah ini, bahwa pornografi tidak hanya merusak dalam jangka pendek saja. Tetapi
merupakan pengrusakan yang dapat berakibat fatal karena generasi muda saat ini
sudah mulai ikut-ikutan menyaksikan hal-hal berbau pornografi di usia belianya.
Pornografi juga merupakan ladang industri yang menguntungkan bagi pihak
asing. Jelas ini merupakan sebuah bentuk kerja sama parasitisme yang dimana, pihak
asing diuntungkan oleh pemasukan yang terus bertambah sedangkan pihak kita
menerima dampakn buruk dari penyebaran pornografi tersebut. Sudah tidak asing lagi
jika hal ini harus kita sadari. Agar kita tidak terlena akan pembodohan bangsa ini.
Pornografi tidak mengandung unsur-unsur kesusilaan yang menjadi ciri kita sebagai
budaya timur. Tentu sejatinya kita menolak hal ini, karena pornografi bukanlah
sebuah representasi dari kebudayaan kita yang cenderung sopan dan bermartabat.
Berbeda dengan budaya barat yang mengandung paham kebebasan. Semua warganya
berhak melakukan apa saja tanpa ada campur tangan orang lain dan negara.
Pembimbingan dan pengawasan terhadap disekililing kita bisa jadi merupakan
langkah yang efektif dalam mengurangi pornografi di dalam masyarakat Indonesia.
Pendekatan antar pribadi juga diharapkan menjadi langkah penyadaran yang efektif
bagi mereka yang telah masuk ke lubang kegelapan pornografi. Asupan nutrisi
keagaman juga bisa menjadi benteng terkuat dalam mempertahankan nafsu seseorang
terhadap pornografi. Agar setiap orang sadar bahwa hidup dalam dunia pornografi
akan mengancam dirinya ketika telah meninggalkan bumi kelak. Selain itu juga, perlu
dilakukan pembimbingan moral bagi mereka yang telah masuk ke dunia pornografi.
12
Agar mereka jera dan tidak mengulangi apa yang pernah mereka lakukan dahulu. Dan
juga mengurangi tingkat kejahatan lainnya yang menjadi dampak bahaya pornografi.
4.2.
Saran
Penulis menyarankan bahwa untuk mencari data akurat terkait penyebaran
pornografi bisa dinukil dari pihak Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah
setempat. Penulis meminta maaf, jika dalam penulisan makalah ini belum bisa
menyajikan data dan fakta yang disampaikan secara langsung oleh pihak Kepolisian
Daerah setempat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, M.Burhan, 2005, Pornomedia : Sosiologi Media, Konstruksi Sosial,
Teknologi Telematika, dan Perayaan Seks di Media Massa,Jakarta : Kencana Prenada
Media.
Farouk, Peri Umar. 2008. Menjawab Tantangan Pornografi Remaja Indonesia.
Cetakan Buku Elektronik. Jakarta : Gerakan “Jangan Bugil Depan Kamera”
Rogers, Everett M, 1986, Communication Technology ; The New Media in Society,
London: The Free Press Collier Macmillan Publisher.
Wen, Sayling, 2002, Future of the Media, Batam : Lucky Publisher.
Yuliastati, Rima, dkk. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA/MA/SMK
Kelas X. Cetakan Buku Elektronik. Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional
Undang-Undang nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi (versi PDF, diunduh
melalui http://google.com pada hari Sabtu, 27 Juni 2015, pukul 03.02 WIB)
http://cispoldajatim.blogspot.com/2014/09/polda-jatim-kebijakan-dan-strategi.html
(diakses Minggu, 28 Juni 2015 pukul 13.26 WIB)
http://www.beritasatu.com/nasional/268787-mensos-prostitusi-di-indonesia-sudahmengkhawatirkan.html (diakses Minggu, 28 Juni 2015 pukul 13.47 WIB)
http://www.bin.go.id/awas/detil/151/4/18/10/2012/mewaspadai-terpaan-pornografidi-internet (diakses Minggu, 28 Juni 2015 pukul 12.39 WIB)
14
http://nasional.kompas.com/read/2015/02/05/17001331/
Mensos.Indonesia.Darurat.Pornografi (diakses Minggu, 28 Juni 2015 pukul 13.06
WIB)
http://www.kaskus.co.id/thread/513079471fd719f109000008/15-data-statistikpornografi-di-internet-yang-mengejutkan (diakses Sabtu, 27 Juni 2015 pukul 15.23
WIB)
http://internet-filter-review.toptenreviews.com/internet-pornography-statistics.html
(diakses Sabtu, 27 Juni 2015 pukul 15.23 WIB)
https://unitedfamiliesinternational.wordpress.com/2010/06/02/14-shockingpornography-statistics/ (diakses Sabtu, 27 Juni 2015 pukul 15.23 WIB)
http://www.familysafemedia.com/pornography_statistics.html
(diakses Sabtu, 27
Juni 2015 Pukul 15.23 WIB)
http://news.detik.com/wawancara/1622649/psikolog-vera-porno-bersifat-adiktifanak-bisa-kecanduan-hingga-dewasa (diakses Minggu, 28 Juni 2015 pukul 13.56
WIB)