HAK ASASI MANUSIA DALAM ISLAM

HAK ASASI MANUSIA
DALAM ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA

DISUSUN OLEH:
THIFALNI SHIDQI FIKRIYAH
NIKE SYLVIA PAULUS
NURUL FITRI ANDRIANI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hak asasi manusia atau biasa disingkat HAM merupakan sebuah hal yang menjadi
keharusan dari sebuah negara untuk menjaminnya dalam konstitusinya. Melalui deklarasi
universal HAM 10 desember 1948 merupakan tonggak bersejarah berlakunya penjaminan
hak mengenai manusia sebagai manusia. Sejarah HAM dimulai dari magna charta di inggris
pada tahun 1252 yang kemudian kemudian berlanjut pada bill of rights dan kemudian
berpangkal pada DUHAM PBB.
Islam sebagai agama bagi pengikutnya meyakini konsep Islam adalah sebagai way of
life yang berarti pandangan hidup. Islam menurut para penganutnya merupakan konsep yang
lengkap mengatur segala aspek kehidupan manusia. Begitu juga dalam pengaturan mengenai

hak asasi manusia Islam pun mengtur mengenai hak asasi manusia. Islam adalah agama
rahmatan lil alamin yang berarti agama rahmat bagi seluruh alam. Bahkan dalam
ketidakadilan sosial sekalipun Islam pun mengatur mengenai konsep kaum mustadhafin yang
harus dibela.
Dalam Islam, konsep mengenai HAM sebenarnya telah mempunyai tempat tersendiri
dalam pemikiran Islam. Perkembangan wacana demokrasi dengan Islam sebenarnya yang
telah mendorong adanya wacana HAM dalam Islam. Karenanya makalah ini akan mencoba
memberikan sedikit penerangan mengenai HAM dalam Islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar-dasar Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi isu di seluruh dunia dan menjadi nilai
yang bersifat universal, karena itu PBB telah menetapkan deklarasi Hak Asasi
Manusia laration of Human Right) yang mengikat seluruh negara anggotanya.
Deklarasi Hak Asasi Manusia ini tepatnya ditetapkan pada tanggal 10 Desember 1948
Berbicara tentang hak. asasi berkaitan dengan landasan nilai yang menjadi
dasarnya. Karena itu Hak Asasi Manusia selalu berkaitan dengan nilai dan budaya
masyarakatnya. Dalam kaitan ini terdapat dua idiologi yang mendasari dan memberi

warna terhadap Hak Asasi Manusia, yaitu idiologi liberalis dan sosialis.
Kaum liberal menekankan kepada kebebasan, hak dan kehormatan individu.
sehingga sering mengabaikan kepentingan masyarakat. Dalam pandangan ini hak
individu menjadi sangat sentral dan karenanya kebebasan bertindak dan berperilaku
setiap individu menjadi hak yang paling asasi. Karena itu sering kali hak-hak
masyarakat terabaikan.
Hak Asasi Manusia yang berkembang di dunia pada bersumber kepada
liberalisme, dan dalam implementasinya diberi pengertian dengan nilai-nilai Barat.
Hak Asasi Manusia sekarang ini dimonopoli oleh tafsiran Barat dan sama
sekali mengabaikan nilai-nilai lainnya termasuk nilai agama. Negara-negara Barat
dengan nilai-nilai kebebasannya mendesakan pengertian HAM tersebut kemudian
dunia lainnya terutama kepada negara negara Karena itu komplik tentang terus
berlangsung dari waktu ke waktu dan menjadi persoalan dalam pergaulan dunia.
Mereka mengklaim sebagai pelopor HAM dan sekaligus menjadi dirinya komandan
bagi pelaksanaan HAM untuk negara-negara lainnya.
Adapun kaum sosialis, idelogonya sangat menekankan kepada hak-hak
kolektif dibandingkan dengan hak-hak individu, bahkan tidak mengakui kepentingankepentingan individual termasuk kepemilikan pribadi. Bagi kaum sosialis hak asasi
itu milik bersama sehingga orang harus merasakan bersama secara merata. Karena itu
sama rasa sama rata menjadi slogan utama mereka.
Pada kenyataannya, kesamarataan tidaklah dalam arti yang sebenarnya, sebab

pada negara-negara penganut idiologi ini kesamarataan hanyalah bagi rakyat pada
umumnya, sedangkan bagi para pemimpin idiologi dan elit birokrasinya tidaklah
terjadi. Mereka seolah memiliki keistimewaan khusus untuk merasakan dan
menikmati kekayaan dan kemewahan yang tidak boleh dinikmati rakyat. Di sini
tampak inkonsistensi para elit negara pada idiologinya dan sekaligus menunjukan
kerapuhan ideologi ini.
Dengan demikian, baik idiologi liberal maupun komunis tidak memberikan
rasa keadilan bagi masyarakat, keduanya tetap menjadi masalah yang tak kunjung
selesai. Pada akhimya HAM dijadikan tameng atau kedok untuk dapat memperkosa
hak-hak masyarakat terutama masyarakat negara-negara miskin.

B. Kewajiban Asasi Umat Manusia
Ke pada dasarnya merupakan Manusia mat keluarga merupakan kumpulan dan
individu. kdgang agama yang memberikan bimbingan ke trah umat yang diawali
dengan pembinaan AjarEn Islam mengatur tata hubungan masyarakat rupa dari
pengaturan sahingga garis ketun sistem kekerabatan dan pewarisan teratur dan tertib.
Oleh karena itu, pembentukan berarti membentuk keluarga individu yang
Menciptakan keluarga yang sakinah yang sakinah. membentuk masyarakat marhamah
Dari masyarakat inilah akhirnya akan terwujud atau yang thayyibah. Dengan
demikian, individu menjadi sentral utama dan peletak batu pertama membangun dan

mewujudkan Baldah Thayyibah wa Rabb Ghafur.
Pembinaan individu tersebut berkaitan erat dengan hak dan kewajibannya
sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di muka bumi. Misi umat Islam di tengahtengah pergaulan masyarakat dunia adalah mengembangkan rahmatan lil'alamin, yaitu
menebarkan rahmat sayang bagi seluruh masyarakat. Misi ini menjadi kewajiban bagi
setiap muslim dalam seluruh konteks kehidupannya. Kewajiban-kewajiban tersebut
antara lain:
1. Kewajiban terhadap Allah Swt.Kewajiban ini adalah beribadah atau mengabdi
kepada Allah yang mengandung arti tunduk, patuh dan taat kepada Allah.
Pengabdian itu dibuktikan dalam bentuk ketaatan dalam melaksanakan perintah
dan men larangan Allah. Melaksanakan perintah-perintah Allah dalam arti
khusus, artinya menjalankan ibadah yang bersifat ntual, seperti sholat dan puasa
dan memaknai kehidupan di luar ritual dengan niat ibadah.
2. Kewajiban terhadap diri sendiri.Kewajiban ini adalah menjaga dan memelihara
dirinya agar tetap dapat mempertahankan dan menempatkan dirinya sebagai
makhluk Allah yang paling mulia di antara makhluk makhluk Allah yang
lainnya. Mempertahankan kemuliaan manusia itu dengan cara menggunakan
potensi potensi yang diberikan Allah kepada manusia sesuai dengan ke Apabila
potensi tersebut tidak digunakan dengan baik, maka manusia dapat jatuh
derajatnya melampaui derajat binatang. Firman Allah: "Sesungguhnya Kami
jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka

mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah),
dan mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat
tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak
dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu bagai binatang
temak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang
lalai"(QS. al-A'raf. 3. 179).
3. Kewajiban terhadap keluarga.Kewajiban ini adalah Kewajiban terhadap
memupuk, membina dan mengembangkan kasih sayang di antara anggota
keluarga sehingga dapat tercipta keluarga yang sejahtera lahir dan batin
(sakinah). Setiap orang tua berkewajiban untuk merawat dan mendidik anakanaknya dengan baik karena pendidikan yang pertama dan utama terdapat dalam
keluarga. Pendidikan dalam keluarga melalui komunikasi yang lancar dan saling
memberikan perhatian satu anggota dengan anggota keluarga lainnya.
4. Kewajiban terhadap tetangga n yang harus seseorang setelah berbuat baik
keluarganya. adalah berbuat baik kepada tetangganya. Tetangga adalah orang
yang paling akan mendatangkan rasa aman, dan teman untuk bantu membantu
dan saling memberi saling longan. Pentingnya kewajiban terbadap tetangga ini
ditegskan oleh Rasulullah: crimen kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia
memuliakan tetangganya" (HR. Tinmidzi).

5. Kewajiban terhadap harta Harta dalam pandangan Islam adalah sarana yang

diberikan Allah kepada manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Harta adalah
milik Allah, sedangkan manusia hanya menerima amanat dan sekedar pemilik
sementara karena itu pada setiap pemilikan harta terdapat kewajiban yang harus
dilakukannya, yaitu menunaikan hak-hak Allah yang mutlak memilikinya.
Kewajiban pemilik harta terhadap hartanya membayarkan zakat, shodaqoh dan
sebagainya. Dalam kewajiban tersebut terkandung arti bahwa harta dalam
pandangan Islam memiliki nilai sosial, bukan hanya nilai ekonomis.
6. Kewajiban terhadap negara.Umat Islam dimanapun berada terikat dengan
tempat dimana ia berada. Islam mengakui adanya perbedaan wilayah dan
keragaman kedaulatan antar negara. Dalam ajaran Islam seorang muslim wajib
menjunjung tinggi kehormatan karena negara merupakan wahana penting untuk
mencapai tujuan Karena itu, Islam mengajarkan pula nasionalisme, sikap
hormat dan tinggi rasa kebangsaan. Bahkan pada satu ketika bisa terjadi sikap
terhadap negara menjadi bagian dari kewajiban agama dan pembelaan terhadap
negara memiliki makna jihad fi sabilillah. Misalnya mengusir musuh yang
hendak menjajah atau menyerang.
7. Kewajiban terhadap masyarakat dunia Dalam Islam, seorang muslim tidak
banya dipandang sebagai warga negara saja tetapi juga sebagai warga dunia. Ia
berkewajiban untuk ikut serta membangun dunia secara keseluruhan dengan
memberikan sumbangan dalam bentuk peran-peran yang dapat dimainkannya

bagi kesejahteraan masyarakat dunia. Kewajiban sebagai warga dunia antara
lain dilakukan dengan memberikan kontribusi bagi keamanan dunia serta berus
memberikan sumbangan bagi kesejahteraan umat manusia di seluruh dunia.
C. Hak Asasi Manusia dalan Islam
Islam adalah ajaran yang diturunkan dari Allah Sang Maha Pencipta, karena itu
ajarannya sangat lengkap dan sempurna dalam memberikan dasar-dasar kehidupan
manusia termasuk masalah hak-hak asasinya.
Islam menempatkan manusia dalam posisi yang sangat sentral dalam kehidupan
dunia. Manusia dijadikan makhluk yang bermartabat tinggi dan mulia, bahkan
ditempatkannya sebagi kholifah; subjek di alam semesta. Manusia adalah wakil Allah
dan pemimpin di muka bumi, karena itu ia adalah makhluk yang merdeka.
Kemerdekaan manusia merupakan implikasi dari tugas pengabdiannya kepada Allah.
Ia hanya dituntut untuk mengabdi, tunduk dan patuh hanya kepada Allah, karena itu ia
tidak tunduk dan patuh kepada orang lain, termasuk kepada manusia atau ideologi
lainnya.
Kebebasan manusia yang tanpa batas hakikatnya adalah pengingkaran terhadap
hakikat kemanusiaanya, karena itu kebebasan seperti itu adalah kebebasan yang
semu. Kebebasan yang menghadapkan manusia kepada belenggu lain, yaitu belenggu
kekuasaan material dan hawa nafsunya. Ia menjadi budak yang dikendalikan ambisi
dan nafsunya.

Islam tidak menempatkan kepentingan individu atau masyarakat dalam porsi
yang ekstrim sebagaimana paham liberalisme dan komunisme. Islam menata
hubungan hak dan kewajiban secara seimbang. Kepentingan individu dan masyarakat
saling berkaitan dan seimbang dengan mendahulukan kewajiban daripada hak-hak

pribadi. Setiap pribadi berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa
mengabaikan tugas dan kewajiban individualnya.
Dalam masyarakat, terdapat berbagai macam profesi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat itu sendiri, seperti dokter, notaris dan sebagainya. Kebutuhan masyarakat
terhadap profesi tersebut merupakan kewajiban masyarakat dengan tingkat fardlu
kifayah, yaitu kewajiban kolektif yang apabila sebagian masyarakat sudah
melaksanakannya, maka kewajiban yang lain menjadi gugur. Sedangkan kewajiban
yang bersifat individual disebut fardlu ‘ain yang sepenuhnya merupakan tanggung
jawab individu. Masyarakat tidak bertanggung jawab apabila seseorang tidak
melaksanaka kewajibannya.
Pelaksanaan kewajiban masyarakat bersifat fardlu kifayah diwakili oleh
pemerintah, seperti penyelenggaraan sarana-sarana umum, pendidikan dan sebainya.
Apabila pemerintah lalai melaksanakan kewajibannya, maka rakyat dapat menuntut
agar pemerintah memenuhi kewajibannya dan apabila tuntutan itu tidak dilaksanakan,
maka rakyat berkewajiban mengganti pemerintah tersebut dengan pemerintah yang

lain agar fardlu kifayah itu dapat terpenuhi.
Di samping yang telah dijelaskan di atas, perbedaan yang paling prinsip antara
HAM dalam konsep Barat dengan konsep Islam terletak pada pandangan dasar
terhadap manusia. Konsep Barat bersifat antroposentrik, yaitu konsep dasar yang
berpusat kepada manusia. Sedangkan Islam bersifat teosentrik, yaitu segala sesuatu
berpusat kepada Tuhan.
HAM dalam islam sangat mementingkan penghargaan dan penghormatan kepada
manusia sebagai refleksi dari kualitas kesadaran keagamaan yang tertanam dalam
hati, pikiran dan jiwa penganutnya. Penghargaan dan pengakuan terhadap
kemerdekaan dan hak-hak asasi manusia tidak terlepas dari keesaan Tuhan yang
terkandung selain Allah dan Muhammad sebagai Rasulullah, Keyakinan bahwa Tuhan
itu Esa, meniadakan segala bentuk dominasi kepada manusia selain dari Allah sematamata. Manusia adalah hamba Allah yang hanya tunduk dan patuh kepada-Nya.
Karena itu manusia berada pada posisi yang merdeka di tengah manusia dan makhluk
lainnya. Oleh sebab itu kemerdekaan merupakan hak asasi yang sangat mendasar
dalam ajaran islam dan manusia tidak punya hak untuk mengurangi kemerdekaan
manusia lainnya.
Penghargaan Islam terhadap manusia menempatkan hak-hak manusia sebagai
bagian yang sangat penting. Hal ini tampak dari keseluruhan ajaran Islam yang
menghargai martabat manusia da menempatkan sebagai kholifah Allah di muka bumi.
Penghargaan terhadap manusia itu dapat dilihat pada kandungan al-Qur’an dan

Hadist yang memuat prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia. Prinsip-prinsip dasar
tersebut antara lain:
1. Hak Penghormatan Terhap Manusia
Manusia diciptakan Allah dan ditempatkan pada posisi yang tinggi dan
terhormat di tengah-tengah makhluk yang lain. Potensi akal dan perasaan
yang telah dianugrahkan kepada manusia merupakan karunia Allah yang
menjadikannya makhluk yang diberi kebebasan memilih dan menentukan
jalannya kehidupan dunia. Kebebasan ini menjadikan manusia sebagai
makhluk yang memiliki kedudukan yang tinggi dibandingkan dengan jin dan
malaikat. Firman Allah: “Dan sungguh telah kami muliakan anak Adam

2.

3.

4.

5.

(manusia), Kami angkat mereka di daratan dan di lautan dan Kami anugrahi

mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. AlIsra: 70).
Hak Persamaan
Allah menciptakan manusia dari bahan dasar yang sama serta ditempatkan
pada posisi yang sama sebagai makhluk yang sempurna dan terhormat.
Karena itu, setiap orang memiliki hak asasi yang sama sebagai manusia.
Setiap orang dalam pandangan Allah itu sama, tergantung kepada apa yang
dilakukan oleh mereka itu bernilai atau tidak. Firman Allah: “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. AlHujurat: 13).
Hak Kebebasan Menyatakan Pendapat
Manusia memiliki hak untuk berbicara dan berpendapat, karena berbicara dan
berpendapat merupakan aktualisasi dari fitrah manusia. Dalam ajaran Islam
kebebasan yang diberikan kepada manusia adlah kebebasan yang berdasarkan
kepada Kitab Allah dan Hadist Rasul. Manusia bebas untuk menyatakan
pendapat dan kehendaknya, namun kebebasan itu sebagaimana telah
dinyatakan di atas sama sekali tidak mutlak. Prinsip kebebasan menyatakan
pendapat mengandung makna bahwa manusia itu wajib menggunakan akal
pikirannya. Akal pikiran yang sehat akan membuahkan pula pemikiran yang
sehat dalam arti selalu dilandasi oleh wahyu Allah dan Rasul-Nya. Di
samping itu kebebasan menyatakan pendapat harus ditafsirkan sebagai suatu
pegejewantahan dan perwujudan terhadap perintah Allah agar manusia selalu
menggunakan akal pikirannya.
Hak Kebebasan Beragama
Beragama merupakan salah satu hak asasi manusia. Dalam ajaran Iskam
seseorang tidak bolah memaksa orang lain untuk ikut memeluk agama yang
dianutnya, sebab agama merupakan keyakinan yang tidak bisa dipaksakan.
Firman Allah: “Katakanlah: Hai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu kebenaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang
mendapat petunjuk maka sesungguhnya petunjuk itu untuk kebaikan dirinya
sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatan itu untuk
kecelakaan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga tehadap
dirimu” (QS. Yunus:108).
Hak Jaminan Sosial
Hak jaminan sosial di dalam ajaran Islam terkait erat dengan ketentuan dasar
tentang alam. Alam adalah milik Allah, manusia hanya memiliki hak
pemilikan yang bersifat sementara, karena itu pada setiap harta yang dimiliki
manusia terdapat hak Allah yang harus ditunaikan oleh pemegang harta itu.
Karena itu dalam ajaran Islam terdapat ketentuan tentang kepemilikan harta
oleh seorang yang tidak bersifat mutlak. Harta bukan hanya bernilai

ekonomis, tetapi juga memiliki nilai sosial, yaitu adanya hak orang-orang
miskin pada harta orang kaya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk
orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”
(QS. Al-Dzariyat:19).
6. Hak Pemeliharaan Harta Benda
Di antara hak asasi manusia dalam islam adalah hak pemilihan terhadap harta.
Sebagaimana yang telah diungkapkan pada bagian yang lalu; hak pemilikan
harta merupakan bagian dari pelaksanaan pandangan dasar Islam terhadap
alam dan tugas hidup manusia. Islam memberikan hak pemilikan harta kepada
manusia, artinya manusia memiliki hak kepemilikan atas harta. Hak tersebut
di dalam ajaran Islam tidaklah bersifat mutlak, sebab sang pemilik mutlak
adalah Allah. Karena itu terdapat pembatasan dalam pemberian hak tersebut
dengan aturan-aturan yang mengikat, antara lain keharusan untuk
menggunakan di jalan yang baik dan benar secara hukum. Setiap orang
mempunyai hak kepemilikan yang dilindungi oleh hukum atau lembaga
pemerintah. Karena itu tidak bisa orang lain dengan seenaknya sendiri
merampas hak milik orang lain dengan cara apapun.
D. Hak dan Kewajiban Manusia dalam Islam
Agama Islam diturunkan untuk menjadi pedoman hidup manusia di dunia dalam
mencapai kebahagiaan abadi dunia-akhirat. Manusia dengan keterbatasan akalnya
tidak mungkin dapat mengetahui hakekat kehidupan abadi tanpa pemberitahuan dari
Tuhan Yang Maha Abadi melalui firman yang disampaikan-Nya kepada utusan-Nya.
Sebagai agama yang mengatur hidup manusia, Islam memberikan arahan yang
jelas mengenai tata kehidupan hidupnya. Islam memberitahukan apa dan bagaimana
kebahagiaan abadi itu dicapai dan hendak kemana manusia itu berangkat. Mengetahui
apa yang harus dilaksanakan, sedangkan apa yang seyogyanya diterima berkaitan
dengan hak yang harus diterimanya. Dengan demikian hidup manusia di muka bumi
tidak pernah terlepas dari hak dan kewajibannya.
Hak dan kewajiban manusia sesuai dengan derajat dan tingkat martabatnya.
Sebagai kholifah manusia dituntut untuk melaksanakan tugasnya di samping
menerima hak-hak hidupnya. Setiap kewajiban tidak tidak terlepas dari tingkat
kedudukanya. Manusia sebagai makhluk yang memiliki kewajiban hidupnya. Di
dalam ajaran Islam kewajiban adalah hal yang harus didahulukan dibandingkan
dengan hak yang harus diterimanya. “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia
melainkan untuk beribadah kepada-Ku” (QS. Al-Dazriyat: 56).
Islam mengajarkan bahwa melaksanakan kewajiban dilakukan lebih dahulu
dariada hak; bekerja lebih dahulu kemudian menerima upah. Hukum Islam
menetapkan bahwa hakikat hidup adalah keseimbangan atau equalibrum antara hak
dan kewajiban. Keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan
masyarakat. Menuntut hak dan mengabaikan kewajiban adalah pengingkaran terhadap
tanggung jawab sebagai manusia dan merupakan sikap yang sangat dicela dalam
pandangan Islam. Karena pemebrian hak pada dasarnya telah diterima terlebih dahulu
sebelum Allah memberikan kewajiban. Sebelum seseorang dituntut kewajibannya, ia
telah menikmati hak-haknya setelah dilahirkan di muka bumi. Sorang bayi lahir telah

diberikan hak untuk menikmati oksigen, makan dan minum dan bagainya, sedangkan
kewajiban baru diberikan setelah ia dewasa dan telah siap menerima hukum.
Hak yang telah diberikan Alla kepada manusia sudah sangat lengkap dan
sempurna. Semuanya adalah nikmat yang tak terhitung jumlah dan macamnya,
sedangkan kewajiban yang dipikulkan kepada manusia sangat sedikit, tetapi yang
sedikit itupun masih banyak diabaikan oleh manusia. Hal ini menunjukan
kesombongan manusia di muka bumi yang akan merugikannya di kelak kemudian
hari. Dengan demikian jelaslah bahwa Isla memberikan hal-hak dan kewajiban
kepada manusia dengan adil, tetapi manusia cenderung kepada penerimaan hakhaknya dan mengabaikan kewajibannya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa HAM
yang di tetapkan oleh PBB tidak bertolak belakang dengan HAM dalam Islam.
Berdasar analisis diatas Islam juga menentukan kewajiban-kewajiban asasi manusia. Dapat
kita bagi menjadi tujuh bagian kewajiban asasi manusia dalam islam yang pengaturannya
secara tersirat.
Bedasarkan paparan diatas juga kita dapat mengetahui prinsip-prinsip dasar HAM menurut
Al-Qur’an dan Hadist terbagi menjadi enam bagian yang isinya selaras dengan HAM yang
dideklarasikan pada 10 Desember 1948.