APLIKASI KONSEP GREEN CONSTITUTION DALAM
APLIKASI KONSEP GREEN CONSTITUTION DALAM
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
NAMA
: DWI ZAEN PRASETYO
NPM
: 1212011101
MATA KULIAH
: NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
BAB .I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945, sebagai konstitusi tertulis di Indonesia dan juga
merupakan refleksi dari cita-cata hukum bangsa Indonesia, secara eksplisit telah
menggariskan beberapa prinsip dasar. Salah satu prinsip dasar yang mendapatkan
penegasan dalam perubahan UUD 1945 (perubahan keempat) adalah prinsip
negara hukum, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 Ayat (3) yang menyatakan
bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Jauh sebelum termuat dalam
UUD 1945 secara historis negara hukum (rechtsstaat) adalah negara yang
diidealkan oleh para pendiri bangsa (founding fathers) sebagaimana dituangkan
dalam penjelasan umum UUD 1945 sebelum perubahan tentang sistem
pemerintahan negara yang menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasar atas
hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machtsstaat).
Berkenaan dengan Negara hukum, di Indonesia apa yang tersirat dalam konstitusi
tersebut baru hanya sebatas cita-cita. Negara Indonesia ialah ‘rechtsstaat’, bukan
‘machtsstaat’ (negara kekuasaan) atau pun korporatokrasi. Namun demikian, yang
menjadi masalah pokok kita sekarang ini adalah bahwa perwujudan cita Negara
Hukum itu sendiri masih sangat jauh dari kenyataan. Bahkan, dari waktu ke
waktu, ciri-ciri negara hukum ideal itu sendiri dalam kenyataannya juga belum
kunjung mendekati yang harapan. Berbicara mengenai konsep Negara hukum, ada
satu hal yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu demokrasi. Hal ini dikarenakan
dalam suatu Negara yang menganut sistem demokrasi, hukum merupakan suatu
hal yang sangat prioritas dan keduanya tidak bias dipisahkan. Hubungan antara
hukum dan demokrasi dapat diibaratkan sebagai sosok Pria dan Wanita , walaupun
terapat perbedaan tetapi dalam satu sisi tidak dapat dipisahkan, dalam arti bahwa
kualitas hukum yang berlaku disuatu Negara juga menentukan kualitas demokrasi
yang berlaku di negara tersebut. Artinya, Negara-negara yang memiliki watak dan
menjunjung tinggi demokrasi akan melahirkan pula hukum-hukum yang berwatak
demokratis, sedangkan Negara-negara yang otoriter atau non demokratis akan
melahirkan hukum-hukum yang non demokratis. Negara yang demokratis akan
melahirkan hukum yang demokratis pula, sedangkan Negara yang otoriter
tentunya akan melahirkan hukum yang tidak demokratis. Begitu juga dalam
hubungannya dengan Perlindungan Lingkungan Hidup, dimana untuk saat ini
Lingkungan
hidup
merupakan
hal
yang
dapat
dikatakan
riskan
bagi
keberlangsungan hidup semua makhluk tidak terkecuali manusia. Manusia sebagai
salah satu makhluk yang berkuasa di bumi patut merenung, dan lebih
memperhatikan nasib kondisi alam di dalam tempat tinggalnya. Pada praktiknya,
kehancuran alam sedikit demi sedikit semakin terasa, tak hanya dalam lingkup
Nasional Republik Indonesia tetapi juga dalam lingkup Dunia Internasional,
Pemerintah sebagai Penyelenggara Negara memiliki peran besar terhadap
pelestarian
Lingkungan
Hidup,
dan
tegas
terhadap
pengaturan
akan
pelestariannya, untuk itu penjagaan dan pelestarian lingkungan hidup tidak cukup
hanya dengan diatur dalam Undang-undang saja, tetapi haruslah dimasukkan
kedalam Konstitusi itu sendiri, karena konstitusi adalah supremasi hukum
tertinggi di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, jadi jika Pelestarian dan
perlindungan Lingkungan hidup diatur dalam Konstitusi maka penjagaan akan hal
tersebut akan semakin kuat.
Penuangan kebijakan Lingkungan (Green Policy) ke dalam produk perundangundangan juga bisa diterjemahkan dalan bahasa Inggris dengan green Legislation.
Karena itu jika norma hukum tersebut diadopsikan ke dalam teks Undang-undang
dasar, maka hal itu disebut Green Constitution 1. Pada prinsipnya, green
constitution melakukan konstitusionalisasi norma hukum lingkungan ke dalam
konstitusi melalui menaikkan derajat norma perlindungan lingkungan hidup ke
tingkat
konstitusi.
berkelanjutan
yang
Dengan
demikian,
berwawasan
pentingnya
lingkungan
dan
prinsip
pembangunan
perlindungan
terhadap
lingkungan hidup menjadi memiliki pijakan yang kuat dalam peraturan
perundang-undangan. Atas dasar itu, green constitution kemudian mengintrodusir
terminologi dan konsep yang disebut dengan ekokrasi (ecocracy) yang
menekankan pentingnya kedaulatan lingkungan.
1 Jimly Asshiddiqie, Green Constitution Nuansa Hijau, Jakarta:Rajawali Pers, 2010. hlm. 4.
Dalam konteks Indonesia, green constitution dan ecocracy tercermin dalam
gagasan tentang kekuasaan dan hak asasi manusia serta konsep demokrasi
ekonomi sebagaimana ditegaskan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.Kekuasaan tertinggi atau kedaulatan yang ada di tangan
rakyat yang tercermin dalam konsep hak asasi manusia atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat sebagaimana dimaksud oleh Pasal 28H Ayat (1) dan pasal 33
Ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, serta tercermin pula dalam konsep
demokrasi yang dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan (subtasinable
development) dan wawasan lingkungan. Hal-hal itulah yang memberikan basis
konstitusional bagi green constitution. Dengan demikian, norma perlindungan
lingkungan hidup di Indonesia sebetulnya kini telah memiliki pijakan yang
semakin kuat. Namun, masih belum banyak pembuat kebijakan publik maupun
masyarakat luas di Tanah Air yang mengetahui dan memahami tentang hal yang
penting ini. Itulah sebabnya diperlukan program untuk menyebarluaskan
pengetahuan pemahaman tentang green constitution dan ecocracy tersebut.
Program Green Constitution ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan,
diantaranya:
a. bagaimanakah hubungan dan aplikasi konsep Negara hukum dan demokrasi
dalam system ketatanegaraan Indonesia?
b. Bagaimana Konsepsi Konstitusi Hijau dalam Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Indonesia?
BAB. II. PEMBAHASAN
1. Konsep Negara hukum dan demokrasi
a. Konsep Negara Hukum
Istilah “the rule of law” mulai populer dengan terbitnya sebuah buku dari
Albert Venn Dicey tahun 1885 dengan judul “Introduction to the study of the law
of de constitution”. Dari latar belakang dan dari sistem hukum yang menopangnya
terdapat perbedaan antara konsep “rechtsstaat” dengan konsep “the rule of law”
meskipun dalam perkembangan dewasa ini tidak dipermasalahkan lagi
perbebadaan antara keduanya karena pada dasarnya kedua konsep itu
mengarahkan dirinya pada satu sasaran yang utama yaitu pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Meskipun dengan sasaran yang
sama tetapi keduanya tetap berjalan dengan sistem sendiri yaitu sistem hukum
sendiri. Konsep “rechtsstaat” lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme
sehingga sifatnya revolusioner sebaliknya konsep “the rule of law” berkembang
secara evolusioner. Hal ini nampak dari isi atau kriteria rechtstaat dan kriteria the
rule of law2.
Konsep negara Rule of Law merupakan konsep negara yang dianggap
paling ideal saat ini, meskipun konsep tersebut dijalankan dengan persepsi yang
berbeda-beda. Terhadap istilah “ rule of law” ini dalam bahasa Indonesia sering
juga diterjemahkan sebagai “supremasi hukum” (supremacy of law) atau “
Pemerintahan Berdasarkan atas hukum. Disamping Itu, istilah “ Negara Hukum”
(Goverment by law) atau rechstaat, juga merupakan istilah yang sering digunakan
untuk itu. Pengakuan kepada suatu negara sebagai negara hukum sangat oenting,
karena kekuasaan negara dan politik bukanlah tidak terbatas (Tidak Absolut).
Perlu pembatasan-pembatasan terhadap kewenangan dan kekuasaan negara dan
politik tersebut, untuk menghindari timbulnya kesewenang-wenangan dari pihak
penguasa.3
2http://akademik.nommensenid.org/portal/public_html/JURNAL/TULISAN%20MARTHIN
%20SIMANGUNSONG/Analisis%20Yuridis.pdf.
3 Munir Faudi, Teori Negara Hukum Modern, Bandung: Refika Aditama, 2011. hlm. 1-2.
Dalam negara hukum tersebut, pembatasan terhadap kekuasaan negara dan
politik haruslah dilakukan dengan jelas, yang tidak dapat dilanggar oleh siapapun.
Karena itu, dalam negara hukum, hukum memainkan peranannya yang sangat
penting, dan berada di atas kekuasaan negara dan politik. Karena itu pula muncul
suatu istilah “Pemerintahan dibawah Hukum”. Maka terkenallah konsep tersebut
didalam sistem hukum dalam negara-negara comon law disebut “Pemerinatahan
berdasarkan hukum, bukan berdasarkan (Kehendak) Manusia” (Goverment by
law, not by men). Sedangkan dinegara-negara eropa kontinental dikenal konsep
negara hukum (rechstaat), sebgai lawan dari “ Negara Kekuasaan” (machstaat).
Rechstaat ini adalah istilah bahasa Belanda yang memiliki pengertian yang sejajar
dengan pengertian rule of law di negara-negara yang berlaku sistem hukum Anglo
Saxon. Dalam bahasa Indonesia sering disebut juga dengan istilah “Negara
Hukum”, atau dalam bahasa Perancis disebut juga dengan “ Etat de Droit”
sedangkan dalam bahasa Italia disebut dengan “Stato di Diritto”. Dalam konsep
Negara Hukum versi Eropa Kontinental ini, prinsip supremasi hukum
( Supremacy of law) merupakan inti utamanya, menurut Dicey, makna dan
supremaci hukum , dengan mengutip hukum klasik dari pengadilan-pengadilan di
Inggris, adalah sebagai berikut: Hukum menduduki tempat tertinggi, lebih tinggi
dari kedudukan raja, terhadapnya raja dan pemerintahannya harus tunduk, dan
tanpa hukum maka tidak ada raja dan tidak ada pula kenyataan hukum ini.4
Dalam era negara hukum dalam keadaan pengecualian, kebebasankebebasan tertentu dari rakyat baik yang asasi maupun yang bukan asasi
dikecualikan keberlakuannya untuk sementara sesuai keadaan dan urgensi
tegaknya hukum. Kebebasan-kebebasan rakyat paling minim adalah dalam
keadaan perang. Dilema bagi Negara-negara sementara berkembang adalah karena
mereka untuk dapat maju harus mengadakan pembangunan secara berencana. Hal
mana berarti bahwa status negara hukum dalam keadaan pengecualian.
Konsekuensi negara hukum dalam keadaan pengcualian adalah bahwa aparat
negara terutama aparat kepolisian dan tentara dalam hal-hal tertentu dapat
bertindak sangat jauh dalam mencampuri kehidupan sosial ekonomi. Materi
hukum baik yang tidak asasi maupun yang asasi dapat untuk sementara
4 Ibid. hlm. 2.
dikecualikan demi proses kemajuan negara hukum sementara berkembang menuju
negara maju atau demi mengatasi kesulitan sosial dan eksistensi tertentu pada
wilayah dan tempat tertentu.5
Dengan demikian sejak kelahirannya, konsep Negara Hukum atau rule of
law ini memang sebagai usaha untuk membatasi kekuasaan penguasa negara agar
tidak menyalahgunaan kekuasaan untuk menindas rakyatnya. Sehingga, dapat
dikatakan bahwa dalam suatu Negara Hukum, semua orang harus tunduk kepada
hukum yang adil. Tidak ada seorang pun termasuk penguasa negara yang kebal
terhadap hukum. Dalam hal ini, konsep Negara Hukum sangat tidak bisa
menolerir baik terhadap sistem pemerintahan totaliter, diktator atau fascis,
maupun terhadap sistem pemerintahan yang berhaluan anarkis. Dan, karena sistem
negara totaliter/diktator sering memperlakukan rakyat dengan semena-mena tanpa
memperhatikan harkat, martabat, dan hak-haknya, maka perlindungan hak-hak
fundamental dari rakyat menjadi salah satu esensi dari suatu negara hukum.6
b. Sejarah Negara Hukum
Pemikiran atau konsepsi manusia tentang negara hukum lahir dan
berkembang seiring dengan perkembangan sejarah manusia, oleh karena itu,
meskipun konsep negara hukum dianggap sebagai konsep universal, pada tataran
implementasi ternyata memiliki karakteristik beragam.
Pemikiran-pemikiran tentang konsep negara hukum sebelum konsep
negara hukum berkembang seperti sekarang ini, diantaranya dikemukakan oleh
beberapa ahli berikut ini7:
A: Plato mengemukakan konsep nomoi yang dapat dianggap sebagai cikal bakal
pemikiran tentang negara hukum. Dalam nomoi Plato mengemukakan bahwa
penyelenggaraan negara yang baik ialah yang didasarkan pada pengaturan
(hukum) yang baik.
5 Willy D.S, Negara Hukum dalam Keadaan Pengecualian, Jakarta: Sinar Grafika, 2013. hlm. 4748.
6 Opcit.
7 http://www.spocjournal.com/hukum/389-konsep-negara-hukum-dan-demokrasi-dalam-ajaranconfucius.html.
B: Aristoteles mengemukakan ide negara hukum yang dikaitkannya dengan arti
negara yang dalam perumusannya masih terkait kepada “polis”. Bagi Aristoteles,
yang memerintah dalam negara bukanlah manusia, melainkan pikiran yang adil,
dan kesusilaanlah yang menentukan baik buruknya suatu hukum. Manusia perlu
dididik menjadi warga negara yang baik, yang bersusila, yang akhirnya akan
menjelmakan manusia yang bersifat adil. Apabila keadaan semacam itu telah
terwujud, maka terciptalah suatu “negara hukum”, karena tujuan negara adalah
kesempurnaan warganya yang berdasarkan atas keadilan.
C: Machiavelli, seorang sejarawan dan ahli negara telah menulis bukunya yang
terkenal “II Prinsipe (The Prince)”, mengemukakan dalam usaha untuk
mewujudkan supaya suatu negara menjadi suatu negara nasional raja harus merasa
dirinya tidak terikat oleh norma-norma agama maupun norma-norma akhlak. Raja
dianjurkan supaya jangan berjuang dengan mentaati hukum; raja harus
menggunakan kekuasaan dan kekerasan seperti halnya juga binatang.
D: Jean Bodin jugua menganjurkan absolutisme raja. Jean Bodin berpendapat
bahwa dasar pemerintah absolut terletak dalam kedaulatan yaitu kekuasaan raja
yang superior.
E: Thomas Hobbes dalam teorinya yaitu teori hobbes, perjanjian masyarakat yang
tidak dipakai untuk membangun masyarakat (civitas) melainkan untuk
membentuk kekuasaan yang diserahkan kepada raja. Raja bukan menerima
kekuasaan dari masyarakat melainkan ia memperoleh wewenang dan kuasanya
kepada raja, maka kekuasaan raja itu mutlak.
Perlawanan terhadap kekuasaan yang mutlak dari raja secara konkret
dilaksanakan dengan memperjuangkan sistem konstitusional, yaitu sistem
pemerintahan yang berdasarkan konstitusi. Pemerintah tidak boleh dilakukan
menurut kehendak raja saja, melainkan harus didasrkan pada hukum konstitusi.
Perjuangan konstitusional yang membatasi kekuasaan raja banyak dipengaruhi
oleh berbagai perkembangan, di antaranya:
a) Reformasi
b) Renaissance
c) Hukum Kodrat
d) Timbulnya kaum borjuis beserta aliran Pencerahan Akal.
Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat pada
waktu, lahir pula gagasan atau pemikiran untuk melindungi hak-hak asasi manusia
yang dipelopori oleh pemikir-pemikir Inggris dan perancis yang sangat
mempengaruhi tumbangnya absolutismne dan lahirnya negara hukum. Paham
negara Rule of law yang membatasi kekuasaan penguasa negara sesuai dengan
hukum tertinggi sebagaimana terdapat dalam konstitusi atau Konvensi dalam
sistem ketatanegaraan ini, berkembang juga di negara-negarayang menganut
sistem hukum Anglo Saxon. Pembatasan kekuasaan kepala negara dengan
memberikan perlindungan kepada hak-hak rakyat ini di Inggris sudah dikenal
dalam Dokumen Magna Charta 1215, atau di negara Amerika Serikat dengan
Konstitusinya yang mulai berlaku sejak Revolusi Amerika Serikat tahun 1776.8
c. Unsur-unsur Negara Hukum
Setelah mengalami beberapa perkembangan pemikiran konsep negara
hukum kemudian mengalami penyempurnaan, yang secara umum diantaranya:
a. Sistem pemerintahan negara yang didasarkan atas kedaulatan rakyat;
b.Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus
berdasarkan atas hukum atau peraturan perundang-undangan;
c. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara);
d. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara;
e. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle) yang
bebas dan mandiri, dalam arti lembaga peradilan tersebut benar-benar tidak
memihak dan tidak berada dibawah pengaruh eksekutif;
f. Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau warga negara
untuk turut serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang
dilakukan oleh pemerintah;
g. adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang merata
sumber daya yang diperlukan bagi kemakmuran warga negara.
d. Negara Indonesia sebagai Negara Hukum
8 Munir Faudi, Teori Negara Hukum Modern, Bandung: Refika Aditama, 2011. hlm. 28.
Negara Indonesia sebagai negara hukum dapat diketahui dalam :
a. Bab 1 pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, Negara Indonesia adalah
Negara Hukum;
b. Pembukaan dicantumkan kata-kata: Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia;
c. bab X Pasal 27 ayat (1) disebutkan segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
itu dengan tidak ada kecualinya;
d. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 (yang sudah dihapus) disebutkan
dalam Sistem Pemerintahan Negara, yang maknanya tetap bisa dipakai, yaitu
Indonesia ialah negara berdasar atas hukum (rechtsstaat). Tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (machtstaat);
e. Sumpah/Janji Presiden/Wakil Presiden ada kata-kata “memegang teguh
Undang-Undang Dasar dan segala undang-undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya”;
f. Bab XA Hak Asasi Manusia Pasal 28 i ayat (5), disebutkan bahwa “Untuk
penegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara
hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan;
g. Sistem hukum yang bersifat nasional;
h. Hukum dasar yang tertulis (konstitusi), hukum dasar tak tertulis (konvensi);
i. Tap MPR No.III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan;
j. Adanya peradilan bebas.
2. Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah sistem politik ideal dan ideologi yang berasal dari Barat.
Demokrasi ini kemudian dibangun dan dikembangkan secara pesat sebagai suatu
rangkaian intusi dan praktek berpolitik yang telah sejak lama dilaksanakan untuk
merespon perkembangan budaya, dan berbagai tantangan sosial dan lingkungan di
masing-masing negara. Dalam praktek penyelenggaraan demokrasi sering terjadi
permasalahan yaitu masalah bagaimana pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat dan
untuk rakyat dipraktekan secara riil dan efektif dalam kehidupan nyata.
Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya sebab
dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi
Negara dijamin. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian yang diberikan untuk
istilah demokrasi ini selalu memberi posisi penting bagi rakyat kendati secara
operasional implikasinya di berbagai Negara tidak sama9.
Secara historis tercatat bahwa prinsip demokrasi lahir sebagai saudara
kembar dari prinsip hukum dalam negara-negara demokrasi moderen. Jadi
demokrasi dan hukum lahir dari ibu kandung yang sama sehingga sering muncul
adigum bahwa demokrasi dan hukum ibarat dua sisi dari sebuah mata uang. Tidak
akan ada demokrasi tanpa ada hukum yang tegak dan tidak akan ada hukum yang
tegak tanpa pembangunan kehidupan politik yang demokratis. Demokrasi
memiliki kecendrungan yang sama dalam hal prinsip-prinsip yang dianut.
Beberapa prinsip demokrasi yang berlaku secara universal, antara lain:
1. Keterlibatan warga Negara dalam penbuatan keputusan politik Ada dua
pendekatan tentang keterlibatan warga Negara yaitu teori elitis dan partisipator
Pendekatan elitis adalah pembuatan kebijakan umum namun menuntut adanya
kualitas tanggapan pihak penguasa dan kaum elit, hal ini dapat kita lihat pada
demokrasi perwakilan. Pendekatan partisipatori adalah pembuatan kebijakan
umum yang menuntut adanya keterlibatan yang lebih tinggi.
2. Persamaan diantara warga Negara8 Tingkat persamaan yang ditunjukan
biasanya yaitu dibidang politik, hukum,bkesempatan ekonomi sosial dan hak
Kebebasan atau kemerdekaan yang diakui dan dipakai oleh warga Negara.
3. Supremasi Hukum Penghormatan terhadap hukum harus dikedepankan
baik oleh penguasa maupun rakyat, tidak terdapat kesewenang–wenangan yang
biasa dilakukan atas nama hukum, karena itu pemerintahan harus didasari oleh
hukum yang berpihak pada keadilan.
4. Pemilu berkala Pemilihan umum, selain mekanisme sebagai
menentukan komposisi pemerintahan secara periodik, sesungguhnya merupakan
9 Moh. Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.
19.
sarana utama bagi partisipasi politik individu yang hidup dalam masyarakat yang
luas, kompleks dan modern.10
2. 1. Demokrasi Dalam Konsep.
Istilah demokrasi berasal dari dua kata pada masa yunani yang disebut
yaitu demos dan kratos. Menurut artinya secara harfiah yang dimaksud demokrasi
adalah pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat. Demokrasi menyiratkan arti
kekuasaan pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk
rakyat.
Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan negara
dan hukum Yunani Kuno dan dipraktekan dalam hidup bernegara antara abad ke-4
sebelum Masehi sampai abad ke-6 masehi.Dillihat dari pelaksanaannya pada masa
itu, demokrasi dipraktekan bersifat langsung, artinya hak rakyat untuk membuat
keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga
negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas. Pada negara kota bentuk
demokrasi dilakukan secara langsung yaitu rakyat berkumpul di suatu tempat
untuk memecahkan masalah secara langsung bersama-sama. Oleh karena itu
demokrasi seperti ini pada jaman yunani kuno dikenal sebagai demokrasi
partisipatif dan tidak mengenal lembaga perwakilan. Pada negara-negara modern
dikembangkan model demokrasi tidak langsung melalui lembaga perwakilan.
Lembaga perwakilan memegang peranan yang penting dalam menata jalannya
roda pemerintahan bagi negara demokrasi modern, walaupun pada mulanya
keberadaan lembaga perwakilan bukan dimaksudkan sebagai perangkat sistem
demokrasi.
Hukum nasional yang demokratis setidaknya mempunyai karakter dan alur
pikir sebagai berikut: a. Hukum nasional dibuat sesuai dengan cita-cita bangsa,
yakni masyarakat adil dan makmur berdasar falsafah negara. b. Hukum nasional
dirancang untuk mencapai tahap tertentu dari tujuan negara sebagaimana tertuang
di dalam Pembukaan UUD 1945. c. Hukum nasional harus menjamin integrasi
10http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4068/DEMOKRASI%20DALAM
%20PILKADA%20DI%20INDONESIA%20(Jurnal%20Humanis%20UNM).pdf?sequence=1.
bangsa dan negara baik teritori maupun ideologi, mengintegrasikan prinsip
demokrasi dan nomokrasi, artinya pembangunan hukum harus mengundang
partisipasi dan menyerap aspirasi masyarakat melalui prosedur dan mekanisme
yang fair, transparan dan akuntabel; dan berorientasi pada pembangunan keadilan
sosial; dan menjamin hidupnya toleransi beragama yang berkeadaban. Sebagai
implementasi dari hal tersebut, maka hukum nasional, harus mengabdi kepada
kepentingan
nasional,
dan
menjadi
pilar
demokrasi
untuk
tercapainya
kesejahteraan rakyat dan secara sosiologi menjadi sarana untuk tercapainya
keadilan dan ketertiban masyarakat. Tujuan dari hukum yang demokratis tidak
saja hanya tercapainya keadilan, akan tetapi juga terciptanya ketertiban (order).
Hukum harus berfungsi menciptakan keteraturan sebagai prasyarat untuk dapat
memberikan perlindungan bagi rakyat dalam memperoleh keadilan, keteraturan
dan ketenangan dan bukan untuk menyengsarakannya.11
Lembaga perwakilan pada negara demokrasi modern sangat penting dalam suatu
negara bangsa. Melalui lembaga perwakilan, persoalan-persoalan yang komplek
dihadapi masyarakat akan dapat diselesaikan. Dengan demikian lembaga
perwakilan berfungsi untuk menjembatani dan menyalurkan aspirasi rakyat dalam
proses penyelenggaraan pemerintahan. Dalam praktek, demokrasi itu dipahami
dan
dijalankan
secara
berbeda-beda,
sehingga
timbul
masalah
antara
wakil(lembaga perwakilan) dan yang diwakilinya(rakyat). Artinya, apa yang
dilakukan oleh wakil rakyat dalam lembaga perwakilan tidak selamanya dapat
diterima oleh rakyat.keadaan ini sering muncul menjadi permasalahan dalam
praktek demokrasi, berkaitan dengan pilihan akan melaksanakan demokrasi elitis
atau demokrasi partisipatoris.
Menurut Arief Sidharta , Scheltema, merumuskan pandangannya tentang unsurunsur dan asas-asas Negara Hukum itu secara baru, yaitu meliputi 5 (lima) hal
sebagai berikut:
1. Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia yang berakar
dalam penghormatan atas martabat manusia (human dignity).
11http://repo.unsrat.ac.id/196/1/MEMBANGUN_HUKUM_NASIONAL_YANG_DEMOKRATIS
_DAN_CERDAS_HUKUM_FRANKIANO_B._RANDANG.pdf.
2. Berlakunya asas kepastian hukum.
Negara Hukum untuk bertujuan menjamin bahwa kepastian hukum terwujud
dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk mewujudkan kepastian hukum dan
prediktabilitas yang tinggi, sehingga dinamika kehidupan bersama dalam
masyarakat bersifat ‘predictable’. Asas-asas yang terkandung dalam atau terkait
dengan asas kepastian hukum itu adalah:
a. Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum;
b. Asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat peraturan tentang cara
pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan pemerintahan;
c. Asas non-retroaktif perundang-undangan, sebelum mengikat undang-undang
harus lebih dulu diundangkan dan diumumkan secara layak;
d. Asas peradilan bebas, independent, imparial, dan objektif, rasional, adil dan
manusiawi;
e. Asas non-liquet, hakim tidak boleh menolak perkara karena alasan
undangundangnya tidak ada atau tidak jelas;
f. Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin perlindungannya dalam
undang-undang atau UUD.
3. Berlakunya Persamaan (Similia Similius atau Equality before the Law)
Dalam Negara Hukum, Pemerintah tidak boleh mengistimewakan orang atau
kelompok orang tertentu, atau memdiskriminasikan orang atau kelompok orang
tertentu. Di dalam prinsip ini, terkandung (a) adanya jaminan persamaan bagi
semua orang di hadapan hukum dan pemerintahan, dan (b) tersedianya mekanisme
untuk menuntut perlakuan yang sama bagi semua warga Negara.
4. Asas demokrasi dimana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang
sama untuk turut serta dalam pemerintahan atau untuk mempengaruhi tindakantindakan pemerintahan. Untuk itu asas demokrasi itu diwujudkan melalui
beberapa prinsip, yaitu:
a. Adanya mekanisme pemilihan pejabat-pejabat publik tertentu yang bersifat
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil yang diselenggarakan secara
berkala;
b. Pemerintah bertanggungjawab dan dapat dimintai pertanggungjawaban oleh
badan perwakilan rakyat;
c. Semua warga Negara memiliki kemungkinan dan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan politik dan mengontrol
pemerintah;
d. Semua tindakan pemerintahan terbuka bagi kritik dan kajian rasional oleh
semua pihak;
e. Kebebasan berpendapat/berkeyakinan dan menyatakan pendapat;
f. Kebebasan pers dan lalu lintas informasi;
g. Rancangan undang-undang harus dipublikasikan untuk memungkinkan
partisipasi rakyat secara efektif.
5. Pemerintah dan Pejabat mengemban amanat sebagai pelayan masyarakat dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan bernegara
yang bersangkutan. Dalam asas ini terkandung hal-hal sebagai berikut:
a. Asas-asas umum peerintahan yang layak;
b. Syarat-syarat fundamental bagi keberadaan manusia yang bermartabat
manusiawi dijamin dan dirumuskan dalam aturan perundang-undangan,
khususnya dalam konstitusi;
c. Pemerintah harus secara rasional menata tiap tindakannya, memiliki tujuan
yangn jelas dan berhasil guna (doelmatig). Artinya, pemerintahan itu harus
diselenggarakan secara efektif dan efisien.12
Pada dasarnya, Indonesia menganut demokrasi pancasila yaitu demokrasi
yang
merupakan
perwujudan
kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang mengendung semangat
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Demokrasi pancasila
juga diartikan sebagai demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara Indonesia
yang dijiwai nilai-nilai luhur Pancasila13.
Namun Implementasi demokrasi pancasila belum bisa seutuhnya
terealisasi karena masih banyaknya rakyat yang kurang bertanggungjawab dan
12https://www.academia.edu/9090259/Kajian_Teoritis_Konsep_Demokrasi_dan_Negara_Hukum_
Rule_of_Law.
13http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/public/content/infoumum/ejurnal/pdf/ejurnal_Jurnal
%20Konstitusi%20FH-UII%20Vol%202%20no%201.pdf.
SDM rendah yang kerjanya hanya menyalahkan pemerintah, sehingga dalam
perkembangan kedepannya Demokrasi Pancasila perlu peran dari pemerintah dan
rakyat yang berintegrasi dalam menerapkan Demokrasi Pancasila dengan penuh
tanggungjawab.
2.2. Perkembangan Demokrasi
Dilihat dari arti kata-katanya, demokrasi mengandung arti pemerintahan
oleh rakyat. Walaupun ditinjau dari segi kata-katanya terlihat sederhana, akan
tetapi sampai sekarang masih belum diperoleh kesamaan pandangan tentang
batasan demokrasi. Hal ini deisebabkan oleh dua hal :
a. Bahwa demokrasi memiliki dua arti dari segi formal dan material.
b. Demokrasi itu sendiri telah da terus mengalami perkembangan.
Perbedaan mendasar tentang demokrasi yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau negara terletak pada arti demokrasi secara material dimana arti
demokrasi tergantung dari ideologi suatu bangsa atau negara masing-masing,
sedangkan dalam arti formal terdapat cukup banyak persamaan-persamaan.
Seperti dalam sejarah, yang sampai sekarang masih berlaku, ada beberapa
landasan falsafah yang dipergunakan oleh demokrasi, yaitu :
-Demokrasi yang mendasarkan diri atas kemerdekaan dan persamaan
-Demokrasi yang mendasarkan diri atas kemajuan dibidang sosial dan ekonomi
-Demokrasi yang mendasarkan diri atas kemerdekaan serta persamaan, dan atas
kemajuan sosial dan ekonomi sekaligus.
Perlakuan demokrasi di setiap negara tidak selalu sama, oleh karena
demokrasi pada kenyataannya, memang tumbuh bukan diciptakan. Maka
setidaknya, negara dikatakan demokratis jika memenuhi syarat sebagaimana
dikemukan oleh Bagir Manan:
1.
Ada kebebasan untuk membentuk dan menjadi anggota perkumpulan.
2.
Ada kebebasan menyatakan pendapat.
3.
Ada hak untuk memberikan suara dalam pemungutan suara.
4.
Ada kesempatan untuk dipilh atau menduduki berbagai jabatan pemerintahan
atau negara.
5.
Ada hak bagi para aktivis politik berkampanye untuk meperoleh dukungan
atau suara.
6.
Terdapat berbagai sumber informasi.
7.
Ada pemilihan yang bebas dan jujur.
8.
Semua lembaga yang bertugas merumuskan kebijakan.14
HUBUNGAN NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI
Negara hukum dan demokrasi adalah dua konsepsi yang saling berkaitan
yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Pada konsepsi demokrasi, di
dalamnya terkandung prinsip-prinsip kedaulatan rakyat (democratie) sedangkan di
dalam konsepsi Negara hukum terkandung prinsip-prinsip negara hokum
(nomocratie), yang masing-masing prinsip dari kedua konsepsi tersebut dijalankan
secara beriringan sebagai dua sisi dari satu mata uang. Paham negara hukum yang
demikian dikenal dengan sebutan “negara hukum yang demokratis”
(democratische rechtsstaat) atau dalam bentuk konstitusional disebut
constitutional democracy. Disebut sebagai “negara hukum yang demokratis”,
karena di dalamnya mengakomodasikan prinsip-prinsip Negara hukum dan
prinsip-prinsip demokrasi.
Lebih lanjut Jimly Asshiddiqie, menegaskan bahwa negara hukum yang bertopang
pada sistem demokrasi pada pokoknya mengidealkan suatu mekanisme bahwa
negara hukum itu haruslah demokratis, dan negara demokrasi itu haruslah
didasarkan atas hukum. Menurutnya, dalam perspektif yang bersifat horizontal
gagasan demokrasi yang berdasarkan atas hukum (constitutional democracy)
mengandung 4 (empat) prinsip pokok, yaitu:
1. Adanya jaminan persamaan dan kesetaraan dalam kehidupan bersama;
2. Pengakuan dan penghormatan terhadap perbedaan atau pluralitas;
3. Adanya aturan yang mengikat dan dijadikan sumber rujukan bersama; dan
4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa berdasarkan mekanisme aturan yang
14 http://www.negarahukum.com/hukum/teori-demokrasi.html.
ditaati bersama dalam konteks kehidupan bernegara, di mana terkait pula dimensidimensi kekuasaan yang bersifat vertical antar institusi negara dengan warga
negara.
Dalam pandangan Jimly Asshiddiqie, keempat prinsip-prinsip pokok dari
demokrasi tersebut lazimnya dilembagakan dengan menambahkan prinsip-prinsip
negara hukum (nomokrasi), yaitu:
1) Pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia;
2) Pembatasan kekuasaan melalui mekanisme kekuasaan dan pembagian
kekuasaan disertai mekanisme penyelesaian sengketa ketatanegaraan antar
lembaga negara, baik secara vertikal maupun horizontal;
3) Adanya peradilan yang bersifat independen dan tidak memihak (independent
and impartial) dengan kewibawaan putusan yang tertinggi atas dasar keadilan dan
kebenaran;
4) Dibentuknya lembaga peradilan yang khusus untuk menjamin keadilan warga
negara yang dirugikan akibat putusan atau kebijakan pemerintahan (pejabat
administrasi negara);
5) Adanya mekanisme judicial review oleh lembaga legislatif maupun lembaga
eksekutif;
6) Dibuatnya konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang mengatur
jaminan-jaminan pelaksana prinsip-prinsip tersebut; dan
7) Pengakuan terhadap asas legalitas atau due process of law dalam keseluruhan
sistem penyelenggaraan negara.
Oleh karena itu, negara hukum itu harus ditopang dengan system demokrasi
karena terdapat korelasi yang jelas antara negara hukum yang bertumpu pada
konstitusi, dengan kedaulatan rakyat yang dijalankan melalui sistem demokrasi.
Dalam sistem demokrasi partisipasi rakyat merupakan esensi dari sistem ini. Akan
tetapi, demokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan arah,
sementara hukum tanpa demokrasi akan kehilangan makna. Menurut Frans
Magnis Suseno, demokrasi yang bukan negara hukum bukan demokrasi dalam arti
yang sesungguhnya. Demokrasi merupakan cara yang paling aman untuk
mempertahankan kontrol atas negara hukum. Dengan demikian dalam negara
hukum yang demokratis, hukum dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip
demokrasi. Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan, dan ditegakkan
dengan “tangan besi” berdasarkan kekuasaan semata (machtsstaat). Sebaliknya,
demokrasi haruslah diatur berdasar atas hukum (rechtsstaat) karena perwujudan
gagasan demokrasi memerlukan instrumen hukum untuk mencegah munculnya
mobokrasi, yang mengancam pelaksanaan demokrasi itu sendiri.
APLIKASI KONSEP NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI DALAM
KETATANEGARAN
Indonesia, sebagai negara yang terlahir pada abad modern melalui Proklamasi 17
Agustus 1945 juga “mengklaim” dirinya sebagai Negara hukum. Hal ini
terindikasikan dari adanya suatu ciri negara hukum yang prinsip-prinsipnya dapat
dilihat pada Konstitusi Negara R. I. (sebelum dilakukan perubahan), yaitu dalam
Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh (non Pasal-pasal tentang HAM), dan
Penjelasan UUD 1945 dengan rincian sebagai berikut:
1. Pembukaan UUD 1945, memuat dalam alinea pertama kata “perikeadilan”,
dalam alinea kedua “adil”, serta dalam alinea keempat terdapat perkataan
“keadilan sosial”, dan “kemanusiaan yang adil”. Semua istilah itu berindikasi
kepada pengertian negara hukum, karena bukankah suatu tujuan hukum itu untuk
mencapai negara keadilan. Kemudian dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea
keempat juga ditegaskan “maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia”.
2. Batang Tubuh UUD 1945, menyatakan bahwa “Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undangundang Dasar (Pasal 14).
Ketentuan ini menunjukkan bahwa presiden dalam menjalankan tugasnya harus
mengikuti ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan dalam Undang-undang
Dasar. Pasal 9 mengenai sumpah Presiden dan Wakil Presiden “memegang teguh
Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya
selurus-lurusnya”. Melarang Presiden dan Wakil Presiden menyimpang dari
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam menjalankan tugasnya suatu
sumpah yang harus dihormati oleh Presiden dan Wakil Presiden dalam
mempertahankan asas negara hukum. Ketentuan ini dipertegas lagi oleh Pasal 27
UUD 1945 yang menetapkan bahwa “segala warga negara bersamaan
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Pasal ini selain menjamin prinsip equality before the law, suatu hak demokrasi
yang fundamental, juga menegaskan kewajiban warga negara untuk menjunjung
tinggi hukum suatu prasyarat langgengnya negara hukum; dan
3. Penjelasan UUD 1945, merupakan penjelasan autentik dan menurut Hukum
Tata Negara Indonesia, Penjelasan UUD 1945 itu mempunyai nilai yuridis,
dengan huruf besar menyatakan: “Negara Indonesia berdasarkan atas hukum
(rechtsstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat)”. Ketentuan
yang terakhir ini menjelaskan apa yang tersirat dan tersurat telah dinyatakan
dalam Batang Tubuh UUD 1945.
Dari ketiga ketentuan di atas, penegasan secara eksplisit Indonesia sebagai negara
hukum dapat dijumpai dalam Penjelasan UUD 1945. Lain halnya dengan dua
konstitusi (Konstitusi RIS dan UUDS 1950) yang pernah berlaku di Indonesia,
terdapat penegasan secara eksplisit rumusan Indonesia sebagai negara hukum.
Dalam Mukaddimah Konstitusi RIS misalnya disebutkan pada alinea ke-4; “untuk
mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian, dan kemerdekaan dalam
masyarakat dan Negara hukum Indonesia Merdeka yang berdaulat sempurna”.
Kemudian di dalam Pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS juga disebutkan; “Republik
Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu Negara hukum yang
demokrasi dan berbentuk federasi”.
Demikian pula halnya, di dalam Mukaddimah UUDS 1950 pada alinea keempat
menyebutkan: Maka demi ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu
Piagam Negara yang berbentuk Republik Kesatuan, berdasar pengakuan
Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan dan
Keadilan Sosial untuk mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian, dan
kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum Indonesia Merdeka yang
berdaulat sempurna. Kemudian di dalam Pasal 1 ayat (1) UUDS 1950 disebutkan;
Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah negara hukum yang
demokratis dan berbentuk kesatuan.
Setelah UUD 1945 dilakukan perubahan, rumusan negara hukum Indonesia yang
semula hanya dimuat secara implisit baik di dalam Pembukaan maupun Batang
Tubuh UUD 1945 dan secara eksplisit dimuat di dalam Penjelasan UUD 1945,
penempatan rumusan negara hukum Indonesia telah bergeser kedalam Batang
Tubuh UUD 1945 yang secara tegas dinyatakan di dalam Pasal 1 ayat (3) UUD
1945 yang berbunyi: Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Jika dikaitkan
dengan unsur-unsur negara hukum sebagaimana uraian pada pembahasan di atas,
maka dapat ditemukan pengaturan unsur-unsur negara hukum dalam Batang
Tubuh UUD 1945 sebagai berikut:
1. Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM);
2. Pemisahan/pembagian kekuasaan;
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang; dan
4. Peradilan administrasi yang berdiri sendiri.
Dengan demikian, dalam sistem konstitusi Negara Indonesia cita negara hukum
itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan gagasan kenegaraan
Indonesia sejak kemerdekaan. Meskipun dalam pasal-pasal UUD 1945 sebelum
perubahan, ide Negara hukum itu tidak dirumuskan secara eksplisit, tetapi dalam
penjelasannya ditegaskan bahwa Indonesia menganut ide ‘rechtsstaat’, bukan
‘machtsstaat’. Sementara dalam Konstitusi RIS Tahun 1949, ide Negara hukum itu
bahkan tegas dicantumkan, demikian pula dalam UUDS 1950, kembali rumusan
bahwa Indonesia adalah negara hukum dicantumkan dengan tegas. Bahkan dalam
Perubahan Ketiga pada tahun 2001 terhadap UUD Negara RI Tahun 1945,
ketentuan mengenai negara hukum ini kembali dicantumkan secara tegas dalam
Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi: “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
KONSEPSI KONSTITUSI HIJAU DALAM PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA
Bagi sebagaian besar negara temasuk Indonesia, konstitusi termasuk
klasifikasi konstitusi derajat tinggi sebagai konstitusi yang mempunyai kedudukan
tertinggi dalam negara. Dalam setiap negara selalu terdapat berbagai tingkat
peraturan perundang-undangan baik dilihat dari isinya maupun ditinjau dari
bentuknya, salah satunya berupa konstitusi yang termasuk dalam kategori
tertinggi, apabila dilihat dari segi bentuknya berada diatas peraturan perundangundangan yang lain. Dalam praktek, tidak banyak negara mencamtumkan hak
asasi dalam konstitusinya, khususnya berkenaan dengan perlindungan terhadap
lingkungan. Sehingga dalam menyikapi suatu perubahan dalam ketentuanketentuan baru untuk diatur dan dirumuskan dalam kontitusi memerlukan
perubahan konstitusi suatu negara melalui proses yang diatur dalam ketentuan
konstitusi tersebut, pengaturan hukum nasional menjadi hal yang penting apabila
hal tersebut berkenaan dengan kepentingan internasional, sehingga peran
konstitusi negara sebagai suatu acuan dan pedoman menjadi sangat penting
sebagai salah satu peran dan tanggung jawab negara kepada masyarakat
internasional dan warga negaranya bagi keberlangsungan kehidupan dan
Lingkungan sebagai warisan bagi generasi yang akan datang.
Salah satu ide dan perkembangan dalam upaya perlindungan terhadap
lingkungan adalah menempatkan pengaturan hak asasi terhadap lingkungan dalam
konstitusi negara sebagai komitmen terhadap perlindungan dan pengelolaan
Lingkungan hidup. Konstitusi hijau (Green Constitution) menjadi salah satu hal
yang menjawab berbagai macam kekhawatiran masyarakat berkenaan dengan
penurunan fungsi lingkungan sebagaimana penyataan bahwa :
“ Negeri ini sedang melihat proses kegentingan ekologi yang tak terbendung,
bencana ekologis mengancam dimana jutaan rakyat terus bertaruh atas
keselamatan diri dan keluarga mereka akibat lemahnya peran negara didalam
melindungi keselamatan warga negaranya sebagaimana yang diamanatkan dalam
Konstitusi negara”.15
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) alinea keempat
menyatakan bahwa negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia,
seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum. Negara
mempunyai tanggung jawab terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup (sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya budaya). Lebih
lanjut Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 Amandemen Kedua menegaskan bahwa
setiap orang berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Dalam
upaya mencapai tujuan nasional, dilakukanlah kegiatan pembangunan nasional
sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi
seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.Kegiatan tersebut
memungkinkan terjadinya pemanfaatan sumber daya secara berlebihan sehingga
mengakibatkan pencemaran dan perusakan lingkungan secara global.
Secara sistemik, dalam sistem hukum nasional yang berdasarkan pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) setiap bidang hukum merupakan bagian
dari sistem nasional serta harus bersumber pada pancasila dan UUD 1945. Setiap
bidang hukum nasional itu bersumber pada pancasila, berlandaskan UUD 1945
dan terdiri dari sejumlah peraturan perundang-undangan, yurisprudensi maupun
hukum kebiasaan termasuk hukum lingkungan. Dengan menggunakan pola atau
kerangka pemikiran tersebut kita akan berfikir sistemik, walaupun masing-masing
15 Maret Priyanta, Penerapan Konsep Konstitusi Hijau (Green Constitution) di Indonesia Sebagai
Tanggung Jawab Negara Dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal
Konstitusi, Volume 7, Nomor 4, Agustus 2010.
bidang hukum itu dapat berkembang sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Hukum
lingkungan dalam pengertian yang paling sederhana sebagai hukum yang
mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup). Lingkungan hidup sebagai
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain.16
Berkenaan dengan hak asasi manusia dimana hakikat HAM sendiri adalah
merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui
aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum.
Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi HAM
menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah, dan
Negara17. Hak asasi manusia yang berhubungan tentang hak atas lingkungan hidup
sebetulnya Indonesia telah memberikan pengaturan dalam Pasal 28 H UndangUndang Dasar 1945 Amandemen Kedua Tahun 2000 menyatakan bahwa “setiap
orang berhak ……..mendapatkan lingkungan hidup yang sehat…” Namun
pengaturan ini dirasakan masih terlalu abstrak dalam pelaksanaannya. Berkenaan
dengan Negara harus memberikan dorongan kepada setiap orang dan badan
hukum untuk melindungi alam dan harus mempromosikan sikap penghormatan
kepada semua elemen dalam satu kesatuan ekosistem tidak diatur secara tegas
dalam konstitusi dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan negara melindungi segenap tumpah darah Indonesia dan diatur pula
dalam berbagai Undang-Undang di bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dalam hal negara harus melakukan prinsip kehati-hatian dan mengadakan
pembatasan dalam semua aktivitas yang dapat mengarah kepada pemusnahan
spesies, perusakan ekosistem atau menyebabkan perubahan permanen pada sirkuk
alam di atur dalam Undang-Undang dan Peraturan-peraturan pemerintah yang
lebih teknis seperti ketentuan mengenai kewajiban bagi kegiatan usaha untuk
melakukan analisis mengenai dampak Lingkungan (AMDAL). Berkenaan dengan
kegiatan dalam pemanfaatan sumber daya alam diatur dalam Pasal 33 ayat (3)
yang menyatakan bahwa Bumi Air dan kekayaan alam yang terkandung di
16 Ibid.
17 Budiyono dan Rudy. Konstitusi dan HAM. Bandar Lampung: Justice Publisher,2014. hlm. 68.
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat dan hal inipun menjadi permasalahan karena dijadikan dasar
bagi sektor-sektor untuk membuat undang-undang sehingga menjadikan tidak
harmonis dan sinkron-nya peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan
hidup.18 Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 juga menegaskan adanya prinsip
berkelanjutan yang terkandung dalam asas demokrasi ekonomi yang dianut oleh
konstitusi Indonesia. Dapat dijelaskan bahwa kata “berkelanjutan” itu sebenarnya
berkaitan dengan konsep sustainable development atau dalam bahasa Indonesia
disebut pembangunan berkelanjutan. Hal ini terkait juga dengan perkembangan
gagasan tentang pentingnya wawasan pemeliharaan, pelestarian, dan perlindungan
lingkungan hidup yang sehat, dimana telah menjadi wacana dan kesadaran umum
diseluruh penjuru dunia untuk menerapkannya dalam praktik19.
Konstitusi di Indonesia dipahami sebagai suatu naskah tertulis, tertinggi
dan berlaku serta dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara. Suatu hal yang
positif apabila konstitusi memut hal-hal maupun hak-hak berkenaan dengan
pengelolaan lingkungan hidup dalam konstitusi Penegasan hak atas Lingkungan
akan mencegah tumpang tindih peraturan perundang-undangan serta membuat
peraturan perundang-undangan menjadi harmonis karena bersumber langsung
kepada konstitusi.
Setiap negara yang mengaku sebagai demokrasi konstitusional harus
menjamin hak asasi manusia yang fundamental tersebut sebagai hak
konstitusional. Oleh karena itu Indonesia sebagai negara demokrasi konstitusional
sudah seharusnya memberikan jaminan konstitusional akan lingkungan yang baik
di konstitusi. Jaminan konstitusional lingkungan dalam konstitusi dapat bernilai
positif terhadap perlindungan lingkungan dalam beberapa hal. Pertama, jaminan
konstitusional memebrikan dasar akan hubungan negara rakyat dan lingkungan.
Ketentuan konstitusional mempunyai ranking tertinggi dalam hierarki norma
sehingga memberikan kepastian dan kekuatan lebih dari UU, peraturan
administrasi, atau putusan pengadilan.20
18 Opcit.
19 Jimly Asshiddiqie, Green Constitution, Jakarta: Rajawali Pers, 2010. hlm. 133.
20 Rudy, Dari Putusan Hijau Mahkamah Konstitusi ke Green Constitution (Refleksi Dinamika
Putusan MK dan Penguatan Perlindungan Konstitusional dalam UUD 1945). Dinamika Hukum
Lingkungan: Mengawal Spirit Konstitusi Hijau. Bandar Lampung, Indepth Publishing, 2015. hlm.
72.
Kedua, ketentuan konstitusional dapat menjadi elemen koordinasi dalam
perlindungan lingkungan. Dalam konteks ini, jaminan konstitusional dalam
konstitusi dapat menjadi mercusuar koordinasi bagi seluruh instrument hukum
perlindungan lingkungan, dengan demikian memudahkan bagi pengajuan
constitutional review terhadap pengaturan yang merugikan lingkungan.21
Ketiga, jaminan konstitusional dapat memupuk dan memberdayakan
partisipasi masyarakat yang lebih besar dalam perlindungan lingkungan.22
BAB. III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Konsep negara Rule of Law merupakan konsep negara yang dianggap
paling ideal saat ini, meskipun konsep tersebut dijalankan dengan persepsi yang
21 Ibid.
22 Ibid.
berbeda-beda. Terhadap istilah “ rule of law” ini dalam bahasa Indonesia sering
juga diterjemahkan sebagai “supremasi hukum” (supremacy of law) atau “
Pemerintahan Berdasarkan atas hukum. Disamping Itu, istilah “ Negara Hukum”
(Goverment by law) atau rechstaat, juga merupakan istilah yang sering digunakan
untuk itu. Pengakuan kepada suatu negara sebagai negara hukum sangat oenting,
karena kekuasaan negara dan politik bukanlah tidak terbatas (Tidak Absolut).
Perlu pembatasan-pembatasan terhadap kewenangan dan kekuasaan negara dan
politik tersebut, untuk menghindari timbulnya kesewenang-wenangan dari pihak
penguasa.
Pada konsepsi demokrasi, di dalamnya terkandung prinsip-prinsip
kedaulatan rakyat (democratie) sedangkan di dalam konsepsi Negara hukum
terkandung prinsip-prinsip negara hokum (nomocratie), yang masing-masing
prinsip dari kedua konsepsi tersebut dijalankan secara beriringan. Paham negara
hukum yang demikian dikenal dengan sebutan “negara hukum yang demokratis”
(democratische
rechtsstaat)
atau
dalam
bentuk
konstitu
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
NAMA
: DWI ZAEN PRASETYO
NPM
: 1212011101
MATA KULIAH
: NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
BAB .I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945, sebagai konstitusi tertulis di Indonesia dan juga
merupakan refleksi dari cita-cata hukum bangsa Indonesia, secara eksplisit telah
menggariskan beberapa prinsip dasar. Salah satu prinsip dasar yang mendapatkan
penegasan dalam perubahan UUD 1945 (perubahan keempat) adalah prinsip
negara hukum, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 Ayat (3) yang menyatakan
bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Jauh sebelum termuat dalam
UUD 1945 secara historis negara hukum (rechtsstaat) adalah negara yang
diidealkan oleh para pendiri bangsa (founding fathers) sebagaimana dituangkan
dalam penjelasan umum UUD 1945 sebelum perubahan tentang sistem
pemerintahan negara yang menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasar atas
hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machtsstaat).
Berkenaan dengan Negara hukum, di Indonesia apa yang tersirat dalam konstitusi
tersebut baru hanya sebatas cita-cita. Negara Indonesia ialah ‘rechtsstaat’, bukan
‘machtsstaat’ (negara kekuasaan) atau pun korporatokrasi. Namun demikian, yang
menjadi masalah pokok kita sekarang ini adalah bahwa perwujudan cita Negara
Hukum itu sendiri masih sangat jauh dari kenyataan. Bahkan, dari waktu ke
waktu, ciri-ciri negara hukum ideal itu sendiri dalam kenyataannya juga belum
kunjung mendekati yang harapan. Berbicara mengenai konsep Negara hukum, ada
satu hal yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu demokrasi. Hal ini dikarenakan
dalam suatu Negara yang menganut sistem demokrasi, hukum merupakan suatu
hal yang sangat prioritas dan keduanya tidak bias dipisahkan. Hubungan antara
hukum dan demokrasi dapat diibaratkan sebagai sosok Pria dan Wanita , walaupun
terapat perbedaan tetapi dalam satu sisi tidak dapat dipisahkan, dalam arti bahwa
kualitas hukum yang berlaku disuatu Negara juga menentukan kualitas demokrasi
yang berlaku di negara tersebut. Artinya, Negara-negara yang memiliki watak dan
menjunjung tinggi demokrasi akan melahirkan pula hukum-hukum yang berwatak
demokratis, sedangkan Negara-negara yang otoriter atau non demokratis akan
melahirkan hukum-hukum yang non demokratis. Negara yang demokratis akan
melahirkan hukum yang demokratis pula, sedangkan Negara yang otoriter
tentunya akan melahirkan hukum yang tidak demokratis. Begitu juga dalam
hubungannya dengan Perlindungan Lingkungan Hidup, dimana untuk saat ini
Lingkungan
hidup
merupakan
hal
yang
dapat
dikatakan
riskan
bagi
keberlangsungan hidup semua makhluk tidak terkecuali manusia. Manusia sebagai
salah satu makhluk yang berkuasa di bumi patut merenung, dan lebih
memperhatikan nasib kondisi alam di dalam tempat tinggalnya. Pada praktiknya,
kehancuran alam sedikit demi sedikit semakin terasa, tak hanya dalam lingkup
Nasional Republik Indonesia tetapi juga dalam lingkup Dunia Internasional,
Pemerintah sebagai Penyelenggara Negara memiliki peran besar terhadap
pelestarian
Lingkungan
Hidup,
dan
tegas
terhadap
pengaturan
akan
pelestariannya, untuk itu penjagaan dan pelestarian lingkungan hidup tidak cukup
hanya dengan diatur dalam Undang-undang saja, tetapi haruslah dimasukkan
kedalam Konstitusi itu sendiri, karena konstitusi adalah supremasi hukum
tertinggi di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, jadi jika Pelestarian dan
perlindungan Lingkungan hidup diatur dalam Konstitusi maka penjagaan akan hal
tersebut akan semakin kuat.
Penuangan kebijakan Lingkungan (Green Policy) ke dalam produk perundangundangan juga bisa diterjemahkan dalan bahasa Inggris dengan green Legislation.
Karena itu jika norma hukum tersebut diadopsikan ke dalam teks Undang-undang
dasar, maka hal itu disebut Green Constitution 1. Pada prinsipnya, green
constitution melakukan konstitusionalisasi norma hukum lingkungan ke dalam
konstitusi melalui menaikkan derajat norma perlindungan lingkungan hidup ke
tingkat
konstitusi.
berkelanjutan
yang
Dengan
demikian,
berwawasan
pentingnya
lingkungan
dan
prinsip
pembangunan
perlindungan
terhadap
lingkungan hidup menjadi memiliki pijakan yang kuat dalam peraturan
perundang-undangan. Atas dasar itu, green constitution kemudian mengintrodusir
terminologi dan konsep yang disebut dengan ekokrasi (ecocracy) yang
menekankan pentingnya kedaulatan lingkungan.
1 Jimly Asshiddiqie, Green Constitution Nuansa Hijau, Jakarta:Rajawali Pers, 2010. hlm. 4.
Dalam konteks Indonesia, green constitution dan ecocracy tercermin dalam
gagasan tentang kekuasaan dan hak asasi manusia serta konsep demokrasi
ekonomi sebagaimana ditegaskan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.Kekuasaan tertinggi atau kedaulatan yang ada di tangan
rakyat yang tercermin dalam konsep hak asasi manusia atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat sebagaimana dimaksud oleh Pasal 28H Ayat (1) dan pasal 33
Ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, serta tercermin pula dalam konsep
demokrasi yang dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan (subtasinable
development) dan wawasan lingkungan. Hal-hal itulah yang memberikan basis
konstitusional bagi green constitution. Dengan demikian, norma perlindungan
lingkungan hidup di Indonesia sebetulnya kini telah memiliki pijakan yang
semakin kuat. Namun, masih belum banyak pembuat kebijakan publik maupun
masyarakat luas di Tanah Air yang mengetahui dan memahami tentang hal yang
penting ini. Itulah sebabnya diperlukan program untuk menyebarluaskan
pengetahuan pemahaman tentang green constitution dan ecocracy tersebut.
Program Green Constitution ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan,
diantaranya:
a. bagaimanakah hubungan dan aplikasi konsep Negara hukum dan demokrasi
dalam system ketatanegaraan Indonesia?
b. Bagaimana Konsepsi Konstitusi Hijau dalam Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Indonesia?
BAB. II. PEMBAHASAN
1. Konsep Negara hukum dan demokrasi
a. Konsep Negara Hukum
Istilah “the rule of law” mulai populer dengan terbitnya sebuah buku dari
Albert Venn Dicey tahun 1885 dengan judul “Introduction to the study of the law
of de constitution”. Dari latar belakang dan dari sistem hukum yang menopangnya
terdapat perbedaan antara konsep “rechtsstaat” dengan konsep “the rule of law”
meskipun dalam perkembangan dewasa ini tidak dipermasalahkan lagi
perbebadaan antara keduanya karena pada dasarnya kedua konsep itu
mengarahkan dirinya pada satu sasaran yang utama yaitu pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Meskipun dengan sasaran yang
sama tetapi keduanya tetap berjalan dengan sistem sendiri yaitu sistem hukum
sendiri. Konsep “rechtsstaat” lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme
sehingga sifatnya revolusioner sebaliknya konsep “the rule of law” berkembang
secara evolusioner. Hal ini nampak dari isi atau kriteria rechtstaat dan kriteria the
rule of law2.
Konsep negara Rule of Law merupakan konsep negara yang dianggap
paling ideal saat ini, meskipun konsep tersebut dijalankan dengan persepsi yang
berbeda-beda. Terhadap istilah “ rule of law” ini dalam bahasa Indonesia sering
juga diterjemahkan sebagai “supremasi hukum” (supremacy of law) atau “
Pemerintahan Berdasarkan atas hukum. Disamping Itu, istilah “ Negara Hukum”
(Goverment by law) atau rechstaat, juga merupakan istilah yang sering digunakan
untuk itu. Pengakuan kepada suatu negara sebagai negara hukum sangat oenting,
karena kekuasaan negara dan politik bukanlah tidak terbatas (Tidak Absolut).
Perlu pembatasan-pembatasan terhadap kewenangan dan kekuasaan negara dan
politik tersebut, untuk menghindari timbulnya kesewenang-wenangan dari pihak
penguasa.3
2http://akademik.nommensenid.org/portal/public_html/JURNAL/TULISAN%20MARTHIN
%20SIMANGUNSONG/Analisis%20Yuridis.pdf.
3 Munir Faudi, Teori Negara Hukum Modern, Bandung: Refika Aditama, 2011. hlm. 1-2.
Dalam negara hukum tersebut, pembatasan terhadap kekuasaan negara dan
politik haruslah dilakukan dengan jelas, yang tidak dapat dilanggar oleh siapapun.
Karena itu, dalam negara hukum, hukum memainkan peranannya yang sangat
penting, dan berada di atas kekuasaan negara dan politik. Karena itu pula muncul
suatu istilah “Pemerintahan dibawah Hukum”. Maka terkenallah konsep tersebut
didalam sistem hukum dalam negara-negara comon law disebut “Pemerinatahan
berdasarkan hukum, bukan berdasarkan (Kehendak) Manusia” (Goverment by
law, not by men). Sedangkan dinegara-negara eropa kontinental dikenal konsep
negara hukum (rechstaat), sebgai lawan dari “ Negara Kekuasaan” (machstaat).
Rechstaat ini adalah istilah bahasa Belanda yang memiliki pengertian yang sejajar
dengan pengertian rule of law di negara-negara yang berlaku sistem hukum Anglo
Saxon. Dalam bahasa Indonesia sering disebut juga dengan istilah “Negara
Hukum”, atau dalam bahasa Perancis disebut juga dengan “ Etat de Droit”
sedangkan dalam bahasa Italia disebut dengan “Stato di Diritto”. Dalam konsep
Negara Hukum versi Eropa Kontinental ini, prinsip supremasi hukum
( Supremacy of law) merupakan inti utamanya, menurut Dicey, makna dan
supremaci hukum , dengan mengutip hukum klasik dari pengadilan-pengadilan di
Inggris, adalah sebagai berikut: Hukum menduduki tempat tertinggi, lebih tinggi
dari kedudukan raja, terhadapnya raja dan pemerintahannya harus tunduk, dan
tanpa hukum maka tidak ada raja dan tidak ada pula kenyataan hukum ini.4
Dalam era negara hukum dalam keadaan pengecualian, kebebasankebebasan tertentu dari rakyat baik yang asasi maupun yang bukan asasi
dikecualikan keberlakuannya untuk sementara sesuai keadaan dan urgensi
tegaknya hukum. Kebebasan-kebebasan rakyat paling minim adalah dalam
keadaan perang. Dilema bagi Negara-negara sementara berkembang adalah karena
mereka untuk dapat maju harus mengadakan pembangunan secara berencana. Hal
mana berarti bahwa status negara hukum dalam keadaan pengecualian.
Konsekuensi negara hukum dalam keadaan pengcualian adalah bahwa aparat
negara terutama aparat kepolisian dan tentara dalam hal-hal tertentu dapat
bertindak sangat jauh dalam mencampuri kehidupan sosial ekonomi. Materi
hukum baik yang tidak asasi maupun yang asasi dapat untuk sementara
4 Ibid. hlm. 2.
dikecualikan demi proses kemajuan negara hukum sementara berkembang menuju
negara maju atau demi mengatasi kesulitan sosial dan eksistensi tertentu pada
wilayah dan tempat tertentu.5
Dengan demikian sejak kelahirannya, konsep Negara Hukum atau rule of
law ini memang sebagai usaha untuk membatasi kekuasaan penguasa negara agar
tidak menyalahgunaan kekuasaan untuk menindas rakyatnya. Sehingga, dapat
dikatakan bahwa dalam suatu Negara Hukum, semua orang harus tunduk kepada
hukum yang adil. Tidak ada seorang pun termasuk penguasa negara yang kebal
terhadap hukum. Dalam hal ini, konsep Negara Hukum sangat tidak bisa
menolerir baik terhadap sistem pemerintahan totaliter, diktator atau fascis,
maupun terhadap sistem pemerintahan yang berhaluan anarkis. Dan, karena sistem
negara totaliter/diktator sering memperlakukan rakyat dengan semena-mena tanpa
memperhatikan harkat, martabat, dan hak-haknya, maka perlindungan hak-hak
fundamental dari rakyat menjadi salah satu esensi dari suatu negara hukum.6
b. Sejarah Negara Hukum
Pemikiran atau konsepsi manusia tentang negara hukum lahir dan
berkembang seiring dengan perkembangan sejarah manusia, oleh karena itu,
meskipun konsep negara hukum dianggap sebagai konsep universal, pada tataran
implementasi ternyata memiliki karakteristik beragam.
Pemikiran-pemikiran tentang konsep negara hukum sebelum konsep
negara hukum berkembang seperti sekarang ini, diantaranya dikemukakan oleh
beberapa ahli berikut ini7:
A: Plato mengemukakan konsep nomoi yang dapat dianggap sebagai cikal bakal
pemikiran tentang negara hukum. Dalam nomoi Plato mengemukakan bahwa
penyelenggaraan negara yang baik ialah yang didasarkan pada pengaturan
(hukum) yang baik.
5 Willy D.S, Negara Hukum dalam Keadaan Pengecualian, Jakarta: Sinar Grafika, 2013. hlm. 4748.
6 Opcit.
7 http://www.spocjournal.com/hukum/389-konsep-negara-hukum-dan-demokrasi-dalam-ajaranconfucius.html.
B: Aristoteles mengemukakan ide negara hukum yang dikaitkannya dengan arti
negara yang dalam perumusannya masih terkait kepada “polis”. Bagi Aristoteles,
yang memerintah dalam negara bukanlah manusia, melainkan pikiran yang adil,
dan kesusilaanlah yang menentukan baik buruknya suatu hukum. Manusia perlu
dididik menjadi warga negara yang baik, yang bersusila, yang akhirnya akan
menjelmakan manusia yang bersifat adil. Apabila keadaan semacam itu telah
terwujud, maka terciptalah suatu “negara hukum”, karena tujuan negara adalah
kesempurnaan warganya yang berdasarkan atas keadilan.
C: Machiavelli, seorang sejarawan dan ahli negara telah menulis bukunya yang
terkenal “II Prinsipe (The Prince)”, mengemukakan dalam usaha untuk
mewujudkan supaya suatu negara menjadi suatu negara nasional raja harus merasa
dirinya tidak terikat oleh norma-norma agama maupun norma-norma akhlak. Raja
dianjurkan supaya jangan berjuang dengan mentaati hukum; raja harus
menggunakan kekuasaan dan kekerasan seperti halnya juga binatang.
D: Jean Bodin jugua menganjurkan absolutisme raja. Jean Bodin berpendapat
bahwa dasar pemerintah absolut terletak dalam kedaulatan yaitu kekuasaan raja
yang superior.
E: Thomas Hobbes dalam teorinya yaitu teori hobbes, perjanjian masyarakat yang
tidak dipakai untuk membangun masyarakat (civitas) melainkan untuk
membentuk kekuasaan yang diserahkan kepada raja. Raja bukan menerima
kekuasaan dari masyarakat melainkan ia memperoleh wewenang dan kuasanya
kepada raja, maka kekuasaan raja itu mutlak.
Perlawanan terhadap kekuasaan yang mutlak dari raja secara konkret
dilaksanakan dengan memperjuangkan sistem konstitusional, yaitu sistem
pemerintahan yang berdasarkan konstitusi. Pemerintah tidak boleh dilakukan
menurut kehendak raja saja, melainkan harus didasrkan pada hukum konstitusi.
Perjuangan konstitusional yang membatasi kekuasaan raja banyak dipengaruhi
oleh berbagai perkembangan, di antaranya:
a) Reformasi
b) Renaissance
c) Hukum Kodrat
d) Timbulnya kaum borjuis beserta aliran Pencerahan Akal.
Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat pada
waktu, lahir pula gagasan atau pemikiran untuk melindungi hak-hak asasi manusia
yang dipelopori oleh pemikir-pemikir Inggris dan perancis yang sangat
mempengaruhi tumbangnya absolutismne dan lahirnya negara hukum. Paham
negara Rule of law yang membatasi kekuasaan penguasa negara sesuai dengan
hukum tertinggi sebagaimana terdapat dalam konstitusi atau Konvensi dalam
sistem ketatanegaraan ini, berkembang juga di negara-negarayang menganut
sistem hukum Anglo Saxon. Pembatasan kekuasaan kepala negara dengan
memberikan perlindungan kepada hak-hak rakyat ini di Inggris sudah dikenal
dalam Dokumen Magna Charta 1215, atau di negara Amerika Serikat dengan
Konstitusinya yang mulai berlaku sejak Revolusi Amerika Serikat tahun 1776.8
c. Unsur-unsur Negara Hukum
Setelah mengalami beberapa perkembangan pemikiran konsep negara
hukum kemudian mengalami penyempurnaan, yang secara umum diantaranya:
a. Sistem pemerintahan negara yang didasarkan atas kedaulatan rakyat;
b.Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus
berdasarkan atas hukum atau peraturan perundang-undangan;
c. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara);
d. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara;
e. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle) yang
bebas dan mandiri, dalam arti lembaga peradilan tersebut benar-benar tidak
memihak dan tidak berada dibawah pengaruh eksekutif;
f. Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau warga negara
untuk turut serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang
dilakukan oleh pemerintah;
g. adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang merata
sumber daya yang diperlukan bagi kemakmuran warga negara.
d. Negara Indonesia sebagai Negara Hukum
8 Munir Faudi, Teori Negara Hukum Modern, Bandung: Refika Aditama, 2011. hlm. 28.
Negara Indonesia sebagai negara hukum dapat diketahui dalam :
a. Bab 1 pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, Negara Indonesia adalah
Negara Hukum;
b. Pembukaan dicantumkan kata-kata: Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia;
c. bab X Pasal 27 ayat (1) disebutkan segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
itu dengan tidak ada kecualinya;
d. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 (yang sudah dihapus) disebutkan
dalam Sistem Pemerintahan Negara, yang maknanya tetap bisa dipakai, yaitu
Indonesia ialah negara berdasar atas hukum (rechtsstaat). Tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (machtstaat);
e. Sumpah/Janji Presiden/Wakil Presiden ada kata-kata “memegang teguh
Undang-Undang Dasar dan segala undang-undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya”;
f. Bab XA Hak Asasi Manusia Pasal 28 i ayat (5), disebutkan bahwa “Untuk
penegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara
hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan;
g. Sistem hukum yang bersifat nasional;
h. Hukum dasar yang tertulis (konstitusi), hukum dasar tak tertulis (konvensi);
i. Tap MPR No.III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan;
j. Adanya peradilan bebas.
2. Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah sistem politik ideal dan ideologi yang berasal dari Barat.
Demokrasi ini kemudian dibangun dan dikembangkan secara pesat sebagai suatu
rangkaian intusi dan praktek berpolitik yang telah sejak lama dilaksanakan untuk
merespon perkembangan budaya, dan berbagai tantangan sosial dan lingkungan di
masing-masing negara. Dalam praktek penyelenggaraan demokrasi sering terjadi
permasalahan yaitu masalah bagaimana pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat dan
untuk rakyat dipraktekan secara riil dan efektif dalam kehidupan nyata.
Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya sebab
dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi
Negara dijamin. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian yang diberikan untuk
istilah demokrasi ini selalu memberi posisi penting bagi rakyat kendati secara
operasional implikasinya di berbagai Negara tidak sama9.
Secara historis tercatat bahwa prinsip demokrasi lahir sebagai saudara
kembar dari prinsip hukum dalam negara-negara demokrasi moderen. Jadi
demokrasi dan hukum lahir dari ibu kandung yang sama sehingga sering muncul
adigum bahwa demokrasi dan hukum ibarat dua sisi dari sebuah mata uang. Tidak
akan ada demokrasi tanpa ada hukum yang tegak dan tidak akan ada hukum yang
tegak tanpa pembangunan kehidupan politik yang demokratis. Demokrasi
memiliki kecendrungan yang sama dalam hal prinsip-prinsip yang dianut.
Beberapa prinsip demokrasi yang berlaku secara universal, antara lain:
1. Keterlibatan warga Negara dalam penbuatan keputusan politik Ada dua
pendekatan tentang keterlibatan warga Negara yaitu teori elitis dan partisipator
Pendekatan elitis adalah pembuatan kebijakan umum namun menuntut adanya
kualitas tanggapan pihak penguasa dan kaum elit, hal ini dapat kita lihat pada
demokrasi perwakilan. Pendekatan partisipatori adalah pembuatan kebijakan
umum yang menuntut adanya keterlibatan yang lebih tinggi.
2. Persamaan diantara warga Negara8 Tingkat persamaan yang ditunjukan
biasanya yaitu dibidang politik, hukum,bkesempatan ekonomi sosial dan hak
Kebebasan atau kemerdekaan yang diakui dan dipakai oleh warga Negara.
3. Supremasi Hukum Penghormatan terhadap hukum harus dikedepankan
baik oleh penguasa maupun rakyat, tidak terdapat kesewenang–wenangan yang
biasa dilakukan atas nama hukum, karena itu pemerintahan harus didasari oleh
hukum yang berpihak pada keadilan.
4. Pemilu berkala Pemilihan umum, selain mekanisme sebagai
menentukan komposisi pemerintahan secara periodik, sesungguhnya merupakan
9 Moh. Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.
19.
sarana utama bagi partisipasi politik individu yang hidup dalam masyarakat yang
luas, kompleks dan modern.10
2. 1. Demokrasi Dalam Konsep.
Istilah demokrasi berasal dari dua kata pada masa yunani yang disebut
yaitu demos dan kratos. Menurut artinya secara harfiah yang dimaksud demokrasi
adalah pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat. Demokrasi menyiratkan arti
kekuasaan pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk
rakyat.
Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan negara
dan hukum Yunani Kuno dan dipraktekan dalam hidup bernegara antara abad ke-4
sebelum Masehi sampai abad ke-6 masehi.Dillihat dari pelaksanaannya pada masa
itu, demokrasi dipraktekan bersifat langsung, artinya hak rakyat untuk membuat
keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga
negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas. Pada negara kota bentuk
demokrasi dilakukan secara langsung yaitu rakyat berkumpul di suatu tempat
untuk memecahkan masalah secara langsung bersama-sama. Oleh karena itu
demokrasi seperti ini pada jaman yunani kuno dikenal sebagai demokrasi
partisipatif dan tidak mengenal lembaga perwakilan. Pada negara-negara modern
dikembangkan model demokrasi tidak langsung melalui lembaga perwakilan.
Lembaga perwakilan memegang peranan yang penting dalam menata jalannya
roda pemerintahan bagi negara demokrasi modern, walaupun pada mulanya
keberadaan lembaga perwakilan bukan dimaksudkan sebagai perangkat sistem
demokrasi.
Hukum nasional yang demokratis setidaknya mempunyai karakter dan alur
pikir sebagai berikut: a. Hukum nasional dibuat sesuai dengan cita-cita bangsa,
yakni masyarakat adil dan makmur berdasar falsafah negara. b. Hukum nasional
dirancang untuk mencapai tahap tertentu dari tujuan negara sebagaimana tertuang
di dalam Pembukaan UUD 1945. c. Hukum nasional harus menjamin integrasi
10http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4068/DEMOKRASI%20DALAM
%20PILKADA%20DI%20INDONESIA%20(Jurnal%20Humanis%20UNM).pdf?sequence=1.
bangsa dan negara baik teritori maupun ideologi, mengintegrasikan prinsip
demokrasi dan nomokrasi, artinya pembangunan hukum harus mengundang
partisipasi dan menyerap aspirasi masyarakat melalui prosedur dan mekanisme
yang fair, transparan dan akuntabel; dan berorientasi pada pembangunan keadilan
sosial; dan menjamin hidupnya toleransi beragama yang berkeadaban. Sebagai
implementasi dari hal tersebut, maka hukum nasional, harus mengabdi kepada
kepentingan
nasional,
dan
menjadi
pilar
demokrasi
untuk
tercapainya
kesejahteraan rakyat dan secara sosiologi menjadi sarana untuk tercapainya
keadilan dan ketertiban masyarakat. Tujuan dari hukum yang demokratis tidak
saja hanya tercapainya keadilan, akan tetapi juga terciptanya ketertiban (order).
Hukum harus berfungsi menciptakan keteraturan sebagai prasyarat untuk dapat
memberikan perlindungan bagi rakyat dalam memperoleh keadilan, keteraturan
dan ketenangan dan bukan untuk menyengsarakannya.11
Lembaga perwakilan pada negara demokrasi modern sangat penting dalam suatu
negara bangsa. Melalui lembaga perwakilan, persoalan-persoalan yang komplek
dihadapi masyarakat akan dapat diselesaikan. Dengan demikian lembaga
perwakilan berfungsi untuk menjembatani dan menyalurkan aspirasi rakyat dalam
proses penyelenggaraan pemerintahan. Dalam praktek, demokrasi itu dipahami
dan
dijalankan
secara
berbeda-beda,
sehingga
timbul
masalah
antara
wakil(lembaga perwakilan) dan yang diwakilinya(rakyat). Artinya, apa yang
dilakukan oleh wakil rakyat dalam lembaga perwakilan tidak selamanya dapat
diterima oleh rakyat.keadaan ini sering muncul menjadi permasalahan dalam
praktek demokrasi, berkaitan dengan pilihan akan melaksanakan demokrasi elitis
atau demokrasi partisipatoris.
Menurut Arief Sidharta , Scheltema, merumuskan pandangannya tentang unsurunsur dan asas-asas Negara Hukum itu secara baru, yaitu meliputi 5 (lima) hal
sebagai berikut:
1. Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia yang berakar
dalam penghormatan atas martabat manusia (human dignity).
11http://repo.unsrat.ac.id/196/1/MEMBANGUN_HUKUM_NASIONAL_YANG_DEMOKRATIS
_DAN_CERDAS_HUKUM_FRANKIANO_B._RANDANG.pdf.
2. Berlakunya asas kepastian hukum.
Negara Hukum untuk bertujuan menjamin bahwa kepastian hukum terwujud
dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk mewujudkan kepastian hukum dan
prediktabilitas yang tinggi, sehingga dinamika kehidupan bersama dalam
masyarakat bersifat ‘predictable’. Asas-asas yang terkandung dalam atau terkait
dengan asas kepastian hukum itu adalah:
a. Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum;
b. Asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat peraturan tentang cara
pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan pemerintahan;
c. Asas non-retroaktif perundang-undangan, sebelum mengikat undang-undang
harus lebih dulu diundangkan dan diumumkan secara layak;
d. Asas peradilan bebas, independent, imparial, dan objektif, rasional, adil dan
manusiawi;
e. Asas non-liquet, hakim tidak boleh menolak perkara karena alasan
undangundangnya tidak ada atau tidak jelas;
f. Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin perlindungannya dalam
undang-undang atau UUD.
3. Berlakunya Persamaan (Similia Similius atau Equality before the Law)
Dalam Negara Hukum, Pemerintah tidak boleh mengistimewakan orang atau
kelompok orang tertentu, atau memdiskriminasikan orang atau kelompok orang
tertentu. Di dalam prinsip ini, terkandung (a) adanya jaminan persamaan bagi
semua orang di hadapan hukum dan pemerintahan, dan (b) tersedianya mekanisme
untuk menuntut perlakuan yang sama bagi semua warga Negara.
4. Asas demokrasi dimana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang
sama untuk turut serta dalam pemerintahan atau untuk mempengaruhi tindakantindakan pemerintahan. Untuk itu asas demokrasi itu diwujudkan melalui
beberapa prinsip, yaitu:
a. Adanya mekanisme pemilihan pejabat-pejabat publik tertentu yang bersifat
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil yang diselenggarakan secara
berkala;
b. Pemerintah bertanggungjawab dan dapat dimintai pertanggungjawaban oleh
badan perwakilan rakyat;
c. Semua warga Negara memiliki kemungkinan dan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan politik dan mengontrol
pemerintah;
d. Semua tindakan pemerintahan terbuka bagi kritik dan kajian rasional oleh
semua pihak;
e. Kebebasan berpendapat/berkeyakinan dan menyatakan pendapat;
f. Kebebasan pers dan lalu lintas informasi;
g. Rancangan undang-undang harus dipublikasikan untuk memungkinkan
partisipasi rakyat secara efektif.
5. Pemerintah dan Pejabat mengemban amanat sebagai pelayan masyarakat dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan bernegara
yang bersangkutan. Dalam asas ini terkandung hal-hal sebagai berikut:
a. Asas-asas umum peerintahan yang layak;
b. Syarat-syarat fundamental bagi keberadaan manusia yang bermartabat
manusiawi dijamin dan dirumuskan dalam aturan perundang-undangan,
khususnya dalam konstitusi;
c. Pemerintah harus secara rasional menata tiap tindakannya, memiliki tujuan
yangn jelas dan berhasil guna (doelmatig). Artinya, pemerintahan itu harus
diselenggarakan secara efektif dan efisien.12
Pada dasarnya, Indonesia menganut demokrasi pancasila yaitu demokrasi
yang
merupakan
perwujudan
kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang mengendung semangat
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Demokrasi pancasila
juga diartikan sebagai demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara Indonesia
yang dijiwai nilai-nilai luhur Pancasila13.
Namun Implementasi demokrasi pancasila belum bisa seutuhnya
terealisasi karena masih banyaknya rakyat yang kurang bertanggungjawab dan
12https://www.academia.edu/9090259/Kajian_Teoritis_Konsep_Demokrasi_dan_Negara_Hukum_
Rule_of_Law.
13http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/public/content/infoumum/ejurnal/pdf/ejurnal_Jurnal
%20Konstitusi%20FH-UII%20Vol%202%20no%201.pdf.
SDM rendah yang kerjanya hanya menyalahkan pemerintah, sehingga dalam
perkembangan kedepannya Demokrasi Pancasila perlu peran dari pemerintah dan
rakyat yang berintegrasi dalam menerapkan Demokrasi Pancasila dengan penuh
tanggungjawab.
2.2. Perkembangan Demokrasi
Dilihat dari arti kata-katanya, demokrasi mengandung arti pemerintahan
oleh rakyat. Walaupun ditinjau dari segi kata-katanya terlihat sederhana, akan
tetapi sampai sekarang masih belum diperoleh kesamaan pandangan tentang
batasan demokrasi. Hal ini deisebabkan oleh dua hal :
a. Bahwa demokrasi memiliki dua arti dari segi formal dan material.
b. Demokrasi itu sendiri telah da terus mengalami perkembangan.
Perbedaan mendasar tentang demokrasi yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau negara terletak pada arti demokrasi secara material dimana arti
demokrasi tergantung dari ideologi suatu bangsa atau negara masing-masing,
sedangkan dalam arti formal terdapat cukup banyak persamaan-persamaan.
Seperti dalam sejarah, yang sampai sekarang masih berlaku, ada beberapa
landasan falsafah yang dipergunakan oleh demokrasi, yaitu :
-Demokrasi yang mendasarkan diri atas kemerdekaan dan persamaan
-Demokrasi yang mendasarkan diri atas kemajuan dibidang sosial dan ekonomi
-Demokrasi yang mendasarkan diri atas kemerdekaan serta persamaan, dan atas
kemajuan sosial dan ekonomi sekaligus.
Perlakuan demokrasi di setiap negara tidak selalu sama, oleh karena
demokrasi pada kenyataannya, memang tumbuh bukan diciptakan. Maka
setidaknya, negara dikatakan demokratis jika memenuhi syarat sebagaimana
dikemukan oleh Bagir Manan:
1.
Ada kebebasan untuk membentuk dan menjadi anggota perkumpulan.
2.
Ada kebebasan menyatakan pendapat.
3.
Ada hak untuk memberikan suara dalam pemungutan suara.
4.
Ada kesempatan untuk dipilh atau menduduki berbagai jabatan pemerintahan
atau negara.
5.
Ada hak bagi para aktivis politik berkampanye untuk meperoleh dukungan
atau suara.
6.
Terdapat berbagai sumber informasi.
7.
Ada pemilihan yang bebas dan jujur.
8.
Semua lembaga yang bertugas merumuskan kebijakan.14
HUBUNGAN NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI
Negara hukum dan demokrasi adalah dua konsepsi yang saling berkaitan
yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Pada konsepsi demokrasi, di
dalamnya terkandung prinsip-prinsip kedaulatan rakyat (democratie) sedangkan di
dalam konsepsi Negara hukum terkandung prinsip-prinsip negara hokum
(nomocratie), yang masing-masing prinsip dari kedua konsepsi tersebut dijalankan
secara beriringan sebagai dua sisi dari satu mata uang. Paham negara hukum yang
demikian dikenal dengan sebutan “negara hukum yang demokratis”
(democratische rechtsstaat) atau dalam bentuk konstitusional disebut
constitutional democracy. Disebut sebagai “negara hukum yang demokratis”,
karena di dalamnya mengakomodasikan prinsip-prinsip Negara hukum dan
prinsip-prinsip demokrasi.
Lebih lanjut Jimly Asshiddiqie, menegaskan bahwa negara hukum yang bertopang
pada sistem demokrasi pada pokoknya mengidealkan suatu mekanisme bahwa
negara hukum itu haruslah demokratis, dan negara demokrasi itu haruslah
didasarkan atas hukum. Menurutnya, dalam perspektif yang bersifat horizontal
gagasan demokrasi yang berdasarkan atas hukum (constitutional democracy)
mengandung 4 (empat) prinsip pokok, yaitu:
1. Adanya jaminan persamaan dan kesetaraan dalam kehidupan bersama;
2. Pengakuan dan penghormatan terhadap perbedaan atau pluralitas;
3. Adanya aturan yang mengikat dan dijadikan sumber rujukan bersama; dan
4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa berdasarkan mekanisme aturan yang
14 http://www.negarahukum.com/hukum/teori-demokrasi.html.
ditaati bersama dalam konteks kehidupan bernegara, di mana terkait pula dimensidimensi kekuasaan yang bersifat vertical antar institusi negara dengan warga
negara.
Dalam pandangan Jimly Asshiddiqie, keempat prinsip-prinsip pokok dari
demokrasi tersebut lazimnya dilembagakan dengan menambahkan prinsip-prinsip
negara hukum (nomokrasi), yaitu:
1) Pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia;
2) Pembatasan kekuasaan melalui mekanisme kekuasaan dan pembagian
kekuasaan disertai mekanisme penyelesaian sengketa ketatanegaraan antar
lembaga negara, baik secara vertikal maupun horizontal;
3) Adanya peradilan yang bersifat independen dan tidak memihak (independent
and impartial) dengan kewibawaan putusan yang tertinggi atas dasar keadilan dan
kebenaran;
4) Dibentuknya lembaga peradilan yang khusus untuk menjamin keadilan warga
negara yang dirugikan akibat putusan atau kebijakan pemerintahan (pejabat
administrasi negara);
5) Adanya mekanisme judicial review oleh lembaga legislatif maupun lembaga
eksekutif;
6) Dibuatnya konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang mengatur
jaminan-jaminan pelaksana prinsip-prinsip tersebut; dan
7) Pengakuan terhadap asas legalitas atau due process of law dalam keseluruhan
sistem penyelenggaraan negara.
Oleh karena itu, negara hukum itu harus ditopang dengan system demokrasi
karena terdapat korelasi yang jelas antara negara hukum yang bertumpu pada
konstitusi, dengan kedaulatan rakyat yang dijalankan melalui sistem demokrasi.
Dalam sistem demokrasi partisipasi rakyat merupakan esensi dari sistem ini. Akan
tetapi, demokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan arah,
sementara hukum tanpa demokrasi akan kehilangan makna. Menurut Frans
Magnis Suseno, demokrasi yang bukan negara hukum bukan demokrasi dalam arti
yang sesungguhnya. Demokrasi merupakan cara yang paling aman untuk
mempertahankan kontrol atas negara hukum. Dengan demikian dalam negara
hukum yang demokratis, hukum dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip
demokrasi. Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan, dan ditegakkan
dengan “tangan besi” berdasarkan kekuasaan semata (machtsstaat). Sebaliknya,
demokrasi haruslah diatur berdasar atas hukum (rechtsstaat) karena perwujudan
gagasan demokrasi memerlukan instrumen hukum untuk mencegah munculnya
mobokrasi, yang mengancam pelaksanaan demokrasi itu sendiri.
APLIKASI KONSEP NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI DALAM
KETATANEGARAN
Indonesia, sebagai negara yang terlahir pada abad modern melalui Proklamasi 17
Agustus 1945 juga “mengklaim” dirinya sebagai Negara hukum. Hal ini
terindikasikan dari adanya suatu ciri negara hukum yang prinsip-prinsipnya dapat
dilihat pada Konstitusi Negara R. I. (sebelum dilakukan perubahan), yaitu dalam
Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh (non Pasal-pasal tentang HAM), dan
Penjelasan UUD 1945 dengan rincian sebagai berikut:
1. Pembukaan UUD 1945, memuat dalam alinea pertama kata “perikeadilan”,
dalam alinea kedua “adil”, serta dalam alinea keempat terdapat perkataan
“keadilan sosial”, dan “kemanusiaan yang adil”. Semua istilah itu berindikasi
kepada pengertian negara hukum, karena bukankah suatu tujuan hukum itu untuk
mencapai negara keadilan. Kemudian dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea
keempat juga ditegaskan “maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia”.
2. Batang Tubuh UUD 1945, menyatakan bahwa “Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undangundang Dasar (Pasal 14).
Ketentuan ini menunjukkan bahwa presiden dalam menjalankan tugasnya harus
mengikuti ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan dalam Undang-undang
Dasar. Pasal 9 mengenai sumpah Presiden dan Wakil Presiden “memegang teguh
Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya
selurus-lurusnya”. Melarang Presiden dan Wakil Presiden menyimpang dari
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam menjalankan tugasnya suatu
sumpah yang harus dihormati oleh Presiden dan Wakil Presiden dalam
mempertahankan asas negara hukum. Ketentuan ini dipertegas lagi oleh Pasal 27
UUD 1945 yang menetapkan bahwa “segala warga negara bersamaan
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Pasal ini selain menjamin prinsip equality before the law, suatu hak demokrasi
yang fundamental, juga menegaskan kewajiban warga negara untuk menjunjung
tinggi hukum suatu prasyarat langgengnya negara hukum; dan
3. Penjelasan UUD 1945, merupakan penjelasan autentik dan menurut Hukum
Tata Negara Indonesia, Penjelasan UUD 1945 itu mempunyai nilai yuridis,
dengan huruf besar menyatakan: “Negara Indonesia berdasarkan atas hukum
(rechtsstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat)”. Ketentuan
yang terakhir ini menjelaskan apa yang tersirat dan tersurat telah dinyatakan
dalam Batang Tubuh UUD 1945.
Dari ketiga ketentuan di atas, penegasan secara eksplisit Indonesia sebagai negara
hukum dapat dijumpai dalam Penjelasan UUD 1945. Lain halnya dengan dua
konstitusi (Konstitusi RIS dan UUDS 1950) yang pernah berlaku di Indonesia,
terdapat penegasan secara eksplisit rumusan Indonesia sebagai negara hukum.
Dalam Mukaddimah Konstitusi RIS misalnya disebutkan pada alinea ke-4; “untuk
mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian, dan kemerdekaan dalam
masyarakat dan Negara hukum Indonesia Merdeka yang berdaulat sempurna”.
Kemudian di dalam Pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS juga disebutkan; “Republik
Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu Negara hukum yang
demokrasi dan berbentuk federasi”.
Demikian pula halnya, di dalam Mukaddimah UUDS 1950 pada alinea keempat
menyebutkan: Maka demi ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu
Piagam Negara yang berbentuk Republik Kesatuan, berdasar pengakuan
Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan dan
Keadilan Sosial untuk mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian, dan
kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum Indonesia Merdeka yang
berdaulat sempurna. Kemudian di dalam Pasal 1 ayat (1) UUDS 1950 disebutkan;
Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah negara hukum yang
demokratis dan berbentuk kesatuan.
Setelah UUD 1945 dilakukan perubahan, rumusan negara hukum Indonesia yang
semula hanya dimuat secara implisit baik di dalam Pembukaan maupun Batang
Tubuh UUD 1945 dan secara eksplisit dimuat di dalam Penjelasan UUD 1945,
penempatan rumusan negara hukum Indonesia telah bergeser kedalam Batang
Tubuh UUD 1945 yang secara tegas dinyatakan di dalam Pasal 1 ayat (3) UUD
1945 yang berbunyi: Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Jika dikaitkan
dengan unsur-unsur negara hukum sebagaimana uraian pada pembahasan di atas,
maka dapat ditemukan pengaturan unsur-unsur negara hukum dalam Batang
Tubuh UUD 1945 sebagai berikut:
1. Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM);
2. Pemisahan/pembagian kekuasaan;
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang; dan
4. Peradilan administrasi yang berdiri sendiri.
Dengan demikian, dalam sistem konstitusi Negara Indonesia cita negara hukum
itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan gagasan kenegaraan
Indonesia sejak kemerdekaan. Meskipun dalam pasal-pasal UUD 1945 sebelum
perubahan, ide Negara hukum itu tidak dirumuskan secara eksplisit, tetapi dalam
penjelasannya ditegaskan bahwa Indonesia menganut ide ‘rechtsstaat’, bukan
‘machtsstaat’. Sementara dalam Konstitusi RIS Tahun 1949, ide Negara hukum itu
bahkan tegas dicantumkan, demikian pula dalam UUDS 1950, kembali rumusan
bahwa Indonesia adalah negara hukum dicantumkan dengan tegas. Bahkan dalam
Perubahan Ketiga pada tahun 2001 terhadap UUD Negara RI Tahun 1945,
ketentuan mengenai negara hukum ini kembali dicantumkan secara tegas dalam
Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi: “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
KONSEPSI KONSTITUSI HIJAU DALAM PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA
Bagi sebagaian besar negara temasuk Indonesia, konstitusi termasuk
klasifikasi konstitusi derajat tinggi sebagai konstitusi yang mempunyai kedudukan
tertinggi dalam negara. Dalam setiap negara selalu terdapat berbagai tingkat
peraturan perundang-undangan baik dilihat dari isinya maupun ditinjau dari
bentuknya, salah satunya berupa konstitusi yang termasuk dalam kategori
tertinggi, apabila dilihat dari segi bentuknya berada diatas peraturan perundangundangan yang lain. Dalam praktek, tidak banyak negara mencamtumkan hak
asasi dalam konstitusinya, khususnya berkenaan dengan perlindungan terhadap
lingkungan. Sehingga dalam menyikapi suatu perubahan dalam ketentuanketentuan baru untuk diatur dan dirumuskan dalam kontitusi memerlukan
perubahan konstitusi suatu negara melalui proses yang diatur dalam ketentuan
konstitusi tersebut, pengaturan hukum nasional menjadi hal yang penting apabila
hal tersebut berkenaan dengan kepentingan internasional, sehingga peran
konstitusi negara sebagai suatu acuan dan pedoman menjadi sangat penting
sebagai salah satu peran dan tanggung jawab negara kepada masyarakat
internasional dan warga negaranya bagi keberlangsungan kehidupan dan
Lingkungan sebagai warisan bagi generasi yang akan datang.
Salah satu ide dan perkembangan dalam upaya perlindungan terhadap
lingkungan adalah menempatkan pengaturan hak asasi terhadap lingkungan dalam
konstitusi negara sebagai komitmen terhadap perlindungan dan pengelolaan
Lingkungan hidup. Konstitusi hijau (Green Constitution) menjadi salah satu hal
yang menjawab berbagai macam kekhawatiran masyarakat berkenaan dengan
penurunan fungsi lingkungan sebagaimana penyataan bahwa :
“ Negeri ini sedang melihat proses kegentingan ekologi yang tak terbendung,
bencana ekologis mengancam dimana jutaan rakyat terus bertaruh atas
keselamatan diri dan keluarga mereka akibat lemahnya peran negara didalam
melindungi keselamatan warga negaranya sebagaimana yang diamanatkan dalam
Konstitusi negara”.15
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) alinea keempat
menyatakan bahwa negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia,
seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum. Negara
mempunyai tanggung jawab terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup (sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya budaya). Lebih
lanjut Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 Amandemen Kedua menegaskan bahwa
setiap orang berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Dalam
upaya mencapai tujuan nasional, dilakukanlah kegiatan pembangunan nasional
sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi
seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.Kegiatan tersebut
memungkinkan terjadinya pemanfaatan sumber daya secara berlebihan sehingga
mengakibatkan pencemaran dan perusakan lingkungan secara global.
Secara sistemik, dalam sistem hukum nasional yang berdasarkan pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) setiap bidang hukum merupakan bagian
dari sistem nasional serta harus bersumber pada pancasila dan UUD 1945. Setiap
bidang hukum nasional itu bersumber pada pancasila, berlandaskan UUD 1945
dan terdiri dari sejumlah peraturan perundang-undangan, yurisprudensi maupun
hukum kebiasaan termasuk hukum lingkungan. Dengan menggunakan pola atau
kerangka pemikiran tersebut kita akan berfikir sistemik, walaupun masing-masing
15 Maret Priyanta, Penerapan Konsep Konstitusi Hijau (Green Constitution) di Indonesia Sebagai
Tanggung Jawab Negara Dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal
Konstitusi, Volume 7, Nomor 4, Agustus 2010.
bidang hukum itu dapat berkembang sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Hukum
lingkungan dalam pengertian yang paling sederhana sebagai hukum yang
mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup). Lingkungan hidup sebagai
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain.16
Berkenaan dengan hak asasi manusia dimana hakikat HAM sendiri adalah
merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui
aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum.
Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi HAM
menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah, dan
Negara17. Hak asasi manusia yang berhubungan tentang hak atas lingkungan hidup
sebetulnya Indonesia telah memberikan pengaturan dalam Pasal 28 H UndangUndang Dasar 1945 Amandemen Kedua Tahun 2000 menyatakan bahwa “setiap
orang berhak ……..mendapatkan lingkungan hidup yang sehat…” Namun
pengaturan ini dirasakan masih terlalu abstrak dalam pelaksanaannya. Berkenaan
dengan Negara harus memberikan dorongan kepada setiap orang dan badan
hukum untuk melindungi alam dan harus mempromosikan sikap penghormatan
kepada semua elemen dalam satu kesatuan ekosistem tidak diatur secara tegas
dalam konstitusi dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan negara melindungi segenap tumpah darah Indonesia dan diatur pula
dalam berbagai Undang-Undang di bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dalam hal negara harus melakukan prinsip kehati-hatian dan mengadakan
pembatasan dalam semua aktivitas yang dapat mengarah kepada pemusnahan
spesies, perusakan ekosistem atau menyebabkan perubahan permanen pada sirkuk
alam di atur dalam Undang-Undang dan Peraturan-peraturan pemerintah yang
lebih teknis seperti ketentuan mengenai kewajiban bagi kegiatan usaha untuk
melakukan analisis mengenai dampak Lingkungan (AMDAL). Berkenaan dengan
kegiatan dalam pemanfaatan sumber daya alam diatur dalam Pasal 33 ayat (3)
yang menyatakan bahwa Bumi Air dan kekayaan alam yang terkandung di
16 Ibid.
17 Budiyono dan Rudy. Konstitusi dan HAM. Bandar Lampung: Justice Publisher,2014. hlm. 68.
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat dan hal inipun menjadi permasalahan karena dijadikan dasar
bagi sektor-sektor untuk membuat undang-undang sehingga menjadikan tidak
harmonis dan sinkron-nya peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan
hidup.18 Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 juga menegaskan adanya prinsip
berkelanjutan yang terkandung dalam asas demokrasi ekonomi yang dianut oleh
konstitusi Indonesia. Dapat dijelaskan bahwa kata “berkelanjutan” itu sebenarnya
berkaitan dengan konsep sustainable development atau dalam bahasa Indonesia
disebut pembangunan berkelanjutan. Hal ini terkait juga dengan perkembangan
gagasan tentang pentingnya wawasan pemeliharaan, pelestarian, dan perlindungan
lingkungan hidup yang sehat, dimana telah menjadi wacana dan kesadaran umum
diseluruh penjuru dunia untuk menerapkannya dalam praktik19.
Konstitusi di Indonesia dipahami sebagai suatu naskah tertulis, tertinggi
dan berlaku serta dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara. Suatu hal yang
positif apabila konstitusi memut hal-hal maupun hak-hak berkenaan dengan
pengelolaan lingkungan hidup dalam konstitusi Penegasan hak atas Lingkungan
akan mencegah tumpang tindih peraturan perundang-undangan serta membuat
peraturan perundang-undangan menjadi harmonis karena bersumber langsung
kepada konstitusi.
Setiap negara yang mengaku sebagai demokrasi konstitusional harus
menjamin hak asasi manusia yang fundamental tersebut sebagai hak
konstitusional. Oleh karena itu Indonesia sebagai negara demokrasi konstitusional
sudah seharusnya memberikan jaminan konstitusional akan lingkungan yang baik
di konstitusi. Jaminan konstitusional lingkungan dalam konstitusi dapat bernilai
positif terhadap perlindungan lingkungan dalam beberapa hal. Pertama, jaminan
konstitusional memebrikan dasar akan hubungan negara rakyat dan lingkungan.
Ketentuan konstitusional mempunyai ranking tertinggi dalam hierarki norma
sehingga memberikan kepastian dan kekuatan lebih dari UU, peraturan
administrasi, atau putusan pengadilan.20
18 Opcit.
19 Jimly Asshiddiqie, Green Constitution, Jakarta: Rajawali Pers, 2010. hlm. 133.
20 Rudy, Dari Putusan Hijau Mahkamah Konstitusi ke Green Constitution (Refleksi Dinamika
Putusan MK dan Penguatan Perlindungan Konstitusional dalam UUD 1945). Dinamika Hukum
Lingkungan: Mengawal Spirit Konstitusi Hijau. Bandar Lampung, Indepth Publishing, 2015. hlm.
72.
Kedua, ketentuan konstitusional dapat menjadi elemen koordinasi dalam
perlindungan lingkungan. Dalam konteks ini, jaminan konstitusional dalam
konstitusi dapat menjadi mercusuar koordinasi bagi seluruh instrument hukum
perlindungan lingkungan, dengan demikian memudahkan bagi pengajuan
constitutional review terhadap pengaturan yang merugikan lingkungan.21
Ketiga, jaminan konstitusional dapat memupuk dan memberdayakan
partisipasi masyarakat yang lebih besar dalam perlindungan lingkungan.22
BAB. III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Konsep negara Rule of Law merupakan konsep negara yang dianggap
paling ideal saat ini, meskipun konsep tersebut dijalankan dengan persepsi yang
21 Ibid.
22 Ibid.
berbeda-beda. Terhadap istilah “ rule of law” ini dalam bahasa Indonesia sering
juga diterjemahkan sebagai “supremasi hukum” (supremacy of law) atau “
Pemerintahan Berdasarkan atas hukum. Disamping Itu, istilah “ Negara Hukum”
(Goverment by law) atau rechstaat, juga merupakan istilah yang sering digunakan
untuk itu. Pengakuan kepada suatu negara sebagai negara hukum sangat oenting,
karena kekuasaan negara dan politik bukanlah tidak terbatas (Tidak Absolut).
Perlu pembatasan-pembatasan terhadap kewenangan dan kekuasaan negara dan
politik tersebut, untuk menghindari timbulnya kesewenang-wenangan dari pihak
penguasa.
Pada konsepsi demokrasi, di dalamnya terkandung prinsip-prinsip
kedaulatan rakyat (democratie) sedangkan di dalam konsepsi Negara hukum
terkandung prinsip-prinsip negara hokum (nomocratie), yang masing-masing
prinsip dari kedua konsepsi tersebut dijalankan secara beriringan. Paham negara
hukum yang demikian dikenal dengan sebutan “negara hukum yang demokratis”
(democratische
rechtsstaat)
atau
dalam
bentuk
konstitu