PROFIL PERILAKU KOPING DALAM MENGHADAPI

40

Varia Pendidikan, Vol. 20,
No. 1, Juni
2008
PROFIL
PERILAKU
KOPING

DALAM MENGHADAPI MATA PELAJARAN AKUNTANSI
PADA SISWA SMK BATIK I SURAKARTA
Budi Sutrisno dan Ummi Hany Eprilia
Program Studi Pend. Ekonomi Akuntasi - FKIP
Universitas Muhammadiyah Surakarta
JL. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos I Surakarta 57102
Telp. 0271-717417

Abstract: This research aims to knowing the behavioral profile of copping of students in facing of
subject of accountancy and the aspects of coping behavioral which often appear on students circle,
and also to know discussion fundamental in accountancy generating difficulty for students. The
qualitative approach was used in this research, with setting interview exhaustively to 9 people of

class student 11 which often face difficulty in subject of accountancy, and to all teachers of class 11
accountancy program. Beside, the observation and documentation method, conducted for secondary
data collecting which concerning school profile. “The constant comparative method” used as
analysis, with do not disregard triangulation process. The result of this research indicates that
copping behavioral of among students of SMK Batik I Surakarta, in aspects of : a) him ‘Self Lifelines
- in the form of puerility action instructing at effort to omit muzziness, saturation and is not be
balmy, but later then be realized for have the return concentration; b) Planning - in the form of
action look for information, situation analyze and identify problem by thinking and plan action
alternative; c) Self control - in the form of trying to like with teacher which teaching, arranging and
also manage mind and liver in order to able to hold out and balmy in class; d) searching social
support - in the form of action is look for sympathy and congeniality by enquiring or affirm his
difficulty. e) Denial - in the form of lazy and not enter class of effect the disability adapt to method
teach teacher; f) Acceptance - in the form of action is introspection and the self-motivation; g)
Religious - in the form of awareness and live-lines in running religious service sholat and pray.
From various that copping behavioral, only form “ Denial” what most often emerge among student
with low motivation category, The other forming of copping behavioral conducted by students which
remain to realize his important of competency for him ‘self to enter world work. The discussion
fundamental in subject of accountancy most often generate difficulty in students understanding is
petty cash and bank reconciliation. beside the choice of strategy by felt teacher less touch dialogued
aspect.

Keywords: Coping Behavioral, accountancy, and profile

Walter (1993: 1-20), Vocational education of
education programs that prepare people for paid
or unpaid employment. Untuk mencapai tujuan
itu, Miller (1985) dalam Rogers (JITE, 1996. vol,
33-2) mengidentifikasi 3 (tiga) dasar filosofi
dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi, yakni:

Pendahuluan
Penyelennggaraan sekolah kejuruan seperti
SMK, benar-benar harus konsekuen, dalam arti
harus menghasilkan output yang siap menghadapi
tantangan dunia kerja. Hal ini diisyaratkan oleh
40

Budi Sutrisno dan Ummi Hany E., Profil Perilaku Koping dalam ...

(1) essensialism : the educator or trainer is the
focal point of learning process, mastery of subject

matter is important; development of skills through
drills, repetition, conditioning, and development
of desirable habits; a desire to influence the
behavior of the learner. (2) Existentialism: the
learner is the focus of the learning process; truth
is relative, and personal growth and development
are key of the process. (3) the educator and
learner are both important to the learning
process; reality or real- world situations are
stressed; context or experience are important;
and the educator is progressive, and open to new
ideas.
Dalam konteksnya, para penyelenggara
pendidikan SMK ini, baik berstatus negeri
maupun swasta, secara umum telah konsekuen
dengan mengupayakan ketercukupan seluruh
komponen pendidikan persekolahan, mulai dari
pemberlakuan kurikulum (KBK – KTSP ) sampai
dengan sarana-prasarana, termasuk pengadaan
guru bidang studi yang relatif kompeten dan

profesional, sebagaimana predikat status
akreditasi yang telah dimiliki. Dengan demikian
secara logis dapat diduga, bahwa dalam aspek “
Proses pendidikan “ akan tercipta suasana belajar
dan mengajar yang kondusif dan penuh suasana
dialogis, yang pada akhirnya dapat diciptakan
lulusan yang penuh kompetensi, kreatif dan
produktif, sehingga memiliki derajad kompetitif
yang relatif tinggi, baik di tingkat lokal, nasional,
maupun internasional.
Namun demikian, tantangan tersebut di
atas dalam pelaksanaannya menjadi berbeda.
Berdasarkan studi pendahuluan di beberapa SMK
(ekonomi) baik negeri maupun swasta di Surakarta, ditemukan kecenderungan, bahwa siswa
sekarang ini cenderung kurang menguasai
keterampilan akademik dasar yang sangat
diperlukan untuk menjalani program pendidikan
profesional yang baik. Keterampilan akademik
dasar yang dimaksud di sini adalah kemampuan
yang memadai dalam menguasai meteri yang

dapat menunjang mata pelajaran-mata pelajaran

41

lain pada jurusannya, khususnya pada jurusan
Akuntasi seperti Akuntansi Keuangan, di samping juga sebagai mata kuliah pokok yang
menjadi bekal bagi peserta didik dalam memasuki
dunia kerja. Di antara penyebab kegagalan itu
adalah adanya ketakutan maupun tekanan di
kalangan sebagian besar siswa dalam menghadapi
mata pelajaran konsep keuangan dan hitungan,
seperti akuntansi yang tidak sekedar pelajaran
hitungan, melainkan juga serangkaian konsep
keuangan yang ditata berdasarkan perimbangan
yang berkaitan dengan kaidah-kaidah keungan
yang distandarisasi.
Reaksi yang muncul di kalangan siswa
dalam menghadapi kondisi tekanan/stres tersebut
beraneka ragam, baik bentuk negatif berupa sikap
acuh tak acuh ataupun lari dari permasalahan dan

reaksi positif yang muncul berupa bentuk penyesuaian yang adaptif. Efek dari reaksi negatif, jelas
di samping akan merugikan siswa yang bersangkutan karena akan makin terjerembab dalam
kedangkalan ilmu pengetahuan dan keterampilan
dasar, juga pada akhirnya akan mengakibatkan
makin rendahnya kualitas pendidikan sebagian
kader bangsa mapun rendahnya kualitas calon
pekerja di Indonesia, sehingga pada akhirnya menambah keterpurukan harkat dan martabat bangsa
di mata dunia.
Bertolak dari kesenjangan antara harapan
dan fakta mengenai “aspek proses pendidikan”,
demi terciptanya kualitas kader bangsa melalui
kesuksesan hasil penyelengaraan dunia pendidikan persekolahan tingkat SMK inilah, yang
menarik peneliti untuk melakukan kajian tentang
“perilaku koping di kalangan siswa SMK, khususnya pada siswa SMK Batik I Surakarta”.
Dasar pemilihan terhadap mata pelajaran
akuntansi untuk menjadi obyek dalam penelitian
ini, terletak pada realitas bahwa mata pelajaran
ini merupakan mata pelajaran pokok namun
sekaligus “momok” di kalangan siswa SMK. Oleh
karena itu, dipandang sangat perlu dilakukan

kajian mendalam tentang perilaku koping di kalangan siswa dan upaya solusi yang efektif guna

42

Varia Pendidikan, Vol. 20, No. 1, Juni 2008

mengantarkan siswa pada pemilikan kompetensi
yang sangat diperlukan dalam dunia kerja, di
samping belum ada penelitian dengan penekanan
pada permasalahan perilaku koping dalam
menghadapi mata pelajaran akuntansi ini.
Penunjukan SMK Batik I Surakarta, dengan
pertimbangan bahwa SMK swasta ini telah
memiliki derajad favorit dan tingkat kelulusan
yang tinggi di tengah-tengah kesulitan siswa
dalam menghadapi pelajaran akuntansi, sehingga
diharapkan menjadi “rujukan” bagi penyelenggaraan pendidikan SMK.
Aspek “proses pendidikan”, terkait dengan
proses belajar dan mengajar. Belajar menurut
pandangan Skinner yang dikutip oleh Dimyati

(1999:9) adalah suatu perilaku, pada saat orang
belajar maka respon akan lebih baik, sebaliknya
jika tidak belajar maka respon akan menurun.
Menurut Crow and Crow (1984: 231) belajar adalah suatu proses yang aktif yang memerlukan
dorongan dan bimbingan kearah tercapainya
tujuan yang dikehendaki. Berdasarkan pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku dari tidak
mengetahui menjadi mengetahui melalui pengalaman dengan dorongan dan bimbingan sehingga
tercapai tujuan yang dikehendaki.
Dalam hubungannya dengan mata pelajaran akuntansi, Jusup (1999:5) menjelaskan
pengertian akuntansi sebagai proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan
penganalisisan data keuangan serta organisasi.
Sementara itu, American Accounting Asso-ciation
(Soemarso, 1998: 5) mendefinisikan akuntansi
sebagai berikut: “ …….. proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan
informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya
penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi
mereka yang menggunakan informasi tersebut.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa akuntansi adalah seni pencatatan,
penggolongan, pelaporan, peringkasan, penganalisisan data keuangan dan pengikhtisaran
transaksi akibat suatu transaksi terhadap suatu

kesatuan ekonomi. Di samping itu, beberapa
pengertian yang dapat dipetik dari definisi itu
antara lain bahwa akuntansi menyajikan
informasi ekonomi dari suatu kesatuan ekonomi
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Untuk
menghasilkan informasi ekonomi, perlu diciptakan
suatu metode pencatatan, penggolongan, analisis
dan pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan
keuangan, kemudian melaporkan hasilnya. Kegiatan akuntansi meliputi : 1) pengidentifikasian
dan pengukuran data yang relevan untuk suatu
pengambilan keputusan, 2) pemrosesan data yang
bersangkutan kemudian pelaporan informasi yang
dihasilkan, dan 3) pengkomunikasian informasi
kepada pemakai laporan. Kegiatan-kegiatan ini
perlu dirangkaikan dalam suatu sistem yang

disebut “sistem akuntansi”.
Siswa dalam kegiatan pembelajaran
akuntansi dituntut untuk selalu aktif memproses
dan mengolah perolehan belajarnya. Thorndike
(Bower & Hilgard, 1981:26) mengemukakan
keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “low
of exercise” menyatakan bahwa belajar
memerlukan adanya latihan-latihan. Hukum ini
dalam pelajaran akntansi berarti makin sering
suatu konsep akuntansi diulangi, maka makin
dikuasai konsep itu. Pengulangan dalam belajar
akuntansi, bukan sembarang pengulangan yang
menjadi membosankan, tetapi pengaturan waktu,
distribusi frekwensi ulangan/latihan akan
menentukan keberhasilan belajar siswa.
Munadlir (1991: 105), berkenaan dengan
prinsip keaktifan, mengemukakan bahwa individu
merupakan “manusia belajara yang aktif, selalu
ingin tahu sosial. Berkaitan dengan keaktifan
siswa dalam proses belajar, Carver, dkk. (1989,

267-283), membuat suatu daftar yang berisis
macam-macam kegiatan siswa, yang antara lain
dapat digolongkan sebagai: (1) Visual activities
seperti membaca, memperhatikan gambar,
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; (2)
Oral activities seperti menyatakan, merumuskan,
bertanya, mengeluarkan pendapat, diskusi; (3)
Listening activities seperti mendengarkan

Budi Sutrisno dan Ummi Hany E., Profil Perilaku Koping dalam ...

penjelasan guru, ceramah, percakapan; (4)
Writing activities seperti menulis misalnya;
contoh soal, penyelesaian soal, rangkuman; (5)
Drawing activities seperti menggambar, membuat
grafik, peta dan diagram; (6) Motor activities
seperti melakukan percobaan, membuat model,
bermain; (7) Mental activities seperti mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat
hubungan, mengambil keputusan; dan (8)
Emotional activities seperti menaruh minat,
merasa bosan, gembira, bersemangat, berani,
tegang, gugup.
Lepas dari kegiatan belajar dan variasi
aktivitasnya, belajar akuntansi memerlukan
kekhususan yang menyangkut ketekunan dan
kebiasaan dalam memecahkan variasi kasus
akuntansi, dan hal ini sering memunculkan
kesulitan. Secara umum, kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh siswa dalam pelajaran akuntansi
menurut Yusup (1999:11-13) meliputi: a)
pemahaman perkiraan dalam transaksi, b)
menentukan jenis transaksi, c) membuat jurnal,
baik jurnal umum maupun jurnal penyesuaian,
d) pemasukan transaksi ke dalam laporan
keuangan. Di samping butir di atas, pada tahapan
yang lebih tinggi, kesulitan itu terletak pada
pemahaman konsep dan keterkaitannya dengan
perkembangan ekonomi suatu negara.
Manusia tidak dapat menolak atau
menghindar dari masalah, tuntutan atau tekanan
yang menimpa dirinya. Oleh karena itu tingkah
laku koping merupakan suatu proses yang
dibutuhkan sepanjang waktu, baik di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. Proses
ini dapat digunakan sebagai kunci dalam memahami reaksi seseorang terhadap stres atau hambatan-hambatan (Fasikhah, 1995: 2) Pendapat ini
sejalan dengan Taylor (Smet, 1994: 136) bahwa
koping adalah kecenderungan untuk berdamai
dengan faktor-faktor penyebab stres.
Pestanjee (1992: 89) mengungkapkan
bahwa koping memiliki tiga efek yaitu psikologis,
sosial, dan fisik. Ketiga efek tersebut ada yang
mengarah positif ada pula yang mengarah negatif.

43

Strategi koping menunjukkan pada berbagai
upaya baik mental maupun perilaku untuk
menguasai, mentoleransi, mengurangi dan
meminimalkan suatu situasi atau kejadian yang
penuh tekanan (Mu’tadin, 2002: 2 ). Dengan kata
lain strategi koping merupakan suatu proses
dimana individu berusaha untuk menangani dan
menguasai situasi stres yang merupakan akibat
dari masalah yang dihadapinya dengan cara
melakukan perubahan kognitif maupun perilaku
guna memperoleh rasa aman dalam dirinya.
Perilaku koping juga diartikan sebagai tingkah
laku dimana individu melakukan interaksi dengan
lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah (Chaplin, 1995: 105).
Demikian pula Lazarus dan Folkman (Smet, 1994
: 140) menjelaskan koping sebagai suatu proses
dimana individu mencoba untuk mengelola jarak
yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu
tuntutan yang berasal dari individu maupun
tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan
sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam
menghadapi situasi stressful.
Dari bebagai pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa perilaku koping adalah usaha
atau strategi yang dilakukan individu dalam
menghadapi situasi yang menekan atau stressfull
sehingga individu dapat mengatasi hambatanhambatan yang secara fisik dan psikologis
menimbulkan stres atau tekanan batin. Individu
berusaha untuk menangani dan menguasai situasi
stres yang menekan dengan cara melakukan
perubahan kognitif maupun perilaku guna
memperoleh rasa aman dalam dirinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
koping menurut Mu’tadin (2002: 3) adalah: 1)
kesehatan fisik, 2) keyakinan atau pandangan
positif, 3) ketrampilan memecahkan masalah, 4)
ketrampilan sosial, 5) dukungan sosial, dan 6)
materi.
Menurut bentuknya, Lazarus dan Folkman
(Smet, 1994: 145 ) membagi koping menjadi dua
macam, yaitu Problem focused coping dan
Emotion focused coping. Yang pertama berpusat

44

Varia Pendidikan, Vol. 20, No. 1, Juni 2008

pada masalah, individu akan mengatasi dengan
mempelajari cara-cara atau keterampilan–
keterampilan yang baru. Individu akan cenderung
meng-gunakan strategi ini, bila dirinya yakin akan
dapat mengubah situasi. Kedua berpusat pada
emosi, digunakan untuk mengatur respon
emosional terhadap stress. Pengaturan ini melalui
perilaku individu, bagaimana meniadakan faktafakta yang tidak menyenangkan melalui strategi
kognitif, yaitu bagaimana individu mampu
mengubah kondisi yang stressfull, untuk
cenderung mengatur emosinya. Strategi koping
yang berfokus pada masalah, sulit untuk dilakukan, namun menurut Parry (1992: 55) perilaku
koping dapat dilakukan dengan cara: a) mengubah
gaya hidup (life style canging), b) mencari
bantuan (seeking help). c) mencari informasi
(searching information).
Individu dapat disebut melakukan perilaku
koping yang berpusat pada masalah atau Problem
focussed coping apabila individu tersebut
melakukan tindakan antara lain: menentukan
masalah, menciptakan pemecahan alternatif,
menimbang alternatif berkaitan dengan biaya
bermanfaat, memilih salah satu dari alternatif
pilihan, serta mengimplementasikan alternatif
yang dipilih. Problem focussed coping juga dapat
diarahkan ke dalam, yaitu orang dapat mengubah
tingkat aspirasi, menemukan sumber pemuasan
alternatif dan mempelajari keterampilan baru
(Atkinson, 1997: 67). Moss (dalam Atkinson,
1997: 67) mengemukakan bahwa orang yang
menggunakan koping ini biasanya berusaha
mencegah emosi negatif yang menguasai dirinya,
caranya dengan menggunakan mengubah perilaku
dan mengubah kognitif. Strategi perilaku antara
lain dengan melakukan latihan fisik untuk
mengalihkan pikiran dan masalah, menyalurkan
kemarahan, serta mencari dukungan emosional
dari kawan.
Berkenaan dengan variasi koping, hasil
penelitian yang dituangkan dalam tulisan ini
bertujuan untuk mengungkapkan profil perilaku
koping di kalangan siswa SMK Batik 1 Surakarta,

dan mengidentifikasi tentang aspek mana yang
sering muncul. Di samping itu juga untuk
mengetahui pokok bahasan mana dalam mata
pelajaran akuntansi tersebut yang oleh siswa
diannggap paling sering mengundang munculnya
perilaku koping.
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, dengan seting observasi dan wawancara secara mendalam kepada 9 orang siswa kelas
1, dari beberapa siswa yang melakukan koping
dalam menghadapi mata pelajaran akuntansi.
Penunjukan 9 orang tersebut didasarkan pada
pengamatan awal, dan informasi guru mata
pelajaran. Wawancara kepada guru akuntansi
kelas 1, difokuskan pada aspek materi dan pola
pembelajaran yang diterapkan sampai dengan
model asesmen dan evaluasinya, termasuk
kendala yang sering muncul dalalm pelaksanaannya. Di samping itu obervasi dan dokumentasi, dilakukan untuk pengumpulan data
sekunder yang menyangkut profil sekolah.
Analisis data mengunakan model “the constant
comparative methode” (Usman & Akbar, 2001 :
32), dengan mengidentifikasi suatu fokus
kegiatan siswa di sekolah yang menyangkut
perilaku koping dalam menghadapi mata
pelajaran akuntansi, seperti “bagaimana masalah
itu terjadi, dalam kondisi dan lokasi yang
bagaimana, tentang apa, dan kepada siapa,
mengapa itu terjadi, serta bagaimana menghadapi
kondisi masalah itu” dengan tidak mengabaikan
proses trianggulasi sumber.
Pemilihan pendekatan kualitatif berdasarkan pada pertimbangan bahwa gejala dalam
penelitian ini merupakan serangkaian proses
penerapan strategi koping oleh siswa dalam
menghadapi mata pelajaran akuntansi. Pada
pendekatan ini, kehadiran peneliti dilaksanakan
secara wajar sebagaimana adanya, dan data yang
dikumpulkan bersifat kualitatif (Usman & Akbar,
2001 : 81); Muhajir (2002:75).

Budi Sutrisno dan Ummi Hany E., Profil Perilaku Koping dalam ...

Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian terhadap siswa kelas 1
Program Akuntansi; yang pada saat penelitian ini
dilakukan, mereka telah menerima beberapa
pokok bahasan yang mencakup: Pembelian,
Piutang, Aktiva Tetap, Kas - Bank, Kas Kecil,
Rekonsiliasi Bank, dan Nota kredit/debit.
Aspek-aspek perilaku koping yang
dilakukan, meliputi: pertama keaktifan diri.
Siswa-siswa Akuntansi pada dasarnya telah sadar
bahwa ketika memasuki jurusan Akuntansi maka
akan banyak menemui mata pelajaran yang
melibatkan hitungan dan analisis logis matematis.
Rasa senang yang timbul dari kesadaran diri baik
dikarenakan adanya dukungan sosial keluarga dan
jaminan lapangan pekerjaan maupun masa
depannya, benar-benar merupakan harapan
pribadi dan menjadi dasar yang kuat untuk
mengatasi masalah. Masalah yang dihadapi siswa
antara lain adalah a) pilihan metode pembelajaran, dan b) proses komunikasi timbal balik
antara guru dan siswa yang dirasakan tidak
berjalan secra dialogis. Penyebab-penyebab
masalah itu, dihadapi siswa dengan berbagai cara
seperti diantaranya upaya mengelabui diri sendiri
dan lingkungan terutama guru sehingga dapat
diterima di dalam kelas. Adapun strategi yang
digunakan siswa, berupa tingkah laku maupun
verbal.
Hasil temuan pada aspek ini mengungkap
dua jenis strategi tingkah laku siswa SMK Batik
I Surakarta, yaitu: a). tingkah laku pada diri
sendiri, sebagai strategi untuk mengelabuhi
penyebab stress dengan cara melakukan sesuatu
pada diri sendiri dan menggunakan barang milik
pribadi. Hal ini didasarkan oleh pengakuan siswa
ketika mengalami kejenuhan, kejengkelan dan
ketidak pahaman terhadap materi yang dibahas,
maka yang dilakukannya adalah mengorek-orek
meja dan buku atau membuat gambar-gambar
kecil di buku, tempat pensil dan tangan.
Seringkali siswa menghentak-hentakkan kaki
sambil bergumam maupun menyanyi atau

45

menelungkupkan badan dan kepala di atas meja
belajar sekolah; b). tingkah laku pada sekitar,
sebagai strategi untuk mengelabui penyebab
stress dengan cara melibatkan orang di sekitarnya
dan menggunakan barang milik sekitarnya.
Tingkah laku yang kedua ini biasanya timbul
setelah siswa tidak merasa puas dengan strategi
atau cara-cara yang pertama di atas. Hal lain yang
membuat siswa mengambil sikap ini yaitu ketika
melihat teman di sekitarnya, juga memiliki
kesamaan kondisi. Temuan melalui pengakuan
semua responden (siswa), justru aspek perilaku
ini yang paling sering dilakukan.Temuan ini
sejalan dengan apa yang diteliti oleh Herawani
(1999) terhadap perilaku mahasiswa Ilmu
Keperawatan UI, dalam bentuk penyangkalan
(denial) dan pemindahan (displacement) sebagai
mekanisme pertahan ego.
Kedua, perencanaan. Di sini siswa
berusaha memikirkan, “apa yang akan dilakukan
pada saat di kelas nanti”, atau “apa yang dapat
menjadi alasan agar tidak ikut pelajaran”.
Pemikiran ini muncul karena mereka dihantui
“beban” mengenai terulangnya suasana-suasana
pembelajaran yang menurut mereka: menjenuhkan, membingungkan dan tidak berkualitas.
Perilaku berupa pengalihan suasana hati
yang telah nyaman dalam mengikuti pelajaran
tertentu tersebut dalam bentuk merencanakan
sesuatu merupakan strategi perilaku koping siswa
yang berfokus pada emosi (Emotion Focused
Coping) sebagaimana ditegaskan oleh Lazarus
dan Folkman (Smet, 1994: 145) dengan bentuk
meniadakan fakta-fakta untuk mengatur emosi.
Beberapa perilaku positif, dijumpai pada
beberapa siswa yang merencanakan untuk
bertanya seoptimal mungkin pada guru yang
bersangkutan dan apabila tidak dapat teratasi
maka siswa merencanakan untuk bertanya pada
guru yang lain, dapat dikategorikan pada strategi
koping yang berorientasi pada masalah (Problem
Focused Coping). Bentuk perilaku siswa baik
problem focused coping maupun emotion focused
coping, dapat dipengaruhi oleh faktor kete-

46

Varia Pendidikan, Vol. 20, No. 1, Juni 2008

rampilan memecahkan masalah seperti mencari
informasi, menganalisis situasi dan identifikasi
masalah dengan cara memikirkan dan merencanakan alternatif tindakan.
Ketiga, kontrol diri. Aspek ini dilakukan
beberapa siswa dalam bentuk membatasi
keterlibatan diri sendiri dalam aktivitas kompetisi
atau persaingan, dengan langkah-langkah yang
tidak terburu-buru. Perasaan senang pada
berhitung membuat beberapa siswa mampu
mengendalikan diri dan berusaha senang dengan
guru yang mengampu, mengatur serta mengelola
pikiran dan hati agar mampu bertahan dan
nyaman di kelas. Temuan penelitian terhadap
responden, ternyata hanya sebagian dari mereka
yang sadar untuk berperilaku seperti aspek
kontrol diri dengan alasan pertanggungjawaban
diri terhadap masa depan mereka.
Keempat, cari dukungan sosial. Positif atau
negatifnya strategi koping yang dilakukan oleh
siswa dipengaruhi kuat oleh dukungan sosial
karena dapat membuat suasana hati individu
menjadi nyaman. Dukungan sosial dapat berbentuk nasehat dan informasi. Beberapa siswa
mengeluhkesahkan kepada orang tua, kakak,
saudara, teman dan bahkan guru yang dipercaya,
tentang pokok bahasan yang sulit untuk dipahami
(Kas Kecil dan Rekonsiliasi Bank), kurang setuju
dengan metode pengajaran dari guru tertentu atau
kekecewaan serta kejenuhan-kejenuhan saat
belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR).
Beberapa siswa lain, cenderung mencari simpati
dan pengertian dengan cara bertanya atau
menegaskan kesulitannya dalam memahami
materi yang disampaikan sekaligus sebagai cara
untuk lebih mengerti dan paham.
Kelima, mengingkari. Pengingkaran
terhadap suatu beban masalah siswa terutama
dalam hal menghadapi pelajaran akuntansi, yang
menurut persepsi siswa adalah pada kurang
efektifnya pilihan metode maupun strategi
pembelajaran yang diterapkan guru. Akibatnya
dapat mempengaruhi proses penerimaan dan
pemahaman siswa terhadap pokok bahasan yang

dijelaskan. Kondisi itu senada dengan pernyataan
Mu’tadin (2002 : 1) bahwa setiap individu dalam
menghadapi masalah akan selalu bereaksi negatif
dan positif, reaksi yang muncul dalam bentuk
negatif berupa sikap acuh tak acuh. Siswa
menyadari bahwa beberapa pokok-bahasan dalam
akuntansi memang sulit, sehingga bentuk
pengingkaran yang dilakukan ketika siswa
mengalami kesulitan adalah dengan cara tidak
mau memperhatikan proses pembelajaran atau
mencari alasan mengurusi kegiatan ekstrakurikuler dan cenderung malas belajar kecuali
pada saat akan semesteran. Perilaku koping ini
ternyata hanya dilakukan oleh sebagian kecil
responden, mengingat cukup ketatnya penerapan
disiplin sekolah.
Pola yang sama ditemukan dalam penelitian
Herawani (1999) terhadap mahasiswa Keperawatan UI, dimana orientasinya berupa tindakan
untuk memenuhi tuntutan dari situasi stress secara
realistis, dapat berupa konstruktif atau destruktif.
Perilaku yang nampak menyangkut : a) Perilaku
menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskan
kebutuhan, b) Perilaku menarik diri digunakan
untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman
baik secara fisik atau psikologis, dan c) Perilaku
kompromi digunakan untuk merubah cara
melakukan, merubah tujuan atau memuaskan
aspek kebutuhan pribadi seseorang
Keenam, penerimaan. Situasi yang penuh
dengan stres akan mendorong siswa untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut hingga dapat
diterima dan dilaksanakan dengan sebaik
mungkin. Penerimaan pada masalah yang sama
dan terjadi secara berkala serta continue, bagi
beberapa siswa dapat menjadi bahan atau
pengalaman dalam menghadapi masalah yang
sama di hari berikutnya.
Ketika mengawali pembelajaran, siswa
cenderung memaksa dirinya untuk dapat
menerima situasi pembelajaran dan pilihan
metode yang dipandang tidak tepat. Tetapi setelah
berusaha, siswa justru menemukan cara

Budi Sutrisno dan Ummi Hany E., Profil Perilaku Koping dalam ...

penerimaan sebagai sesuatu yang dirasakan lebih
baik daripada emosi yang merugikan diri sendiri.
Sekalipun penerimaan tersebut masih membutuhkan keaktifan, kontrol diri dan ada
hubungannya dengan keyakinan atau pandangan
positif maupun negatif yang dapat dipengaruhi
oleh dukungan sosial. Siswa mengakui bahwa
nilai raport merupakan salah satu pendorong
semangat siswa untuk berusaha seoptimal
mungkin, sekalipun seringkali harus merasakan
kejenuhan dan melakukan strategi koping untuk
mengatasinya. Keyakinan siswa ini dapat
dipahami dengan merujuk pendapat Mu’tadin
(2002:1) bahwa setiap individu dalam menghadapi masalah akan selalu bereaksi negatif dan
positif, reaksi yang muncul dalam bentuk positif
adalah penyesuaian yang adaptif. Karena manusia
tidak dapat menolak atau menghindar dari
tuntutan atau tekanan yang menimpa dirinya,
maka kemampuan untuk berdamai dengan
penyebab stres (Coping Skill) perlu dilakukan dan
dikembangkan
Ketujuh, religiusitas. Beberapa siswa
mengakui bahwa jika rajin menjalankan ibadah,
lebih sering merenung maka cenderung memilih
cara pemecahan masalah yang lebih diterima oleh
agama maupun norma etika. Siswa mengakui pula
bahwa melalui perenungan dan kesadaran
religiusitas, mereka dapat menerima pelajaran,
sekalipun tidak senang, dan melakukan hal-hal
yang diduga mampu mengatasi kejenuhan dengan
tidak merugikan orang lain. Pilihan koping positif
ini senada dengan Partanjee (1992: 18), yang
menegaskan bahwa kerajinan dalam menjalankan
ibadah, akan menuntun pilihan pemecahan
masalah yang lebih dapat diterima oleh agama
maupun norma etika. Hal yang sebaliknya juga
diakui oleh beberapa siswa lain yang “nota bene”
kurang rajin dalam melakukan tindakan dan
perenungan religiusitas, bahwa mereka kurang
mampu merenungi dan menyandarkan beban dan
harapannya pada Tuhan Yang Maha Esa; mereka
cenderung memilih perilaku yang kurang dapat
diterima di masyarakat pendidikan. Kelompok

47

terakhir ini, hampir mendominasi keseluruhan
responden yang berperilaku koping.
Berdasarkan pengamatan dan pengakuan
responden tentang ragam perilaku koping di atas,
aspek koping yang sering muncul di kalangan
siswa adalah keaktifan dalam arti negatif,
pengingkaran, namun juga kontrol diri serta
religiusitas. Pokok bahasan yang dipandang
paling sulit dan menimbulkan perilaku koping
adalah Kas Kecil dan Rekonsiliasi Bank.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan temuan penelitian di atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) Perilaku
koping yang dilakukan siswa SMK BATIK I,
khususnya kelas 1 pada Program Studi Akuntansi,
dalam menghadapi mata pelajaran Akuntansi
mencakup tindakan-tindakan yang berkisar pada
aspek-aspek: a) keaktifan diri, berupa tingkah
laku pada diri sendiri dan tingkah laku pada
sekitar; b) perencanaan, berupa keterampilan
memecahkan masalah seperti mencari informasi,
menganalisis situasi dan identifikasi masalah
dengan cara memikirkan dan merencanakan
alternatif tindakan; c) kontrol diri, dalam bentuk
berusaha senang dengan guru yang mengampu,
mengatur serta mengelola pikiran dan hati agar
mampu bertahan dan nyaman di kelas; d). cari
dukungan sosial, berupa mencari nasehat,
informasi, dukungan moral , mencari simpati dan
pengertian dengan cara bertanya atau menegaskan
kesulitannya; e) pengingkaran, berupa tindakan
menghindar/menjauh dari proses pembelajaran;
f) penerimaan, berupa keaktifan, kontrol diri dan
keyakinan atau pandangan positif maupun negatif
yang dipengaruhi oleh dukungan sosial. Nilai
raport merupakan salah satu pendorong semangat
siswa untuk memiliki keinginan berusaha; g)
religiusitas, berupa upaya perenungan dan
penyelesaian beban melalui sandaran pada
tuntunan ajaran keagamaan. Aspek-aspek
perilaku koping yang sering muncul di kalangan
siswa, adalah keaktifan dalam arti negatif,

48

Varia Pendidikan, Vol. 20, No. 1, Juni 2008

pengingkaran, namun juga kontrol diri serta
religiusitas. Pokok Bahasan dalam mata pelajaran
Akuntansi, yang paling sulit bagi siswa dan menimbulkan perilaku koping adalah Kas Kecil dan
Rekonsiliasi Bank
Bertolak dari kesimpulan di atas, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1) Bagi guru,
dipandang perlu untuk melakukan kontrol terhadap
penerapan metode pembelajaran dan sekaligus
mendeteksi dan mengatasi permasalahan transfer
keilmuan guru kepada siswa dan permasalahan

suasana proses belajar mengajar (KBM) di masingmasing kelas. 2) Bagi guru BP (Bimbingan dan
Penyuluhan ), agar temuan ini merupakan masukan
bagi pengembangan dalam pelaksanaan fungsinya,
demi kelancaran proses KBM. 3) Bagi Kepala Sekolah, seyogyanya bersama seluruh guru menjadikan
kualitas proses pembelajaran sebagai suatu hal yang
senantiasa ditingkatkan optimalisasinya. 4) Bagi
seluruh siswa, untuk dapat bersikap lebih arif dan
memilih cara mengatasi masalah yang tidak
merugikan diri sendiri maupun pihak lain.

DAFTAR PUSTAKA
Atkinson,RL, Akinson, RC, Smith, E, dan Bem,D. 1997. Pengantar Psikologi. Diterjemahkan Widjaya
kusuma. Batam; Interaksara
Bower, G.H. & Hilgrad, ER. 1981. Theorysm of Learning (5th ed). Englewood Cliffs: Prentice – Hall.
Inc.
Carver, CS. Weintroub, J.K, and Scheiner. M.F. 1989. Assesing Coping Strategies: Theoritically Based
Approach. Journal of Personality and Sosial Psychology. Vol 56. No. 2, 267 – 283
Chaplin, C.P. 1995. Kamus Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Crow Lester D, Crow. Alice. 1984. Psikologi Pendidikan. terjemahan Z. Kasijan Surabaya: PT Bina
Ilmu.
Dimyati, Mudjiono. 1999. Belajar Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Herawani, N. 1999. Mekanisme koping pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan UI. (hasil
penelitian tidak dipublikasikan).
Munadlir. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta Rajawali Press.
Muhadjir, Noeng. 2002. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Cet 2. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Mu’tadin, Z. 2002. Strategi Koping. http: www. e-psikologi.com.12 oktober 2005
Parry, G. 1992. Coping with Crises. New York: The British Psychological Society and Routhledge
Ltd
Pestanjee, D.M. 1992. Stress and Coping. The Indian Eksperience. New Delhi: Sage Publication .
Rogers, G. 1996. The Role of philosophy in Education for Work. Journal Of Industrial Teacher Education
(JITE), 33 (2), 77-82.
Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Indonesia

Budi Sutrisno dan Ummi Hany E., Profil Perilaku Koping dalam ...

49

Soemarsono, SR. 1998. Pengantar Akuntansi Keuangan. Jakarta: YPFE-UI.
Usman, H dan Akbar, P.S. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Edisi IV. Bandung: PT Bumi Aksara
Walter, R.A. 1993. Development of Vocational Education. In C. Anderson & L.C. Ramp (eds),
Vocational education in the 1990’s:A Sourcebook for strategies, methods, and materials. An
Arbor, MI: Prakken.
Yusuf, Haryono. 1999. Dasar-dasar Akuntansi. Jilid I. Yogyakarta: STIE YKPN.