TEORI H SEBAGAI ILMU WAHYU DAN TURATS DA

TEORI H SEBAGAI ILMU WAHYU DAN TURATS DALAM ISLAM
Roikhan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
roikhan.ma@uinjkt.ac.id

Abstract
The concept of conventional found the form of M theory that almost able to unite the
dimensions of time and space, but it still leaves unclear structure and systematics of
the concept itself. Islam in the Qur’an Surah al-Hijr [15]: 87 was able to interpret
the dimensions of time and space by tiered meaning of significance 7 and Qur’an. H’
Theory as a formula could be more better and more precisely, because it can
synchronize with the symbols of root word of Islam. The Hahslm equation H=Ah
(SLM) can be obtained by a single theory that is also based on values of Islam and
derived from al-Qur’an the word of Allah. This God equation would be the answer
for the conventional scientific development that based on empirical values together
with science of Islam that based on the value of worship or intangible value. In the
end, the human civilization is able to break through the impasse of united science
that stagnates in order of different dimensions. And Islam will be recognized as a
single formula in human thought.
Keywords: H’Theory, Hahslm, Qur’an, Islam, and Science


Abstrak
Konsep konvensional ditemukan dalam bentuk teori H yang hampir mampu
menyatukan dimensi ruang dan waktu, tetapi masih menyisakan struktur dan
sistematika yang belum jelas. Ajaran Islam sebagaimana tertera dalam Al Qur’an
Surah al-Hijr [15]:87 telah menafsirkan dimensi ruang dan waktu dengan makna
berjenjang signifikansi 7 dan Al Qur’an. Teori H sebagai rumus bisa lebih baik dan
lebih tepat, karena dapat melakukan sinkronisasi dengan simbol akar kata dari Islam.
The Hahslm persamaan H = Ah (SLM) dapat diperoleh dengan teori tunggal yang
juga didasarkan pada nilai-nilai Islam dan berasal dari al-Qur’an yang merupakan
firman Allah SWT. Firman Allah SWT ini akan menjadi jawaban bagi pengembangan
ilmu pengetahuan konvensional yang berdasarkan nilai-nilai empiris bersama-sama
dengan ilmu pengetahuan Islam yang berdasarkan nilai ibadah atau nilai intangible.
Pada akhirnya, peradaban manusia mampu menerobos kebuntuan bersatunya ilmu
yang mandeg di urutan dimensi yang berbeda. Dan Islam akan diakui sebagai formula
tunggal dalam pemikiran manusia.
Kata kunci: H’ Theory, Hahslm, Qur’an, Islam, dan Sains

JURNAL USHULUDDIN Vol. 24 No. 1, Januari - Juni 2016

103


Pendahuluan
Ilmu pengetahuan tertinggi tentang
penyatuan beberapa teori dasar saat ini yang
menjadi debut pakar fisika dunia adalah Teori M.1
Pengembangan dari konsep terakhir ini
sering disebut sebagai penuh dengan spekulasi
bahwa arah menuju ilmu pengetahuan yang lebih
baik telah benar berada di jalur ini. 2 Ilmu
pengetahuan terkini hampir mencapai puncaknya
dengan mulai mencari teori tunggal dari berbagai
formula di antaranya merupakan gabungan dari
beberapa teori dasar dalam ilmu pengetahuan.3
Dalam kehidupan makro kosmos, teori fisika
dasar ini menjadi postulat bagi ilmu pengetahuan,
yaitu terdapat 4 gaya yang akan selalu ada di setiap
sistem maupun sub sistem kehidupan. Keempat
gaya tersebut yaitu: gaya elektromagnetik, nuklir
lemah, nuklir kuat, dan gravitasi.4 Para ilmuwan
berkolaborasi menggabungkan Teori Gravitasi

Relativitas Umum dengan Teori Fisika Kuantum
untuk mewujudkan kebenaran Teori M yang
merupakan gabungan dari model empat gaya
tersebut. 5 Bahkan para pakar dunia juga
menyetujui bahwa pasti ada teori tunggal yang
dicari selama 3000 tahun untuk mengetahui
rancang agung alam semesta ini.
Teori M atau teori membran (dawai)
merupakan teori yang mendeskripsikan adanya
dimensi yang bertahap sampai pada sebelas
tingkatan.6 Kemudian dianggap terlalu sulit dan

ekstrim untuk dilanjutkan, karena menjadi kurang
logis dan sistematis. Pada tahap ini, ketika
komunitas konvensional sedang berupaya
mencari jalan keluar ternyata Islam juga berusaha
untuk keluar dari belenggu ilmu syariah dan
perilaku. Walaupun secara sekilas dimungkinkan
bahwa Islam juga sebenarnya mempunyai ilmu
pengetahuan yang luar biasa menakjubkan.7

Hanya saja, kemandegan pemikiran tidak hanya
dimonopoli oleh pengembangan Teori M saja,
tetapi juga oleh ilmuwan Islam. Untuk itu
dibutuhkan perspektif berbeda yang bisa jadi
menjembatani antara posisi ilmuwan
konvensional yang logis fisik dengan agamawan
spiritualis yang intuitif non-fisik. Agama
menyatakan bahwa semua ilmu pengetahuan
berasal dari Allah Swt., yang terkodifikasi dalam
al-Qur’an yang menyebutkan bahwa Islam adalah
jawaban dari ilmu pengetahuan semesta alam
sebagaimana tercantum dalam Surah an-Nahl [16]
ayat 89 berikut ini:
X=ل¦BXT  ×1®M¦†ÁÝ5U  ÕC°K% 2¯IÙjQ WÆ •ik¯I[‰ R‰%Ê  ©G#Å r¯Û À@\È×W5 W3×SWcXT

;=›Xk×°" _ ›W*¦Ù |^ÙkQ Wà X=Ù‰sW5XT  °Ä,YÁU‘›\F rQ"Wà •ik®M\ |^¯

 §±²¨WÛÜ°-¯ ԁÀ-Ú °sXnՓÈXT