Skripsi kak audri hub asupan aktivitas f

HUBUNGAN INTAKE KALORI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA SISWA/I DI SMA N 1 KOTA SOLOK

Skripsi Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh

AUDRY TILDHA PRITAMI No. BP. 1210312078 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKIHR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya mahasiswa/dosen/tenaga kependidikan*Universitas Andalas yang bertandatangan di bawah ini:

Nama lengkap

: Audry Tildha Pritami

No. BP/NIM/NIDN : 1210312078 Program Studi

: Pendidikan Dokter

Fakultas

: Kedokteran

JenisTugas Akhir

: Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Andalas hak ata spublikasi online Tugas Akhir saya yang berjudul :

Hubungan Intake Kalori dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Overweight Pada Siswa/i di SMAN 1 Kota Solok

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Universitas Andalas juga berhak untuk menyimpan, mengalihmedia / formatkan, mengelola, merawat, dan mempublikasikan karya saya tersebut di atas selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penuiis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya bug dengan sebenarnya.

Dibuat di Padang Pada tanggal 26 April 2016 Yang menyatakan,

(Audry Tildha Pritami)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirraahiim Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini yang

berjudulu “Hubungan Intak Kalori dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Overweight pada Siswa/i di SMA N 1 Kota Solok” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Penyelesaian skripsi ini mendapat bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu izinkanlah penulis menyampaikan timakasih, penghormatan dan penghargaan kepada :

1. Bapak Dr. dr. Masrul, M.Sc, Sp.GK selaku Dekan beserta Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

2. Bapak Dr. dr. Masrul, M.Sc, Sp.GK dan Ibu Dra. Yustini Alioes, M.Si, Apt selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan serta meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, M.Sc, Sp.GK, Bapak dr. Erkadius, M.Sc, dan Ibu Dra. Asterina, MS sebagai tim penguji yang telah memberikan masukan, saran dan petunjuk demi kesempurnaan skripsi ini.

4. dr. Wahyudi, SpPD selaku Pembimbing Akademik yang telah memacu semangat penulis untuk menuntut ilmu lebih giat lagi selama masa studi.

5. Seluruh dosen pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Berbagai pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan kepada penulis bernilai ibadah

di sisi Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala kekurangan yang ada, penulis hanya bisa mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama kepada pembaca dan penulis sendiri.

Padang, 14 April 2016

Penulis

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan mendapat (siksa) dari

(kejahatan) yang diperbuatnya. (QS. 1 : 286)

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (QS. 94 : 5-6)

Skripsi ini didedikasikan kepada : Keluarga tercinta : Mama (Dra. Titi Suharti), Papa (Afdal, SH), dan adik (Fariz Dwi Jandika) serta sahabat-sahabat tersayang (Resti Yomelia, S.Ked, Ranny Anneliza, S.Ked, dan Fatimah Yusra N, S.Ked)

ABSTRACT THE RELATION BETWEEN CALORY INTAKE AND PHYSICAL ACTIVITY WITH INCIDENCE OF OVERWEIGHT ON STUDENTS AT SENIOR HIGH SCHOOL 1 SOLOK CITY By AUDRY TILDHA PRITAMI

Overweight ’s prevalence is increasing and become a big problem in the world. Calorie intake, physical activity and genetic history are the universal risk factors of overweight in adolescents. The purpose of this study is to determine the relation between calory intake, physical activity and genetic history with incidence of overweight on students at Senior High School 1 Solok City.

This research is an analytic study with cross sectional approach to the subject of research students in Senior High School 1 Solok City. The study was conducted on November 2015. The samples are 118 students were measured weight and height and interviewed by the Food Frequency Questionary (FFQ) to assess the intake of calories; Baecke index questionnaire to assess their physical activity; and asked about the overweight genetic history. This data then analyzed by using Chi Square test and considered significant if p <0,05.

The prevalence of overweight was 25,4%, samples that have excess calory intake was 50%, samples with low phisical activity was 40,7% and the genetic history present in 41,5 % samples. Bivariat analyse result show there are significant correlation between calory intake (p=0,000), physical activity (p=0,039) and genetic history (p=0,000) with incidence of overweight.

Based on these results, it can be concluded that there is relation between calory intake, physical activity and genetic history with overweight.

Keywords: calory intake, physical activity, genetic history, overweight

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas viii

ABSTRAK HUBUNGAN INTAKE KALORI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA SISWA/I DI SMA N 1 KOTA SOLOK

Oleh

AUDRY TILDHA PRITAMI

Overweight menjadi permasalahan yang semakin meningkat prevalensinya di dunia. Asupan makanan, aktivitas fisik dan riwayat keluarga adalah faktor risiko universal pada remaja yang mengalami overweight . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan intake kalori dan aktivitas fisik pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok.

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross sectional dengan subjek penelitian yaitu siswa/i di SMA N 1 Kota Solok. Penelitian dilakukan pada bulan November 2015. Sampel diambil sebanyak 118 orang yang diukur berat badan dan tinggi badannya dan diwawancari dengan Food Frequency Quetionary (FFQ) untuk menilai intake kalorinya; kuesioner indeks Becke untuk menilai aktivitas fisiknya; dan ditanyakan tentang riwayat overweight pada keluarganya. Data ini kemudian dianalisis menggunakan uji Chi Square dan dianggap bermakna bila nilai p<0,05.

Hasil univariat didapatkan prevalensi overweight adalah 24,5%, sampel dengan intake kalori lebih sebanyak 50%, sampel dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 40,7% dan sampel yang memiliki riwayat keluarga overweight sebanyak 41,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna anatara intake kalori (p=0,000), aktivitas fisik (p=0,039) dan riwayat keluarga (p=0,000) dengan kejadian overweight .

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara intake kalori, aktivitas fisik, dan riwayat keluarga dengan overweight.

Kata kunci: intake kalori, aktifitas fisik, riwayat keluarga overweight

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ix

2.4.2 Klasifikasi Aktivitas Fisik ………………………………....... 32

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian …………………………............ 34

3.2 Hipotesis Penelitian ……………………………………………….. 35

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 36

4.3.3 Besar Sampel

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.4.1 Variabel Penelitian

4.4.2 Definisi Operasional

4.5 Instrumen Penelitian

4.6 Prosedur Pengumpulan Data

4.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Pengolahan Data

4.7.2 Analisis Data

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Data Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.2 Analisis Univariat

5.3 Analisis Bivariat

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Kejadian Overweight

6.2 Gambaran Intake Kalori Responden

6.3 Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Responden

6.4 Gambaran Riwayat Keluarga Responden

6.5 Hubungan Intake Kalori dengan Kejadian Overweight

6.6 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Overweight

6.7 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Overweight

6.8 Keterbatasan Penelitian

BAB 7 PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

59 LAMPIRAN

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas xi

Daftar Tabel

Halaman TABEL 2.1 : Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT menurut Kriteria

10 WHO TABEL 2.2 : Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT menurut Kriteria

11 Asia Pasifik TABEL 2.3 : Dampak Patologis dari Berat Badan Lebih dan Obesitas

TABEL 2.4 : Kebutuhan Nutrisi Remaja Klasifikasi Aktivitas Fisik

TABEL 2.5 : Angka Kecukupan Gizi Remaja Indonesia yang Dianjurkan 26 (Perorang Perhari) TABEL 2.6 : Klasifikasi Aktivitas Fisik

TABEL 5.1 : Karakteristik Responden menurut Kelas

TABEL 5.2 : Karakteristik Responden menurut Jenis Kelamin

TABEL 5.3 : Karakteristik Responden menurut Umur

TABEL 5.4 : Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh Siswa SMA N 1

46 Kota Solok TABEL 5.5 : Distribusi Frekuensi Intake Kalori, Aktivitas Fisik dan

46 Riwayat Keluarga TABEL 5.6 : Rerata Intake Kalori dan Tingkat Aktivitas Fisik Siswa/i

46 SMA N 1 Kota Solok TABEL 5.7 : Hubungan Intake Kalori dengan Kejadian Overweight

TABEL 5.8 : Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Overweight 47

TABEL 5.9 : Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Overweight 48

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas xii

Daftar Gambar

Halaman GAMBAR 2.1 : Kecenderungan Status Gizi (IMT/U) Remaja Umur 16- 27

18 tahun 2010 dan 2013

GAMBAR 2.2 : Metabolisme Zat Penghasil Kalori

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas xiii

Daftar Singkatan

AKG = Angka Kecukupan Gizi BMR

= Basal Metabolic Rate IMT = Indeks Massa Tubuh

LPL = Lipoprotein Lipase MET

= Metabolic Equivalent Task MEOS

= Microsomal Ethanol Oxidizing System NEAT

= Non Exercise Activity Thermogenesis PAL

= Physical Activity Level SMA

= Sekolah Menengah Atas VLDL

= Very Low Density Lipoprotein WHO

= World Health Organization WNPG

= Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent Form Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Lampiran 3. Teknis Pengambilan Sampel Lampiran 4. Tabel Data Lampiran 5. Analisis Data Lampiran 6. Surat Izin Penelitian

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak. (Purnamawati, 2009). Kelebihan lemak tubuh disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara kalori yang dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan (Supeni dan Asmayuni, 2007).

Kalori adalah satuan dasar yang digunakan untuk menyatakan energi, yaitu jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 g H 2 O sebesar 1°C. Masukan energi diperoleh dari intake kalori yang masuk melalui sumber makanan yang dikonsumsi. Energi yang dihasilkan dari proses biokimiawi makanan yang masuk ke dalam tubuh akan digunakan oleh sel dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Phosphat) untuk melakukan kerja biologis. Energi tersebut juga dapat disimpan dalam bentuk glikogen (di hati dan otot) dan triasilgliserol (di jaringan adiposa) dan dapat digunakan kembali sebagai bahan bakar tubuh ketika tidak terjadi pencernaan dan penyerapan makanan. Penumpukan cadangan energi yang disimpan dalam jaringan adiposa dapat menyebabkan kelebihan berat badan apabila intake kalori tidak seimbang dengan jumlah energi yang digunakan untuk aktivitas fisik (Sherwood, 2011).

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi (WHO, 2010). Aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya (Almatsier, 2009).

Obesitas dan overweight menjadi permasalahan yang semakin marak saat ini dan memengaruhi lebih dari 1,1 miliar orang di seluruh dunia. Keduanya dikaitkan dengan kematian prematur, morbiditas kronis, dan peningkatan penggunaan layanan kesehatan (Rucker et. al , 2007).

Gizi yang tidak baik adalah faktor risiko penyakit tidak menular, seperti penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di Indonesia merupakan akibat dari penyakit tidak menular yang sebagian besar berhubungan dengan kelebihan berat badan dan kegemukan yang disebabkan oleh kelebihan gizi (Depkes RI, 2008).

Terdapat korelasi antara peningkatan prevalensi gizi lebih dengan peningkatan prevalensi kesakitan akibat penyakit non infeksi seperti hipertensi dan diabetes mellitus (Prihatini dan Jahari, 2007). Risiko yang paling penting dari penyakit tidak menular antara lain tekanan darah tinggi, konsentrasi kolesterol tinggi dalam darah, kurangnya asupan buah dan sayur, kelebihan berat badan, aktivitas fisik dan perilaku merokok (WHO, 2002).

Data WHO pada tahun 2014 menunjukkan lebih dari 1,9 miliar orang dewasa, yang berusia 18 tahun ke atas mengalami overweight, dan 600 juta diantaranya mengalami obesitas. Persentase orang dewasa berusia 18 tahun ke atas di seluruh dunia yang mengalami overweight adalah 39%. Jumlah keseluruhannya adalah 38 % dari jumlah populasi laki-laki dan 40% dari semua populasi wanita.

Penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI (2003) di 12 kota besar di Indonesia memperlihatkan bahwa 18,8% penduduk mengalami overweight . Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI (2003) di 12 kota besar di Indonesia memperlihatkan bahwa 18,8% penduduk mengalami overweight . Hasil

Data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat tahun 2005 menunjukkan bahwa terdapat 24% orang dewasa yang termasuk dalam kategori gemuk dengan

IMT >25,0 kg/m 2 di Sumatera Barat (Supeni dan Asmayuni, 2007). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 pervalensi remaja di Sumatera Barat yang mengalami

overweight adalah 8,3% (usia 13-15 tahun) dan 6% (usia 16-18 tahun). Asupan makanan, aktivitas fisik dan perilaku kurang gerak adalah faktor

risiko universal pada remaja yang mengalami overweight (Rena I et al., 2007). Kecenderungan terjadinya kelebihan berat badan dijumpai pada sebagian besar orang yang sangat terkait erat dengan pola makan, status sosial, ketidakseimbangan aktivitas tubuh, dan konsumsi makanan (Misnadiarly, 2007 dalam Sutiari et al., 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supeni dan Asmayuni pada tahun 2007 di Kota Padang Panjang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan kalori ( intake kalori) dengan terjadinya overweight , yaitu dari keseluruhan energi total, karbohidrat menyumbang sebanyak 58% (lebih rendah daripada yang dianjurkan yaitu sebesar 60%-65%), lemak menyumbang sebanyak 29% (lebih besar dari yang dianjurkan yaitu sebesar 20%-25%) dan asupan protein menyumbang sebanyak 14% (masih dalam batas yang dianjurkan yaitu 10%-15%). Asupan serat (total) yang rendah terlihat lebih tinggi daripada asupan serat (total) yang tinggi.

Sebuah penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa baru Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin menunjukkan hanya 56,6% mahasiswa yang melakukan praktik gizi seimbang. Sedangkan 43,4% sisanya, belum menerapkan gizi seimbang dalam keseharian (Sunarti, 2011). Terdapat hubungan yang signifikan antara energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi, dan seng dengan status gizi berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) dan LILA (Lingkar Lengan Atas) sedangkan untuk asupan vitamin A, vitamin C, asam folat, dan kalsium tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi (IMT dan LILA) pada remaja putri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Muchlisa, 2013). Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Amelia pada tahun 2013 di Pondok Pesantren Hidayatullah Makassar yaitu terdapat hubungan antara asupan energi, protein dan zink dengan status gizi santri, sedangkan untuk lemak, karbohidrat, vitamin C, natrium, kalsium, magnesium, dan zat besi tidak memiliki hubungan dengan status gizi.

Secara nasional pada tahun 2007 hampir separuh penduduk Indonesia (48,2%) kurang melakukan aktivitas fisik secara teratur (Kementerian Kesehatan, 2007). Laporan Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa terdapat 22 provinsi dengan penduduk yang melakukan aktivitas fisik tergolong kurang aktif di Indonesia, termasuk di dalamnya Sumatera Barat.

Perubahan gaya hidup, yakni dari traditional life style berubah menjadi sedentary life style yaitu kehidupan dengan aktivitas fisik sangat kurang, dianggap bertanggung jawab atas kejadian overweight (Proverawati, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Rahmadani, et. al , pada tahun 2014 menunjukkan bahwa ada Perubahan gaya hidup, yakni dari traditional life style berubah menjadi sedentary life style yaitu kehidupan dengan aktivitas fisik sangat kurang, dianggap bertanggung jawab atas kejadian overweight (Proverawati, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Rahmadani, et. al , pada tahun 2014 menunjukkan bahwa ada

Hudha (2006) menyatakan dalam penelitiannya bahwa remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik cenderung untuk mengalami kelebihan berat badan. Sebuah penelitian yang dilakukan Rahmadani et al., pada tahun 2014 (p=0,000) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perilaku sedentari (aktivitas fisik yang sangat kurang) dengan kejadian overweight pada remaja di SMA Katolik Cendrawasih Makassar. Siswa yang sering melakukan aktivitas sedentari (78,6%) cenderung mengalami overweight (50,9%).

Penelitian Mahmudah tahun 2014 di SMP Muhammadiyah 10 Surakarta juga memperlihatkan hasil yang sama, yaitu ada perbedaan aktivitas fisik yang signifikan antara kelompok siswi yang mengalami overweight dengan kelompok siswi yang tidak overweight (p=0,000). Kelompok overweight cenderung lebih banyak melakukan aktivitas yang ringan (84,6 %) dibandingkan dengan kelompok yang tidak overweight .

Kasus obesitas dan overweight relatif lebih tinggi terjadi pada anak-anak dan remaja dibandingkan orang dewasa (Neovius et al., 2009). Remaja adalah usia rentan gizi karena pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan kedua setelah sebelumnya terjadi percepatan pertumbuhan pertama pada masa anak- anak. (Azrimaidaliza dan Purnakarya, 2011). Usia remaja merupakan masa pematangan dari pertumbuhan dan perkembangan dalam siklus kehidupan manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi akan mempengaruhi status gizi pada masa ini. Ketidakseimbangan asupan kebutuhan akan dapat menimbulkan masalah gizi, baik masalah gizi lebih, maupun gizi kurang (Popkin et al., 2006).

Masa remaja merupakan tahapan penting dalam siklus kehidupan manusia karena pada saat inilah remaja mulai independen untuk menentukan gaya hidupnya, termasuk konsumsi makanan. Peningkatan interaksi sosial dengan teman sebaya juga menjadi faktor pembentuk kebiasaan makan dan aktivitas fisik pada remaja (Al-Hazza et al., 2011).

SMA N 1 Kota Solok adalah salah satu Sekolah Menengah Atas unggulan di Kota Solok. Hal ini dibuktikan dengan akreditasi A yang disandang sekolah tersebut semenjak penetapan pada tahun 2009. Kelulusan siswa SMA N 1 Kota Solok mencapai 100% pada tahun 2015 dan 197 siswa diantaranya diterima di berbagai perguruan tinggi favorit, baik di Sumatera Barat maupun di luar Sumatera Barat (SMA N 1 Kota Solok, 2015).

Selain sumber daya yang bagus, sistem pembelajaran yang baik dan guru yang berkualitas, gizi juga ikut berperan dalam pencapaian prestasi belajar. Zat gizi yang terdapat dalam makanan dapat mempengaruhi perkembangan otak seseorang. Apabila makanan yang dikonsumsi tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama maka dapat menyebabkan perubahan metabolisme otak (Cakrawati, 2012). Sebuah penelitian yang dilakukan di SD Negeri Semarang memperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa di sekolah tersebut (Ristiyati et al., 2014).

Sumber makanan seorang pelajar umumnya terutama didapatkan di rumah masing-masing dan di sekolah mereka. Lokasi SMA N 1 Kota Solok terletak cukup dekat dengan pusat kota. Hal ini akan memudahkan siswa/i SMA N 1 Kota Solok untuk mengakses tempat makan cepat saji yang mulai banyak dibangun di Sumber makanan seorang pelajar umumnya terutama didapatkan di rumah masing-masing dan di sekolah mereka. Lokasi SMA N 1 Kota Solok terletak cukup dekat dengan pusat kota. Hal ini akan memudahkan siswa/i SMA N 1 Kota Solok untuk mengakses tempat makan cepat saji yang mulai banyak dibangun di

Siswa/i SMA N 1 Kota Solok rata-rata berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke atas. Hal ini menjadi salah satu faktor pendukung peningkatan penggunaan teknologi seperti gadget dan kendaraan bermotor pribadi yang dapat menyebabkan menurunnya aktivitas fisik yang aktif. Mereka akan cenderung malas untuk berjalan kaki, bersepeda dan melakukan aktivitas fisik di luar ruangan lainnya. Perilaku ini dapat menurunkan keluaran energi sehingga dapat memicu penyimpanan lemak berlebihan di dalam tubuh (Syarif D, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui hubungan intake kalori dan aktivitas fisik dengan kejadian overweight pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana frekuensi kejadian overweight pada siswa/i di SMAN 1 Kota Solok ?

2. Bagaimana hubungan intake kalori dengan kejadian overweight pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok ?

3. Bagaimana hubungan aktivitas fisik dengan kejadian overweight pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan intake kalori dan aktivitas fisik dengan kejadian overweight pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian overweight pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok.

2. Mengetahui distribusi frekuensi intake kalori pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok.

3. Mengetahui distribusi frekuensi aktivitas fisik pada siswa/i di SMA N1 Kota Solok.

4. Mengetahui hubungan antara intake kalori dengan kejadian overweight pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok.

5. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian overweight pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok.

6. Mengetahui hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian overweight pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

1. Memberikan sumbangan ilmiah terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai overweight.

2. Menjadi pembanding dan sumber referensi bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat memperluas pengetahuan mengenai hubungan antara intake kalori dan aktivitas fisik dengan kejadian overweight .

1.4.2 Manfaat bagi Institusi

1. Meningkatkan pengetahuan siswa/i SMA N 1 Kota Solok tentang status gizi ideal, intake kalori yang seimbang dan aktivitas fisik yang baik bagi tubuh.

2. Memberikan motivasi kepada siswa/i SMA N 1 Kota Solok untuk mengatur intake kalori dengan seimbang dan melakukan aktivitas fisik yang baik sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan dan semangat belajar serta mencegah berbagai dampak buruk dari kelebihan berat badan di masa depan.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

1. Memberikan informasi tentang intake kalori dan aktivitas fisik yang baik untuk tubuh serta langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi kelebihan berat badan.

2. Memberikan informasi tentang dampak negatif bagi kesehatan akibat kondisi overweight .

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatannya dengan cara memiliki proporsi tubuh yang ideal sehingga dapat mencegah berbagai dampak negatif dari kelebihan berat badan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Overweight

2.1.1 Pengertian Overweight Berat badan berlebih ( overweight ) bisa didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang berlebihan di dalam tubuh. Akumulasi lemak yang berlebihan dapat mencapai 50% dari berat badan total (Barasi, 2007).

Overweight (gizi lebih) yaitu kelebihan berat badan 10% dari berat badan normal sedangkan obesitas (kegemukan) yaitu kelebihan berat badan 20% dari berat badan normal (WHO, 2010).

2.1.2 Klasifikasi Status Gizi

Pengukuran berat badan dan tinggi badan adalah komponen dari antropometri yang merupakan indikator status gizi. Penilaian keseimbangan asupan dan penggunaan energi dapat dinilai dengan membandingkan berat badan

(satuan kg) dengan tinggi badan dalam kuadrat (satuan meter 2 ), yaitu menggunakan metode IMT (Indeks Massa Tubuh). IMT dapat digunakan untuk

menentukan klasifikasi komposisi tubuh seseorang yang menggambarkan status gizinya. Berikut adalah klasifikasi status gizi berdasarakan IMT menurut WHO :

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT menurut Kriteria WHO

Kategori 2 Kisaran IMT (kg/m )

Berat badan kurang (kurang)

Berat badan normal (ideal)

Overweight ( overweight)

Obesitas tingkat 1

Obesitas tingkat 2

35-39,9

Sangat obesitas

Sumber : World Health Organization, 2004

Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT menurut kriteria Asia Pasifik

Kategori 2 Kisaran IMT (kg/m )

Kurus (kurang/ underweight )

Normal (ideal)

Kelebihan ( overweight)

Obesitas tingkat 1

Obesitas tingkat 2

35-39,9

Obesitas tingkat 3

Sumber : The Asia-Pacific Perspective : Redefining Obesity and Its Treatment, World Health Organization (WHO)

2.1.3 Etiologi Overweight

Penyebab mendasar dari overweight dan obesitas ialah kelebihan asupan energi dalam makanan dibandingkan pengeluaran energi. Jika seseorang diberi makan diet tinggi kalori dalam jumlah tetap, sebagian mengalami pertambahan overweight cepat dari yang lain, tetapi pertambahan berat badan yang lebih lambat disebabkan oleh peningkatan pengeluaran energi dalam bentuk gerakan kecil yang gelisah (Nonexercise Activity Thermogenesis; NEAT) (Ganong, 2008).

Kegemukan dapat terjadi jika konsumsi kilokalori berlebihan dibandingkan dengan yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh. Sehingga kelebihan tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak. Seorang manusia dewasa dapat memiliki sekitar 40 milyar hingga 50 milyar

adiposit dan setiap sel lemak mampu menampung 1,2 μg trigliserida. Jumlah ini akan terus mengalami peningkatan seiring jumlah kalori yang dikonsumsi (Sherwood, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mujur (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian overweight di SMA N 4 Semarang (p=0,005). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supeni dan Asmayuni pada tahun 2007 di Kota Padang Panjang juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan kalori ( intake kalori) dengan terjadinya overweight , yaitu dari keseluruhan energi total, adiposit dan setiap sel lemak mampu menampung 1,2 μg trigliserida. Jumlah ini akan terus mengalami peningkatan seiring jumlah kalori yang dikonsumsi (Sherwood, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mujur (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian overweight di SMA N 4 Semarang (p=0,005). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supeni dan Asmayuni pada tahun 2007 di Kota Padang Panjang juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan kalori ( intake kalori) dengan terjadinya overweight , yaitu dari keseluruhan energi total,

Overweight terjadi jika aktivitas fisik yang dilakukan lebih sedikit dibandingkan dengan asupan kalori yang dikonsumsi. Hasil penelitian yang

dilakukan Hudha (2006) menunjukkan bahwa responden yang kurang melakukan aktivitas fisik cenderung untuk mengalami kelebihan berat badan. Sebuah penelitian lain yang dilakukan Rahmadani et al., pada tahun 2014 (p=0,000) juga menunjukkan hasil yang sama yaitu, terdapat hubungan positif yang signifikan antara perilaku sedentari (aktivitas fisik yang sangat kurang) dengan kejadian overweight pada remaja di SMA Katolik Cendrawasih Makassar. Siswa yang sering melakukan aktivitas sedentari (78,6%) cenderung mengalami overweight (50,9%).

Berikut ini adalah komponen makanan yang berperan menyebabkan peningkatan jumlah lemak (adiposit) di dalam tubuh pada kondisi gizi lebih dan diet yang tidak seimbang :

2.1.3.1 Lemak Diet kaya lemak dapat menyebabkan konsumsi energi secara berlebihan dan keseimbangan energi menjadi positif. Lemak dalam makanan yang kebanyakan berbentuk triasilgliserol (trigliserida) dapat menghasilkan 9 kkal/g. Ini adalah jumlah kalori tertinggi di antara yang dapat dihasilkan oleh jenis asupan makanan lainnya. Triasilgliserol yang masuk ke lambung akan masuk ke dalam usus halus kemudian mengalami proses emulsifikasi 2.1.3.1 Lemak Diet kaya lemak dapat menyebabkan konsumsi energi secara berlebihan dan keseimbangan energi menjadi positif. Lemak dalam makanan yang kebanyakan berbentuk triasilgliserol (trigliserida) dapat menghasilkan 9 kkal/g. Ini adalah jumlah kalori tertinggi di antara yang dapat dihasilkan oleh jenis asupan makanan lainnya. Triasilgliserol yang masuk ke lambung akan masuk ke dalam usus halus kemudian mengalami proses emulsifikasi

selanjutnya dioksidasi menjadi energi dan CO 2 + H 2 O sedangkan gliserol dapat digunakan untuk membentuk triasilgliserol di dalam hati dalam keadaan kenyang. Sisa asam lemak bebas yang tidak digunakan untuk membentuk energi akan diserap oleh jaringan adiposa dan disimpan sebagai trigliserida kembali (Marks et. al , 2000).

2.1.3.2 Karbohidrat Mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat akan memicu insulin untuk merangsang penyaluran glukosa ke dalam hati dan otot. Hati akan mengoksidasi glukosa untuk memenuhi kebutuhan energi. Kelebihan glukosa disimpan di hati dalam bentuk glikogen dan glukosa diubah menjadi asam lemak dan menjadi gugus gliserol yang bereaksi dengan asam lemak untuk menghasilkan gliserol, proses ini dinamakan lipogenesis. Triasilgliserol ini dikemas dalam VLDL lalu dikeluarkan ke darah dan diangkut ke jaringan adiposa sebagai bahan bakar cadangan 2.1.3.2 Karbohidrat Mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat akan memicu insulin untuk merangsang penyaluran glukosa ke dalam hati dan otot. Hati akan mengoksidasi glukosa untuk memenuhi kebutuhan energi. Kelebihan glukosa disimpan di hati dalam bentuk glikogen dan glukosa diubah menjadi asam lemak dan menjadi gugus gliserol yang bereaksi dengan asam lemak untuk menghasilkan gliserol, proses ini dinamakan lipogenesis. Triasilgliserol ini dikemas dalam VLDL lalu dikeluarkan ke darah dan diangkut ke jaringan adiposa sebagai bahan bakar cadangan

2.1.3.3 Alkohol Alkohol dapat menyebabkan asupan energi berlebihan jika dikonsumsi sebagai tambahan makanan normal (Barasi, 2007). Alkohol dioksidasi

menjadi CO 2 dan H 2 O dalam tubuh dan menghasilkan energi sekitar 7 kkal/g, lebih besar daripada karbohidrat tetapi lebih kecil daripada lemak. Alkohol dioksidasi menjadi asetaldehida terutama oleh ADH (alkohol dehidrogenase) di dalam mitokondria. Etanol pada konsentrasi tinggi juga dapat dioksidasi oleh MEOS ( Microsomal Ethanol Oxidizing System ). Efek dari proses ini dapat berdampak pada peningkatan pembentukan triasilgliserol. Penimbunan triasilgliserol di dalam hati dapat menyebabkan perlemakan hati sedangkan triasilgliserol yang disekresikan ke luar hati dalam bentuk VLDL ( Very Low Density Lipoprotein ) akan dicerna oleh LPL (Lipoprotein Lipase) menjadi asam lemak. Asam lemak ini bisa diserap oleh adiposa dan disimpan sebagai trigliserida (Marks et. al , 2000). Pada orang yang mengalami berat badan yang berlebihan terjadi

keseimbangan energi positif. Pada saat jumlah energi dalam makanan yang masuk lebih besar daripada jumlah energi yang dikeluarkan untuk kerja eksternal dan fungsi internal, maka kelebihan energi tersebut akan disimpan di dalam tubuh, terutama sebagai jaringan lemak, sehingga berat tubuh bertambah. Sebaliknya, keseimbangan energi negatif mengakibatkan berkurangnya berat tubuh, dan keseimbangan energi positif. Pada saat jumlah energi dalam makanan yang masuk lebih besar daripada jumlah energi yang dikeluarkan untuk kerja eksternal dan fungsi internal, maka kelebihan energi tersebut akan disimpan di dalam tubuh, terutama sebagai jaringan lemak, sehingga berat tubuh bertambah. Sebaliknya, keseimbangan energi negatif mengakibatkan berkurangnya berat tubuh, dan

Beberapa penyebab yang diduga mungkin terlibat dalam terjadinya overweight antara lain (Sherwood, 2011) : - Pembentukan sel lemak dalam jumlah berlebihan Sekali terbentuk, sel lemak tidak akan lenyap dengan pembatasan makan dan usaha penurunan berat badan. Trigliserida dapat menghilang dari sel lemak ketika seseorang melakukan diet, namun sel-sel lemak ini akan senantiasa siap untuk diisi kembali oleh trigliserida saat seseorang berhenti dari program dietnya. Karena itu, rebound setelah penurunan berat badan sulit dihindari.

- Gangguan jalur sinyal leptin Leptin adalah suatu hormon yang esensial bagi regulasi berat tubuh. Defek dapat terjadi pada reseptor leptin di otak yang tidak berespon terhadap tingginya kadar leptin darah yang berasal dari jaringan lemak yang banyak. Defek lain yang mungkin terjadi adalah gangguan transpor leptin menembus sawar darah otak atau defisisensi salah satu pembawa pesan kimiawi di jalur leptin. Sehingga otak tidak mendeteksi leptin tersebut sebagai sinyal untuk menurunkan nafsu makan. Hal ini akan memicu penimbunan lemak terus menerus di dalam tubuh yang berakibat terjadinya kelebihan berat badan.

- Kurang olahraga Saat ini seseorang harus melakukan olahraga atas keinginan sendiri karena aktivitas fisik untuk bertahan hidup cenderung sedikit. Salah satu - Kurang olahraga Saat ini seseorang harus melakukan olahraga atas keinginan sendiri karena aktivitas fisik untuk bertahan hidup cenderung sedikit. Salah satu

- Perbedaan dalam mengekstraksi energi dari makanan Studi-studi memperlihatkan bahwa orang dengan berat badan ideal memiliki lebih banyak uncoupling proteins yang memungkinkan sel-sel mereka mengubah lebih banyak kalori nutrien menjadi panas dan bukan menjadi lemak. Mereka adalah orang yang dapat makan banyak tanpa bertambah berat badannya. Sebaliknya, orang dengan overweight mungkin memiliki sistem metabolik yang lebih efisien dalam mengekstraksi energi dari makanan sehingga menyebabkan penimbunan lemak yang lebih banyak dalam tubuh.

- Keberadaan penyakit endokrin tertentu misalnya hipotiroidisme Hipotiroidisme adalah defisiensi produksi hormon tiroid. Fungsi hormon tiroid yaitu meningkatkan Basal Metabolic Rate (BMR) sehingga tubuh membakar kalori lebih banyak saat beristirahat. Pada pasien hipotiroidisme, hormon tiroid tidak dapat menjalankan perannya secara optimal sehingga pembakaran kalori menjadi berkurang.

- Ketersediaan makanan yang berlimpah, lezat, padat energi dan relatif murah. - Gangguan emosi di mana makan berlebihan menggantikan kepuasan yang lain. - Pengaruh Genetik Pada populasi umum, meskipun cacat gen spesifik belum teridentifikasi dengan jelas, pengaruh riwayat keluarga jelas menunjukkan peran genetik sebagai faktor obesitas manusia (Greganti dan Runge, 2009). Menurut

Mustofa (2010) Parental fatness merupakan faktor genetik yang memiliki peranan besar. Bila kedua orangtua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%.

2.1.4 Dampak Overweight Beberapa penelitian menunjukkan overweight dapat menyebabkan keterhambatan fungsi fisik dan psikologis yang berdampak pada penurunan kualitas hidup (Kim dan Kawachi, 2008). Keadaaan overweight pada remaja cenderung dapat berlanjut ketika dewasa dan lansia (Khomsan, 2004). Hal ini dapat meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2 dan berpotensi mengalami gangguan metabolisme glukosa serta mendapat penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain (Sartika, 2011).

Tabel 2.3 Dampak Patologis dari Overweight dan Obesitas

Jenis efek

Contoh penyakit/dampak patologis

Efek Metabolik

Diabetes mellitus tipe 2 (gangguan intoleransi glukosa, resistensi insulin) Penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi dislipidemia,dan gangguan pembekuan darah Disfungsi hormonal : kelainan menstruasi, perubahan anatomis

Efek Mekanis

Muskuloskeletal (osteoarthritis pada sendi yang menahan berat badan) Kesulitan bernafas termasuk sleep apnoe dan sesak nafas

Komplikasi Bedah

Resiko anastetik, buruknya penyembuhan luka, risiko thrombosis

Efek Psikologis

Keletihan, agorafobia, rasa rendah diri, masalah dalam hubungan keluarga

Sumber : Jurnal Gizi Universitas Sumatera Utara, 2011

2.1.4 Pencegahan dan Penatalaksanaan Overweight

Menurut Barasi (2007) pencegahan overweight dapat dilakukan di tingkat individu, yaitu antara lain dengan cara: - Mengubah pilihan makanan menjadi lebih sehat dan seimbang Makanan yang sehat dan seimbang adalah makanan yang mengandung komponen-komponen zat gizi yang cukup secara kuantitas dan kualitas. Zat gizi tersebut terdiri dari energi, protein, vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh untuk tumbuh (pada anak-anak), menjaga kesehatan, melakukan aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari, serta menyimpan zat gizi untuk mencukupi kebutuhan tubuh saat konsumsi makanan tidak mengandung zat gizi yang dibutuhkan (Kemenkes RI, 2014).

- Menurunkan asupan kalori total sehingga sebanding dengan keluaran energi (ukuran porsi sedang) Asupan kalori yang baik secara umum terdiri dari 65 % karbohidrat, 10-20 % protein, dan 20-30 % lemak. Namun komposisi ini bervariasi - Menurunkan asupan kalori total sehingga sebanding dengan keluaran energi (ukuran porsi sedang) Asupan kalori yang baik secara umum terdiri dari 65 % karbohidrat, 10-20 % protein, dan 20-30 % lemak. Namun komposisi ini bervariasi

- Memilih kudapan atau minuman yang lebih sehat Kudapan dan minuman ringan yang sehat adalah asupan selingan (selain makanan pokok) yang mengandung nilai gizi seimbang, higienis, tidak mengandung pewarna dan zat kimia berbahaya serta tidak dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan (Aprillia, 2011).

- Melakukan lebih banyak aktivitas fisik dan mengurangi aktivitas bersantai

Aktivitas fisik bertujuan untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi (sumber energi) dalam tubuh. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi (Kemenkes, 2014). Jenis olahraga yang dianjurkan untuk menurunkan berat badan adalah olahraga bersifat yang bersifat aerobik, contohnya antara lain latihan senam aerobik, berenang, bersepeda santai, dan jogging (Wijayanti, 2013).

- Memiliki pengetahuan tentang risiko kelebihan berat badan terhadap kesehatan dan bertekad untuk melakukan perubahan Motivasi untuk menurunkan berat badan dapat timbul jika individu tersebut memiliki pengetahun tentang dampak negatif dan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh berat badan berlebihan. Berbagai penyakit tidak menular, seperti penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang - Memiliki pengetahuan tentang risiko kelebihan berat badan terhadap kesehatan dan bertekad untuk melakukan perubahan Motivasi untuk menurunkan berat badan dapat timbul jika individu tersebut memiliki pengetahun tentang dampak negatif dan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh berat badan berlebihan. Berbagai penyakit tidak menular, seperti penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang

Prinsip penurunan berat badan : - Asupan energi harus lebih rendah daripada keluaran energi untuk menciptakan keseimbangan energi negatif, yang menghasilkan penurunan berat badan karena cadangan lemak yang tersimpan dipergunakan sebagai energy

- Defisit energi sebesar 500-1000 kkal per hari dapat direkomendasikan, tergantung usia dan jenis kelamin - Penurunan berat badan umumnya terjadi secara lambat, yaitu sekitar 0,5 kg/minggu. Kecuali jika defisit energinya besar, karena pada kondisi ini mungkin jaringan bebas lemak ikut berkurang

- Mempertahankan berat badan yang sudah berhasil diturunkan adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan yaitu dengan cara menjaga keseimbangan antara jumlah asupan makanan dan aktivitas fisik Aktivitas fisik berupa kegiatan olahraga adalah salah satu upaya untuk

menurunkan berat badan. Tujuan utama olahraga pada overweight dan obesitas adalah untuk membakar kelebihan lemak yang dimiliki.

Latihan olahraga yang dianjurkan untuk mengatasi kelebihan berat badan antara lain (Afriwardi, 2010) : - Frekuensi : 4-6 kali per minggu - Intensitas : 50-75 % frekuensi denyut nadi maksimal - Lama : 45-75 menit - Jenis olahraga : bersepeda dan renang adalah pilihan terbaik

- Mengurangi asupan kalori dan mengurangi mengemil selama program penurunan berat badan

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah, sedangkan WHO mendefinisikan remaja sebagai anak yang sudah mencapai usia 10-19 tahun. Dari aspek psikologis dan sosialnya, masa remaja adalah fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas, yaitu masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi percepatan pertumbuhan, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan psikologis yang menyolok (Narendra et al., 2002).

Masa remaja dibagi menjadi 3 fase, yaitu (Narendra et al., 2002) : - Masa remaja awal Pada anak perempuan masa remaja awal adalah usia 10 – 13 tahun, sedangkan pada anak laki-laki adalah usia 10,5 – 15 tahun. Anak perempuan mencapai puncak percepatan tumbuhnya rata-rata pada usia 12 tahun, yaitu 25 cm. Sedangkan anak laki-laki mencapai pertambahan tinggi maksimalnya rata-rata pada usia 13 tahun, yaitu 28 cm.

Penambahan berat badan pada masa remaja awal masih sama dengan akhir masa anak yaitu 2 kg per tahun. Terdapat perbedaan dari jaringan yang menyebabkan penambahan berat badan pada anak perempuan dan laki-laki. Pada anak perempuan, penambahan berat badan berhubungan dengan deposisi lemak Penambahan berat badan pada masa remaja awal masih sama dengan akhir masa anak yaitu 2 kg per tahun. Terdapat perbedaan dari jaringan yang menyebabkan penambahan berat badan pada anak perempuan dan laki-laki. Pada anak perempuan, penambahan berat badan berhubungan dengan deposisi lemak

- Masa remaja menengah Usia masa remaja menengah berkisar antara 11-14 tahun pada anak perempuan dan 12-15,5 tahun pada anak laki-laki. Pertambahan tinggi badan dan usia puncak pertambahan tinggi pada masa remaja menengah masih sama dengan masa remaja awal. Pada masa puncak tersebut, panjang badan secara keseluruhan lebih besar pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Penambahan berat badan pada anak laki-laki terutama terjadi karena pertambahan empat kali lipat dari sel-sel otot, sedangkan jumlah lemak tubuh relatif berkurang dari 8 menjadi 7 persen saja. Pada anak perempuan pertambahan jumlah dan ukuran sel lemak justru menjadi penyebab kenaikan berat badan, dari

8 persen saat prepubertas menjadi 20 persen pada saat puncak pertumbuhan di masa remaja menengah. - Masa remaja akhir Usia kronologis pencapaian masa ini sama bervariasinya dengan masa remaja sebelumnya. Pada anak perempuan berkisar antara 13-17 tahun dan pada anak laki-laki antara 14-16 tahun. Pada masa remaja akhir pertambahan tinggi badan tidak terlalu signifikan sedangkan bertambahnya jumlah sel-sel otot mengiringi bertambahnya berat badan pada anak laki-laki.

Secara kronologis dapat dikatakan akhir masa remaja adalah pada usia 19 atau 20 tahun sedangkan secara biologis akhir masa remaja bisa bersamaan dengan berakhirnya perkembangan pubertas atau sempurnanya pertumbuhan tulang (14-18 tahun).

2.2.2 Gizi pada Masa Remaja

Pada masa remaja terjadi proses tumbuh kembang yang pesat sehingga asupan nutrisi menjadi hal yang harus diperhatikan. Kenaikan tinggi badan selama masa remaja adalah sekitar 20 % tinggi dewasa dan kenaikan berat badannya adalah sekitar 50 % berat badan dewasa. Pertumbuhan ini akan terus terjadi dan baru akan melambat pada usia 18 tahun pada anak perempuan dan 20 tahun pada anak laki-laki. Komposisi tubuh juga mengalami perubahan, yang paling menjadi perhatian khusus adalah komposisi lemak tubuh. Pada masa remaja pertumbuhan lemak anak perempuan lebih cepat, sehingga pada waktu dewasa menjadi 22 % pada perempuan dan 15 % pada laki-laki (Narendra et al., 2002).

Kebutuhan zat gizi remaja sangat bervariasi dan sulit ditentukan karena banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya adalah perbedaan pola pertumbuhan remaja laki-laki dan perempuan, aktivitas fisik dan faktor kelabilan psikologis. Di bawah ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam masalah gizi remaja :

- Kalori Kebutuhan kalori tergantung pada kecepatan tumbuh dan jumlah aktivitas fisik pada remaja yang cenderung mengalami peningkatan. Total kalori per hari yang dibutuhkan oleh remaja laki- laki adalah ≤2675 Kkal, sedangkan untuk remaja perempuan adalah ≤2125 Kkal.

- Protein Total protein yang dianjurkan pada masa remaja adalah sekitar 45-72 gram/hari, tergantung pada jenis kelamin, umur, status gizi, dan kualitas protein.

- Mineral Pada masa remaja terjadi proses pacu tumbuh sehingga dibutuhkan 2 kali lipat lebih banyak asupan mineral kalsium, besi, seng, dan magnesium. Mineral-mineral tersebut dibutuhkan untuk optimalisasi pertumbuhan tulang, otot, serta penggantian besi yang hilang saat menstruasi pada remaja perempuan.

- Vitamin Tiamin, riboflavin dan niasin dibutuhkan dalam jumlah yang banyak untuk mengimbangi kebutuhan energi yang tinggi pada masa remaja. Begitu juga dengan kebutuhan vitamin A, C, E, B6 dan asam folat yang juga harus baik.

Berikut adalah tabel kebutuhan nutrisi utama pada masa remaja (Barasi, 2007) : Tabel 2.4 Kebutuhan Nutrisi Remaja

Nutrien Alasan Meningkatnya Kebutuhan Hal Lain yang Perlu Diperhatikan

Kalori Untuk proses pembentukan jaringan baru Kebutuhan anak laki-laki lebih Peningkatan ukuran tubuh menyebabkan

besar daripada anak perempuan meningkatnya laju metabolik dan penggunaan karena ukuran tubuhnya lebih energi untuk aktivitas

besar

Protein Sintesis jaringan baru Lemak

Membran sel membutuhkan asam lemak tak Makanan cepat saji yang banyak jenuh

dikonsumsi tidak memenuhi Peningkatan

seks kebutuhan lemak tak jenuh menyebabkan

kolesterol Vitamin B

Kofaktor untuk reaksi metabolik dan proses Kebutuhan meningkat seiring sintesis

peningkatan kebutuhan energi (tiamin dan niasin) dan protein (piridoksin)

Besi, Untuk pertambahan massa sel darah untuk Status zat besi yang buruk dapat tembaga,

anak mengakibatkan gangguan fungsi folat,

menunjang

jaringan ekstra

Pada

dan perempuan, kebutuhan besi meningkat saat kognitif vitamin B3

dimulainya menstruasi Kalsium dan Untuk pertumbuhan rangka

Nutrisi lain yang dibutuhkan untuk vitamin D

pertumbuhan rangka adalah

vitamin

A, C, K, fosfor, magnesium, kalium dan zink