PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN DAN PENGUJ (3)

PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN PENGENDALIAN
A.PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN
Penetapan risiko pengendalian adalah proses penilaian tentang efektivitas rancangan dan
pengoperasian kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern suatu perusahaan dalam
mencegah dan mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan.
Risiko pengendalian ditetapkan untuk masing-masing asersi laporan keuangan, tetapi
auditor biasanya memulai dengan menetapkan risiko untuk asersi -asersi kelompok transaksi.
Hasil penetetapan risiko tersebut kemudian digabungkan sedemrikian rupa sehingga dapat
ditetapkan risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo rekening yang bersangkutan.
Dalam menetapkan risiko pengendalian untuk suatu asersi, auditor perlu melakukan hal
-hal sebagai berikut :
1. Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk mendapatkan
pemahaman tentang apakah pengendalian yang berhubungan dengan asersi telah dirancang dan
dioperasikan oleh manajemen perusahaan.
2. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi perusahaan. Salah saji bisa
diidentifikasi untuk asersi-asersi yang berkaitan dengan masing-masing kelompok transaksi dan
untuk asersi-asersi pada setiap saldo rekening yang bersangkutan. Contoh salah saji potensial
bisa diidentifikasi untuk asersi-asersi pengeluaran kas dan untuk dua rekening utama yang
terpengaruh oleh pengeluaran kas yaitu kas dan utang dagang.
3. Mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang diperkirakan akan mampu untuk mencegah
dan mendeteksi salah saji. Auditor mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan baik dengan

menggunakan perangkat lunak komputer maupun secara manual, yaitu dengan menggunakan
daftar pengecekan. Penetapan pengendalian yang diperlukan harus dilakukan dengan
memperhatikan keadaan dan pertimbangan–pertimbangan lain. Contoh apabila volume transaksi
pengeluaran kas tinggi, maka pengecekan independen menjadi cukup penting. Sebaliknya
apabila volume pengeluaran kas begitu banyak maka rekonsiliasi bank independen dipandang
cukup.
4. Melakukan pengujian pengendalian terhadap pengendalian-pengendalian yang diperlukan
pengendalian harus memberi bukti tentang efektivitas rancangan dan / atau pengoperasian
penngndalian yang diperlukan.
5. Mengevaluasi bukti dan menetapkan risiko. Penetapan akhir risiko pengendalian untuk asersi –
asersi laporan keuangan didasarka pada evaluasi atas bukti yang dipeoleh dari : (prosedur-

prosedur untuk mendapatkan pemahaman tentang kebijakan dan prosedur SPI, dan (2) pengujian
pengendalian yang bersangkutan. Informasi bisa diperoleh dalam berbagai bentuk, seperti :
dokumen, bukti elektronis, perhitungan, bukti lisan, atau bukti fisik. Apabila tipe bukti
diatasmendukung kesimpulan yang sama tentang efektivitas suatu pengendalian, maka tingkat
keyakinannya akan semakin besar. Sebaliknya apabila bukti-bukti trsebut memberikan
kesimpulan yang berbeda, maka keyakinnya berkurang.
2 pendekatan pengaruh dari strategi audit awal :
1. Pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan maksimum

2. Pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan lebih rendah

B. PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap rancangan dan
pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian intern. Pengujian pengendalian
ini memfokuskan diri pada tigas hal, yaitu (a). Bagaimana pengendalian-pengendalian
diterapkan? (b.) Sudahkan diterapkan secara konsisten sepanjang tahun? (c). Siapa yang
menerapkan pengujian pengendalian?
Ada dua tipe pengujian pengendalian yaitu:
a.

Concurrent tests of control yaitu pengujian pengendalian yang dilaksanakan auditor seiring

b.

dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien.
Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan (additional or planned tests of
control) yaitu pengujian yang dilaksanakan auditor selama pekerjaan lapangan.
Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian, yaitu:


1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan klien.
2. Pengamatan terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya.
Delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian substantif, yaitu:
a. Pengujian pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka.
b. Pengamatan atau observasi terhadap personel dalam melaksanakan tugas mereka.
c. Menginspeksi dokumen dan catatan.
d. Melakukan penghitungan kembali atau reperforming.
e. Konfirmasi
f. Analisis

g. Tracing atau pengusutan
h. Vouching atau penelusuran.
Tipe pengujian substantif yangd apat digunakan, yaitu:
a. Pengujian detail saldo
Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan, yaitu:
1. Menilai materialitas dan risiko bawaaan suatu akun
2. Menetapkan sisiko pengendalian
3. Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis
4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit secara
b.

a.
b.
c.

keseluruhan.
Pengujian detail transaksi
Pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan:
Ketepatan autorisasi transaksi akuntansi klien.
Kebenaran pencatatan dan peringkasan transasksi tersebut dalam jurnal
Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku besar dan buku pembantu
Apabila auditor mempunyai keyakan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dan diposting secara
tepat, maka auditor dapat menyakini bahwa saldo total buku besar adalah tepat. Pengujian detail
transaksi terutama dilakukan dengan tracing dan voucing.